Anda di halaman 1dari 16

ZAT ADIKTIF NON NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Narkotika, Bahan Terlarang, dan Psikotropika

Yang dibina oleh:


Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc. dan Ibu Rini Retnosari, S.Pd., M.Si.

Oleh Kelompok 10 :

1. Lilis Eka Herdiana (150351604962)


2. Lutviyah Dwi (150351605475)
3. Puput Yuliyana (150351600676)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR

I
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Narkotika, Bahan Terlarang, dan
Psikotropika dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Narkotika, Bahan Terlarang, dan Psikotropika. Makalah ini menjelaskan
lebih mendalam mengenai Zat Adiktif Non Narkotika dengan bahasa yang lebih
mudah untuk di cerna dan dipahami.

Makalah ini ditulis dari hasil data-data sekunder yang penulis peroleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan Narkotika, Bahan Terlarang, dan
Psikotropika, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Zat
Adiktif Non Narkotika. Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita
mengenai Zat Adiktif Non Narkotika khususnya bagi penulis.

Akhir kata, mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis

II
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1Latar Belakang………………………………………………………..1
1.2Rumusan Masalah…………………………………………………….2
1.3Tujuan…………………………………………………………………2
Bab II Pembahasan
2.1 Jenis-jenis Zat Narkotika dan Psikotropika............................................3
2.2 Pemanfaatan Zat Adiktif Non Narkotika dan Psikotropika....................5
2.3 Efek dan Mekanisme Cara Kerja Zat Adiktif Non Narkotika dan ..........
Psikotropika............................................................................................6
2.4 Efek yang dapat ditimbulkan oleh zat adiktif non narkotika.................9
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan..........................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................13

III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Napza merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif


lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum;
seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan
petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga
zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah
napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi.
Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada
tiga jenis zat yang sama.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih nan modern ini,
sehingga menyebabkan pergaulan anak-anak, remaja, maupun dewasa semakin
bebas. Pergaulan bebas tersebut dapat dilihat dari banyaknya pengguna zat-zat
terlarang secara ilegal yang dapat menyebabkan bahaya bagi dirinya sendiri.
Narkoba terdiri dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Zat-zat tersebut
dapat menyebabkan kecanduan bagi yang mengkonsumsinya. Narkotika disebut
juga sebagai obat-obatan anastesi, penggunaan narkotika dapat mengakibatkan
kehilangan kesadaran karena pengaruh sistem susunan saraf pusat. Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alami maupun sintetis bukan narkotika, yang berkasiat
pisiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Dan zat adiktif
adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang
menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan psikis. Zat adiktif secara
umum dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat adiktif narkotika dan zat adiktif non
narkotika.

Dari zat-zat tersebut yang tanpa disadari sering dikonsumsi dalam kehidupan
sehari-hari yaitu zat adiktif non narkotika dan psikotropika. Zat adiktif tidak
termasuk dalam zat non narkotika dan psikotropika, tetapi dapat menimbulkan
ketergantungan. Penggunaan zat adiktif merupakan pintu gerbang kemungkinan
adiksi mereka terhadap narkotika dan psikotropika. Dalam hal ini pengetahuan
tentang zat adiktif non narkotika dan psikotropika sangatlah penting. Untuk itu,

1
sangatlah perlu mempelajari dan mengenali macam-macam zat yang berpotensi
mendorong kita untuk mengkonsumsi narkotika dan psikotropika. Mempelajari
dan mengenali zat-zat tersebut bukan untuk dikonsumsi melainkan untuk
dihindari penggunaannya secara ilegal.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa jenis – jenis zat adiktif non narkotika dan psikotropika ?
2) Bagaimana pemanfaatan zat adiktif non narkotika dan psikotropika ?
3) Apa efek dan mekanisme cara kerja zat adiktif non narkotika dan
psikotropika ?
4) Apa dampak yang dapat ditimbulkan zat adiktif non narkotika dan
psikotropika ?

1.3 Tujuan
1) Dapat menjelaskan jenis – jenis zat adiktif non narkotika dan psikotropika.
2) Dapat menjelaskan pemanfaatan zat adiktif non narkotika dan
psikotropika.
3) Dapat menjelaskan efek dan mekanisme cara kerja zat adiktif non
narkotika dan psikotropika.
4) Dapat menjelaskan dampak yang dapat ditimbulkan zat adiktif non
narkotika dan psikotropika.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis – Jenis Zat Adiktif Non Narkotika dan Psikotropika


NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan anastesi, penggunaan narkotika dapat
mengakibatkan kehilangan kesadaran karena pengaruh sistem susunan saraf

2
pusat. Narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman yang dapat
menyebabkan hilang kesadaran dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat
tinggi menimbulkan ketergantungan, contohnya heroin. Narkotika golongan II
adalah narkotika yang memiliki khasiat pengobatan dan sering digunakan sebagai
obat alternatif tapi sebagai pilihan yang terakhir, contohnya morfin. (Qomariyatus
Sholihah : 2013)
Adapun narkotika itu sendiri menurut UU RI NOMOR 22 TAHUN 1997
TENTANG NARKOTIKA adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun bukan sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran, hilangnya rasa, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana yang terlampir dalam
undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan mentri
kesehatan. Antara lain golongan-golongan tersebut adalah ganja, tanaman opium
sampai heroin, tanaman koka sampai kokain, kodein dan turunan kimianya.
Sedangkan psikotropika menurut UU RI NOMOR 5 TAHUN 1997
TENTANG PISIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik alami maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkasiat pisiko aktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku, yang tergolong dalam psikotropika adalah amfetamin, metamferamin,
dan turunannya seperti pil ekstasi, shabu atau ice, dan turunan kimia sejenisnya.
Menurut Hawari, hal tersebut terjadi karena sifat-sifat narkoba yang
menyebabkan (Azmiyati, SR, 2014): 1) Keinginan yang tidak tertahankan (an
over powering desire) terhadap zat yang dimaksud dan kalau perlu dengan jalan
apapun untuk memperolehnya. 2) Kecenderungan untuk menambahkan takaran
atau dosis dengan toleransi tubuh. 3) Ketergantungan psikologis, yaitu apabila
pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan, seperti
kegelisahan, kecemasan, depresi, dan sejenisnya. 4) Ketergantungan fisik yaitu
apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan
gejala putus obat (withdrawal symptoms).

Zat adiktif adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang
yang menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan psikis seperti golongan

3
alkohol, nikotin dan sebagainya. Zat adiktif yang tidak termasuk dalam narkotika
dan psikotropika tetapi memiliki daya adiktif atau dapat menimbulkan
ketergantungan. Biasanya ketergantungan seseorang terhadap zat bahan adiktif,
merupakan pintu gerbang kemungkinan adiksi mereka terhadap narkotika dan
psikotropika. Zat adiktif jenis ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari,
bahkan mungkin juga sering kita konsumsi pada bahan makanan atau minuman
yang mengandung zat adiktif tersebut. Adapun yang termasuk dalam zat adiktif
bukan narkotika dan psikotropika, yaitu :
a. Rokok. Pemakaian tembaku yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA dimasyarakat,
pemakaian rokok dan alcohol terutama pada remaja harus menjadi bagian
dari upaya pencegahan. Karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu
masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.
b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang dapat menimbulkan hilangnya
kesadaran (memabukkan) dan menimbulkan ketagihan karena
mengandung etanoletil alkohol yang berpengaruh menekan sususan syaraf
pusat. Dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalan
kebuayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika
atau psikotropika, memperkuat engaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
c. Thinner dan zat-zat lain yang jika dihirup dapat memabukkan seperti : lem
kayu, penghapus acir, aseton, cat, bensin dan lain sebagainya.
d. Kafein. Teh yang mengandung kafein membuat hampir sebagian besar dari
masyarakat menjadi terbiasa untuk mengkonsumsinya setiap hari. Tetapi
teh aman dan baik untuk dikonsumsi setiap hari dalam jumlah yang wajar
dan tidak berlebihan. Selain mengandung kafein, teh juga mengandung
theine, teofilin, dan teobromin dalam jumlah sedikit. Sementara itu, kopi
memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi daripada teh. Kopi yang
terbuat dari biji kopi yang disangrai dan dihancurkan menjadi bubuk kopi
umumnya dikonsumsi orang dengan tujuan agar mereka tidak mengantuk
sebab kafein dalam kopi dapat meningkatkan respons kewaspadaan pada
otak. Oleh karena itu kopi tidak dianjurkan untuk diminum secara
berlebihan. Tetapi kopi juga memiliki sejumlah manfaat pada beberapa

4
terapi kesehatan, seperti mencegah penyakit Parkinson, kanker usus,
kanker lambung, dan kanker paru-paru. Untuk beberapa kasus tertentu,
kopi juga dapat menjadi obat sakit kepala, tekanan darah rendah, dan
obesitas.
2.2 Pemanfaatan Zat Adiktif Non Narkotika Dan Psikotropika

Adapun macam-macam zat adiktif lainnya yang bermanfaat dalam bidang


kesehatan atau kedokteran, diantaranya:

1. Alkohol bisa membunuh kuman penyakit, sehingga biasanya dipakai


untuk membersihkan alat-alat kedokteran pada proses sterilisasi.
2. Nikotin, pada dosis tertentu nikotin yang terdapat pada rokok bisa
digunakan sebagai obat untuk memulihkan ingatan seseorang. Hal ini
dikarenakan nikotin bisa merangsang sensor penerima rangsangan di otak.
Penggunaan zat adiktif dalam bidang kedokteran yaitu pada dosis tertentu,
nikotin yang terdapat pada rokok dapat memulihkan ingatan seseorang.
Hal ini terjadi karena nikotin dapat merangsang sensor penerima
rangsangan di otak, serta alkohol yang dapat membunuh kuman penyakit,
sehingga biasa digunakan untuk membersihkan alat-alat kedokteran pada
proses sterilisasi. Walaupun terkadang muncul kontroversi di berbagai
kalangan dalam penggunaan obat tersebut seperti halnya pemusnahan
narkotika. Meskipun jenis narkotika tersebut memiliki berbagai manfaat
tetap saja kita juga perlu hati-hati dalam penggunaannya, karena mungkin
saja saat awal pemakaian obat tersebut tidak menimbulkan efek apa-apa,
tapi 4 atau 9 tahun yang akan datang reaksi dari obat tersebut akan timbul
dalam bentuk penyakit. Maka dari itu, pemakaian obat yang baik dan
benar harus dengan resep atau ketentuan dari dokter dan pengontrolan obat
sangat diperlukan termasuk yang berasal dari apoteker langsung.

2.3 Efek Dan Mekanisme Cara Kerja Zat Adiktif Non Narkotika Dan
Psikotropika
Zat adiktif adalah zat-zat yang dapat membuat pemakainya kecanduan
(adiksi). Kecanduan adalah suatu keadaan fisik (jasmani) maupun nonfisik

5
(psikologis) dari seseorang yang merasa tidak normal jika tidak menggunakan zat
tertentu. Biasanya si pecandu akan menuruti keinginannya dengan kembali
mengonsumsi zat tersebut. Berikut beberapa efek dan mekanismenya :

1. Mekanisme zat adiktif non narkotika dan psikotropika (NIKOTIN) dalam


mengganggu system saraf manusia.
Seorang Perokok, proses kerja nikotinnya adalah masuk ke dalam
paru paru untuk selanjutnya diserap oleh aliran darah, dan dalam waktu
kurang lebih 8 detik, zat ini akan sampai ke otak untuk selanjutnya
merubah kerja otak. Proses penyebaran racun ini berlangsung cepat
dikarenakan bentuknya mirip dengan acetylcholine yang normal terdapat
di dalam otak.
Mekanisme nikotin dalam mempengaruhi neurotransmitter di
susunan saraf pusat adalah melalui ikatan dengan reseptor cholinergic
yang selanjutnya memicu pelepasan dopamine. Pelepasan Dopamin ini
berpengaruh pada suasana hati dan nafsu makan. Pada susunan saraf tepi
nikotin berpengaruh pada pelepasan catecholamines, adrenaline dan
noradrenaline. Pelepasan catecholamine mempunyai efek penting pada
fungsi jantung, kekakuan pembuluh darah dan metabolisme lemak
(Wresniwiro, 1999)
Berikut ini Hipotesa mechanism of action dari nikotin juga
melibatkan pelepasan dari neurotransmitter (norepinefrin, dopamin,
serotonin, GABA, glutamat) melalui stimulasi dari presinap reseptor
nkotinik.
Nikotin berefek pervasif pada kimia neuron otak. Mengaktivasi
nicotinic acethylcoline receptors (nAchRs) yang tersebar di otak dan
menginduksi pelepasan dopamin di nukleus accumben. Efek ini identik
dengan penyalahgunaan narkoba dan dianggap sebagai mekanisme
penyebab adiksi di otak.
2. Minuman Beralkohol
Minuman-minuman tersebut termasuk minuman beralkohol.
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung alkohol. Apakah
sebenarnya alkohol itu? Alkohol adalah senyawa organik turunan senyawa
alkana dengan gugus OH pada atom karbon tertentu. Para ahli kimia di
Eropa pada abad pertengahan kemudian menggunakan istilah tersebut

6
untuk menyebut sebuah senyawa berbau khas yang diperoleh dari
penyulingan, yaitu etanol yang mempunyai rumus kimia C2H5OH. Oleh
karena itu, secara umum orang kemudian menggunakan istilah ini untuk
menyebut sebuah senyawa alkohol secara spesifik (etil alkohol atau
etanol).
Minuman beralkohol yang paling banyak dikonsumsi adalah bir.
Hampir di seluruh penjuru dunia terdapat minuman yang berkadar alkohol
3–5 % ini dengan berbagai nama, warna, dan rasa. Jenis bir yang berkadar
alkohol cukup tinggi adalah sake, minuman khas Jepang. Bir jenis ini lebih
pantas disebut sebagai anggur seperti wine, champagne, atau martini
karena minuman ini berkadar alkohol sekitar 14–15 %. Minuman
beralkohol dengan kadar tinggi di antaranya brandy dari Perancis (biasa
disebut cognac) dengan kadar alkohol (40–45 %), wiski dan vodka dari
USA (40–50 %), gin dari Inggris dan Amerika (40–50 %), dan rum dari
Jamaika (50–70 %). Alkohol dengan presentasi yang lebih tinggi, bahkan
sampai 100 % dapat dibuat melalui proses penyulingan lebih lanjut.
Semua minuman bukan obat yang mengandung alkohol
dikategorikan sebagai minuman keras. Berdasarkan kandungan
alkoholnya, minuman keras dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu
kelompok A dengan kadar alkohol 1–5 %, kelompok B dengan kadar
alkohol 5–20 %, dan kelompok C dengan kadar alkohol 20–50 %.
Mengonsumsi alkohol dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan ketagihan yang sering disebut alkoholisme. Sedangkan
pecandu alkohol disebut sebagai alkoholik. Ketergantungan terhadap
minuman beralkohol dapat menyebabkan perubahan terhadap tingkah
laku, disfungsi sosial, dan disfungsi kerja seorang alkoholik.
Ketika seseorang mengonsumsi minuman beralkohol, 20 % dari alkohol
yang terkandung dalam minuman tersebut akan dialirkan ke dalam
pembuluh darah. Sisanya dialirkan ke paru-paru dan diserap oleh usus
halus, kemudian masuk ke aliran darah. Selanjutnya darah membawa
alkohol menuju ke hati. Jika kandungan alkohol yang berada dalam darah
yang dibawa ke hati terlalu tinggi, hati tidak akan mampu untuk
menetralisir seluruh alkohol. Sisa alkohol yang tidak dapat ternetralisir

7
oleh hati akan tetap berada dalam darah dan beredar ke seluruh tubuh
sehingga menimbulkan efek-efek yang kurang baik bagi tubuh. Tabel
berikut menampilkan beberapa efek minuman beralkohol terhadap tubuh.
Selain efek fisik dan psikis di atas, pemakaian alkohol dalam
jangka panjang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, di
antaranya fetal alcohol syndrome, sirosis hati, kardiomiopati, hipertensi,
dan delirium tremens.
1) FAS (Fetal Alcohol Syndrome)
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan cacat bawaan yang
mengakibatkan bentuk kepala menjadi tidak simetris, kelainan
tingkah laku, dan keterbelakangan mental. FAS terjadi karena
seorang ibu yang mengonsumsi minuman beralkohol selama
kehamilannya. Kandungan alkohol dalam darah si ibu
mengakibatkan kelainan pada pertumbuhan janin yang
dikandungnya.
2) Sirosis hati
Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dapat
menimbulkan sirosis hati (cirrhosis of the liver). Sirosis hati
merupakan kelainan struktur dan fungsi hati karena matinya selsel
hati. Sel-sel hati tersebut mati karena berbagai hal, misalnya zat-zat
kimia (alkohol dan obat-obatan), virus, maupun logam beracun.
Tingginya kandungan alkohol dalam darah dapat membunuh sel-sel
hati yang dilaluinya. Sel-sel hati yang belum mati akan
menggandakan diri untuk menggantikan selsel yang telah mati.
Akibatnya, muncul timbunan sel-sel baru.
3) Kardiomiopati (kerusakan otot jantung)
Kecanduan alkohol dapat menyebabkan kerusakan otot jantung.
Otot-otot jantung, terutama pada bilik kiri dan kanan, menjadi lebih
besar dan kendur. Akibatnya, jantung tidak dapat memompa darah
dengan normal. Kelainan aliran darah dari jantung akan
menghambat kinerja ginjal untuk menyaring air dan garam.
Tingginya kandungan air dan garam dalam darah akan
meningkatkan volume darah yang berpotensi merusak paru-paru.

8
4) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Sebelumnya telah disebutkan bahwa konsumsi minuman
beralkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan otot
jantung. Perubahan kondisi jantung akibat minuman beralkohol
dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah yang dapat
mengakibatkan stroke.
5) Delirium tremens (DTs)
Beberapa kasus kecanduan alkohol menyebabkan timbulnya
penyakit delirium tremens (DTs) yang ditandai dengan
meningkatnya perasaan bingung, tidak dapat tidur, tekanan mental,
dan halusinasi yang parah.

2.4 Dampak yang dapat Ditimbulkan Zat Adiktif Non Narkotika dan
Psikotropika
1. Alkohol dalam minuman keras dapat menyebabkan gangguan jantung
dan otot syaraf,mengganggu metabolisme tubuh, membuat janis
menjadi cacat, impoten serta gangguanseks lainnya.
2. Kafein, berdasarkan fakta secara ilmiah ternyata banyak sekali
manfaat dari minum kopi . Namun dibalik dampak positif minum
kopi, ternyata ada pula bahaya dan kerugiannya. Secara umum
kebiasaan minum kopi dapat memunculkan efek kecanduan baik
secara psikologis maupun fisiologis. Pada saat tidak mengkonsumsi,
maka tubuh akan terasa letih atau lelah, tak bersemangat dan
mengantuk. Hasil analisis secara medis mengkonsumsi kopi diatas
250 mg sekaligus dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti
jantung berdebar, gelisah, insomnia (sulit tidur), gugup tremor (tangan
bergetar), bahkan mual sampai muntah-muntah. Kopi berbahaya bagi
penderita hipertensi (tekanan darah tinggi) karena senyawa kafein bisa
menyebabkan tekanan darah meningkat tajam, selain itu bila dalam
sehari mengkonsumsi 1,360 gram kopi kasar (sekitar 6-7 cangkir),
beresiko terkena serangan jantung atau stroke naik sampai 10% dan
terjadi penyusutan kadar vitamin B6 hingga 21%. Berdasarkan hal ini
sangat tidak disarankan bagi mereka yang beresiko tinggi penyakit
jantung untuk minum kopi.

9
3. Nikotin merupakan slah satu bahan beracun. Nikotin yang masuk ke
dalam tubuh akan mengalami metabolisme di ginjal. Sebagai zat yang
larut di dalam air, nikotin akan dibuang melalui hati dan dapat keluar
bersama dengan urin. Sebagian besar nikotin dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui urin. Sebatang rokok yang mengandung 1-3 miligram
nikotin membutuhkan waktu sekitar 6 hingga 8 jam untuk dikeluarkan
daridalamtubuh.

Perokok berat yang sudah merokok dalam jangka waktu lama dan
jumlah yang banyak memiliki kadar nikotin yang lebih tinggi,
sehingga waktu pembuangan nikotin akan menjadi lebih panjang.
Ketika seseorang berhenti merokok, tubuh memerlukan waktu 2
hingga 3 hari untuk mengeliminasi nikotin. Akan tetapi karena nikotin
dalam beberapa bagian berakhir pada bagian lain tubuh, seperti sel
lemak, maka pengeluaran nikotin membutuhkan waktu yang lebih
lama. Bentuk metabolisme lain dari nikotin yaitu kotinin akan
menetap didalam tubuh hingga sekitar 30 hari.
Nikotin memberikan efek rileks dan membuat penggunanya menjadi
lebih bersemangat dan energik atau sebaliknya. Namun, penggunaan
nikotin yang berlebihan dapat menyebabkan ketagihan. Disaat
seseorang mengkonsumsi kafein maka akan terjadi pelepasan
adrenalin di tubuh yang menyebabkan pelepasan cadangan glukosa ke
darah sehingga penggunanya tidka merasa lapar. Dalam jangka
panjang nikotin dapat menyebabkan peningkatan kolesterol yang akan
menyebabkan faktor resiko terjadinya sakit jantung atau stroke.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Zat adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang
membahayakan kesehatan dengan ditandai perubahan perilaku, kognitif, dan
fenomena fisiologis, dan keinginan kuat untuk mengkonsumsi bahan tersebut,
kesulitn dalam mengendalikan penggunaannya. Zat adiktif dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Zat adiktif narkotika
2. Zat adiktif non narkotika dan psikotropika
Zat adiktif narkotika pada dasarnya dimanfaatkan dalam bdang kesehatan,
tetapi sekaligus dapat menimbulkan ketergantungan serta penyalahgunaan. Zat
adiktif on narkotika dan psikotropika adalah zat yang dapat menimbulkan
ketergantungan namun sering dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Zat adiktif
tidak termasuk dalam zat non narkotika dan psikotropika, tetapi dapat
menimbulkan ketergantungan. Penggunaan zat adiktif merupakan pintu gerbang

11
kemungkinan adiksi mereka terhadap narkotika dan psikotropika. Dalam hal ini
pengetahuan tentang zat adiktif non narkotika dan psikotropika sangatlah penting.
Untuk itu, sangatlah perlu mempelajari dan mengenali macam-macam zat yang
berpotensi mendorong kita untuk mengkonsumsi narkotika dan psikotropika.

3.2 Saran

Demikian makalh ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan
semoga makalah ini berguna untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Arisworo, djoko. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Grafindo media


pratama.

Azmiyati, SR, dkk. 2014. Gambaran penggunaan NAPZA pada anak jalanan di
Kota Semarang.

Hidayati, Sri dkk.2009.Sains Biologi SMP. Jakarta: Bumi Aksara

Iriani, Dewi. 2015. Kejahatan Narkoba : Penanggulangan, Bencana dan


Penerapan Hukuman Mati. Justitia Islamica, Vol 12/NO. 2/Juli-Des.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS), 9 (2): 137-143

Puspita, Diana. 2009.Alam Sekitar IPA Terpadu.Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

Qomariyatus Sholihah. 2013. Efektivitas Program P4gn Terhadap Pencegahan


Penyalahgunaan Napza. KEMAS 9 (1) 153-159

12
UU RI NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PISIKOTROPIKA. Jakarta : Sinar
Grafika 1998.

UU RI NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA. Jakarta : Sinar


Grafika 1998.

Wresniwiro, M. 1999. Narkotika, Psikotropika dan Obat Berbahaya. Jakarta:


Yayasan Mitra Bintibmas.

13

Anda mungkin juga menyukai