Menyimak
Keterampilan
Menyimak
ELVI SUSANTI
Buku Pertama
dari Seri Keterampilan Berbahasa
RAJAWALI PERS
Divisi Buku Perguruan Tinggi
PT RajaGrafindo Persada
DEPOK
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)
Elvi Susanti
Keterampilan Menyimak/Elvi Susanti
—Ed. 1.—Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2019.
xvi, 205 hlm., 23 cm
Bibliografi: hlm. 199
ISBN 978-‐602-‐425-‐
2019.
ELVI SUSANTI
KETERAMPILAN MENYIMAK
Cetakan ke-‐1, Maret 2019
Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok
Desain cover oleh octiviena@gmail.com
Dicetak di Rajawali Printing
PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Anggota IKAPI
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956
Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163
E-‐mail : rajapers@rajagrafindo.co.id Http://www.rajagrafindo.co.id
Perwakilan:
Jakarta-‐16956 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021) 84311162.
Bandung-‐40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-‐5206202. Yogyakarta-‐Perum. Pondok
Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-‐625093. Surabaya-‐60118, Jl.
Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-‐8700819. Palembang-‐30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459
RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-‐445062. Pekanbaru-‐28294, Perum De' Diandra Land Blok C 1 No.
1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-‐65807. Medan-‐20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok
A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-‐7871546. Makassar-‐90221, Jl. Sultan Alauddin
Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-‐861618. Banjarmasin-‐70114, Jl. Bali No. 31
Rt 05, Telp. 0511-‐3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar
Lampung-‐35115, Jl. P. Kemerdekaan No. 94 LK I RT 005 Kel. Tanjung Raya Kec. Tanjung Karang Timur, Hp.
082181950029.
Buku ini saya persembahkan buat keluarga kecil yang telah melengkapi dan
menyempurnakan kehidupan wanita saya, sebagai istri dan juga sebagai
ibu.
vii
Setelah bayi menyimak sejak dalam kandungan, mereka akan
belajar berbicara, kemudian masuk sekolah anak mulai diperkenalkan
dengan keterampilan membaca, dan terakhir keterampilan menulis yang
merupakan akumulasi dari keterampilan sebelumnya.
Kegiatan menyimak sering dibagi menjadi tiga tataran, dimulai
dari mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Ketiga istilah itu
sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap
sama sehingga dipergunakan secara bergantian Ketiga istilah tersebut
memang agak berkaitan dengan makna, namun, tetap berbeda dalam
penerapan atau penggunaannya (Akhadia, 1991/1992: 3). Moeliono
(1988: 246) menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai
menangkap bunyi (suara) dengan telinga, misalnya suara pesawat
atau motor lewat, suara jangkrik di malam hari, dan sebagainya.
Mendengarkan berarti menangkap sesuatu (bunyi) dengan sungguh-
sungguh, seperti mendengarkan lagu dari radio atau gawai dan ingin
mendengarkan syairnya. Berbeda halnya dengan menyimak. Menyimak
berarti memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang
dengan sungguh-sungguh. Misalnya menyimak pelajaran di kelas,
seminar, atau menyimak bacaan yang berkenaan dengan penelitian
yang tengah dilakukan.
Jadi secara umum menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menyimak juga bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman
dan perhatian serta apresiasi.
Buku “Keterampilan Menyimak” adalah buku kedua saya setelah
buku “Keterampilan Berbicara” yang dipublikasikan pada September
tahun 2018 lalu. Besar harapan saya buku ini bermanfaat bagi dunia
intelektual dan membantu untuk mempermudah pemahaman tentang
keterampilan menyimak itu sendiri.
Tentu saja keberhasilan buku ini saya tulis dengan dukungan dan
inspirasi banyak pihak. Saya berterima kasih kepada mahasiswa UIN
yang telah menjadi bagian hidup saya, yang menginspirasi saya untuk
menulis; penulis buku yang bukunya saya jadikan rujukan dalam
menulis; dan Rajawali Pers (PT RajaGrafindo Persada) yang untuk kedua
ix
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES 1
A. Pengertian Menyimak 1
B. Pentingnya Menyimak 3
C. Jenis-jenis Menyimak 7
D. Menyimak Merupakan Suatu Proses 14
E. Menyimak Bersifat Aktif-Reseptif 16
F. Tahapan Menyimak 17
G. Kemampuan Penunjang yang Diperlukan
dalam Menyimak 19
xi
E. Cara Menyima k Efektif 35
F. Perilaku Jelek dalam Menyimak 39
G. Aneka Permasalahan dalam Menyimak 40
xiii
BAB 10 MENYIMAK ESTETIS (PROSA DAN DRAMA) 153
A. Menyimak Estetis (Prosa) 153
1. Pengertian dan Jenis Prosa 153
2. Unsur-unsur dalam Prosa 156
B. Menyimak Estetis (Drama ) 158
1. Pengertian Drama 158
2. Unsur dalam Drama 161
3. Jenis-jenis Drama 163
4. Contoh Teks Drama 164
C. Cara Menyimak Estetis Prosa dan Drama 165
xv
[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB 1
MENYIMAK SEBAGAI SUATU
PROSES
A. Pengertian Menyimak
Kata ‘menyimak’ dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna
dengan ‘mendengar’ dan ‘mendengarkan’. Ketiga istilah itu sering
menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap sama
sehingga dipergunakan secara bergantian (Akhadia, 1991/1992: 3).
Ketiga istilah tersebut memang agak berkaitan dengan makna. Namun,
tetap berbeda dalam penerapan atau penggunaannya. Moeliono (1988:
246) menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi
(suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menangkap sesuatu
(bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan menyimak.
Menyimak berarti memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang.1
Secara umum, menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menyimak juga bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman
1
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia: Teori dan Aplikasi, (Bandung: CV Karya Putra Darwati, 2012), h. 8.
1
dan perhatian serta apresiasi (Russell & Rusell, 1959: Anderson, 1972)2
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyimak
adalah mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan
atau dibaca orang.3
Tidak sedikit orang yang beranggapan menyimak sama dengan
mendengar. Padahal menyimak (listening) berbeda dengan mendengar
(hearing). Menyimak bersifat aktif, sedangkan mendengar bersifat pasif,
spontan, dan tidak selektif. Menyimak tidak hanya merupakan aktivitas
mendengarkan, tetapi merupakan sebuah proses memilih dari sekian
banyak rangsangan di sekitar kita. Menyimak menyangkut proses dan
interpretasi terhadap informasi yang diterima.4
Menyimak merupakan komunikasi verbal yang sulit dan unik
harus dipelajari dan dilatih, karena merupakan bagian yang penting
dari komunikasi. Bahkan menyimak dapat diklasifikasikan sebagai seni
bergaul atau keterampilan berkomunikasi. Peranan menyimak penting
dalam berkomunikasi, karena memiliki manfaat dalam mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan menempati ruang paling besar dalam
aktivitas berkomunikasi. Sekitar 50% aktivitas komunikasi didominasi
oleh menyimak.
Secara lebih rinci, menyimak juga mempunyai tahapan yang
komprehensif. Dimulai dari mendengar, mendengarkan, dan terakhir
menyimak. Perbedaan di antara ketiganya, mendengar hanya sepintas
saja, seperti mendengar suara pesawat, klakson mobil, atau deru ombak.
Mendengarkan lebih meningkatkan perhatian terhadap suara atau bunyi
yang masuk ke telinga, seperti mendengarkan orang mengetuk pintu dan
mengucapkan salam, mendengarkan orang menyebut nama kita, dan
sebagainya. Sedangkan menyimak lebih komprehensif, memperhatikan
sungguh-sungguh kepada bahan simakan, misalnya memperhatikan
dosen menjelaskan materi perkuliahan, menyimak radio, menyimak
bahan bacaan, dan lain-lain.
2
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 37.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 1307.
4
Herry Hermawan, Menyimak (Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan),
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. v.
2 Keterampilan Menyimak
Di sisi lain dijelaskan, keterampilan berbahasa dimulai dari
keterampilan menyimak, kemudian keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan terakhir keterampilan menulis. Ada teori
yang mengatakan kalau anak sudah bisa mendengarkan, menyimak
sejak dalam kandungan. Setelah ia lahir, maka anak tersebut diajarkan
berbicara. Pintar berbicara, maka ia pun akan diajarkan membaca.
Keterampilan menulis diajarkan setelah anak bisa menyimak, berbicara,
dan membaca; karena keterampilan menulis adalah akumulasi dari
ketiga keterampilan sebelumnya.5
Ketika seseorang berkomunikasi, menyimak merupakan salah
satu keterampilan berbahasa yang penting untuk menunjang
keberhasilan aktivitas pribadi, akademik, dan profesi. Peranan penting
dari keterampilan menyimak ini mesti disadari oleh setiap pengajar
bahasa, sebab ada pemahaman bahwa keterampilan menyimak ini dapat
diperoleh secara spontan tanpa melalui latihan yang intensif. Namun
demikian, untuk menjadi seorang pendengar yang baik atau agar dapat
menyimak dengan baik maka keterampilan tersebut harus dilatih.6
Selain itu, simakan dimaknai sebagai hasil menyimak, terutama
melalui pancaindra dengar dengan perhatian penuh atas ujaran-ujaran
bahasa lisan yang ditangkap oleh seseorang dari orang lain, baik secara
langsung maupun melalui rekaman.7 Jadi, sumber utama simakan adalah
bentuk asli dari bahasa, yaitu bahasa lisan. Dalam bidang linguistik
sering dinamakan la parole (objek pertama linguistik). Bahasa tulisan
merupakan objek linguistik yang kedua (la langue) karena bahasa tulisan
merupakan lukisan dari bahasa lisan.
B. Pentingnya Menyimak
Dalam dunia komunikasi, menyimak diakui sebagai suatu keahlian
komunikasi verbal yang sulit dan unik dibandingkan dengan komunikasi
verbal lainnya, seperti berbicara; menulis; dan membaca. Kendati
demikian menyimak harus dipelajari dan dilatih, karena ia merupakan
5
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. vii.
6
Andri Wicaksono, dkk., Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat),
(Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), hlm. 93.
7
Syamsuddin A.R., Dari Ide Bacaan Simakan Menuju Menulis Efektif, (Bandung:
Bumi Siliwangi, 1994), h.95.
8
Herry Hermawan, op.cit., h. 29-30.
9
Afiuddin, Neuropsikolinguistik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h. 301.
4 Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak juga menjadi dasar dalam mempelajari
keterampilan berbahasa yang lainnya: yakni berbicara, membaca dan
menulis. Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan
keterampilan yang mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Rankin
menyatakan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak.
Pentingnya peranan menyimak dalam komunikasi bukan saja karena
ia memiliki manfaat yang besar dalam aktivitas komunikasi. Berbagai
penelitian menunjukkan, sekitar 50% aktivitas komunikasi adalah
menyimak. Adler (1986) misalnya, mencatat bahwa 53% aktivitas
komunikasi didominasi oleh menyimak, sedangkan menulis 14%,
berbicara 16%, dan membaca 17%. Menurut Laderman (2002), orang
dewasa meluangkan waktunya sekitar 42% untuk melakukan aktivitas
menyimak, sedangkan anak-anak sekitar 58%.10
De Vito (2021) memberikan gambaran komparatif mengenai
aktivitas menyimak yang dilakukan oleh orang dewasa dan mahasiswa.
Menurut De Vito, orang dewasa meluangkan sekitar 45% untuk
menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan 9% untuk
menulis, sedangkan mahasiswa meluangkan waktunya sebesar 53%
untuk menyimak, 16% untuk berbicara, 17% untuk membaca, dan
14% untuk menulis. Aktivitas menyimak ini masih dibagi lagi ke dalam
penyimakan terhadap pesan-pesan media massa (komunikasi massa)
dan terhadap pesan-pesan tatap muka (komunikasi antarpribadi).
Tidak ada yang menyangkal, menyimak secara kuantitatif
mengambil porsi terbesar dalam setiap aktivitas komunikasi, namun
secara kualitatif umumnya kegiatan ini masih tergolong buruk atau
tidak efektif. Tidak jarang kita berpikir kita telah meyimak dengan baik.
Sebenarnya tidak, karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa umumnya kita hanya mampu mengingat sekitar 25% hingga
50% dari apa yang kita dengar. Oleh sebab itu, perilaku menyimak perlu
diperbaiki dan ditingkatkan agar efektif, yang berarti tidak ada alasan
untuk tidak mempelajari dan meningkatkan keterampilan menyimak.11
10
Herry Hermawan, op.cit., h.30.
11
Ibid, Herry Hermawan, h.31.
12
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 210.
6 Keterampilan Menyimak
peserta didik dan manusia pada umumnya.
C. Jenis-jenis Menyimak
Ada beberapa klasifikasi jenis-jenis menyimak sesuai sudut pandang
masing-masing. 13 Myers dan Myers (1975) mengklasifikasikan
menyimak ke dalam informative listening, appreciative listening dan critical
listening. Bradley (1978) menggolongkannya ke dalam listen purposefully,
listen actively, listen objectively, listen constructively, listen attentively, dan
listen enthusiastically. De Vito (2001) membaginya ke dalam participatory
and passive listening, nonjudgemental and critical listening, surface and depth
listening, serta active and inactive listening.
Sedangkan Tarigan menamakan jenis-jenis menyimak dengan ragam
menyimak, membaginya ke dalam menyimak ekstensif (menyimak
sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, menyimak pasif), dan
menyimak intensif (menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak
kreatif, dan menyimak eksploratif).14
Pengklasifikasian menyimak tadi bisa diuraikan sebagai berikut:.
1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan
orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak seperti ini
sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan
dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam
prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru.
Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan
simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis
besarnya saja atau butir-butir yang penting saja.
Menyimak ekstensif memberi kesempatan dan kebebasan bagi para
siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosakata struktur-struktur
yang baru yang terdapat dalam arus ujaran yang berada dalam jangkauan
kapasitas untuk menanganinya. Pada umumnya sumber yang paling
baik bagi aspek menyimak ekstensif adalah rekaman-rekaman yang
a. Menyimak sosial
Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang
mengobrol, bercengkerama mengenai hal-hal menarik perhatian
semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk
meresponss yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan
memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan
atau dikatakan orang. Menyimak sosial juga menyimak secara kebetulan,
walaupun dengan perhatian yang penuh pada cerita-cerita yang
dibacakan atau yang dikisahkan oleh ibunya. Menyimak sosial atau
konversasional ataupun menyimak sopan, biasanya berlangsung dalam
situasi sosial tempat orang mengobrol atau becengkraman mengenai
hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir.
Dengan perkataan lain dapat dikemukan bahwa menyimak sosial
paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:
1) Menyimak secara sopan-santun dan dengan penuh perhatian
terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi sosial
dengan suatu maksud.
2) Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan
penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Anderson, 1972: 69).
b. Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan,
maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu. Berikut
ini dua buah contoh menyimak sekunder:
1. Menyimak musik yang mengiringi ritme-ritme atau tarian rakyat
di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup
sementara kita menulis surat pada seseorang teman di rumah.
2. Sambil menikmati musik, kita ikut berpartisipasi dalam kegiatan
tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat
sketsa, dan latihan menulis indah (Dawson, et all, 1963:153).
c. Menyimak estetik
Menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu
8 Keterampilan Menyimak
pertunjukan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung
maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami,
merasakan karakter dari setiap pelaku. Menyimak estetik atau pun
menyimak apresiatif adalah fase terakhir dan kegiatan yang termasuk
dalam menyimak secara kebetulan dan menyimak secara ekstensif,
mencakup:
1. Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio,
dan rekaman-rekaman.
2. Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerencing irama dan lakon-
lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor
(Dawson, et all,1963: 153).
d. Menyimak pasif
Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya
sadar yang biasanya menandai upaya penyimak. Untuk melakukan hal
ini kita perlu mempergunakan teknik-teknik tertentu yang bermanfaat,
antara lain:
1. Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak sebanyak mungkin.
Kadang kita tercengang menyaksikan orang-orang pribumi yang
tidak bersekolah, tetapi mereka lancar sekali menggunakan
beberapa bahasa asing.
2. Tenang dan santai.
Kegelisahan-kegelisahan yang dirasakan bisa memutuskan
upaya otak untuk melakukan tugasnya, termasuk juga dalam
belajar bahasa. Karenanya, dalam hal menyimak pun diperlukan
ketenangan dan suasana santai.
3. Jangan memasang rintangan bagi bunyi.
Orang-orang yang bermukim di dekat rel kereta api yang bising
cenderung untuk melindungi diri mereka dengan “tabir bunyi“,
penghalang secara mental, sehingga mereka tidak mendengar lagi
kereta api lewat.
4. Berikanlah waktu yang cukup bagi telinga dan otak.
Pada akhir minggu kebanyakan orang beranggapan mereka harus
mulai berbiccara suatu bahasa asing. Tentu saja tanpa sangsi mereka
dapat memakai beberapa ekspresi tetapi untuk memanfaatkan
“passive learning” dengan sebaik-baiknya seseorang haruslah
memberi kesempatan bagi otak untuk bekerja beberapa bulan.
1. Menyimak kritis
Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang
diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara.
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian
kesalahan atau kekeliruan, bahkan juga butir-butir yang baik dan benar
dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang
dapat diterima akal sehat.
Situasi-situasi khusus yang menuntut kita menyimak kritis,
antara lain: pidato-pidato politis, pidato-pidato filosofis, dan kata-kata
memikat dari tukang obral (Hunt, 1981: 28).
Secara terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak
kritis mencakup:
1) memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat,
kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya;
2) menentukan alasan “mengapa”;
3) memahami aneka makna petunjuk konteks;
15
Ibid, h. 46.
10 Keterampilan Menyimak
4) membedakan fakta dan fantasi, yang relevan dan tidak;
5) membuat keputusan-keputusan;
6) menarik kesimpulan-kesimpulan;
7) menemukan jawaban bagi masalah tertentu;
8) menentukan informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu
topik;
9) menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa
yang belum umum atau belum lazim dipakai;
10) bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian,
kebenaran, atau adanya prasangka atau kecerobohan,
kekurangtelitian, serta kekeliruan (Anderson, 1972: 70).
b. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah
pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh
dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik.
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam konsentratif ini,yaitu:
1) mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan;
2) mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat,
kualitas, waktu, urutan, serta sebab–akibat;
3) mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu;
4) memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam;
5) merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran,
ataupun, pengorganisasiannya;
6) memahami urutan ide-ide sang pembicara;
7) mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson, 1972:70;
Dawson, et all, 1963: 153).
3. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi
seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam
puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi
itu. Menyimak kreatif sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat
mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak
terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik
yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya
e. Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut
konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak
akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak. Dalam kegiatan
menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan
perhatiannya pada memperolehan informasi dengan cara menginterogasi
atau menanyai sang pembicara (Dawson, et all, 1963: 153).
Dengan mengharapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada pembicara, penyimak mengharapkan dapat memperoleh
informasi atau pengetahuan sebanyak mungkin dan segala aspek pokok
pembicaraan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
menyimak interogatif ini mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke
mana, untuk apa, benarkah, dan sebagainya.
12 Keterampilan Menyimak
f. Menyimak Selektif
Menyimak selektif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan
menampung aspirasi dari penutur/pembicara dengan menyeleksi dan
membandingkan hasil simakan dengan hal yang relevan.
Berikut ini ciri-ciri menyimak secara selektif.
a. Nada Suara
Apakah nada suara turun atau naik, maupun tetap mendatar jelas
merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh seorang anak
mengenai suatu bahasa baru Di sisi lain hal ini biasanya merupakan hal
terakhir yang dipelajari oleh orang dewasa. Banyak orang beranggapan
bahwa mereka tidak dapat menyimak suatu bahasa sampai mereka
mengerti kata-kata, tetapi sesudah itu kegiatan menyimak terlalu terlambat.
Agar dapat mendengar perubahan–perubahan pada nada, kita biasanya
perlu mempunyai kemampuan untuk menghilangkan atau melupakan
hal lain dan hanya mendengarkan nada saja. Menyimak selektif terhadap
intonasi merupakan langkah pertama yang benar-benar harus dimulai
dalam menyimak atau mendengarkan bahasa asing. Inilah yang merupakan
alasan mengapa menyimak pada modifikasi keadaan harus dimulai sedini
mungkin pada hari-hari pertama belajar bahasa asing itu.
b. Bunyi-bunyi asing
Seseorang yang menyimak secara selektif akan sangat tertarik pada
aneka variasi nada suatu bahasa -- yang biasanya memakan waktu paling
sedikit seminggu atau lebih. Ketertarikan itu terjadi pada bunyi-bunyi
asing tertentu, baik konsonan maupun vokal. Oleh karena itu, segi-segi
berikutnya yang harus disimak secara selektif adalah bunyi-bunyi asing
dalam bahasa tersebut. Kalau suatu bunyi sering dipakai, cara yang baik
serta bijaksana ialah memusatkan perhatian hanya pada bunyi yang satu
itu. Meski setelah memusatkan perhatian, dalam waktu yang singkat akan
terlihat bahwa bunyi tidak selalu sama. Terdapat perbedaan-perbedaan kecil
tetapi cukup sebagai ciri-ciri dasar yang ditemukan sehingga seseorang
dapat menetapkan apa sebenarnya yang menentukan bunyi distingtif yang
sama itu (proses yang sama dapat diikuti dalam menyimak bunyi-bunyi
lain yang amat berbeda dari bunyi-bunyi bahasa Indonesia).
e. Bentuk-bentuk ketatabahasaan
Dalam kebanyakan bahasa, yang kita sebut “kata” itu tidak selalu
muncul dan kelihatan dalam bentuk yang sama. Akan tetapi apapun
perubahan yang terjadi, kita perlu mengarahkan perhatian kepadanya
dengan menyimak secara selektif pada perangkat-perangkat modifikasi
tersebut. Salah satu keuntungan utama menyimak secara selektif pada
struktur-struktur ketatabahasaan ialah struktur-struktur yang diserap
oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasan dalam otak.
14 Keterampilan Menyimak
belaka, namun dalam prosesnya dibutuhkan aspek-aspek lainnya.
Berbicara mengenai menyimak, seseorang memang tidak dituntut
untuk mengaktifkan psikomotoriknya, tetapi bukan berarti aspek-
aspek mentalnya pun tidak ikut aktif. Untuk memahami pesan yang
disimaknya, penyimak harus mengaktifkan syaraf-syaraf otak dengan
sungguh-sungguh untuk mampu mengolah pengetahuan-pengetahuan
yang ada dan menghubungkannya dengan bahan simakan sehingga
dapat menangkap pesan yang disampaikan pembicara. 16
Hakikatnya, menyimak adalah kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi
yang disertai dengan usaha memahami. Ini berarti bahwa menyimak
diawali dengan kegiatan mendengarkan yang pada akhirnya penyimak
memperoleh hasil dari apa yang disimaknya. 17 Sebagaimana bunyi bahasa
yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi jenis dan pengelompokannya
menjadi suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana. Jeda dan
intonasi perlu diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima
kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat
diputuskan diterima tidaknya informasi tersebut.18
Menyimak didefinisikan oleh Tarigan (1987: 28) sebagai suatu
proses, yaitu mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan.19
Kita dapat menyimpulkan bahwa menyimak merupakan suatu
kegiatan yang memerlukan proses, karena dalam proses menyimak
minimal melalui tahapan-tahapan mendengarkan, memahami,
menafsirkan. 20 Selanjutnya menafsirkan suatu kejadian dengan
mengubah isi pembicaraan menjadi sebuah pemikiran yang dapat
diolah menjadi informasi kemudian ditangkap dan disimpan di memori
16
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017), h. 1.17.
17
Ibid., h. 1.18.
18
Rosdawita, “Pembelajaran Menyimak Berbasis Pendekatan Kontekstual”. Pena.
Vol. 3 No. 2, 2 Desember 2013, h. 67.
19
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) h. 1.5.
20
Ibis., h.1.5.Ibid., h. 1.18.
21
Ibid., h. 1.17.
22
Ibid., h. 1.6.
16 Keterampilan Menyimak
mungkin penyimak dapat mengikuti teks bahan simakan, memahami
isinya, karena kegiatan mental si penyimak yang benar-benar aktif itu
maka para ahli berpendapat bahwa menyimak adalah suatu kegiatan
reseptif yang aktif. Tidak dengan perhatian yang terpusat penangkapan
bunyi tidak mungkin sempurna. Tanpa memeras otak tidak mungkin
seseorang bisa memahami makna bunyi yang diterimanya. Tanpa
pemahaman tidak mungkin berhasil dengan baik. Semua proses ini
mengantar si penyimak ke arah responss yang tepat.23 Menyimak
dapat dipandang sebagai kegiatan mental. Itulah sebabnya menyimak
dikatakan bersifat aktif-reseptif. Sebagai contoh: menyimak dongeng
dengan menggunakan strategi audio, dengan cara ini mampu
meningkatkan rasa ingin tahu siswa, dibuktikan pada siswa kelas VII
A di SMP N 1 Winong, menunjukkan peningkatan dari nilai rata-rata
72,8 menjadi 80. Itu menunjukkan proses yang sangat baik dengan
menerapkan menyimak menggunakan audio.24 Adapun dengan melalui
media VCD film dengan cara memutarkan film yang sesuai dengan
pesan/materi yang akan disampaikan dengan memberi motivasi untuk
anak sebelum dan ketika menyimak cerita, melalui tanya jawab tentang
isi cerita dan mengapresiasi isi cerita.25
F. Tahapan Menyimak
Sejumlah ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak
merupakan suatu proses. Lilian M. Logan (1972: 45), misalnya membagi
proses menyimak ke dalam tahapan pemahaman, penginterpretasian
dan penilaian.26 Sedangkan Morris (1964: 701-702) membagi proses
menyimak menjadi lima tahap yaitu hearing (mendengar), attention
(perhatian), perception (menafsirkan), evaluation (menilai), dan responsse
atau reaction (mereaksi).27 Dari penjelasan di atas proses menyimak
dapat dirangkum dan dijelaskan melalui tahapan berikut:
23
Juaidah Agustina, Menyimak sebagai Suatu Proses Kegiatan Reseptif Aktif.
(Ripteksi Kependidikan PGRI. Vol. 1 No. 1, Februari 2013), h. 29-36.
24
Eka Retnaningsih, Nas Haryati, Luriawati, Peningkatan Menyimak Dongeng
Menggunakan Media Audio dengan Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu pada Siswa
Kelas VII A, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013), h. 3.
25
Rifan Jita Ridyawati, Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Media
VCD Film Kartun, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), h. 8.
26
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia: Teori dan Aplikasi, (Bandung: CV Karya Putra Darwati, 2012), h. 15.
27
Bustanul Arifin dkk, Menyimak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.19.
28
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa Bandung, 1986), h. 63.
18 Keterampilan Menyimak
Lima Tahap
dalam Proses
Menyimak
30
Bustanul Arifin, dkk, op. cit., h. 1.20.
20 Keterampilan Menyimak
Jika proses ini selesai maka sampailah pada kemampuan terakhir, yaitu
menentukan sikap, menolak atau menerima makna yang terkandung
dalam bunyi-bunyi bahasa tersebut yang telah membentuk menjadi
gagasan yang utuh dan bermakna.
Kemudian menurut Sabarti (1992: 149) menjelaskan bahwa untuk
melakukan kegiatan menyimak, seseorang perlu memiliki sejumlah
kemampuan. Kemampuan-kemampuan itu digunakan sesuai dengan
aktivitas menyimak pada saat mendengar dan menangkap bunyi bahasa,
penyimak harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian dan
kemampuan menangkap bunyi bahasa. Di samping itu, penyimak juga
harus memiliki kemampuan linguistik yang memadai sesuai dengan
bahan atau materi yang disimak. 31
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
menyimak memerlukan dukungan berbagai kemampuan sebagai
penunjang keberhasilan menyimak. Berbagai kemampuan penunjang
tersebut meliputi:
1. Kemampuan memusatkan perhatian;
2. Kemampuan menangkap bunyi;
3. Kemampuan mengingat;
4. Kemampuan lingustik;
5. Kemampuan nonlinguistik;
6. Kemampuan menilai; dan
7. Kemampuan menanggapi.32
31
Ibid., h. 1.21.
32
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia: Teori dan Aplikasi, (Bandung: CV Karya Putra Darwati, 2012), h. 17.
1
Team Yayasan Pendidikan Haster, Ikhtisar Materi-materi Penting Bahasa
Indonesia, (Bandung: CV Pionir Jaya, 1995), h. 117.
2
Tarigan, op.cit., h. 30-31.
3
Arono, Jurnal Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Menyimak melalui
Teknologi Informasi,dalam http://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/
view/286 diunduh pada 10 Maret 2017 pukul 01.49 WIB.
23
A. Tujuan Menyimak
Menyimak merupakan suatu kegiatan berbahasa yang sering kita
lakukan dalam kehidupan sehari-hari.4 Dengan demikian, menyimak
memiliki beberapa tujuan, di antaranya:
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama
agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang
pembicara.
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak
dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan
(terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud
agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-
buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan
maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-
apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi,
musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).
5. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan oleh si penyimak; dengan perkataan lain, dia menyimak
secara persuasif.5
6. Menyimak untuk membedakan dan menemukan unsur-unsur
fonetik dan struktur kata lisan.
7. Menyimak untuk menemukan dan memperkenalkan bunyi-bunyi,
kata-kata, atau ide-ide baru kepada penyimak.
8. Menyimak secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide
pokok dan menanggapinya secara tepat.
9. Menyimak ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topik atau
kalimat penunjuk.6
2007), h.1.3.
5
Eprints UNY, Keterampilan Menyimak, dalam http://eprints.uny.ac.id/13992/2/
Bab%20II.pdf, diunduh pada 16 Maret 2017 pukul 15:50 WIB.
6
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2008), h. 8.
24 Keterampilan Menyimak
B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Menyimak
Menyimak merupakan satu keterampilan berbahasa yang sangat penting
untuk dimiliki oleh setiap orang terutama kaum terpelajar, sedangkan untuk
memperoleh kemampuan menyimak yang baik diperlukan pengetahuan
tentang banyak hal yang berkenaan dengan menyimak.7 Berikut beberapa
faktor yang memengaruhi keberhasilan menyimak.
1. Faktor Fisik
Kita sama-sama telah maklum bahwa kondisi fisik orang menyimak
merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas
keaktifannya dalam menyimak. Salah satu contohnya ada orang yang suka
sekali mendengar, dalam keadaan yang serupa itu, dia mungkin saja terganggu
serta dibingungkan oleh upaya yang dilakukannya untuk mendengar, atau
dia mungkin kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia
mungkin berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, atau
pengidap suatu penyakit fisik sehingga perhatiannya dangkal, sekilas saja,
serta tingkah polanya tidak karuan. Selain kesehatan fisik, penyimak juga
harus memiliki indra pendengaran yang baik karena satu-satunya indra yang
sangat berperan dalam kegiatan menyimak adalah pendengaran.8
Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan suatu modal penting
yang turut menentukan bagi siap penyimak. Namun, lingkungan fisik
juga mungkin sekali turut bertanggung jawab atas tidak keefektifan
menyimak seseorang. Ruangan mungkin sekali terlalu panas, lembab,
ataupun terlalu dingin, suara bising yang mengganggu dari jalan, dari
kamar sebelah, atau dari beberapa bagian ruangan tempat menyimak
berada, para hadirin yang bergerak, atau berjalan kian kemari seenaknya
saja sehingga juga dapat mengganggu orang yang sedang menyimak.
2. Faktor Psikologis
Selain faktor-faktor fisik, masih terdapat faktor-faktor yang kerap kali
lebih sulit diatasi, yang melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi,
7
Bustanul Arifin, dkk., Materi Pembelajaran Menyimak, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 2.3.
8
Bustanul Arifin, dkk., Menyimak, (Banten: Universitas Terbuka, 2017), h. 2.4.
3. Faktor Pengalaman
Pengalaman juga faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan
menyimak. Kurangnya atau tiadanya minat merupakan akibat dari
pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali pengalaman
dalam bidang yang disimak itu. Sikap-sikap yang antagonistik, sikap-
sikap yang menentang, serta bermusuhan timbul dari penglaman-
9
Ibid., h. 2.4.
10
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: CV. Angkasa, 2015), h. 108.
11
Digital Repository Unila, Faktor yang Memengaruhi Menyimak, dalam
http://digilib.unila.ac.id/21036/17/BAB%20II.pdf diunduh pada 16 Maret 2017
pukul 15.55 WIB.
12
Ibid., h. 106-108.
26 Keterampilan Menyimak
pengalaman yang kurang menyenangkan. Kosakata simak juga turut
memengaruhi kualitas menyimak. Makna-makna dari kata-kata asing
sering mengurangi perhatian mereka dalam kegiatan menyimak.
Faktor pengalaman dapat diperoleh penyimak melalui kejadian atau
peristiwa yang dialami sendiri, pengalaman orang lain yang diperoleh
melalui pembicaraan atau melalui bacaan. Dengan demikian, pengalaman
yang dimiliki penyimak sangat membantu dalam memahami bahan
simakan, terutama pengalaman berbahasa yang di dalamnya terkandung
pengetahuan dan kemampuan tentang bahasa dan berbahasa.13
4. Faktor Sikap
Memahami sikap penyimak merupakan salah satu modal penting bagi
pembicara untuk menarik peminat atau perhatian para penyimak.
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai
segala hal yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan
bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan
baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan
tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada
menyimak masing-masing dampak positif dan dampak negatif. Dengan
demikian, seorang pembicara yang baik seharusnya dapat memberikan
sajian informasi yang baik dan menarik sehingga mempermudah
penyampaian informasi dan membentuk sikap positif penyimak.14
5. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang.
Jika seseorang memiliki motivasi kuat untuk mengerjakan, orang
itu diharapkan akan berhasil ke tujuannya. Begitu pula halnya dalam
menyimak, jika kita sebagai penyimak tidak yakin jika kita akan
memperoleh sesuatu yang berharga dan berguna dari suatu penyimakan,
sedikit sekali kemungkinan bahwa kita akan mau, apalagi bergairah,
menyimak pada sesuatu apabila, kita sedang melamun, mengantuk,
atau tidur-tiduran. Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan
segala sesuatu dalam kehidupan ini. Menerangkan pelajaran dengan
baik dan jelas, dan mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak
13
Ibid., h. 2.5.
14
Kembong Daeng, dkk, Pembelajaran Keterampilan Menyimak, (Makassar: Badan
Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2010), h. 37.
15
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: CV. Angkasa, 2015), h. 106-111.
16
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Banten: Universitas Terbuka, 2017), h. 2.5.
17
Ibid., h. 2.6.
28 Keterampilan Menyimak
guru, camat, bupati, mahasiswa, aktivis, psikolog, antropolog, linguis,
apoteker, seniman, sastrawan, hakim, pasti akan menyimak hal-hal
yang berkaitan dengan mereka, profesi dan keahlian mereka, agar tidak
ketinggalan zaman, mereka harus mengembangkan pengetahuan mereka
ke arah yang lebih baik, perkembangan yang pesat yang terdapat dalam
bidang keahlian mereka menuntut untuk mengembangkan suatu teknik
menyimak yang baik.18 Jadi peranan penyimak dalam masyarakat atau
status penyimak juga menentukan bahan-bahan yang disimaknya dan
dapat memengaruhi hasil simakkan itu.19
8. Faktor Pembicara
Kelemahan-kelemahan pembicara sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak.
Ketidakberhasilan penyimak ini dapat terjadi pada kegiatan menyimak
tanpa tatap muka (melalui radio atau kaset rekaman), terlebih lagi
pada kegiatan menyimak secara langsung atau tatap muka. Kelemahan-
kelemahan pembicara tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Pembicara tidak menguasai bahan yang dibicarakan. Artinya,
pembicara bukan ahli pada bidang yang dibicarakannya.
b. Pembicara menyampaikan bahan pembicaraan tidak sistematis
sehingga sulit dimengerti.
c. Volume suara pembicaraan kurang keras sehingga tidak jelas
terdengar, banyak terdapat pelafalan dan intonasi yang tidak tepat
sehingga terjadi peruubahan makna kata atau kalimat yang akan
berdampak pada kekeliruan penyimak dalam mengungkap maksud
pembicaraan,
d. Pembicara kurang memiliki percaya diri sehingga penyimak
meragukan apa yang disampaikan pembicara.
e. Penampilan pembicara tidak menarik atau kurang enak dipandang
(lusuh atau bertingkah laku berlebihan). Hal ini membuat
penyimak/pendengar beralih dari pesan kepada tingkah laku yang
dianggap aneeh. Dapat juga pendengar menjadi tidak tertarik,
bosan, bahkan mungkin kesal.
f. Pembicara tidak dapat melakukan kontak atau tidak dapat
18
Tarigan, Ibid., h.112-115.
19
Arifin, dkk, op.cit., h. 2.5-2.6.
9. Faktor Pembicaraan
Pembicaraan, isi atau pesan yang akan disampaikan oleh pembicara
haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu agar sesuai dengan selera
pendengar atau penyimak. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pembicaraan harus sesuatu yang baru dan aktual.
2) Pembicaraan harus memiliki makna atau bermanfaat bagi orang
yang mendengarkannya.
3) Pembicaraan harus disusun secara sistematik agar mudah ditangkap
pendengar atau penyimak.
4) Taraf kesukaran pembicaraan hendaknya seimbang dengan taraf
kemampuan pendengar.21
20
Ibid., h. 2.7
21
Ibid., h. 2.7.
22
Ibid., h. 2.8.
30 Keterampilan Menyimak
kondisi, kenyamanannya, hobi/selera penyimak. Ada yang suka
menyimak buku dan sebagian lagi menuangkannya dalam bentuk
tulisan saat pagi hari setelah shalat Subuh. Ada yang konsentrasinya
tinggi setelah shalat Magrib, shalat Isya, atau di dua pertiga malam
(mulai dari pukul 1 hingga pukul 3 dini hari). Itu semua tentu saja
tidak luput dengan kesegaran kondisi fisik dan situasi yang membuat
penyimak nyaman.
2. Menyimak Fakta
Menyimak fakta artinya menyimak dengan cara mengingat fakta-fakta
tentang apa, berapa, di mana, kapan, yang bersifat pengetahuan, bukan
pemahaman. Hakikatnya menyimak adalah mengerti dan memahami
ide-ide pokok atau gagasan-gagasan penting dari bahan simakan.
23
Ibid., h. 2.9.
5. Menyimak Supersensitif
Penyimak harus menahan emosi, terlebih emosi yang negatif, karena
hal itu dapat membuat penyimak kehilangan konsentrasinya sehingga
bahan simakan atau gagasan-gasan yang telah diperoleh tidak sempurna.
Misalnya penyimak tersinggung oleh kata-kata yang dituturkan oleh
pembicara, tujuan penyimak untuk memperoleh informasi berubah
menjadi keinginan untuk menjatuhkan pembicara lewat pertanyaan
yang pelik dan bantahan yang memalukan.
24
Tarigan, op.cit.,h. 118.
25
Ibid., h. 119.
32 Keterampilan Menyimak
seseorang yang berpakaian tidak rapih menjadi pembicara dalam
seminar penyimak langsung berpikiran orang tersebut tidak bisa
menyampaikan informasi yang ia butuhkan, padahal orang tersebut
mungkin saja dapat menyampaikan informasi yang ia butuhkan atau
justru bisa memberikan yang lebih dari apa yang penyimak butuhkan.
26
Ibid., h. 120-121.
27
Ibid., h.123-125.
28
Bastian Jabir Pattara, Mengapa Saya Susah Menyimak? dalam https://www.
kompasiana.com/belajarmendengar/551ab872813311800a9de0ff/mengapa-saya-
susah-menyimak, diunduh pada Selasa, 12 Maret 2019, pukul 00:31.
1. Faktor internal
a) Materi yang disajikan atau pembicaraan yang disampaikan penyaji
tidak menarik perhatian. Materinya basi, tidak ada sesuatu yang
baru, atau mengulang-ngulang sesuatu yang sudah terlalu sering
didengar;
b) Pembicaraannya merendahkan atau menghina orang lain;
c) Pembicaraannya tidak sesuai fakta atau memfitnah orang lain;
d) Pembicara tidak mempunyai pengetahuan yang baik atau
berwawasan luas;
e) Pembicaraannya garing, tidak ada humor;
f) Materi pembicaraan yang terlalu sulit, jadi susah dipahami;
34 Keterampilan Menyimak
g) Suasana hati penyimak yang lagi galau;
h) Fisik penyimak yang lelah dan tidak sehat;
i) Pikiran penyimak yang tidak fokus.
2. Faktor eksternal
a) Cuaca yang tidak bersahabat, kalau di lapangan terbuka karena
panas yang terik atau hujan;
b) Suasana yang ribut, banyak gangguan suara dari luar;
c) Tempat yang tidak nyaman;
d) Bau ruangan yang tidak enak;
e) Pendingin udara yang terlalu dingin;
f) Teman yang suka mengganggu atau menginterupsi pembicaraan.
29
Syamsuddin A.R., op.cit., h.96-98.
30
Ibid, h. 98-103
36 Keterampilan Menyimak
2. Menyimak dengan cara hanya mengambil fakta-faktanya saja
Cara menyimak seperti ini kurang baik, seharusnya penyimak akan
berusaha mendengarkan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam
uraian itu, bukan hanya mengambil fakta-faktanya saja. Bila suatu
fakta diceritakan kepada Anda, bandingkanlah dengan fakta lainnya,
bukan menghafalkannya. Cari hubungan fakta tersebut, sehingga akan
diketahui pembicara memakainya untuk menjelaskan persoalan pokok
yang dibicarakannya, kemudian tangkaplah gagasan pokok tersebut.
38 Keterampilan Menyimak
dan memintanya untuk berbicara lebih keras.
31
Ibid., h. 128-130.
40 Keterampilan Menyimak
jelek seperti ini terkadang sulit diubah, namun harus diterobos kalau
kita ingin meningkatkan mutu kebiasaan menyimak kita.
3. Kebingungan.
Kita hidup dikelilingi oleh aneka kebingungan. Orang yang duduk
di sebelah kita selalu batuk-batuk dan garuk-garuk kepala, suara
di luar dan di dalam ruangan dapat mengganggu konsentrasi kita,
semua itu dapat membuat kita bingung. Kita dengan mudah dapat
dijauhkan dari ide-ide pembicara oleh berbagai gangguan, ini benar-
benar merupakan masalah dalam kegiatan menyimak.
4. Melamun.
Banyak orang kurang tahu bahwa otak manusia sanggup memproses
informasi lebih cepat daripada kecepatan berbicara yang dilakukan
oleh banyak pembicara. Sebagai konsekuensi dari kenyataan ini,
masih ada waktu untuk memikirkan hal-hal lain di luar topik.
Yang disajikan oleh pembicara atau penceramah. Penyimak pun
melamunlah jadinya. Kalau waktu melamun terlalu lama mau tak
mau penyimak kehilangan kontinuitas ide-ide pembicara. Masalah
ini tidak dapat dibiarkan saja, tetapi harus dipecahkan segera.
5. Bereaksi secara emosional.
Emosi kita memengaruhi keefektifan menyimak. Kata-kata, gaya,
cara penampilan pembicara dapat saja mengundang emosi, sehingga
kita tidak menyimak lagi secara rasional. Kegagalan menguasai
emosi akan mengurangi mutu penyimakan dengan perkataan lain
dapat mengalahkan rasio. Berlatih menyimak secara rasional dapat
mengurangi emosi yang berlebihan. Janganlah tujuan menyimak
menjadi kabur atau hilang hanya karena reaksi yang emosional.32
32
Ibid., h. 133-136.
43
deskripsi, urutan, perbandingan, sebab-akibat, dan pemecahan
masalah yang digunakan penutur.
5. Mencatat Informasi Penting
Selama proses menyimak kita harus mengidentifikasi informasi
penting dari materi yang kita simak.
6. Memusatkan Perhatian
Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan
verbal untuk menyampaikan pesan dan mengarahkan.1
Keberhasilan dalam menyimak adalah penyimak memahami tuturan
yang disimak dengan kecepatan optimal. Untuk dapat memahami suatu
tuturan dengan kecepatan optimal bukanlah pekerjaan yang mudah.
Penyimak harus memiliki sejumlah keterampilan berikut.
1. Mampu mengantisipasi topik dari gagasan-gagasan umum yang
terdapat dalam tuturan yang didengarnya.
2. Mampu menentukan topik yang dibahas dalam wacana yang
didengarnya berdasarkan gagasan-gagasan umum yang telah
ditemukannya.
3. Mampu menentukan ide pokok (subject matter) dan ide-ide penjelas
dari tuturan yang didengarnya.
4. Mampu menjawab/merumuskan hal-hal penting berkaitan dengan
teks.
5. Mampu memberikan komentar, respons terhadap isi tuturan yang
didengarnya.
6. Mampu membedakan fakta, pendapat, dan kesimpulan dari tuturan
yang disimaknya.
7. Mampu menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang didengarnya,
dan lain-lain.2
Menangkap isi simakan berarti mengambil inti dari sebuah bahasa
lisan. Broadbent (1986), berpendapat bahwa organisme manusia
mempunyai keterbatasan dalam menyerap informasi, maksudnya
pikiran akan menyerap sendiri informasi mana yang akan diserap dan
disimpan, jika informasi itu tidak begitu penting maka akan diserap
menjadi ingatan jangka pendek, sedangkan jika itu adalah informasi
1
Bustanul Arifin, dkk., Menyimak, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017), h. 3.19.
2
Ibid., h. 3.26.
44 Keterampilan Menyimak
yang penting maka akan disimpan menjadi ingatan jangka panjang.
Ingatan jangka pendek akan mudah hilang jika tidak digunakan terus
menerus, maksudnya tidak diingat-ingat lagi.
Menurut Tompkins dan Hosskions (1991), menyatakan bahwa
terdapat enam kiat yang dapat kita gunakan untuk belajar menangkap
gagasan inti simakan, yaitu membentuk citraan, mengelompokkan,
mengajukan pertanyaan, mengorganisasi, mencatat dan memusatkan
perhatian.3
a. Membentuk citraan (gambaran)
Dalam menangkap isi simakan kita harus membentuk gambaran
utama dari apa yang kita simak. Gambaran ini yang merupakan
bagian dari cara menyimak, saat kita membentuk citraan akan
membentuk gambaran mental.
b. Mengelompokkan informasi
Perincian dari informasi yang disampaikan oleh penutur kemudian
dikelompok sesuai apa yang digambarkan oleh mental.
c. Mengajukan pertanyaan
Ajukanlah pertanyaan mengenai informasi yang kurang jelas atau
kurang dipahami. Mengajukan pertanyaan akan membuat kita lebih
paham dan jelas terhadap informasi yang disimak.
d. Mengorganisir atau pola organisasi informasi
Jika kita menyimak kita harus mengetahui pola organisasi informasi
seperti apa, sebab akibat, perbandingan, urutan, deskriptif, dan
pemecahan masalah yang digunakan penutur dalam menuturkan
informasinya.
e. Mencatat informasi penting
Seperti halnya daya ingat manusia yang memiliki kapasitas tersendiri
maka lambat laun kita akan lupa pada hal yang pernah kita simpan
dalam memori ingatan. Jika tidak terus menggunakannya atau
mengingatnya. Maka dari itu tulislah hal-hal yang penting dari
simakkan kita tentang informasi yang kita dengarkan. Tuliskan
menggunakan tulisan-tulisan yang sederhana yang mudah saat
kita mencatatannya yang tidak mengambil semua konsentrasi kita
terhadap catatan itu.
3
Bustanul Arifin, dkk., Menyimak, Universitas Terbuka, Jakarta, 2007), h. 3.18.
4
Saleh Abbas, Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar,
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), h. 63.
46 Keterampilan Menyimak
ini dilakukan dengan, mempelajari urutan informasi dengan informasi
lain yang serupa, dengan mempelajari lokasi-lokasi yang ada di sekitar
kita dan mencocokkan hal-hal yang akan diingat dengan lokasi-lokasi
tersebut.
2. Teknik Penggabungan
Teknik yang ke dua adalah teknik penggabungan (link system), teknik
ini memberikan gagasan tentang cara mengingat, yaitu dengan
menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama yang akan
diingat dengan pesan kedua, ketiga, dan seterusnya. Pesan berantai
itu dihubungkan pula dengan imaji-imaji tertentu yang perlu Anda
visualkan secara jelas dalam pikiran. Untuk mencegah terjadinya
kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimatarantaikan), Anda
pun perlu menghubungkan pesan pertama tersebut dengan lokasi yang
akan mengingatkan Anda pada item tadi.
3. Teknik Fonetik
Sistem lain yang lebih kompleks tetapi cukup efektif adalah teknik
fonetik atau phonetic system. Teknik ini melibatkan penggabungan angka-
angka, bunyi-bunyi fonetis, dan kata-kata yang mewakili bilangan-
bilangan tadi serta bunyi-bunyi, dengan pesan yang akan diingat.
4. Teknik pengelompokan kategorial
Pengelompokan kategorial, yakni suatu teknik pengorganisasian yang
dapat digunakan secara sistematis untuk memodifikasikan informasi
baru dengan cara memberikan struktur baru pada informasi-informasi
tadi.
5. Teknik Pemenggalan
Teknik ini memberikan cara mengingat pesan dengan cara memenggal
pesan-pesan yang panjang. Contohnya, apabila mendengar orang
menyebutkan nomor telepon, misalnya 3351234, maka agar mudah
mengingatnya kita memenggal, kelompok angka itu menjadi 335-12-34,
atau 33-51-234 dan sebagainya.
6. Konsentrasi
Berkonsentrasi pada pesan yang dikirimkan oleh pembicara merupakan
kesulitan utama yang dihadapi oleh pendengar. Karena seringnya
berkomunikasi dalam rentang waktu yang terlalu lama, sehingga
keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi untuk
48 Keterampilan Menyimak
C. Menyimak dengan Tepat
Menjadi seorang penyimak yang baik, penyimak yang tepat guna
memang merupakan keinginan yang terpuji. Agar keinginan ini bisa
tercapai, tentu banyak cara yang dapat dilakukan. Berikut adalah
beberapa upaya agar kita dapat meningkatkan diri kita menjadi
penyimak yang baik.
5
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Penerbit angkasa, 2008), h. 78.
6Ibid., h. 78.
50 Keterampilan Menyimak
7. Mampu menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang didengarnya,
dan lain-lain (Priyatni, 2000).7
Untuk meningkatkan keterampilan menyimak, ada beberapa saran
yang dapat kita manfaatkan. Beberapa saran yaitu:
1. Bersikaplah secara positif
Kita harus beranggapan bahwa pembicara ialah orang penting dan
menarik, orang yang mempunyai banyak pengetahuan dan akan
menyajikan bahan-bahan dan gagasan-gagasan yang berguna dan
menyenangkan kita. Selagi dia berbicara, carilah petunjuk-petunjuk
mengenai kepribadiannya dan juga informasi yang benar-benar
menaruh simpati bagi seseorang yang menyimak baik dan tekun.
2. Bertindak responssif
Selaku penyimak yang baik, kita harus bertanya pada diri kita
sendiri keinginan yang dikehendaki atau dituntut oleh sang
pembicara pada diri kita sendiri.
Di sisi lain, yang harus diingat keberhasilan menyimak berarti
penyimak memahami tuturan yang disimak dengan kecepatan optimal.
Penyimak harus memiliki sejumlah keterampilan:
1. Mampu mengantisipasi topik dari gagasan-gagasan umum yang
terdapat dalam tuturan yang didengarnya.
2. Mampu menentukan topik yang dibahas.
3. Mampu menentukan ide pokok (subject matter) dan ide-ide penjelas.
4. Mampu menjawab/merumuskan hal-hal penting yang berkaitan
dengan teks.
5. Mampu memberikan komentar/responss.
6. Mampu membedakan fakta, pendapat, dan kesimpulan.
7. Mampu menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang didengarnya
(Priyatni, 1997).8
7
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 3.20.
8
Priyatni, Endah Tri Priyatni, dkk, Bahan Ajar Menyimak dan Berbicara, kerja
Sama IKIP Malang dengan Proyek Peningkatan SLTP Swasta, Kanwil Depdikbud
Provinsi Jawa Timur, 1997.
1. Suasana Defensif
Suasana-suasana defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan
dalam pesan-pesan lisan yang mengandung maksud yang bersungguh-
sungguh dan tersirat, antara lain pesan-pesan yang bersifat:
a. Evaluatif
Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak seksama yang telah
mendengar dengan jelas dari ujaran seorang pembicara, yang secara
sadar atau tidak sadar memancing penilaian khusus.
b. Mengawasi
Pesan-pesan yang disampaikan oleh sang pembicara ada kalanya
membuat para penyimak bersiap-siap untuk mengontrol
benar-tidaknya, tepat-melesetnya, jujur-tidaknya, dan objektif-
subjektifnya ujaran itu.
c. Strategis
Ada kalanya pesan-pesan yang disampaikan oleh seseorang dalam
ujaran atau pidatonya, secara sadar atau tidak sadar membuat para
penyimak siap untuk memasang kuda-kuda siasat atau pertahanan
yang bersifat strategis.
53
d. Netral
Tidak jarang pesan-pesan yang disampaikan atau dikemukakan oleh
sang pembicara merangsang para penyimak untuk bertindak atau
berpikir secara netral, tidak memihak kepada orang atau golongan
tertentu.
e. Superior
Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain. Para penyimak
akan siap-siap bertahan bila dari ujaran seseorang terpancar rasa
tinggi hati dan rasa lebih unggul dari orang lain dalam segala hal.
f. Pasti dan Tentu
Sang pembicara yang mengemukakan sesuatu yang pasti, yang
sudah tentu, memancing dan merangsang para penyimak untuk
bertahan akan defensif.
Responssif kita yang normal pada seseorang yang mengomunikasikan
sikap-sikap yang tertera di atas jelas bersifat defensif. Sebagai penyimak,
kita pun kerap kali tidak sadar sepenuhnya mengapa kita tidak
menyimak dengan baik bila kita berada dalam suasana defensif, gusar,
marah, sakit hati, atau tersinggung.
2. Suasana Sportif
Suasana menyimak dapat berupa komunikasi sportif apabila sang
pembicara dalam ujarannya mengimplikasikan deskripsi yang lebih
banyak. Kita sebagai penyimak akan lebih mudah menyimak suatu
ujaran.1
1
Henry Guntur Tarigan, Menyimak, (Bandung: Percetakan Angkasa, 2008),
h. 71.
54 Keterampilan Menyimak
gurunya. Untuk itu, siswa membutuhkan pemahaman yaitu dengan
kegiatan menyimak atau membaca.
Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, menyimak juga merupakan
hal penting. Modernisasi menuntut seseorang untuk senantiasa sigap
atau akselerasi dalam bertindak atas informasi yang diterimanya supaya
mereka bisa bertahan hidup di tengah zaman yang mempunyai akses
mudah untuk mendapatkan informasi apa pun. Informasi tersebut perlu
dikaji kebenarannya, apakah berupa fakta atau berita hoaks (fitnah).
Informasi yang diterima banyak orang itu membutuhkan pemahaman
yang didapat dengan bantuan menyimak atau membaca.
Penelitian mengenai menyimak dalam kehidupan atau dalam
kurikulum sekolah dapat dikatakan masih sangat langka. Baru pada
tahun 1929, Paul T. Rankin dari Detroit Public Schools, menyelesaikan
sebuah survei mengenai penggunaan waktu dalam keempat keterampilan
berbahasa. Beliau menelaah komunikasi-komunikasi pribadi 68 orang
dari berbagai pekerjaan dan jabatan untuk menentukan persentase
waktu yang mereka pergunakan untuk menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Selama kira-kira dua bulan ke-68 orang tersebut diawasi
dan diteliti dalam bidang kegiatan-kegiatan tadi setiap 15 menit dari
hari-hari jaga, hari-hari bangun mereka. Paul T. Rankin menemui bahwa
mereka mempergunakan waktu berkomunikasi mereka sebagai berikut:2
Menyimak 45%
Berbicara 30%
Membaca 16%
Menulis 9%
Dalam kenyataan praktik, survei menyatakan bahwa pada umumnya
kita menggunakan waktu untuk menyimak hampir tiga kali daripada
waktu untuk membaca (sarat penting lainnya untuk menerima
informasi), tetapi anehnya sedikit sekali perhatian diberikan untuk
melatih orang menyimak. Pada sekolah-sekolah di Detroit, Rankin
menemukan penekanan pengajaran di kelas:
Membaca memperoleh 52%, sedangkan
Menyimak hanya 8% (Salisbury, 1955: 229).
2
Ibid., h.139-143.
56 Keterampilan Menyimak
Menurut penulis, pendapat Prof. Brown berbeda dengan pendapat
Tompkins dan Hosskison (1991), di mana mereka berpendapat
bahwa ada enam kiat untuk belajar menangkap gagasan inti simakan,
yaitu:
1) Membentuk citraan
2) Mengelompokkan
3) Mengajukan pertanyaan
4) Mengorganisir
5) Mencatat
6) Memusatkan perhatian
Jika diuraikan membentuk gambar dalam pikiran (teknik citraan)
saat menyimak kita harus membentuk gambar mental. Teknik citraan ini
berguna jika penutur banyak mempunyai citraan visual, perincian atau
kata-kata deskriptif, dan menyimak untuk mendapatkan kesenangan.
Cerita dan gambar membantu kita membentuk citraan, dan dapat
menggambarkan/melukiskan gambar mental yang diciptakan.
Mengelompokkan informasi (merinci/kata-kata deskriptif)
informasi harus dikelompokkan, jika pesan tutur berisi potongan-
potongan informasi, perbandingan, dan kontras. Teknik itu dapat
digunakan menyimak perbandingan reptil dan amfibi (dibuat 2 kolom
dan mengisinya). Jika informasi yang disimak lebih dari 2/3 kategori,
misalnya: lima keterangan makanan bisa dibuat bagan kelompok
menjadi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, berserat,
mengandung lemak, dan mengandung vitamin.
Selanjutnya, pertanyaan harus diajukan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap pesan yang kita simak. Dua jenis pertanyaan
yang sangat membantu:
a) Untuk mendapatkan kejelasan dari apa yang kita simak
b) Untuk memonitor tingkat pemahaman siswa (sebagai seorang
guru)
Menemukan pola organisasi informasi dimaksudkan penyimak
harus mengenal pola-pola informasi, seperti: deskripsi, urutan,
perbandingan, sebab-akibat, dan pemecahan masalah yang digunakan
penutur.
58 Keterampilan Menyimak
untuk teori yang dikaji oleh pembicara. Semua perhatian mereka
masih terpusat pada pernyataan asli tadi dan tidak memperhatikan
pengembangan-pengembangan, lanjutan atau penjelasan dari teori
tersebut.
d. Mereka yang berpura-pura menarik perhatian.
Misalnya duduk dengan tenang dan mengangguk-angguk selama
kuliah serta terus menatap wajah sang dosen. Hal inilah yang
sering terjadi di kelas kita. Mayoritas dari mahasiswa tersebut ingin
membohongi dosen, bahwa mereka telah memahami masalah yang
dikaji supaya tidak diberi questionering (pertanyaan) atau supaya
mata kuliah tersebut segera selesai dan mereka bisa cepat-cepat
keluar ruangan, padahal di balik itu semua, mayoritas dari mereka
adalah poor listener.
e. Mereka yang kurang menaruh perhatian pada materi yang dibicarakan
sang dosen.
Kurangnya minat dalam mendalami materi memang menjadi
suatu kendala dalam proses menyimak. Apalagi terkadang adapula
mahasiswa yang tidak suka dengan penyaji.
Kita mengetahui bahwa menyimak, sebagai suatu aspek
keterampilan berbahasa, dapat dikembangkan dengan:
a. latihan terpimpin,
b. menjauhkan faktor-faktor penyebab penyimak yang jelek,
c. meningkatkan atau memperkaya kosakata, dan
d. meningkatkan pengenalan kata-kata yang lebih baik dengan telinga
(seperti juga halnya dengan mata).
Dari penelitian yang telah dilakukannya, Prof. Brown menarik
kesimpulan bahwa 70% dari jam-jam bangun orang dewasa dipergunakan
buat berkomunikasi, baik secara santai maupun serius, dan 45% dari
waktu tersebut dipergunakan untuk menyimak. Kebanyakan dari apa
yang kita pelajari, diserap dengan menyimak. Dan kebiasaan-kebiasaan
menyimak yang jelek jelas berpengaruh pada keberhasilan pencapaian
tujuan pada pengejaan (Salisbury, 1955 :193).
Demikianlah penelitian yang telah dilakukan oleh Prof. Brown
mengenai praktik menyimak dalam kehidupan dan juga dalam
kurikulum sekolah. Suatu penelitian yang sangat berharga dalam bidang
keterampilan menyimak yang sampai kini masih langka.
1 Menyimak Kritis
Memperhatikan ketetapan bahasa ujaran 1 orang 2 orang -‐
Menentukan alasan "mengapa" 5 orang 10 orang 9 orang
Memahami makna petunjuk konteks -‐ 4orang -‐
Membedakan fakta fantasi 3 orang 1 orang 1 orang
Menarik kesimpulan 30 orang 16 orang 30 orang
Membuat keputusan -‐ 4 orang -‐
Menemukan pemecahan masalah -‐ 4 orang -‐
Menemukan informasi baru 1 orang 1 orang 2 orang
Menginterpretasi ungkapan, idiom dan
-‐ 1 orang 1 orang
istilah baru
Bertindak objektif dan evaluatif 15 orang 7 orang 1 orang
2 Menyimak Konsentratif
Mengikuti petunjuk -‐ -‐ -‐
Mencari hubungan 32 orang 16 orang 10 orang
Mencari informasi -‐ -‐ -‐
Memperoleh pemahaman 17 orang 7 orang 4 orang
Menghayati ide-‐ide 10 orang -‐ -‐
Memahami urutan ide-‐ide 5 orang -‐ 1 orang
60 Keterampilan Menyimak
Mencatat fakta-‐fakta 2 orang 14 orang 2 orang
3 Menyimak Kreatif
Mengasosiasikan makna-‐makna dengan
18 orang 14 orang 6 orang
pengalaman menyimak
Merekonstruksikan imaji-‐imaji visual 1 orang 4 orang -‐
Mengadaptasikan imaji dengan pikiran
-‐ 4 orang -‐
imajinatif dalam karya
4 Menyimak Eksplorasif
Menemukan hal baru 2 orang -‐ -‐
3
Tarigan, Ibid., h. 38.
62 Keterampilan Menyimak
mengarah kepada menyimak intensif yang terbagi atas menyimak kritis,
konsentratif, kreatif, eksploratif, interogatif, dan selektif.
Menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara
lebih bebas dan lebih umum serta perlu di bawah bimbingan langsung
para guru. Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh
lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Menyimak jenis ini
dapat diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran bahasa dan
pada pemahaman serta pengertian makna bahasa secara umum.
Setelah dianalisis dalam menyimak kritis mahasiswa memperhatikan
ketetapan bahasa ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-
unsurnya berjumlah 3 orang; yang menentukan alasan mengapa 24
orang; memaknai petunjuk konteks 4 orang; membedakan fakta fantasi
5 orang; yang paling banyak pada bagian ini adalah menarik kesimpulan
76 orang; membuat keputusan dan memecahkan masalah sama-sama 4
orang; menemukan informasi baru sejumlah 4 orang; menginterpretasi
ungkapan, idiom, dan istilah baru 2 orang; bertindak objektif dan
evaluatif 23 orang.
Pada bagian menyimak konsentratif, menyimak dengan mengikuti
petunjuk dan mencari hubungan, tidak satu pun yang melakukannya.
Menyimak yang paling banyak dilakukan adalah menyimak untuk
mencari hubungan. Hal itu berupa hubungan ke lingkungan, alam,
keluarga (nasihat orang tua), sahabat, dan sebagainya sebanyak 58
orang. Disusul dengan menyimak untuk memperoleh pemahaman
sebanyak 28 orang, mencatat fakta-fakta18 orang, menghayati ide-ide 5
orang, dan memahami urutan ide-ide dilakukan oleh 5 orang mahasiswa.
Selanjutnya menyimak kreatif yang bertujuan mengasosiasikan
makna-makna dengan pengalaman menyimak paling banyak ditulis
sebagai hasil menyimak kehidupan mahasiswa sebanyak 38 orang
dibanding mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif dalam
karya yang hanya ditulis oleh 4 orang. Bahkan pada bagian memecahkan
masalah, memeriksa dan mengujinya tidak ada yang menjadi bahan
tulisan mahasiswa, sedangkan 5 mahasiswa memilih menyimak
kehidupan dengan merekonstruksikan imaji-imaji visual.
Di sisi lain menyimak eksploratif dengan tujuan menemukan hal
baru dan menemukan isu menarik masing-masing ditulis oleh dua
mahasiswa, dan menemukan informasi tambahan merupakan inspirasi
tulisan bagi satu mahasiswa.
64 Keterampilan Menyimak
T. Rankin). Padahal kita tahu manfaat yang dapat diperoleh siswa
jika mereka menguasai atau setidaknya terbiasa melakukan kegiatan
memahami melalui menyimak.
Para guru sebenarnya tidak perlu menyediakan waktu khusus
dan menambahkan program sesuatu yang baru pada program sekolah
untuk memupuk dan mengembangkan kemampuan menyimak efektif
anak didiknya.4 Pada tahun permulaan sekolah, anak-anak memperoleh
kesempatan untuk menyimak berbagai petunjuk, keterangan, dan
pengumuman. Tugas guru adalah melihat serta memeriksa, apakah
siswa perlu dibantu dalam mengembangkan keefektifan mereka dalam
segala kegiatan menyimak, baik pada kegiatan formal ataupun non-
formal, ekstrakurikuler ataupun intrakurikuler. Dengan demikian,
mereka belajar menjauhkan berbagai alat yang mengganggu perhatian
mereka. Mereka dengan sadar menggunakan kedua telinga mereka
untuk menyimak pembicara sampai selesai.
Tidak baik jika guru mengulang-ulang petunjuk dan keterangan-
keterangan, sebab siswa akan tahu ada pengulangan dua atau tiga kali
dari guru, akibatnya ada kecenderungan siswa tidak akan menyimak
saat pertama kali dijelaskan. Guru harus yakin dahulu terhadap apa yang
dikatakannya untuk menjamin berlangsungnya kegiatan menyimak yang
baik serta atentif. Guru harus menunggu sampai mendapat perhatian
dari siswa, kemudian mulai berbicara dengan bahasa sederhana, kalimat-
kalimat dan frasa singkat, tegas, tepat, teratur, dan jelas memberikan
petunjuk-petunjuk serta menggunakan alat peraga melalui gerak-gerik,
demontrasi-demontrasi, atau gambar-gambar yang dapat memperoleh
maksud dan tujuannya.
Tidak cukup hanya itu, selain guru sebagai subjek, maka siswa
sebagai objek atau sasaran pun juga seharusnya ikut mendukung
proses menyimak. Salah satunya adalah dengan siswa belajar menaruh
perhatian optimal sejak awal sampai akhir untuk menambah keyakinan
bahwa mereka telah memahami informasi yang telah disampaikan
pembicara.
Jenis siswa yang heterogen dalam satu kelas membuat kemungkinan
besar sebagian siswa mampu menyimak dan sebagian lagi kurang mampu
dalam menyimak. Jika hal ini terjadi, maka siswa diharapkan bertanggung
4
Ibid, h.144.
66 Keterampilan Menyimak
Beberapa contoh yang seharusnya dipahami dengan menyimak
adalah “petunjuk, keterangan, dan pengumuman”. Contoh kasusnya
adalah sebagai berikut:
a. Setelah diperiksa, seorang pasien menyimak dengan saksama petunjuk
dari dokter.
b Dengan antusias, para mahasiswa menyimak keterangan dari
dosennya tentang mata kuliah “Menyimak”.
c. Ujian Nasional telah usai, kini tiba saatnya para siswa yang
didampingi orang tuanya menyimak pengumuman kelulusannya.
Menurut Kamus Besar Indonesia (1996), pengertian ketiga istilah ini
adalah sebagai berikut:
a Petunjuk adalah suatu penjelasan tentang sesuatu yang harus diikuti
untuk dapat mengerjakan sesuatu atau sebagai salah satu bahan
pertimbangan.
b. Keterangan adalah uraian untuk memperjelas sesuatu sehingga
seseorang dapat mendapat pemahaman yang lebih optimal dari
informasi tersebut.
c. Pengumuman adalah: adalah suatu pemberitahuan baik melalui
lisan atau tulisan.
Demikianlah tiga jenis situasi atau aktivitas yang melibatkan
keterampilan menyimak secara atentif. Berhasil atau tidaknya,
dipahami atau tidaknya petunjuk, keterangan atau pengumuman yang
disampaikan, sangat bergantung pada taraf penyimakan para penyimak,
bergantung pada perhatian yang mereka berikan: penuh perhatian atau
hanya sekilas saja, atentif atau sekadar reseptif saja. Tentu saja tidak
bisa diabaikan kesederhanaan, ketepatan, kepadatan, kemudahan, serta
keterpahaman bahan yang disajikan secara lisan itu.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia,
2008), h.237.
68 Keterampilan Menyimak
sesuatu. Atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan
cara memecahkan atau menguraikannya (to clear away by breaking up or
cuturing). Secara umum pengertian diskusi adalah suatu proses yang
melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan
saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling
mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan
sebuah masalah tertentu (problem solving).6
Menurut Asep Supriyana, diskusi adalah bentuk tukar pikiran
dalam musyawarah. Biasanya beberapa orang bertukar pikiran tentang
masalah khusus. Masalah yang didiskusikan itu adalah masalah yang
menyangkut kepentingan bersama. Menurut Jos Daniel Parera, diskusi
merupakan satu bentuk tukar pikiran, satu bentuk pembicaraan secara
teratur dan terarah.7
Hakikat diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan
masalah-masalah dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu,
diskusi merupakan suatu kegiatan kerja sama atau aktivitas koordinatif
yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi
oleh seluruh kelompok. Diskusi juga diartikan sebaai pertemuan ilmiah
untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.8
Tujuan diskusi dikelompokkan dalam tiga hal:
1. Tujuan dan Kebutuhan Logis
Diskusi menjadi tempat konsultasi untuk menambah pengetahuan,
mendapat informasi, meluaskan pengalaman dan membuka
pandangan. Selain itu, diskusi menjadi tempat koordinasi, karena
adanya kontak dan komunikasi.
2. Tujuan dan Kebutuhan Manusiawi
Diskusi menjadi tempat untuk mendapatkan pengakuan/
penghargaan, menampilkan kelompok/individu, menyatakan
partisipasi, memberikan dan mendapat informasi serta menunjukkan
interaksi.
6
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2018), h.121-122.
7
Jos Daniel Parera, Belajar Mengemukakan Pendapat, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
1984), h. 190.
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Op.cit, h.334.
10
Suharyanti, Pengantar Dasar Keterampilan Berbicara, (Surakarta: Yuma Pustaka,
2011), h. 39-40.
70 Keterampilan Menyimak
mereka dalam mengikuti kegiatan-kegiatan konversasi dan diskusi
tersebut. Anak-anak harus mengetahui hak-hak serta kewajiban-
kewajiban mereka sebagai anggota, baik sebagai pembicara maupun
sebagai penyimak. Kepada mereka harus ditanamkan rasa saling
menghormati: siapa yang ingin dihargai oleh orang lain haruslah pula
menghargai orang lain; kalau kita ingin agar kita disimak orang lain,
maka kita pun harus berusaha menyimak orang lain secara atentif.
Percakapan dan diskusi menempa kita menjadi anggota masyarakat
yang aktif, reseptif, responssif, atentif, dan terbuka menerima pendapat
dan pendirian orang lain. Percakapan dan diskusi mendidik kita menjadi
warga masyarakat yang berdisiplin, yang mengetahui apa yang menjadi
hak dan tanggung jawab, kewajiban, dan tahu persis bila saatnya
memberi dan kapan saatnya menerima, kapan saatnya berbicara dan
kapan pula saatnya menyimak.
F. Laporan
Bagi anak-anak yang menduduki kelas-kelas yang lebih tinggi, laporan
merupakan suatu tugas dan tanggung jawab penting. Bahkan anak
taman kanak-kanak pun dapat melaporkan pengalaman-pengalaman
pertamanya, seperti tamasya di hari Minggu ataupun mengenai anak
kucingnya yang baru lahir, kedatangan pamannya dari kampung
membawa banyak buah-buahan.
Selama penyajian suatu laporan, para penyimak haruslah mengikuti
rencana organisasi sang pembicara, pilihan serta urutan ide-idenya,
harus berusaha menyaring informasi yang melengkapi informasi yang
telah ada dalam pikiran dan harus dapat mengevaluasi keautntikan atau
kebenaran hal-hal yang dikatakan oleh sang pelopor.11
Laporan-laporan memang diperlukan bila kelompok-kelompok kecil
ikut serta bekerja dalam panitia yang ada hubungannya dengan suatu
kegiatan kelas; bila seorang individu mengamati atau membaca untuk
mempelajari jawaban bagi suatu pertanyaan yang timbul dalam suatu
kegiatan belajar, atau bila dia mengadakan suatu percobaan.
Dalam KBBI, laporan berasal dari kata lapor yang berarti beri tahu.
Laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan; berita. Contohnya,
laporan khusus yang dibuat karena diminta atasan atau karena keperluan
11
Tarigan, Op.cit, h.148.
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Op.cit, h.790.
72 Keterampilan Menyimak
G. Radio, Televisi, Rekaman, dan Telepon
Kehidupan modern menuntut kegiatan menyimak yang lebih
meningkat. Pada masa kini kebanyakan rumah tangga memiliki satu
atau lebih jenis-jenis perlengkapan radio, televisi, dan telepon. Segala
jenis menyimak yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya
dituntut dalam berbagai ragam situasi menyimak, antara lain:
a. Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif secara menyeluruh.
Contoh kegiatan menyimak sekunder:
1) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau
tari-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang
terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada
seorang teman.
2) Sambil menikmati musik, kita harus ikut berpartisipasi dalam
kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah
liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah.13
b. Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversional
(conversation listening) ataupun menyimak sopan biasanya
berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang menarik
perhatian semua orang yang hadir. Contoh menyimak sosial seperti,
sekumpulan anak yang sedang berbincang-bincang dengan teman-
temannya, mereka sedang membicarakan sesuatu kemudian teman-
teman yang lain tersebut saling meresponss perihal pembicaraan
tersebut, atau kalau kita dipanggil berbicara di telepon.
c. Menyimak apresiasif, bila drama yang baik atau musik yang merdu
dipagelarkan atau dipentaskan.
d. Menyimak eksplorasif (exploratory listening) adalah yang bersifat
menyelidiki yang merupakan bentuk menyimak intensif dengan
maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu yang lebih terarah atau
lebih sempit. Contoh menyimak eksploratif adalah jika ada
seseorang yang memberikan informasi tentang cuaca, maka kita
akan menggali informasi tersebut benar atau tidak, untuk menjadi
fakta kebenarannya.
13
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Berbahasa, (Bandung:
Angkasa Bandung, 2015), h. 40-41.
14
Tarigan, Ibid, h.49.
74 Keterampilan Menyimak
pertandingan tinju; kemudian pagelaran musik, acara hiburan, gosip,
dan berita.
Tetapi bagaimanapun juga seorang guru harus berusaha sekuat
daya membimbing anak-anak yang mempunyai kecenderungan untuk
“mematikan” atau “menganggap sepi” setiap penyajian yang kurang
atau tidak dapat menarik perhatiannya. Sang guru harus berupaya agar
penampilannya di muka kelas waktu mengajar benar-benar menarik
dan efektif, kalau dia ingin memikat hati dan terus menarik minat para
siswa yang bertindak sebagai pendengar, sebagai pemirsa.
Secara khusus dapat kita lihat bahwa situasi dan suasana sekolah
sering kali menuntut perpanjangan waktu menyimak oleh kelompok-
kelompok besar, seperti pada pertemuan-pertemuan dan acara-acara
sekolah. Sering pula sebagian terbesar dari pada anak-anak justru
terlalu muda atau sudah terlalu besar untuk tertarik pada acara
tertentu. Dalam hal ini staf pengajar haruslah dapat meyakinkan bahwa
penyajian-penyajian tersebut disesuaikan dengan kedewasaan latar
belakang serta perhatian para pemirsa, penyimak muda itu. Kalau
tidak, maka tidak usah kita heran bila kebiasaan-kebiasaan menyimak
yang jelek serta kekurang sopanlah yang menjadi akibatnya. Bahkan
walaupun misalnya suatu program disesuaikan dengan baik bagi pemirsa,
toh setiap guru sebaiknyalah mempersiapkan anak-anak didiknya buat
menyimak dengan penuh perhatian, dengan cara mengadakan diskusi
pendahuluan, telaah gambar-gambar, menceritakan suatu kisah, atau
sarana-sarana lain yang dapat membangun suatu latar belakang serta
membangkitkan hasrat dan gairah mereka untuk menyimak dengan
saksama, cermat, dan tepat (Dawson, et all, 1963: 1958).
15
Budi Putra. Planet Internet (Jaringan Pintar yang Mengubah Dunia). (Tangerang:
Logicom Publications, 2002), h. xxiv.
16
Ibid, h. xxvi.
76 Keterampilan Menyimak
mampu untuk menyediakan askes untuk layanan telekomunikasi dan
berbagai sumber daya informasi untuk jutaan pemakaiannya yang
tersebar di seluruh dunia.17
Internet memiliki berbagai macam layanan yang meliputi
komunikasi secara langsung seperti email dan juga chatting, diskusi
seperti Usenet News, email dan juga milis serta sumber daya informasi
yang terdistribusi (World Wide Web, Gopher), remote login, dan lalu
lintas file (Telnet, FTP), dan lain-lainnya.
Menurut Strauss, El-Ansary, Frost ((2003), p8) internet adalah
seluruh jaringan yang saling terhubung satu sama lain. Beberapa
komputer-komputer dalam jaringan ini menyimpan file, seperti halaman
web, yang dapat diakses oleh seluruh jaringan komputer.
Pengertian internet secara umum (menurut bahasa) adalah
kumpulan dari jaringan komputer yang terhubung dan bekerja sebagai
suatu sistem. Sedangkan pengertian internet secara khusus adalah suatu
jaringan komputer terbesar di dunia karena menghubungkan seluruh
jaringan komputer yang ada di dunia ini. Sedangkan jaringan adalah cara
untuk menghubungkan beberapa komputer sehingga setiap komputer
yang ada di dalamnya bisa saling berhubungan dan berbagi sumber daya.
Beberapa layanan populer di internet yang menggunakan protokol
di atas, ialah email/surat elektronik, Usenet, Newsgroup, berbagi berkas
(File Sharing), WWW (World Wide Web), Gopher, akses sesi (session access),
WAIS, finger, IRC, MUD, dan MUSH. Di antara semua ini, email/surat
elektronik dan World Wide Web lebih kerap digunakan, dan lebih banyak
servis yang dibangun berdasarkannya, seperti milis (Mailing List) dan
Weblog. Internet memungkinkan adanya servis terkini (Real-time service),
seperti web radio, dan webcast, yang dapat diakses di seluruh dunia.
Selain itu melalui internet dimungkinkan untuk berkomunikasi
secara langsung antara dua pengguna atau lebih melalui program
pengirim pesan instan seperti Camfrog, Pidgin (Gaim), Trilian, Kopete,
Yahoo! Messenger, MSN Messenger dan Windows Live Messenger.“
Internet tidak membatasi diri untuk setiap definisi tertentu. Namun
secara umum internet dapat didefinisikan sebagai kabel atau nirkabel
17
Penggunanaan dan Pengertian Internet, http://repository.unpas.
ac.id/13120/5/BAB%20II.pdf, diakses Selasa, 26 Maret 2019, pukul 6:49.
18
Tempo.co.id, “Saracen Dibekuk, Ujaran Kebencian di Internet Berkurang
50 Persen “
https://nasional.tempo.co/read/906326/saracen-dibekuk-ujaran-kebencian-
di-internet-berkurang-50-persen/full&view=ok, diakses Selasa, 26 Maret 2109,
pukul 11:14.
78 Keterampilan Menyimak
Sebab pengguna internet di Indonesia tahun ini meningkat tajam.
Jumlah pengguna internet di Indonesia diproyeksikan tembus
175 juta pada 2019, atau sekitar 65,3% dari total penduduk 268 juta.
Peningkatan pengguna internet terutama ditopang oleh semakin
meluasnya penggunaan ponsel pintar (smartphone) dan selesainya
proyek penggelaran kabel fiber optic Palapa Ring yang menyambungkan
jaringan internet ke seluruh wilayah Indonesia. Angka proyeksi tersebut
meningkat 32 juta, atau 22,37% dibandingkan survei terakhir Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 yang mencatat
pengguna internet sebanyak 143 jutaan.19
Saat ini, proyek Palapa Ring paket Barat dan Tengah sudah selesai
100%. Setelah Paket Timur bisa dituntaskan pada semester I-2019 maka
semua kabupaten/kota bisa terjangkau internet. Proyeksi peningkatan
jumlah pengguna internet yang signifikan itu pun diharapkan bisa
memberikan dampak positif ke berbagai kegiatan produktif yang akan
mendongkrak ekonomi nasional, terutama ekonomi digital termasuk
di dalamnya perdagangan secara elektronik (e-commerce).
Selain itu, pemerintah juga menyediakan layanan untuk penyimak
yang baik dan kritis. Kominfo memberikan beberapa tips untuk
menangkal berita hoaks, seperti:
19
Beritasatu.com. 2019, Pengguna Internet Tembus 175 Juta, https://
id.beritasatu.com/telecommunication/2019-pengguna-internet-tembus-175-
juta/184148. Diakses Rabu, 27 Maret 2019, pukul 9:56.
80 Keterampilan Menyimak
dengan bergabung dalam grup anti-hoaks yang kini sudah banyak
terdapat di internet. Misalnya saja di Facebook ada beberapa fanpage
dan grup diskusi anti-hoaks, seperti Forum Anti Fitnah, Hasut, dan
Hoax (FAFHH), Grup Sekoci, Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster,
dan Fanpage Indonesian Hoaxes. Dalam grup-grup tersebut, Anda bisa
membaca klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain atau bertanya
apakah sebuah informasi yang Anda baca merupakan hoaks atau
bukan.20
Kominfo bahkan membuka untuk melaporkan berita hoaks.
Menurut situs ini, jika Anda mendapati adanya berita hoaks, terutama
yang sudah masuk dalam taraf yang membahayakan, tak ada salahnya
untuk melaporkannya pada pihak media sosial tempat tersebarnya
berita tersebut. Biasanya masing-masing media sosial sudah memiliki
fitur report untuk konten atau komentar yang diketahui melanggar.
Seperti pada Facebook, terdapat fitur report status dan di dalamnya ada
pilihan kategori jenis pelanggaran. Jika terdapat banyak aduan dari
penggunanya, maka Facebook akan menghapus status tersebut.
Mesin pencari Google juga memiliki fitur feedback untuk melaporkan
situs dari hasil pencarian bila mengandung informasi palsu. Lalu di
Twitter terdapat fitur report tweet untuk melaporkan kicauan yang
negatif. Begitu pula di Instagram, ada fitur report sebagai spam atau
konten yang tidak pantas.
Selain langsung di media sosial, Anda juga bisa membuat
pengaduan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Caranya adalah dengan mengirimkan e-mail ke alamat aduankonten@
mail.kominfo.go.id. Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga
menyediakan laman data. turnbackhoax.id untuk menampung aduan
hoaks dari netizen. Laman tersebut sekaligus berfungsi sebagai database
berisi referensi berita hoax.
Demikianlah cara mengatasi berita hoaks yang bisa Anda coba.
Netizen yang juga sebagai penyimak, harus lebih cerdas dan selektif
dalam menelaah isi berita, jangan mudah terpancing. Apabila masing-
20
Kominfo, “5 cara Mengatasi Berita Hoaks di Internet” https://www.
baktikominfo.id/en/informasi/pengetahuan/5_cara_mengatasi_berita_hoax_di_
internet-607. Diakses Selasa, 26 Maret 2019, pukul 6:28 WIB
21
Elvi Susanti, “Glosarium Kosakata Bahasa Indonesia dalam Ragam Media
Sosial”, journal.uinjkt.ac.id/index.php/dialektika/article/download/5188/pdf, vol 3, no
2 tahun 2016, h.2, diakses pada hari Selasa, 19 Maret 2019, pukul 00:21.
82 Keterampilan Menyimak
yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.22
Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk
majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki,
podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial.
Dengan menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian
(kehadiran sosial, media kekayaan) dan proses sosial (self-presentasi,
self-disclosure) Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi
untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka
diterbitkan dalam 2010.
Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial, yaitu:
(1) Proyek kolaborasi yang merupakan situs web mengizinkan
penggunanya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun
menghapus konten-konten yang ada di situs web ini. Contohnya
wikipedia.
(2) Blog dan microblog
User (pengguna) lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di
blog ini seperti curhat ataupun mengkritik kebijakan pemerintah.
Contohnya Twitter.
(3) Konten
Para pengguna dari pengguna situs web ini saling membagi konten-
konten media, baik seperti video, ebook, gambar, dan lain-lain.
Contohnya YouTube
(4) Situs jejaring sosial
Aplikasi yang mengizinkan pengguna untuk dapat terhubung
dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung
dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto,
tulisan, dan video. Contoh Facebook
(5) Virtual game world
Dunia virtual, mereplikasikan lingkungan 3D, di mana pengguna
bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta
22
Wikipedia, Media Sosial, https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial#cite_
note-Kaplan,_Andreas_M._2010-1, diakses Rabu, 27 Maret 2019, pukul 20:32.
23
Elvi Susanti, opcit. h.3.
24
Wartakota, “Hasil Riset Pengguna Media Sosial di Indonesia, Ternayata
Ada Peningkatan”, Senin 11 Februari 09:12, http://wartakota.tribunnews.
com/2019/02/11/hasil-riset-pengguna-media-sosial-di-indonesia-ternyata-ada-
peningkatan, Senin, 11 Februari 2019 09:12, diakses Sabtu, 30 Maret 2019, pukul
22:40.
84 Keterampilan Menyimak
Dari riset ini, pengguna media sosial di Indonesia memiliki angka
penetrasinya sekitar 56%. Hasil riset yang diterbitkan 31 Januari 2019
itu memiliki durasi penelitian dari Januari 2018 hingga Januari 2019.
Hasilnya, terjadi peningkatan 20 juta pengguna media sosial di Indonesia
dibanding tahun lalu. Generasi milenial, seperti dilansir Infokomputer,
yang umum disebut generasi Y serta generasi Z mendominasi penggunaan
media sosial. Pengguna media sosial di Indonesia paling banyak berada
pada rentang usia 18-34 tahun. Pengguna pria lebih mendominasi, di
mana pada rentang usia 18-24 tahun, jumlahnya mencapai 18%, lebih
unggul dari pengguna wanita dengan persentase 15%.
Sementara pada rentang usia 25-34 tahun, persentase pengguna
pria 19%, lebih besar dibanding pengguna wanita yang 14%. Perangkat
mobile seperti smartphone atau telepon pintar dan tablet masih menjadi
perangkat favorit yang digunakan 130 juta pengguna media sosial aktif
Indonesia, dengan jumlah 48%. Jika dilihat lebih dalam, hampir seluruh
pengguna media sosial di Indonesia menggunakan aplikasi pesan instan
seperti WhatsApp atau Line.
Penetrasi pengunaan aplikasi pesan instan sebesar 100%,
sementara aplikasi media sosial kontribusi engagement-nya mencapai
92%. Sementara orang-orang Indonesia banyak menghabiskan waktu 3
jam 26 menit untuk menggunakan media sosial dengan segala tujuan.
Angka tersebut meningkat tiga menit dari tahun lalu. Sebanyak 37%
pengguna internet memanfaatkan media sosial untuk bekerja. Di tingkat
global, penetrasi penggunaan media sosial untuk bisnis individual
mencapai 24%. Rata-rata, satu pengguna internet di Indonesia memiliki
setidaknya 11 akun berbagai media sosial.
Di sisi lain, media sosial juga merupakan ladang rezeki bagi banyak
orang, terutama para Youtubers. Youtube menjadi salah satu media yang
paling banyak diakses belakangan ini. Menurut CEO Youtube Susan
Wojcicki, tercatat pada pertengahan 2018 ada 1,8 miliar pengguna
terdaftar yang menonton setiap bulannya. Hal tersebut menjadikan
Youtube sebagai media sosial yang digandrungi masyarakat untuk sarana
hiburan mereka, seperti menonton video tutorial make up, komedian
hingga berbagai macam film.
25
Cermati, “8 Youtuber Terpopuler dan Terkaya di Indonesia”, 8 Meret 2019,
https://www.cermati.com/artikel/8-youtuber-terpopuler-dan-terkaya-di-
indonesia, diakses Sabtu, 30 Maret 2019, pukul 23:44.
86 Keterampilan Menyimak
miliar setiap bulan.
Selanjutnya pada posisi ketiga ada Ria Ricis, yang tidak hanya
populer di Instagram saja, tapi juga sangat populer di Youtube. Wanita
yang akrab disapa Ricis ini memiliki karakter yang selalu ceria dan
konsisten mengunggah video yang lucu dan kocak di akun Youtube-nya.
Meski baru dibuat di awal 2016 lalu, channel Ricis Official ini langsung
mencuri perhatian para pengguna Youtube, sehingga tak heran jumlah
viewers (pemirsanya) bisa mencapai ratusan juta dari 469 video dan
kini jumlah subscriber (pelanggan) Ricis sudah mencapai 10 juta.
Dengan jumlah penonton dan pengikut sebanyak itu, bisa diperkirakan
Ricis bisa mendapatkan penghasilan bulanannya bisa mencapai Rp363
juta – Rp5,8 miliar.
Zara Nugroho di posisi keempat mempunyai jumlah pelanggan
yang masih sedikit 1,6 juta, tetapi gadis kelahiran Mei 2012 ini sudah
meraup penghasilan Rp250 juta – Rp 4 miliar per bulan dari 954 video
yang telah diunggahnya.
Pasangan suami istri Baim dan Paula yang belum lama menikah
ini juga tak mau ketinggalan. Setelah resmi menjadi suami dan istri,
pasangan ini langsung membuat Youtube channel yang diberi nama Baim
Paula. Dari video-video yang disuguhkan berupa prank, keromantisan
hingga challenge berhasil memikat hati penonton. Dengan jumlah
pelanggan yang mencapai 3,2 juta, pasangan yang sangat akrab disebut
Bapau ini menduduki ranking lima dan mendapatkan banyak uang dari
Youtubenya, yakni per bulannya mencapai Rp 240 juta – Rp3,8 miliar.
Baru tujuh bulan berjalan saja sudah mendapat penghasilan sebanyak
itu, apalagi sudah mencapai tahunan.
Bagi para pecinta game, Youtube channel MiawAug yang dimotori
oleh Reggy Prabowo ini tentu sudah tidak asing lagi. Menggunakan
kombinasi suara kucing dan anjing, Reggy memuat berbagai video
mengenai informasi teknologi baru. Bukan hanya itu saja, pemilik
channel dengan 4,3 juta subscriber ini juga konsisten memuat
permainan game Clash of Clans yang disukai banyak orang. Penghasilan
dari Youtubenya per bulannya mencapai Rp 226 juta – Rp 3,6 miliar
dan menjadikannya menempati urutan ke-6.
Channel milik keluarga pebisnis Gen Halilintar yang berada di
urutan ke-7 juga menjadi salah satu yang paling banyak ditonton
26
@jasa.instagram, “Fakta Instagram yang Harus Kamu Ketahui”,
https://www.instagram.com/p/BviGYa2hHPY/?utm_source=ig_share_
sheet&igshid=p8gxycznvtde, diakses Minggu, 31 Maret 2019, pukul 9:08.
88 Keterampilan Menyimak
menyimak intensif dan ekstensif yang ada. Penyimak harus menggunakan
setiap kesempatan untuk mendapatkan hal-hal bermanfaat dalam
hidupnya.
27
Tarigan, op.citI, h. 153.
28
Ibid., h. 151.
29
Ibid., h. 151-153.
90 Keterampilan Menyimak
BAB 5
METODE DAN MEDIA
PEMBELAJARAN MENYIMAK
A. Metode Menyimak
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan
cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran1.
Efektivitas pembelajaran menyimak sangat ditentukan oleh kemampuan
guru dalam mendesain pembelajaran menyimak yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa. Oleh sebab itu, implikasi dari kondisi ini
perlu dipilih sebuah metode pembelajaran menyimak yang baik dan
menarik. Penggunaan metode serta strategi pengajaran khususnya pada
kompetensi menyimak harus memenuhi kriteria berikut:
1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
3. Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun
kelompok.
4. Memudahkan siswa memahami materi pelajaran.
5. Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
1
Umi Hijriyah, Menyimak Strategi dan Implikasinya dalam Kemahiran Berbahasa,
(Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Raden Intan
Lampung, 2016), h. 85.
91
6. Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan
yang rumit.
7. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Saat kriteria metode menyimak, maka selanjutnya adalah
mempraktikkan metode menyimak tersebut. Sebab tidak hanya harus
menguasai materi pelajaran, guru dituntut terampil menyampaikan
materi kepada para siswa. Cara penyampaian materi ini disebut
dengan istilah metode pengajaran. Keterampilan menyampaikan bahan
itu akan tercapai apabila guru sudah mengenal, mengetahui, dan dapat
menerapkan metode pengajaran. Berikut ini metode atau strategi
pembelajaran menyimak:
1. Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung
terdapat5 fase yaitu demonstrasi, pembimbingan, pengecekan, dan
pelatihan.2
2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup
semua keterampilan berbahasa. Metode komunikatif berarti bahwa
pembelajaran menyimak harus berorientasi pada fungsi utama
bahasa, yaitu sebagai alat komunikasi.
3. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang
studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang
studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan
berbicara dan menulis. Berikut beberapa macam-macam metode
integratif yaitu:
a. Simak-Ulang Ucap
Metode Simak-ulang ucap biasanya digunakan dalam
memperkenalkan bunyi bahasa dan cara mengucapkannya.
Guru sebagai model membacakan atau mengucapkan, atau
2
Ibid., h. 86.
92 Keterampilan Menyimak
memutar rekaman bunyi bahasa tertentu, seperti fonem, kata,
kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan, atau puisi-
puisi pendek dengan pelan-pelan, jelas, dan intonasi yang tepat.
Siswa meniru ucapan guru. Pengucapan kembali itu dapat
dilakukan secara klasikan, berkelompok, dan individual.3
b. Simak Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas
permintaan guru. Reaksi siswa dalam bentuk perbuatan. 4
c. Simak Terka
Guru mempersiapkan deskripsi suatu benda tanpa menyebutkan
nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan pada
siswa. Kemudian, siswa diminta menerka nama benda itu.5
d. Simak Tulis
Simak tulis biasa disebut dikte. Guru mempersiapkan bahan
yang disampaikan kepada siswa. Bahan itu dapat berupa fonem,
kata, kalimat, atau paragraf. Bahan itu disampaikan secara lisan
dan disalin kembali oleh siswa dalam buku kerjanya.
e. Memperluas Kalimat
Guru melisankan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kalimat
tadi dan mengucapkan pula kata atau kelompok kata lainnya.
Siswa melengkapi kalimat pertama dengan kata yang dilisankan
guru.
f. Bisik Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada siswa. Siswa
membisikkan pesan tersebut kepada siswa kedua. Siswa kedua
membisikkan pesan kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya.
Siswa terakhir menyebutkan pesan itu dengan suara jelas di
depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan tersebut benar-
benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
g. Identifikasi Kata Kunci
Kalimat yang panjang dapat dipendekkan dengan jalan
menghilangkan kata-kata yang bukan merupakan inti. Kata-
3
Budinuryanta Y, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), Cet. 2, h. 9.26
4
Ibid., h. 9.27.
5
Ibid., h. 9.28.
6
Ibid., h. 9. 30.
7
Ibid., h. 9.31.
8
Ibid., h. 9. 33.
9
Ibid., h. 9. 34.
10
Ibid., h. 9. 36.
94 Keterampilan Menyimak
l. Parafrasa
Parafrasa berarti alih bentuk. Pengajaran bahasa juga, parafrasa
biasanya diwujudkan dalam bentuk memprosakan puisi.
Kadang-kadang ditemui juga mempuisikan prosa. Guru
mempersiapkan sebuah puisi yang kira-kira cocok untuk siswa.
Puisi itu dibacakan dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa
menyimak kemudian menceritakan kembali isi puisi dengan
kata-kata sendiri.11
4. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit
pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan
tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas,
kontemporer, konkret, dan konseptual. Tema yang telah ditentukan
harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa.
Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika
yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis ke
konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.12
5. Metode Konstruktivitas
Metode konstruktivitas adalah belajar itu menemukan. Artinya,
meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka
melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar
informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Metode
konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif
strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan
metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar). 13
6. Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi
11
Kembong Daeng, dkk., Pembelajaran Keterampilan Menyimak, (Makassar: Badan
Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2010), h. 131.
12
Umi Hijriyah, Menyimak Strategi dan Implikasinya dalam Kemahiran Berbahasa,
(Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Pengabidan Masyarakat IAIN Raden Intan
Lampung, 2016), h. 86.
13
Ibid., h. 86.
14
Ibid., h.87.
15
Endang Sri Maruti, Pengembangan Media Pembelajaran Keterampilan
Menyimak dan Membaca Berbasis Multimedia Interaktif, (Premiere Education
,No.1,1 Juni 2017), h. 49.
16
Rizmada Azzahra, Analisis Pembuatan Video Media Pembelajaran dalam
Mata Kuliah Pembelajaran Menyimak “, (Widyabastra , No.1, Juni 2017), h.10.
96 Keterampilan Menyimak
6. Media audio, seperti: radio, telepon, dan pita audio
7. Media cetak, seperti: buku dan modul
Anderson (1976), mengelompokan media menjadi 10 golongan,
yaitu:
1. Media audio
Media menyimak yang memusatkan pada suara tanpa adanya
gambar. Contoh: kaset audio, siaran radio, CD dan telepon.
2. Media cetak
Contoh: buku pelajaran, modul, brosur, gambar, dan lain sebagainya.
3. Media audio-cetak
Contoh: Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4. Media proyeksi visual diam
Contoh: Over Head Transparansi (OHT) dan film bingkai
5. Media proyeksi audio visual diam
Contoh: film bingkai (slide) bersuara
6. Media visual bergerak
Contoh: film bisu
7. Media audio visual bergerak
Contoh: film bergerak suara, video/VCD, Televisi.
Adapun manfaat pengunaan media video pada proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Sangat membantu tenaga pengajar dalam mencapai efektivitas
pembelajaran.
b. Memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam waktu
yang singkat.
c. Dapat merangsang minat belajar peserta didik untuk lebih
mandiri.
d. Peserta didik dapat berdiskusi atau meminta penjelasan pada
teman sekelasnya.
e. Peserta didik dapat belajar untuk lebih berkonsentrasi.
f. Daya nalar peserta didik lebih terfokus dan lebih kompeten
g. Peserta didik menjadi aktif dan termotivasi untuk
mempraktikkan latihan-latihan
h. Hal-hal yang bersifat abstrak dapat dikonkretkan.
17
Ummysalam A.T.A Daludu, Buku Ajar Kurikulum Bahan dan Pembelajaran PLS,
(Yogyakarta : CV Budi Utama, 2017), h. 23.
98 Keterampilan Menyimak
alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.18
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran
akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa
manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya,
mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana
saja dan kapan saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap
materi dan proses belajar
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh
Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan
banyak manfaat-manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media
pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang
dan waktu
18
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Adtya Bakti, 1994), h.12.
19
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017).
A. Materi Menyimak di SD
Tujuan utama pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil dalam
berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara,
terampil membaca, dan terampil menulis (Tarigan, 1985: 1). Pada
tahun 1949, Tulare Country Schools selesai menyusun sebuah buku
petunjuk mengenai keterlampilan berbahasa yang berjudul ”Tulare
Country Cooprative Language Arts Guide”.
Anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap operasional
konkret. Tahap operasional konkret tahapan umur siswa sekolah dasar
yang tidak dapat memahami operasi (logis) dalam pembelajaran tanpa
dibantu dengan benda-benda konkret. Hal itu menunjukkan bahwa
siswa sekolah dasar memerlukan benda-benda nyata sebagai bantuan
untuk mengikuti pembelajaran dengan senang, siswa juga memiliki
daya fantasi yang sangat tinggi.
Pada siswa sekolah dasar kemampuan menyimak menggunakan
media pembelajaran untuk mempermudah jalannya pembelajaran.
Sehingga apa yang mereka simak dapat diterima dengan baik.
Kemampuan menyimak siswa berbeda-beda melihat dari pengetahuan
yang mereka miliki.
105
1. Kelas satu
a. Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pikiran
atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan.
b. Dapat mengulangi secara tepat sesuatu yang telah didengarnya
c. Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan
2. Kelas dua
a. Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat
b. Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertian
c. Sadar akan situasi, kapan sebaiknya menyimak, kapan pula
sebaiknya tidak usah menyimak
3. Kelas tiga dan empat
a. Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu
sumber informasi dan sumber kesenangan
b. Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan
mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dangan maksud
tertentu serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
bersangkutan dengan hal itu
c. Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-
ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
4. Kelas lima dan enam
a. Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan,
kesalahan-kesalahan, propaganda-propaganda dan petunjuk-
petunjuk yang keliru
b. Meyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan
memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru
(Anderson, 1972: 22-3).1
Media yang dapat digunakan untuk membantu menyimak di jenjang
SD antara lain:
1
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi, (Bandung: Upi Press, 2007), h. 26.
6. Teknik parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah
puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi
yang telah disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa selesai
menyimak, siswa secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi
puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.
2
Engkus Kuswandi, Keterampilan Menyimak dan Berbicara I (Buku Pengayaan
untuk Sekolah Dasar), (Jakarta: CV Ipa Abong, 2008), h. 2-11.
3
Ibid, h.32-35.
4
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 104.
5
Novi Resmini dan Dadan Juanda, op.cit, h. 31.
6
Titik Harsiati, dkk, Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII, (Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2017), h.54-59.
U Cantika, http://repository.unpas.ac.id/29192/4/8%20BAB%201%20
7
8
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2008), h. 73.
9
Ibid. http://repository.unpas.ac.id/29192/4/8%20BAB%201%20
PENDAHULUAN.pdf,
A. Menyimak Dialog
Dialog merupakan percakapan dalam sandiwara, cerita; karya tulis
yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.
Sedangkan dialog batin (sastra) merupakan kata-kata yang diucapkan
oleh pemain untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya tanpa
ditujukan kepada pemain lain.1
Dialog dikenal juga sebagai percakapan, merupakan contoh yang
baik dari komunikasi secara interaktif dan interpersonal yang alami.
Percakapan merupakan bentuk kooperatif yang berharga (Hatch & Long
via Douglas Brown, 2000: 255).2
Bahasa yang digunakan dalam percakapan tatap muka termasuk
penggunaan bahasa dapat digunakan untuk mendeskripsikan
penyimpangan kaidah penggunaan aturan bahasa. Analisis wacana
percakapan tersebut dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami
bahasa dan pemakainya.
1
KBBI, Op.cit, h. 324.
2
Nurhidayati, “Menyimak Dialog”, http://staffnew.uny.ac.id/
upload/132296142/pendidikan/MENYIMAK+DIALOG.pdf diakses Senin, 1
April 2019, pukul 10:46.
123
Pemanfaatan percakapan dalam pembelajaran bahasa adalah: (1)
mengangkat sebuah topik percakapan yang berkaitan dengan penggunaan
bahasa verbal dan nonverbal; (2) pengembangan percakapan mengikuti
aturan pergantian alih tutur sesuai dengan fungsi interaksi dari bahasa;
(3) penggantian dan penghindaran topik memberikan efek penggunaan
bahasa verbal dan nonverbal sangat mendukung pemahaman percakapan
yang sedang berlangsung; (4) pembatasan topik dilakukan apabila dalam
percakapan tersebut mempunyai beberapa kesulitan dalam penguasaan
bahasa.
Selain percakapan verbal dalam dialog juga bisa menggunakan
bahasa isyarat. Fungsi perangkapan (redundancy) adalah bahasa isyarat
digunakan untuk menyampaikan pesan bersamaan dengan penyampaian
pesan secara verbal. Fungsi lain adalah sebagai pengganti (substitution)
yaitu bahasa isyarat yang digunakan untuk menggantikan pesan bahasa
verbal. Kemudian ada fungsi pelengkap (complementation), yaitu bahasa
isyarat melengkapi apa yang disampaikan secara verbal; dan fungsi
penekan (emphasis) yaitu bahasa isyarat digunakan untuk memberi
penekanan pada pesan secara verbal. Ada lagi fungsi pertentangan
(contradiction), yaitu bahasa isyarat yang biasanya muncul dalam lelucon,
bentuk kontradiktif itulah yang menimbulkan kelucuan. Terakhir, fungsi
pengaturan (regulation), yaitu bahasa isyarat digunakan untuk mengatur
seseorang.
Ada cara menyimak dialog atau percakapan yang penting untuk
diketahui:
1. Menyimak topik yang merupakan inti pembicaraan.
2. Menyimak isi
3. Menganalisis bahasanya, misalnya untuk bahasa Jawa bisa disimak
dan diperhatikan ragam ngoko, kromo, dan madya; kemudian
bagaimana campur kode yang terjadi; alih kode; penanda koherensi;
ungkapan; dan kiasan/konotatif.
4. Pelaku yang terbagi menjadi peran (antagonis, protagonis,
pembantu) dan karakter.
5. Menyimak budaya si pembicara
6. Amanat yang disampaikan.
3
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017), h. 4.1.
4
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2015), h. 146-147.
5
Ibid., h.147.
6
Arifin, dkk, op.cit., h. 4.14.
7
Ibid., h. 4.15-4.16.
8
Ibid., h. 4.3-4.4.
9
Ibid., h. 4.4.
10
Ibid., h. 4.5.
Ibid., h. 4.6.
11
13
Arum Putri R, Menumbuhkan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar dalam
Pendidikan dan Pengajaran, (Jurnal Paradigma Institut Vol. 1 No. 1 , September
2015), h. 17.
14
Lis Setiawati, “Jenis-jenis Menyimak”, http://repository.ut.ac.id/4737/1/
PBIN4105-M1.pdf diakses Senin, 1 April, pukul 11:37.
15
Tarigan, op. cit., h. 2.9-2.10.
1
Umi Hijriyah, Menyimak Strategi dan Implikasinya dalam Kemahiran Berbahasa,
(Lampung: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Raden Intan
Lampung, 2016), h. 12.
2
Bustanul Arifin, Menyimak, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008),
h. 5.3.
131
B. Ragam Menyimak
Kegiatan menyimak tampak dalam kehidupan sehari-hari dengan bentuk
yang beraneka ragam. Keanekaragaman itu disebabkan oleh berbagai
titik pandang yang kemudian dijadikan landasan pengklarifikasian
menyimak.
1. Berdasarkan sumber yang disimak
a. Menyimak intrapribadi (intra personal listening), yaitu suara
yang disimak dalam ragam ini berasal dari diri sendiri. Artinya,
penyimak mendengarkan pikiran pembicara.
b. Menyimak antarpribadi (interpersonal listening), yaitu menyimak
suara yang berasal dari orang lain. Menyimak seperti ini yang
paling banyak dilakukan orang. Misalnya: bercakap-cakap,
menyimak cerita, ceramah, dan sebagainya.3
2. Berdasarkan cara penyimakan
a. Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih
bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan
langsung dari seorang guru. Menyimak ektensif meliputi,
menyimak sosial, sekunder, estetik, pasif.
b. Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh
lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Menyimak
intensif meliputi, menyimak kritis, konsentratif, kreatif, eksplorasif,
interogatif, selektif.4
3. Berdasarkan tujuan menyimak
a. Menyimak sederhana, yaitu menyimak yang terjadi dalam
percakapan dengan teman atau percakapan melalui telepon.
b. Menyimak diskriminatif, yaitu menyimak untuk membedakan
suara, seperti: Membedakan suara orang marah, gembira atau
kecewa, suara burung, mobil dan sebagainya.
c. Menyimak santai, yaitu menyimak untuk tujuan kesenangan,
misalnya, menyimak puisi, cerpen, drama, lagu dan sebagainya.
3
Kembong Daeng, dkk, Pembelajaran Keterampilan Menyimak, (Makassar:
Badan Penerbit UNM, 2010), h. 23-24.
4
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Penerbit Angkasa, 2008), h. 38-53.
5
Daeng, dkk, op.cit., h. 26.
1. Teks Berita
Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang
dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat
menarik perhatian pembaca, bersifat luar biasa, pentingnya, atau
akibatnya, dan mencakup segi human interest seperti humor, emosi
dan ketegangan..6
6
Citra Aulia Wulandari, Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita, dalam
10
Ibid., h. 5.6.
11
Ibid., h. 5.16.
2. Teks Pidato
Teks pidato yaitu teks pembicaraan seseorang secara langsung (tatap
muka) di hadapan orang banyak yang memuat arahan atau kebijakan
tentang hal tertentu. Misalnya, pidato kebudayaan disampaikan
seseorang yang berpengaruh di bidang kebudayaan dalam rangka
menyambut hari kebudayaan.12
Teks pidato adalah teks pembicaraan seseorang secara langsung
(tatap muka) di hadapan orang banyak yang memuat arahan
atau kebijakan tentang hal tertentu. Misalnya pidato kebudayaan
disampaikan seseorang yang berpengaruh di bidang kebudayaan dalam
rangka menyambut hari kebudayaan, pidato kenegaraan disampaikan
oleh kepala negara dalam rangka memperingati hari kemerdekaan
negara., pidato keagamaan disampaikan oleh menteri agama pada
waktu menghadapi atau menyambut hari keagamaan., pidato ilmiah
disampaikan oleh seorang ahli pada acara yang berhubungan dengan
keilmuan, dan seterusnya.13
Seseorang dikatakan berhasil dalam berpidato ditandai oleh
bagaimana antusiasnya pendengar mendengarkan isi pidatonya. Hal
itu tidak lepas dari nada, ekspresi, gaya, serta semangat berpidato
seseorang.
Ibid., h. 5.6.
12
13
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2005), h. 5.6.
14
Ibid, hlm 5.7.
3. Teks Ceramah
Kata ceramah asal mulanya dalam bahasa Melayu berarti nyinyir, banyak
bicara, cerewet. Kata ini mengalami perkembangan makna menjadi makna
yang positif, yaitu menyampaikan sesuatu di hadapan orang banyak untuk
menambah pengetahuan, pengalaman atau informasi tertentu.
Penceramah biasanya memulai ceramahnya dengan kalimat-kalimat
pembuka atau ayat-ayat yang mengisyaratkan isi ceramahnya. Kata sapaan
yang digunakan penceramah pada waktu akan berceramah disesuaikan
dengan media berceramahnya, di radio, televisi, atau langsung.15
4. Teks Opini
Teks opini adalah teks yang memuat pendapat, pikiran, pendirian atau
pandangan seseorang tentang masalah tertentu yang sedang hangat
dibicarakan di masyarakat. Opini juga memuat kritik terhadap orang
atau lembaga yang menangani masalah tertentu. Seperti tentang suatu
hal yang disimak melalui ceramah, pidato, wawancara, diskusi atau
talk show.16
5. Teks Prosedural
Teks prosedural adalah teks yang memuat butir-butir atau langkah-
langkah kegiatan tertentu berupa petunjuk yang mudah diikuti
pelaksanaannya. Di televisi sering ditayangkan acara melakukan sesuatu
misalnya acara membuat masakan, acara menjaga kesehatan, langkah
dilalui dalam mengatasi suatu masalah. Dengan langkah-langkah yang
jelas dan teratur penyaji acara menjelaskan cara melakukan sesuatu
sehingga apa yang dilakukan dapat diikuti.17
15
Bustanul Arifin, Menyimak, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008),
h. 5.8.
16
Ibid., h. 5.8
17
Ibid., h. 5.9.
18
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Berbahasa, (Bandung, angkasa
bandung, 2015), h. 40-41.
Bustanul Arifin dkk, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 9.5.
20
Tarigan, op.cit., h. 46-52.
A. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap
suatu ujaran, dan tidak perlu bimbingan langsung dari seorang guru.
Menyimak dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, khotbah
di masjid, pengumuman di stasiun kereta api, dan sebagainya. Jadi,
menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.1
Ada beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif, antara lain
berikut ini.
1. Menyimak Sosial
2. Menyimak Sekunder
3. Menyimak Estetis
4. Menyimak Pasif
1
Denny Iskandar, “Keterampilan Menyimak”, http://file.upi.edu/Direktori/
FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-
DENNY_ISKANDAR/MATERI_MENYIMAK_SMP.pdf diakses Senin, 1 April
2019, pukul 12:29.
143
Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan
sosial, seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya.
Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada faktor status sosial,
unsur sopan santun. dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: seorang
anak Jawa menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang
santun. Dalam hal ini, nenek memiliki peran yang lebih utama, sedang
anak merupakan peran sasaran.
Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya, jika seorang
pelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan
orang lain, suara siaran radio, suara televisi, dan sebagainya. Suara tersebut
sempat terdengar oleh pelajar tersebut, namun ia tidak terganggu.
Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak
estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati
sesuatu. Misalnya, menyimak pembacaan puisi, rekaman drama, cerita,
syair lagu, dan sebagainya. Kegiatan menyimak itu lebih menekankan
aspek emosional penyimak seperti dalam menghayati dan memahami
sebuah pembacaan puisi. Dalam hal ini, emosi penyimak akan tergugah,
sehingga timbul rasa senang terhadap puisi tersebut. Demikian pula
pembacaan cerita pendek. Hal ini pernah dilakukan oleh seorang
pengarang terkenal Gunawan Mohammad yang sering membacakan
cerpen-cerpennya melalui radio. Banyak remaja mendengarkan
pembacaan tersebut. Para remaja tampaknya dapat menikmati dan
menghayati cerpen yang dibacakan tersebut.
Menyimak pasif merupakan menyimak suatu bahasan yang
dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari,
seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua
atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa daerah
tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah
tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan
sebagai hasil menyimak pasif. Namun pada akhirnya, orang itu dapat
menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif
banyak dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah menyimak
pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan
ketidaksengajaan.
C. Puisi
1. Pengertian Puisi
Istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poesis yang berarti penciptaan.
Istilah puisi dalam bahasa Inggris adalah poetry. Poem berarti sajak atau
syair, dan poet berarti penyair. Arti yang semacam ini lama kelamaan
dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra yang kata-
katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan
irama, sajak, dan kata-kata kiasan.5 Puisi adalah peluapan spontan dari
perasaan-perasaan yang penuh daya. Dia memperoleh rasanya dari
emosi, atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.6
2
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Penerbit Angkasa, 2014), h. 41.
3
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1986), h. 38-40.
4
Ibid., h. 43.
5
Tajuddin Noer Ganie, Buku Induk Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Araska,
2015), h. 57.
6
Ibid., h. 59.
7
Ibid., h. 60.
8
Ibid., h. 65-68.
9
Bustanul Arifin, Menyimak ( Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2007),
h.6.3
Nurhidayah, Peningkatan Keterampilan Menyimak Apresiatif dan Kreatif Tayangan
10
Film Melalui Teknik Pencatatan 5 R (Record, Reduce, Recite, Reflect, and Review),
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2006), h. 331.
11
Arifin, op.cit., h. 6.4.
12
Ibid., h. 6.5.
13
Sihabuddin, dkk, Bahasa Indonesia 2, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 4.9.
14
Ibid., h. 4.11 – 4.12.
15
Ibid., h. 4.13 – 4.14.
16
Arifin, op.cit., h. 6.3-6.5.
17
Ibid., h. 6.5- 6.6.
18
Ibid., h. 6.7.
153
kehidupannya, iya tidak dapat menghukum pengarang sebagai orang yang
telah menceritakan kisah hidupnya atau mencemarkan nama baiknya.
Prosa fiksi memiliki berbagai bentuk, seperti roman, novel, dan
cerpen. Perbedaan dari berbagai macam bentuk itu hanya terletak pada
panjang pendek atau kompleksitasnya isi cerita, serta jumlah pelaku
yang mendukung cerita.1
Prosa fiksi merupakan salah satu genre atau ragam sastra yang
mengandung unsur-unsur berikut.
1) Elemen fiksional yang membangun karya fiksi itu sendiri,
seperti elemen intrinsik dan ekstrinsik prosa.
2) Pengarang atau narator sebagai pemilik ide atau gagasan dalam
menciptakan karya fiksi.
3) Media penyampaian gagasan berupa bahasa.
4) Isi gagasan itu sendiri yang biasa disebut tema dan amanat
cerita.
Prosa fiksi merupakan salah satu genre sastra yang berisi beragam
fenomena kehidupan manusia. Melalui kegiatan menyimak cerita fiksi,
seseorang akan memperoleh wawasan, pengalaman, dan penghayatan
tentang liku-liku kehidupan tanpa harus mengalami sendiri semuanya
terlebih dahulu. Karya prosa fiksi akan memperkaya batin seseorang
dan memberinya kemampuan bersikap arif dalam menghadapi dan
menghargai kehidupan.
Keindahan dan kebermaknaan prosa fiksi tak lepas dari unsur-unsur
yang membangunnya, seperti tokoh dengan perwatakannya, peristiwa
yang dialami tokoh, plot atau alur cerita, latar, serta sudut pandang
penceritaan cerita maupun melalui unsur batinnya, seperti tema dan
amanat, di samping imajinasi serta pengalaman, dan pandangan hidup
penyair.
Di dalam prosa terdapat unsur tema dan amanat. Unsur ini sangat
erat kaitannya. Sebagaimana tema adalah gagasan atau ide yang mendasari
suatu cerita. Sedangkan amanat atau pesan (massage) merupakan nilai
kehidupan berupa pesan–pesan moral yang dikemukakan pengarang
melalui tema pokok persoalan yang dikemukakan dalam prosa fiksinya.
64-66.
b. Prosa Nonfiksi
Prosa nonfiksi ialah karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau
khayalan pengarang, tetapi berisi hal-hal yang berupa informasi faktual
(kenyataan) atau berdasarkan pengamatan pengarang. Prosa nonfiksi
ini merupakan karangan yang bersumber dari peristiwa yang dapat
ditelusuri dan dibuktikan kebenarannya. Karangan ini diungkapkan
secara sistematis, kronologis, atau kilas balik dengan menggunakan
bahasa semiformal. Proses tersebut tak ada bumbu imajinatif atau
rekaan. Karangan ini berbentuk eksposisi, persuasi, deskripsi, atau
campuran. Contoh prosa nonfiksi antara lain, riwayat hidup atau
biografi, sejarah, iklan, pengumuman, dan berita duka. Selain itu, prosa
nonfiksi disebut juga karangan semi ilmiah. Contoh karangan semi
ilmiah antara lain, artikel, tajuk rencana, opini, dan lain-lain.
2
Ibid., h. 6.16.
3
Sihabudin, dkk, Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Learning Assistance Program
For Islamic Schools, 2009), h.127.
5
Ibid., h. 6.26-6.27.
Jaya Kurnia, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama diunduh dari http://pengayaan.
7
8
Didin Ridwanuddin, Bahasa Indonesia,(Ciputat: UIN Press, 2015), h. 109.
9
Ibid., h. 110.
10
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.
6.23-6.24.
11
Sihabbudin, dkk, Bahasa Indonesia 2, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 4.9.
1
KBBI, Op.cit., h. 743.
2
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: CV Angkasa, 2015), h. 46.
167
khusus yang menuntut untuk menyimak kritis, antara lain pidato-pidato
politik, pidato-pidato filosofis, kata-kata memikat dari tukang obral
berupa iklan-iklan (Hunt,1981: 28).3
Beberapa situasi khusus yang menuntut kita untuk menyimak
kritis, antara lain:
a. Pidato-pidato politis
b. Pidato-pidato filosofis
c. Kata-kata memikat dari tukang obral
Kemudian ada empat konsep penting dalam menyimak kritis, yaitu:
1. Penyimak harus yakin bahwa sang pembicara telah mendukung
serta mendokumentasikan masalah yang mereka kemukakan.
2. Penyimak berharap agar sang pembicara mengemukakan masalah-
masalah khusus.
3. Penyimak berharap agar sang pembicara mendemonstrasikan
keyakinannya pada suatu topik tertentu.
4. Penyimak harus percaya dan menuntut dengan tegas agar sang
pembicara bergerak dari hal-hal umum ke hal-hal khusus (berpikir
secara deduktif).
3
St.Y.Slamet, dan Kundharu Saddhono, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia (Teori dan Aplikasi), (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 8.
4
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 2010), h.
227.
Ibid., h. 227.
5
1. Mendengarkan
Pada tahap mendengarkan terjadi proses menginformasikan lisan
dari pembicara kepada penyimak. Wujud informasi berupa teks lisan
atau kode bunyi bahasa (bunyi, kata, kalimat, atau wacana) yang perlu
dipahami. Tahap ini menekankan seorang penyimak perlu memiliki
pengetahuan tentang kebahasaan dan makna, dari setiap bahasa yang
disimaknya. Proses mendengarkan harus dilakukan dengan penuh
perhatian dan konsentrasi serta tidak mudah terganggu oleh unsur
dari luar materi simakan.
2. Mengidentifikasi
Pada tahap identifikasi dilakukan penyimak setelah rangsangan
(stimulus) berupa bunyi (bahasa) diterima penyimak dalam memori.
Identifikasi juga dilakukan pada pemilihan tiap topik atau gagasan-
gagasan pesan. Penyeleksian informasi ini, memori ingatan (otak)
akan membedakan pesan yang dipentingkan dan pesan yang tidak
dipentingkan sehingga tidak semua apa yang diujarkan pembicara
direkam dalam memori.
3. Memahami
Pada tahap ini penyimak melakukan pemahaman terhadap semua data
informasi yang diterima. Tahap memahami merupakan tahap pemberian
makna pesan yang didengar agar dicapai semirip dan sedekat mungkin
dengan pesan yang dimaksud oleh pembicara.
4. Menilai
Menilai adalah proses menghargai terhadap pesan yang telah diterimanya,
diinterpretasi, dan dipahaminya. Menilai berarti memberi harga dan
mengaitkan kegunaan dari makna pesan dalam hubungannya dengan
sesuatu di dalam kehidupan sehingga memilliki kegunaan yang jelas.
7
Syaeful Rahman, Menyimak Kritis, dalam http://syaefulrahman.blogspot.
co.id/2011/03/menyimak-kritis.html diunduh pada 12 Maret 2017 pukul 15.56
WIB.
8
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: CV Angkasa, 2015), h. 46.
9
Ibid., h. 48.
10
Arine, Menyimak Kritis, dalam http://Arine-s.blogspot.co.id/2011/10/
menyimak-kritis.html. diunduh pada 12 Maret 2017 pukul 16.20 WIB
11
Tarigan, Op.cit., h. 28.
12
Siti fatimah, Karya Tulis Ilmiah, dalam http:/file.upi.edu/../19_KTI-PLPG.
pdf. diunduh pada 16 Maret 2017 pukul 10.28 WIB.
13
Hari Santoso, Peningkatkan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah bagi Pustawan,
(Universitas Negeri Malang: UPT Perpustakaan UNM, 2008), h. 4-6.
A. Menyimak Kreatif
1. Pengertian Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam
menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi
imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta
perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh
sesuatu yang disimaknya.1
Menyimak kreatif ditandai dengan adanya hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya keterlibatan personal secara langsung dalam menyerap
informasi yang didengarnya serta menyeruak ke dalam informasi
yang terdapat pada wacana yang disimaknya.
b. Adanya keterlibatan personal secara langsung dalam menyerap
informasi yang didengarnya, mengaitkan informasi yang disimaknya
dengan pengetahuan dan pengalamannya yang dianggap relevan,
serta adanya eksplorasi untuk mendapatkan pemahaman yang utuh
terhadap wacana yang disimaknya.
1
Tarigan, Op.cit., h. 50.
177
c. Adanya reaksi dan responssi terhadap materi yang disimaknya.
Bentuk dan kualitas responssi ini sangat bergantung pada
kompetensi menyimak.2
Tingkatan tertinggi dari kemampuan menyimak seseorang adalah
kemampuan menyimak kreatif. Artinya penyimak yang baik dalam
penerapannya tidak hanya sekadar menangkap makna tersurat dan
makna tersirat dari apa yang disimaknya, tetapi juga mampu secara
kreatif menerapkan hasil menyimaknya untuk kepentingan sehari-hari.
Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi
seseorang. Umumnya imajinasi berhubungan dengan keindahan, bunyi-
bunyian, gerak-gerak tentang sesuatu, dan juga penglihatan terhadap
sesuatu. Seseorang dapat menyimak sebuah puisi dengan baik karena
ia berimajinasi atau berfantasi dan berpartisipasi dengan baik terhadap
puisi yang sedang disimaknya sehingga ia dapat menangkap makna yang
terkandung dalam puisi itu.3
Menurut Anderson (1972: 70) menyatakan bahwa menyimak
kreatif itu sudah mencakup kegiatan-kegiatan berikut ini:
a. Menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan
segala jenis pengalaman menyimak.
b. Membangun atau mengonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik
pada saat kegiatan menyimak sedang berlangsung.
c. Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran
imajinatif untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan,
dan pementasan.
d. Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah serta sekaligus
memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian
tersebut.
Ada sejumlah keterampilan yang termasuk bagian dari aktivitas
menyimak kreatif, yaitu:
a. Keterampilan mengikuti petunjuk dalam wacana yang disimak,
kemudian menerapkannya.
b. Keterampilan membuat ringkasan dari bahan simakan.
c. Keterampilan memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang
2
Bustanul Arifin dkk, Op.cit., h. 8.3.
3
Ibid., h. 1.3.
4
Ibid., h 8.3.
5
Imam Suwandi, Jenis-jenis Menyimak,dalam http://www.slideshare.net/
mobile/hanyaqhu1/ diunduh pada 13 Maret 2017 pukul 16.49 WIB.
6
Linggar Pradani, Mengasah Keterampilan Berbahasa Indonesia, dalam http://
linggarpradani.wordpress.com/keterampilan-menyimak/ diunduh pada 13 Maret
2017 pukul 23.20 WIB.
7
Nodya Purwosunarto, Apa itu Menyimak Kreatif? dalam http://hestunodya.
blogspot.co.id/2014/01/apa-itu-menyimak-kreatif.html.?m=1 pada 13 Maret
2017 pukul 23.55 WIB.
8
Bustanul Arifin dkk, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008 ), h.
8.4-8.5.
9
Ibid, h. 8.6.
10
Ibid, h. 8.5.
11
Ibid, h. 8.13.
12
Ibid, h. 8.4.
Utama, 2012), h. 2.
14
Arifin, dkk, op.cit, h. 9.3.
15
Ibid., h. 9.3.
16
Ibid., h. 9.4-9.7.
17
Ibid., h. 9.5.
18
Ibid., h. 9.7.
19
Ibid., h. 9.7.
Kemudian siswa bisa diminta mengisi apa saja ide pokok yang mereka
temukan pada karya di atas dan apa yang menjadi kalimat penjelasnya.
Selain itu seperti yang telah dibahas di atas, menyimak wacana juga
merupakan bagian dari menyimak eksploratif. Tujuan menyimak adalah
menangkap gagasan utama yang melandasi perkembangan wacana.
Gagasan utama ditangkap secara cepat, harus menyerap ide-ide yang
lebih kecil terlebih dahulu. Sebuah wacana yang utuh adalah sebuah
bangun yang terdiri atas gagasan-gagasan yang lebih kecil. Apakah
cirinya sebuah kalimat yang mewadahi pokok ide? Untuk ini bisa dilihat
kata-kata kunci yang mengawali kalimat itu, misalnya:
Mengandung Ide Pokok Sebagai Penjelas (Penunjang Gagasan)
1. Sebagai kesimpulan... 1. Dengan kata lain...
2. Yang penting adalah... 2. Lebih lanjut...
3. Ingat hal ini... 3. Atau bisa dikatakan...
4. Yang saya maksud adalah... 4. Sebagai contoh/ilustrasi
5. Inilah yang penting... 5. Menjelaskan hal itu...
6. Jangan lupa... 6. Pengulangan-‐pengulangan kata
7. Kalimat-‐kalimat pertanyaan ide sebelumnya
7. Sebagai perbandingan
A. Wacana
1. Definisi Wacana
Wacana adalah kesatuan makna atau semantis antar-bagian di dalam
bangun bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun
bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan
secara padu. Di samping itu, wacana juga terikat pada konteks. Sebagai
kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan,
tuturan, atau inskripsi, yang mengacu pada makna yang sama, yaitu
wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar. 1
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalah hierarki
gramatikal merupakan suatu gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai
satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat konsep,
gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca
(dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan), tanpa
keraguan apa pun. Wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi
atau terbesar yang dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang
memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya.2
1
Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa (Langkah Awal Memahami Linguistik), (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 92.
2
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 267.
189
Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi apabila
dalam wacana itu sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu adanya
keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana
tersebut. Apabila wacana itu kohesif, akan terciptalah kekoherensian,
yaitu isi wacana yang apik dan benar.
Adapun pengertian wacana yang lain adalah pembahasan bahasa
dan tuturan yang harus dalam satu rangkaian kesatuan situasi atau
dengan kata lain, makna suatu bahasa berada dalam rangkaian konteks
dan situasi.3
Menurut Moeliono dkk. (2003: 419), wacana adalah rentetan
kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna. Wacana berupa
rentetan kalimat (kohesif), yang berisi rentetan proposisi (koherensif).
Rentetan kalimat itu ada karena adanya rentetan proposisi. Proposisi
pada kalimat pertama menyebabkan munculnya proposisi pada kalimat
kedua. Proposisi pada kalimat kedua mengacu pada proposisi kalimat
yang pertama dan proposisi/kalimat yang saling berkait itu membentuk
kesatuan.4
Wacana adalah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Perkataan “penggunaan bahasa” dalam definisi singkat
wacana tersebut mengandung pengertian bahwa wacana bukan hanya
persoalan bentuk bahasa, melainkan persoalan fungsi (penggunaan)
bentuk bahasa tersebut dalam kegiatan berbahasa.5
Perlu dipahami bahwa wacana bukan sekadar serangkaian kalimat
dengan jumlah yang banyak, melainkan adanya kesatuan makna yang
mengikat berbagai kalimat yang digunakan.6 Mengingat pentingnya
kesatuan makna bagi wacana, ada beberapa faktor yang menentukan
kesatuan makna wacana, yaitu:
3
Elvi Susanti, Definisi Analisis Wacana dan Wacana Kritis, (Dialektika. Vol. ll,
No. 1, Juni 2011).
4
E. Zaenal Arifin, dkk, Asas-asas Linguistik Umum, (Tangerang: Pustaka Mandiri,
2015), h. 115.
5
Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas
Muhammadiyah Malang, Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah, (Malang: UMM
Press, 2013), h.74.
6
Ibid., h. 75.
2. Struktur Wacana
Sama halnya kalimat yang mempunyai struktur linear subjek-predikat-
objek, wacana juga mempunyai struktur. Menurut Sinclair dan Coulthard
(1975) yang merintis kajian mengenai sturktur wacana interaksi kelas atau
(classroom intereksion) mengungkapkan bahwa struktur wacana tersebut
adalah tata urutan interaksi antara guru dan siswa di dalam proses belajar
mengajar, yaitu transaksi, pertukaran, gerak, tindak. Menurut Hoed
(1976), struktur wacana berita digambarkan sebagai piramida terbalik.8
7
Ibid., h. 76.
8
Kushartanti, dkk, op.cit., h. 95.
Ibid., h.110-113.
12
14
Ibid., h. 8.18.
15
Sudjianto, “Metode Pengajaran Menyimak”, http://file.upi.edu/Direktori/
FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JEPANG/195906051985031-SUDJIANTO/11._
Makalah_Menyimak.pdf, diakses Senin, 1 April 2019, pukul 23:53.
199
Azzahra, Rizmada. Analisis Pembuatan Video Media Pembelajaran
dalam Mata Kuliah Pembelajaran Menyimak. Widyabastra , No.1,
Juni 2017.
Beritasatu.com. 2019, Pengguna Internet Tembus 175 Juta, https://
id.beritasatu.com/telecommunication/2019-pengguna-internet-
tembus-175-juta/184148. Diakses Rabu, 27 Maret 2019, pukul
9:56.
Cermati, “8 Youtuber Terpopuler dan Terkaya di Indonesia”, 8 Meret
2019, https://www.cermati.com/artikel/8-youtuber-terpopuler-
dan-terkaya-di-indonesia, diakses Sabtu, 30 Maret 2019, pukul
23:44.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
Daludu, Ummysalam A.T.A. Buku Ajar Kurikulum Bahan Dan
Pembelajaran PLS, Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017.
Daeng, Kembong, dkk. Pembelajaran Keterampilan Menyimak. Makassar:
Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Digital Repository Unila, Faktor yang Mempengaruhi Menyimak, dalam
http://digilib.unila.ac.id/21036/17/BAB%20II.pdf diunduh pada
16 Maret 2017 pukul 15.55 WIB.
Eprints UNY, Keterampilan Menyimak, dalam http://eprints.uny.
ac.id/13992/2/Bab%20II.pdf, diunduh pada 16 Maret 2017 pukul
15:50 WIB.
Ganie, Tajuddin Noer. Buku Induk Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Araska,
2015.
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: Citra Adtya Bakti, 1994.
Hamsa, Akmal. Pembelajaran Keterampilan Menyimak. Makassar: Badan
Penerbit UNM, 2010.
Harsiati, Titik, dkk. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2017.
Hermawan, Herry. Menyimak (Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan).
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012
201
kompasiana.com/belajarmendengar/551ab872813311800a9de0ff/
mengapa-saya-susah-menyimak, diunduh pada Selasa, 12 Maret
2019, pukul 00:31.
Penggunanaan dan Pengertian Internet, http://repository.unpas.
ac.id/13120/5/BAB%20II.pdf, diakses Selasa, 26 Maret 2019,
pukul 6:49.
Pradani, Linggar. Mengasah Keterampilan Berbahasa Indonesia, http://
linggarpradani.wordpress.com/keterampilan-menyimak/ diunduh
pada 13 Maret 2017 pukul 23.20 WIB.
Priyatni, Endah Tri; Siswanto; Hasanah; Taryono; Nurchasanah;
dan Mujianto. Bahan Ajar Menyimak dan Berbicara. Kerja sama
IKIP Malang dengan Proyek Peningkatan SLTP Swasta, Kanwil
Depdikbud Provinsi Jawa Timur, 1997.
Purwosunarto, Nodya. Apa itu Menyimak Kreatif? dalam http://
hestunodya.blogspot.co.id/2014/01/apa-itu-menyimak-kreatif.
html.?m=1 pada 13 Maret 2017 pukul 23.55 WIB.
Putra, Budi. Planet Internet (Jaringan Pintar yang Mengubah Dunia).
Tangerang: Logicom Publications, 2002.
R, Arum Putri. Menumbuhkan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
dalam Pendidikan dan Pengajaran. Jurnal Paradigma Institut Vol. 1
No. 1 , September 2015.
Rahman, Syaeful. Menyimak Kritis, dalam http://syaefulrahman.
blogspot.co.id/2011/03/menyimak-kritis.html diunduh pada 12
Maret 2017 pukul 15.56 WIB.
Resmini, Novi dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS, 2007.
Retnaningsih, Eka, dkk. Peningkatan Menyimak Dongeng Menggunakan
Media Audio dengan Stratgi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu pada Siswa
Kelas VII A. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013.
Ridwanuddin, Didin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press, 2015.
Ridyawati, Rifan Jita. Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui
Media VCD Film Kartun. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2015.
Rosdawita. Pembelajaran Menyimak Berbasis Pendekatan Kontekstual.
Pena. Vol. 3 No. 2, 2 Desember 2013.
Rusman. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
203
Bandung: Penerbit angkasa, 2008.
. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Penerbit Angkasa, 2015.
. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Penerbit Angkasa, 1986.
Team Yayasan Pendidikan Haster. Ikhtisar Materi-materi Penting Bahasa
Indonesia. Bandung: CV Pionir Jaya, 1995.
Tempo.co.id, “Saracen Dibekuk, Ujaran Kebencian di Internet Berkurang
50 Persen “ https://nasional.tempo.co/read/906326/saracen-
dibekuk-ujaran-kebencian-di-internet-berkurang-50-persen/
full&view=ok, diakses Selasa, 26 Maret 2109, pukul 11:14.
Kominfo, “5 cara Mengatasi Berita Hoaks di Inetrnet “
Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas
Muhammadiyah Malang. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah.
Malang: UMM Press, 2013.
Wartakota, “Hasil Riset Pengguna Media Sosial di Indonesia, Ternayat
Ada Peningkatan”, Senin 11 Februari 09:12, http://wartakota.
tribunnews.com/2019/02/11/hasil-riset-pengguna-media-sosial-
di-indonesia-ternyata-ada-peningkatan, Senin, 11 Februari 2019
09:12, diakses Sabtu, 30 Maret 2019, pukul 22:40.
Wicaksono, Andri, dkk. Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat).
Yogyakarta: Garudhawaca, 2016, hlm. 93.
Wikipedia, Media Sosial, https://id.wikipedia.org/wiki/Media_
sosial#cite_note-Kaplan,_Andreas_M._2010-1, diakses Rabu, 27
Maret 2019, pukul 20:32.
Wulandari, Citra Aulia. Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita,
dalam http://lib.unnes.ac.id/6454/1/7822.pdf diunduh pada 16
Maret 2017 pukul 10.01 WIB.
Y, Budinuryanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008.
205
Selain kegiatan kampus, wanita yang menyukai film drama ini
terlibat aktif sebagai pendamping dalam penulisan buku teks pelajaran
masa depan sejak Agustus tahun 2018. Penulisan buku teks pelajaran
yang akan diedarkan tahun 2021 itu merupakan kegiatan dari Pusat
Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Balitbang Kemendikbud.
Hal penting lainnya adalah ia mencintai bahasa Indonesia, karya
sastra, teater, baca puisi, dan suka mendongeng, terutama buat putrinya.
Hobinya yang lain: memasak, jalan-jalan, membaca, berbelanja, dan
bersantai dengan keluarga di rumah.