Anda di halaman 1dari 18

PEMAHAMAN KONSEPTUAL

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran

Yang dibina oleh :

Bapak Dr. Munzil Arief, S.Pd, M.Si

Disusun oleh :

1. Nur Habibah
2. Rizki Faza R.
3. Elmayana
4. Fatricia Parenden
5. Sarah Salsabilah

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FEBRUARI 2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


memberikan segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulisan
makalah ini dapat terselesaikan dengan judul Pemahaman Konseptual. Makalah ini
diajukan sebagai tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan,
dorongan, saran dari berbagai pihak terkait secara langsung maupun tidak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Munzil Arief, M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran yang telah memberikan
banyak masukan demi terselesaikannya penulisan makalah ini. Dan juga terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Harapan penulis dari penulisan makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk
menambah wawasan serta dapat menjadi masukan dan pemikiran oleh pihak yang
akan menindak lanjuti penulisan makalah ini maupun pihak yang peduli dengan
kemajuan pendidikan di Indonesia yang lebih baik lagi.

Malang, 20 Februari 2017


Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemahaman Pembelajaran konseptual.................................. 3
2.2 Tujuan Pemahaman Pembelajaran konseptual.......................................... 4
2.3 Tahapan Pemahaman Pembelajaran konseptual......................................... 4
2.4 Praktik baik Pemahaman Pembelajaran konseptua.................................... 8
2.5 Praktik model pembelajaran Pemahaman Pembelajaran konseptu............. 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................... 11
3.2 Saran......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tolok ukur profesional guru dapat ditunjukan melalui kualitas
proses pembelajaran yang digambarkan melalui pembelajaran yang berkualitas
dengan menerapkan model-model pembelajaran. Makalah ini akan memaparkan
salah satu model pembalajaran yaitu Pemahaman konseptual. Model
pembelajaran ini termasuk rumpun model-model pribadi/individual.Model-
model pembelajaran yang termasuk rumpun ini menekankan pada
pengembangan pribadi, berkonsentrasi pada proses dalam
membangun/mengkonstruksi dan mengorganisasi realita, yang memandang
manusia sebagai pembuat makna. Model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan
bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh
maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Salah satu
tolok ukur professional guru dapat ditunjukan melalui kualitas proses
pembelajaran yang digambarkan melalui pembelajaran yang berkualitas dengan
menerapkan model-model pembelajaran. Makalah ini akan memaparkan salah
satu model pembalajaran.
Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam
mengembangkan hubungan produktif dengan lingkungannya dan untuk melihat
dirinya sendiri. Konseptual sistem teori ini dikembangkan oleh David Hunt dan
rekan-rekannya (Harvey, Hunt, dan Schroeder, 1961; Schroeder, Driver, dan
Streufert, 1967). Teori ini menjelaskan pembangunan manusia dalam hal
semakin kompleks sistem untuk memproses informasi tentang orang, benda, dan
peristiwa. Pertumbuhan adalah "fungsi interaktif dari tingkat seseorang dari
kepribadian, (Joyce, B & Weil Marsha (2003).Fungsi interaktif itu terdiri dari
tingkat perkembangan kepribadian seseorang (atau tahap) dan kondisi

1
lingkungan yang ditemuinya. Perkembangan optimal terjadi ketika lingkungan
memfasilitasi kerja konseptual yang diperlukan untuk pertumbuhan konseptual
orang tersebut. Ketika kondisi lingkungan tidak optimal, maka beberapa bentuk
perubahan yang tidak diinginkan dapat terjadi.
Salah satu tujuan Hunt adalah untuk membantu kita merencanakan
lingkungan agar orang berkembang secara konseptual. Kedua, karena orang-
orang pada tahap perkembangan mempunyai reaksi yang berbeda-beda, dia
ingin membantu kita membentuk strategi pengajaran yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik. Secara teoritis, semakin dekat sebuah strategi
pengajaran disesuaikan dengan tingkat konseptual pelajar, maka proses belajar
akan berlangsung dengan baik.

Hunt menjelaskan dalam bukunya alasan ia mengembangkan model


pembelajaran seperti ini, yaitu karena pertama, ada badan penelitian yang secara
langsung mengeksplorasi perkembangan konseptual dan berbagai model
pengajaran. Kedua, teori itu sendiri sumber yang menarik dari pendekatan
perkembangan anak, pengasuhan anak, konseling dan mengajar.
Ketiga,pengembangan konseptual merupakan suatu tujuan pendidikan.
Seperti disebutkan sebelumnya, fokus dari model pembelajaran
konseptual adalah pada kompleksitas kognitif pembelajar (kerumitan
pengolahan sistem informasinya). Hunt dan rekan-rekannya juga mempelajari
karakteristik pelajar lain yang mempengaruhi kapasitas pemrosesan informasi,
seperti orientasi motivasi mereka, orientasi nilai mereka (tentang perasaan dan
keyakinan), dan orientasi sensorik mereka (apakah mereka belajar lebih baik
melalui beberapa indra daripada yang mereka lakukan melalui orang lain?). Jadi,
model ini berfokus pada tingkat konseptual (kognitif orientasi).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tujuan pembelajaran pemahan konseptual?
2. Bagaimana contoh baik pembelajran pemahaman konseptual?
3. Bagaimanakah contoh penerapan pembelajaran pemahaman konseptual dalam
IPA?

2
1.3 Tujuan
1. Memahami tujuan pembelajaran pemahan konseptual
2. Memahami contoh baik pembelajran pemahaman konseptual
3. Memahami contoh penerapan pembelajaran pemahaman konseptual dalam
IPA

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Pemahaman Konseptual


Fokus dari model pembelajaran konseptual adalah pada kompleksitas
kognitif pembelajar (kerumitan pengolahan sistem informasinya). Hunt dan
rekan-rekannya juga mempelajari karakteristik pelajar lain yang mempengaruhi
kapasitas pemrosesan informasi, seperti orientasi motivasi mereka, orientasi
nilai mereka (tentang perasaan dan keyakinan), dan orientasi sensorik mereka
(apakah mereka belajar lebih baik melalui beberapa indra daripada yang mereka
lakukan melalui orang lain?). Jadi, model ini berfokus pada tingkat konseptual
(kognitif orientasi). Kemampuan pemahaman konsep terdiri dua kata
pemahaman dan konsep. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti
mengerti dengan tepat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sadiman (2008:
42) yang menyatakan bahwa Pemahaman atau comprehension dapat diartikan
menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh sebab itu, belajar harus mengerti secara
makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,
sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Mulyasa (2005: 78)
menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu. Sejalan dengan pendapat di atas, Rusman (2010: 139)
menyatakan bahwa pemahaman merupakan proses individu yang menerima dan
memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang didapat melalui
perhatian. Winkel (2000: 44) menyatakan bahwa konsep dapat diartikan sebagai
suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri
yang sama.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bransford, Brown dan Cocking
(NCTM, 2000: 20) menyatakan bahwa Conceptual understanding is an
important component of proficiency. Artinya pemahaman konseptual adalah
komponen terpenting dari kecakapan. Pemahaman merupakan hasil proses
belajar mengajar yang mempunyai indikator individuda menjelaskan atau
mendefinisikan suatu uniy informasi dengan kata-kata sendiri. Dari pernyataan
ini, siswa dituntut tidak sebatas mengingat kembali pelajaran, namun lebih dari
itu siswa mampu mendefinisikannya. hal ini menunjukan siswa telah

4
memahami materi pelajaran walau dalam bentuk susunan kalimat berbeda
tetapi kandungan maknanya tidak berubah. Jadi pemahaman konseptual adalah
kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan
suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu
memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya bukan sekedar
mengetahui, yang biasanya hanya sebatas mengingat kembali pengalaman dan
memproduksi apa yang pernah dipelajari. Pemahaman lebih dari sekedar
mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis.
Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang mempunyai kemampuan
tersendiri seperti menerjemahkan, menginterprestasi, eksplorasi, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu, orang mengalami stimulus
berbede-beda, orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan
stimulus dengan cara tertentu. Karena konsep itu adalah abstraksi berdasarkan
pengalaman dan karena tidak ada dua orang yang memiliki pengalaman yang
sama persis, konsep yang di bentuk orang berbeda juga. Walau berbeda tetapi
cukup untuk berkomunikasi menggunakan nama-nama yang diberikan pada
konsep itu yang telah diterima bersamanya.
Berdasarkan sifatnya konsep dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Konsep konkret yaitu konsep yang sifat-sifatnya dapat diamati secara
langsung.
b. Konsep abstrak yaitu konsep yang memiliki sifat abstrak sehingga tidak
dapat diamati dari pengalaman langsung.
Klausmeier ( Dahar, 1988 : 88 ) menghipotesiskan bahwa ada empat
tingkatan pencapaian konsep. Empat tingkat pencapaian pencapaian menurut
klausmeier adalah tingkat konkrit, tingkat identitas, tingkat klasifikatori, dan
tingka formal. Klausmeier menerapkan tingkatan-tingkatan itu hanya pada
konsep-konsep yang mempunyai lebih dari satu contoh, yang mempunyai
contoh-contoh yang dapat diamati. Konsep-konsep relasional dan konsep-
konsep lain mungkin hanya mempunyai sebagian dari kualitas-kualitas ini. Jadi
konsep-konsep itu mempunyai pencapain yang berbeda.

2.2 Tujuan Pembelajaran Pemahaman Konseptual

5
a. Meningkatkan kreatifitas peserta didik serta berfikir ilmiah dan alamia

b. Menjadikan peserta didik menjadi Saintis muda.

c. Membentuk akhlak serta moral peserta didik menjadi lebih baik

d. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan siswa untuk berfikir kritis dan


inovatif

e. ampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa

2.3 Tahapan Pembelajaran Pemahaman Konseptual


A. Guru memiliki tiga tugas penting dalam kaitannya dengan sistem
konseptual siswa:
1. Mampu membedakan anak-anak sesuai dengan tingkat perkembangan,
2. Karena individu-individu dari berbagai tingkat kompleksitas integratif
terlihat sangat berbeda di lingkungan yang berbeda, guru harus menciptakan
sebuah lingkungan yang disesuaikan dengan kompleksitas siswa dan
lingkungan dapat dibuat untuk meningkatkan kompleksitas integratif individu
yaitu mengidentifikasikan lingkungan yang optimal untuk perkembangan
kepribadian.
3. Sistem konseptual pada dasarnya menuntut guru untuk mengenal tingkat
konseptual siswanya. Kemudian menyesuaikan antara tugas yang diberikan
kepada siswa menurut tingkat konseptual. Untuk siswa dari tingkat
konseptual rendah, perlu menyediakan struktur, harus jelas arah, dan
mendukung tapi cukup langsung. Ketika berhadapan dengan siswa dari
tingkat konseptual yang tinggi, guru harus lebih saling tergantung dan
bersama, menempatkan lebih banyak pemahaman untuk belajar para siswa
dan membantu mereka mengembangkan struktur pengetahuan mereka
sendiri.
4.
Diharapkan, misalnya, bahwa tinggi tingkat konseptual siswa akan bekerja
dengan lebih efektif pada awalnya dalam model-model yang relatif tidak
terstruktur seperti sebagai investigasi kelompok daripada siswa rendah tingkat
konseptual. Secara umum, hasil teori Hunt dikonfirmasi dengan penyelidikan

6
ini. Tingkat konseptual jelas mempengaruhi perilaku siswa ketika model yang
berbeda dari pengajaran yang digunakan, dan arah dari perbedaan perilaku
umumnya dikonfirmasi teori konseptual sistem.
Siswa belajar dari berbagai model pengajaran juga dipengaruhi oleh tingkat
konseptual. Sebagai contoh, dalam percobaan dengan model pemikiran induktif,
siswa konseptual yang lebih tinggi tingkat konseptual terbentuk konsep yang
lebih, meskipun proses belajar sama dengan siswa lain. Ternyata, siswa lebih
fleksibel berfungsi lebih efektif sebagai tuntutan kognitif dari peningkatan
model, sehingga dalam pengembangan yang lebih besar kegiatan konseptual dan
usaha peningkatan konsep belajar. Hunt mengambil pandangan optimis bahwa
meskipun tingkat konseptual mungkin memprediksi respon siswa, perbedaan
dalam respon dapat dikompensasikan untuk beberapa hal oleh pelatihan yang
efektif dan dengan memodifikasi strategi mengajar.

B. Memproduksi Pembentukan Konsep


Dalam sejumlah hal, guru bisa membantu murid untuk mengenali dan
membentuk konsep yang efektif. Prosesnya dimulai dengan mengenali ciri-ciri
dai suatu konsep yang tertentu.
1. Mempelajari ciri-ciri konsep. Aspek penting dari pembentukan atau
formasi konsep adalah memperlajari cirri utamanya, atributnya, atau
karakteristiknya. Ini adalah elemen pendefinisi suatu konsep, dimensi
yang membuatnya berbeda dari konsep lain. Misalnya, dalam contoh
konsep buku, ciri utamanya adalah lembaran kertas, jilid menjadi satu, dan
berisi huruf cetak dan gambar dalam urutan yang mengandung arti.
Karakteristik lain seperti ukuran, warna, dan panjang bukanlah ciri utama
yang mendefinisikan konsep buku. Pikiran juga ciri penting dari konsep
dinosaurus; punah dan reptile. Jadi, dalam kasus konsep dinosaurus, ciri
punah adalah penting.
2. Mendefinisikan konsep dan memberi contoh
Konsep adalah mendefinisikan secara jelas dan memberi contoh yang
cermat. Strategi contoh aturan adalah salah satu cara yang efektif (Tennyson
& Cocchiarella, 1986). Strategi ini terdiri dari empat langkah:
a) Mendefinisikan konsep. Sebagai bagian dari pendefinisian konsep,
hubungan konsep denga konsep superordinat dan sebutkan ciri-ciri
utamanya. Konsep superordinat adalah konsep yang lebih besar.

7
b) Jelaskan istilah-istilah dalam definisi konsep. Pastikan bahwa ciri atau
karakteristik utama bisa dipahami dengan baik. Jadi, dalam
mendeskripsikan cirri utama dari konsep dinosaurus, adalah penting
bagi murid untuk mengetahui apa itu reptile; hewan vertebrata yang
biasanya bertelur dan berisi atau bertanduk dan bernapas dengan paru-
paru.

c) Beri contoh untuk, mengilustrasikan ciri utamanya. Berkenan dengan


contoh dinosaurus, kita dapat memberi contoh dan deskripsi tipe-tipe
dinosaurus yang berbeda, seperti triceratops, brontosaurus, dan
stegosaurusnya. Konsep ini dapat dijelaskan lebih jauh dengan member
contoh reptile lain yang bukan dinosaurus, seperti ular, buaya, dan kura-
kura. Memberi penjelasan dan contoh dari suatu konsep adalah strategi
yang baik untuk mengajarkan pembentukan konsep. Diperlukan banyak
contoh jika anda mengajarkan konsep yang kompleks dan saat anda
mengajar murid yang kurang cerdas (Moore, 1998).

d) Memberi contoh tambahan. Suruh murid untuk melakukan kategorisasi,


menjelaskan kategorinya, atau suruh mereka membuat contoh konsep
sendiri. Tipe dinosaurus lainnya bisa diberikan, seperti Pterodactyl,
ornitholestes, dan dimentrodon, atau murid bisa disuruh membuat
sendiri contohnya. Mereka juga bisa diminta untuk memikirkan contoh
hewan yang bukan termasuk dinosaurus, seperti anjing, kucing, dan ikan
paus.

3. Peta konsep.
peta konsep adalah presentasi visual dari koneksi konsep dan organisasi
hierarkis konsep. Meminta murid membuat peta ciri atau karakteristik dari
suatu konsep akan bisa membantu mereka untuk membahami konsep
tersebut (Kinchin, Hey, & Adams, 2000, Nicoll, 2001). Peta konsep juga
mungkin memuat konsep dalam kategori superordinat dan mencakup contoh
yang termasuk di dalamnya. Aspek visual dari peta konsep berhubungan
dengan diskusi imaji dalam memori. Anda bisa membuat peta konsep
dengan bantuan murid, atau biarkan mereka menyusunnya sendiri atau
secara berkelompok.

8
4. Menguji hipotesis. ingat kembali diskusi kita tentang pendekatan ilmiah
untuk riset. Disana dikatakan hipetesis adalah asumsi spesifik dan prediksi
tertentu yang dapat diuji untuk menentukan kebenarannya. Salah satu
caranya adalah menyusun aturan tentang mengapa beberapa objek masuk
dalam suatu konsep sedang objek lainnya tidak. berikut ini adalah contoh
dari cara member latihan kepada murid untuk menyusun hipotesis: Berikut
ini adalah contoh dari cara memberi latihan kepada murid untuk menyusun
hipotesis: Berikan gambar bentuk-bentuk geometris kepada murid anda.
Kemudian secara diam-diam anda memilih konsep dari salah satu bentuk
geometris ini (seperti lingkaran atau lingkaran besar) dan ajak siswa
untuk menyusun hipotesis tentang konsep apa yang telah anda pilih. Mereka
akan mencoba menebak konsep anda dengan mengajukan kepada anda
pertanyaan yang berkaitan dengan bentuk-bentuk geometris dan
mengeliminasi yang tidak relevan. Anda bisa juga menyuruh murid
menjadi gurumereka memilih konsep dan menjawab pertanyaan dari
murid lain yang menyusun hipotesisi konsep. Bekerja samalah dengan
murid untuk menyusun strategi paling efisien guna mengidentifikasikan
konsep yang benar
5. Penyesuaian prototipe. Dalam penyesuaian prototype (prototype
matching), individu memusatkan apakah suatu item termasuk anggota dari
suatu kategori itu (Rosch, 1973). Semakin mirip item itu dengan
prototipenya, semakin besar kemungkinan individu akan mengatakan bahwa
item itu termasuk kategori dimaksud, semakin tak mirip, semakin besar
kemungkinan orang itu akan menilai bahwa item itu tidak termasuk kategori
tersebut. Misalnya, konsep siswa tentang pemain sepak bola mungkin
mencakup pemain yang berotot dan besar seperti pemain bertahan atau
gelandang. Tetapi beberapa pemain bola, seperti striker, tidak terlalu besar
dan berotot. Pemain bertahan mungkin lebih dianggap sebagai prototype
pemain bola. Apabila siswa ini memikirkan apakah seseorang termasuk
kategori pemain bola, maka mereka mungkin akan membayangkan sosok
yang mirip dengan pemain bertahan atau gelandang. Demikian pula,
merpati lebih dianggap berbentuk khas burung ketimbang penguin atau
burung unta. Meskipun demikian, anggota dari suatu kategori dapat sangat

9
bervariasi dan memiliki kualitas yang membuat mereka menjadi anggota
kategori itu.

2.4 Praktik baik pembelajaran konsep pemahaman konsep


Untuk mengetahui pemahaman konsep dalam belajar matematika,
dilakukan observasi pada siswa sekolah menengah pertama (SMP). Metode yang
digunakan dengan cara menyebarkan angket berupa pertanyaan-pertanyaan dan
soal pemahaman konsep matematika. Populasinya adalah sebagian siswa kelas 8
SMP Negeri 1 Cisarua Sumedang. Pemilihan siswa ini didasarkan pada
pertimbangan kematangan kognitif siswa. Pada tahap ini, siswa dari sikap yang
menyenangi prinsip-prinsip umum dan jawaban yang final mulai berubah
membutuhkan penjelasan tentang fakta dan teori, serta mulai memerlukan bukti
sebelum menerima suatu materi. Disamping itu, siswa mampu merumuskan
pengertian dan gagasan yang akhirnya dapat membentuk konsep-konsep tentang
sesuatu. Mereka pun sudah memiliki kemampuan untuk berfikir sistematis
dalam memecahkan suatu permasalahan.

10
2.5 Praktik model pembelajaran Pemahaman Konseptual
Berikut ini contoh penerapan pembelajaran pemahaman konseptual dalam
Pembelajaran IPA di SMP:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMP :SMP NEGERI 2 KLARI


Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VII/Genap
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit ( Pertemuan Ke 2 )

Standar Kompetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem


Kompetensi Dasar : Menetukan ekosistem dan saling ketergantungan antara
komponen ekosistem.
Indikator :
1. Menggambarkan hubungan mahluk hidup dalam
bentuk rantai makanan
2. Menggambarkan hubungan antar rantai makanan dalam
bentuk jarring-jaring makanan
3. Membedakan rantai makanan dan jaring-jaring
makanan
4. Mengidentifikasi proporsi jumlah mahluk hidup dalam
satu ekosistem.

A. Tujuan Pembelajaran Setelah siswa melakukan permainan siswa dapat:


1. Memahami hubungan mahluk hidup dalam bentuk rantai makanan
2. Memahami hubungan antar rantai makanan dalam bentuk jaring-
Jaring makanan
3. Membedakan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
B. Materi Pembelajaran Hubungan antara komponen ekosistem
C. Metode Pembelajaran Metode : pendekatan konsep dan bermain peran
D. Alat dan Bahan
1. Papan nama dari karton ukuran panjang 20 cm X lebar 10 cm yang sudah
bertuliskan nama makhluk hidup yang diperintahkan guru
2. Penitih masing masing siswa 4 buah

11
3. Kapur tulis atau tali rapia sebagai pembatas permainan
E. Skenario pembelajaran
Keg. Awal:
1. Apersepsi : siswa diberi pertanyaan tentang apa perbedaan antara konsumen
dan produsen
2. Motivasi : siswa diberi pertanyaan apakah jumlah konsumen dan produsen
dalam ekosistem harus sama.

Keg. Inti :
(Pada pertemuan sebelumnya guru menugaskan siswa membuat papan nama
dari karton berukuran 20cm x10 cm bertuliskan nama makhluk hidup yang
diperintahkan guru. Selain diminta membawa peniti sebanyak 4 buah setiap
siswa.)
1. Guru membagikan papan nama kepada setiap siswa, kemudian siswa
diminta berpasangan untuk saling membantu memasang papan nama dengan
peniti pada baju seragam masing-masing. Guru menyampaikan tata tertib
dan aturan permainan, serta membagi peran sesuai dengan papan nama
masing-masing, sebelum mengajak siswa menuju tempat permainan.
2. Sampai di tempat permainan, siswa diminta menempati posisi masing-
masing, guru bersama siswa melaksanakan permainan.
3. Setelah permainan seselai, siswa diminta kembali ke kelas dengan tertib.
4. Siswa diajak untuk membahas hasil permainan dan menghubungkannya
dengan konsep rantai makanan, serta jarring-jaring makanan.
5. Siswa diajak untuk menganalisis bagaimana seharusnya perbandingan
jumlah antara produsen dan konsumen dalam ekosistem, jika dihubungkan
dengan permainan yang baru saja dilakukan.
F. Penutup
Siswa ditugaskan menuliskan 10 macam rantai makanan yang ada disekitar rumah

12
Lampiran I
ATURAN MAIN
1. Siswa diajak keluar kelas menuju lapangan dengan memakai label di
bajunya
2. Siswa disuruh berbaris membuat lingkaran besar
3. Guru menerangkan aturan main yaitu:
a. Rumput dan pohon diam ditempat, rusa dan kelinci mencari makan
yaitu rusa memakan daun dan kelinci, ulat memakan rumput
b. Penebang menebang pohon atau rumput
c. Harimau memakan rusa atau kelinci
d. Ular memakan kelinci
e. Elang memakan ular
f. Permainan dimulai dengan menyanyikan lagu
4. Guru memegang peluit untuk menentukan dimulai dan diberhentikannya
bernyanyi serta dimulainya permainan sampai habis.

Lampiran II
RINCIAN PERTANYAAN PADA SAAT DISKUSI
1. Dalam permainan rumput dimakan oleh siapa?
2. Kemudian rusa dimakan oleh siapa ?
3. Kelinci dimakan oleh siapa ?
4. Buatlah rantai makanannya sesuai dengan kegiatan permainan tadi.
5. Ada berapa jumlah rumput, pohon, rusa, kelinci dan harimau ?
6. Urutkan jumlah populasi dihutan itu dari yang terbanyak sampai ke yang paling
sediki

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam model pembelajaran ini diharapkan
respon siswa terhadap pembelajaran adalah perilaku siswa yang lahir setelah
mereka mengikuti pembelajaran yang berupa hasil kognitif, afektif dan
psikomotor. fokus dari model pembelajaran konseptual adalah pada
kompleksitas kognitif pembelajar (kerumitan pengolahan sistem
informasinya).
Cara terbaik untuk mengidentifikasi keterampilan siswa adalah dengan
membiarkan mereka berlatih dengan metode dan mengamati perilaku mereka.
Kita dapat mengajar jauh lebih efektif jika kita meluangkan waktu untuk
mendiagnosis kemampuan siswa sehingga dapat menerapkan model
pembelajaran yang baik.
4.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka untuk tanggapan dari pembaca baik berupa
saran atau kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

John W. Santrock . Psikologi Pendidikan edisi kedua. Universty of Texas-Dallas.


Joice, B. dan Weil, M,. (1980). Models of Teaching (seconds edition). London:
Prentice Hall International Inc.
Joice, B. dan Weil, M,. 2003. Models of Teaching. Fifth Printing (Fifth Edition).
Nuralif, Siti. 2011. Pemahaman Konsep Belajar Matematika Pada Siswa Tingkat
Sekolah Menengah Pertama. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
New Delhi : Published by Asoke K. Ghosh, Prentice-Hall of India Private Limited.
Wasis, dkk,. 2002. Beberapa Model Pengajaran dan Strategi Pembelajaran IPA
Fisika. Jakarta : Depdiknas.

15

Anda mungkin juga menyukai