Anda di halaman 1dari 222

Keterampilan  

Menyimak
Keterampilan  
Menyimak

ELVI SUSANTI
Buku Pertama
dari Seri Keterampilan Berbahasa

RAJAWALI PERS
Divisi Buku Perguruan Tinggi
PT RajaGrafindo Persada
DEPOK
Perpustakaan  Nasional:  Katalog  dalam  Terbitan  (KDT)
Elvi  Susanti
      Keterampilan  Menyimak/Elvi  Susanti
  —Ed.  1.—Cet.  1.—Depok:  Rajawali  Pers,  2019.
    xvi,  205    hlm.,  23  cm
    Bibliografi:  hlm.  199
    ISBN  978-­‐602-­‐425-­‐

 
   

Hak  cipta  2019,  pada  penulis


Dilarang  mengutip  sebagian  atau  seluruh  isi  buku  ini  dengan  cara  apa  pun,  
termasuk  dengan  cara  penggunaan  mesin  fotokopi,  tanpa  izin  sah  dari  penerbit

2019.
ELVI  SUSANTI
KETERAMPILAN  MENYIMAK
Cetakan  ke-­‐1,  Maret  2019
Hak  penerbitan  pada  PT  RajaGrafindo  Persada,  Depok
Desain  cover  oleh  octiviena@gmail.com
Dicetak  di  Rajawali  Printing

PT  RAJAGRAFINDO  PERSADA
Anggota  IKAPI
Kantor  Pusat:  
Jl.  Raya  Leuwinanggung  No.  112,  Kel.  Leuwinanggung,  Kec.  Tapos,  Kota  Depok  16956
Tel/Fax    :   (021)  84311162  –  (021)  84311163  
E-­‐mail     :   rajapers@rajagrafindo.co.id  Http://www.rajagrafindo.co.id

  Perwakilan:
  Jakarta-­‐16956  Jl.  Raya  Leuwinanggung  No.  112,  Kel.  Leuwinanggung,  Kec.  Tapos,  Depok,  Telp.  (021)  84311162.  
Bandung-­‐40243,  Jl.  H.  Kurdi  Timur  No.  8  Komplek  Kurdi,  Telp.  022-­‐5206202.  Yogyakarta-­‐Perum.  Pondok  
Soragan  Indah  Blok  A1,  Jl.  Soragan,  Ngestiharjo,  Kasihan,  Bantul,  Telp.  0274-­‐625093.  Surabaya-­‐60118,  Jl.  
Rungkut  Harapan  Blok  A  No.  09,  Telp.  031-­‐8700819.  Palembang-­‐30137,  Jl.  Macan  Kumbang  III  No.  10/4459  
RT  78  Kel.  Demang  Lebar  Daun,  Telp.  0711-­‐445062.  Pekanbaru-­‐28294,  Perum  De'  Diandra  Land  Blok  C  1  No.  
1,  Jl.  Kartama  Marpoyan  Damai,  Telp.  0761-­‐65807.  Medan-­‐20144,  Jl.  Eka  Rasmi  Gg.  Eka  Rossa  No.  3A  Blok  
A   Komplek   Johor   Residence   Kec.   Medan   Johor,   Telp.   061-­‐7871546.   Makassar-­‐90221,   Jl.   Sultan   Alauddin  
Komp.  Bumi  Permata  Hijau  Bumi  14  Blok  A14  No.  3,  Telp.  0411-­‐861618.  Banjarmasin-­‐70114,  Jl.  Bali  No.  31  
Rt  05,  Telp.  0511-­‐3352060.  Bali,  Jl.  Imam  Bonjol  Gg  100/V  No.  2,  Denpasar  Telp.  (0361)  8607995.  Bandar  
Lampung-­‐35115,  Jl.  P.  Kemerdekaan  No.  94  LK  I  RT  005  Kel.  Tanjung  Raya  Kec.  Tanjung  Karang  Timur,  Hp.  
082181950029.
Buku ini saya persembahkan buat keluarga kecil yang telah melengkapi dan
menyempurnakan kehidupan wanita saya, sebagai istri dan juga sebagai
ibu.

Khususnya buat suamiku Budi Putra, yang telah menemani kehidupan


saya selama 24 tahun ini dan bersama-sama menyimak banyak hal dalam
kehidupan ini. Baik sebagai suami, maupun sebagai ayah bagi putri kami
Aini Viditra Rahmadani.
[Halaman  ini  sengaja  dikosongkan]
KATA  PENGANTAR

Menyimak berada pada tataran keterampilan berbahasa paling


awal, paling dasar dalam kehidupan manusia. Konon janin yang sedang
berkembang di rahim sudah dapat mendengar suara yang terjadi di
luar rahim setelah kehamilan 23 minggu. Bayi dalam kandungan
memiliki kemampuan yang terbatas untuk mendengar, tetapi dapat
membedakan suara ibunya. Pakar kesehatan di NYU Brain Research
Laboratories setuju bahwa mendengarkan musik yang menenangkan
atau membacakan puisi untuk bayi Anda sejak ia masih dalam rahim
dapat berguna untuk meningkatkan kemampuan menulis, membaca,
dan bahasa bayi kelak.
Pendapat lainnya mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an
mempunyai banyak manfaat bagi janin. Di antaranya: mencerdaskan
calon bayi karena sel otak yang berkembang pada janin yang selalu
diperdengarkan ayat suci Al-Qur'an menunjukkan hasil yang sangat
optimal, dan hasilnya anak yang terlahir akan besar peluangnya
untuk menjadi anak yang cerdas di atas rata rata. Ayat Al-Qur'an bisa
menstimulasi tumbuh kembang janin; terapi psikologi untuk saraf
anak; mencerdaskan calon bayi dalam berbahasa; dan merupakan
stimulasi yang sempurna untuk janin. Sang ibu dan sang calon bayi
akan merasakan ketenangan karena lantunan ayat suci yang indah,
dengan begitu kreativitas dan kemampuan konsentrasi bayi juga akan
lebih terlatih.

vii
Setelah bayi menyimak sejak dalam kandungan, mereka akan
belajar berbicara, kemudian masuk sekolah anak mulai diperkenalkan
dengan keterampilan membaca, dan terakhir keterampilan menulis yang
merupakan akumulasi dari keterampilan sebelumnya.
Kegiatan menyimak sering dibagi menjadi tiga tataran, dimulai
dari mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Ketiga istilah itu
sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap
sama sehingga dipergunakan secara bergantian Ketiga istilah tersebut
memang agak berkaitan dengan makna, namun, tetap berbeda dalam
penerapan atau penggunaannya (Akhadia, 1991/1992: 3). Moeliono
(1988: 246) menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai
menangkap bunyi (suara) dengan telinga, misalnya suara pesawat
atau motor lewat, suara jangkrik di malam hari, dan sebagainya.
Mendengarkan berarti menangkap sesuatu (bunyi) dengan sungguh-
sungguh, seperti mendengarkan lagu dari radio atau gawai dan ingin
mendengarkan syairnya. Berbeda halnya dengan menyimak. Menyimak
berarti memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang
dengan sungguh-sungguh. Misalnya menyimak pelajaran di kelas,
seminar, atau menyimak bacaan yang berkenaan dengan penelitian
yang tengah dilakukan.
Jadi secara umum menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menyimak juga bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman
dan perhatian serta apresiasi.
Buku “Keterampilan Menyimak” adalah buku kedua saya setelah
buku “Keterampilan Berbicara” yang dipublikasikan pada September
tahun 2018 lalu. Besar harapan saya buku ini bermanfaat bagi dunia
intelektual dan membantu untuk mempermudah pemahaman tentang
keterampilan menyimak itu sendiri.
Tentu saja keberhasilan buku ini saya tulis dengan dukungan dan
inspirasi banyak pihak. Saya berterima kasih kepada mahasiswa UIN
yang telah menjadi bagian hidup saya, yang menginspirasi saya untuk
menulis; penulis buku yang bukunya saya jadikan rujukan dalam
menulis; dan Rajawali Pers (PT RajaGrafindo Persada) yang untuk kedua

viii Keterampilan  Menyimak


kalinya bekerja sama dalam penerbitan buku saya. Terima kasih juga
saya sampaikan kepada Riry Agnes Amaliya yang kembali membantu
saya menyatukan file (berkas-berkas) dalam buku ini, serta membuat
tabel menyimak kehidupan mahasiswa UIN.
Ungkapan terima kasih mendalam tentu kepada Allah Swt. pemilik
segala kehidupan yang telah memberikan kesehatan dan menggerakkan
hati saya untuk menyelesaikan buku ini. Dan khususnya buat suami
saya Budi Putra yang selalu memberikan semangat dan dukungan,
serta pengertiannya – yang membebaskan saya tidak memasak dan
membantu mengerjakan hal-hal yang seharusnya menjadi tugas saya,
terima kasih sayang.
Terakhir buat gadis kecil kami, Aini Viditra Rahmadani yang selalu
lalu-lalang dekat saya menulis dan memberikan kecupan, pelukan, dan
pijatan untuk Ibunya. Terima kasih, Nak, atas semua pengertiannya.
Serta kedua orang tua saya alm. H. Amir Rajo Batuah dan alm. Hj.
Syamsiar – yang selalu hidup di hatiku. Terima kasih dan Alhamdulillah.

Pondok Aren, 31 Maret 2019

ix
[Halaman  ini  sengaja  dikosongkan]
DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES 1
A. Pengertian Menyimak 1
B. Pentingnya Menyimak 3
C. Jenis-jenis Menyimak 7
D. Menyimak Merupakan Suatu Proses 14
E. Menyimak Bersifat Aktif-Reseptif 16
F. Tahapan Menyimak 17
G. Kemampuan Penunjang yang Diperlukan
dalam Menyimak 19

BAB 2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI


KEBERHASILAN MENYIMAK 23
A. Tujuan Menyimak 23
B. Faktor-faktor yang Memengaruhi
Keberhasilan Menyimak 25
C. Kebiasaan Jelek dalam Menyimak 31
D. Sebab-sebab Orang Tidak Menyimak 33

xi
E. Cara Menyima k Efektif 35
F. Perilaku Jelek dalam Menyimak 39
G. Aneka Permasalahan dalam Menyimak 40

BAB 3 MENANGKAP ISI SIMAKAN


A. Menangkap isi Simakan 43
B. Tingkatan dalam Menyimak 43
C. Menyimak dengan Tepat 46
D. Meningkatkan Keterampilan Menyimak 49

BAB 4 ANEKA SITUASI MENYIMAK 53


A. Aneka Situasi Menyimak 53
B. Menyimak dalam Kehidupan dan Kurikulum 54
C. Hasil Menyimak Kehidupan Mahasiswa UIN 60
D. Petunjuk, Keterangan, dan Pengumuman 64
E. Percakapan dan Diskusi 67
F. Laporan 71
G. Radio, Televisi, Rekaman dam Telepon 73
H. Internet dan Media Sosial 75
I. Aneka Alasan Menyimak 89

BAB 5 METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN


MENYIMAK 91
A. Metode Menyimak 91
B. Media Pembelajaran Menyimak 96
C. Manfaat Media Pembelajaran Menyimak 98
D. Prinsip-prinsip Pemanfaatan
Media Pembelajaran 100
E. Manfaat Metode dalam Pembelajaran
Menyimak 102

BAB 6 MATERI MENYIMAK DI SD, SMP, SMA 105


A. Materi Menyimak di SD 105

xii Keterampilan  Menyimak


B. Mendengarkan dan Membedakan Berbagai
Bunyi/Suara serta Bunyi Bahasa 110
C. Mendengarkan Pesan Pendek dan Dongeng 111
D. Materi Menyimak di SMP 114
E. Materi Menyimak di SMA 118

BAB 7 MENYIMAK DIALOG RESMI DAN NON-RESMI 123


A. Menyimak Dialog 123
B. Situasi Menyimak Percakapan Resmi dan
Non-Resmi 125
C. Konsep dan Strategi Menyimak Percakapan
Resmi dan Non-Resmi 126
D. Ciri-ciri Menyimak Percakapan Resmi
(Dialog Resmi) dan Non-Resmi 128
E. Ciri-ciri Menyimak yang Baik 129

BAB 8 MENYIMAK TEKS INFORMATIF 131


A. Hakikat Menyimak Teks Informatif 131
B. Ragam Menyimak 132
C. Media Menyimak 134
D. Ragam Menyimak Teks Informatif
Media Audio 134
E. Jenis-jenis Menyimak Berdasarkan
Situasinya 140

BAB 9 MENYIMAK ESTETIS (TEKS PUISI) 143


A. Menyimak Ekstensif 143
B. Menyimak Estetis 144
C. Puisi 145
1. Pengertian Puisi 145
2. Ciri-ciri Puisi 146
3. Struktur Puisi 146
D. Menyimak Teks Puisi 149
E. Contoh Menyimak Estetik 149

xiii
BAB 10 MENYIMAK ESTETIS (PROSA DAN DRAMA) 153
A. Menyimak Estetis (Prosa) 153
1. Pengertian dan Jenis Prosa 153
2. Unsur-unsur dalam Prosa 156
B. Menyimak Estetis (Drama ) 158
1. Pengertian Drama 158
2. Unsur dalam Drama 161
3. Jenis-jenis Drama 163
4. Contoh Teks Drama 164
C. Cara Menyimak Estetis Prosa dan Drama 165

BAB 11 MENYIMAK KRITIS (KARANGAN ILMIAH


DAN KARANGAN NON-ILMIAH 167
A. Pengertian Menyimak Kritis 167
B. Tujuan dan Manfaat Menyimak Kritis 168
C. Tahapan dalam Menyimak Kritis 170
D. Konsep Penting dalam Menyimak Kritis 171
E. Menyimak Ilmiah dan Non-Ilmiah 173
F. Tujuan Menyimak Ilmiah dan Non-Ilmiah 175

BAB 12 MENYIMAK DAN EKSPLORASI 177


A. Menyimak Kreatif 177
1. Pengertian Menyimak Kreatif 177
2. Tujuan dan Manfaat Menyimak 179
3. Unsur Kreatif dalam Menyimak 179
4. Strategi Menyimak Wacana untuk
Menciptakan Karya Baru 180
5. Ciri-ciri Penyimak Kreatif106 182
6. Contoh Menyimak Kreatif 182
B. Menyimak Teks Eksploratif 183
1. Menyimak Teks Eksploratif 183
2. Tujuan dan Manfaat Menyimak
Teks Eksploratif 183
3. Ciri-ciri Menyimak Teks Eksploratif 183

xiv Keterampilan  Menyimak


4. Strategi Menyimak Teks Eksploratif 185
5. Cara Berlatih Menyimak Eksploratif
(untuk Menemukan Hal-hal Baru) 186
6. Contoh Menyimak Teks Eksploratif 187

BAB 13 MENYIMAK WACANA UNTUK


MENYELESAIKAN MASALAH 189
A. Wacana 189
1. Definisi Wacana 189
2. Struktur Wacana 191
3. Bentuk-bentuk Wacana 192
B. Strategi Menyimak Wacana untuk Mencapai
Penyelesaian Masalah 193
C. Berlatih Menyimak Wacana untuk Mencapai
Penyelesaian Masalah 195

BIODATA PENULIS 205

xv
[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB  1
MENYIMAK  SEBAGAI  SUATU  
PROSES

A. Pengertian Menyimak
Kata ‘menyimak’ dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna
dengan ‘mendengar’ dan ‘mendengarkan’. Ketiga istilah itu sering
menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap sama
sehingga dipergunakan secara bergantian (Akhadia, 1991/1992: 3).
Ketiga istilah tersebut memang agak berkaitan dengan makna. Namun,
tetap berbeda dalam penerapan atau penggunaannya. Moeliono (1988:
246) menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi
(suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menangkap sesuatu
(bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan menyimak.
Menyimak berarti memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang.1
Secara umum, menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menyimak juga bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman

1
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia: Teori dan Aplikasi, (Bandung: CV Karya Putra Darwati, 2012), h. 8.

1
dan perhatian serta apresiasi (Russell & Rusell, 1959: Anderson, 1972)2
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyimak
adalah mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan
atau dibaca orang.3
Tidak sedikit orang yang beranggapan menyimak sama dengan
mendengar. Padahal menyimak (listening) berbeda dengan mendengar
(hearing). Menyimak bersifat aktif, sedangkan mendengar bersifat pasif,
spontan, dan tidak selektif. Menyimak tidak hanya merupakan aktivitas
mendengarkan, tetapi merupakan sebuah proses memilih dari sekian
banyak rangsangan di sekitar kita. Menyimak menyangkut proses dan
interpretasi terhadap informasi yang diterima.4
Menyimak merupakan komunikasi verbal yang sulit dan unik
harus dipelajari dan dilatih, karena merupakan bagian yang penting
dari komunikasi. Bahkan menyimak dapat diklasifikasikan sebagai seni
bergaul atau keterampilan berkomunikasi. Peranan menyimak penting
dalam berkomunikasi, karena memiliki manfaat dalam mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan menempati ruang paling besar dalam
aktivitas berkomunikasi. Sekitar 50% aktivitas komunikasi didominasi
oleh menyimak.
Secara lebih rinci, menyimak juga mempunyai tahapan yang
komprehensif. Dimulai dari mendengar, mendengarkan, dan terakhir
menyimak. Perbedaan di antara ketiganya, mendengar hanya sepintas
saja, seperti mendengar suara pesawat, klakson mobil, atau deru ombak.
Mendengarkan lebih meningkatkan perhatian terhadap suara atau bunyi
yang masuk ke telinga, seperti mendengarkan orang mengetuk pintu dan
mengucapkan salam, mendengarkan orang menyebut nama kita, dan
sebagainya. Sedangkan menyimak lebih komprehensif, memperhatikan
sungguh-sungguh kepada bahan simakan, misalnya memperhatikan
dosen menjelaskan materi perkuliahan, menyimak radio, menyimak
bahan bacaan, dan lain-lain.

2
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 37.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 1307.
4
Herry Hermawan, Menyimak (Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan),
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. v.

2 Keterampilan  Menyimak
Di sisi lain dijelaskan, keterampilan berbahasa dimulai dari
keterampilan menyimak, kemudian keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan terakhir keterampilan menulis. Ada teori
yang mengatakan kalau anak sudah bisa mendengarkan, menyimak
sejak dalam kandungan. Setelah ia lahir, maka anak tersebut diajarkan
berbicara. Pintar berbicara, maka ia pun akan diajarkan membaca.
Keterampilan menulis diajarkan setelah anak bisa menyimak, berbicara,
dan membaca; karena keterampilan menulis adalah akumulasi dari
ketiga keterampilan sebelumnya.5
Ketika seseorang berkomunikasi, menyimak merupakan salah
satu keterampilan berbahasa yang penting untuk menunjang
keberhasilan aktivitas pribadi, akademik, dan profesi. Peranan penting
dari keterampilan menyimak ini mesti disadari oleh setiap pengajar
bahasa, sebab ada pemahaman bahwa keterampilan menyimak ini dapat
diperoleh secara spontan tanpa melalui latihan yang intensif. Namun
demikian, untuk menjadi seorang pendengar yang baik atau agar dapat
menyimak dengan baik maka keterampilan tersebut harus dilatih.6
Selain itu, simakan dimaknai sebagai hasil menyimak, terutama
melalui pancaindra dengar dengan perhatian penuh atas ujaran-ujaran
bahasa lisan yang ditangkap oleh seseorang dari orang lain, baik secara
langsung maupun melalui rekaman.7 Jadi, sumber utama simakan adalah
bentuk asli dari bahasa, yaitu bahasa lisan. Dalam bidang linguistik
sering dinamakan la parole (objek pertama linguistik). Bahasa tulisan
merupakan objek linguistik yang kedua (la langue) karena bahasa tulisan
merupakan lukisan dari bahasa lisan.

B. Pentingnya Menyimak
Dalam dunia komunikasi, menyimak diakui sebagai suatu keahlian
komunikasi verbal yang sulit dan unik dibandingkan dengan komunikasi
verbal lainnya, seperti berbicara; menulis; dan membaca. Kendati
demikian menyimak harus dipelajari dan dilatih, karena ia merupakan

5
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. vii.
6
Andri Wicaksono, dkk., Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat),
(Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), hlm. 93.
7
Syamsuddin A.R., Dari Ide Bacaan Simakan Menuju Menulis Efektif, (Bandung:
Bumi Siliwangi, 1994), h.95.

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 3


salah satu bagian penting dalam proses komunikasi, khususnya dalam
pengembangan kemampuan komunikasi.8
Menyimak dapat dikatakan sebagai suatu pembeda paling besar
dari semua keterampilan komunikasi. Seberapa baik kita menyimak
memiliki dampak yang besar terhadap efektivitas pekerjaan dan kualitas
hubungan dengan orang lain. Pembicara yang efektif dan cemerlang
sekalipun, akan hancur jika ia gagal menyimak dengan baik dan benar.
Meskipun banyak orang yang hanya mendengarkan saja tetapi telah
merasa menyimak. Sering terjadi dalam sebuah percakapan, orang-orang
tidak saling menyimak, tetapi hanya bergiliran berbicara dan cenderung
lebih tertarik mengutarakan pandangan dan pengalamannya sendiri,
daripada menyimak dan memahami orang lain secara sungguh-sungguh.
Melalui aktivitas menyimak kita dapat memahami orang lain secara
lebih baik. Menyimak tidak datang secara alami, sehingga kita perlu
bekerja keras untuk dapat menyimak secara efektif. Kita dituntut untuk
mendengarkan dan memperhatikan pesan-pesan verbal serta non-verbal
pembicara. Kita dituntut untuk memahami isi, maksud dan berbagai
aspek lain yang sifatnya kompleks, seperti suasana hati, kebiasaan,
motif, sikap, dorongan, kebutuhan dan pendapat pembicara.
Selain itu menyimak penting dalam menyerap informasi, karena
satu kekurangan dari kebanyakan pendekatan peningkatan kekuatan
otak adalah fokus yang hampir seluruhnya pada membaca. Padahal
statistik, dan sedikit pemikiran ahli, menunjukkan bahwa kita menyerap
informasi tiga kali lebih banyak melalui mendengar, rapat, kuliah,
percakapan, radio, televisi, pita audio, dan sebagainya. Alangkah
banyaknya kesempatan untuk mendengar. Namun, kita masih ragu
apakah kita sudah mampu menyimak dengan efektif. 9
Pentingnya keterampilan menyimak dikembangkan karena proses
mendengar belum tentu menyimak. Menyimak di sini adalah dapat
memahami ide, gagasan, pendapat orang lain secara lisan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Tarigan yang menyatakan bahwa kita sama-sama
maklum bahwa mungkin, mendengar dengan sempurna, tetapi belum
tentu dapat menyimak dengan baik. Selanjutnya, ada kemungkinan
untuk menyimak, tetapi belum tentu memahami maksudnya.

8
Herry Hermawan, op.cit., h. 29-30.
9
Afiuddin, Neuropsikolinguistik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h. 301.

4 Keterampilan  Menyimak
Keterampilan menyimak juga menjadi dasar dalam mempelajari
keterampilan berbahasa yang lainnya: yakni berbicara, membaca dan
menulis. Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan
keterampilan yang mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Rankin
menyatakan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak.
Pentingnya peranan menyimak dalam komunikasi bukan saja karena
ia memiliki manfaat yang besar dalam aktivitas komunikasi. Berbagai
penelitian menunjukkan, sekitar 50% aktivitas komunikasi adalah
menyimak. Adler (1986) misalnya, mencatat bahwa 53% aktivitas
komunikasi didominasi oleh menyimak, sedangkan menulis 14%,
berbicara 16%, dan membaca 17%. Menurut Laderman (2002), orang
dewasa meluangkan waktunya sekitar 42% untuk melakukan aktivitas
menyimak, sedangkan anak-anak sekitar 58%.10
De Vito (2021) memberikan gambaran komparatif mengenai
aktivitas menyimak yang dilakukan oleh orang dewasa dan mahasiswa.
Menurut De Vito, orang dewasa meluangkan sekitar 45% untuk
menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan 9% untuk
menulis, sedangkan mahasiswa meluangkan waktunya sebesar 53%
untuk menyimak, 16% untuk berbicara, 17% untuk membaca, dan
14% untuk menulis. Aktivitas menyimak ini masih dibagi lagi ke dalam
penyimakan terhadap pesan-pesan media massa (komunikasi massa)
dan terhadap pesan-pesan tatap muka (komunikasi antarpribadi).
Tidak ada yang menyangkal, menyimak secara kuantitatif
mengambil porsi terbesar dalam setiap aktivitas komunikasi, namun
secara kualitatif umumnya kegiatan ini masih tergolong buruk atau
tidak efektif. Tidak jarang kita berpikir kita telah meyimak dengan baik.
Sebenarnya tidak, karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa umumnya kita hanya mampu mengingat sekitar 25% hingga
50% dari apa yang kita dengar. Oleh sebab itu, perilaku menyimak perlu
diperbaiki dan ditingkatkan agar efektif, yang berarti tidak ada alasan
untuk tidak mempelajari dan meningkatkan keterampilan menyimak.11

10
Herry Hermawan, op.cit., h.30.
11
Ibid, Herry Hermawan, h.31.

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 5


Meskipun secara kuantitatif menyimak mengambil ruang paling
besar dalam setiap aktivitas komunikasi, tetapi secara kualitatif
aktivitas ini umumnya masih tidak efektif. Umumnya lembaga-
lembaga pendidikan komunikasi lebih menekankan kepada peningkatan
pengetahuan dan keterampilan menyampaikan pesan, baik lisan maupun
tulisan.
Sebagai pendidik dalam bidang studi apa pun, ia harus mampu
pula menggunakan lingkungan sekitar sebagai media belajar. Pendidik
di zaman sekarang seharusnya mampu memanfaatkan media belajar
yang sangat kompleks seperti video, televisi, film, di samping media
pendidikan yang sederhana.12 Selain itu, menurut Wachidah (2009)
indikator guru baru adalah mahasiswa yang memiliki kehalusan budi
bahasa yang tinggi, kompetensi literasi yang andal, dan memiliki jiwa
seni. Salah satu sarana untuk mencapai dan mengasah indikator tersebut
adalah dengan keterampilan menyimak.
Jadi, belajar dan mengajar menemukan sebuah fakta penting
-- bukan hanya kemampuan berbicara, membaca, dan menulis saja –
mampu menyelesaikan permasalahan belajar dan kehidupan nyata. Dan
yang pasti ada satu keterampilan berbahasa yang jarang kita gunakan
dengan tulus ikhlas yaitu kemampuan menyimak orang lain. Padahal
menyimak adalah jalan masuk untuk menguasai hati pendengar atau

12
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 210.

6 Keterampilan  Menyimak
peserta didik dan manusia pada umumnya.

C. Jenis-jenis Menyimak
Ada beberapa klasifikasi jenis-jenis menyimak sesuai sudut pandang
masing-masing. 13 Myers dan Myers (1975) mengklasifikasikan
menyimak ke dalam informative listening, appreciative listening dan critical
listening. Bradley (1978) menggolongkannya ke dalam listen purposefully,
listen actively, listen objectively, listen constructively, listen attentively, dan
listen enthusiastically. De Vito (2001) membaginya ke dalam participatory
and passive listening, nonjudgemental and critical listening, surface and depth
listening, serta active and inactive listening.
Sedangkan Tarigan menamakan jenis-jenis menyimak dengan ragam
menyimak, membaginya ke dalam menyimak ekstensif (menyimak
sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, menyimak pasif), dan
menyimak intensif (menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak
kreatif, dan menyimak eksploratif).14
Pengklasifikasian menyimak tadi bisa diuraikan sebagai berikut:.

1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan
orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak seperti ini
sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan
dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam
prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru.
Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan
simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis
besarnya saja atau butir-butir yang penting saja.
Menyimak ekstensif memberi kesempatan dan kebebasan bagi para
siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosakata struktur-struktur
yang baru yang terdapat dalam arus ujaran yang berada dalam jangkauan
kapasitas untuk menanganinya. Pada umumnya sumber yang paling
baik bagi aspek menyimak ekstensif adalah rekaman-rekaman yang

Herry Hermawan, loc.cit., h.43.


13

Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,


14

(Bandung: Angkasa, 2008), h. 37-53.

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 7


dibuat oleh guru sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dan tujuan yang hendak dicapai.
Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi menjadi empat yaitu:

a. Menyimak sosial
Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang
mengobrol, bercengkerama mengenai hal-hal menarik perhatian
semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk
meresponss yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan
memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan
atau dikatakan orang. Menyimak sosial juga menyimak secara kebetulan,
walaupun dengan perhatian yang penuh pada cerita-cerita yang
dibacakan atau yang dikisahkan oleh ibunya. Menyimak sosial atau
konversasional ataupun menyimak sopan, biasanya berlangsung dalam
situasi sosial tempat orang mengobrol atau becengkraman mengenai
hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir.
Dengan perkataan lain dapat dikemukan bahwa menyimak sosial
paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:
1) Menyimak secara sopan-santun dan dengan penuh perhatian
terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi sosial
dengan suatu maksud.
2) Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan
penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Anderson, 1972: 69).
b. Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan,
maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu. Berikut
ini dua buah contoh menyimak sekunder:
1. Menyimak musik yang mengiringi ritme-ritme atau tarian rakyat
di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup
sementara kita menulis surat pada seseorang teman di rumah.
2. Sambil menikmati musik, kita ikut berpartisipasi dalam kegiatan
tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat
sketsa, dan latihan menulis indah (Dawson, et all, 1963:153).
c. Menyimak estetik
Menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu

8 Keterampilan  Menyimak
pertunjukan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung
maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami,
merasakan karakter dari setiap pelaku. Menyimak estetik atau pun
menyimak apresiatif adalah fase terakhir dan kegiatan yang termasuk
dalam menyimak secara kebetulan dan menyimak secara ekstensif,
mencakup:
1. Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio,
dan rekaman-rekaman.
2. Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerencing irama dan lakon-
lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor
(Dawson, et all,1963: 153).
d. Menyimak pasif
Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya
sadar yang biasanya menandai upaya penyimak. Untuk melakukan hal
ini kita perlu mempergunakan teknik-teknik tertentu yang bermanfaat,
antara lain:
1. Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak sebanyak mungkin.
Kadang kita tercengang menyaksikan orang-orang pribumi yang
tidak bersekolah, tetapi mereka lancar sekali menggunakan
beberapa bahasa asing.
2. Tenang dan santai.
Kegelisahan-kegelisahan yang dirasakan bisa memutuskan
upaya otak untuk melakukan tugasnya, termasuk juga dalam
belajar bahasa. Karenanya, dalam hal menyimak pun diperlukan
ketenangan dan suasana santai.
3. Jangan memasang rintangan bagi bunyi.
Orang-orang yang bermukim di dekat rel kereta api yang bising
cenderung untuk melindungi diri mereka dengan “tabir bunyi“,
penghalang secara mental, sehingga mereka tidak mendengar lagi
kereta api lewat.
4. Berikanlah waktu yang cukup bagi telinga dan otak.
Pada akhir minggu kebanyakan orang beranggapan mereka harus
mulai berbiccara suatu bahasa asing. Tentu saja tanpa sangsi mereka
dapat memakai beberapa ekspresi tetapi untuk memanfaatkan
“passive learning” dengan sebaik-baiknya seseorang haruslah
memberi kesempatan bagi otak untuk bekerja beberapa bulan.

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 9


5. Beri kesempatan otak dan telinga bekerja, sementara kita mengerjakan
sesuatu yang lain suatu cara yang baik kita ialah memasang rekaman
dalam suatu bahasa; sementara kita bercukur, makan, membaca
koran sore, ataupun saat bermain dengan anak-anak.
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih
diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.dalam hal ini haruslah
diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut.
a. Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan sebagai
bagian dari program pengajaran bahasa. atau
b. Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian
secara umum.
Jenis–jenis yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif
ini, yaitu menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif,
menyimak eksploratif, menyimak interogatif, dan menyimak sekektif.
Hal ini akan diperbincangkan satu per satu berikut ini.15

1. Menyimak kritis
Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang
diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara.
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian
kesalahan atau kekeliruan, bahkan juga butir-butir yang baik dan benar
dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang
dapat diterima akal sehat.
Situasi-situasi khusus yang menuntut kita menyimak kritis,
antara lain: pidato-pidato politis, pidato-pidato filosofis, dan kata-kata
memikat dari tukang obral (Hunt, 1981: 28).
Secara terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak
kritis mencakup:
1) memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat,
kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya;
2) menentukan alasan “mengapa”;
3) memahami aneka makna petunjuk konteks;

15
Ibid, h. 46.

10 Keterampilan  Menyimak
4) membedakan fakta dan fantasi, yang relevan dan tidak;
5) membuat keputusan-keputusan;
6) menarik kesimpulan-kesimpulan;
7) menemukan jawaban bagi masalah tertentu;
8) menentukan informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu
topik;
9) menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa
yang belum umum atau belum lazim dipakai;
10) bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian,
kebenaran, atau adanya prasangka atau kecerobohan,
kekurangtelitian, serta kekeliruan (Anderson, 1972: 70).
b. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah
pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh
dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik.
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam konsentratif ini,yaitu:
1) mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan;
2) mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat,
kualitas, waktu, urutan, serta sebab–akibat;
3) mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu;
4) memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam;
5) merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran,
ataupun, pengorganisasiannya;
6) memahami urutan ide-ide sang pembicara;
7) mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson, 1972:70;
Dawson, et all, 1963: 153).
3. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi
seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam
puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi
itu. Menyimak kreatif sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat
mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak
terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik
yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 11


Menyimak kreatif ini mencakup:
1) menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan
segala pengalaman menyimak;
2) menyimak menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan
pikiran imajinatif untuk menciptakan karya baru dalam tulisan,
lukisan, dan pementasan.
3) mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah serta
sekaligus memeriksa dan menguji hasil penyelesaian tersebut
(Anderson, 1972: 70).
d. Menyimak Eksplorasif
Menyimak eksplorasif atau menyimak penyelidikan adalah sejenis
menyimak dengan tujuan menemukan maksud dan tujuan menyelidiki
sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak
seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi
serta menemukan:
a. hal-hal baru yang menarik perhatian;
b. informasi tambahan mengenai suatu topik;
c. isu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.
Dengan mudah dan dengan lega sang penyimak mengeluarkan
sedikit upaya untuk maksud-maksud itu, karena penyelidikannya dalam
penjelajahan itu bersifat insidental kebetulan bukan bersifat spesifik,
unik, dan khusus (Dawson, et all, 1953: 153 ).

e. Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut
konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak
akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak. Dalam kegiatan
menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan
perhatiannya pada memperolehan informasi dengan cara menginterogasi
atau menanyai sang pembicara (Dawson, et all, 1963: 153).
Dengan mengharapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada pembicara, penyimak mengharapkan dapat memperoleh
informasi atau pengetahuan sebanyak mungkin dan segala aspek pokok
pembicaraan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
menyimak interogatif ini mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke
mana, untuk apa, benarkah, dan sebagainya.

12 Keterampilan  Menyimak
f. Menyimak Selektif
Menyimak selektif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan
menampung aspirasi dari penutur/pembicara dengan menyeleksi dan
membandingkan hasil simakan dengan hal yang relevan.
Berikut ini ciri-ciri menyimak secara selektif.

a. Nada Suara
Apakah nada suara turun atau naik, maupun tetap mendatar jelas
merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh seorang anak
mengenai suatu bahasa baru Di sisi lain hal ini biasanya merupakan hal
terakhir yang dipelajari oleh orang dewasa. Banyak orang beranggapan
bahwa mereka tidak dapat menyimak suatu bahasa sampai mereka
mengerti kata-kata, tetapi sesudah itu kegiatan menyimak terlalu terlambat.
Agar dapat mendengar perubahan–perubahan pada nada, kita biasanya
perlu mempunyai kemampuan untuk menghilangkan atau melupakan
hal lain dan hanya mendengarkan nada saja. Menyimak selektif terhadap
intonasi merupakan langkah pertama yang benar-benar harus dimulai
dalam menyimak atau mendengarkan bahasa asing. Inilah yang merupakan
alasan mengapa menyimak pada modifikasi keadaan harus dimulai sedini
mungkin pada hari-hari pertama belajar bahasa asing itu.

b. Bunyi-bunyi asing
Seseorang yang menyimak secara selektif akan sangat tertarik pada
aneka variasi nada suatu bahasa -- yang biasanya memakan waktu paling
sedikit seminggu atau lebih. Ketertarikan itu terjadi pada bunyi-bunyi
asing tertentu, baik konsonan maupun vokal. Oleh karena itu, segi-segi
berikutnya yang harus disimak secara selektif adalah bunyi-bunyi asing
dalam bahasa tersebut. Kalau suatu bunyi sering dipakai, cara yang baik
serta bijaksana ialah memusatkan perhatian hanya pada bunyi yang satu
itu. Meski setelah memusatkan perhatian, dalam waktu yang singkat akan
terlihat bahwa bunyi tidak selalu sama. Terdapat perbedaan-perbedaan kecil
tetapi cukup sebagai ciri-ciri dasar yang ditemukan sehingga seseorang
dapat menetapkan apa sebenarnya yang menentukan bunyi distingtif yang
sama itu (proses yang sama dapat diikuti dalam menyimak bunyi-bunyi
lain yang amat berbeda dari bunyi-bunyi bahasa Indonesia).

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 13


c. Bunyi-bunyi yang bersamaan
Setelah menyimak secara selektif pada bunyi-bunyi yang asing, kita
hendaknya mulai mengarahkan perhatian pada perangkat-perangkat bunyi
yang bersamaan. Kalau kita mulai membedakan antara bunyi-bunyi yang
bersamaaan, kita segera mendapati bahwa kesamaan-kesamaan yang
serupa itu berjalan berkelompok-kelompok. Bila kita terus menyimak aneka
perangkat bumi yang bersamaan baik konsonan ataupun vokal, kita segera
melihat bahwa di samping bahasa tersebut mempunyai bunyi-bunyi yang
beraneka ragam, sebenarnya terdapat sejumlah bunyi distingtif yang amat
terbatas dalam beberapa bahasa hanya kira-kira selusin dan dalam bahasa-
bahasa lainnya sekitar lima lusin, tetapi tanpa menghiraukan jumlahnya
itu jauh lebih sedikit daripada yang pertama kali kita bayangkan.

d. Kata-kata dan frasa-frasa


Setiap orang yang menyimak secara saksama pada suatu bahasa asing
akan segera melihat dan menemukan kombinasi-kombinasi bunyi
yang terjadi berulang-ulang. Bila seseorang mendengar berulang kali
kombinasi-kombinasi yang terdiri atas lima atau enam suku kata,
agaknya ini merupakan frasa. Salah satu dari frasa-frasa yang paling
penting dalam menyimak kata-kata secara selektif, ataupun menyimak
frasa-frasa dan kalimat-kalimat secara selektif, ialah mencoba memahami
dari konteks apa makna yang dikandungnya. Menyimak secara selektif
terhadap kata-kata biasanya dimulai dengan memperhatikan setiap
kombinasi bunyi yang muncul berulang-ulang, yang seolah-olah “lebih
menonjol” dalam arus ujaran.

e. Bentuk-bentuk ketatabahasaan
Dalam kebanyakan bahasa, yang kita sebut “kata” itu tidak selalu
muncul dan kelihatan dalam bentuk yang sama. Akan tetapi apapun
perubahan yang terjadi, kita perlu mengarahkan perhatian kepadanya
dengan menyimak secara selektif pada perangkat-perangkat modifikasi
tersebut. Salah satu keuntungan utama menyimak secara selektif pada
struktur-struktur ketatabahasaan ialah struktur-struktur yang diserap
oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasan dalam otak.

D. Menyimak Merupakan Suatu Proses


Setelah membahas pengertian menyimak, setidaknya kita dapat
membedakan bahwa menyimak tidak hanya sekadar mendengarkan

14 Keterampilan  Menyimak
belaka, namun dalam prosesnya dibutuhkan aspek-aspek lainnya.
Berbicara mengenai menyimak, seseorang memang tidak dituntut
untuk mengaktifkan psikomotoriknya, tetapi bukan berarti aspek-
aspek mentalnya pun tidak ikut aktif. Untuk memahami pesan yang
disimaknya, penyimak harus mengaktifkan syaraf-syaraf otak dengan
sungguh-sungguh untuk mampu mengolah pengetahuan-pengetahuan
yang ada dan menghubungkannya dengan bahan simakan sehingga
dapat menangkap pesan yang disampaikan pembicara. 16
Hakikatnya, menyimak adalah kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi
yang disertai dengan usaha memahami. Ini berarti bahwa menyimak
diawali dengan kegiatan mendengarkan yang pada akhirnya penyimak
memperoleh hasil dari apa yang disimaknya. 17 Sebagaimana bunyi bahasa
yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi jenis dan pengelompokannya
menjadi suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana. Jeda dan
intonasi perlu diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima
kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat
diputuskan diterima tidaknya informasi tersebut.18
Menyimak didefinisikan oleh Tarigan (1987: 28) sebagai suatu
proses, yaitu mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan.19
Kita dapat menyimpulkan bahwa menyimak merupakan suatu
kegiatan yang memerlukan proses, karena dalam proses menyimak
minimal melalui tahapan-tahapan mendengarkan, memahami,
menafsirkan. 20 Selanjutnya menafsirkan suatu kejadian dengan
mengubah isi pembicaraan menjadi sebuah pemikiran yang dapat
diolah menjadi informasi kemudian ditangkap dan disimpan di memori

16
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017), h. 1.17.
17
Ibid., h. 1.18.
18
Rosdawita, “Pembelajaran Menyimak Berbasis Pendekatan Kontekstual”. Pena.
Vol. 3 No. 2, 2 Desember 2013, h. 67.
19
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) h. 1.5.
20
Ibis., h.1.5.Ibid., h. 1.18.

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 15


ingatan kita. Sehingga tidak akan ada kata ‘menyimak’ jika tidak ada
‘proses’ yang terjadi.

E. Menyimak Bersifat Aktif-Reseptif


Penjelasan di atas menunjukkan bahwa menyimak merupakan suatu
kegiatan yang memerlukan proses karena dalam proses menyimak
minimal melalui tahapan-tahapan mendengarkan, memahami, dan
menafsirkan. Menyimak juga dapat dipandang sebagai kegiatan mental.
Itulah sebabnya menyimak dikatakan bersifat aktif-reseptif.
Banyak orang berpendapat bahwa menyimak merupakan kegiatan
yang bersifat pasif. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa fisik
seseorang yang sedang menyimak tidak menunjukkan kegiatan yang
aktif atau melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh. Ini merupakan
suatu pandangan yang keliru bila menafsirkan suatu kegiatan yang
bersifat aktif dengan cara memandang ada atau tidaknya suatu gerakan
fisik yang tampak.
Menyimak dan membaca, seseorang memang tidak dituntut
untuk mengaktifkan psikomotornya, tetapi bukan berarti aspek-aspek
mentalnya pun tidak ikut aktif. Memahami pesan yang disimaknya,
penyimak harus mengaktifkan syaraf-syaraf otak dengan sungguh-
sungguh untuk mampu mengolah pengetahuan-pengetahuan yang
ada dan menghubungkannya dengan bahan simakan sehingga dapat
menangkap pesan yang disampaikan pembicara.21
Amin Ahsin (1981: 3) dalam makalahnya menjelaskan pengertian
sebagai berikut, “Mendengar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memperhatikan makna
bunyinya, sedangkan menyimak atau mendengarkan dipandangkan sebagai
kegiatan mental yang lebih aktif daripada mendengar”. Pendapat tersebut
dapat kita ketahui bahwa dalam peristiwa menyimak tidak hanya
alat indra dengar yang aktif bekerja, tetapi juga mental atau pikiran
melakukan aktivitas yang cukup tinggi untuk dapat menangkap dan
memahami pesan yang disampaikan pembicara secara tepat.22
Menyimak adalah suatu proses yang kompleks yang menuntut
konsentrasi penuh dari si penyimak. Tidak berkonsentrasi penuh tidak

21
Ibid., h. 1.17.
22
Ibid., h. 1.6.

16 Keterampilan  Menyimak
mungkin penyimak dapat mengikuti teks bahan simakan, memahami
isinya, karena kegiatan mental si penyimak yang benar-benar aktif itu
maka para ahli berpendapat bahwa menyimak adalah suatu kegiatan
reseptif yang aktif. Tidak dengan perhatian yang terpusat penangkapan
bunyi tidak mungkin sempurna. Tanpa memeras otak tidak mungkin
seseorang bisa memahami makna bunyi yang diterimanya. Tanpa
pemahaman tidak mungkin berhasil dengan baik. Semua proses ini
mengantar si penyimak ke arah responss yang tepat.23 Menyimak
dapat dipandang sebagai kegiatan mental. Itulah sebabnya menyimak
dikatakan bersifat aktif-reseptif. Sebagai contoh: menyimak dongeng
dengan menggunakan strategi audio, dengan cara ini mampu
meningkatkan rasa ingin tahu siswa, dibuktikan pada siswa kelas VII
A di SMP N 1 Winong, menunjukkan peningkatan dari nilai rata-rata
72,8 menjadi 80. Itu menunjukkan proses yang sangat baik dengan
menerapkan menyimak menggunakan audio.24 Adapun dengan melalui
media VCD film dengan cara memutarkan film yang sesuai dengan
pesan/materi yang akan disampaikan dengan memberi motivasi untuk
anak sebelum dan ketika menyimak cerita, melalui tanya jawab tentang
isi cerita dan mengapresiasi isi cerita.25

F. Tahapan Menyimak
Sejumlah ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak
merupakan suatu proses. Lilian M. Logan (1972: 45), misalnya membagi
proses menyimak ke dalam tahapan pemahaman, penginterpretasian
dan penilaian.26 Sedangkan Morris (1964: 701-702) membagi proses
menyimak menjadi lima tahap yaitu hearing (mendengar), attention
(perhatian), perception (menafsirkan), evaluation (menilai), dan responsse
atau reaction (mereaksi).27 Dari penjelasan di atas proses menyimak
dapat dirangkum dan dijelaskan melalui tahapan berikut:

23
Juaidah Agustina, Menyimak sebagai Suatu Proses Kegiatan Reseptif Aktif.
(Ripteksi Kependidikan PGRI. Vol. 1 No. 1, Februari 2013), h. 29-36.
24
Eka Retnaningsih, Nas Haryati, Luriawati, Peningkatan Menyimak Dongeng
Menggunakan Media Audio dengan Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu pada Siswa
Kelas VII A, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013), h. 3.
25
Rifan Jita Ridyawati, Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Media
VCD Film Kartun, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), h. 8.
26
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia: Teori dan Aplikasi, (Bandung: CV Karya Putra Darwati, 2012), h. 15.
27
Bustanul Arifin dkk, Menyimak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.19.

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 17


1. Tahap Mendengar
Tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan
oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya. Di tahap ini,
kita masih berada dalam tahap hearing.
2. Tahap Memahami
Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk
mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang
disampaikan oleh pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam
tahap understanding.
3. Tahap Menginterpretasi
Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti belum puas kalau hanya
mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin
menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat
yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu, dengan demikian, sang
penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
4. Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan
isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi
pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan
kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara; dengan
demikian, sudah sampai pada tahap evaluating.
5. Tahap Menanggapi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.
Penyimak menyambut, mengecamkan, dan menyerap serta
menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara
dalam ujaran atau pembicaraannya. Lalu, penyimak pun sampailah
pada tahap menanggapi (responsding).28

28
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa Bandung, 1986), h. 63.

18 Keterampilan  Menyimak
Lima Tahap
dalam Proses
Menyimak

       Gambar  1.  Lima  tahap  dalam  proses  menyimak29

G. Kemampuan Penunjang yang Diperlukan dalam Menyimak


Untuk sampai pada tahap menyimak lebih tinggi tingkatannya, Michael
Rost (1991: 4-5) menuliskan bahwa seorang penyimak harus memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Membedakan bunyi-bunyi
2. Membentuk suku-suku kata menjadi kata.
3. Mengidentifikasi kelompok-kelompok kata.
4. Mengidentifikasi unsur-unsur pragmatik, seperti ekspresi, teman
bicara, tempat, waktu, dan tujuan.
5. Memperhatikan aspek-aspek linguistik dan paralinguistik (intonasi
atau tekanan) dan aspek-aspek di luar linguistik.
6. Memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki yang berhubungan

Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,


29

(Bandung: Angkasa, 2015), h. 64.

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 19


dengan isi ujaran yang sedang disimak sehingga dapat memprediksi
dan menangkap makna dengan tepat.
7. Memahami kata-kata dan gagasan atau ide-ide pokok yang
disampaikan secara tersurat maupun tersirat.
Lebih lanjut Rost menjelaskan bahwa seorang dikatakan berhasil
dalam menyimak jika dia mampu menghubungkan/menggunakan
kemampuan-kemampuan tersebut. Kemampuan di atas dikelompokkan
menjadi tiga sebagai berikut:
1. Kemampuan memahami
2. Kemampuan menganalisis
3. Kemampuan mengidentifikasi30
Jika digambarkan dalam bentuk diagram, ini akan terlihat seperti
di bawah ini:
KEMAMPUAN  MENYIMAK
KEMAMPUAN  
KEMAMPUAN   KEMAMPUAN  
MENSINTESIS
MEMAHAMI MENGANALISIS
Memadukan  unsur-­‐
Mengidentifikasi   Mengidentifkasi  aspek-­‐ unsur  linguistik  
bunyi-­‐bunyi  dan   aspek  gramatika  dan   dengan  unsur  lain  yang  
menghubungkan  kata-­‐ aspek-­‐aspek  pragmatik diperlukan  dengan  
kata cara  memanfaatkan  
memanfaatkan  
pengetahuan  yang  telah  
dimiliki  sebelumnya

Masih dalam pembahasan menyimak sebagai suatu proses, Tarigan


memberi penjelasan sebagai berikut. Seseorang yang terlibat dalam
kegiatan atau proses menyimak akan menggunakan paling sedikit tiga
kemampuan. Pertama, kemampuan memusatkan perhatian. Kemampuan
ini digunakan untuk mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa. Bunyi bahasa
yang sudah diidentifikasi ini perlu ditafsirkan dengan menggunakan
kemampuan kebahasaan (linguistik), kemampuan ini merupakan
kemampuan kedua yang harus dimiliki seorang menyimak. Sesudah
menafsirkan makna, makna tersebut perlu diuji atau dipertimbangkan.
Menguji dan mempertimbangkan makna, penyimak perlu memiliki
kemampuan ketiga, yaitu kemampuan menilai atau memverifikasi.

30
Bustanul Arifin, dkk, op. cit., h. 1.20.

20 Keterampilan  Menyimak
Jika proses ini selesai maka sampailah pada kemampuan terakhir, yaitu
menentukan sikap, menolak atau menerima makna yang terkandung
dalam bunyi-bunyi bahasa tersebut yang telah membentuk menjadi
gagasan yang utuh dan bermakna.
Kemudian menurut Sabarti (1992: 149) menjelaskan bahwa untuk
melakukan kegiatan menyimak, seseorang perlu memiliki sejumlah
kemampuan. Kemampuan-kemampuan itu digunakan sesuai dengan
aktivitas menyimak pada saat mendengar dan menangkap bunyi bahasa,
penyimak harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian dan
kemampuan menangkap bunyi bahasa. Di samping itu, penyimak juga
harus memiliki kemampuan linguistik yang memadai sesuai dengan
bahan atau materi yang disimak. 31
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
menyimak memerlukan dukungan berbagai kemampuan sebagai
penunjang keberhasilan menyimak. Berbagai kemampuan penunjang
tersebut meliputi:
1. Kemampuan memusatkan perhatian;
2. Kemampuan menangkap bunyi;
3. Kemampuan mengingat;
4. Kemampuan lingustik;
5. Kemampuan nonlinguistik;
6. Kemampuan menilai; dan
7. Kemampuan menanggapi.32

31
Ibid., h. 1.21.
32
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia: Teori dan Aplikasi, (Bandung: CV Karya Putra Darwati, 2012), h. 17.

Bab  1  |  Menyimak  Sebagai  Suatu  Proses 21


[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB  2
FAKTOR-­FAKTOR  YANG  
MEMENGARUHI  KEBERHASILAN  
MENYIMAK

Berdasarkan definisi sebelumnya kita dapat mengatakan bahwa


menyimak pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan bentuk
bunyi (ujaran) menjadi wujud makna.1
Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya
merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegiatan
komunikasi, perbedaannya terletak dalam jenis komunikasi; menyimak
berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca
berhubungan dengan komunikasi tulis dalam hal tujuan, keduanya
mengandung persamaan yaitu memperoleh informasi, menangkap isi
atau pesan, dan memahami makna komunikasi.2
Chamadiah, juga mengaitkan kegiatan menyimak ini dengan proses
pembelajaran. Chamadiah, dkk, (1987) menyatakan bahwa siswa
harus mampu mengingat fakta sederhana, mampu menghubungkan
serangkaian fakta dari pesan yang didengarnya, dan menafsirkan makna
yang terkandung dalam pesan lisan yang didengarnya.3

1
Team Yayasan Pendidikan Haster, Ikhtisar Materi-materi Penting Bahasa
Indonesia, (Bandung: CV Pionir Jaya, 1995), h. 117.
2
Tarigan, op.cit., h. 30-31.
3
Arono, Jurnal Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Menyimak melalui
Teknologi Informasi,dalam http://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/
view/286 diunduh pada 10 Maret 2017 pukul 01.49 WIB.

23
A. Tujuan Menyimak
Menyimak merupakan suatu kegiatan berbahasa yang sering kita
lakukan dalam kehidupan sehari-hari.4 Dengan demikian, menyimak
memiliki beberapa tujuan, di antaranya:
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama
agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang
pembicara.
2. Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak
dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan
(terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud
agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-
buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan
maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-
apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi,
musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).
5. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan oleh si penyimak; dengan perkataan lain, dia menyimak
secara persuasif.5
6. Menyimak untuk membedakan dan menemukan unsur-unsur
fonetik dan struktur kata lisan.
7. Menyimak untuk menemukan dan memperkenalkan bunyi-bunyi,
kata-kata, atau ide-ide baru kepada penyimak.
8. Menyimak secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide
pokok dan menanggapinya secara tepat.
9. Menyimak ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topik atau
kalimat penunjuk.6

Bustanul Arifin, dkk., Menyimak, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka,


4

2007), h.1.3.
5
Eprints UNY, Keterampilan Menyimak, dalam http://eprints.uny.ac.id/13992/2/
Bab%20II.pdf, diunduh pada 16 Maret 2017 pukul 15:50 WIB.
6
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2008), h. 8.

24 Keterampilan  Menyimak
B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Menyimak
Menyimak merupakan satu keterampilan berbahasa yang sangat penting
untuk dimiliki oleh setiap orang terutama kaum terpelajar, sedangkan untuk
memperoleh kemampuan menyimak yang baik diperlukan pengetahuan
tentang banyak hal yang berkenaan dengan menyimak.7 Berikut beberapa
faktor yang memengaruhi keberhasilan menyimak.

1. Faktor Fisik
Kita sama-sama telah maklum bahwa kondisi fisik orang menyimak
merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas
keaktifannya dalam menyimak. Salah satu contohnya ada orang yang suka
sekali mendengar, dalam keadaan yang serupa itu, dia mungkin saja terganggu
serta dibingungkan oleh upaya yang dilakukannya untuk mendengar, atau
dia mungkin kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia
mungkin berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, atau
pengidap suatu penyakit fisik sehingga perhatiannya dangkal, sekilas saja,
serta tingkah polanya tidak karuan. Selain kesehatan fisik, penyimak juga
harus memiliki indra pendengaran yang baik karena satu-satunya indra yang
sangat berperan dalam kegiatan menyimak adalah pendengaran.8
Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan suatu modal penting
yang turut menentukan bagi siap penyimak. Namun, lingkungan fisik
juga mungkin sekali turut bertanggung jawab atas tidak keefektifan
menyimak seseorang. Ruangan mungkin sekali terlalu panas, lembab,
ataupun terlalu dingin, suara bising yang mengganggu dari jalan, dari
kamar sebelah, atau dari beberapa bagian ruangan tempat menyimak
berada, para hadirin yang bergerak, atau berjalan kian kemari seenaknya
saja sehingga juga dapat mengganggu orang yang sedang menyimak.

2. Faktor Psikologis
Selain faktor-faktor fisik, masih terdapat faktor-faktor yang kerap kali
lebih sulit diatasi, yang melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi,

7
Bustanul Arifin, dkk., Materi Pembelajaran Menyimak, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 2.3.
8
Bustanul Arifin, dkk., Menyimak, (Banten: Universitas Terbuka, 2017), h. 2.4.

Bab  2  |Faktor-­‐faktor  yang  Memengaruhi 25


yaitu faktor-faktor psikologi dalam menyimak. Faktor-faktor ini antara
lain mencakup masalah-masalah:
a. Prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara dengan aneka
sebab dan alasan.
b. Keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah
pribadi.
c. Kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas.
d. Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya
perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan.9
e. Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap
pokok pembicaraan atau terhadap pembicara.10
Sebagian atau semua faktor tersebut dapat memengaruhi kegiatan
menyimak ke arah yang merugikan yang tidak kita inginkan, dan hal ini
mempunyai akibat buruk bagi sebagian atau seluruh kegiatan belajar
para siswa. Sebaliknya, faktor-faktor psikologis ini pun mungkin
pula sangat menguntungkan bagi kegiatan menyimak dengan penuh
perhatian, misalnya, pengalaman-pengalaman masa lalu yang sangat
menyenangkan yang telah menentukan minat-minat dan pilihan-pilihan,
dan kepandaiannya yang beraneka ragam.11 Oleh karena itu, dapat kita
ambil kesimpulan bahwa:
a. Faktor psikologis yang positif memberi pengaruh yang baik, dan
b. Faktor psikologis yang negatif memberi pengaruh yang buruk
terhadap kegiatan menyimak.12

3. Faktor Pengalaman
Pengalaman juga faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan
menyimak. Kurangnya atau tiadanya minat merupakan akibat dari
pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali pengalaman
dalam bidang yang disimak itu. Sikap-sikap yang antagonistik, sikap-
sikap yang menentang, serta bermusuhan timbul dari penglaman-

9
Ibid., h. 2.4.
10
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: CV. Angkasa, 2015), h. 108.
11
Digital Repository Unila, Faktor yang Memengaruhi Menyimak, dalam
http://digilib.unila.ac.id/21036/17/BAB%20II.pdf diunduh pada 16 Maret 2017
pukul 15.55 WIB.
12
Ibid., h. 106-108.

26 Keterampilan  Menyimak
pengalaman yang kurang menyenangkan. Kosakata simak juga turut
memengaruhi kualitas menyimak. Makna-makna dari kata-kata asing
sering mengurangi perhatian mereka dalam kegiatan menyimak.
Faktor pengalaman dapat diperoleh penyimak melalui kejadian atau
peristiwa yang dialami sendiri, pengalaman orang lain yang diperoleh
melalui pembicaraan atau melalui bacaan. Dengan demikian, pengalaman
yang dimiliki penyimak sangat membantu dalam memahami bahan
simakan, terutama pengalaman berbahasa yang di dalamnya terkandung
pengetahuan dan kemampuan tentang bahasa dan berbahasa.13

4. Faktor Sikap
Memahami sikap penyimak merupakan salah satu modal penting bagi
pembicara untuk menarik peminat atau perhatian para penyimak.
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai
segala hal yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan
bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan
baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan
tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada
menyimak masing-masing dampak positif dan dampak negatif. Dengan
demikian, seorang pembicara yang baik seharusnya dapat memberikan
sajian informasi yang baik dan menarik sehingga mempermudah
penyampaian informasi dan membentuk sikap positif penyimak.14

5. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang.
Jika seseorang memiliki motivasi kuat untuk mengerjakan, orang
itu diharapkan akan berhasil ke tujuannya. Begitu pula halnya dalam
menyimak, jika kita sebagai penyimak tidak yakin jika kita akan
memperoleh sesuatu yang berharga dan berguna dari suatu penyimakan,
sedikit sekali kemungkinan bahwa kita akan mau, apalagi bergairah,
menyimak pada sesuatu apabila, kita sedang melamun, mengantuk,
atau tidur-tiduran. Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan
segala sesuatu dalam kehidupan ini. Menerangkan pelajaran dengan
baik dan jelas, dan mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak

13
Ibid., h. 2.5.
14
Kembong Daeng, dkk, Pembelajaran Keterampilan Menyimak, (Makassar: Badan
Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2010), h. 37.

Bab  2  |Faktor-­‐faktor  yang  Memengaruhi 27


dicapai, bagaimana cara mencapai tujuan itu, jelas merupakan suatu
bimbingan untuk menanamkan serta memperbesar motivasi untuk
menyimak dengan tekun.15

6. Faktor Jenis Kelamin


Penjelasan atau faktor ini diperoleh berdasarkan hasil penenelitian
yang dilakukan Julian Silverman yang dikutip oleh Tarigan (1986: 104)
sebagai berikut.
“Gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati,
analitik, rasional, keras kepala, menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu),
mandiri, dan dapat menguasai emosi. Sedangkan wanita cenderung lebih
subjektif, pasif, simpatik, difusif, sensitif, mudah terpengaruh, cenderung
memihak, mudah mengalah, dan emosional.”16

7. Faktor Peranan dalam Masyarakat


Keinginan dan motivasi kita untuk menyimak juga dipengaruhi oleh
peranan penyimak di dalam masyarakat. Umpamanya, sebagai guru dan
pendidik selalu ingin melakukan kegiatan menyimak yang berkenaan
dengan masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. Seorang
mahasiswa biasanya memiliki perhatian yang lebih tinggi terhadap
bahan-bahan simakan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
yang sedang dipelajari dibandingkan dengan penyimak lain yang bukan
mahasiswa.17
Kenyataan hari ini menurut penulis, guru, pendidik, dan mahasiswa
sebagian besar tidak lagi menyimak materi yang berkenaan dengan ilmu
pengetahuan yang sedang dipelajari. Mereka larut dalam “menyimak”
status update di media sosial. Mereka baru akan menyimak materi
tersebut jika ada tugas yang berkenaan dengan hal itu. Biasanya mereka
juga menyimak secara dangkal, tidak mendalam, karena mereka hanya
menyimaknya dengan membaca dalam semalam saja, tidak berulang-
ulang dan menuntaskannya.
Contoh lainnya, menurut Tarigan, seperti peserta Olimpiade sains
pasti senang menyimak hal-hal yang baru dan aneh menyangkut dengan
bidang yang ditekuninya. Begitu pula dengan dokter, arsitek, pakar,

15
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: CV. Angkasa, 2015), h. 106-111.
16
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Banten: Universitas Terbuka, 2017), h. 2.5.
17
Ibid., h. 2.6.

28 Keterampilan  Menyimak
guru, camat, bupati, mahasiswa, aktivis, psikolog, antropolog, linguis,
apoteker, seniman, sastrawan, hakim, pasti akan menyimak hal-hal
yang berkaitan dengan mereka, profesi dan keahlian mereka, agar tidak
ketinggalan zaman, mereka harus mengembangkan pengetahuan mereka
ke arah yang lebih baik, perkembangan yang pesat yang terdapat dalam
bidang keahlian mereka menuntut untuk mengembangkan suatu teknik
menyimak yang baik.18 Jadi peranan penyimak dalam masyarakat atau
status penyimak juga menentukan bahan-bahan yang disimaknya dan
dapat memengaruhi hasil simakkan itu.19

8. Faktor Pembicara
Kelemahan-kelemahan pembicara sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak.
Ketidakberhasilan penyimak ini dapat terjadi pada kegiatan menyimak
tanpa tatap muka (melalui radio atau kaset rekaman), terlebih lagi
pada kegiatan menyimak secara langsung atau tatap muka. Kelemahan-
kelemahan pembicara tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Pembicara tidak menguasai bahan yang dibicarakan. Artinya,
pembicara bukan ahli pada bidang yang dibicarakannya.
b. Pembicara menyampaikan bahan pembicaraan tidak sistematis
sehingga sulit dimengerti.
c. Volume suara pembicaraan kurang keras sehingga tidak jelas
terdengar, banyak terdapat pelafalan dan intonasi yang tidak tepat
sehingga terjadi peruubahan makna kata atau kalimat yang akan
berdampak pada kekeliruan penyimak dalam mengungkap maksud
pembicaraan,
d. Pembicara kurang memiliki percaya diri sehingga penyimak
meragukan apa yang disampaikan pembicara.
e. Penampilan pembicara tidak menarik atau kurang enak dipandang
(lusuh atau bertingkah laku berlebihan). Hal ini membuat
penyimak/pendengar beralih dari pesan kepada tingkah laku yang
dianggap aneeh. Dapat juga pendengar menjadi tidak tertarik,
bosan, bahkan mungkin kesal.
f. Pembicara tidak dapat melakukan kontak atau tidak dapat

18
Tarigan, Ibid., h.112-115.
19
Arifin, dkk, op.cit., h. 2.5-2.6.

Bab  2  |Faktor-­‐faktor  yang  Memengaruhi 29


menguasai pendengar.20

9. Faktor Pembicaraan
Pembicaraan, isi atau pesan yang akan disampaikan oleh pembicara
haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu agar sesuai dengan selera
pendengar atau penyimak. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pembicaraan harus sesuatu yang baru dan aktual.
2) Pembicaraan harus memiliki makna atau bermanfaat bagi orang
yang mendengarkannya.
3) Pembicaraan harus disusun secara sistematik agar mudah ditangkap
pendengar atau penyimak.
4) Taraf kesukaran pembicaraan hendaknya seimbang dengan taraf
kemampuan pendengar.21

10. Faktor Situasi


Faktor situasi yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan kegiatan
menyimak meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Ruangan atau tempat berlangsungnya kegiatan menyimak harus
memenuhi persyaratan yang baik, yaitu tempat duduk yang tepat
dan ruangan yang kondusif (warna dinding yang menyejukan, udara
yang sejuk).
b. Waktu berlangsungnya kegiatan menyimak harus tepat, yaitu pada
jam-jam di mana pendengar/penyimak dalam keadaan segar, rileks,
tidak dalam keadaan letih (pada tengah hari atau sore hari).
c. Suasana lingkungan yang tenang, bersih, jauh dari kebisingan,
pemandangan tidak mengganggu konsenterasi, artinya tidak di
tempat yang penuh dengan peralatan yang sama sekali tidak ada
kaitannya dengan kegiatan menyimak, dan tidak banyak orang
lalu-lalang.
d. Jika menggunakan peralatan, seperti tape recorder/radio kaset,
yakinkan bahwa radio dalam keadaan baik, tersedia kontak listrik
atau baterai peralatan tersebut berfungsi dengan baik.22
Menurut penulis, situasi menyimak terbaik tergantung kepada

20
Ibid., h. 2.7
21
Ibid., h. 2.7.
22
Ibid., h. 2.8.

30 Keterampilan  Menyimak
kondisi, kenyamanannya, hobi/selera penyimak. Ada yang suka
menyimak buku dan sebagian lagi menuangkannya dalam bentuk
tulisan saat pagi hari setelah shalat Subuh. Ada yang konsentrasinya
tinggi setelah shalat Magrib, shalat Isya, atau di dua pertiga malam
(mulai dari pukul 1 hingga pukul 3 dini hari). Itu semua tentu saja
tidak luput dengan kesegaran kondisi fisik dan situasi yang membuat
penyimak nyaman.

C. Kebiasaan Jelek dalam Menyimak


1. Menyimak Lompat Tiga
Menyimak lompat tiga adalah kegiatan menyimak yang dilakukan
dengan konsentrasi yang tidak penuh. Saat kegiatan menyimak
berlangsung, kita sering kali memikirkan hal lain. Kebiasaan ini yang
sering membuat penyimak tertinggal pokok-pokok pembicaraan dan
kegiatan menyimak tidak berjalan dengan baik.

2. Menyimak Fakta
Menyimak fakta artinya menyimak dengan cara mengingat fakta-fakta
tentang apa, berapa, di mana, kapan, yang bersifat pengetahuan, bukan
pemahaman. Hakikatnya menyimak adalah mengerti dan memahami
ide-ide pokok atau gagasan-gagasan penting dari bahan simakan.

3. Menyimak dan Merekam


Seorang penyimak yang baik akan memusatkan perhatiannya pada
kegiatan menyimak secara serius dan mencatat apa yang perlu dicatat,
dia akan menyimak terlebih dahulu, kemudian dicatat dalam beberapa
kata saja. Mencatat sama sekali tidak identik dengan merekam, kedua
kegiatan ini sangat berbeda mencatat harus dilakukan dengan penuh
pengertian dan pemahaman, sedangkan merekam dapat dilakukan
tanpa pengertian dan pemahaman. Mencatat bersifat selektif dan kritis,
sedangkan merekam bersifat mekanis dan reseptif penuh. 23

4. Salah Persepsi Emosi


Salah persepsi emosi adalah cara menyimak yang salah dalam menilai
kata-kata atau frasa-frasa yang disampaikan oleh pembicara. Penyimak
yang baik dapat menghilangkan kendala dalam menilai emosi dari

23
Ibid., h. 2.9.

Bab  2  |Faktor-­‐faktor  yang  Memengaruhi 31


informasi yang disampaikan oleh pembicara. Hal ini dapat diatasi
dengan cara memperhatikan reaksi penyimak terhadap kata-kata yang
berkonotasi negatif. Tandailah kata-kata yang mengganggu dan analisis
baik-baik untuk mengetahui lebih mendalam apa yang dimaksud oleh
pembicara.24

5. Menyimak Supersensitif
Penyimak harus menahan emosi, terlebih emosi yang negatif, karena
hal itu dapat membuat penyimak kehilangan konsentrasinya sehingga
bahan simakan atau gagasan-gasan yang telah diperoleh tidak sempurna.
Misalnya penyimak tersinggung oleh kata-kata yang dituturkan oleh
pembicara, tujuan penyimak untuk memperoleh informasi berubah
menjadi keinginan untuk menjatuhkan pembicara lewat pertanyaan
yang pelik dan bantahan yang memalukan.

6. Menghindari Penjelasan yang Sulit


Menghindari penjelasan yang sulit merupakan perbuatan yang buruk,
karena pada akhirnya penyimak akan mendapati diri sendiri tidak luput
dari menyimak sesuatu yang sulit, maka usaha untuk menghindari
hal itu seolah-olah tidak akan ada gunanya dan Anda tidak akan dapat
menyimak secara efektif.25

7. Terlalu Cepat Menganggap Sesuatu Kurang Menarik


Informasi sering kali dianggap tidak menarik atau membosankan oleh
penyimak. Hal ini menyebabkan penyimak menutup diri, menjauhkan
perhatian dari ujaran pembicara, dan membiarkan pikirannya
memikirkan hal lain yang jauh lebih menarik dari topik pembicaraan
atau bahan simakan.

8. Mengkritik Cara dan Gaya Fisik Pembicara


Fisik pembicara sering sekali menjadi tolok ukur penyimak dalam
memperhatikan bahan simakan, tidak jarang penyimak akan menilai
seseorang melalui cara dan gaya fisiknya terlebih dahulu. Misalnya

24
Tarigan, op.cit.,h. 118.
25
Ibid., h. 119.

32 Keterampilan  Menyimak
seseorang yang berpakaian tidak rapih menjadi pembicara dalam
seminar penyimak langsung berpikiran orang tersebut tidak bisa
menyampaikan informasi yang ia butuhkan, padahal orang tersebut
mungkin saja dapat menyampaikan informasi yang ia butuhkan atau
justru bisa memberikan yang lebih dari apa yang penyimak butuhkan.

9. Memberikan Perhatian Semu


Perhatian semu adalah keadaan di mana seseorang terlihat sedang
menyimak padahal sebenernya orang tersebut tidak mendengarkan
apa-apa apalagi menyimak sesuatu. Penyimak yang baik tidak mungkin
melakukan perbuatan buruk tersebut karena ia tahu bahwa hal itu dapat
merugikan dirinya sendiri.

10. Menyerah pada Gangguan


Gangguan yang sering dialami oleh penyimak adalah kebisingan yang
menganggu konsentrasi, tetapi penyimak yang baik mampu mengatasi
gangguan tersebut, dengan cara menutup pintu, mematikan radio atau
televisi, mendekati pembicara atau meminta pembicara mengeraskan
suaranya. 26

D. Sebab-sebab Orang Tidak Menyimak


Kalau orang tidak menyimak, itu berarti pesan atau pun informasi
yang hendak disampaikan oleh pembicara tidak mencapai sasaran,
tidak sampai kepada penyimak. Beberapa sebab orang tidak menyimak
antara lain:
1. Orang berada dalam keadaan lelah.
2. Orang berada dalam keadaan tergesa-gesa.
3. Orang berada dalam keadaan bingung, pikiran sedang kacau.
4. Orang dapat dibingungkan oleh faktor-faktor lain.27
Setidaknya ada empat faktor, mengapa kita masih sulit untuk
menyimak dengan baik. Di antaranya: 28

26
Ibid., h. 120-121.
27
Ibid., h.123-125.
28
Bastian Jabir Pattara, Mengapa Saya Susah Menyimak? dalam https://www.
kompasiana.com/belajarmendengar/551ab872813311800a9de0ff/mengapa-saya-
susah-menyimak, diunduh pada Selasa, 12 Maret 2019, pukul 00:31.

Bab  2  |Faktor-­‐faktor  yang  Memengaruhi 33


1. Pengetahuan, belum ada pemahaman yang cukup akan manfaat-
manfaat, mengapa kita harus menyimak. Masih banyak juga orang
yang menganggap bahwa menyimak adalah suatu aktivitas yang
biasa-biasa saja, tanpa perlu dipelajari pun, otomatis kita dapat
mlakukannya.
2. Show off (pamer) yang sering ditunjukkan, kalau sebetulnya kita
lebih memahami topik yang dibicarakan, sehingga kita tidak
memiliki ketertarikan untuk mendengarkan, malahan sibuk
mempersiapkan dan mengingat-ingat sanggahan yang akan kita
bantahkan, agar kita lebih diakui dan yang terjadi debat untuk
saling menunjukkan kehebatan, bukan saling pengertian (saling
memberi pemahaman), sesuai dengan tujuan komunikasi.
3. Over power, merasa memiliki kekuasaan dan pengaruh lebih
tinggi, imbasnya, pesan apa pun yang didengar dari bawah
dianggap “sampah” yang tidak perlu disimak, karena tidak akan
memengaruhi peningkatan/penurunan statusnya, malah mencari
cara untuk segera menyelesaikan pembicaraan.
4. Sombong, merasa diri lebih, lebih kaya, lebih tua, lebih tinggi
pendidikannya, dan lebih banyak pengalaman hidupnya.
Kesombongan adalah benteng perkasa yang menjadi penghalang
masuknya pencerahan ke dalam diri kita, dan tidak ada penyimakan
yang baik bersamaan dengan kesombongan.
Menurut penulis banyak hal yang menyebabkan seseorang enggan
(tidak mau) menyimak dengan baik karena faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal
a) Materi yang disajikan atau pembicaraan yang disampaikan penyaji
tidak menarik perhatian. Materinya basi, tidak ada sesuatu yang
baru, atau mengulang-ngulang sesuatu yang sudah terlalu sering
didengar;
b) Pembicaraannya merendahkan atau menghina orang lain;
c) Pembicaraannya tidak sesuai fakta atau memfitnah orang lain;
d) Pembicara tidak mempunyai pengetahuan yang baik atau
berwawasan luas;
e) Pembicaraannya garing, tidak ada humor;
f) Materi pembicaraan yang terlalu sulit, jadi susah dipahami;

34 Keterampilan  Menyimak
g) Suasana hati penyimak yang lagi galau;
h) Fisik penyimak yang lelah dan tidak sehat;
i) Pikiran penyimak yang tidak fokus.

2. Faktor eksternal
a) Cuaca yang tidak bersahabat, kalau di lapangan terbuka karena
panas yang terik atau hujan;
b) Suasana yang ribut, banyak gangguan suara dari luar;
c) Tempat yang tidak nyaman;
d) Bau ruangan yang tidak enak;
e) Pendingin udara yang terlalu dingin;
f) Teman yang suka mengganggu atau menginterupsi pembicaraan.

E. Cara Menyimak Efektif


Menyimak efektif sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi yang
tepat dari pembicaraan. Tanpa menyimak efektif hal tersebut tidak akan
tercapai, baik informasi itu hanya untuk dimengerti, dilaksanakan isinya
apalagi untuk dituangkan kembali dalam bentuk tulisan sebagai hasil
simakan.29 Agar menyimak efektif harus diperhatikan dua kelompok
kegiatan penting. Pertama, kegiatan berupa teori dan petunjuk praktis,
dan kedua, berupa larangan atau teguran karena adanya kekeliruan.
Seseorang dapat menyimak dengan baik apabila didukung oleh
hal-hal berikut:
a. Alat dengar dan alat indra yang lain baik
b. Situasi dan kondisi lingkungan simakan yang baik
c. Konsentrasi penuh pada saat menyimak
d. Memahami tujuan dan arah pembicaraan yang sedang berlangsung
e. Mampu mengenal bagian-bagian pembicaraan yang penting
f. Mampu bernalar yang benar
g. Mampu menarik simpulan yang tepat dari data simakan yang betul
h. Sensitif terhadap gejala-gejala penyimpangan informasi dari simakan
i. Diperlukan pengetahuan bahasa dan menulis yang memadai.
Ada dua sumber simakan, pertama dari sumber pembicara langsung
maupun rekaman, pembicaraan bebas maupun resmi, pembicaraan

29
Syamsuddin A.R., op.cit., h.96-98.

Bab  2  |Faktor-­‐faktor  yang  Memengaruhi 35


monolog maupun dialog. Kedua, simakan dari sesuatu yang dibacakan
dengan suara keras seperti simakan dari membacakan cerita yang sudah
dijadikan buku oleh seseorang.
Ada beberapa kebiasaan menyimak yang keliru (Salisbury, 1955:
228-232) dalam Syamsuddin sebagai berikut: 30

1. Kebiasaan menyimak terputus-putus dan melompat-lompat


Kecepatan rata-rata orang berbicara dalam satu menit kurang 125 kata.
Kecepatan rata-rata orang berpikir bila dihitung dengan jumlah kata
per menit adalah empat kali kecepatan orang berbicara. Oleh karena
itu, dalam tiap menit pembicaraan, menyimak mempunyai jatah waktu
untuk 400 perkataan. Jadi kelebihan dari pembicaraan 275 patah kata.
Dengan kelebihan jatah waktu ini terjadilah “tamasya jiwa” sehingga
seseorang sempat memperhatikan hal-hal lain di luar pembicaraan
yang disimaknya.
Ada beberapa cara untuk menguasai pola berpikir untuk menjadi
pendengar yang baik, yaitu:
a Coba satukan pikiran Anda dengan masalah yang sedang diuraikan
oleh pembicara. “Apa yang sesungguhnya yang telah diuraikan oleh
pembicara?
b Rangkum dalam ingatan Anda hal apa saja yang sudah diuraikan
oleh pembicara.
c Pertimbangkan bukti-bukti yang dikemukakan pembicara. Seperti
faktor-faktor, bukti statistik, tanyakan pada diri sendiri apakah itu
semua sudah tepat? Apakah itu tidak hanya prasangka pembicara
saja?
d Dengarkan uraian pembicara berdasarkan kelompok-kelompok
pikiran yang dikemukakan pembicara, bukan mendengarkan
kalimat demi kalimat yang diucapkannya. Perubahan nada suara
dan volume suara mungkin lebih besar artinya. Sebagian pembicara
mungkin melukiskan pokok-pokok itu melalui mimik, gerak tangan,
atau gerak tubuhnya.

30
Ibid, h. 98-103

36 Keterampilan  Menyimak
2. Menyimak dengan cara hanya mengambil fakta-faktanya saja
Cara menyimak seperti ini kurang baik, seharusnya penyimak akan
berusaha mendengarkan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam
uraian itu, bukan hanya mengambil fakta-faktanya saja. Bila suatu
fakta diceritakan kepada Anda, bandingkanlah dengan fakta lainnya,
bukan menghafalkannya. Cari hubungan fakta tersebut, sehingga akan
diketahui pembicara memakainya untuk menjelaskan persoalan pokok
yang dibicarakannya, kemudian tangkaplah gagasan pokok tersebut.

3. Kebiasaan menyimak dengan cara mendengarkan bagian tertentu oleh


karena desakan tertentu
Ada ungkapan-ungakapan tertentu yang sangat memengaruhi perasaan
dan daya dengar kita. Misalnya seseorang yang merupakan seorang
pebisnis akan merasa terganggu jika mendengarkan seseorang datang
dan bercerita tentang pajak. Perasaan terganggu tersebut mengakibatkan
Anda tidak lagi mendengarkan apa yang dikatakan selanjutnya. Orang
yang pandai menyimak akan berusaha mendengarkan setiap uraian
itu dengan baik, sehingga ia mengetahui bentuk maksud dari uraian
tersebut.

4. Kebiasaan menyimak dengan perasaan yang sangat mudah tersinggung


Ada kalanya seseorang diliputi oleh berbagai prasangka tertentu,
sehingga secara sadar atau tidak, bila ia mendengarkan pembicaraan
seseorang, ada kata-kata dari pembicara yang menyinggung perasaannya.
Bila hal itu terjadi serta merta ia berhenti mendengarkan pembicaraan,
ia mencoba menyela pembicaraan, mengajukan pertanyaan, dan
mencemooh pembicara.
Untuk menghindarkan diri dari hal itu, kuasailah diri Anda dan
simaklah seluruh pembicaraan orang itu dengan baik dan sabar. Bila ia
selesai bicara barulah Anda berbicara bila memang diperlukan. Alhasil
Anda tidak akan memberikan reaksi yang salah karena pokok-pokok
pembicaraannya sudah Anda kuasai lebih dahulu.

5. Menyimak dengan menghindarkan diri dari uraian-uraian yang sukar


Ada sebagian orang yang terasa sukar untuk mendengarkan suatu
uraian. Akibatnya ia tidak akan mendengarkan uraian tersebut sungguh-
sungguh dan menghindari diri. Di sisi lain, orang yang mempunyai

Bab  2  |Faktor-­‐faktor  yang  Memengaruhi 37


kebiasaan menyimak yang baik, akan selalu berusaha menyimak dengan
baik, karena untuk memahami isi uraian yang sulit diperlukan perhatian
yang sungguh-sungguh. Hal itu terjadi saat kitab mengikuti diskusi-
diskusi ilmiah, uraian melalui radio, televisi, internet, dan sebagainya.

6. Kebiasaan menyimak dengan sikap memandang enteng, merasa tidak


perlu menyimak dengan sungguh-sungguh.
“Tak ada yang menarik dalam pembicaraan itu”, akan Anda ucapkan
jika pembicara terlalu banyak mengemukakan hal-hal yang telah
sering dibicarakan orang. Selanjutnya Anda akan memandang enteng
uraian itu dan membiarkan pikiran bertamasya keluar bidang yang
tengah diuraikan. Penyimak yang baik selalu mengikuti seluruh uraian
lebih dahulu dengan baik, sehingga ia mengetahui apa sesungguhnya
perkataan pembicara. Bisa jadi pembicaraan itu sebenarnya menarik jika
disimak baik-baik dan jangan terbiasa meremehkan sesuatu.

7. Kebiasaan menyimak dengan suka mengecam pembicaraan dan tampang


pembicara
Penyimak tipe ini biasanya selalu memperhatikan penampilan fisik
pembicara. Dimulai dari cara berpakaian sampai ke aksesoris yang
dikenakan, wajahnya, dan mengecam cara berbicara pembicara.
Pendengar yang baik seharusnya menyimak tidak bergantung pada
pakaian dan tampang si pembicara.

8. Kebiasaan menyimak dengan cara pura-pura mendengarkan


Ada pendapat yang mengatakan, walau tidak mendengarkan sungguh-
sungguh, semuanya akan saya ketahui. Pendapat ini adalah keliru,
karena kesungguhan dalam menyimak adalah kunci untuk mendapatkan
hasil simakan yang baik.

9. Kebiasaan menyimak dengan mudah diganggu oleh kegaduhan


Kita sekarang hidup di dunia yang serba hiruk-pikuk dan gaduh. Kita
bisa saja diganggu oleh apa yang kita dengar, tetapi juga oleh apa yang
kita lihat. Situasi itu akan mudah memengaruhi Anda dan menyeret
Anda keluar dari simakan, jika Anda bukan penyimak yang baik. Orang
yang pandai menyimak akan berusaha mencari jalan keluarnya, seperti:
menutup pintu, mematikan radio dan televisi, mendekati pembicara

38 Keterampilan  Menyimak
dan memintanya untuk berbicara lebih keras.

10. Kebiasaan menyimak dengan kertas dan pensil


Banyak yang berpendapat bahwa untuk memahami dengan baik setiap
uraian yang disimak, perlu membuat catatan. Kegiatan menyimak
ditambahkan dengan kegiatan menulis. Mereka membuat ringkasan
dan catatan sambil mendengarkan uraian. Dengan demikian, mereka
hanya dalam keadaan setengah menyimak.

F. Perilaku Jelek dalam Menyimak


Secara garis besar, perilaku-perilaku yang termasuk jelek atau tidak baik
dalam praktik menyimak sebagai berikut:
1. Tidak mau menerima keanehan pembicara.
Setiap pembicara mempunyai cara dan gaya pribadi dalam
penampilannya, yang terkadang terasa aneh bagi beberapa
penyimak, kemudian para penyimak merasa jengkel tidak mau
menerima keanehan pembicara sebagaimana adanya, akibatnya
kita tidak lagi memiliki minat dan perhatian untuk menyimak
pembicarannya.
2. Tidak mau memperbaiki sikap.
Banyak penyimak yang memiliki sifat munafik. Mereka menyimak
pura-pura menyimak dengan tekun, dengan tatapan mata yang
mantap ke arah pembicara, tetapi pikirannya melayang ke mana-
mana. Akibatnya dia tidak memiliki minat untuk menyimak ujaran
pembicara.
3. Tidak mau memperbaiki lingkungan.
Ada kalanya seseorang duduk pada tempat yang mendapat banyak
gangguan, bagi kegiatan menyimak, misalnya, duduk dekat pintu,
jalan orang keluar masuk dalam suatu ceramah atau khotbah,
lalu tidak ada juga upaya orang itu pindah duduk ke tempat yang
lebih tenang dalam ruangan, yang mengakibatkan dia tidak dapat
menyimak dengan baik karena gangguan dari lingkungan yang
penuh polusi itu.
4. Tidak dapat menahan diri.
Penyimak jenis ini terus saja ingin bertanya dan memberi tanggapan
kepada pembicara, padahal pembicaraan belum selesai dan belum

Bab  2  |Faktor-­‐faktor  yang  Memengaruhi 39


diketahui ujung pangkalnya. Jelas, perilaku ini mengganggu
pembicaraan.
5. Tidak mau meningkatkan pembuatan catatan.
Ada orang yang beranggapan bahwa semakin banyak catatan
semakin tinggi nilainya. Dia tidak tahu dan tidak sadar bahwa
catatan itu harus singkat dan tepat. Mencatat tidak sama dengan
merekam.
6. Tidak memanfaatkan waktu secara tepat guna.
Ada penyimak yang tidak dapat memanfaatkan waktu secara efisien.
Kegiatan menyimak menuntut kesiapsiagaan memetik butir-butir
penting, ide-ide berharga, dari seorang pembicara. Justru dalam
situasi seperti ini ada orang yang mengantuk bahkan tidur, sungguh
suatu perilaku yang memalukan.31

G. Aneka Permasalahan dalam Menyimak


Banyak permasalahan yang mungkin kita temui yang harus dihadapi
dalam kegiatan menyimak. Salah satu cara untuk meningkatkan suatu
kegiatan menyimak ialah menilai perilaku kita sendiri ketika menyimak
supaya dapat menentukan apakah kita menggunakan kebiasaan-
kebiasaan yang mungkin mengganggu kegiatan menyimak sehingga
tidak tepat guna lagi, sekian banyak masalah yang harus kita selesaikan
itu adalah sebagai berikut:
1. Memprasangkai pembicara.
Terkadang, secara sadar atau tidak sadar, kita lebih memusatkan
perhatian kepada gaya dan cara penampilan pembicara ketimbang
pada pesan yang hendak disampaikan yang menjadi pertanyaan
sekarang adalah dapatkah kita membuang prasangka kita terhadap
pembicara. Masalah itu adalah buatan kita sendiri maka seyogianya
dapat pula memecahkan masalah sendiri.
2. Berpura-pura menaruh perhatian.
Terkadang ada orang yang pura-pura menyimak dengan serius,
dengan cara menatap pembicara dengan kedua mata tanpa kedipan,
tetapi sebenarnya perhatian bukan tertuju pada pembicara,
pikirannya terbang melayang mengembara ke tempat lain. Kebiasaan

31
Ibid., h. 128-130.

40 Keterampilan  Menyimak
jelek seperti ini terkadang sulit diubah, namun harus diterobos kalau
kita ingin meningkatkan mutu kebiasaan menyimak kita.
3. Kebingungan.
Kita hidup dikelilingi oleh aneka kebingungan. Orang yang duduk
di sebelah kita selalu batuk-batuk dan garuk-garuk kepala, suara
di luar dan di dalam ruangan dapat mengganggu konsentrasi kita,
semua itu dapat membuat kita bingung. Kita dengan mudah dapat
dijauhkan dari ide-ide pembicara oleh berbagai gangguan, ini benar-
benar merupakan masalah dalam kegiatan menyimak.
4. Melamun.
Banyak orang kurang tahu bahwa otak manusia sanggup memproses
informasi lebih cepat daripada kecepatan berbicara yang dilakukan
oleh banyak pembicara. Sebagai konsekuensi dari kenyataan ini,
masih ada waktu untuk memikirkan hal-hal lain di luar topik.
Yang disajikan oleh pembicara atau penceramah. Penyimak pun
melamunlah jadinya. Kalau waktu melamun terlalu lama mau tak
mau penyimak kehilangan kontinuitas ide-ide pembicara. Masalah
ini tidak dapat dibiarkan saja, tetapi harus dipecahkan segera.
5. Bereaksi secara emosional.
Emosi kita memengaruhi keefektifan menyimak. Kata-kata, gaya,
cara penampilan pembicara dapat saja mengundang emosi, sehingga
kita tidak menyimak lagi secara rasional. Kegagalan menguasai
emosi akan mengurangi mutu penyimakan dengan perkataan lain
dapat mengalahkan rasio. Berlatih menyimak secara rasional dapat
mengurangi emosi yang berlebihan. Janganlah tujuan menyimak
menjadi kabur atau hilang hanya karena reaksi yang emosional.32

32
Ibid., h. 133-136.

Bab  2  |Faktor-­‐faktor  yang  Memengaruhi 41


[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB  3
MENANGKAP ISI SIMAKAN

A. Menangkap Isi Simakan


Organisme manusia itu mempunyai kapasitas yang terbatas dalam
menyerap informasi Broadbent (1986). Butir-butir yang tidak relevan
akan menjadi beban ekstra pada sistem pemahaman. Tompkins dan
Hosskison (1991), menyatakan bahwa terdapat enam kiat yang dapat
kita gunakan untuk belajar menangkap gagasan inti simakan, yaitu
membentuk citraan, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan,
mengorganisasi, mencatat, dan memusatkan perhatian.
1. Membentuk Gambar dalam Pikiran
Teknik citraan ini berguna jika pesan penutur mengandung banyak
citraan visual, perincian, atau kata-kata deskriptif, dan ketika kita
menyimak untuk mendapatkan kesenangan.
2. Mengelompokkan Informasi
Kita harus mengelompokkan informasi jika pesan tutur berisi
potongan-potongan informasi, perbandingan, dan kontras.
3. Mengajukan Pertanyaan
Kita harus mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap pesan yang kita simak.
4. Menemukan Pola Organisasi Informasi
Kita harus mengenali pola-pola organisasi informasi, seperti

43
deskripsi, urutan, perbandingan, sebab-akibat, dan pemecahan
masalah yang digunakan penutur.
5. Mencatat Informasi Penting
Selama proses menyimak kita harus mengidentifikasi informasi
penting dari materi yang kita simak.
6. Memusatkan Perhatian
Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan
verbal untuk menyampaikan pesan dan mengarahkan.1
Keberhasilan dalam menyimak adalah penyimak memahami tuturan
yang disimak dengan kecepatan optimal. Untuk dapat memahami suatu
tuturan dengan kecepatan optimal bukanlah pekerjaan yang mudah.
Penyimak harus memiliki sejumlah keterampilan berikut.
1. Mampu mengantisipasi topik dari gagasan-gagasan umum yang
terdapat dalam tuturan yang didengarnya.
2. Mampu menentukan topik yang dibahas dalam wacana yang
didengarnya berdasarkan gagasan-gagasan umum yang telah
ditemukannya.
3. Mampu menentukan ide pokok (subject matter) dan ide-ide penjelas
dari tuturan yang didengarnya.
4. Mampu menjawab/merumuskan hal-hal penting berkaitan dengan
teks.
5. Mampu memberikan komentar, respons terhadap isi tuturan yang
didengarnya.
6. Mampu membedakan fakta, pendapat, dan kesimpulan dari tuturan
yang disimaknya.
7. Mampu menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang didengarnya,
dan lain-lain.2
Menangkap isi simakan berarti mengambil inti dari sebuah bahasa
lisan. Broadbent (1986), berpendapat bahwa organisme manusia
mempunyai keterbatasan dalam menyerap informasi, maksudnya
pikiran akan menyerap sendiri informasi mana yang akan diserap dan
disimpan, jika informasi itu tidak begitu penting maka akan diserap
menjadi ingatan jangka pendek, sedangkan jika itu adalah informasi

1
Bustanul Arifin, dkk., Menyimak, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017), h. 3.19.
2
Ibid., h. 3.26.

44 Keterampilan  Menyimak
yang penting maka akan disimpan menjadi ingatan jangka panjang.
Ingatan jangka pendek akan mudah hilang jika tidak digunakan terus
menerus, maksudnya tidak diingat-ingat lagi.
Menurut Tompkins dan Hosskions (1991), menyatakan bahwa
terdapat enam kiat yang dapat kita gunakan untuk belajar menangkap
gagasan inti simakan, yaitu membentuk citraan, mengelompokkan,
mengajukan pertanyaan, mengorganisasi, mencatat dan memusatkan
perhatian.3
a. Membentuk citraan (gambaran)
Dalam menangkap isi simakan kita harus membentuk gambaran
utama dari apa yang kita simak. Gambaran ini yang merupakan
bagian dari cara menyimak, saat kita membentuk citraan akan
membentuk gambaran mental.
b. Mengelompokkan informasi
Perincian dari informasi yang disampaikan oleh penutur kemudian
dikelompok sesuai apa yang digambarkan oleh mental.
c. Mengajukan pertanyaan
Ajukanlah pertanyaan mengenai informasi yang kurang jelas atau
kurang dipahami. Mengajukan pertanyaan akan membuat kita lebih
paham dan jelas terhadap informasi yang disimak.
d. Mengorganisir atau pola organisasi informasi
Jika kita menyimak kita harus mengetahui pola organisasi informasi
seperti apa, sebab akibat, perbandingan, urutan, deskriptif, dan
pemecahan masalah yang digunakan penutur dalam menuturkan
informasinya.
e. Mencatat informasi penting
Seperti halnya daya ingat manusia yang memiliki kapasitas tersendiri
maka lambat laun kita akan lupa pada hal yang pernah kita simpan
dalam memori ingatan. Jika tidak terus menggunakannya atau
mengingatnya. Maka dari itu tulislah hal-hal yang penting dari
simakkan kita tentang informasi yang kita dengarkan. Tuliskan
menggunakan tulisan-tulisan yang sederhana yang mudah saat
kita mencatatannya yang tidak mengambil semua konsentrasi kita
terhadap catatan itu.

3
Bustanul Arifin, dkk., Menyimak, Universitas Terbuka, Jakarta, 2007), h. 3.18.

Bab  3  |  Menangkap  Isi  Simakan 45


f. Memusatkan perhatiaan
Terkadang jika kita mendengar sambil mencatat hal-hal yang
penting kita tidak boleh memberikan perhatian penuh terhadap
catatan kita. Tetap pusatkan perhatian kita terhadap ujaran yang
disampaikan penutur. Terkadang penutur akan memberikan atau
menyampaikan informasi secara rinci dengan isyarat-isyarat visual,
ini semua dilakukan untuk memusatkan perhatian penuh pada
orang yang menyimak.

B. Tingkatan dalam Menyimak


Menyimak memiliki tingkatan-tingkatan tersendiri. Tingkatan ini
membuat baik atau tidaknya kemampuan seseorang dalam menangkap
isi simakan. Menyimak memiliki empat tingkatan, yaitu:
1. Menyimak marginal
Menyimak marginal, misalnya ketika seseorang mampu
membedakan suara seseorang dengan suara ribut di jalan yang
ramai.
2.   Menyimak apresiatif
Menyimak apresiatif, apabila seseorang mendengar pembaca,
pembicara, penyanyi atau musik untuk dinikmati.
3.   Menyimak attentive
Menyimak attentive sangat menuntut konsentrasi dan interaksi
pendengar agar dapat memperoleh pemahaman tentang pesan yang
disampaikan.
4.   Menyimak kritis
Menyimak kritis, menuntut pendengar mengevalusi dan menilai
masukan yang didengar kemudian merefleksi pesan dengan
memberikan responss.4
Untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa, ada beberapa
teknik yang perlu ditempuh (Tarigan, 1993: 61) yaitu:
1 Teknik Loci (Loci System)
Salah satu teknik mengingat yang paling tradisional adalah teknik loci.
Teknik ini pada dasarnya memberikan cara mengingat pesan dengan
memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus diingat. Teknik

4
Saleh Abbas, Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar,
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), h. 63.

46 Keterampilan  Menyimak
ini dilakukan dengan, mempelajari urutan informasi dengan informasi
lain yang serupa, dengan mempelajari lokasi-lokasi yang ada di sekitar
kita dan mencocokkan hal-hal yang akan diingat dengan lokasi-lokasi
tersebut.
2. Teknik Penggabungan
Teknik yang ke dua adalah teknik penggabungan (link system), teknik
ini memberikan gagasan tentang cara mengingat, yaitu dengan
menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama yang akan
diingat dengan pesan kedua, ketiga, dan seterusnya. Pesan berantai
itu dihubungkan pula dengan imaji-imaji tertentu yang perlu Anda
visualkan secara jelas dalam pikiran. Untuk mencegah terjadinya
kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimatarantaikan), Anda
pun perlu menghubungkan pesan pertama tersebut dengan lokasi yang
akan mengingatkan Anda pada item tadi.
3. Teknik Fonetik
Sistem lain yang lebih kompleks tetapi cukup efektif adalah teknik
fonetik atau phonetic system. Teknik ini melibatkan penggabungan angka-
angka, bunyi-bunyi fonetis, dan kata-kata yang mewakili bilangan-
bilangan tadi serta bunyi-bunyi, dengan pesan yang akan diingat.
4. Teknik pengelompokan kategorial
Pengelompokan kategorial, yakni suatu teknik pengorganisasian yang
dapat digunakan secara sistematis untuk memodifikasikan informasi
baru dengan cara memberikan struktur baru pada informasi-informasi
tadi.
5. Teknik Pemenggalan
Teknik ini memberikan cara mengingat pesan dengan cara memenggal
pesan-pesan yang panjang. Contohnya, apabila mendengar orang
menyebutkan nomor telepon, misalnya 3351234, maka agar mudah
mengingatnya kita memenggal, kelompok angka itu menjadi 335-12-34,
atau 33-51-234 dan sebagainya.
6. Konsentrasi
Berkonsentrasi pada pesan yang dikirimkan oleh pembicara merupakan
kesulitan utama yang dihadapi oleh pendengar. Karena seringnya
berkomunikasi dalam rentang waktu yang terlalu lama, sehingga
keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi untuk

Bab  3  |  Menangkap  Isi  Simakan 47


memperhatikan antara berbagai ragam stimulusdan tidak meresponss
pada satu stimulus saja.
Pendengar akan lebih bertanggung jawab dan meningkatkan
konsentrasinya dengan melatih perilaku (Sutari, 1998: 66) sebagai berikut:
a Jujur terhadap penutur apabila ia mempunyai kesulitan
dalam menangkap pesan yang disampaikan
b. Membuat pertanyaan-pertanyaan pribadi agar lebih memperhatikan
c. Melatih kebiasaan menuliskan pendapat orang lain pada saat
penutur terlibat pembicaraan dengan pendengar lain
d Mendengar dengan tujuan untuk berbagai pesan antara satu
penutur dengan penutur lain.
Pendapat lain tingkatan kemampuan dalam menyimak adalah:
1. Kemampuan mengindra (mendengar) yang merupakan proses
yang dilakukan pembicara dalam ujaran/pembicaraan dan hanya
pada tahap mendengarkan (hearing). Telinga menerima gelombang
suara dan menyampaikannya ke otak. Contoh: mendengarkan suara
televisi saat berada di ruang lain.
2. Kemampuan berinterpretasi, di mana setelah mendengarkan
pembicaraan, maka isi pembicaraan tadi perlu dipahami/dimengerti
(understanding). Misalnya, mencoba mencerna lagi suara televisi
tadi tentang apa, apakah tentang iklan, musik, suara film, berita,
dan sebagainya.
3. Kemampuan evaluasi yang merupakan menafsirkan/mengaitkan
bahan simakan dengan berbagai konteks (interpreting), mengevaluasi
apa pesan tadi sesuai dengan kebutuhan dan harga diri, kemampuan
untuk setuju atau tidak. Misalnya pesan yang disimak di televisi
tadi adalah berita tentang teroris yang membunuh orang-orang
tidak berdosa.
4. Kemampuan akhir menyimak di mana penyimak akan menerima
gagasan pembicara dengan cara menanggapi isi simakan. Ini
merupakan tahap paling tinggi yang juga disebut tahap evaluasi. Hal
tersebut merupakan reaksi terhadap pesan dalam bentuk umpan-
balik secara langsung. Misalnya bagaimana sikap kita terhadap
teroris dan mengapa hal itu bisa terjadi, bagaimana mengungkapkan
rasa simpati terhadap korban, dan bagaimana mendeteksi hal
tersebut lebih awal.

48 Keterampilan  Menyimak
C. Menyimak dengan Tepat
Menjadi seorang penyimak yang baik, penyimak yang tepat guna
memang merupakan keinginan yang terpuji. Agar keinginan ini bisa
tercapai, tentu banyak cara yang dapat dilakukan. Berikut adalah
beberapa upaya agar kita dapat meningkatkan diri kita menjadi
penyimak yang baik.

1. Kembangkanlah suatu kemauan atau kesudian menyimak


Di mana ada kemauan, di situ ada jalan, kata pepatah kita. Tanpa
kemauan tidak ada pekerjaan yang akan beres apalagi mendatangkan
hasil yang memuaskan. Begitu juga halnya dengan kegiatan menyimak.
Jika kita tidak mempunyai kemauan dan kesudian untuk menyimak
sesuatu, bagaimana mungkin kita memetik manfaat dari pembicaraan
atau ujaran seseorang. Menjadi penyimak yang baik dan tepat guna,
perlu kita kembangkan kemauan serta kesudian menyimak, bukan
menganggapnya sebagai suatu paksaan.

2. Menyimaklah lebih lama


Waktu adalah uang, kata pepatah lama. Pepatah itu dapat kita ubah
menjadi: waktu adalah kehidupan. Bila ada orang memberi ceramah
atau khotbah, sudah sepatutnya kita menyimak dari awal hingga akhir
dengan suatu keikhlasan. Sebab dari dalamnya dapat kita temukan
beberapa ide yang berharga. Kalau banyak berjalan banyak dilihat,
banyak menyimak banyak pengetahuan. Semakin lama kita menyimak
semakin meningkat pula perkembangan kita menjadi penyimak yang
baik, penyimak tepat guna. Apa memang meleset kalau kita katakan
bahwa “listening is golden?”

3. Menyimaklah lebih sering


Keberhasilan dalam menyimak, selain ditentukan oleh lamanya, juga
ditentukan oleh waktu ia sering menyimak. Semakin sering menyimak
beberapa pembicara yang mengupas atau membahas topik yang sama
atau hampir bersamaan, dapatlah kita adakan perbandingan: di mana
letak persamaan, dan di mana pula letak perbedaan antara semua itu;
dan selanjutnya pun kita kita dapat menarik suatu kesimpulan dari

Bab  3  |  Menangkap  Isi  Simakan 49


topik pembicaraan itu. Oleh karena itu, bertambahlah pengetahuan
dan cakrawala pandangan kita.5

D. Meningkatkan Keterampilan Menyimak


Menyimak dengan baik menuntut perhatian, pikiran, penalaran,
penafsiran, dan imajinasi dari para penyimak. Para penyimak harus
memproyeksikan diri mereka ke dalam pikiran pembicara, dan berupaya
memahami bukan saja yang dikatakan oleh pembicara namun juga
pesan yang dimaksudkannya. Penyimak tidak hanya harus memusatkan
perhatiannya pada kata-kata yang diucapkannya itu sendiri tetapi
juga pada nada-nada ucapan pembicara, pola-pola yang dipakai, dan
lambang-lambang nonverbal seperti ekspresi-ekspresi wajah, gerakan,
dan, gerak-gerik atau mimiknya. Para penyimak yang tanggap akan hal
seperti itu, jelas akan lebih mudah menangkap dan memahami ide-ide
pembicara, dan lebih mudah juga memahami perasaan pembicara.6
Saat menyimak diperlukan beberapa keterampilan untuk
memahami tuturan yang diberikan oleh penutur. Keterampilan inilah
yang akan menjadi penentu berhasil atau tidaknya seseorang menyimak
suatu informasi. Berikut merupakan beberapa keterampilan yang harus
dimiliki seorang penyimak.
1. Mampu mengantisipasi topik dari gagasan-gagasan umum yang
terdapat dalam tuturan yang didengarnya.
2. Mampu menentukan topik yang dibahas dalam wacana yang
didengarnya berdasarkan gagasan-gagasan umum yang telah
ditentukannya.
3. Mampu menentukan ide pokok (subject matter) dan ide penjelas
dari tuturan yang didengarnya.
4. Mampu menjawab atau merumuskan hal-hal penting berkaitan
dengan teks.
5. Mampu memberikan komentar, responssterhadap isi tuturan yang
didengarnya.
6. Mampu membedakan fakta, pendapat, dan kesimpulan dari tuturan
yang disimaknya.

5
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Penerbit angkasa, 2008), h. 78.
6Ibid., h. 78.

50 Keterampilan  Menyimak
7. Mampu menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang didengarnya,
dan lain-lain (Priyatni, 2000).7
Untuk meningkatkan keterampilan menyimak, ada beberapa saran
yang dapat kita manfaatkan. Beberapa saran yaitu:
1. Bersikaplah secara positif
Kita harus beranggapan bahwa pembicara ialah orang penting dan
menarik, orang yang mempunyai banyak pengetahuan dan akan
menyajikan bahan-bahan dan gagasan-gagasan yang berguna dan
menyenangkan kita. Selagi dia berbicara, carilah petunjuk-petunjuk
mengenai kepribadiannya dan juga informasi yang benar-benar
menaruh simpati bagi seseorang yang menyimak baik dan tekun.
2. Bertindak responssif
Selaku penyimak yang baik, kita harus bertanya pada diri kita
sendiri keinginan yang dikehendaki atau dituntut oleh sang
pembicara pada diri kita sendiri.
Di sisi lain, yang harus diingat keberhasilan menyimak berarti
penyimak memahami tuturan yang disimak dengan kecepatan optimal.
Penyimak harus memiliki sejumlah keterampilan:
1. Mampu mengantisipasi topik dari gagasan-gagasan umum yang
terdapat dalam tuturan yang didengarnya.
2. Mampu menentukan topik yang dibahas.
3. Mampu menentukan ide pokok (subject matter) dan ide-ide penjelas.
4. Mampu menjawab/merumuskan hal-hal penting yang berkaitan
dengan teks.
5. Mampu memberikan komentar/responss.
6. Mampu membedakan fakta, pendapat, dan kesimpulan.
7. Mampu menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang didengarnya
(Priyatni, 1997).8

7
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 3.20.
8
Priyatni, Endah Tri Priyatni, dkk, Bahan Ajar Menyimak dan Berbicara, kerja
Sama IKIP Malang dengan Proyek Peningkatan SLTP Swasta, Kanwil Depdikbud
Provinsi Jawa Timur, 1997.

Bab  3  |  Menangkap  Isi  Simakan 51


[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB  4
ANEKA SITUASI MENYIMAK

A. Aneka Situasi Menyimak


Situasi menyimak dibagi menjadi dua sifat:

1. Suasana Defensif
Suasana-suasana defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan
dalam pesan-pesan lisan yang mengandung maksud yang bersungguh-
sungguh dan tersirat, antara lain pesan-pesan yang bersifat:
a. Evaluatif
Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak seksama yang telah
mendengar dengan jelas dari ujaran seorang pembicara, yang secara
sadar atau tidak sadar memancing penilaian khusus.
b. Mengawasi
Pesan-pesan yang disampaikan oleh sang pembicara ada kalanya
membuat para penyimak bersiap-siap untuk mengontrol
benar-tidaknya, tepat-melesetnya, jujur-tidaknya, dan objektif-
subjektifnya ujaran itu.
c. Strategis
Ada kalanya pesan-pesan yang disampaikan oleh seseorang dalam
ujaran atau pidatonya, secara sadar atau tidak sadar membuat para
penyimak siap untuk memasang kuda-kuda siasat atau pertahanan
yang bersifat strategis.

53
d. Netral
Tidak jarang pesan-pesan yang disampaikan atau dikemukakan oleh
sang pembicara merangsang para penyimak untuk bertindak atau
berpikir secara netral, tidak memihak kepada orang atau golongan
tertentu.
e. Superior
Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain. Para penyimak
akan siap-siap bertahan bila dari ujaran seseorang terpancar rasa
tinggi hati dan rasa lebih unggul dari orang lain dalam segala hal.
f. Pasti dan Tentu
Sang pembicara yang mengemukakan sesuatu yang pasti, yang
sudah tentu, memancing dan merangsang para penyimak untuk
bertahan akan defensif.
Responssif kita yang normal pada seseorang yang mengomunikasikan
sikap-sikap yang tertera di atas jelas bersifat defensif. Sebagai penyimak,
kita pun kerap kali tidak sadar sepenuhnya mengapa kita tidak
menyimak dengan baik bila kita berada dalam suasana defensif, gusar,
marah, sakit hati, atau tersinggung.

2. Suasana Sportif
Suasana menyimak dapat berupa komunikasi sportif apabila sang
pembicara dalam ujarannya mengimplikasikan deskripsi yang lebih
banyak. Kita sebagai penyimak akan lebih mudah menyimak suatu
ujaran.1

B. Menyimak dalam Kehidupan dan Kurikulum


Selain dalam kegiatan formal, menyimak juga banyak dilakukan dalam
kegiatan informal. Diakui atau tidak, kegiatan menyimak adalah suatu
kegiatan yang sangat penting dalam segala aspek, baik itu dalam
kurikulum sekolah atau pada kehidupan sehari-hari.
Menyimak adalah kebutuhan primer yang tidak bisa dinegosiasi
dalam tata kurikulum sekolah. Misalnya peserta didik yang dituntut
untuk bisa memecahkan masalah setelah penyampaian materi dari

1
Henry Guntur Tarigan, Menyimak, (Bandung: Percetakan Angkasa, 2008),
h. 71.

54 Keterampilan  Menyimak
gurunya. Untuk itu, siswa membutuhkan pemahaman yaitu dengan
kegiatan menyimak atau membaca.
Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, menyimak juga merupakan
hal penting. Modernisasi menuntut seseorang untuk senantiasa sigap
atau akselerasi dalam bertindak atas informasi yang diterimanya supaya
mereka bisa bertahan hidup di tengah zaman yang mempunyai akses
mudah untuk mendapatkan informasi apa pun. Informasi tersebut perlu
dikaji kebenarannya, apakah berupa fakta atau berita hoaks (fitnah).
Informasi yang diterima banyak orang itu membutuhkan pemahaman
yang didapat dengan bantuan menyimak atau membaca.
Penelitian mengenai menyimak dalam kehidupan atau dalam
kurikulum sekolah dapat dikatakan masih sangat langka. Baru pada
tahun 1929, Paul T. Rankin dari Detroit Public Schools, menyelesaikan
sebuah survei mengenai penggunaan waktu dalam keempat keterampilan
berbahasa. Beliau menelaah komunikasi-komunikasi pribadi 68 orang
dari berbagai pekerjaan dan jabatan untuk menentukan persentase
waktu yang mereka pergunakan untuk menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Selama kira-kira dua bulan ke-68 orang tersebut diawasi
dan diteliti dalam bidang kegiatan-kegiatan tadi setiap 15 menit dari
hari-hari jaga, hari-hari bangun mereka. Paul T. Rankin menemui bahwa
mereka mempergunakan waktu berkomunikasi mereka sebagai berikut:2
Menyimak 45%
Berbicara 30%
Membaca 16%
Menulis 9%
Dalam kenyataan praktik, survei menyatakan bahwa pada umumnya
kita menggunakan waktu untuk menyimak hampir tiga kali daripada
waktu untuk membaca (sarat penting lainnya untuk menerima
informasi), tetapi anehnya sedikit sekali perhatian diberikan untuk
melatih orang menyimak. Pada sekolah-sekolah di Detroit, Rankin
menemukan penekanan pengajaran di kelas:
Membaca memperoleh 52%, sedangkan
Menyimak hanya 8% (Salisbury, 1955: 229).

2
Ibid., h.139-143.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 55


Selain Paul T. Rankin, Prof. James I. Brown, dari University of
Minnesota selama tiga tahun juga mengadakan penelitian mengenai
“Mengapa beberapa orang dapat menyimak serta memahami apa yang
mereka dengar, sedangkan sebanyak 70% dari kata lisan atau ucapan itu
hanyalah mendesing saja melalui telinga yang lainnya tanpa berhenti?”
Bagi orang yang tidak beranggapan bahwa menyimak merupakan
suatu faktor penting dalam pendidikan, dimohon merenungkan dalam-
dalam bagaimana dia pertama kali belajar berbicara dan bertingkah laku.
Atau tanyakanlah kepada seorang profesor berapa banyak mahasiswanya
yang mendengarkan apa yang dikuliahkannya. Prof. Brown tersenyum
dan menyeringai “Yah, begitulah, dan kita berharap agar beberapa
penelitian diadakan lebih baik lagi mengenai menyimak”.
Banyak orang, termasuk pembaca yang sangat baik, memahami
apa yang diterjemahkan oleh mata mereka dari halaman cetak. Tetapi
meskipun mendengar normal, banyak dari mereka yang tidak dapat
melaksanakan tugas yang dikaji dalam penelitian Prof. Brown.
Bersama rekannya yaitu Prof. Roberto Carlsen dari University
of Colorado – Prof. Brown pada tahun 1951 menyelesaikan suatu
tes tentang pemahaman menyimak yang akan digunakan di seluruh
Amerika Serikat. Pada musim gugur tahun itu semua mahasiswa
baru yang memasuki University of Minnesota akan mengikuti tes itu
untuk menentukan kebutuhan apa yang diperlukan dalam pengajaran
keterampilan menyimak. Sebelum merencanakan tes keterampilan
menyimak itu, Prof. Brown harus terlebih dahulu mengetahui kesalahan-
kesalahan dibuat oleh penyimak yang jelek (poor listeners). Beliau
memberikan serangkaian kuliah percobaan kepada para mahasiswa
dan kemudian membuat ujian tulis untuk memeriksa tingkat atau taraf
pemahaman mereka. Maka ditemuilah bahwa yang tergolong penyimak
jelek (poor listeners) adalah:
a. Mereka yang terlalu banyak mencatat secara terperinci.
Mereka terlalu terlibat dalam seluk-beluk mekanisme keseluruhan
kerangka kuliah sehingga lupa akan bagian-bagiannya. Atau, menyadari
dari pengalaman bahwa mereka penyimak yang jelek, maka mereka
membuat suatu “show” pembuatan catatan untuk menyenangkan hati
mereka.

56 Keterampilan  Menyimak
Menurut penulis, pendapat Prof. Brown berbeda dengan pendapat
Tompkins dan Hosskison (1991), di mana mereka berpendapat
bahwa ada enam kiat untuk belajar menangkap gagasan inti simakan,
yaitu:
1) Membentuk citraan
2) Mengelompokkan
3) Mengajukan pertanyaan
4) Mengorganisir
5) Mencatat
6) Memusatkan perhatian
Jika diuraikan membentuk gambar dalam pikiran (teknik citraan)
saat menyimak kita harus membentuk gambar mental. Teknik citraan ini
berguna jika penutur banyak mempunyai citraan visual, perincian atau
kata-kata deskriptif, dan menyimak untuk mendapatkan kesenangan.
Cerita dan gambar membantu kita membentuk citraan, dan dapat
menggambarkan/melukiskan gambar mental yang diciptakan.
Mengelompokkan informasi (merinci/kata-kata deskriptif)
informasi harus dikelompokkan, jika pesan tutur berisi potongan-
potongan informasi, perbandingan, dan kontras. Teknik itu dapat
digunakan menyimak perbandingan reptil dan amfibi (dibuat 2 kolom
dan mengisinya). Jika informasi yang disimak lebih dari 2/3 kategori,
misalnya: lima keterangan makanan bisa dibuat bagan kelompok
menjadi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, berserat,
mengandung lemak, dan mengandung vitamin.
Selanjutnya, pertanyaan harus diajukan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap pesan yang kita simak. Dua jenis pertanyaan
yang sangat membantu:
a)   Untuk mendapatkan kejelasan dari apa yang kita simak
b)   Untuk memonitor tingkat pemahaman siswa (sebagai seorang
guru)
Menemukan pola organisasi informasi dimaksudkan penyimak
harus mengenal pola-pola informasi, seperti: deskripsi, urutan,
perbandingan, sebab-akibat, dan pemecahan masalah yang digunakan
penutur.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 57


Mencatat informasi penting yang dilakukan selama proses menyimak
di mana penyimak harus mengidentifikasi informasi penting dari materi
yang disimak. Mencatat bisa dilakukan dalam bentuk daftar/kerangka.
Penutur biasanya menggunakan isyarat visual untuk menyampaikan
pesan dan mengarahkan perhatian penyimak dalam memusatkan
perhatian. Isyarat visual tersebut seperti gerak tubuh (gesture), tulisan/
kerangka informasi penting, dan perubahan ekspresi wajah (mimik).
Isyarat verbal berupa perhentian, naik-turunnya suara, lambatnya
pengucapan butir-butir penting, pengulangan informasi penting. Isyarat-
isyarat tersebut sebagai perilaku pengatur perhatian.
Jadi, Prof. Brown yang mengganggap mereka yang terlalu banyak
mencatat secara terperinci menganggap penyimak terlalu terlibat
dalam seluk-beluk mekanisme perkuliahan, sehingga lupa akan bagian-
bagian lain. Penyimak yang jelek, akan membuat suatu catatan untuk
menyenangkan hati mereka. Bisa jadi catatan ini melenceng dari materi
perkuliahan yang tengah disimak.
Di sisi lain, Tompkins dan Hosskison menganggap mencatat
informasi penting yang dilakukan selama proses menyimak di mana
penyimak harus mengidentifikasi informasi penting dari materi yang
disimak. Mencatat bisa dilakukan dalam bentuk daftar/kerangka.
Jika diambil jalan tengah, peneliti mengganggap mencatat bisa
dilakukan di antara jeda pembicaraan. Yang harus dipastikan jangan
mencatat kata per kata, atau kalimat per kalimat. Catatlah bagian
penting atau intisari percakapan atau materi yang disampaikan
pembicara. Jika perlu hanya mencatat kata-kata kunci saja.
b. Mereka yang tidak sanggup mengatasi gangguan-gangguan (noise).
Dalam sebuah pembelajaran tentu tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Di dalamnya terdapat banyak gangguan yang
memengaruhi jalannya pembelajaran. seperti bunyi gemuruh,
berisik, aksi teman yang jail atau yang lain. Poor listener kesulitan
dalam mengatasi gangguan tersebut.
c. Mereka yang berjiwa argumentatif.
Begitu mereka mendengar seorang pembicara mengemukakan suatu
teori, baik teori yang dibuktikan dengan sebuah permisalan/fakta
atau tidak membuktikan teori tersebut, justru para poor listener
tidak mendengarnya, mereka malah sibuk mencari argumentasi

58 Keterampilan  Menyimak
untuk teori yang dikaji oleh pembicara. Semua perhatian mereka
masih terpusat pada pernyataan asli tadi dan tidak memperhatikan
pengembangan-pengembangan, lanjutan atau penjelasan dari teori
tersebut.
d. Mereka yang berpura-pura menarik perhatian.
Misalnya duduk dengan tenang dan mengangguk-angguk selama
kuliah serta terus menatap wajah sang dosen. Hal inilah yang
sering terjadi di kelas kita. Mayoritas dari mahasiswa tersebut ingin
membohongi dosen, bahwa mereka telah memahami masalah yang
dikaji supaya tidak diberi questionering (pertanyaan) atau supaya
mata kuliah tersebut segera selesai dan mereka bisa cepat-cepat
keluar ruangan, padahal di balik itu semua, mayoritas dari mereka
adalah poor listener.
e. Mereka yang kurang menaruh perhatian pada materi yang dibicarakan
sang dosen.
Kurangnya minat dalam mendalami materi memang menjadi
suatu kendala dalam proses menyimak. Apalagi terkadang adapula
mahasiswa yang tidak suka dengan penyaji.
Kita mengetahui bahwa menyimak, sebagai suatu aspek
keterampilan berbahasa, dapat dikembangkan dengan:
a. latihan terpimpin,
b. menjauhkan faktor-faktor penyebab penyimak yang jelek,
c. meningkatkan atau memperkaya kosakata, dan
d. meningkatkan pengenalan kata-kata yang lebih baik dengan telinga
(seperti juga halnya dengan mata).
Dari penelitian yang telah dilakukannya, Prof. Brown menarik
kesimpulan bahwa 70% dari jam-jam bangun orang dewasa dipergunakan
buat berkomunikasi, baik secara santai maupun serius, dan 45% dari
waktu tersebut dipergunakan untuk menyimak. Kebanyakan dari apa
yang kita pelajari, diserap dengan menyimak. Dan kebiasaan-kebiasaan
menyimak yang jelek jelas berpengaruh pada keberhasilan pencapaian
tujuan pada pengejaan (Salisbury, 1955 :193).
Demikianlah penelitian yang telah dilakukan oleh Prof. Brown
mengenai praktik menyimak dalam kehidupan dan juga dalam
kurikulum sekolah. Suatu penelitian yang sangat berharga dalam bidang
keterampilan menyimak yang sampai kini masih langka.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 59


Tes pemahaman menyimak ciptaan Prof. Brown itu pada dasarnya
tertuju pada ingatan seseorang pada faktor-faktor sederhana,
kemampuannya menghubungkan serangkaian fakta serta memahami
pesan yang dikandungnya, pengenalan kata-kata dengan bunyi (di
samping penglihatan dan konteks) dari suatu pesan lisan, baik dalam
bagian-bagian kecil maupun tema. Prof. Brown menyatakan bahwa
seseorang termasuk pembaca yang jelek kalau dia memahami kurang
dari 40 % dari yang dibacanya; pembaca yang sedang 60%, dan pembaca
yang baik sekali 90% (Duhlap 1951, via Salisbury, 1955 :193).
Semua cerita di atas berasal dari Amerika Serikat. Dan, bagaimana
keadaannya di tanah air kita ini? Semoga mata hati kita lebih terbuka
ke arah kemajuan.

C. Hasil Menyimak Kehidupan Mahasiswa UIN


Berikut ini dipaparkan tabel menyimak mahasiswa UIN semester 2 A,
2B, dan 2 C yang berjumlah 112 mahasiswa dan mengikuti mata kuliah
Pembelajaran Menyimak tahun ajaran 2018/2019.

No. Jenis-­‐jenis  Kelompok  Menyimak  Intensif   Kelas  A Kelas  B Kelas  C

1 Menyimak  Kritis      
  Memperhatikan  ketetapan  bahasa  ujaran 1  orang 2  orang -­‐
  Menentukan  alasan  "mengapa" 5  orang 10  orang 9  orang
  Memahami  makna  petunjuk  konteks -­‐ 4orang -­‐
  Membedakan  fakta  fantasi 3  orang 1  orang 1  orang
  Menarik  kesimpulan 30  orang 16  orang 30  orang
  Membuat  keputusan -­‐ 4  orang -­‐
  Menemukan  pemecahan    masalah -­‐ 4  orang -­‐
  Menemukan  informasi  baru 1  orang 1  orang 2  orang
Menginterpretasi   ungkapan,   idiom   dan  
  -­‐ 1  orang 1  orang
istilah  baru
  Bertindak  objektif  dan  evaluatif 15  orang 7  orang 1  orang
2 Menyimak  Konsentratif      
  Mengikuti  petunjuk -­‐ -­‐ -­‐
  Mencari  hubungan 32  orang 16  orang 10  orang
  Mencari  informasi -­‐ -­‐ -­‐
  Memperoleh  pemahaman 17  orang 7  orang 4  orang
  Menghayati  ide-­‐ide 10  orang -­‐ -­‐
  Memahami  urutan  ide-­‐ide 5  orang -­‐ 1  orang

60 Keterampilan  Menyimak
  Mencatat  fakta-­‐fakta 2  orang 14  orang 2  orang
3 Menyimak  Kreatif
Mengasosiasikan   makna-­‐makna   dengan  
  18  orang 14  orang 6  orang
pengalaman  menyimak
  Merekonstruksikan  imaji-­‐imaji  visual   1  orang 4  orang -­‐
Mengadaptasikan   imaji   dengan   pikiran  
  -­‐ 4  orang -­‐
imajinatif  dalam  karya

Memecahkan   masalah,   memeriksa   dan  


  -­‐ -­‐ -­‐
mengujinya

4 Menyimak  Eksplorasif      
  Menemukan  hal  baru 2  orang -­‐ -­‐

  Menemukan  informasi  tambahan 1  orang -­‐ -­‐

  Menemukan  isu  menarik -­‐ 2  orang -­‐


5 Menyimak  Interogatif      
Pemerolehan  informasi  dengan  cara  bertanya  
  melalui  kata  "5W  +  1H,  untuk  apa,  benarkah,   -­‐ 2  orang -­‐
dll."
Menyimak  Selektif
6      

  Nada  suara -­‐ -­‐ -­‐


  Bunyi-­‐bunyi  asing 2  orang -­‐ -­‐
  Bunyi-­‐bunyi  yang  bersamaan -­‐ -­‐ -­‐
  Kata  dan  frasa -­‐ -­‐ -­‐
  Bentuk-­‐bentuk  ketatabahasaan -­‐   -­‐
Tabel  oleh:  Riry  Agnes  Amaliya
Tabel di atas dibuat berdasarkan tugas menyimak kehidupan
yang saya berikan kepada mahasiswa semester 2 yang mengikuti mata
kuliah “Pembelajaran Menyimak” yang saya ampu. Saya memberikan
tugas kepada mahasiswa tersebut pada bulan Meret 2019. Saya
tidak memberikan panduan mendetail kepada mereka, hanya berupa
pertanyaan: “Apa yang kalian pahami atau ketahui tentang menyimak
kehidupan?”
Kelas (semester) 2 A mempunyai mahasiswa berjumlah 38 orang.
Mereka adalah Ahdimas Husnun Khotami, Ahmad Fauzi, Ahmad
Irwansyah, Aldika Rohmatunnisa, Alvina Sahri, Aprilia Pitaloka, Dwi
Agustin, Dwina Putri Kamila, Eliyah, Era Makatita Puspa Harum Sari,
Feilasufa Sania, Fitriana Rahayu, Garris Pelangi, Gia Kemala, Hana

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 61


Ivanaya Rachim, Hanifah Dwi Rustanti, Imron Maulana, Indirawati
Leztiyani, Jesyischa Rizky Devista, Lanma Roni Tua Nasution, Maziyatul
Ulya, M. Arju Abdul Aziz, Muhamad Nur Iqbal, Muhamad Yusuf,
Musdalifah Nur, Nadia Falasiva. Nur Maulidya, Nur Qoyimah, Raras
Cynantia Wulanjari, Reza Andiansyah, Rifa Rasyidah Imtinan, Rima
Syukhria. Y. K, Rizki Agung Permana, Sekarwangi Permata Yudha,
Septara Utrujjah Dwi Putri, Siti Nurhasanah, Taufik Hasan, dan Tito
Tri Kadafi.
Kelas lainnya, kelas 2 B mempunyai mahasiswa sebanyak 38 orang.
Mahasiswa tersebut adalah Ade Irmandari, Aldimas Muhammad Arbi,
Alvina Rizkiani, Anri Viona, Candra Kartika Putri, Deny Pratama,
Diajeng Oktavianingrum, Elen Azmiati, Erika Fibriyanti, Fachrur
Rajabbani Ridwan, Fadhilah Mutiara Dewi, Fita Indriani, Halimah,
Harun Al-Aziz, Herman Wijaya, Indah Fadillah, Khairunnisa,
Laras Sintia, Lilis Najiah, Muhammad Akrom Sofyan, Muhammad
Faqih, Muhammad Yogha Cahya Pangestu, Nadia Falasiva, Naurah
Khairunnisa, Nur Annisa, Nur Qoyimah, Nur Rahmah Komalasari,
Raudhatul Aslami, Rini Nuraida, Risa Puji Astuti, Sisti Damayanti, Siti
Ummul Khoir Saifullah, Slovingka Rizkya Fadillah, Syifa Fauziah, Syifa
Nurul Rifdah,Verli Dwi Astuti, Viqa Etania, dan Yulyan Iftanurohman.
Kelas ketiga adalah kelas 2 C yang memiliki mahasiswa sejumlah 36
orang. Mahasiswa tersebut bernama Adinda Apriliana, Agna Rizki
Fahira, Ahmad Lili Gojali, Anis Samae, Annisa Nur Khopipah, Bintang
Fajriyati, Chici Kurniasih, Dinda Nurayu Kemala Sari, Dedeh Kurnia
Maulida, Fadlia Rafiyanti, Fildza Mawarda, Ghina Sophia, Haikal
Ramadhan, Heni Suci Arti, Hikmatun Sholihah, Ifan Setiawan, Ika Nor
Safitri, Itsna Azkiya Rahim, Muhammad Riyan, Nabila Putri, Nindra
Maharani, Nur Afifa Kifriyani, Putri Ayuni, Rajib Fatoni, Revasyah
Gewani, Ridhaningtyas Wahyu Amanda, Rif’ahtul Maula, Rika Novita
Sari, Rosiyana, Sahlia, Saqo Shabiburrahman, Sarah Sabillah, Sitti Aisyah
Amir, Syagna Septizahra, Widiyanti Paujiyah, serta Zulfah Anggita.
Tabel menyimak kehidupan ini dianalisis berdasarkan teori yang
dipaparkan Tarigan tentang ragam menyimak yang dibagi berdasarkan
dua bagian utama, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif.3
Di mana dalam pembahasan ini ditemukan mahasiswa menjawabnya

3
Tarigan, Ibid., h. 38.

62 Keterampilan  Menyimak
mengarah kepada menyimak intensif yang terbagi atas menyimak kritis,
konsentratif, kreatif, eksploratif, interogatif, dan selektif.
Menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara
lebih bebas dan lebih umum serta perlu di bawah bimbingan langsung
para guru. Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh
lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Menyimak jenis ini
dapat diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran bahasa dan
pada pemahaman serta pengertian makna bahasa secara umum.
Setelah dianalisis dalam menyimak kritis mahasiswa memperhatikan
ketetapan bahasa ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-
unsurnya berjumlah 3 orang; yang menentukan alasan mengapa 24
orang; memaknai petunjuk konteks 4 orang; membedakan fakta fantasi
5 orang; yang paling banyak pada bagian ini adalah menarik kesimpulan
76 orang; membuat keputusan dan memecahkan masalah sama-sama 4
orang; menemukan informasi baru sejumlah 4 orang; menginterpretasi
ungkapan, idiom, dan istilah baru 2 orang; bertindak objektif dan
evaluatif 23 orang.
Pada bagian menyimak konsentratif, menyimak dengan mengikuti
petunjuk dan mencari hubungan, tidak satu pun yang melakukannya.
Menyimak yang paling banyak dilakukan adalah menyimak untuk
mencari hubungan. Hal itu berupa hubungan ke lingkungan, alam,
keluarga (nasihat orang tua), sahabat, dan sebagainya sebanyak 58
orang. Disusul dengan menyimak untuk memperoleh pemahaman
sebanyak 28 orang, mencatat fakta-fakta18 orang, menghayati ide-ide 5
orang, dan memahami urutan ide-ide dilakukan oleh 5 orang mahasiswa.
Selanjutnya menyimak kreatif yang bertujuan mengasosiasikan
makna-makna dengan pengalaman menyimak paling banyak ditulis
sebagai hasil menyimak kehidupan mahasiswa sebanyak 38 orang
dibanding mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif dalam
karya yang hanya ditulis oleh 4 orang. Bahkan pada bagian memecahkan
masalah, memeriksa dan mengujinya tidak ada yang menjadi bahan
tulisan mahasiswa, sedangkan 5 mahasiswa memilih menyimak
kehidupan dengan merekonstruksikan imaji-imaji visual.
Di sisi lain menyimak eksploratif dengan tujuan menemukan hal
baru dan menemukan isu menarik masing-masing ditulis oleh dua
mahasiswa, dan menemukan informasi tambahan merupakan inspirasi
tulisan bagi satu mahasiswa.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 63


Kemudian untuk kategori menyimak interogatif dengan maksud
untuk memperoleh informasi dengan cara bertanya melalui kata 5W
+ 1H, untuk apa, benarkah dipilih oleh 2 orang mahasiswa. Terakhir
untuk menyimak intensif pada bagian menyimak selektif, hanya tujuan
menyimak bunyi-bunyi asing yang ditulis oleh 2 mahasiswa. Sementara
untuk menyimak selektif bertema menyimak kehidupan pada bagian nada
suara, bunyi-bunyi yang bersamaan, kata dan frasa, serta bentuk-bentuk
ketatabahasaan tidak ada satu pun yang memilih jenis menyimak tersebut.
Khusus untuk menyimak ekstensif tidak penulis masukan ke
dalam tabel, karena menyimak ekstensi klasifikasinya tidak banyak
(hanya 4) dan mahasiswa paling sering menerjemahkan tugasnya pada
tataran menyimak sosial dan estetik. Sedangkan menyimak intensif
lebih mempunyai klasifikasi yang lebih banyak, jadi bisa menilai dari
berbagai sudut pandang.
Hal tersebut dilakukan karena sesuai dengan tujuan menyimak
ekstensif itu sendiri yaitu sejenis kegiatan menyimak hal-hal yang lebih
umum dan bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan
langsung dari seorang guru. Menyimak ekstensif dapat digunakan untuk
dua tujuan berbeda, yaitu menangkap atau mengingat kembali bahan
yang telah dikenal atau diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan
cara baru dan kedua, dapat memberi kesempatan dan kekebasan bagi
siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosakata dan struktur-
struktur yang masih asing dan baru.
Salah satu contoh menyimak ekstensif (menyimak sosial) yang
dilakukan seorang mahasiswa adalah menyimak kehidupan orang yang
kurang beruntung dalam hidupnya. Seperti tulisan Musdalifa Nur, “Orang-
orang di sekeliling saya yang hanya mencari makanan, rumah, pakaian,
dan bahan-bahan pokok, namun sesungguhnya mereka tidak sadar bahwa
yang teramat dibutuhkan oleh meraka adalah tempat yang teduh dan
membuat hati meraka merasa tetap aman dan tetap selalu bersyukur.
Menyimak estetis yang masuk dalam kategori menyimak sosial dilakukan
oleh beberapa mahasiswa dengan menyajikan hasil simakannya dalam
tulisan berupa cerpen.

D. Petunjuk, Keterangan, dan Pengumuman


Kegiatan menyimak memang sangat penting, namun kurang adanya
penekanan dalam mempelajarinya dan melatihnya secara intensif (Paul

64 Keterampilan  Menyimak
T. Rankin). Padahal kita tahu manfaat yang dapat diperoleh siswa
jika mereka menguasai atau setidaknya terbiasa melakukan kegiatan
memahami melalui menyimak.
Para guru sebenarnya tidak perlu menyediakan waktu khusus
dan menambahkan program sesuatu yang baru pada program sekolah
untuk memupuk dan mengembangkan kemampuan menyimak efektif
anak didiknya.4 Pada tahun permulaan sekolah, anak-anak memperoleh
kesempatan untuk menyimak berbagai petunjuk, keterangan, dan
pengumuman. Tugas guru adalah melihat serta memeriksa, apakah
siswa perlu dibantu dalam mengembangkan keefektifan mereka dalam
segala kegiatan menyimak, baik pada kegiatan formal ataupun non-
formal, ekstrakurikuler ataupun intrakurikuler. Dengan demikian,
mereka belajar menjauhkan berbagai alat yang mengganggu perhatian
mereka. Mereka dengan sadar menggunakan kedua telinga mereka
untuk menyimak pembicara sampai selesai.
Tidak baik jika guru mengulang-ulang petunjuk dan keterangan-
keterangan, sebab siswa akan tahu ada pengulangan dua atau tiga kali
dari guru, akibatnya ada kecenderungan siswa tidak akan menyimak
saat pertama kali dijelaskan. Guru harus yakin dahulu terhadap apa yang
dikatakannya untuk menjamin berlangsungnya kegiatan menyimak yang
baik serta atentif. Guru harus menunggu sampai mendapat perhatian
dari siswa, kemudian mulai berbicara dengan bahasa sederhana, kalimat-
kalimat dan frasa singkat, tegas, tepat, teratur, dan jelas memberikan
petunjuk-petunjuk serta menggunakan alat peraga melalui gerak-gerik,
demontrasi-demontrasi, atau gambar-gambar yang dapat memperoleh
maksud dan tujuannya.
Tidak cukup hanya itu, selain guru sebagai subjek, maka siswa
sebagai objek atau sasaran pun juga seharusnya ikut mendukung
proses menyimak. Salah satunya adalah dengan siswa belajar menaruh
perhatian optimal sejak awal sampai akhir untuk menambah keyakinan
bahwa mereka telah memahami informasi yang telah disampaikan
pembicara.
Jenis siswa yang heterogen dalam satu kelas membuat kemungkinan
besar sebagian siswa mampu menyimak dan sebagian lagi kurang mampu
dalam menyimak. Jika hal ini terjadi, maka siswa diharapkan bertanggung

4
Ibid, h.144.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 65


jawab atau berkewajiban untuk mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
yang seyogianya dengan pertanyaan tersebut siswa mendapat pemahaman
yang cukup terhadap informasi yang diinginkan.
Jenjang kelas yang semakin meningkat yang dialami semua siswa
akan membuat informasi yang harus ditelaah menjadi semakin panjang,
berbelit-belit, dan lebih rumit. Namun jika siswa sudah terbiasa menyimak
dari kelas yang lebih rendah, mereka akan mampu menanggulangi
tuntutan yang lebih besar. Apalagi secara psikologi, dengan bertambahnya
usia, maka hal ini juga berpengaruh pada kedewasaan terutama pada
pemikiran mereka. Pemikiran membuat mereka harus bekerja lebih
optimal supaya mampu mendapat input dari menyimak.
Jadi, untuk menghadapi tantangan pemahaman yang semakin
meningkat, keterampilan menyimak pun seharusnya juga meningkat
sejalan dengan bertambahnya kedewasaan. Dengan kata lain,
menyimak bukanlah ilmu yang harus dipelajari secara teoretis, namun
lebih cenderung kepada keterampilan yang harus dilatih secara
berkesinambungan dan tidak akan bisa dikuasai seketika. Dan kegiatan
menyimak akan berhasil dikuasai jika guru terus-menerus membantu
mereka dalam memperoleh keterampilan-keterampilan tersebut, seperti
memperhatikan urutan ide-ide beserta hubungannya antara satu dengan
yang lainnya, pernyataan-pernyataan yang bertentangan atau tidak
menunjang dan prasangka-prasangka.
Dalam kenyataannya, menyimak adalah faktor yang dominan
dalam memahami petunjuk, keterangan dan pengumuman. Hal ini
lebih dicenderungkan untuk peserta yang masih dalam kategori usia
pendidikan anak-anak yang telah belajar menyimak dengan baik di kelas
rendah tentu dapat menghadai tuntutan menyimak yang lebih besar di
kelas yang lebih tinggi. Anak-anak di kelas lebih tinggi juga menerima
tanggung jawab lebih berat untuk membuat keterangan-keterangan yang
jelas dan lebih eksplisit memberi petunjuk kepada teman-temannya.
Kaitannya dengan menyimak pengumuman, untuk anak yang
jenjangnya semakin tinggi seharusnya memikul dan menerima tanggung
jawab yang lebih berat pula, yakni untuk membuat keterangan-
keterangan identik yang jelas dan eksplisit dalam memberikan petunjuk
kepada teman-teman sekelasnya. Di samping itu, mereka hendaknya
belajar bagaimana caranya menimbulkan perhatian yang baik dan
komprehensif di pihak penyimaknya (Dawson, et all, 1963: 155).

66 Keterampilan  Menyimak
Beberapa contoh yang seharusnya dipahami dengan menyimak
adalah “petunjuk, keterangan, dan pengumuman”. Contoh kasusnya
adalah sebagai berikut:
a. Setelah diperiksa, seorang pasien menyimak dengan saksama petunjuk
dari dokter.
b Dengan antusias, para mahasiswa menyimak keterangan dari
dosennya tentang mata kuliah “Menyimak”.
c. Ujian Nasional telah usai, kini tiba saatnya para siswa yang
didampingi orang tuanya menyimak pengumuman kelulusannya.
Menurut Kamus Besar Indonesia (1996), pengertian ketiga istilah ini
adalah sebagai berikut:
a Petunjuk adalah suatu penjelasan tentang sesuatu yang harus diikuti
untuk dapat mengerjakan sesuatu atau sebagai salah satu bahan
pertimbangan.
b. Keterangan adalah uraian untuk memperjelas sesuatu sehingga
seseorang dapat mendapat pemahaman yang lebih optimal dari
informasi tersebut.
c. Pengumuman adalah: adalah suatu pemberitahuan baik melalui
lisan atau tulisan.
Demikianlah tiga jenis situasi atau aktivitas yang melibatkan
keterampilan menyimak secara atentif. Berhasil atau tidaknya,
dipahami atau tidaknya petunjuk, keterangan atau pengumuman yang
disampaikan, sangat bergantung pada taraf penyimakan para penyimak,
bergantung pada perhatian yang mereka berikan: penuh perhatian atau
hanya sekilas saja, atentif atau sekadar reseptif saja. Tentu saja tidak
bisa diabaikan kesederhanaan, ketepatan, kepadatan, kemudahan, serta
keterpahaman bahan yang disajikan secara lisan itu.

E. Percakapan dan Diskusi


Percakapan atau konversasi merupakan aktivitas yang paling umum di
antara tipe-tipe komunikasi lisan dan oleh karena itu jelas menuntut
banyak kegiatan menyimak. Akan tetapi, oleh karena biasanya kelompok-
kelompok konversasi ini kecil dan minat-minat pun langsung bersifat
pribadi atau perseorangan, maka kegiatan menyimak timbul dengan
mudah, tanpa paksaan. Namun demikian, sekolah perlu mengadakan
serta mempersiapkan bimbingan, sebab jangan lupa kebanyakan
anak-anak memperlukan bantuan dalam menanti giliran mereka dan

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 67


memperlihatkan kesopansantunan sebaik mereka menyimak serta
menanggapi ucapan-ucapan rekan-rekan mereka. Anak-anak perlu
diajar untuk membantu para penyimak dengan cara memilih suatu
topik pembicaraan yang menarik bagi para rekan mereka, merasa
bertanggung jawab penuh untuk turut mengambil bagian, mengajak
serta ke dalamnya seorang pendatang baru atau anak yang sangat
pemalu, menghindari atau mengubah suatu subjek bersifat pribadi,
ataupun yang dapat memalukan seorang anggota kelompok itu.77
Percakapan juga dimaknai sebagai pembicaraan, perbincangan,
perundingan, bercakap-cakap, dan interaksi bahasa antara dua
pembicara atau lebih. Cakap sendiri berarti berbicara, omong.5
Pengetahuan-pengetahuan demikian timbul dan diperoleh dalam
kaitannya dengan suatu masa yang memperlihatkan serta menceritakan
makna yang sebenarnya. Pengetahuan itu didapat dari konversasi
para siswa selama kegiatan-kegiatan kelompok kecil dan komite (atau
panitia), serta pembicaraan informal (pembicaraan tidak resmi) pada
waktu istirahat. Bimbingan sang guru biasanya bersifat insidental saja,
dan kerap pula bersifat individual, kadang guru juga mengomentari
masalah-masalah kesopansantunan dan keefektivan.
Di samping kegiatan tadi, anak-anak sering sekali ikut berpartisipasi
dalam diskusi, baik di sekolah dan di luar sekolah, Berbeda dengan
konversasi yang mungkin melantur ke sana ke mari, maka diskusi ini
berpusat pada satu topik tunggal dan haruslah maju secara teratur
menuju sebuah keputusan. Apabila seorang siswa merupakan bagian
dari suatu kelompok diskusi, maka dia hendaknya merasa bertanggung
jawab untuk mengetahui topik apa yang sedang dipertimbangkan,
mengikuti urutan pikiran, siap sedia memberikan sumbangan tepat
pada waktunya serta berfaedah, dan menyimak secara evluatif terhadap
apa yang dikemukakan oleh rekan-rekannya.
Jika ditelisik dari segi makna kata, kata “diskusi” dari bahasa
Latin, yaitu, “ discussuio, discuccus, discussi, atau discussum” yang berarti
“to examine”. “Discussus” terdiri dari akar kata dis dan cuture. Dis
artinya terpisah, sementara cuture artinya mengguncang atau memukul.
Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan

5
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia,
2008), h.237.

68 Keterampilan  Menyimak
sesuatu. Atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan
cara memecahkan atau menguraikannya (to clear away by breaking up or
cuturing). Secara umum pengertian diskusi adalah suatu proses yang
melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan
saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling
mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan
sebuah masalah tertentu (problem solving).6
Menurut Asep Supriyana, diskusi adalah bentuk tukar pikiran
dalam musyawarah. Biasanya beberapa orang bertukar pikiran tentang
masalah khusus. Masalah yang didiskusikan itu adalah masalah yang
menyangkut kepentingan bersama. Menurut Jos Daniel Parera, diskusi
merupakan satu bentuk tukar pikiran, satu bentuk pembicaraan secara
teratur dan terarah.7
Hakikat diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan
masalah-masalah dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu,
diskusi merupakan suatu kegiatan kerja sama atau aktivitas koordinatif
yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi
oleh seluruh kelompok. Diskusi juga diartikan sebaai pertemuan ilmiah
untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.8
Tujuan diskusi dikelompokkan dalam tiga hal:
1. Tujuan dan Kebutuhan Logis
Diskusi menjadi tempat konsultasi untuk menambah pengetahuan,
mendapat informasi, meluaskan pengalaman dan membuka
pandangan. Selain itu, diskusi menjadi tempat koordinasi, karena
adanya kontak dan komunikasi.
2. Tujuan dan Kebutuhan Manusiawi
Diskusi menjadi tempat untuk mendapatkan pengakuan/
penghargaan, menampilkan kelompok/individu, menyatakan
partisipasi, memberikan dan mendapat informasi serta menunjukkan
interaksi.

6
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2018), h.121-122.
7
Jos Daniel Parera, Belajar Mengemukakan Pendapat, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
1984), h. 190.
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Op.cit, h.334.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 69


3. Tujuan dan Kebutuhan Diskusi itu Sendiri
Diskusi menjadi tempat tukar menukar informasi, tempat
mempertajam pengertian, pendapat, menjadi tempat konsultasi dan
penggugahan pendapat, tempat menyiasati masalah, menganalisais
masalah, menyelesaikan masalah, memberikan motivasi dan
keyakinan, mengembangkan kerja sama serta meramalkan
partisipasi.9
Diskusi juga mempunyai tujuan umum dan khusus. Tujuan umum
melatih siswa/peserta diskusi berpikir praktis, melatih mengemukakan
pendapat dan mengharai pendapat orang lain, menumbuhkan dan
mengembangkan sifat senang bekerja sama dengan orang lain, melatih
untuk berperan serta secara aktif dan berbuat konstruktif terhadap
suatu masalah, dan mengembangkan ide peserta dalam memecahkan
masalah yang memerlukan musyawarah.10
Tujuan khusus diskusi mengatasi masalah yang dihadapi individu
atau kelompok yang berhubungan dengan mata pelajaran (kurikulum),
menyelesaikan masalah yang bersifat sosial dan berhubungan dengan
tingkah laku, menentukan/menemukan kesatuan pendapat dan sikap
dalam memecahkan masalah.
Dalam segala bidang kurikuler dan semua pelajaran sehari-hari,
setiap anak berganti-ganti berbicara dan menyimak sebaik kelompoknya
membuat rencana-rencana yang ditemui, menyarankan pemecahan,
penyelesaian, jalan keluar, serta melaporkan kemajuan yang diperoleh.
Dia akan turut serta dalam kelompoknya mendiskusikan gambar-
gambar yang terdapat dalam buku pegangan dan buku lainnya, ikut
serta dalam kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam suatu studi sosial atau
kesatuan ilmu, darmawisata kelas yang harus dilaksanakan, masalah
lapangan permainan yang menyangkut keselamatan anak-anak yang
lebih muda, dan pertanyaan-pertanyaan serta masalah-masalah bantuan
bagi penduduk yang tertimpa bencana alam, dan lain-lain.
Kalau kita menginginkan anak-anak kita menjadi warga negara yang
bertanggung jawab di kelak kemudian hari, maka tugas dan tanggung
jawab para pendidik serta orang tua memberikan bimbingan kepada

Parera, op.cit., h. 190-191.


9

10
Suharyanti, Pengantar Dasar Keterampilan Berbicara, (Surakarta: Yuma Pustaka,
2011), h. 39-40.

70 Keterampilan  Menyimak
mereka dalam mengikuti kegiatan-kegiatan konversasi dan diskusi
tersebut. Anak-anak harus mengetahui hak-hak serta kewajiban-
kewajiban mereka sebagai anggota, baik sebagai pembicara maupun
sebagai penyimak. Kepada mereka harus ditanamkan rasa saling
menghormati: siapa yang ingin dihargai oleh orang lain haruslah pula
menghargai orang lain; kalau kita ingin agar kita disimak orang lain,
maka kita pun harus berusaha menyimak orang lain secara atentif.
Percakapan dan diskusi menempa kita menjadi anggota masyarakat
yang aktif, reseptif, responssif, atentif, dan terbuka menerima pendapat
dan pendirian orang lain. Percakapan dan diskusi mendidik kita menjadi
warga masyarakat yang berdisiplin, yang mengetahui apa yang menjadi
hak dan tanggung jawab, kewajiban, dan tahu persis bila saatnya
memberi dan kapan saatnya menerima, kapan saatnya berbicara dan
kapan pula saatnya menyimak.

F. Laporan
Bagi anak-anak yang menduduki kelas-kelas yang lebih tinggi, laporan
merupakan suatu tugas dan tanggung jawab penting. Bahkan anak
taman kanak-kanak pun dapat melaporkan pengalaman-pengalaman
pertamanya, seperti tamasya di hari Minggu ataupun mengenai anak
kucingnya yang baru lahir, kedatangan pamannya dari kampung
membawa banyak buah-buahan.
Selama penyajian suatu laporan, para penyimak haruslah mengikuti
rencana organisasi sang pembicara, pilihan serta urutan ide-idenya,
harus berusaha menyaring informasi yang melengkapi informasi yang
telah ada dalam pikiran dan harus dapat mengevaluasi keautntikan atau
kebenaran hal-hal yang dikatakan oleh sang pelopor.11
Laporan-laporan memang diperlukan bila kelompok-kelompok kecil
ikut serta bekerja dalam panitia yang ada hubungannya dengan suatu
kegiatan kelas; bila seorang individu mengamati atau membaca untuk
mempelajari jawaban bagi suatu pertanyaan yang timbul dalam suatu
kegiatan belajar, atau bila dia mengadakan suatu percobaan.
Dalam KBBI, laporan berasal dari kata lapor yang berarti beri tahu.
Laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan; berita. Contohnya,
laporan khusus yang dibuat karena diminta atasan atau karena keperluan

11
Tarigan, Op.cit, h.148.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 71


mendadak yang berhubungan dengan kejadian yang luar biasa atau
khusus. Sedangkan laporan administrasi adalah pemberian bahan
atau keterangan secara objektif dan berdasarkan kenyataan di bidang
personel, materil, keuangan, dan tata kantor.12
Selanjutnya, dari masa taman kanak-kanak sampai kelas-kelas
yang lebih tinggi, banyak sekali kesempatan timbul bila seorang anak
menyimak cerita, baik cerita yang dituturkan kepadanya ataupun yang
dibacanya dengan suara yang nyaring. Guru atau teman-teman sekelas
dapat membacakannya dari buku-buku, mereka, mereka juga dapat
menceritakan kisah-kisah, ataupun menceritakan serta menghubungkan
dongeng-dongeng berdasarkan pengalaman pribadi. Mereka pun dapat
pula bersama-sama menulis kreatif, memberi responss dengan sepenuh
hati, mengikuti pengembangan alur atau isi cerita, membayangkan
atau mengimajinasikan gerak lakon yang disorot, memotret dan
menafsirkan perasaan-perasaan serta motivasi-motivasi para tokoh
cerita (Dawson, et all, 1963: 157-7). Di samping itu, apresiasi pun turut
pula ditingkatkan bila anak-anak menyimak pembacaan puisi dan ikut
serta dalam berbicara bersama dan membaca bersama (choral speaking
and choral reading).
Proses belajar-mengajar yang bersifat dua arah dan laporan-laporan
sangat banyak melibatkan anak-anak dalam kegiatan menyimak. Anak-
anak harus disuruh dan dibiasakan banyak membaca. Untuk memeriksa
sampai di mana pemahaman mereka terhadap isi bahan bacaan, mereka
pun diminta membuat rangkuman tertulis, dan secara tidak sadar kita
telah memupuk serta meningkatkan keterampilan menulis mereka.
Rangkuman yang berupa laporan tertulis itu dapat pula dibacakan di
muka kelas, atau isi bacaan itu dapat diceritakan dengan kata–kata
sendiri pada teman-teman kelas, yang sekaligus pula merupakan latihan
bagi keterampilan berbicara. Pada saat mereka membacakan laporan itu,
teman-teman sekelasnya disuruh menyimaknya baik-baik.
Jadi jelaslah alangkah banyaknya kejadian dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat dilaporkan oleh anak-anak kepada guru dan
teman sekelas dalam rangka meningkatkan keterampilan berbahasa,
khususnya keterampilan berbicara dan menyimak.

12
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Op.cit, h.790.

72 Keterampilan  Menyimak
G. Radio, Televisi, Rekaman, dan Telepon
Kehidupan modern menuntut kegiatan menyimak yang lebih
meningkat. Pada masa kini kebanyakan rumah tangga memiliki satu
atau lebih jenis-jenis perlengkapan radio, televisi, dan telepon. Segala
jenis menyimak yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya
dituntut dalam berbagai ragam situasi menyimak, antara lain:
a. Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif secara menyeluruh.
Contoh kegiatan menyimak sekunder:
1) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau
tari-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang
terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada
seorang teman.
2) Sambil menikmati musik, kita harus ikut berpartisipasi dalam
kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah
liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah.13
b. Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversional
(conversation listening) ataupun menyimak sopan biasanya
berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang menarik
perhatian semua orang yang hadir. Contoh menyimak sosial seperti,
sekumpulan anak yang sedang berbincang-bincang dengan teman-
temannya, mereka sedang membicarakan sesuatu kemudian teman-
teman yang lain tersebut saling meresponss perihal pembicaraan
tersebut, atau kalau kita dipanggil berbicara di telepon.
c. Menyimak apresiasif, bila drama yang baik atau musik yang merdu
dipagelarkan atau dipentaskan.
d. Menyimak eksplorasif (exploratory listening) adalah yang bersifat
menyelidiki yang merupakan bentuk menyimak intensif dengan
maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu yang lebih terarah atau
lebih sempit. Contoh menyimak eksploratif adalah jika ada
seseorang yang memberikan informasi tentang cuaca, maka kita
akan menggali informasi tersebut benar atau tidak, untuk menjadi
fakta kebenarannya.

13
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Berbahasa, (Bandung:
Angkasa Bandung, 2015), h. 40-41.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 73


e. Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif
yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan
perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara
karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan. Contoh
menyimak interogatif adalah berupa pertanyaan seperti apa, siapa,
mengapa, di mana, ke mana, untuk apa, benarkah, dan sebagainya.
f. Menyimak konsentratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan
dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik
terhadap informasi yang diperdengarkan.14 Menyimak konsentratif
bertujuan untuk:
1) Mengikuti petunjuk-petunjuk
2) Mencari hubungan antar-unsur.
3) Mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu
komponen.
4) Mencari butir-butir infomasi penting.
5) Mencari urutan penyajian bahan simakan.
6) Mencari gagasan utama bahan simakan.
g. Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian
kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan
benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat
yang dapat diterima oleh akal sehat. Contoh menyimak kritis adalah
apabila masalah-masalah penting didiskusikan oleh para politikus
dan para pakar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Sarana-sarana itu menuntut banyak kegiatan menyimak dan
juga dapat mengembangkan serta mempertinggi mutu keterampilan
menyimak. Sebaliknya dapat terjadi, sarana-sarana canggih itu
dapat pula membuat orang tidak menyimak, sebagai gantinya justru
menghilangkan atau mematikan minat dan kemampuan menyimaknya.
Apabila radio dan televisi dipasang atau dihidupkan berjam-jam terus-
menerus, maka jelas bahwa kegiatan menyimak itu akan memutuskan
percakapan ataupun diskusi kelompok keluarga. Sebaiknya jika anak
ingin mendengarkan atau menyimak rekan-rekannya, program televisi
menarik yang ditontonnya harus dikesampingkan dan menganggapnya
tidak ada. Meskipun praktiknya banyak orang yang terpaku kalau
ada siaran langsung pertandingan olahraga seperti: sepak bola; tenis;

14
Tarigan, Ibid, h.49.

74 Keterampilan  Menyimak
pertandingan tinju; kemudian pagelaran musik, acara hiburan, gosip,
dan berita.
Tetapi bagaimanapun juga seorang guru harus berusaha sekuat
daya membimbing anak-anak yang mempunyai kecenderungan untuk
“mematikan” atau “menganggap sepi” setiap penyajian yang kurang
atau tidak dapat menarik perhatiannya. Sang guru harus berupaya agar
penampilannya di muka kelas waktu mengajar benar-benar menarik
dan efektif, kalau dia ingin memikat hati dan terus menarik minat para
siswa yang bertindak sebagai pendengar, sebagai pemirsa.
Secara khusus dapat kita lihat bahwa situasi dan suasana sekolah
sering kali menuntut perpanjangan waktu menyimak oleh kelompok-
kelompok besar, seperti pada pertemuan-pertemuan dan acara-acara
sekolah. Sering pula sebagian terbesar dari pada anak-anak justru
terlalu muda atau sudah terlalu besar untuk tertarik pada acara
tertentu. Dalam hal ini staf pengajar haruslah dapat meyakinkan bahwa
penyajian-penyajian tersebut disesuaikan dengan kedewasaan latar
belakang serta perhatian para pemirsa, penyimak muda itu. Kalau
tidak, maka tidak usah kita heran bila kebiasaan-kebiasaan menyimak
yang jelek serta kekurang sopanlah yang menjadi akibatnya. Bahkan
walaupun misalnya suatu program disesuaikan dengan baik bagi pemirsa,
toh setiap guru sebaiknyalah mempersiapkan anak-anak didiknya buat
menyimak dengan penuh perhatian, dengan cara mengadakan diskusi
pendahuluan, telaah gambar-gambar, menceritakan suatu kisah, atau
sarana-sarana lain yang dapat membangun suatu latar belakang serta
membangkitkan hasrat dan gairah mereka untuk menyimak dengan
saksama, cermat, dan tepat (Dawson, et all, 1963: 1958).

H. Internet dan Media Sosial


Dunia telah dalam genggaman. Itulah slogan yang sering didengung-
dengungkan saat ini. Sejak diperkenalkannya komputer untuk pertama
kalinya pada publik tahun 1964, model-model komputer mulai
berkembang. Sepuluh tahun kemudian pada 1974, komputer pribadi alias
personal computer (PC) mulai dipasarkan. Enam tahun kemudian industri PC
sudah menjadi bisnis US$1 miliar. Prestasi ini dimonumenkan oleh majalah
Time sebagai Machine of The Year 1983 – menggantikan predikat tradisional

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 75


Man of The Year. Setahun kemudian Apple merilis komputer Machintosh. Pada
tahun 1987, tercatat 25 juta PC terjual di Amerika Serikat.15
Pada tahun 1975, hal serupa ditanggapi dengan cepat oleh Bill Gates
dengan impiannya, “Sebuah komputer pada setiap meja dan di setiap
rumah”. Kurang dari 25 tahun kemudian, ia berujar lagi: “Komputer
pribadi tak akan pernah mati. Memang komputer akan berubah bentuk
menjadi bentuk-bentuk tertentu. Tapi akan selalu menjadi mesin
serbaguna. Kita akan sangat bergantung padanya”.
Saat ini internet sudah menjadi istilah yang akrab dalam keseharian
kita Internet, jaringan pintar yang menghubungkan komputer dan
manusia, pada tingkat tertentu, sudah menjadi semacam kebutuhan
bagi orang yang membutuhkan informasi dan komunikasi. Menjadi
ikon utama bagi kemajuan ranah teknologi dan informasi (TI), internet
telah mengubah cara orang berpikir, bekerja, berbelanja, belajar, dan
berkomunikasi.16
Lebih lanjut, Budi Putra menulis, tidak salah lagi planet bumi
yang kita tempati ini telah menjelma menjadi planet internet. Internet
berhasil mengubah wajah dunia dalam waktu relatif singkat. Berbagai
inovasi layanan, aplikasi, perangkat keras, perkakas multimedia, telepon
genggam, dan gadget, dengan sadar menempatkan internet sebagai titik
sentralnya. Dunia benar-benar sudah disatukan oleh jaringan pintar ini.
Tidak ada lagi batas geografis, bahkan tak ada lagi batas waktu.
Internet adalah singkatan dari Interconnected Networking yang
apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia berarti rangkaian komputer
yang terhubung di dalam beberapa rangkaian jaringan. Internet
merupakan salah satu hasil dari kecanggihan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi buatan manusia. Rahmadi (2003) dalam
modul pembelajaran internet mengatakan bahwa internet merupakan
sebuah sebutan untuk sekumpulan jaringan komputer yang dapat
menghubungkan berbagai situs akademik, pemerintahan, komersial,
organisasi, hingga perorangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa internet

15
Budi Putra. Planet Internet (Jaringan Pintar yang Mengubah Dunia). (Tangerang:
Logicom Publications, 2002), h. xxiv.
16
Ibid, h. xxvi.

76 Keterampilan  Menyimak
mampu untuk menyediakan askes untuk layanan telekomunikasi dan
berbagai sumber daya informasi untuk jutaan pemakaiannya yang
tersebar di seluruh dunia.17
Internet memiliki berbagai macam layanan yang meliputi
komunikasi secara langsung seperti email dan juga chatting, diskusi
seperti Usenet News, email dan juga milis serta sumber daya informasi
yang terdistribusi (World Wide Web, Gopher), remote login, dan lalu
lintas file (Telnet, FTP), dan lain-lainnya.
Menurut Strauss, El-Ansary, Frost ((2003), p8) internet adalah
seluruh jaringan yang saling terhubung satu sama lain. Beberapa
komputer-komputer dalam jaringan ini menyimpan file, seperti halaman
web, yang dapat diakses oleh seluruh jaringan komputer.
Pengertian internet secara umum (menurut bahasa) adalah
kumpulan dari jaringan komputer yang terhubung dan bekerja sebagai
suatu sistem. Sedangkan pengertian internet secara khusus adalah suatu
jaringan komputer terbesar di dunia karena menghubungkan seluruh
jaringan komputer yang ada di dunia ini. Sedangkan jaringan adalah cara
untuk menghubungkan beberapa komputer sehingga setiap komputer
yang ada di dalamnya bisa saling berhubungan dan berbagi sumber daya.
Beberapa layanan populer di internet yang menggunakan protokol
di atas, ialah email/surat elektronik, Usenet, Newsgroup, berbagi berkas
(File Sharing), WWW (World Wide Web), Gopher, akses sesi (session access),
WAIS, finger, IRC, MUD, dan MUSH. Di antara semua ini, email/surat
elektronik dan World Wide Web lebih kerap digunakan, dan lebih banyak
servis yang dibangun berdasarkannya, seperti milis (Mailing List) dan
Weblog. Internet memungkinkan adanya servis terkini (Real-time service),
seperti web radio, dan webcast, yang dapat diakses di seluruh dunia.
Selain itu melalui internet dimungkinkan untuk berkomunikasi
secara langsung antara dua pengguna atau lebih melalui program
pengirim pesan instan seperti Camfrog, Pidgin (Gaim), Trilian, Kopete,
Yahoo! Messenger, MSN Messenger dan Windows Live Messenger.“
Internet tidak membatasi diri untuk setiap definisi tertentu. Namun
secara umum internet dapat didefinisikan sebagai kabel atau nirkabel

17
Penggunanaan dan Pengertian Internet, http://repository.unpas.
ac.id/13120/5/BAB%20II.pdf, diakses Selasa, 26 Maret 2019, pukul 6:49.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 77


yang saling berkomunikasi yang bertujuan untuk mengirimkan
informasi”. (Engineers Garage)
Jadi jelas menurut penulis, setiap orang harus mampu menyimak
internet dengan baik dan mengerti apa kelebihan dan kekurangannya.
Melalui internet – yang bermula dari proyek militer Amerika pada tahun
1960-an -- manusia bisa disatukan dan bisa dipisahkan oleh informasi-
informasi yang tumbuh subur dan sangat mudah diakses di internet.
Contoh kasus terbaru adalah bertebarannya berita fitnah atau hoaks
dan massif sejak pemilihan Presiden tahun 2014 lalu.
Banyak media-media online yang tidak jelas statusnya. Salah satunya
adalah sindikat konten Saracen. Fitnah yang ditebarkan oleh sindikat
konten tersebut memang terbukti ampuh memecah dan menggerus
suara Jokowi saat itu. Masyarakat percaya dengan berita-berita palsu
yang mereka sebarkan. Bahkan dalam laporan yang ditulis Tempo, sejak
dalang dan orang-orang di belakang Saracen berhasil dibekuk, ujaran
kebencian di internet berkurang hingga 50%.
“Sejak penangkapan, konten negatif di dunia maya berkurang lebih dari
50 persen,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri,
Komisaris Besar Polisi Martinus Sitompul di Gedung Divisi Humas
Polri, Jakarta, Selasa, 5 September 2017.18
Itu artinya sindikat tersebut sebelum dibekuk berhasil
“menghitamkan” media online (daring) yang ada di internet. Mereka
berhasil menghasut dan memfitnah, sehingga banyak orang percaya
dengan berita palsu tentang Jokowi saat itu, seperti isu tentang PKI,
Kristen, Cina, dan sebagainya. Isu itu bahkan dipercaya juga oleh banyak
kalangan akademisi. Bahkan yang mirisnya kebencian itu mengakar dan
membabi buta, terpupuk hingga sekarang.
Sebagai penyimak yang baik, kita tidak boleh langsung mempercayai
apa yang dituliskan oleh media hitam (“abal-abal”). Kemampuan
berpikir, latar belakang, dan pengetahuan kita harus dikerahkan untuk
memfilter kebenaran sebuah berita daring yang beredar di internet.

18
Tempo.co.id, “Saracen Dibekuk, Ujaran Kebencian di Internet Berkurang
50 Persen “
https://nasional.tempo.co/read/906326/saracen-dibekuk-ujaran-kebencian-
di-internet-berkurang-50-persen/full&view=ok, diakses Selasa, 26 Maret 2109,
pukul 11:14.

78 Keterampilan  Menyimak
Sebab pengguna internet di Indonesia tahun ini meningkat tajam.
Jumlah pengguna internet di Indonesia diproyeksikan tembus
175 juta pada 2019, atau sekitar 65,3% dari total penduduk 268 juta.
Peningkatan pengguna internet terutama ditopang oleh semakin
meluasnya penggunaan ponsel pintar (smartphone) dan selesainya
proyek penggelaran kabel fiber optic Palapa Ring yang menyambungkan
jaringan internet ke seluruh wilayah Indonesia. Angka proyeksi tersebut
meningkat 32 juta, atau 22,37% dibandingkan survei terakhir Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 yang mencatat
pengguna internet sebanyak 143 jutaan.19
Saat ini, proyek Palapa Ring paket Barat dan Tengah sudah selesai
100%. Setelah Paket Timur bisa dituntaskan pada semester I-2019 maka
semua kabupaten/kota bisa terjangkau internet. Proyeksi peningkatan
jumlah pengguna internet yang signifikan itu pun diharapkan bisa
memberikan dampak positif ke berbagai kegiatan produktif yang akan
mendongkrak ekonomi nasional, terutama ekonomi digital termasuk
di dalamnya perdagangan secara elektronik (e-commerce).
Selain itu, pemerintah juga menyediakan layanan untuk penyimak
yang baik dan kritis. Kominfo memberikan beberapa tips untuk
menangkal berita hoaks, seperti:

1. Waspada dengan judul berita yang provokatif


Umumnya berita hoax (hoaks) diberi judul yang sensasional dan
provokatif, contohnya saja langsung menunjuk ke pihak tertentu. Isi
beritanya pun bisa diambil dari berita media resmi, tapi sudah ada
beberapa info yang diubah supaya membuat pemikiran sesuai yang
diinginkan si pencipta hoaks Jadi sebelum termakan dengan judul dan
mencerna info di berita tersebut, sebaiknya Anda telusuri dulu dengan
cara mencari berita yang serupa dari media resmi. Kemudian bandingkan
isi keduanya, apakah sama atau bertolak belakang. Bila jawabannya
adalah bertolak belakang, bisa dipastikan itu merupakan berita palsu.

19
Beritasatu.com. 2019, Pengguna Internet Tembus 175 Juta, https://
id.beritasatu.com/telecommunication/2019-pengguna-internet-tembus-175-
juta/184148. Diakses Rabu, 27 Maret 2019, pukul 9:56.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 79


2. Periksa Faktanya
Cara mengatasi berita hoaks adalah dengan memeriksa fakta dari
berita yang tersebar. Periksa sumbernya, apakah dari institusi resmi
atau tidak. Apabila informasinya berasal dari pelaku ormas, pengamat,
atau tokoh politik, jangan cepat untuk mempercayainya. Perhatikan
juga keberimbangan sumber berita tersebut dengan mencari sumber
lainnya supaya Anda bisa membandingkan gambaran yang utuh dan
keaslian info di dalamnya.
Setelah itu, amatilah jenis berita yang Anda baca, dibuat
berdasarkan fakta atau opini. Fakta merupakan peristiwa yang terjadi
dengan kesaksian dan bukti, sedangkan opini merupakan pendapat dari
penulis berita sehingga bisa cenderung bersifat subjektif.

3. Teliti Keaslian Foto


Konten berita tidak hanya berupa teks, tapi juga disertakan foto-foto,
bahkan video untuk mendukung isi berita tersebut. Namun berkat
kecanggihan teknologi digital, kini foto dan video pun bisa diedit untuk
memengaruhi pembaca. Di sini Anda harus meneliti keaslian media
tersebut menggunakan mesin pencari Google. Caranya adalah dengan
melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Kemudian
Anda akan mendapatkan hasil pencarian yang menyajikan gambar-
gambar serupa yang ada di internet untuk Anda bandingkan.

4. Telusuri Alamat Situs


Beberapa berita bahkan berani mencantumkan alamat situs atau
link (tautan) supaya terkesan asli. Namun jangan langsung percaya.
Anda wajib untuk menelusuri alamat situs tersebut apakah sudah
terverifikasi sebagai institusi pers resmi atau belum. Biasanya situs
yang menggunakan domain blog kurang bisa diakui kebenarannya.
Dalam catatan Dewan Pers, ada sekitar 43.000 situs di Indonesia
yang mengklaim sebagai portal berita, tapi baru 300 situs yang sudah
terverifikasi sebagai situs berita resmi. Itu artinya ada puluhan ribu
situs yang berpotensi untuk menyebarkan berita palsu di internet yang
perlu Anda waspadai.

5. Bergabung dengan Grup Anti-Hoaks


Cara mengatasi berita hoaks terakhir yang bisa Anda lakukan adalah

80 Keterampilan  Menyimak
dengan bergabung dalam grup anti-hoaks yang kini sudah banyak
terdapat di internet. Misalnya saja di Facebook ada beberapa fanpage
dan grup diskusi anti-hoaks, seperti Forum Anti Fitnah, Hasut, dan
Hoax (FAFHH), Grup Sekoci, Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster,
dan Fanpage Indonesian Hoaxes. Dalam grup-grup tersebut, Anda bisa
membaca klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain atau bertanya
apakah sebuah informasi yang Anda baca merupakan hoaks atau
bukan.20
Kominfo bahkan membuka untuk melaporkan berita hoaks.
Menurut situs ini, jika Anda mendapati adanya berita hoaks, terutama
yang sudah masuk dalam taraf yang membahayakan, tak ada salahnya
untuk melaporkannya pada pihak media sosial tempat tersebarnya
berita tersebut. Biasanya masing-masing media sosial sudah memiliki
fitur report untuk konten atau komentar yang diketahui melanggar.
Seperti pada Facebook, terdapat fitur report status dan di dalamnya ada
pilihan kategori jenis pelanggaran. Jika terdapat banyak aduan dari
penggunanya, maka Facebook akan menghapus status tersebut.
Mesin pencari Google juga memiliki fitur feedback untuk melaporkan
situs dari hasil pencarian bila mengandung informasi palsu. Lalu di
Twitter terdapat fitur report tweet untuk melaporkan kicauan yang
negatif. Begitu pula di Instagram, ada fitur report sebagai spam atau
konten yang tidak pantas.
Selain langsung di media sosial, Anda juga bisa membuat
pengaduan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Caranya adalah dengan mengirimkan e-mail ke alamat aduankonten@
mail.kominfo.go.id. Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga
menyediakan laman data. turnbackhoax.id untuk menampung aduan
hoaks dari netizen. Laman tersebut sekaligus berfungsi sebagai database
berisi referensi berita hoax.
Demikianlah cara mengatasi berita hoaks yang bisa Anda coba.
Netizen yang juga sebagai penyimak, harus lebih cerdas dan selektif
dalam menelaah isi berita, jangan mudah terpancing. Apabila masing-

20
Kominfo, “5 cara Mengatasi Berita Hoaks di Internet” https://www.
baktikominfo.id/en/informasi/pengetahuan/5_cara_mengatasi_berita_hoax_di_
internet-607. Diakses Selasa, 26 Maret 2019, pukul 6:28 WIB

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 81


masing individu menerapkannya, maka tidak ada lagi kekacauan yang
disebabkan oleh adanya penyebaran berita palsu. Buat Indonesia bebas
hoaks demi perdamaian dan kerukunan seluruh masyarakat.
Selain itu sebagai penyimak yang telah menggunakan fasilitas
internet yang besar, kita juga jangan serta-merta menyebarkan berita
yang memuat foto-foto sadis atau video para teroris menghabisi
targetnya. Karena dengan membantu menyebarkannya, artinya kita
memberi dukungan kepada teroris itu untuk menyebarkan misinya dan
misi mereka tercapai menebarkan intimidasi, kerusuhan, dan keresahan
di kalangan masyarakat.
Selanjutnya, salah satu imbas dari jaringan pintar internet ini
adalah berkembang luasnya media sosial. Media sosial atau yang sering
disebut sebagai social media (sosmed) mulai dikenal di Indonesia sejak
8 tahun yang lalu.
Kehadiran media sosial (Facebook, Twitter, Youtube, Flickr, Path,
Instagram, Blog, Skype, Snapchat, dan Messaging Apps seperti: Whatsapp,
Line, Blackberry Messanger, Yahoo Messanger, Google Talk, dan lain
sebagainya) adalah torehan sejarah yang telah membawa perubahan
dalam proses komunikasi manusia. Proses komunikasi yang selama ini
dilakukan hanya melalui komunikasi tatap muka, komunikasi kelompok,
komunikasi massa, berubah total dengan perkembangan teknologi
komunikasi virtual, khususnya internet.
Perubahan itu bisa dilihat pada tempat umum di mana orang lebih
asyik berkomunikasi dengan gadget yang mereka miliki daripada dengan
orang-orang yang berada di dekatnya.21
Media sosial (sering disalahtuliskan sebagai sosial media) adalah
sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki,
forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan
bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di
seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan
media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet

21
Elvi Susanti, “Glosarium Kosakata Bahasa Indonesia dalam Ragam Media
Sosial”, journal.uinjkt.ac.id/index.php/dialektika/article/download/5188/pdf, vol 3, no
2 tahun 2016, h.2, diakses pada hari Selasa, 19 Maret 2019, pukul 00:21.

82 Keterampilan  Menyimak
yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.22
Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk
majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki,
podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial.
Dengan menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian
(kehadiran sosial, media kekayaan) dan proses sosial (self-presentasi,
self-disclosure) Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi
untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka
diterbitkan dalam 2010.
Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial, yaitu:
(1) Proyek kolaborasi yang merupakan situs web mengizinkan
penggunanya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun
menghapus konten-konten yang ada di situs web ini. Contohnya
wikipedia.
(2) Blog dan microblog
User (pengguna) lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di
blog ini seperti curhat ataupun mengkritik kebijakan pemerintah.
Contohnya Twitter.
(3) Konten
Para pengguna dari pengguna situs web ini saling membagi konten-
konten media, baik seperti video, ebook, gambar, dan lain-lain.
Contohnya YouTube
(4) Situs jejaring sosial
Aplikasi yang mengizinkan pengguna untuk dapat terhubung
dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung
dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto,
tulisan, dan video. Contoh Facebook
(5) Virtual game world
Dunia virtual, mereplikasikan lingkungan 3D, di mana pengguna
bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta

22
Wikipedia, Media Sosial, https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial#cite_
note-Kaplan,_Andreas_M._2010-1, diakses Rabu, 27 Maret 2019, pukul 20:32.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 83


berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata.
Contohnya game daring.
(6) Virtual social world
Dunia virtual yang di mana penggunanya merasa hidup di dunia
virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang
lain. Namun, virtual social world lebih bebas, dan lebih ke arah
kehidupan, contohnya second life.
Media sosial juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pesan
yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa ke
berbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet;
pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper;
dan pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media
lainnya; serta penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.23
Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi-konsekuensi
proses komunikasi. Proses komunikasi yang terjadi membawa
konsekuensi di tingkat individu, organisasi, dan kelembagaan. Selain
itu dari sisi kebahasaan marak ditemukan istilah-istilah yang berkaitan
dengan keberadaan media sosial tersebut. Istilah itu ada yang merupakan
bawaan dari negara asal yang menciptakan keberadaan media sosial
tersebut, ada juga yang merupakan kreativitas dari para pemakainya.
Istilah-istilah yang diperoleh dari media sosial itu ikut menambah
perbendaharaan kosakata bahasa lisan Indonesia.Tidak tertutup
kemungkinan istilah tersebut menjadi bahasa resmi yang menambah
perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia.
Berdasarkan riset dari We Are Social, perusahaan media sosial
asal Inggris, bersama Hootsuite menyebutkan dari total 268,2 juta
penduduk, 150 juta di antaranya menggunakan media sosial dan itu juga
menyiratkan pengguna media sosial di Indonesia meningkat. Lembaga
riset ini menunjukkan waktu yang dihabiskan untuk menggunakan
media sosial di Indonesia mencapai 3 jam 26 menit. Itu menunjukkan
sebagian besar penduduk di Indonesia telah melek dengan media sosial.24

23
Elvi Susanti, opcit. h.3.
24
Wartakota, “Hasil Riset Pengguna Media Sosial di Indonesia, Ternayata
Ada Peningkatan”, Senin 11 Februari 09:12, http://wartakota.tribunnews.
com/2019/02/11/hasil-riset-pengguna-media-sosial-di-indonesia-ternyata-ada-
peningkatan, Senin, 11 Februari 2019 09:12, diakses Sabtu, 30 Maret 2019, pukul
22:40.

84 Keterampilan  Menyimak
Dari riset ini, pengguna media sosial di Indonesia memiliki angka
penetrasinya sekitar 56%. Hasil riset yang diterbitkan 31 Januari 2019
itu memiliki durasi penelitian dari Januari 2018 hingga Januari 2019.
Hasilnya, terjadi peningkatan 20 juta pengguna media sosial di Indonesia
dibanding tahun lalu. Generasi milenial, seperti dilansir Infokomputer,
yang umum disebut generasi Y serta generasi Z mendominasi penggunaan
media sosial. Pengguna media sosial di Indonesia paling banyak berada
pada rentang usia 18-34 tahun. Pengguna pria lebih mendominasi, di
mana pada rentang usia 18-24 tahun, jumlahnya mencapai 18%, lebih
unggul dari pengguna wanita dengan persentase 15%.
Sementara pada rentang usia 25-34 tahun, persentase pengguna
pria 19%, lebih besar dibanding pengguna wanita yang 14%. Perangkat
mobile seperti smartphone atau telepon pintar dan tablet masih menjadi
perangkat favorit yang digunakan 130 juta pengguna media sosial aktif
Indonesia, dengan jumlah 48%. Jika dilihat lebih dalam, hampir seluruh
pengguna media sosial di Indonesia menggunakan aplikasi pesan instan
seperti WhatsApp atau Line.
Penetrasi pengunaan aplikasi pesan instan sebesar 100%,
sementara aplikasi media sosial kontribusi engagement-nya mencapai
92%. Sementara orang-orang Indonesia banyak menghabiskan waktu 3
jam 26 menit untuk menggunakan media sosial dengan segala tujuan.
Angka tersebut meningkat tiga menit dari tahun lalu. Sebanyak 37%
pengguna internet memanfaatkan media sosial untuk bekerja. Di tingkat
global, penetrasi penggunaan media sosial untuk bisnis individual
mencapai 24%. Rata-rata, satu pengguna internet di Indonesia memiliki
setidaknya 11 akun berbagai media sosial.
Di sisi lain, media sosial juga merupakan ladang rezeki bagi banyak
orang, terutama para Youtubers. Youtube menjadi salah satu media yang
paling banyak diakses belakangan ini. Menurut CEO Youtube Susan
Wojcicki, tercatat pada pertengahan 2018 ada 1,8 miliar pengguna
terdaftar yang menonton setiap bulannya. Hal tersebut menjadikan
Youtube sebagai media sosial yang digandrungi masyarakat untuk sarana
hiburan mereka, seperti menonton video tutorial make up, komedian
hingga berbagai macam film.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 85


Bila si pemilik akun Youtube menyuguhkan konten dengan tema
yang menarik, lucu dan bermanfaat bagi orang banyak, maka tak bisa
dipungkiri akan banyak orang juga yang akan menonton hasil karyanya.
Bahkan dengan senang hati mereka yang menonton juga akan menjadi
pelanggan setia atau subscriber akun Youtube tersebut. Jelas hal ini menjadi
sebuah keuntungan bagi si pemilik akun atau Youtuber. Dengan jumlah
subscribers dan viewers besar, maka Youtuber bisa mendapatkan banyak
penghasilan dari Google Adsense yang berupa iklan pada setiap tayangan
videonya. Beberapa Youtuber di Indonesia kini sudah mendapatkan
penghasilan puluhan hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya, bahkan
ada juga yang sudah menembus hingga miliaran rupiah.25
Berikut beberapa Youtuber yang sudah populer dan terkaya di
Indonesia yang sudah di-updet Cermati.com per Maret 2019 dari
berbagai sumber: Salah satu anggota Gen Halilintar, yakni Atta
Halilintar kini menjadi urutan pertama Youtuber yang memiliki
jumlah subscriber terbanyak se-Asia Tenggara, yaitu mencapai 12
juta dengan jumlah penonton hingga mencapai ratusan juta orang dari
413 video yang diunggahnya.
Pemilik nama lengkap Muhammad Attamimi Halilintar ini sangat
konsisten dalam menyuguhkan konten-konten yang menjadi andalannya
berupa social prank hingga berkunjung ke rumah-rumah kalangan
artis untuk melihat-lihat isi rumahnya. Walaupun videonya terbilang
sederhana tapi Atta berhasil meraup penghasilan Rp 633 juta hingga
Rp10,1 miliar per bulannya.
Urutan kedua adalah pasangan selebritas Raffi Ahmad dan
Nagita Slavina. Selain menjalankan profesinya sebagai artis di dunia
pertelevisian, kedua pasangan ini juga mencoba peruntungannya lagi
menjadi Youtuber dengan channel Rans Enternainment. Video yang
diunggahnya seputar kegiatan keseharian mereka dan anaknya, Rafathar.
Tak jarang juga mereka berkolaborasi dengan artis-artis lainnya. Hal ini
tentunya membuat subscriber Rans terus bertambah yang kini mencapai
5,5 juta dengan penghasilan yang cukup fantastis Rp439 juta – Rp7

25
Cermati, “8 Youtuber Terpopuler dan Terkaya di Indonesia”, 8 Meret 2019,
https://www.cermati.com/artikel/8-youtuber-terpopuler-dan-terkaya-di-
indonesia, diakses Sabtu, 30 Maret 2019, pukul 23:44.

86 Keterampilan  Menyimak
miliar setiap bulan.
Selanjutnya pada posisi ketiga ada Ria Ricis, yang tidak hanya
populer di Instagram saja, tapi juga sangat populer di Youtube. Wanita
yang akrab disapa Ricis ini memiliki karakter yang selalu ceria dan
konsisten mengunggah video yang lucu dan kocak di akun Youtube-nya.
Meski baru dibuat di awal 2016 lalu, channel Ricis Official ini langsung
mencuri perhatian para pengguna Youtube, sehingga tak heran jumlah
viewers (pemirsanya) bisa mencapai ratusan juta dari 469 video dan
kini jumlah subscriber (pelanggan) Ricis sudah mencapai 10 juta.
Dengan jumlah penonton dan pengikut sebanyak itu, bisa diperkirakan
Ricis bisa mendapatkan penghasilan bulanannya bisa mencapai Rp363
juta – Rp5,8 miliar.
Zara Nugroho di posisi keempat mempunyai jumlah pelanggan
yang masih sedikit 1,6 juta, tetapi gadis kelahiran Mei 2012 ini sudah
meraup penghasilan Rp250 juta – Rp 4 miliar per bulan dari 954 video
yang telah diunggahnya.
Pasangan suami istri Baim dan Paula yang belum lama menikah
ini juga tak mau ketinggalan. Setelah resmi menjadi suami dan istri,
pasangan ini langsung membuat Youtube channel yang diberi nama Baim
Paula. Dari video-video yang disuguhkan berupa prank, keromantisan
hingga challenge berhasil memikat hati penonton. Dengan jumlah
pelanggan yang mencapai 3,2 juta, pasangan yang sangat akrab disebut
Bapau ini menduduki ranking lima dan mendapatkan banyak uang dari
Youtubenya, yakni per bulannya mencapai Rp 240 juta – Rp3,8 miliar.
Baru tujuh bulan berjalan saja sudah mendapat penghasilan sebanyak
itu, apalagi sudah mencapai tahunan.
Bagi para pecinta game, Youtube channel MiawAug yang dimotori
oleh Reggy Prabowo ini tentu sudah tidak asing lagi. Menggunakan
kombinasi suara kucing dan anjing, Reggy memuat berbagai video
mengenai informasi teknologi baru. Bukan hanya itu saja, pemilik
channel dengan 4,3 juta subscriber ini juga konsisten memuat
permainan game Clash of Clans yang disukai banyak orang. Penghasilan
dari Youtubenya per bulannya mencapai Rp 226 juta – Rp 3,6 miliar
dan menjadikannya menempati urutan ke-6.
Channel milik keluarga pebisnis Gen Halilintar yang berada di
urutan ke-7 juga menjadi salah satu yang paling banyak ditonton

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 87


di Indonesia. Bagaimana tidak video yang diunggah selalu menarik
perhatian masyarakat, seperti aktivitas mereka yang kerap bepergian
keliling dunia untuk berbisnis atau hanya sekadar berwisata.
Uniknya lagi, keluarga yang terdiri dari pasangan Halilintar Anofial
Asmid dan Lenggogeni Faruk serta 11 anaknya selalu bepergian bersama
tanpa membawa asisten rumah tangganya untuk mengurus anak-
anaknya. Inilah yang membuat keluarga Halilintar semakin popular
di Indonesia hingga mancanegara. Kini dengan jumlah pelanggan 6,7
juta, Youtube channelnya berhasil mendulang uang Rp 215 juta – Rp
3.4 miliar per bulan.
Di posisi kedelapan ada Raditya Dika yang dikenal sebagai salah
satu komedian tanah air. Sebagaimana karakternya di kesehariannya,
unggahan video pria yang sering disapa Bang Radit ini juga identik
dengan muatan komedi, tapi sekarang ini juga sering mengunggah video
kegiatan sehari-hari bersama sang istri, Anisa. Berkat konsistensinya
menyuguhkan konten-konten yang menarik, kini penulis novel
“Kambing Jantan” itu mempunyai pemirsa mencapai ratusan juta dan
menghasilkan uang sekitar Rp 137 juta – Rp 2,2 miliar per bulannya.
Hal menarik lainnya dari menyimak media sosial ini adalah
menyimak layanan media sosial Instagram. Sebuah infografis yang
dibuat oleh Dimancy menunjukkan antusiasme pengguna media sosial.
Beberapa fakta menarik tentang Instagram (IG) yang penting diketahui
adalah:26
1. Angka engagement di IG 58 kali lebih besar dibandingkan Facebook.
2 Seseorang menghabiskan waktu sekitar 53 menit untuk membuka IG.
3. Sebagian besar konsumen mengambil keputusan membeli setelah
melihat iklan di IG.
4. Pengguna aktif IG mencapai 500 juta pengguna dalam sehari.
5. Lebih dari satu miliar pengguna aktif setiap bulannya.
6. IG stories digunakan 400 juta kali dalam sehari.
Dari berbagai ulasan di atas dengan beberapa kelebihan dan
kekurangan media sosial, jelaslah sebagai penyimak harus memosisikan
dirinya menjadi penyimak yang baik dengan memanfaatkan ragam

26
@jasa.instagram, “Fakta Instagram yang Harus Kamu Ketahui”,
https://www.instagram.com/p/BviGYa2hHPY/?utm_source=ig_share_
sheet&igshid=p8gxycznvtde, diakses Minggu, 31 Maret 2019, pukul 9:08.

88 Keterampilan  Menyimak
menyimak intensif dan ekstensif yang ada. Penyimak harus menggunakan
setiap kesempatan untuk mendapatkan hal-hal bermanfaat dalam
hidupnya.

I. Aneka Alasan Menyimak


Seseorang yang sedang menyimak, tentu saja memiliki beberapa
alasan tertentu dalam kegiatan menyimak tersebut. Saat kita berada
di dalam suatu forum diskusi, kita diharuskan untuk memperhatikan
dan menyimak pemateri yang memberikan materi di dalam forum
diskusi tersebut. Tentu saja, dalam hal itu dapat kita simpulkan bahwa
menyimak dalam kondisi tersebut memiliki alasan, bahwa penyimak
ingin memperoleh manfaat dari pemateri tersebut.
Manusia selalu memiliki keinginan atau memiliki aneka alasan
dalam menyimak yang berbeda-beda. Oleh karena itu, di bawah ini
adalah beberapa dasar dari aneka alasan menyimak:
1. Ingin memperluas pandangan dan pengertian.27 Salah satu alasan
biasanya dilakukan oleh seseorang dalam menyimak adalah ingin
memperluas pandangannya dan bertukar pikiran pada orang lain.
Sehingga orang tersebut memiliki argumentasi-argumentasi atau
beberapa sudut pandang, yang mana ketika argumentasi tersebut
dibandingkan dan disatukan bisa menjadi pemikiran yang baru
dan lebih akurat. Oleh karenanya, tidak sedikit orang yang ketika
menyimak dengan alasan tersebut memiliki gagasan-gagasan yang
kuat serta akurat.
2. Karena ingin menjadi orang yang sopan santun28. Menjadi seseorang
yang sopan santun salah satunya adalah dengan cara memperhatikan
atau menyimak lawan bicara ketika sedang berdiskusi. Dengan
cara menyimak lawan bicara yang sedang berdiskusi, maka lawan
bicara kita akan lebih merasa dihormati. Karena itulah, salah satu
cerminan kesopanan dalam diri kita adalah dengan seberapa mampu
kita bisa menyimak lawan bicara.
3. Karena ingin memikat hati orang lain.29 Tentu saja pada setiap jiwa
manusia memiliki keinginan untuk mendapatkan hati orang lain.
Banyak orang yang menggunakan berbagai cara untuk memikat hati

27
Tarigan, op.citI, h. 153.
28
Ibid., h. 151.
29
Ibid., h. 151-153.

Bab  4  |    Aneka  Situasi  Menyimak 89


orang, salah satunya adalah menyimak. Dengan cara menyimak
secara seksama cerita dari orang lain maka orang lainpun akan
merasa terpesona oleh kita, yang karenanya mau menjadi pendengar
dan penyimak yang baik. Oleh karena itulah, menyimak dapat
dijadikan sebuah alasan untuk memikat hati orang lain.
4. Ingin mencari keuntungan uang. Beberapa orang yang bekerja
sebagai wartawan haruslah memiliki keterampilan menyimak
yang sangat baik. Mulai dari memetakan permasalahan hingga
menemukan akar permasalahan dari narasumber. Ketika seorang
wartawan atau jurnalis memiliki kemammpuan menyimak yang
sangat baik, maka berita yang ditulispun akan berisikan sesuatu
yang bermanfaatdan tidak menutup kemungkinan akan menjadi
berita yang populer. Oleh sebab itu, perusahaan koran akan
berdampak pada meningkatnya penjualan bacaan berita seperti
koran atau majalah.
Aneka alasan menyimak di ataslah yang pada umumnya menjadi
alasan-alasan seseorang menyimak. Tentunya masih banyak alasan aneka
menyimak yang belum disebutkan. Oleh karena itu, empat hal tersebut
cukup untuk menjadi contoh alasan-alasan menyimak.

90 Keterampilan  Menyimak
BAB  5
METODE DAN MEDIA
PEMBELAJARAN MENYIMAK

A. Metode Menyimak
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan
cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran1.
Efektivitas pembelajaran menyimak sangat ditentukan oleh kemampuan
guru dalam mendesain pembelajaran menyimak yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa. Oleh sebab itu, implikasi dari kondisi ini
perlu dipilih sebuah metode pembelajaran menyimak yang baik dan
menarik. Penggunaan metode serta strategi pengajaran khususnya pada
kompetensi menyimak harus memenuhi kriteria berikut:
1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
3. Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun
kelompok.
4. Memudahkan siswa memahami materi pelajaran.
5. Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.

1
Umi Hijriyah, Menyimak Strategi dan Implikasinya dalam Kemahiran Berbahasa,
(Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Raden Intan
Lampung, 2016), h. 85.

91
6. Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan
yang rumit.
7. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Saat kriteria metode menyimak, maka selanjutnya adalah
mempraktikkan metode menyimak tersebut. Sebab tidak hanya harus
menguasai materi pelajaran, guru dituntut terampil menyampaikan
materi kepada para siswa. Cara penyampaian materi ini disebut
dengan istilah metode pengajaran. Keterampilan menyampaikan bahan
itu akan tercapai apabila guru sudah mengenal, mengetahui, dan dapat
menerapkan metode pengajaran. Berikut ini metode atau strategi
pembelajaran menyimak:
1. Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung
terdapat5 fase yaitu demonstrasi, pembimbingan, pengecekan, dan
pelatihan.2
2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup
semua keterampilan berbahasa. Metode komunikatif berarti bahwa
pembelajaran menyimak harus berorientasi pada fungsi utama
bahasa, yaitu sebagai alat komunikasi.
3. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang
studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang
studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan
berbicara dan menulis. Berikut beberapa macam-macam metode
integratif yaitu:
a. Simak-Ulang Ucap
Metode Simak-ulang ucap biasanya digunakan dalam
memperkenalkan bunyi bahasa dan cara mengucapkannya.
Guru sebagai model membacakan atau mengucapkan, atau

2
Ibid., h. 86.

92 Keterampilan  Menyimak
memutar rekaman bunyi bahasa tertentu, seperti fonem, kata,
kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan, atau puisi-
puisi pendek dengan pelan-pelan, jelas, dan intonasi yang tepat.
Siswa meniru ucapan guru. Pengucapan kembali itu dapat
dilakukan secara klasikan, berkelompok, dan individual.3
b. Simak Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas
permintaan guru. Reaksi siswa dalam bentuk perbuatan. 4
c. Simak Terka
Guru mempersiapkan deskripsi suatu benda tanpa menyebutkan
nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan pada
siswa. Kemudian, siswa diminta menerka nama benda itu.5
d. Simak Tulis
Simak tulis biasa disebut dikte. Guru mempersiapkan bahan
yang disampaikan kepada siswa. Bahan itu dapat berupa fonem,
kata, kalimat, atau paragraf. Bahan itu disampaikan secara lisan
dan disalin kembali oleh siswa dalam buku kerjanya.
e. Memperluas Kalimat
Guru melisankan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kalimat
tadi dan mengucapkan pula kata atau kelompok kata lainnya.
Siswa melengkapi kalimat pertama dengan kata yang dilisankan
guru.
f. Bisik Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada siswa. Siswa
membisikkan pesan tersebut kepada siswa kedua. Siswa kedua
membisikkan pesan kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya.
Siswa terakhir menyebutkan pesan itu dengan suara jelas di
depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan tersebut benar-
benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
g. Identifikasi Kata Kunci
Kalimat yang panjang dapat dipendekkan dengan jalan
menghilangkan kata-kata yang bukan merupakan inti. Kata-

3
Budinuryanta Y, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), Cet. 2, h. 9.26
4
Ibid., h. 9.27.
5
Ibid., h. 9.28.

Bab  5  |  Metode  dan  Media  Pembelajaran  Menyimak 93


kata yang tidak mungkin dihilangkan inilah yang disebut “kata
kunci”.6
h. Identifikasi Kalimat Topik
Inti sebuah paragraf adalah kalimat topik. Paragraf dibangun oleh
kalimat topik beserta sejumlah kalimat penjelas. Kalimat topik
mungkin terletak pada awal atau akhir paragraf. Sesekali ditemui
juga kalimat topik berada pada bagian tengah paragraf. 7
i. Menyelesaikan Cerita
Guru mulai bercerita. Siswa mengikuti dan menyimak cerita
yang dilisankan itu. Pencerita pertama berhenti. Ceritanya baru
sebagian. Cerita itu dilanjut oleh pencerita kedua ketiga atau
keempat sehingga cerita itu selesai. 8
Cara mengajarkannya seperti memaksa siswa harus mengikuti,
menghayati, dan menyimak jalan cerita yang ditampilkan.
Giliran berikut setiap siswa mungkin ditunjuk oleh guru untuk
melanjutkan cerita itu.
j. Menjawab Pertanyaan
Latihan menjawab pertanyaan berdasarkan bahan akan sangat
menunjang pengembangan keterampilan menyimak. Ada
lima pertanyaan yang perlu diketengahkan, yakni siapa yang
berbicara, apa yang dibicarakan, mengapa hal itu dibicarakan,
dan kapan hal itu dibicarakan. Dalam taraf permulaan cukup
jawab satu per satu saja. Jika siswa sudah terlatih baru semua
pertanyaan diajukan dan dijawab.9
k. Merangkum
Merangkum atau menyingkat isi bahan simakkan berarti
menyimpulkan isi bahan simakkan secara singkat. Siswa
mencari inti sari dari bahan yang dilisankan. Bahan yang
dilisankan dapat berupa wacana, paragraf, atau cerita yang
pendek.10

6
Ibid., h. 9. 30.
7
Ibid., h. 9.31.
8
Ibid., h. 9. 33.
9
Ibid., h. 9. 34.
10
Ibid., h. 9. 36.

94 Keterampilan  Menyimak
l. Parafrasa
Parafrasa berarti alih bentuk. Pengajaran bahasa juga, parafrasa
biasanya diwujudkan dalam bentuk memprosakan puisi.
Kadang-kadang ditemui juga mempuisikan prosa. Guru
mempersiapkan sebuah puisi yang kira-kira cocok untuk siswa.
Puisi itu dibacakan dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa
menyimak kemudian menceritakan kembali isi puisi dengan
kata-kata sendiri.11
4. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit
pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan
tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas,
kontemporer, konkret, dan konseptual. Tema yang telah ditentukan
harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa.
Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika
yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis ke
konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.12
5. Metode Konstruktivitas
Metode konstruktivitas adalah belajar itu menemukan. Artinya,
meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka
melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar
informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Metode
konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif
strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan
metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar). 13
6. Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi

11
Kembong Daeng, dkk., Pembelajaran Keterampilan Menyimak, (Makassar: Badan
Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2010), h. 131.
12
Umi Hijriyah, Menyimak Strategi dan Implikasinya dalam Kemahiran Berbahasa,
(Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Pengabidan Masyarakat IAIN Raden Intan
Lampung, 2016), h. 86.
13
Ibid., h. 86.

Bab  5  |  Metode  dan  Media  Pembelajaran  Menyimak 95


dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar
menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan
sehari-hari. Adapun metode ini dapat diterapkan dalam salah satu
pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam situasi
dunia nyata.14

B. Media Pembelajaran Menyimak


Media Pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan
untuk menyampaikan pesan pembelajaran (Sanaky, 2011: 65). Menurut
Sutjipto (2011: 76), media pembelajaran adalah alat yang dapat
membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas
makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna15 dan Menurut Amalik,
1986: 43, (dalam Azhar, 2003:15-16), Pemakaian media pengajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru.
Membangkitkan motivasi dan semangat kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian
pesan, dan isi pelajaran pada saat itu.16
Jenis-jenis media menyimak menurut Rudy Bretz, ada tujuh
klasifikasi, yaitu:
1. Media audio-visual gerak yaitu meliputi penglihatan, pendengaran
dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar yang bergerak,
seperti: film bersuara, film pada televisi dan animasi
2. Menyimak audio-visual diam, yaitu media yang menampilkan suara
dan gambar diam, seperti: slide
3. Media audio-seni gerak, seperti: tulisan bergerak bersuara
4. Media visual bergerak, seperti: film bisu
5. Media visual diam, seperti: slide bisu, halaman cetak, dan foto

14
Ibid., h.87.
15
Endang Sri Maruti, Pengembangan Media Pembelajaran Keterampilan
Menyimak dan Membaca Berbasis Multimedia Interaktif, (Premiere Education
,No.1,1 Juni 2017), h. 49.
16
Rizmada Azzahra, Analisis Pembuatan Video Media Pembelajaran dalam
Mata Kuliah Pembelajaran Menyimak “, (Widyabastra , No.1, Juni 2017), h.10.

96 Keterampilan  Menyimak
6. Media audio, seperti: radio, telepon, dan pita audio
7. Media cetak, seperti: buku dan modul
Anderson (1976), mengelompokan media menjadi 10 golongan,
yaitu:
1.   Media audio
Media menyimak yang memusatkan pada suara tanpa adanya
gambar. Contoh: kaset audio, siaran radio, CD dan telepon.
2.   Media cetak
Contoh: buku pelajaran, modul, brosur, gambar, dan lain sebagainya.
3.   Media audio-cetak
Contoh: Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4.   Media proyeksi visual diam
Contoh: Over Head Transparansi (OHT) dan film bingkai
5.   Media proyeksi audio visual diam
Contoh: film bingkai (slide) bersuara
6.   Media visual bergerak
Contoh: film bisu
7.   Media audio visual bergerak
Contoh: film bergerak suara, video/VCD, Televisi.
Adapun manfaat pengunaan media video pada proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a.   Sangat membantu tenaga pengajar dalam mencapai efektivitas
pembelajaran.
b.   Memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam waktu
yang singkat.
c.   Dapat merangsang minat belajar peserta didik untuk lebih
mandiri.
d.   Peserta didik dapat berdiskusi atau meminta penjelasan pada
teman sekelasnya.
e.   Peserta didik dapat belajar untuk lebih berkonsentrasi.
f.   Daya nalar peserta didik lebih terfokus dan lebih kompeten
g.   Peserta didik menjadi aktif dan termotivasi untuk
mempraktikkan latihan-latihan
h.   Hal-hal yang bersifat abstrak dapat dikonkretkan.

Bab  5  |  Metode  dan  Media  Pembelajaran  Menyimak 97


8.   Media objek fisik
Contoh: Benda nyata atau model
9.   Media manusia dan lingkungan
Contoh: guru, pustakawan dan laboran.
10.   Media komputer
Contoh: Pembelajaran berbantuan komputer dan pembelajaran
berbasis computer.
Dari beberapa pengelompokan di atas, dapat disimpulkan bahwa
media terdiri dari:
1. Media visual: yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti: foto,
gambar, poster, kartun, grafik, dan lain sebagainya.
2. Media audio: yaitu media yang hanya dapat didengar, seperti: kaset
audio, MP3 dan radio.
3. Media audio visual: yaitu media yang dapat didengar sekaligus
dilihat, seperti: film bersuara, video, televisi, dan sound slide.
4. Multimedia: yaitu media yang dapat menyajikan unsur secara
lengkap, seperti: animasi. Multimedia sering diidentikkan dengan
komputer, internet, dan pembelajaran berbasis komputer.
5. Media realita merupakan yaitu media nyata yang ada di lingkungan
alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah
diawetkan, seperti: binatang specimen, herbarium, dan lain
sebagainya.17

C. Manfaat Media Pembelajaran Menyimak


Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting
adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini
saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
memengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih
ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media,
antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respons yang diharapkan
siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan
bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai

17
Ummysalam A.T.A Daludu, Buku Ajar Kurikulum Bahan dan Pembelajaran PLS,
(Yogyakarta : CV Budi Utama, 2017), h. 23.

98 Keterampilan  Menyimak
alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.18
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran
akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa
manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya,
mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana
saja dan kapan saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap
materi dan proses belajar
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh
Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan
banyak manfaat-manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media
pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang
dan waktu

18
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Adtya Bakti, 1994), h.12.

Bab  5  |  Metode  dan  Media  Pembelajaran  Menyimak 99


4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka,
serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata.
Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

D. Prinsip-prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran


Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran perlu
mempertimbangkan beberapa prinsip , yaitu:19
1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk semua tujuan.
Artinya suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran
tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk pembelajaran yang lain.
2. Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini
berarti bahwa media bukan hanya sekadar alat bantu mengajar
guru saja, tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan
komponen lain dalam perancangan pembelajaran. Tanpa alat bantu
mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi
tanpa media itu kurang maksimal.
3. Media apa pun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah
untuk memudahkan belajar peserta didik. Kemudahan belajar
peserta didik haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan
penggunaan suatu media.
4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran
bukan hanya sekadar selingan/pengisi waktu atau hiburan,
melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran
yang berlangsung.
5. Pemilihan media hendaknya objektif, yaitu didasarkan pada
tujuan pembelajaran, tidak didasarkan pada kesenangan pribadi
tenaga pengajar.
6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan
peserta didik. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan

19
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2017).

100 Keterampilan  Menyimak


media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk
tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula.
7. Kebaikan dan kekurangan media tidak tergantung pada kekonkretan
dan keabstrakannya saja. Media yang konkret ujudnya, mungkin
sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak
dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
8. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai
bagian yang integral dari sesuatu sistem pengajaran dan bukan
hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang
digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-
waktu dibutuhkan.
9. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar
yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses belajar mengajar.
10. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu
media pengajaran yang digunakan.
11. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan
suatu media pengajaran.
12. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis
bukan sembarang menggunakannya.
13. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari
macam media, maka guru dapat memanfaatkan multimedia yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan
juga dapat merangsang siswa dalam belajar.
Khusus dalam pembelajaran menyimak menurut penulis, banyak
media yang dapat digunakan. Media tersebut bisa berupa tape recorder
(kalau masih ada), film, CD ataupun DVD yang bisa ditonton ke layar
proyektor (materinya bisa berupa musik,pembacaan puisi, prosa, dan
drama), televisi, buku bacaan, dan sebagainya.

Bab  5  |  Metode  dan  Media  Pembelajaran  Menyimak 101


Anderson  (1976)  mengelompokkan  media  menjadi  10  golongan  yaitu:
No Golongan  Media Contoh  dalam  Pembelajaran
1 Audio Kaset  audio,  siaran  radio,  CD,  telepon
2 Cetak Buku  pelajaran,  modul,  brosur,  leaflet,  gambar
3 Audio-­‐cetak Kaset  audio  yang  dilengkapi  bahan  tertulis
4 Proyeksi  visual  diam Overhead  transparansi  (OHT),  film  bingkai  
(slide)
5 Proyeksi  audio  visual  diam Film  bingkai  (slide)  bersuara
6 Visual  gerak Film  bisu
7 Audio  visual  gerak Film  gerak  bersuara,  video/VCD,  televisi
8 Objek  fisik Benda  nyata,  model,  specimen
9 Manusia  dan  lingkungan Guru,  pustakawan,  laboran
10 Komputer CAI  (Pembelajaran  berbantuan  komputer),  CBI  
(Pembelajaran  berbasis  komputer)

E. Manfaat Metode dalam Pembelajaran Menyimak


Di samping menguasai materi pembelajaran, guru dituntut terampil
menyampaikan materi itu kepada siswa. Cara penyampaian materi ini
disebut dengan istilah metode pengajaran. Keterampilan menyampaikan
bahan itu akan tercapai apabila guru sudah mengenal, mengetahui,
menghayati, dan dapat menerapkan berbagai metode pengajaran.
1. Guru yang sudah mengenal, mengetahui, menghayati, dan dapat
menerapkan berbagai macam metode pengajaran menyimak akan
menguntungkan guru tersebut. Keuntungan tersebut seperti tertera
berikut ini. Pengajaran Menyimak Bervariasi Pengajaran menyimak
dapat dilakukan berbagai cara. Metode yang digunakan tergantung
kepada guru. Pengajaran Menyimak bervariasi sangat menunjang
minat dan gairah siswa.
2. Memecahkan berbagai masalah
Pemilihan metode menyimak yang tepat dapat menanggulangi:
a. Jumlah siswa yang terlalu banyak
b. Perbedaan kemampuan individu dalam kelas
c. Materi pelajaran yang kurang menarik
d. Lingkungan belajar yang kurang baik.
3. Meningkatkan rasa percaya diri
Guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan
berbagai teknik pengajaran menyimak akan tampil lebih
meyakinkan, percaya diri, dan menarik.

102 Keterampilan  Menyimak


4. Menggalakkan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan membina
keterampilan proses pemilihan dan penerapan metode pengajaran
menyimak yang tepat dapat menggalakkan CBSA dan membina
proses keterampilan.
5. Membangun suasana belajar yang baik
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat
akan menumbuhkan susasana belajar-mengajar yang baik. Guru
yang senang mengajar akan menyebabkan siswa pun senang belajar.
6. Memusatkan perhatian siswa
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat
membuat perhatian siswa terpusat pada pelajaran.
7. Penyampaian materi pembelajaran terarah
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat
menjamin penyampaian materi pelajaran yang terarah, efisien, dan
efektif.
8. Pengajaran yang lebih berhasil
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang
tepat lebih menjamin tercapainya tujuan pengajaran. Ini berarti
pengajaran pun akan berhasil dengan baik.
Pada hakikatnya, tidak ada metode yang baik dan buruk. Metode
itu netral, karena baik buruknya suatu metode tergantung kepada
guru itu sendiri. Suatu metode pengajaran yang baik dapat dikenal
ciri-cirinya, yaitu:
a. Menantang atau merangsang siswa untuk belajar
b. Mengaktifkan siswa dalam belajar
c. Mengembangkan kreativitas siswa, baik individu atau kelompok.20
d. Memudahkan siswa untuk memahami materi pengajaran
e. Mengarahkan aktivitas belajar siswa ke arah tujuan pengajaran
f. Mudah dipraktikan, tidak menuntun peralatan yang rumit.

Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas


20

Terbuka, 2008) , Cet. 2, h. 924-925.

Bab  5  |  Metode  dan  Media  Pembelajaran  Menyimak 103


[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB  6
MATERI MENYIMAK DI
SD, SMP, SMA

A. Materi Menyimak di SD
Tujuan utama pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil dalam
berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara,
terampil membaca, dan terampil menulis (Tarigan, 1985: 1). Pada
tahun 1949, Tulare Country Schools selesai menyusun sebuah buku
petunjuk mengenai keterlampilan berbahasa yang berjudul ”Tulare
Country Cooprative Language Arts Guide”.
Anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap operasional
konkret. Tahap operasional konkret tahapan umur siswa sekolah dasar
yang tidak dapat memahami operasi (logis) dalam pembelajaran tanpa
dibantu dengan benda-benda konkret. Hal itu menunjukkan bahwa
siswa sekolah dasar memerlukan benda-benda nyata sebagai bantuan
untuk mengikuti pembelajaran dengan senang, siswa juga memiliki
daya fantasi yang sangat tinggi.
Pada siswa sekolah dasar kemampuan menyimak menggunakan
media pembelajaran untuk mempermudah jalannya pembelajaran.
Sehingga apa yang mereka simak dapat diterima dengan baik.
Kemampuan menyimak siswa berbeda-beda melihat dari pengetahuan
yang mereka miliki.

105
1. Kelas satu
a. Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pikiran
atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan.
b. Dapat mengulangi secara tepat sesuatu yang telah didengarnya
c. Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan
2. Kelas dua
a. Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat
b. Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertian
c. Sadar akan situasi, kapan sebaiknya menyimak, kapan pula
sebaiknya tidak usah menyimak
3. Kelas tiga dan empat
a. Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu
sumber informasi dan sumber kesenangan
b. Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan
mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dangan maksud
tertentu serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
bersangkutan dengan hal itu
c. Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-
ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
4. Kelas lima dan enam
a. Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan,
kesalahan-kesalahan, propaganda-propaganda dan petunjuk-
petunjuk yang keliru
b. Meyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan
memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru
(Anderson, 1972: 22-3).1
Media yang dapat digunakan untuk membantu menyimak di jenjang
SD antara lain:

1
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi, (Bandung: Upi Press, 2007), h. 26.

106 Keterampilan  Menyimak


a. Gambar diam, misalnya lukisan, foto, gambar dari majalah
b. Gambar seri
c. Berupa gambar, denah atau bagan yang biasa digantungkan di
dinding
d. Berisi kata-kata dan gambar untuk mengembangkan kosakata.
Salah satu media yang dapat dimanfaatkan di antaranya adalah gambar.
Dengan gambar kita dapat membantu mempermudah anak-anak untuk
menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk bahasa, karena
gambar akan memberikan panduan dan inspirasi tentang apa dan
bagaimana yang harus ditulis. Selain itu, gambar yang menimbulkan
daya tarik pada diri siswa, mempermudah pengertian, dan memperjelas
bagian-bagian penting yang akan ditulisnya. Penggunaan gambar
sebagai media maupun sumber belajar di kelas sekolah dasar, agak
jarang dilakukan oleh para guru. Hal itu, karena menyiapkan gambar
bukanlah hal yang mudah. Walaupun tidak teramat sulit, menyiapkan
gambar untuk pembelajaran dapat menyita banyak waktu, bahkan perlu
biaya untuk mencarinya.
Selain itu, teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar
dapat dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton
terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui
penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran
lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang
dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar,
di antaranya adalah:

1. Teknik ulang-ucap (menirukan)


Teknik ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa
permulaan, baik belajar bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik
ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan dengan
pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata
yang sederhana, seperti “mata”, kemudian guru memperjelas kata
tersebut dengan cara mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari
tangannya untuk menunjuk salah satu bagian wajahnya, yaitu mata.
Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan jelas dan

Bab  6  |  Materi  Menyimak  Di  Sd,  Smp,  Sma 107


keras, siswa diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan
apa yang diucapkan guru. Langkah ketiga, guru memberikan latihan
ekstensif dengan mengulang kata-kata yang sudah dikenalkan, kemudian
menambah kosakata serta mengenalkan struktur kalimat kepada siswa
sampai siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat, dan akhirnya
menggunakan kata itu dalam struktur yang sederhana.

2. Teknik informasi beranting


Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian
informasi tersebut disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu
seterusnya, informasi disampaikan secara beranting. Siswa yang
menerima informasi terakhir, mengucapkan keras-keras informasi
tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu
apakah informasi itu tetap sama dengan sumber pertama atau tidak.
Jika tetap sama, berarti daya simak siswa sudah cukup baik, akan tetapi,
bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini berarti daya simak
siswa masih kurang.
Contoh: Informasi: Ibu membeli ikan tenggiri bersama Tuti tadi pagi.

3. Teknik satu mulut satu kelas


Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita
di hadapan siswa, dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum
siswa menyimak, guru memberi penjelasan tentang apa-apa yang pernah
disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru dapat meminta siswa,
misalnya:
a. menceritakan kembali isi materi yang disimaknya;
b menyebutkan urutan ide pokok dari apa yang disimak;
c. menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
d. menemukan makna yang tersurat dari apa yang disimaknya;
e. menemukan makna yang tersirat dari apa yang disimaknya;
f. menemukan ciri-ciri atau gaya bahasa yang digunakan dalam
wacana yang dibacakan;
g. menilai isi dari apa yang disimaknya.
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa tentu
saja harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Guru
dituntut untuk dapat membaca dengan baik sesuai dengan jenis wacana

108 Keterampilan  Menyimak


yang dibacanya dalam penggunaan teknik ini. Oleh karena itu, guru perlu
menyiapkan benar-benar bahan bacaan dan cara membacanya, jangan
sampai siswa mengalami kesulitan memahami isi yang disimaknya
hanya karena pembacaan yang kurang siap.

4. Teknik satu rekaman satu kelas


Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape recorder),
CD, telepon genggam, ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan
puisi, pidato, cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru
memberi petunjuk-petunjuk sebelum kaset/CD, dan telepon genggam
diputar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru memutar
rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa
diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa
belum dapat mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa
diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menguji
pemahamannya terhadap rekaman yang disimaknya, seperti:
a. Apa tema dari dongeng yang anak-anak simak?
b. Siapa yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
c. Bagaimana watak dari tokoh tersebut?
d. Sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut!

5. Teknik group cloze


Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana sekali,
siswa diminta menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi
wacana tersebut dengan cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan
paragraf berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata yang
dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana
dan mengisi tempat yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan
atau kelompok kata yang asli dari wacana yang dibacakan sebelumnya.

6. Teknik parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah
puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi
yang telah disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa selesai
menyimak, siswa secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi
puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.

Bab  6  |  Materi  Menyimak  Di  Sd,  Smp,  Sma 109


Dalam menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan
perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat
berjalan sesuai tujuan.

7. Teknik simak libat cakap


Sesuai dengan nama teknik ini, penyimak terlibat dalam pembicaraan.
Guru dapat menugaskan siswa mengadakan wawancara, misalnya
dengan guru wali, guru pengajar bahasa Bali, dan budayawan dalam
pelaksanaan teknik ini. Sebelum mengadakan wawancara, siswa diminta
menyiapkan apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai.
Tugas selanjutnya siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian
diserahkan kepada guru untuk teliti.

8. Teknik simak bebas libat cakap


Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang mementingkan
keterlibatan penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya
berlaku sebagai pemerhati yang penuh minat, tekun menyimak apa yang
disampaikan oleh pembicara sehingga penyimak dapat memahami isi
pembicaraan, tujuan pembicaraan, menganalisis apa yang dibicarakan,
serta akhirnya menilai isi pembicaraan.

B. Mendengarkan dan Membedakan berbagai Bunyi/Suara serta


Bunyi Bahasa
Khusus pembahasan ini dalam buku “Keterampilan Menyimak dan
Berbicara I (Buku Pengayaan untuk Sekolah Dasar) hanya menampilkan
gambar-gambar saja.2 Penulis mendeskripsikan menjadi beberapa
rangkaian kalimat yang memperlihatkan bagaimana anak SD pada
tingkat dasar (kelas 1) berlatih mendengar bunyi yang ada di sekitar
mereka. Benda-benda yang dijumpai dalam gambar dapat berbunyi
dan siswa bisa membedakan dan meniru suara itu. Perlun diingat
pada pembahasan ini lebih menekankan pada aspek mendengar dan
mendengarkan, belum pada tingkatan menyimak yang intensif.
Bunyi atau suara yang diperdengarkan berbeda-beda, karena
bendanya pun berbeda. Contohnya adalah bunyi kentongan, lonceng,

2
Engkus Kuswandi, Keterampilan Menyimak dan Berbicara I (Buku Pengayaan
untuk Sekolah Dasar), (Jakarta: CV Ipa Abong, 2008), h. 2-11.

110 Keterampilan  Menyimak


terompet, peluit. Selain benda-benda tadi, diperdengarkan juga bunyi
suara binatang. Seperti suara harimau mengaum, anjing menggonggong,
kucing mengeong, kambing mengembik, sapi melenguh, kuda
meringkik, dan burung berkicau.
Pada halaman berikutnya bunyi bahasa yang dapat dilambangkan
dan dikenalkan oleh guru dengan cara mengeja. Seperti guru akan
mengeja kata a-pel sambil menunjuk gambar sebuah apel, begitu juga
dengan mengeja mo-bil (gambar mobil) dan ha-ri-mau sambil menunjuk
gambar seekor harimau.
Cara lainnya adalah dengan mencocokkan gambar. Guru
menyebutkan nama-nama benda, binatang, buah-buahan yang ada di
sekitar. Murid akan menunjuk benda mana yang dimaksud oleh guru
mereka, seperti terlihat ada gambar apel, baju, celana, dasi, ember,
film, ikan, kelinci, gajah, harimau, zebra, lemari, nanas, sepeda,
perahu, vas bunga, topi, obat, pensil, sabuk, dan wortel. Siswa juga
bisa menirukan bunyi-bunyi bahasa yang dibacakan oleh guru atau
orang tua. Kemudian siswa juga dapat memberikan tanda pada lambang
bunyi uang ditunjukkan oleh gambar. Bunyi tersebut diperdengarkan
oleh guru atau orang tua.
Tingkatan berikutnya adalah murid diminta mendengarkan
deskripsi tentang benda-benda di sekitar dan menebak nama-nama
benda yang dideskripsikan guru/orang tua. Contohnya “Aku termasuk
jenis binatang. Tubuhku sangat besar. Daun telingaku juga sangat
besar. Aku mempunyai tenaga yang kuat. Hidungku sangat panjang,
namanya belalai. Siapakah aku?” Sebaliknya murid bisa menirukan atau
mengulangi yang dideskripsikan guru.

C. Mendengarkan Pesan Pendek dan Dongeng


Mendengarkan pembacaan teks pendek dilakukan dengan menyimak
cerita secara seksama dengan memperhatikan kosakata baru yang belum
dikenal. Misalnya menyimak nyanyian yang diperdengarkan guru atau
orang tua. Misalnya memperdengarkan lagu “Kupu-kupu” karya Ibu
Sud. Hal lain yang dilakukan ialah menyimak cerita yang dibacakan
oleh guru atau orang tua.3

3
Ibid, h.32-35.

Bab  6  |  Materi  Menyimak  Di  Sd,  Smp,  Sma 111


Anak di bangku awal sekolah juga mendengarkan isi pesan yang
disampaikan oleh guru atau orang tua. Misalnya, “Belajarlah dengan
baik, jangan nakal, tidak boleh jajan, dan pulang sekolah harus langsung
ke rumah!”
Menurut Piaget dalam anak usia Sekolah Dasar (SD) sudah
memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan sebab-akibat dan
mengenali banyaknya cara yang bisa ditempuh dalam menghadapi
permasalahan yang dialaminya. Struktur kognitif mereka pun semakin
berkembang seiring dengan makin tingginya jenjang pendidikan yang
mereka tempuh. Namun, dengan struktur kognitif yang semakin
berkembang jika dilihat dari sisi usia, anak usia SD masih menyukai
hal-hal yang berbau imajinasi atau khayalan.4
Berangkat dari pemikiran ini, materi menyimak sebuah cerita
(cerita rakyat) dapat diturutsertakan ke dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia karena dalam cerita rakyat siswa SD dapat ikut memikirkan
hubungan sebab-akibat dalam sebuah cerita yang mengandung banyak
unsur imajinasi.
Bahan pembelajaran menyimak cerita rakyat ini haruslah
dilandasi kriteria valid, bermanfaat, menarik, dan sesuai dengan
tingkat kematangan intelektual siswa. Bahan yang diajarkan pun harus
memiliki nilai manfaat bagi siswa. Artinya, dari bahan tersebut siswa
dapat mengambil sisi positif berupa pengalaman, pengetahuan, dan
pembelajaran hidup yang terkandung dalam cerita rakyat. Agar hal ini
dapat tercapai, maka bahan (cerita rakyat) yang disampaikan haruslah
menarik perhatian siswa.
Cerita rakyat yang disajikan adalah cerita yang sesuai dengan
usia siswa SD kelas 5 dan 6 (berkisar 10-11 tahun), pengetahuan dan
perkembangan kejiwaan, memancing munculnya daya tanggap, daya
imajinasi, daya pikir dan daya rasa mereka. Bahan cerita pun hendaknya
berada dalam batas intelektual siswa.
Apabila dikelompokkan, materi pembelajaran menyimak yang
berupa cerita dapat dibagi ke dalam beberapa jenis sebagai berikut.
Pertama, materi cerita berdasarkan great books atau bahan yang diambil

4
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 104.

112 Keterampilan  Menyimak


dari cerita-cerita rakyat yang dianggap menonjol atau terkenal. Misalnya
seperti cerita Malin Kundang, Tangkuban Perahu, dan lain sebagainya.
Kedua, materi cerita berdasarkan daerah tempat Sekolah Dasar itu
berdiri. Ketiga, materi cerita berdasarkan tema. Tema dapat dipilih
sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu. Misalnya saja saat itu sedang
dalam bulan Desember, maka cerita rakyat yang disajikan bisa saja
berasal dari tema Hari Ibu.
Ada dua metode yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
menyimak cerita rakyat, yakni metode langsung dan metode tidak
langsung. Metode langsung yang dimaksud adalah siswa diajak langsung
berhadapan dengan sebuah cerita rakyat dengan harapan mereka
dapat mengakrabi, merespons, dan menghayati isi cerita. Sedangkan
metode tidak langsung dilakukan dengan memberikan kegiatan-
kegiatan yang menunjang. Dalam kegiatan penunjang, maka cerita
rakyat tidak disajikan secara langsung atau pembelajaran tidak terfokus
pada menyimak cerita rakyat saja. Cerita bisa disajikan di sela-sela
pembelajaran lain sebagai intermeso.
Strategi pembelajaran diperlukan untuk memperoleh hasil yang
efektif dan efisien dalam menyimak cerita rakyat. Adapun strategi yang
dapat digunakan adalah sebagai berikut: mendengarkan atau menyimak,
identifikasi, tanya jawab atau diskusi dan tugas.
Langkah-langkah pembelajaran menyimak cerita rakyat demi
tercapainya tujuan belajar, antara lain: pertama, guru dapat memberikan
introduksi untuk mencairkan suasana dan membuat hubungan antara
siswa dengan guru menjadi lebih akrab sehingga siswa memperoleh
kesan nyaman ketika nanti akan disuguhkan materi cerita. Misalnya saja
guru menanyakan “Apa kabar?”, “Bagaimana keadaan kalian, sudah lelah
ya?” dan lain sebagainya. Lalu guru mulai menggiring siswa ke arah
materi dengan memperkenalkannya seperti,”Nah kalau kalian sudah
lelah, saya punya sebuah cerita menarik yang akan mengusir rasa lelah
kalian”. Sedikit kata-kata persuasi dapat menarik minat siswa untuk
mulai menyimak materi.
Kedua, setelah siswa setuju dan mulai penasaran dengan cerita
apa yang akan disajikan guru, maka guru dapat memulai menyajikan
ceritanya. Ketiga, setelah cerita usai siswa diajak untuk tanya jawab atau
diskusi sekitar isi cerita mulai dari siapa saja dan sifat-sifat tokohnya,
latar cerita, amanat apa yang terkandung dalam isi cerita dan tanggapan-

Bab  6  |  Materi  Menyimak  Di  Sd,  Smp,  Sma 113


tanggapan siswa mengenai isi cerita. Keempat, guru menyimpulkan hasil
diskusi dan memberikan alasan-alasan mengapa materi ini diberikan
kepada siswa.
Ada beberapa media yang dapat digunakan saat menyajikan cerita.
Guru dapat secara langsung bercerita dengan memperagakan gerakan-
gerakan tokoh yang diceritakan dengan sekali-sekali menyuguhkan
humor anak-anak agar siswa tidak bosan. Guru dapat pula menggunakan
media gambar-gambar runtutan peristiwa yang ada dalam cerita untuk
membangun imajinasi siswa. Selain itu, media penyampaian yang lebih
mudah adalah dengan menayangkan keseluruhan cerita secara utuh
melalui LCD dengan dukungan sound system. Biasanya banyak sekali
beredar video-video kartun yang berisi cerita-cerita rakyat. Guru juga
bisa membuat alat peraga sendiri berdasarkan kreativitas mereka yang
berhubungan dengan cerita.

D. Materi Menyimak di SMP


Setiap guru apa pun tingkatannya haruslah memiliki kompetensi, tak
terkecuali dengan guru SMP. Guru Sekolah Menengah Pertama dalam
kegiatan belajar-mengajar, sudah memiliki kompetensi sebagai guru
mata pelajaran. Artinya setiap guru hanya bertanggung jawab pada satu
mata pelajaran atau bidang studi saja. Berangkat dari dasar pemikiran
ini seharusnya guru pada jenjang ini dapat menghasilkan anak didik
yang lebih baik sesuai dengan harapan masyarakat.
Kemampuan menyimak siswa di bangku Sekolah Menengah
Pertama sudah lebih banyak dibandingkan dengan siswa Sekolah
Dasar, yang lebih sedikit memahami arti atau makna dari kosakata.
Kemampuan menyimak mereka akan lebih baik karena pada dasarnya
mereka sudah mempunyai kosakata yang cukup untuk dipahami. Selain
itu juga mereka akan lebih aktif dan yang pasti mereka mulai pandai
bicara dan bisa membantah hasil simakan yang mereka dengar.
1. Rancangan pembelajaran menyimak Bahasa Indonesia di SMP/
SLTP, antara lain:5
a. Membaca teks bacaan dan memahami isinya
b. Mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan

5
Novi Resmini dan Dadan Juanda, op.cit, h. 31.

114 Keterampilan  Menyimak


c. Mencari ungkapan/peribahasa dari bacaan dan memahami
artinya
d. Mencatat kata kerja dari bacaan dan mengelompokkannya
berdasarkan jenis imbuhannya
e. Mencari arti kata yang sukar dengan menggunakan kamus
f. Menuliskan isi bacaan
2. Tujuan pembelajaran khusus
Siswa dapat melakukan hal berikut:
a. Menjawab pertanyaan bacaan
b. Membuat pertanyaan bacaan
c. Mencari makna kata sulit, dan seterusnya
d. Mencari makna ungkapan
3. Metode/Teknik Pembelajaran
a. Penugasan
b. Tanya jawab
c. Latihan
d. Diskusi
4. Media yang digunakan:
a. Alat peraga
b. Audio visual
c. Menyimak langsung di lingkungan sekitar
Kesimpulannya, siswa SMP lebih bisa banyak mengetahui arti
dari kosakata yang nantinya akan membantu menjawab pertanyaan
atas bacaan yang telah dilihatnya, atau apa yang telah didengarkan
olehnya, sehingga dapat mencerna dan menjawab pertanyaan yang
diajukan. Siswa di SMP dapat membuat pertanyaan atas apa yang telah
disimaknya. Langkah berikutnya dapat mencari makna ungkapan atau
memahami apa maksud dari ungkapan-ungkapan yang diucapkan guru.
Contoh Menyimak di SMP:
Apabila saya menjadi seorang guru di salah satu Sekolah Menengah
Pertama (SMP) cara saya untuk menarik perhatian siswa agar mampu
menyimak dengan baik, saya akan mencoba menggunakan media
menyimak berupa alat peraga salah satu mata pelajaran, audio visual
seperti menggunakan media pembelajaran visual, dan media menyimak
secara langsung ke lingkungan sekitar.

Bab  6  |  Materi  Menyimak  Di  Sd,  Smp,  Sma 115


Apabila saya menjadi guru mata pelajaran Biologi kelas VII,
misalnya minggu pertama saya akan menerangkan bab 1 tentang
“Mikroskop, yaitu alat untuk melihat benda-benda yang sangat kecil
dan tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Saya sebagai guru harus bisa
mengendalikan semua siswa-siswi di kelas. Cara saya sebagai guru agar
semua siswa-siswi mau menyimak dengan baik, yaitu saya mencoba
membawa alat peraga berupa mikroskop. Pertama saya mengenalkan
apa itu mikroskop, bagian-bagian mikroskop, dan fungsi mikroskop,
kemudian agar siswa-siswi tidak terlalu jenuh saya mencoba memanggil
satu-satu dari setiap siswa ke depan kelas untuk menerangkan kembali
apa itu mikroskop dan yang paling penting adalah menerangkan bagian-
bagian mikroskop dan fungsinya kepada semua temannya, semua ini
dilakukan dengan tujuan agar siswa-siswi mampu mengingat kembali
dari mikroskop dan mampu mengendalikan perilaku teman-teman yang
duduk di bangku untuk memperhatikan teman yang sedang di depan.
Setelah beberapa orang ke depan untuk menerangkan apa itu
mikroskop, bagian-bagian mikroskop, dan fungsi mikroskop, kemudian
saya mencoba mengadakan kuis untuk mengetes apakah siswa-
siswi mampu mengingat dengan baik atau tidak dari hasil simakan
sebelumnya, dan terbukti ketika kuis diadakan banyak siswa yang
mengangkat tangan mau menjawab pertanyaan kuis yang saya buat.
Ternyata dengan adanya alat peraga mampu membuat siswa-siswi
mengingat dengan cepat apa yang diterangkan oleh guru sebelumnya,
sehingga cara ini baik untuk digunakan.
Tahapan menyimak berikut ini bisa digunakan untuk murid SMP.
Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
1. Menyimak secara sadar
Menyimak ini bersifat berkala, hanya terjadi saat siswa merasakan
terlibat langsung dalam pembicaraan.
2. Menyimak berseling atau ada gangguan.
Menyimak ini terjadi saat siswa mendengarkan secara intensif tetapi
bersifat sementara atau dangkal.
3. Setengah mendengarkan.
Saat mendengarkan, siswa menunggu kesempatan untuk
mengekspresikan isi hatinya, mengutarakan apa yang terpendam
dalam hatinya

116 Keterampilan  Menyimak


4. Menyimak bersungguh-sungguh.
Menyimak secara asyik dan nyata selama pemahaman pasif yang
sesungguhnya.
5. Menyimak sekali-kali
Pada saat menyimak, perhatian penyimak bergantian dengan
keasyikan dengan gagasan yang dikandung oleh kata-kata sang
pembicara ke dalam hati dan pikiran penyimak.
6. Menyimak sosiatif
Pada saat menyimak, penyimak mengingat pengalaman pribadi
sehingga sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi
terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara.
7. Menyimak secara berkala
Saat menyimak reaksi penyimak terhadap pembicara secara berkala
dengan membuat komentar atau membuat pertanyaan
8. Menyimak secara seksama
Menyimak secara seksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan
pikiran sang pembicara.
9. Menyimak secara aktif
Menyimak untuk mendapatkan serta menemukan pikiran dan
pendapat sang pembicara.
Sesuai dengan kurikulum 2013, materi menyimak diterapkan
pada bahasan memahami dan mencipta cerita fantasi. Setelah
mengidentifikasi unsur cerita fantasi, keterampilan menyimak dilakukan
siswa SMP/MTs dengan menceritakan kembali isi cerita fantasi yang
dibaca/didengar.6 Dalam buku SMP/MTs untuk siswa kelas 7 ini, siswa
diminta menceritakan kembali isi cerita fantasi yang dibaca/didengar.
Siswa diberi tugas untuk menentukan tokoh, latar, dan urutan
peristiwa dari cerita fantasi yang ada di buku teks. Kemudian siswa
disuruh mengisi tabel berdasarkan pemahaman mereka dengan
menguraikan isi cerita dengan bahasa sendiri. Siswa harus mengurutkan
kejadian yang dialami tokoh cerita, siapa tokoh dan watak tokoh yang
ada dalam cerita. Terakhir siswa mengelompokkan kejadian mana yang
mungkin terjadi dan tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Murid-murid

6
Titik Harsiati, dkk, Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII, (Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2017), h.54-59.

Bab  6  |  Materi  Menyimak  Di  Sd,  Smp,  Sma 117


juga harus menentukan unsur intrinsik cerita dengan mengurutkan
kejadian yang dialami tokoh, bagaimana proses petualangan dalam
cerita, bagaimana watak tokoh, dan menemukan buktinya pada teks.
Setelah itu guru menyuruh siswa berkelompok untuk menceritakan
isi cerita fantasi dengan bahasanya sendiri. Berdasarkan ringkasan
urutan peristiwa cerita fantasi, siswa diminta melakukan membentuk
kelompok yang terdiri atas 5 atau 6 orang. Tiap kelompok diundi
untuk ke depan kelas atau di luar kelas (tiap anggota ditempel kertas
bernomor 1-5). Kemudian guru memerintahkan nomor yang disebut
untuk memulai menceritakan isi cerita. Guru akan menghentikan dan
berpindah pada nomor yang lain untuk melanjutkan isi cerita. Selama
satu kelompok tampil, siswa kelompok lain menilai.
Penilaian dari siswa untuk teman-temannya yang tampil mengamati
berdasarkan format kelancaran penceritaan, ketepatan isi dengan cerita
yang dibaca, intonasi dan kejelasan lafal, kekompakan, kepercayaan diri.
Skornya dari yang terendah 1 hingga 4 yang tertinggi.

E. Materi Menyimak di SMA


Pada usia SMA para siswa biasanya lebih menerima sesuatu dengan
apa yang langsung dilihatnya, yang sesuai dengan logikanya. Para
siswa mampu mengoptimalkan apa yang disimak dan dilihatnya
secara langsung. Media yang ada, termasuk media pembelajaran visual
digunakan secara langsung ke lingkungan sekitar.
Agar siswa mau menyimak dengan baik, sesuai dengan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam akan dibahas mengenai bab tata
cara menyalatkan jenazah. Murid mungkin akan merasa jenuh dan tidak
langsung mengerti apa yang dijelaskan kalau hanya dengan diberikan
materi di dalam kelas. Meski semua siswa telah dibagikan modul tetapi
tidak semua mampu memahami dengan baik. Siswa-siswi diajak ke
masjid yang ada di sekolah untuk mempraktikkan langsung tata cara
menyalatkan jenazah.
Tata cara salat jenazah pertama yang dipraktikkan adalah
salat jenazah perempuan dengan bacaan nyaring, kemudian guru
mempraktikkan tata cara shalat jenazah laki-laki. Antara doa
shalat jenazah laki-laki dan perempuan itu berbeda, maka dengan
mempraktikkannya semua siswa-siswi mau menyimak dengan baik.
Langkah selanjutnya semua siswa-siswi mempraktikkan satu-satu di

118 Keterampilan  Menyimak


dalam masjid dengan bacaan yang nyaring. Hal ini membuktikan bahwa
dengan cara langsung mempraktikkan materi, membuat siswa-siswi
mampu menyimak dengan baik dan menyimpulkan masing-masing
dari materi yang telah disampaikan.
Ada beberapa alternatif pembelajaran menyimak yang dapat
dilakukan di SMU.
1. Menyimak penjelasan
2. Menyimak pidato
3. Menyimak laporan
4. Menyimak khotbah yang masuk dalam bagian pidato yang
menguraikan tentang ajaran agama, contohnya adalah khotbah
Jumat.
Seperti yang telah disinggung pada pembahasan sebelumnya,
salah satu komponen berbahasa dan bersastra adalah keterampilan
menyimak. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi
serta interpretasi untuk memproleh informasi, menangkap isi atau
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan
sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008: 31).
Selain itu, dalam Kurikulum Nasional terdapat materi tentang
mengidentifikasi puisi. Keterampilan menyimak merupakan salah satu
bentuk mengidentifikasi komponen penting yaitu suasana, tema, dan
makna dalam puisi. 7
Jadi, menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan
mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak merupakan
salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh
peserta didik dalam kehidupan dan proses kegiatan belajar mengajar.
Lingkup materi selanjutnya mengenai sastra. Kurikulum 2013
menunjukkan bahwa peserta didik harus mampu mengapresiasi sastra.
Sastra adalah fakta material yang fungsinya dapat dianalisis lebih seperti
orang memeriksa sebuah mesin. Sastra terbuat dari kata-kata, bukan

U Cantika, http://repository.unpas.ac.id/29192/4/8%20BAB%201%20
7

PENDAHULUAN.pdf, diakses Senin, 18 Februari 2019.

Bab  6  |  Materi  Menyimak  Di  Sd,  Smp,  Sma 119


objek maupun rasa, dan salah untuk melihatnya sebagai ekspresi dari
pikiran penulisnya (Terry, 2010: 3).
Di SMA materi menyimak dapat dihubungkan dengan karya sastra,
sebab sastra merupakan suatu kegiatan kreatif seseorang atau dapat
dikatakan sebagai sebuah karya seni yang mengandung keindahan.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik terhadap
sebuah karya sastra yakni dengan cara mengapresiasinya.
Kegiatan apresiasi sastra dapat menumbuhkan peserta didik dalam
berpikir kritis sekaligus merupakan kegiatan seni. Kemampuan berpikir
kritis dapat dilatih lewat analisis argumen sahih demi kesimpulan
tepat, yang pada akhirnya akan dijadikan patokan dalam pengambilan
keputusan (Pertiwi, 2015: 25). Kemampuan berpikir kritis peserta didik
untuk memperoleh informasi dan mengevaluasinya agar didapatkan
kesimpulan atau jawaban yang masuk akal. Sehubungan dengan
menyimak dan bersastra, dalam kurikulum 2013 terdapat materi tentang
mengidentifikasi suasana, tema, dan makna puisi. Materi ini merupakan
salah satu bentuk menyimak dan salah satu karya sastra yaitu puisi.
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Puisi mampu
menggambarkan perasaan penyairnya dengan rangkaian kata-kata yang
indah. Pradopo (2012: 7) mengungkapkan “Puisi itu mengekspresikan
pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi
pancaindera dalam susunan yang berirama”. Sehingga hal-hal yang
penting dalam puisi akan disampaikan terutama berkaitan dengan
suasana, tema, dan makna puisi.
Unsur-unsur pokok dalam sebuah puisi adalah: unsur penulisan
(padat, singkat, dan tepat yang disusun melalui baris dan bait); unsur
keindahan (irama, bunyi, dan nada); unsur perasaan (emosi, kesan, dan
pengalaman); unsur pikiran (logika, penggambaran, atau penafsiran
terhadap peristiwa); dan unsur makna (arti, pesan dan amanat). 8
Komponen-komponen penting di dalam sebuah puisi terdapat pada
unsur struktur batin puisi, yakni: tema, nada, perasaan, dan amanat.
Dalam teori L.A. Richard yang dikutip oleh Massi (2014: 6) mengatakan
bahwa ada empat unsur struktur batin puisi, yaitu:9

8
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2008), h. 73.
9
Ibid. http://repository.unpas.ac.id/29192/4/8%20BAB%201%20

120 Keterampilan  Menyimak


a. Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat
puisinya.
Tema puisinya biasanya mengungkapkan persoalan manusia
yang bersifat hakiki, seperti: cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan,
kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan, kebenaran, ketuhanan,
kritik sosial, dan protes.
b. Nada adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) dan
sikap penyair terhadap pembaca (tone). Nada sering dikaitkan
dengan suasana.
c. Perasaan adalah rasa penyair yang diungkapkan dalam puisi. Puisi
biasanya mengungkapkan perasaan gembira, sedih, cinta, dendam,
dan sebagainya. Perasaan yang diungkapkan penyair bersifat total,
artinya tidak setengah-setengah.
d. Amanat merupakan pesan atau himbauan yang disampaikan
penyair kepada pembaca, amanat sebuah puisi ditafsirkan secara
individual dari setiap pembaca. Pembaca yang satu mungkin
menafsirkan amanat sebuah puisi berbeda dengan pembaca lain.
Tafsiran pembaca mengenai amanat sebuah puisi tergantung dari
sikap pembaca itu terhadap tema yang dikemukakan penyair.
Pembelajaran mengidentifikasi komponen penting dalam puisi
menuntut peserta didik agar berperan aktif dalam pembelajaran.
Guru harus melatih peserta didik dalam aspek menyimak dan
membaca.
Tarigan (2008, hlm. 4) mengatakan “Menyimak dan membaca
mempunyai persamaan, kedua-duanya bersifat reseptif, bersifat
menerima”. Mereka dapat terampil pada kegiatan berbahasa tersebut.
Artinya peserta didik harus terampil dan mampu mengapresiasi sebuah
karya sastra dengan menyimak bagian-bagian penting terutama dalam
puisi yaitu suasana, tema, dan makna. Seperti yang sudah kita ketahui
sebelumnya bahwa dalam setiap pembelajaran pasti ada berbagai
kendala yang mempengaruhi peserta didik.
Tarigan (2008, hlm. 105) membagi delapan faktor yang
berpengaruh dalam menyimak. Faktor tersebut adalah faktor fisik,
faktor psikologis, faktor pengalaman, faktor sikap, faktor motivasi,
faktor jenis kelamin, faktor lingkungan, dan faktor peranan dalam

PENDAHULUAN.pdf,

Bab  6  |  Materi  Menyimak  Di  Sd,  Smp,  Sma 121


masyarakat. Faktor-faktor tersebut menjadi kendala seseorang dalam
melakukan kegiatan menyimak. Pembelajaran sastra merupakan bagian
dari bahasa sastra Indonesia. Pembelajaran sastra di SMA lebih banyak
ditekankan pada apresiasi sastra. Hal tersebut sesuai dengan kurikulum
yang menuntut pengalaman bersastra pada peserta didik. Peserta didik
kurang memperhatikan kegiatan menyimak dalam pembelajaran BI.
Ketidaktepatan media maupun metode pembelajaran memberi pengaruh
bagi peserta didik, baik dalam kemauan mengikuti pembelajaran atau
pun mengikuti belajar tanpa termotivasi.
Pembelajaran mengidentifikasi suasana, tema, dan makna puisi
harus menggunakan media atau metode yang menarik bagi peserta
didik. Maka dari itu, media atau metode pembelajaran yang menarik,
peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam
menyimak dan bersastra. Guru merupakan motivasi yang besar
bagi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
memperhatikan pada saat pembelajaran berlangsung.
Guru yang hebat adalah guru yang kreatif, inovatif, dan aktif yang
bisa membangkitkan gairah peserta didik untuk belajar. Tiga hal tersebut
dapat mengatasi ketidaktertarikan peserta didik dalam menyimak puisi.
Guru tidak hanya berteori saja, guru pun harus mendorong peserta didik
untuk berpikir serius dan kreatif dalam menghadapi suatu permasalahan
belajar. Serta guru harus mempunyai jiwa sastra yang lahir secara alamiah
untuk lebih memotivasi peserta didik dalam kegiatan apresiasi sastra.
Guru dapat mengantisipasi minat peserta didik yang tidak tertarik
menyimak puisi dengan metode dan media pembelajaran yang inovatif.
Salah satu media pembelajaran inovatif untuk pembelajaran menyimak
dengan mengidentifikasi komponen penting dalam puisi adalah media
audivosial. Media ini mampu merangsang peserta didik dalam penerapannya
melalui pandangan dan pendengarannya untuk membangkitnya daya simak
siswa. Media audio visual pun tidak akan membuat peserta didik bosan
di kelas. Media ini juga dapat menambah motivasi peserta didik dalam
belajar dan menyimak sekaligus melihat gambar.
Selain itu, metode cooperative learning merupakan salah satu metode
yang juga bisa dimanfaatkan saat kegiatan berlangsung. Metode ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk saling bekerja sama.
Menuntut peserta didik untuk gesit, bersemangat dalam menerapkan
apa yang mereka pelajari secara bersama.

122 Keterampilan  Menyimak


BAB  7
MENYIMAK DIALOG RESMI
DAN NON RESMI

A. Menyimak Dialog
Dialog merupakan percakapan dalam sandiwara, cerita; karya tulis
yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.
Sedangkan dialog batin (sastra) merupakan kata-kata yang diucapkan
oleh pemain untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya tanpa
ditujukan kepada pemain lain.1
Dialog dikenal juga sebagai percakapan, merupakan contoh yang
baik dari komunikasi secara interaktif dan interpersonal yang alami.
Percakapan merupakan bentuk kooperatif yang berharga (Hatch & Long
via Douglas Brown, 2000: 255).2
Bahasa yang digunakan dalam percakapan tatap muka termasuk
penggunaan bahasa dapat digunakan untuk mendeskripsikan
penyimpangan kaidah penggunaan aturan bahasa. Analisis wacana
percakapan tersebut dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami
bahasa dan pemakainya.

1
KBBI, Op.cit, h. 324.
2
Nurhidayati, “Menyimak Dialog”, http://staffnew.uny.ac.id/
upload/132296142/pendidikan/MENYIMAK+DIALOG.pdf diakses Senin, 1
April 2019, pukul 10:46.

123
Pemanfaatan percakapan dalam pembelajaran bahasa adalah: (1)
mengangkat sebuah topik percakapan yang berkaitan dengan penggunaan
bahasa verbal dan nonverbal; (2) pengembangan percakapan mengikuti
aturan pergantian alih tutur sesuai dengan fungsi interaksi dari bahasa;
(3) penggantian dan penghindaran topik memberikan efek penggunaan
bahasa verbal dan nonverbal sangat mendukung pemahaman percakapan
yang sedang berlangsung; (4) pembatasan topik dilakukan apabila dalam
percakapan tersebut mempunyai beberapa kesulitan dalam penguasaan
bahasa.
Selain percakapan verbal dalam dialog juga bisa menggunakan
bahasa isyarat. Fungsi perangkapan (redundancy) adalah bahasa isyarat
digunakan untuk menyampaikan pesan bersamaan dengan penyampaian
pesan secara verbal. Fungsi lain adalah sebagai pengganti (substitution)
yaitu bahasa isyarat yang digunakan untuk menggantikan pesan bahasa
verbal. Kemudian ada fungsi pelengkap (complementation), yaitu bahasa
isyarat melengkapi apa yang disampaikan secara verbal; dan fungsi
penekan (emphasis) yaitu bahasa isyarat digunakan untuk memberi
penekanan pada pesan secara verbal. Ada lagi fungsi pertentangan
(contradiction), yaitu bahasa isyarat yang biasanya muncul dalam lelucon,
bentuk kontradiktif itulah yang menimbulkan kelucuan. Terakhir, fungsi
pengaturan (regulation), yaitu bahasa isyarat digunakan untuk mengatur
seseorang.
Ada cara menyimak dialog atau percakapan yang penting untuk
diketahui:
1. Menyimak topik yang merupakan inti pembicaraan.
2. Menyimak isi
3. Menganalisis bahasanya, misalnya untuk bahasa Jawa bisa disimak
dan diperhatikan ragam ngoko, kromo, dan madya; kemudian
bagaimana campur kode yang terjadi; alih kode; penanda koherensi;
ungkapan; dan kiasan/konotatif.
4. Pelaku yang terbagi menjadi peran (antagonis, protagonis,
pembantu) dan karakter.
5. Menyimak budaya si pembicara
6. Amanat yang disampaikan.

124 Keterampilan  Menyimak


B. Situasi Menyimak Percakapan Resmi dan Nonresmi
Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang sering dilakukan orang,
baik dalam situasi resmi maupun nonresmi. Situasi resmi adalah situasi
ketika bahasa dipakai untuk kepentingan upacara-upacara kenegaraan,
rapat-rapat dinas, pidato, wawancara di televisi, diskusi dan seminar, dan
sebagainya. Sedangkan, situasi nonresmi merupakan situasi komunikasi
yang digunakan sehari-hari.3

1. Situasi Resmi (Diskusi)


Diskusi adalah suatu situasi kegiatan menyimak bersifat resmi yang
melibatkan penyimak yang berpusat pada satu topik tunggal dan harus
maju terus dalam suatu cara yang teratur menuju suatu titik keputusan.
Apabila seseorang merupakan bagian dari suatu kelompok diskusi, dia
hendaknya merasa bertanggung jawab untuk mengetahui topik apa
yang sedang dipertimbangkan, mengikuti urutan pikiran, siap sedia
memberi tanggapan atau pertanyaan tepat pada waktunya, berfaedah,
dan menyimak secara evaluatif terhadap persoalan yang dikemukakan
oleh anggota diskusi lainnya.4
Jika kita menginginkan anak-anak kita menjadi warga negara yang
bertanggung jawab di kemudian hari, tugas dan tanggung jawab para
pendidik serta orang tua adalah memberi bimbingan kepada mereka
dalam mengikuti kegiatan konversasi dan diskusi. Anak-anak kita harus
mengetahui hak-hak serta kewajiban-kewajiban mereka sebagai anggota
baik sebagai pembicara maupun sebagai penyimak. Kepada mereka
harus ditanamkan rasa saling menghormati.5

2. Situasi Nonresmi (Percakapan Sehari-hari)


Percakapan merupakan aktivitas yang paling umum di antara tipe-
tipe komunikasi lisan dan menuntut banyak kegiatan menyimak.
Karena menyimak merupakan kegiatan yang sering dilakukan,
maka lembaga pendidikan perlu mengadakan serta mempersiapkan
bimbingan menyimak karena banyak anak-anak memerlukan bantuan

3
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2017), h. 4.1.
4
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2015), h. 146-147.
5
Ibid., h.147.

Bab  7  |  Menyimak  Dialog  Resmi  dan  Non  Resmi 125


dalam menanti giliran mereka dan memperlihatkan kesopansantunan
dalam menyimak serta menanggapi ucapan dari rekan-rekan mereka.
Bimbingan dari pendidik biasanya bersifat insidental saja, dan kerap
kali pula bersifat individual serta secara rendah hati mengomentari
masalah-masalah kesopansantunan dan keefektifan.

C. Konsep dan Strategi Menyimak Percakapan Resmi dan Nonresmi


1. Konsep dan Strategi Menyimak Percakapan Resmi
Percakapan resmi sering disaksikan dan disimak langsung melalui layar
televisi, radio atau langsung dalam forum-forum diskusi dan seminar.
Percakapan resmi dapat berwujud dialog dan dapat pula berbentuk
wawancara.6 Strategi yang dapat dilakukan untuk menjadi penyimak
efisien dalam menyimak percakapan resmi adalah sebagai berikut.
a. Mencatat hal-hal penting dalam percakapan resmi
Topik yang dibicarakan dalam percakapan resmi tentu selalu
berbeda. Hal tersebut tergantung dari apa yang dibutuhkan
oleh si pewawancara. Begitu pula dengan pendengarnya.
Percakapan resmi akan menarik apabila si pendengar merasa
topiknya baru atau aktual dan dibutuhkan.
b. Menyatakan informasi tersirat dalam percakapan resmi
Informasi tersirat dalam percakapan resmi dapat dicari dengan
langkah-langkah berikut.
1) Menyimpulkan isi dialog dengan cara mengembangkan
hal-hal penting yang telah dicatat dengan kata penghubung
yang tepat.
2) Mengomentari isi dialog dari narasumber yang dapat
diamati dari segi isi pembicaraan, intonasi percakapan
maupun pelafalannya.7
2. Konsep dan Strategi Menyimak Percakapan Nonresmi
Menyimak hampir setiap saat dilakukan jika berkomunikasi secara
lisan dengan orang lain. Kegiatan menyimak percakapan nonresmi
menuntut penyimak untuk bersikap sabar dalam menunggu giliran
berbicara serta bersikap sopan dan santun dalam menanggapi rekan
bicaranya itu. Strategi yang dapat digunakan agar mampu menyimak

6
Arifin, dkk, op.cit., h. 4.14.
7
Ibid., h. 4.15-4.16.

126 Keterampilan  Menyimak


secara efisien antara lain:
a. Sikap
Jiwa sikap penyimak mempunyai pengaruh yang sangat besar, baik
berupa sikap objektif maupun sikap subjektif. Agar kita dapat menyimak
percakapan nonresmi secara efisien, penyimak dituntut untuk bersikap
objektif, tidak berpihak, dan bersikap kooperatif.
Sikap kita mungkin saja dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman-pengalaman kita terhadap masalah yang didiskusikan.
Seseorang yang terdidik biasanya merupakan penyimak yang lebih
cerdik, dan lebih cekatan. Seorang penyimak yang cerdik selalu akan
menghubungkan apa-apa yang dikatakan oleh pembicara dengan
pengetahuan dan pengalaman penyimak.
Sebaliknya, bila penyimak memiliki pengetahuan yang terbatas,
sering menjadi seorang penyimak pasif. Penyimak jenis ini akan
mengalami kesulitan dalam menghubungkan ide-ide pembicara
dengan pengertian penyimak. Akibatnya, penyimak-penyimak ini akan
menghentikan aktivitas menyimaknya atau paling-paling hanya menjadi
setengah menyimak saja.
Kita harus dapat menahan diri untuk tidak menyetujui atau
menyetujui pembicaraan yang disimak dengan cepat, tetapi kita
akan menyimpannya dahulu dengan sikap terbuka dan kreatif dan
mengajukan pertanyaan sampai pembicaraan selesai.8
b. Perhatian
Seseorang akan bersedia menyimak sesuatu bila ada ide-ide yang menarik
perhatian kita.9 Orang akan menyimak secara intensif jika ia tahu apa
yang dikatakan oleh pembicara berhubungan dengan kepentingan yang
utama atau primer. Contohnya, seorang guru akan tertarik pehatiannya
apabila menyimak pembicaraan seputar Pendidikan. Orang juga akan
menunjukkan adanya perhatian bila ia mendengar bahwa pembicara
mengimbau sesuatu yang berkaitan dengan perhatian sekunder.10
Orang akan lebih tertarik perhatiannya sehingga mau menyimak
dengan sungguh-sungguh bila pembicara membicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan penyimak daripada kepentingan yang lain.

8
Ibid., h. 4.3-4.4.
9
Ibid., h. 4.4.
10
Ibid., h. 4.5.

Bab  7  |  Menyimak  Dialog  Resmi  dan  Non  Resmi 127


Selain itu, penyimak juga akan lebih tertarik pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan suatu aktivitas, suatu ide, dan apabila pembicara
mampu menunjukkannya secara antusias dan konkret mengenai hal-hal
tersebut serta bahasannya dapat dipahami dengan baik, penyimak juga
akan menunjukkan perhatian yang lebih besar.
c. Motivasi
Penyimak akan menyimak apabila pembicara mengimbau sesuatu
yang berhubungan erat dengan hasrat atau kebutuhan dasarnya. Ada
berbagai motivasi dasar dalam kehidupan manusia, yaitu kelangsungan
hidup pribadi, hak milik, kekuasaan, nama baik, kasih sayang, emosi,
dan cita rasa.11

D. Ciri-ciri Menyimak Percakapan Resmi (Dialog Resmi) dan


NonResmi
1. Ciri-ciri Menyimak Percakapan Resmi (Dialog Resmi)
Dialog diartikan sebagai percakapan dalam sandiwara, cerita, dan
sebagainya atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan
antara dua tokoh atau lebih . Dialog dengan dua peserta lebih populer
dengan nama percakapan. Bila peserta dialog dua orang maka contoh
konkretnya bertelepon, tanya jawab, wawancara, dan sebagainya. Bila
peserta dialog lebih dari dua orang maka dialog dapat berwujud diskusi,
seminar, dan sebagainya. Dalam penilaian bahasa dialog mencakup
sejumlah butir. Butir-butir itu antara lain:
a. Pelafalan yang jelas
b. Intonasi yang tepat
c. Pilihan kata yang tepat
d. Struktur kata dan kalimat yang baik
e. Ragam bahasanya
f. Dan segi komunikasinya12
2. Ciri-ciri Menyimak Percakapan Nonresmi
Bahasa percakapan nonresmi menggunakan ragam bahasa santai tidak

Ibid., h. 4.6.
11

Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Pusat Penerbitan


12

Universitas Terbuka), h. 2.47

128 Keterampilan  Menyimak


resmi atau tidak formal yang sehingga percakapan terlihat seperti
mengalir begitu saja.13
Menyimak percakapan nonresmi biasanya juga bisa untuk hiburan
yang mendapat penekanan pada objek atau bahan simakan. Jenis
menyimak ini berhubungan dengan dunia pertunjukan. Tujuan dari
kegiatan menyimak jenis ini adalah untuk memperoleh hiburan dan
menghilangkan rasa jenuh atau kebosanan dari rutinitas sehari-hari.14
Bahan simakan dapat berupa seni pertunjukan, seperti kesenian
tradisional (wayang, lenong, ketoprak), dapat juga seni sastra (cerita
atau drama), seni lawak atau humor. Bahan-bahan simakan ini selain
dapat disimak melalui media elektronik, seperti radio atau kaset
rekaman, dapat juga disimak melalui pertunjukan yang disaksikan
langsung di suatu arena atau ditonton melalui media televisi atau VCD.
Dengan demikian, menyimak jenis ini (menyimak hiburan) banyak
dibantu oleh media visual.

E. Ciri-ciri Menyimak yang Baik


Dialog bermanfaat sebagai sarana berlatih dan mempraktikkan
kegiatan berbahasa secara lisan. Aspek-aspek yang menonjol dalam
setiap kegiatan berbahasa lisan, adalah aspek penggunaan bahasa dan
isi dialog. Kegiatan berbahasa atau pembelajaran bahasa ditekankan
pada kemampuan berbahasa bukan pada tema pembelajaran. Karena
itu tidaklah mengherankan apabila dalam penilaian dialog penekanan
penilaian ditekankan pada segi bahasanya. Ciri-ciri menyimak yang baik :
1. Menyimak secara menyeluruh namun selektif
Dalam proses menyimak harus mengikuti pembicaraan secara lengkap
mulai dari awal sampai akhir. Walaupun menyimak secara menyeluruh,
lengkap, atau sempurna tidak berarti bahan simakan itu ditelannya
semua mentah-mentah tapi cukup pintar memilih bagian penting yang
perlu dicatat.

13
Arum Putri R, Menumbuhkan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar dalam
Pendidikan dan Pengajaran, (Jurnal Paradigma Institut Vol. 1 No. 1 , September
2015), h. 17.
14
Lis Setiawati, “Jenis-jenis Menyimak”, http://repository.ut.ac.id/4737/1/
PBIN4105-M1.pdf diakses Senin, 1 April, pukul 11:37.

Bab  7  |  Menyimak  Dialog  Resmi  dan  Non  Resmi 129


2. Merangkum isi pembicaraan
Dalam merangkum isi pembicaraan, penyimak dapat menyusun isi
ringkasan hasil simakannya baik-baik menjadi pokok-pokok saja melalui
bahasa lisan ataupun tulisan
3. Menilai dan menanggapi hasil pembicaraan
Dalam menyimak, dapat menilai baik buruknya sesuatu pembicaraan
yang disimaknya. Berdasarkan hasil penilaian ini yang bersangkutan
dapat memberikan tanggapan yang tepat, yang bersangkutan mungkin
menyetujui atau tidak menyetujui isi pembicaraan. Tanggapan penyimak
ideal itu dapat berupa, mengerjakan sesuatu setiap membaca kembali
buku lain yang membicarakan hasil yang sama.15

15
Tarigan, op. cit., h. 2.9-2.10.

130 Keterampilan  Menyimak


BAB  8
MENYIMAK TEKS INFORMATIF

A. Hakikat Menyimak Teks Informatif


Keterampilan menyimak sangat berperan dalam kehidupan manusia
di lingkungan masyarakat. Kemampuan seseorang dalam menyimak
dapat dilihat dari latar belakangnya. Latar belakang masing-masing
orang mempunyai perbedaan, baik psikologis, sosiologis, maupun
pendidikannya.1
Teks informatif yaitu informasi yang artinya berita, kabar,
penjelasan, atau pemberitahuan tentang sesuatu hal atau objek tertentu.
Sumber atau pemberi informasi disebut informan, yaitu orang yang
memberikan informasi. Teks informatif ialah teks yang memuat berita,
kabar, penjelasan atau pemberitahuan tentang hal.2
Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa menyimak adalah salah
satu kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam rangka mendapatkan
informasi dan menangkap makna melalui teks yang memuat suatu
berita, kabar atau pemberitahuan.

1
Umi Hijriyah, Menyimak Strategi dan Implikasinya dalam Kemahiran Berbahasa,
(Lampung: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Raden Intan
Lampung, 2016), h. 12.
2
Bustanul Arifin, Menyimak, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008),
h. 5.3.

131
B. Ragam Menyimak
Kegiatan menyimak tampak dalam kehidupan sehari-hari dengan bentuk
yang beraneka ragam. Keanekaragaman itu disebabkan oleh berbagai
titik pandang yang kemudian dijadikan landasan pengklarifikasian
menyimak.
1. Berdasarkan sumber yang disimak
a. Menyimak intrapribadi (intra personal listening), yaitu suara
yang disimak dalam ragam ini berasal dari diri sendiri. Artinya,
penyimak mendengarkan pikiran pembicara.
b. Menyimak antarpribadi (interpersonal listening), yaitu menyimak
suara yang berasal dari orang lain. Menyimak seperti ini yang
paling banyak dilakukan orang. Misalnya: bercakap-cakap,
menyimak cerita, ceramah, dan sebagainya.3
2. Berdasarkan cara penyimakan
a. Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih
bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan
langsung dari seorang guru. Menyimak ektensif meliputi,
menyimak sosial, sekunder, estetik, pasif.
b. Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh
lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Menyimak
intensif meliputi, menyimak kritis, konsentratif, kreatif, eksplorasif,
interogatif, selektif.4
3. Berdasarkan tujuan menyimak
a. Menyimak sederhana, yaitu menyimak yang terjadi dalam
percakapan dengan teman atau percakapan melalui telepon.
b. Menyimak diskriminatif, yaitu menyimak untuk membedakan
suara, seperti: Membedakan suara orang marah, gembira atau
kecewa, suara burung, mobil dan sebagainya.
c. Menyimak santai, yaitu menyimak untuk tujuan kesenangan,
misalnya, menyimak puisi, cerpen, drama, lagu dan sebagainya.

3
Kembong Daeng, dkk, Pembelajaran Keterampilan Menyimak, (Makassar:
Badan Penerbit UNM, 2010), h. 23-24.
4
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Penerbit Angkasa, 2008), h. 38-53.

132 Keterampilan  Menyimak


d. Menyimak informatif, yaitu menyimak untuk mencari
informasi, menyimak pengumuman, jawaban pertanyaan dan
sebagainya.
e. Menyimak literatur, yaitu menyimak untuk mengorganisasikan
gagasan, seperti, penyusun materi dari berbagai sumber,
pembahasan, penemuan, merangkum, membedakan butir-
butir pidato, mencari penjelasan butir tertentu.
f. Menyimak kritis, yaitu menyimak untuk menganalisis tujuan
pembicaraan. Misalnya, dalam diskusi, pendekatan, artikel,
percakapan, khutbah dan sebagainya.
4. Berdasarkan tujuan khusus
a. Menyimak untuk belajar, yaitu melalui kegiatan menyimak
seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan.
Misalnya, para siswa menyimak pelajarannya melalui siaran
radio, televisi dan sebagainya.
b. Menyimak untuk menghibur, yaitu penyimak menyimak
sesuatu untuk menghibur dirinya. Misalnya, menyimak
pembicaraan cerita-cerita lucu, pertunjukan sandiwara dan
sebagainya.
c. Menyimak untuk menilai, yaitu penyimak mendengarkan dan
memahami simakan kemudian menelaah, mengkaji, menguji,
dan membandingkan pengalaman dan pengetahuan menyimak
yang dimilikinya.
d. Menyimak apresiatif, yaitu penyimak memahami, menghayati,
dan mengapresiasi materi simakan.
e. Menyimak untuk mengomunikasikan ide dan perasaan.
Penyimak memahami pikiran si pembicara sehingga terjadi
sambung rasa antara keduanya.
f. Menyimak diskriminatif, yaitu menyimak untuk membedakan
suara atau bunyi.
g. Menyimak pemecahan masalah, yaitu penyimak mengikuti
uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang
disampaikan oleh pembicara.5

5
Daeng, dkk, op.cit., h. 26.

Bab  8  |  Menyimak  Teks  Informatif 133


C. Media Menyimak
Media dalam kegiatan menyimak dikaitkan dengan menggunakan indera
manusia. Maka media diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu:
1. Media Pandang (visual)
Media yang menggunakan alat pandang sangatlah penting dalam
proses pembelajaran menyimak. Media pandang ini juga bisa dikatakan
sebagai media langsung, di mana media ini contohnya seperti:
penjelasan dosen yang memberikan tugas kepada mahawasiswa maka,
mahasiswa tersebut akan membaca materi apa yang telah diperintahkan
oleh dosennya. Ketika mahasiswa tersebut membaca maka terjadilah
menyimak dengan visual. Yaitu menyimak dengan cara bekerja antara
mata dengan buku yang sedang dibacanya.
2. Media Dengar (audio)
Media audio adalah media yang menggunakan indra pendengaran.
Pesan yang disampaikan hanya dalam bentuk suara. Salah satu contoh
kegiatan ini adalah ketika seorang mendengarkan musik melalui kaset,
di situlah ia menyimak musik tersebut.
3. Media visual-audio
Media visual-audio ini adalah media yang menggunakan interaksi
antara mata dengan pendengaran, salah satu kegiatan tersebut adalah
ketika mendengarkan berita di televisi, di mana terjadi interaksi dalam
kedua media tersebut. Melihat dan mendengarkan berita yang tengah
berlangsung.

D. Ragam Menyimak Teks Informatif Media Audio


Sebagai sumber informasi lisan atau audio, teks informatif terdapat
dalam berbagai bentuk di antaranya adalah teks berita dan teks pidato
dengan bahasan sebagai berikut.

1. Teks Berita
Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang
dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat
menarik perhatian pembaca, bersifat luar biasa, pentingnya, atau
akibatnya, dan mencakup segi human interest seperti humor, emosi
dan ketegangan..6

6
Citra Aulia Wulandari, Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita, dalam

134 Keterampilan  Menyimak


Teks berita yaitu teks yang memuat informasi tentang kabar atau
pemberitahuan tentang sesuatu hal, yang disampaikan secara langsung
oleh pembicara atau pembawa pesan atau melalui radio dan televisi.
Bahasa yang digunakan di dalam teks berita bersifat lugas dan tegas. Teks
berita yang bersumber dari radio biasanya disampaikan dalam acara yang
berjudul Warta Berita atau yang sejenis, sedangkan yang disampaikan
melalui televisi biasanya dikemas dalam acara yang berjudul Seputar
Indonesia, Dunia dalam Berita, Info Terkini, Aktualita, atau judul-judul
lainnya yang berkenaan dengan siaran berita yang terdapat di berbagai
saluran televisi. Karakter media yang berbeda mengakibatkan berlainan
pula sapaan yang digunakan oleh pembawa acara.7
a. Sapaan pembacaan teks berita radio
Teks berita di radio oleh pembawa acara warta berita biasanya
dimulai dengan sapaan sebagai berikut.
“Selamat siang Pendengar. Saya, Indra, dari studio X akan
menyampaikan berbagai peristiwa yang hangat dan menarik
yang terjadi sepanjang hari ini. Berita pertama akan dimulai
dengan berita dalam negeri. Selamat mendengarkan!”.8
b. Sapaan pembacaan teks berita televisi
Warta berita yang disampaikan melalui televisi oleh pembawa acara
biasanya dimulai dengan sapaan berikut.
“Selamat siang Pemirsa, Kami di studio ini, Indra dan Indri, akan
menyampaikan berbagai peristiwa yang hangat dan menarik yang
terjadi sepanjang hari ini. Berita pertama akan dimulai dengan berita
dalam negeri. Selamat menyaksikan! Silakan Indra! Baik Indri!
Pemirsa, Komandan Jendral Kopassus Mayjen TNI Sriyanto
menduga kuat kapal delapan anggotanya sudah tewas dalam
musibah saat berlatih atraksi stabo. Pemutusan tali stabo yang
menyebabkan mereka tewas sudah sesuai prosedur, katanya...”
dan seterusnya.9

http://lib.unnes.ac.id/6454/1/7822.pdf diunduh pada 16 Maret 2017 pukul 10.01


WIB.
7
Bustanul Arifin, dkk, Materi Pembelajaran Menyimak, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 5.5.
8
Ibid., h. 5.5.
9
Ibid., h. 5.5.

Bab  8  |  Menyimak  Teks  Informatif 135


c. Sapaan pembacaan teks berita secara langsung tatap muka
Berita yang disampaikan secara langsung (tatap muka)
di hadapan orang banyak, biasanya digunakan biasanya digunakan
sapaan, “Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya hormat,
Saudara-saudara yang saya hormati”, dan sebagainya.10
Dari ketiga sumber informasi tersebut, dapat diketahui bahwa
sapaan yang digunakan untuk pendengar berita berbeda. Penyiar
radio menggunakan sapaan “pendengar yang terhormat”, penyiar
televisi menggunakan sapaan “pemirsa yang terhormat”, sedangkan
berita yang disampaikan secara tatap muka di hadapan orang banyak
menggunakan sapaan “Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara”,
dan sebagainya. Sapaan tersebut disesuaikan dengan ciri masing-
masing suasana dan media yang digunakan.
Betapa pun sederhananya menyimak informatif, sebaiknya harus
dipahami dan diterapkan strategi menyimak yang tepat. Berikut ini
langkah-langkah menyimak secara umum:
a. Fokuskan perhatian Anda pada ide atau gagasan penting.
b. Gagasan yang tidak penting atau telah Anda pahami, dapat Anda
abaikan.
c. Catatlah kata-kata kunci atau ide-ide penting dari materi yang Anda
simak.
d. Usai menyimak, baca ulang dan rangkaikan hasil simakan secara
utuh. Tujuannya pertama, untuk mengecek bahwa tidak ada hal
penting yang terlewat. dan mengutuhkan dan mensistematikakan
hasil simakan. Anda dapat mengungkapkan kembali hasil simakan
secara singkat dengan bahasa Anda sendiri.
Ajukanlah pertanyaan tentang isi teks yang baru selesai Anda
simak. Jika Anda dapat menjawab dengan benar sekurang-kurangnya
80%, Anda dianggap sebagai penyimak yang baik. Kurang dari itu, Anda
harus bekerja keras untuk melacak penyebab kekurangberhasilan dalam
menyimak, dan berlatih lagi.11

10
Ibid., h. 5.6.
11
Ibid., h. 5.16.

136 Keterampilan  Menyimak


Dalam rangka menyimak teks berita, ada beberapa strategi yang
harus dilakukan, di antaranya:
1.   Mengenali unsur-unsur berita 5W 1H (what, where, who, when, why,
dan how).
2.   Mendengarkan berita.
3.   Menyusun isi pokok berita.
4.   Menyimpulkan dan melaporkan isi berita, dapat merangkum pokok-
pokok informasi yang sudah dicatat menggunakan kalimat sendiri.
Sementara itu dalam menyampaikan laporan hasil mendengarkan
berita, perlu memperhatikan topik utama informasi, waktu, dan
tempat terjadinya, serta hasil penyerapan informasi.

2. Teks Pidato
Teks pidato yaitu teks pembicaraan seseorang secara langsung (tatap
muka) di hadapan orang banyak yang memuat arahan atau kebijakan
tentang hal tertentu. Misalnya, pidato kebudayaan disampaikan
seseorang yang berpengaruh di bidang kebudayaan dalam rangka
menyambut hari kebudayaan.12
Teks pidato adalah teks pembicaraan seseorang secara langsung
(tatap muka) di hadapan orang banyak yang memuat arahan
atau kebijakan tentang hal tertentu. Misalnya pidato kebudayaan
disampaikan seseorang yang berpengaruh di bidang kebudayaan dalam
rangka menyambut hari kebudayaan, pidato kenegaraan disampaikan
oleh kepala negara dalam rangka memperingati hari kemerdekaan
negara., pidato keagamaan disampaikan oleh menteri agama pada
waktu menghadapi atau menyambut hari keagamaan., pidato ilmiah
disampaikan oleh seorang ahli pada acara yang berhubungan dengan
keilmuan, dan seterusnya.13
Seseorang dikatakan berhasil dalam berpidato ditandai oleh
bagaimana antusiasnya pendengar mendengarkan isi pidatonya. Hal
itu tidak lepas dari nada, ekspresi, gaya, serta semangat berpidato
seseorang.

Ibid., h. 5.6.
12

13
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2005), h. 5.6.

Bab  8  |  Menyimak  Teks  Informatif 137


Seseorang yang akan berpidato biasanya memulai pidatonya dengan
menyapa orang yang akan mendengarkan isi pidatonya. Kalimat sapaan
yang biasa digunakan seseorang pada waktu akan menyampaikan isi
pidatonya ialah sapaan yang sesuai dengan media yang digunakannya.
Kalau ia berpidato langsung di hadapan orang banyak biasanya digunakan
sapaan “Hadirin yang saya hormati”. Kalau pidato disampaikan melalui
radio, digunakan sapaan, “Pendengar yang saya hormati”, sedangkan
kalau pidato disampaikan melalui televisi, sapaan yang digunakan
adalah ”Pemirsa yang saya hormati”. Setelah sapaan terhadap pendengar
dilakukan barulah disampaikan isi pidatonya. Berikut, contoh kutipan
teks pidato dari Menteri Pendidikan Nasional dalam sambutan Kongres
Bahasa Indonesia, Oktober 2003.
Rumusan itu jelas tampak betapa rumitnya persoalan yang kita hadapi.
Segala dana dan daya perlu kita kerahkan agar tujuan tersebut dapat tercapai.
Anggaran pendidikan yang banyak dipertanyakan oleh masyarakat sedikit
banyak telah terjawab dengan adanya ketentuan yang tercantum dalam
UUD 1945 yang sudah diamandemen, pasal 31, ayat (4) yang berbunyi
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran
pendapatan daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional.” Walaupun demikian, hal itu tidak menjamin bahwa tujuan
pendidikan nasional dapat tercapai dengan mudah karena sarana utama
yang diperlukan untuk menanamkan kesadaran, pengertian, dan pemahaman
tujuan pendidikan nasional itu bukanlah semata-mata dana. Di sinilah
bahasa Indonesia dapat berperan sebagai sarana utama untuk melancarkan
tercapainya tujuan tersebut, dalam arti bahwa semua pihak mulai dari
pengelola pendidikan sampai dengan masyarakat luas perlu berkomunikasi
secara aktif dan efektif agar dapat bersinergi dalam menggalang kebersamaan
untuk mencapai tujuan itu. Dengan kata lain, penguasaan bahasa Indonesia
yang baik sangat diperlukan oleh para pengelola dan pelaksana pendidikan,
peserta didik, orang tua, dan warga masyarakat pada umumnya sebagai
modal utama untuk menungkatkan mutu pendidikan. Pendidikan nasional
saat ini memperkenalkan dan memasyarakatkan orientasi “baru” yang
disebut dengan keterampilan hidup (life skill) yang di dalamnya juga
terdapat kompetensi berkomunikasi. Dengan demikian, orientasi ini sejalan
dengan harapan kita tadi agar kita semua mahir berbahasa Indonesia. Dalam
hubungan ini, Departemen Pendidikan Nasional melalui Pusat Bahasa sedang
mengembangkan sarana pengujian yang disebut Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia (UKBI).14

14
Ibid, hlm 5.7.

138 Keterampilan  Menyimak


Dalam rangka menyimak teks pidato, ada beberapa strategi yang
harus dilakukan, di antaranya:
a. Mendengar pidato dari awal hingga akhir.
b. Menentukan tema, gagasan, pendapat, yang disampaikan dalam
pidato.
c. Mencatat hal-hal penting ide pokok pidato tersebut dan beri
tanggapan.

3. Teks Ceramah
Kata ceramah asal mulanya dalam bahasa Melayu berarti nyinyir, banyak
bicara, cerewet. Kata ini mengalami perkembangan makna menjadi makna
yang positif, yaitu menyampaikan sesuatu di hadapan orang banyak untuk
menambah pengetahuan, pengalaman atau informasi tertentu.
Penceramah biasanya memulai ceramahnya dengan kalimat-kalimat
pembuka atau ayat-ayat yang mengisyaratkan isi ceramahnya. Kata sapaan
yang digunakan penceramah pada waktu akan berceramah disesuaikan
dengan media berceramahnya, di radio, televisi, atau langsung.15

4. Teks Opini
Teks opini adalah teks yang memuat pendapat, pikiran, pendirian atau
pandangan seseorang tentang masalah tertentu yang sedang hangat
dibicarakan di masyarakat. Opini juga memuat kritik terhadap orang
atau lembaga yang menangani masalah tertentu. Seperti tentang suatu
hal yang disimak melalui ceramah, pidato, wawancara, diskusi atau
talk show.16

5. Teks Prosedural
Teks prosedural adalah teks yang memuat butir-butir atau langkah-
langkah kegiatan tertentu berupa petunjuk yang mudah diikuti
pelaksanaannya. Di televisi sering ditayangkan acara melakukan sesuatu
misalnya acara membuat masakan, acara menjaga kesehatan, langkah
dilalui dalam mengatasi suatu masalah. Dengan langkah-langkah yang
jelas dan teratur penyaji acara menjelaskan cara melakukan sesuatu
sehingga apa yang dilakukan dapat diikuti.17

15
Bustanul Arifin, Menyimak, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008),
h. 5.8.
16
Ibid., h. 5.8
17
Ibid., h. 5.9.

Bab  8  |  Menyimak  Teks  Informatif 139


E. Jenis-jenis Menyimak Berdasarkan Situasinya
Pembahasan terdahulu telah dikemukakan bahwa tujuan menyimak
adalah memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna
komunikasi yang hendak disampaikan pembicara melalui ujaran. Ini
merupakan tujuan umum. Di samping tujuan umum itu terdapat
pula berbagai tujuan khusus yang menyebabkan adanya aneka ragam
menyimak, berbagai ragam situasi menyimak antara lain:
1. Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif secara menyeluruh).
Contoh kegiatan menyimak sekunder:
a. Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau
tari-tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang
terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada
seorang teman.
b. Sambil menikmati musik, kita harus ikut berpartisipasi dalam
kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah
liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah.18
2. Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversional
(conversation listening) ataupun menyimak sopan biasanya
berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang menarik
perhatian semua orang yang hadir. Contoh menyimak sosial
seperti, ada sekumpulan anak yang sedang berbincang-bincang
dengan teman-temannya, mereka sedang membicarakan sesuatu
kemudian teman-teman yang lain tersebut saling merespons perihal
pembicaraan tersebut.
3. Menyimak eksploratif
Menurut Tarigan menyimak eksploratif adalah yang bersifat
menyelidiki atau (exploratory listening) yang merupakan bentuk
menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu
yang lebih terarah atau lebih sempit. Contoh menyimak eksploratif
adalah jika ada seseorang yang memberikan informasi tentang
cuaca, maka kita akan menggali informasi tersebut benar atau
tidak, untuk menjadi fakta kebenarannya.19

18
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Berbahasa, (Bandung, angkasa
bandung, 2015), h. 40-41.
Bustanul Arifin dkk, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 9.5.

140 Keterampilan  Menyimak


4. Menyimak Interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif
yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan
perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara
karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan. Contoh
menyimak introgatif adalah berupa pertanyaan seperti apa, siapa,
mengapa, di mana, ke mana, untuk apa, benarkah, dan sebagainya
5. Menyimak konsentratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan
dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik
terhadap informasi yang diperdengarkan. Tujuan adalah:
a. Mengikuti petunjuk-petunjuk
b. Mencari hubungan antar-unsur.
c. Mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu
komponen.
d. Mencari butir-butir infomasi penting.
e. Mencari urutan penyajian bahan simakan.
f. Mencari gagasan utama bahan simakan.
6. Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak berupa
pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang
baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan
yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Contoh menyimak
kritis adalah apabila masalah-masalah penting didiskusikan
oleh para politikus dan para pakar dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan.20

20
Tarigan, op.cit., h. 46-52.

Bab  8  |  Menyimak  Teks  Informatif 141


[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB  9
MENYIMAK ESTETIS
(TEKS PUISI)

A. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap
suatu ujaran, dan tidak perlu bimbingan langsung dari seorang guru.
Menyimak dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, khotbah
di masjid, pengumuman di stasiun kereta api, dan sebagainya. Jadi,
menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.1
Ada beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif, antara lain
berikut ini.
1. Menyimak Sosial
2. Menyimak Sekunder
3. Menyimak Estetis
4. Menyimak Pasif

1
Denny Iskandar, “Keterampilan Menyimak”, http://file.upi.edu/Direktori/
FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-
DENNY_ISKANDAR/MATERI_MENYIMAK_SMP.pdf diakses Senin, 1 April
2019, pukul 12:29.

143
Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan
sosial, seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya.
Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada faktor status sosial,
unsur sopan santun. dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: seorang
anak Jawa menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang
santun. Dalam hal ini, nenek memiliki peran yang lebih utama, sedang
anak merupakan peran sasaran.
Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya, jika seorang
pelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan
orang lain, suara siaran radio, suara televisi, dan sebagainya. Suara tersebut
sempat terdengar oleh pelajar tersebut, namun ia tidak terganggu.
Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak
estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati
sesuatu. Misalnya, menyimak pembacaan puisi, rekaman drama, cerita,
syair lagu, dan sebagainya. Kegiatan menyimak itu lebih menekankan
aspek emosional penyimak seperti dalam menghayati dan memahami
sebuah pembacaan puisi. Dalam hal ini, emosi penyimak akan tergugah,
sehingga timbul rasa senang terhadap puisi tersebut. Demikian pula
pembacaan cerita pendek. Hal ini pernah dilakukan oleh seorang
pengarang terkenal Gunawan Mohammad yang sering membacakan
cerpen-cerpennya melalui radio. Banyak remaja mendengarkan
pembacaan tersebut. Para remaja tampaknya dapat menikmati dan
menghayati cerpen yang dibacakan tersebut.
Menyimak pasif merupakan menyimak suatu bahasan yang
dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari,
seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua
atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa daerah
tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah
tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan
sebagai hasil menyimak pasif. Namun pada akhirnya, orang itu dapat
menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif
banyak dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah menyimak
pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan
ketidaksengajaan.

144 Keterampilan  Menyimak


B. Menyimak Estetis
Menurut Bustanul Arifin, dkk dalam Materi Pembelajaran Menyimak,
menyimak estetik sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak
estetis (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif
(appreciational listening) adalah fase terakhir dan kegiatan yang termasuk
ke dalam menyimak secara kebetulan dan menyimak secara ekstensif,
mencakup:
1. Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio,
dan rekaman-rekaman.
2. Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerencing irama, dan lakon-
lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor.2
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan menyimak estetik
adalah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu.3
Sebagaimana contoh di atas menyimak pembacaan puisi adalah salah
satu contoh dari menyimak estetik yang menekankan aspek emosional
penyimak seperti dalam menghayati dan memahami sebuah pembacaan
puisi. Emosi dalam hal ini penyimak akan tergugah, sehingga timbul
rasa senang terhadap puisi tersebut.4

C. Puisi
1. Pengertian Puisi
Istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poesis yang berarti penciptaan.
Istilah puisi dalam bahasa Inggris adalah poetry. Poem berarti sajak atau
syair, dan poet berarti penyair. Arti yang semacam ini lama kelamaan
dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra yang kata-
katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan
irama, sajak, dan kata-kata kiasan.5 Puisi adalah peluapan spontan dari
perasaan-perasaan yang penuh daya. Dia memperoleh rasanya dari
emosi, atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.6

2
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Penerbit Angkasa, 2014), h. 41.
3
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1986), h. 38-40.
4
Ibid., h. 43.
5
Tajuddin Noer Ganie, Buku Induk Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Araska,
2015), h. 57.
6
Ibid., h. 59.

Bab  9  |Menyimak  Estetis  (Teks  Puisi) 145


2. Ciri-ciri Puisi
Puisi mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri formalnya adalah bahasa dalam baris dan bait, sedangkan
unsur non-formalnya adalah irama.
b. Puisi tidak mengutamakan plot karena tidak dimaksudkan
sebagai karya sastra yang bercerita, lebih bersifat monolog
atau lurik yang ekspresif.
c. Kosakatanya terikat dalam struktur yang ritmik bukan struktur
yang sintaktik, unsur formalnya baris (teks) dan irama (ketika
teks dibaca), karena itu puisi lebih mementingkan sajak dan
irama, maka puisi dapat saja menyimpan dari struktur logis
kalimat.
d. Kata-katanya merujuk kepada makna konotatif.
e. Pembaca memperlakukan dan membacanya sebagai puisi.7
3. Struktur Puisi
Secara tradisional struktur fisik disebut sebagai elemen (bagian) bahasa
puisi, dan struktur batin disebut makna puisi. Elemen (bagian) bahasa
puisi ada empat, yakni:
a. Diksi
Diksi puisi dipilih berdasarkan suasana, perasaan, dan nada puisi.
b. Bahasa Kias
Menciptakan gaya bahasa dalam puisi, antara lain agar
menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, agar
menghadirkan makna tambahan, agar dapat menambah
intensitas dan menambah konkret sikap dan perasaan penyair,
dan agar makna yang diungkapkan lebih padat.
c. Pencitraan
Pencitraan adalah pengungkapan pengalaman sensoris penyair
ke dalam kata dan ungkapan sehingga terjelma gambaran
suasana yang lebih konkret. Ungkapan itu menyebabkan
pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau turut
merasakan sesuatu.
d. Persajakan
Persajakan identik dengan pengulangan bunyi. Peranan bunyi

7
Ibid., h. 60.

146 Keterampilan  Menyimak


mendapat perhatian penting dalam menentukan makna yang
dihasilakan puisi, jika puisi dibaca menyangkut masalah rima,
ritma, dan metrum.
Sedangkan berdasarkan struktur batin atau elemen makna puisi:
a. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat
puisinya.
b. Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan (tema)
dan sikap penyair terhadap pembaca.
c. Suasana
Suasana adalah keadaan perasaan yang ditimbulkan oleh
pengungkapan nada dan lingkungan yang dapat ditangkap oleh
pancaindra.
d. Perasaan
Puisi dapat mengungkapan benci, cinta, dendam, gelisah,
gembira, penasaran, rindu, sedih, takut, dan terharu.
e. Amanat
Amanat adalah kesimpulan tentang nilai yang dihimbaukan,
dipesankan atau disampaikan penyair kepada pembaca.8

D. Menyimak Teks Puisi


Kegiatan menyimak tentu tidak hanya berdimensi intelektual, tetapi juga
emosi atau perasaan yang kerap mendorong kita pada dunia imajinasi
yang mencerminkan kenyataan dan pelajaran hidup yang bermakna.9
Selain itu, kegiatan menyimak melatih manusia untuk mengungkapkan
gagasan, perasaan, atau kritik serta hal lain yang bermanfaat baik bagi
dirinya maupun orang lain.10

8
Ibid., h. 65-68.
9
Bustanul Arifin, Menyimak ( Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2007),
h.6.3
Nurhidayah, Peningkatan Keterampilan Menyimak Apresiatif dan Kreatif Tayangan
10

Film Melalui Teknik Pencatatan 5 R (Record, Reduce, Recite, Reflect, and Review),
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2006), h. 331.

Bab  9  |Menyimak  Estetis  (Teks  Puisi) 147


Salah satu kegiatan menyimak yang dapat melatih seseorang
untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan adalah menyimak teks
puisi. Sebagaimana bentuk teks puisi umumnya ditulis dalam bentuk
larik-larik dan bait. Diksi atau pilihan kata, menjadikan puisi tertulis
dengan menggunakan kata-kata bermakna konotatif dan padat makna.
Jumlah kata-katanya tidak banyak, tetapi maknanya sangat luas. Sisi
irama, puisi dibangun oleh rima (persamaan bunyi pada akhir setiap
larik), asonansi (persamaan bunyi vokal pada setiap larik) dan aliterasi
(persamaan bunyi konsonan pada setiap larik). Ketiga hal itu, merupakan
unsur-unsur pembangun irama puisi, sehingga ketika dibacakan akan
terdengar keindahan bunyinya yang dapat menciptakan suasana sendu,
gelisah, marah, semangat, lembut, kecewa, atau bahagia.11
Beberapa unsur yang membangun puisi sebagai suatu bangunan
yang utuh, adalah unsur fisik (bentuk) dan unsur batin. Unsur fisik
berupa larik-larik dan bait-bait yang tertera di atas kertas, irama puisi,
serta pilihan kata (gaya bahasa) yang digunakan penyair, sedangkan
unsur batinnya berupa sesuatu yang dapat dirasakan dan ditemukan
setelah membaca dan merenungkannya, yaitu isi, tema, amanat, dan
inspirasi kehidupan yang disampaikan sebuah puisi.12
Lingkup materi menyimak estetis teks puisi yaitu:
1. Apresiasi Puisi
Apresiasi puisi berarti kemampuan atau keterampilan yang dimiliki
tiap orang dalam memahami makna puisi. Mengapresiasikan puisi
berarti kesanggupan dalam mengenal, memahami, menghargai,
menilai, dan memberikan makna terhadap puisi yang dibaca.
Kegiatan apresiasi puisi melibatkan tiga aspek, yaitu:
a. Aspek Kognitif:
Keterlibatan intelektual pembaca dalam upaya memahami
unsur-unsur puisi yang bersifat objektif.
b. Aspek Emotif:
Unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur
keindahan yang bersifat subjektif.

11
Arifin, op.cit., h. 6.4.
12
Ibid., h. 6.5.

148 Keterampilan  Menyimak


c. Aspek Evaluatif:
Kegiatan penilaian baik dan buruk, indah dan tidak indah.13
2. Pemahaman Makna Kata
Analisis yang dilakukan untuk memperoleh makna dapat
dilakukan analisis pada tingkat kalimat berupa baris, bait maupun
keseluruhan wacana untuk memperoleh makna yang dikehendaki.
Strategi yang digunakan untuk mengetahui unit (kata) bahasa
yang tidak diketahui maknanya (dalam puisi), menurut Nasution,
meliputi lima langkah, yakni: (1) menetukan jenis kata, (2) melihat
konteks gramatikal dalam klausa atau kalimat, (3) mengkaji konteks
lebih luas, (4) menerka hasil pemaknaan, dan (5) mengecek hasil
pemaknaan.14
3. Pemahaman Makna Baris dan Bait
4. Pemahaman Totalitas Makna15

E. Contoh Menyimak Estetik


Salah satu contohnya adalah menyimak teks puisi. Jika Anda membaca
atau meneliti puisi, anda akan memperoleh gambaran tentang unsur-
unsur yang membangun puisi sebagai suatu bangunan yang utuh, yaitu
unsur fisik (bentuk) dan unsur batin. Unsur fisik berupa larik-larik dan
bait-bait yang tertera di atas kertas, irama puisi, serta pilihan kata (gaya
bahasa) yang digunakan penyair, sedangkan unsur batinnya berupa
sesuatu yang Anda rasakan dan temukan setelah Anda membaca dan
merenungkannya, yaitu isi, tema, amanat, inspirasi kehidupan yang
disampaikan sebuah puisi.

1. Sebagai Latihan Awal, Bacalah Puisi Berikut untuk Mengenali Unsur-


Unsur yang Membangunnya
Tuhan, kita begitu dekat
Tuhan,
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas

13
Sihabuddin, dkk, Bahasa Indonesia 2, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 4.9.
14
Ibid., h. 4.11 – 4.12.
15
Ibid., h. 4.13 – 4.14.

Bab  9  |Menyimak  Estetis  (Teks  Puisi) 149


Aku panas dalam apimu
Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu16
Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu.
(Abdul Hadi W.M)

2. Mari Kita Analisis Unsur-Unsur Pembangun Puisi Tersebut.


a. Unsur Fisik
1) Larik dan bait
Secara fisik, Anda melihat bentuk puisi “Tuhan Kita Begitu
Dekat” tersebut disusun dalam bentuk larik dan bait. Secara
artistik, larik-larik dibangun teratur, dua bait pertama
memperlihatkan bentuk yang sama, rapi, dan teratur. Begitu
pun dengan bait ketiga dan kelima. Setiap larik pada bait
pertama dan kedua disusun dengan teknik yang sama, yaitu
larik pertama memuat satu kata yang terdiri dari dua suku
kata, larik kedua memuat tiga kata yang terdiri dari tujuh suku
kata, larik ketiga memuat empat kata yang terdiri dari sembilan
suku kata, dan larik keempat memuat empat kata yang terdiri
dari sembilan suku kata. Demikian juga dengan bait ketiga dan
kelima. Setiap larik pada bait ketiga dan kelima disusun dengan
teknik yang sama pula, yaitu larik pertama memuat satu kata
yang terdiri dari dua suku kata, larik kedua memuat tiga kata
yang terdiri dari tujuh suku kata, dan larik ketiga memuat tiga

16
Arifin, op.cit., h. 6.3-6.5.

150 Keterampilan  Menyimak


kata yang terdiri sembilan suku kata. Satu larik yang seakan-
akan17 membangun satu bait tersendiri antara bait ketiga dan
kelima memperlihatkan pula keteraturan bentuk puisi ini.
Irama ketika dibaca akan terdengar sama menimbulkan kesan
keindahan bunyi.
2) Pilihan kata
Pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut bergaya
metaforis dan simile atau perumpamaan. Perhatikan pilihan
kata dari larik-larik berikut.
Tuhan,
Kita begitu dekat,
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu

Seperti kain dengan kapas

Seperti angin dan arahnya

Kini aku nyala
Pada lampu padammu.
b. Unsur Batin
1)   Tema
Tema adalah suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang
suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Tema
yang diangkat dalam puisi di atas adalah tentang keberadaan
Tuhan yang sangat dekat dengan makhluknya.
2)   Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca atau pendengar di dalam karyanya. Amanat
juga dapat disampaikan secara langsung, tersurat, dan dapat
juga secara tidak langsung atau tersirat.18 Amanat dalam puisi
di atas adalah menyadarkan bahwa keberadaan Tuhan sangatlah
dekat dengan makhluknya, ini ditandai oleh kuasa-Nya yang
ada di atas segalanya.

17
Ibid., h. 6.5- 6.6.
18
Ibid., h. 6.7.

Bab  9  |Menyimak  Estetis  (Teks  Puisi) 151


[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB  10
MENYIMAK ESTETIS
(PROSA DAN DRAMA)

A. Menyimak Estetis (Prosa)


1. Pengertian Dan Jenis Prosa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prosa adalah karangan
bebas yang tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi. Dengan
demikian, prosa adalah karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita
secara bebas, yang tidak terikat rima dan irama. Bahasa prosa seperti
bahasa sehari-hari. Berdasarkan bentuknya, prosa terdiri atas novel,
cerpen, dan dongeng. Sedangkan berdasarkan isinya, prosa terbagi atas
prosa fiksi dan prosa nonfiksi.
a. Prosa Fiksi
Prosa fiksi adalah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan
pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa
fiksi disebut juga karangan narasi sugestif/imajinatif. Prosa fiksi biasa
juga disebut dengan prosa narasi, prosa cerita, karya fiksi, atau cerita
berplot.Peristiwa dalam prosa fiksi berasal dari fenomena kehidupan
yang nyata, kemudian fenomena kehidupan yang nyata itu diramu
oleh pengarang dengan imajinasi dan bahasanya yang indah sehingga
menjadikannya sebagai cerita yang hidup, utuh, dan terasa nyata. Oleh
karena itu, pembaca merasa kisah dalam prosa fiksi mirip dengan kisah

153
kehidupannya, iya tidak dapat menghukum pengarang sebagai orang yang
telah menceritakan kisah hidupnya atau mencemarkan nama baiknya.
Prosa fiksi memiliki berbagai bentuk, seperti roman, novel, dan
cerpen. Perbedaan dari berbagai macam bentuk itu hanya terletak pada
panjang pendek atau kompleksitasnya isi cerita, serta jumlah pelaku
yang mendukung cerita.1
Prosa fiksi merupakan salah satu genre atau ragam sastra yang
mengandung unsur-unsur berikut.
1) Elemen fiksional yang membangun karya fiksi itu sendiri,
seperti elemen intrinsik dan ekstrinsik prosa.
2) Pengarang atau narator sebagai pemilik ide atau gagasan dalam
menciptakan karya fiksi.
3) Media penyampaian gagasan berupa bahasa.
4) Isi gagasan itu sendiri yang biasa disebut tema dan amanat
cerita.
Prosa fiksi merupakan salah satu genre sastra yang berisi beragam
fenomena kehidupan manusia. Melalui kegiatan menyimak cerita fiksi,
seseorang akan memperoleh wawasan, pengalaman, dan penghayatan
tentang liku-liku kehidupan tanpa harus mengalami sendiri semuanya
terlebih dahulu. Karya prosa fiksi akan memperkaya batin seseorang
dan memberinya kemampuan bersikap arif dalam menghadapi dan
menghargai kehidupan.
Keindahan dan kebermaknaan prosa fiksi tak lepas dari unsur-unsur
yang membangunnya, seperti tokoh dengan perwatakannya, peristiwa
yang dialami tokoh, plot atau alur cerita, latar, serta sudut pandang
penceritaan cerita maupun melalui unsur batinnya, seperti tema dan
amanat, di samping imajinasi serta pengalaman, dan pandangan hidup
penyair.
Di dalam prosa terdapat unsur tema dan amanat. Unsur ini sangat
erat kaitannya. Sebagaimana tema adalah gagasan atau ide yang mendasari
suatu cerita. Sedangkan amanat atau pesan (massage) merupakan nilai
kehidupan berupa pesan–pesan moral yang dikemukakan pengarang
melalui tema pokok persoalan yang dikemukakan dalam prosa fiksinya.

Bustanul Arifin, dkk, Menyimak. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.


1

64-66.

154 Keterampilan  Menyimak


Pengarang melakukan berbagai cara dalam mengungkapkan pesan. Ada
yang dilakukan secara eksplisit atau tersurat sehingga mudah ditangkap
pembaca, tetapi juga ada yang implisit atau tersirat sehingga pembaca
atau penyimak harus bekerja keras untuk menemukannya.

b. Prosa Nonfiksi
Prosa nonfiksi ialah karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau
khayalan pengarang, tetapi berisi hal-hal yang berupa informasi faktual
(kenyataan) atau berdasarkan pengamatan pengarang. Prosa nonfiksi
ini merupakan karangan yang bersumber dari peristiwa yang dapat
ditelusuri dan dibuktikan kebenarannya. Karangan ini diungkapkan
secara sistematis, kronologis, atau kilas balik dengan menggunakan
bahasa semiformal. Proses tersebut tak ada bumbu imajinatif atau
rekaan. Karangan ini berbentuk eksposisi, persuasi, deskripsi, atau
campuran. Contoh prosa nonfiksi antara lain, riwayat hidup atau
biografi, sejarah, iklan, pengumuman, dan berita duka. Selain itu, prosa
nonfiksi disebut juga karangan semi ilmiah. Contoh karangan semi
ilmiah antara lain, artikel, tajuk rencana, opini, dan lain-lain.

2. Unsur-unsur dalam Prosa


Struktur novel atau cerpen dibentuk oleh unsur-unsur intrinsik, yaitu
tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat.
a. Tema
Tema merupakan inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan
cerita. Tema mempunyai posisi atau kedudukan yang penting dalam
sebuah cerita. Untuk memahami tema sebuah cerita, kita harus
membaca cerita itu secermat-cermatnya.
b. Alur (Plot)
Gerak hidup para tokoh dikemas dalam berbagai peristiwa.
Peristiwa demi peristiwa ditata sedemikian rupa dalam hubungan
sebab akibat sehingga terasa runut, logis, dan nyata. Inilah yang
disebut dengan alur. Alur sebuah cerita terdiri dari tiga bagian,
yaitu awal, tengah, dan akhir.
1) Bagian awal berupa eksposisi yang memuat perkenalan
setiap tokoh cerita, tempat, dan waktu terjadinya peristiwa.
Dilanjutkan dengan komplikasi atau intrik-intrik awal yang
akan berkembang menjadi konflik cerita.

Bab  10  |Menyimak  Estetis  (Prosa  Dan  Drama) 155


2) Bagian tengah memuat komplikasi yang mengarah ke konflik
sampai terjadinya klimaks cerita. Klimaks cerita mereda
dengan terjadinya relevansi, yaitu terbukanya tabir rahasia
problema.
3) Bagian akhir memuat denouement, catastrophe, atau solution.
Denouement adalah penyelesaian problema yang membahagiakan.
Catastrophe, penyelesaian cerita yang menyedihkan, dan solution,
penyelesaian yang masih bersifat terbuka yang keputusan
akhirnya diserahkan kepada pembaca.
c. Latar
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang
digunakan dalam suatu cerita. Latar dapat bersifat faktual atau
imajiner. Fungsi latar adalah memperkuat atau mempertegas
keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan
demikian, apabila pembaca sudah menerima latar sebagai sesuatu
yang benar, dia akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun
kejadian-kejadian yang ada dalam latar itu.
d. Penokohan
Cerita ditampilkan melalui para tokoh. Ada tokoh utama
(protagonis), ada pula tokoh yang selalu berlawanan dengan tokoh
utama (antagonis) dan tokoh lain yang mengimbangi tokoh utama,
yaitu tokoh antagonis serta koh pendukung lainnya. Sebagai pelaku
cerita, para tokoh disifati dengan berbagai karakter yang berlainan,
kemudian menjadi pemicu terjadinya konflik. Konflik di antara
tokoh tersebutlah yang menyebabkan sebuah cerita berkembang
dan terasa nyata.
Sedangkan penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan
dan mengembangkan karakter tokoh tokoh dalam cerita. Dalam
rangka menggambarkan karakter tokoh-tokohnya, pengarang dapat
menggunakan teknik berikut.
i. Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung
oleh pengarang.
ii. Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui:
a) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh;
b) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh;
c) Penggambaran bahasa yang digunakan para tokoh;

156 Keterampilan  Menyimak


d) Pengungkapan jalan pikiran tokoh; dan
e) Penggambaran oleh tokoh lain.
e. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Ada beberapa sudut pandang yang biasa digunakan pengarang.
1)   Narrator omniscient, yaitu narrator atau pengisah yang sekaligus
berperan sebagai pelaku cerita. ia menjadi penutur yang serba
tahu tentang apa yang ada dalam benak pelaku utama maupun
di dalam benak pelaku lainnya baik secara fisik maupun
psikologis. Ceritanya dengan sebutan aku atau saya. Teknik
penceritaannya disebut penceritaan akuan.
2)   Narrator observer, yaitu pengisah cerita hanya berfungsi sebagai
pengamat terhadap pemunculan para pelaku serta hanya tahu
dalam batas tertentu keadaan batiniah pelaku. dalam cara
ini pengarang menggunakan sapaan ia, dia, atau nama-nama
lainnya.
3)   Narrator observer omniscient, yaitu pengisah cerita di samping ia
sebagai pengamat tokoh dalam cerita tetapi ia juga sekaligus
berperan sebagai pelaku dalam cerita. Ia menjadi penutur yang
serba tahu tentang keadaan batiniah pelaku lainnya.
4) Narrator the third person omniscient, yaitu pengarang hadir di
dalam cerita sebagai pelaku ketiga yang serba tahu. Walaupun
ia berperan sebagai orang ketiga, tetapi ia juga kadang-kadang
menyebut dirinya sendiri dengan sebutan saya atau aku.2
f. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat
disimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan
isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukan amanat, tidak cukup
dengan membaca dua atau tiga paragraf, tetapi harus membaca
keseluruhan cerita sampai tuntas.
g. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis

2
Ibid., h. 6.16.

Bab  10  |Menyimak  Estetis  (Prosa  Dan  Drama) 157


(pemakai bahasa) (Keraf, 1991: 113). Ruang lingkup gaya bahasa
meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,
dan penghematan kata.
Prosa fiksi, pengarang juga sering memanfaatkan ungkapan,
peribahasa, atau majas untuk membangun cerita. Semua itu digunakan
untuk menciptakan efek tertentu dalam sebuah cerita. Dengan kata
lain, ungkapan, peribahasa, dan majas digunakan untuk menimbulkan
kesan imajinatif pada penyimak atau pembacanya.

B. Menyimak Estetis (Drama)


1. Pengertian Drama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Drama adalah
komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan. Drama merupakan salah satu gendre karya sastra yang
secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ”dran” yang berarti
melakukan sesuatu (Suwardi, 2005: 189).
Para ahli memberikan definisi kata drama berbeda-beda, namun
pada intinya mempunyai maksud yang sama. Adapun di antara para
ahli yang memberikan definisi kata drama antara lain sebagai berikut:
a. Aristoteles mendefinisikan drama sebagai tiruan manusia dalam
gerak gerik.
b. Multon mendefinisikannya sebagai kehidupan yang dilukiskan
dengan gerak.
c. Baltazar Verhagen drama adalah kesenian yang melukiskan sifat
dan sikap manusia dengan gerak.
d. Ferdinand Brunetierre mendefinisikan drama sebagai kehendak
manusia yang diungkapkannya dengan action.
e. Alvin B. Kernan menjelaskan bahwa drama berasal dari kata “dran”
yang berarti berbuat (to do) atau (to act).3
f. Suyoto menjelaskan drama adalah kisah kehidupan manusia
yang dikemukakan dipentas berdasarkan naskah, menggunakan
percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu seperti tata

3
Sihabudin, dkk, Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Learning Assistance Program
For Islamic Schools, 2009), h.127.

158 Keterampilan  Menyimak


panggung serta disaksikan oleh penonton.
g. Waluyo mengungkapkan bahwa drama merupakan tiruan kehidupan
manusia yang diproyeksikan di atas pentas.
h. Esser mengartikan drama sebagai Handlung atau “lakon” yang lebih
mengarah pada bagian dari pentasan (Theater).
Dramatik atau drama merupakan genre ketiga dari jenis karya sastra,
secara garis besar drama memiliki dua bentuk yaitu bentuk luar dan
bentuk dalam. Beberapa elemen utama yang mendukung sebuah drama
dari bentuk dalam adalah Handlung atau kejadian, tokoh, tempat dan
percakapan. Sementara bentuk luar terdiri atas bentuk tertutup dan
bentuk terbuka.4
Drama tidak ditulis untuk berhenti sampai pada pembeberan
peristiwa saja, seperti hanya prosa fiksi untuk dinikmati secara artistik
imajinatif oleh pembacanya. Namun, diteruskan kepada kemungkinan
untuk dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku
konkret yang dapat disaksikan oleh penonton. Drama juga merupakan
seni pertunjukan, seni lakon, atau seni peran di samping sebagai bagian
dari seni sastra.
Drama sebagai sebuah seni pertunjukan, ditampilkan melalui
proses penulisan teks yang disebut teks drama atau naskah drama.
Seorang penyair yang menulis sebuah cerita sandiwara disebut
dramatiker atau dramawan. Hal yang membedakan drama dengan karya
sastra lainnya adalah dialog atau percakapan yang dilakukan para pelaku
drama. Teks drama memang ditulis untuk dipentaskan, kendati tidak
semua teks drama dipentaskan. Ada teks drama yang hanya disiapkan
untuk dibaca. Teks drama yang hanya dibaca dikenal dengan istilah
drama baca (closet drama).
Teks drama adalah semua teks yang bersifat dialog dan yang isinya
membentangkan alur. Teks drama berbeda dengan fiksi lain karena
memerlukan pementasan yang di dalamnya memberikan penafsiran kedua.
Dalam rangka memahami drama auditif atau yang diperdengarkan,
tidak semudah memahami drama visual yang dipertontonkan atau
drama baca. Penyimak perlu kerja keras karena hanya melalui indra

Akmal Hamsa, Pembelajaran Keterampilan Menyimak, (Makassar: Badan Penerbit


4

UNM, 2010), h. 67-68.

Bab  10  |Menyimak  Estetis  (Prosa  Dan  Drama) 159


pendengaran dan daya imajinasinya saja dia dapat menangkap substansi
dan estetikanya.5
Menurut perkembangannya drama dibedakan atas drama tradisional
dan drama modern. Drama tradisional disebut juga dengan drama asli.
Bentuk drama ini lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
pendukungnya. Drama tradisional sangat akrab dengan masyarakat dan
sejiwa dengan masyarakat pemiliknya. Antara tiap-tiap daerah memiliki
jenis drama yang berbeda-beda, tergantung dari perbedaan pandangan,
jiwa, adat serta keyakinan masyarakat pemiliknya. Tiap-tiap daerah
memiliki perbedaan drama ini, namun ciri-ciri drama ini tetap sama.
Kebalikan dari drama tradisional adalah drama modern, yang
merupakan drama hasil pengaruh teater barat. Kehadirannya dibuat
dan diadakan oleh seseorang pengarang atau seorang sutradara. Adapun
perbedaan antara drama tradisional dan drama modern yaitu sebagai
berikut:

DRAMA  TRADISIONAL DRAMA  MODERN


Cerita   yang   disajikan   sudah   dikenal   oleh   Bentuk   naskah   drama   modern   disusun  
masyarakat dengan   tema   yang   beragam   dan   tema-­‐
tema  tersebut  pada  umumnya  tidak  ada  
kaitanya   dengan   masalah   kehidupan  
sehari-­‐hari  penonton
Tarian,   nyayian,   dan   lawakan   bukan   Naskah   drama   dilengkapi   dengan  
merupakan   bagian   pertunjukan   yang   keterangan  gerak,  setting,  dan  suasana.
terpisah.   Bahkan   lawakan   biasanya  
menguasai  jalannya  pementasan
Nilai  dramatik  dilakukan  spontan  dan  tak   Dialog-­‐dialog   harus   dihafalkan   oleh  
terduga pemainnya
Hubungan  penonton  dan  pemain  sangat   Hubungan   pemain   dan   penonton   tidak  
akrab akrab
Pergelaran  dilakukan  di  mana  saja Dipentaskan  di  tempat  tertentu,  seperti  
panggung
Ceritanya   tidak   ditulis,   melainkan   Disusun   dengan   menggunakan   naskah  
diceritakan  garis  besarnya  saja yang  dapat  dibaca  dan  diperankan  oleh  
aktor

5
Ibid., h. 6.26-6.27.

160 Keterampilan  Menyimak


2 Unsur dalam Drama
a. Unsur Pembangun Teks Drama
Unsur-unsur pembangun sebuah teks drama tidak berbeda dengan
unsur-unsur yang membangun prosa fiksi, yaitu adanya unsur
intrinsik dan ekstrinsik.
1)   Unsur Intrinsik Drama
Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat dalam karya sastra.
Adapun di antara unsur intrinsik dalam drama antara lain:
tokoh, tema, amanat, alur, dan gaya penulisan.
a) Tema
Tema adalah permasalahan pokok yang merupakan
titik tolak pengarang dalam menyusun cerita dan
merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan
pengarang melalui karya. Tema drama dapat ditentukan
dengan memperhatikan dan mengingat-ingat peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam naskah drama.
b) Tokoh
Tokoh adalah salah satu unsur dari drama yang
dipergunakan pengarang untuk membeberkan peristiwa-
peristiwa. Pada umumnya tokoh yang terdapat dalam
drama berupa manusia, akan tetapi ada kemungkinan
tokoh drama diperankan oleh binatang atau makhluk
lainnya. Tokoh-tokoh cerita memliki sifat dan watak
masing-masing yang digambarkan dengan jelas oleh
pengarang dalam cerita drama.
c) Latar (Setting)
Setting adalah latar belakang tentang waktu kejadian atau
zaman, waktu, dan cara berbudaya suatu masyarakat yang
diceritakan dalam sebuah drama. Menentukan setting
drama dapat dilakukan dengan membaca naskah drama
dan menganalisis waktu dan tempat suatu peristiwa dalam
drama tersebut.
d) Plot (Alur)
Plot adalah rangkaian peristiwa berdasarkan urutan
waktu dan hubungan sebab akibat secara linier maupun
kausalitas sehingga membentuk satu kesatuan yang padu,

Bab  10  |Menyimak  Estetis  (Prosa  Dan  Drama) 161


bulat, dan utuh. Maksudnya, dalam drama peristiwa
pertama menyebabkan terjadinya peristiwa kedua,
peristiwa kedua menyebabkan terjadinya peristiwa ketiga
dan demikian selanjutnya hingga pada dasarnya peristiwa
terakhir ditentukan oleh terjadinya peristiwa pertama.
e) Konflik
Konflik adalah pertentangan antara dua tokoh atau lebih
antara tokoh dengan nasibnya dan antara tokoh dengan
budaya, antara tokoh alam, dan antara tokoh dengan benda
lain. Konflik drama dapat terungkap melalui ucapan aktor,
atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam drama.
f) Amanat
Amanat adalah tujuan yang hendak dicapai pengarang.
Amanat bisa berupa ajaran moral, ajakan, saran, atau
anjuran. Amanat dalam drama dapat dipahami setelah
membaca naskah drama dengan seksama.6
2)   Unsur Ekstrinsik Drama
Unsur ekstrinsik adalah faktor atau unsur luar yang turut
memengaruhi isi drama. Unsur ekstrinsik antara lain adalah:
a) Kepercayaan pengarang.
b) Latar belakang dan pandangan hidup pengarang.
c) Situasi sosial pada saat ceritanya diciptakan.
d) Nilai-nilai agama, politik, ekonomi, budaya.
e) Psikologis pengarang.
f) Latar belakang yang melandasi penciptaan karya sastra.7
b. Unsur Pementasan Drama
Drama sebagai sebuah karya sastra yang dipentaskan memiliki
unsur-unsur sebagai berikut.
1)   Naskah cerita, sebagai teks yang akan dipentaskan dan
berbentuk dialog antartokoh.
2)   Aktor atau pemeran, sebagai pemeran tokoh-tokoh yang
membawakan cerita.

Sihabudin, op.cit., h.13-10.


6

Jaya Kurnia, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama diunduh dari http://pengayaan.
7

com/unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-drama/ pada 15 Maret 2017 pukul 21.09 WIB.

162 Keterampilan  Menyimak


3)   Panggung, sebagai tempat pementasan yang menunjukkan
setting cerita dengan didukung dekorasi atau properti.
4)   Tata lampu, sebagai pencahayaan dalam proses pementasan.
5)   Ilustrasi¸biasanya berupa musik pendukung
yang menggambarkan suasana adegan.
6)   Kostum dan tata rias¸sebagai penegasan karakter tokoh-
tokohnya.
c. Unsur Sarana Kesusastraan dan Kedramaan
Aneka sarana kesusastraan dan kedramaan dijelaskan
sebagai berikut.
1) Perulangan: kontras dan paralel.
2) Gaya dan atmosfer.
3) Simbolisme.
4) Empati dan jarak estetika.8
e. Unsur Aktor dalam Drama
Adapun dari unsur-unsur yang harus dimiliki dan dilatih oleh
aktor drama mencakup hal-hal berikut.
1) Penjiwaan, berkaitan dengan ketepatan dan kesungguhan
karakter yang dibawakan.
2) Ekspresi, berkaitan dengan perubahan raut wajah dengan gerak
tubuh dalam berbagai suasana.
3) Suara, berkaitan dengan intonasi, artikulasi, dan volume.

3. Jenis - jenis drama


a. Tragedi
Tragedi adalah sebuah drama yang akhir kisahnya bersifat kedukaan
atau kesedihan (dengan ciri-ciri: menganggap subjek yang serius,
pelaku utama harus herois, segala insiden harus wajar, emosi
utama: rasa kasihan, sedih atau takut).
b. Komedi
Komedi berakhir dengan suka citaa (subjek: cerah, kelucuan yang
serius, kejadian muncul dari tokoh, kejadian muncul dan seakan-
akan terjadi).

8
Didin Ridwanuddin, Bahasa Indonesia,(Ciputat: UIN Press, 2015), h. 109.

Bab  10  |Menyimak  Estetis  (Prosa  Dan  Drama) 163


c. Tragikomedi adalah cerita drama yang menampilkan duka dan cita
sekaligus.
d. Melodrama
Melodrama adalah drama yang dimainkan dengan iringan
alunan musik, seperti pertunjukan opera dan pantomime. Ciri-
ciri melodrama antara lain, subjek serius dan kurang autentik,
ada perubahan terjadi, rasa kasihan bersifat sentimentalitas,
tokoh utama biasanya menang.
e. Farce
Farce yang dimaksudkan di sini adalah melodrama bagi tragedi,
adalah farce bagi komedi. Ciri-cirinya seperti: kemungkinan
terjadi tidak begitu besar, kelucuan seenaknya saja, bersifat
episodic, kejadian muncul dari situasi.9

4. Contoh Teks Drama


Berikut ini kutipan teks drama Perempuan dalam Kereta karya Hamdy
Salad berikut.
Suara cermin dibanting dan diinjak-injak dengan sepatu. Dalam keremangan
atau silhuet, seorang perempuan bergerak, merintih, menari, dalam kotak yang
terbuat dari koran-koran kuning. Lalu memberontoak dan merobek semuanya.
Dua perempuan (bisa juga diperankan oleh lelaki) sedang tepekur dalam
dalam dua kerangkeng (semacam jeruji yang bisa dipakai sebagai properti).
Gelisah, kemudian saling menyapa.
Perempuan I
Apakah engkau seorang serdadu? (Tak ada jawaban) Apakah engkau seorang
Serdadu?
Perempuan II
Serdadu .... Apa menurutmu aku seorang laki-laki?
Perempuan I
Tidak. Emangnya hanya laki-laki saja yang bisa menjadi serdadu, menjadi
jenderal atau presiden.
Perempuan II
Kalau begitu, benar dugaanku engkau seorang perempuan.

9
Ibid., h. 110.

164 Keterampilan  Menyimak


Perempuan I
Jangan terlalu cepat percaya pada prasangka, pada pendapat atau kata-kata.
Lelaki atau perempuan tiada bedanya dalam berpendapat, dalam berkata
atau berpikir.
Perempuan II
Oh ... Dugaanku memang tepat. Anda seorang tahanan politik bukan?
Membaca sebuah teks tertulis atau menonton pertunjukan drama
tidaklah sesulit menyimak drama. Kita perlu menggunakan daya simak
dan imajinasi dengan baik.10

C. Cara Menyimak Estetis Prosa dan Drama


Secara umum, cara menyimak prosa dan drama adalah hal yang saling
berhubungan. Keduanya sama-sama mengutamakan konsentrasi pada
penglihatan dan pendengaran. Salah satu kegiatan menyimak prosa
dan drama adalah mengapresiasi prosa dan drama. Apresiasi prosa dan
drama berarti kemampuan atau keterampilan yang dimiliki tiap orang
dalam memahami makna prosa dan drama. Mengapresiasikan prosa dan
drama berarti kesanggupan dalam mengenal, memahami, menghargai,
menilai, dan memberikan makna terhadap prosa drama yang ditonton.11
Menurut penulis, meski menyimak prosa dan drama masuk
ke dalam bagian menyimak ekstensif, menyimak yang tidak terlalu
mendalam, namun seorang penyimak bisa bersungguh-sungguh.
Penyimak yang mampu dan mau, bisa menyimak dialog yang terdapat
dalam naskah prosa dan drama tersebut dan mengingat percakapan
yang penting. Penyimak bisa mengulang kembali kata-kata yang mereka
yakini bernilai positif dan layak untuk dihafal. Jadi menyimak jenis ini
bisa menjadi menyimak intensif, tergantung tujuan penyimak.

10
Bustanul Arifin, dkk, Menyimak. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.
6.23-6.24.
11
Sihabbudin, dkk, Bahasa Indonesia 2, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 4.9.

Bab  10  |Menyimak  Estetis  (Prosa  Dan  Drama) 165


[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB  11
MENYIMAK KRITIS (KARANGAN
ILMIAH DAN NON-ILMIAH)

A. Pengertian Menyimak Kritis


Menyimak kritis merupakan jenis menyimak yang tergolong dalam
menyimak intensif. Sedangkan pengertian dari menyimak intensif adalah
kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian
sehingga penyimak memahami bahan simakan secara mendalam.
Kritis sendiri mempunyai arti bersifat tidak lekas percaya,
selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam
penganalisisan. Mengkritisi adalah menganalisis secara tajam, berusaha
menemukan kesalahan atau kebenaran, mencermati.1
Dengan demikian, menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis
kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan
juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara
dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
Umumnya menyimak kritis cenderung meneliti letak kekurangan,
kekeliruan, dan ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau
pembicaran seseorang.2 Hendaknya disadari bahwa memang ada situasi

1
KBBI, Op.cit., h. 743.
2
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: CV Angkasa, 2015), h. 46.

167
khusus yang menuntut untuk menyimak kritis, antara lain pidato-pidato
politik, pidato-pidato filosofis, kata-kata memikat dari tukang obral
berupa iklan-iklan (Hunt,1981: 28).3
Beberapa situasi khusus yang menuntut kita untuk menyimak
kritis, antara lain:
a. Pidato-pidato politis
b. Pidato-pidato filosofis
c. Kata-kata memikat dari tukang obral
Kemudian ada empat konsep penting dalam menyimak kritis, yaitu:
1. Penyimak harus yakin bahwa sang pembicara telah mendukung
serta mendokumentasikan masalah yang mereka kemukakan.
2. Penyimak berharap agar sang pembicara mengemukakan masalah-
masalah khusus.
3. Penyimak berharap agar sang pembicara mendemonstrasikan
keyakinannya pada suatu topik tertentu.
4. Penyimak harus percaya dan menuntut dengan tegas agar sang
pembicara bergerak dari hal-hal umum ke hal-hal khusus (berpikir
secara deduktif).

B. Tujuan dan Manfaat Menyimak Kritis


Menyimak kritis, bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan.
Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara. Contoh:
orang yang menghadiri seminar akan memberikan tanggapan terhadap
isi seminar. Di sisi lain, anak-anak perlu belajar mendengarkan dan
menyimak secara kritis atas segala ucapan atau informasi lisan untuk
memperoleh kebenaran (Dawson, et all, 1963: 154). Sering sekali kita
menemui situasi-situasi penghasutan yang menyemburkan kebenaran-
kebenaran semu yang seolah masih dapat dipertahankan keasliannya,
sehingga membuat para penyimaknya perlu menilai dengan teliti segala
sesuatu yang diucapkan oleh si pembicara dalam upaya menentukan
ketidakpercayaan dalam informasi tersebut.
Berikut jabaran untuk beberapa tujuan dari menyimak kritis.

3
St.Y.Slamet, dan Kundharu Saddhono, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia (Teori dan Aplikasi), (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 8.

168 Keterampilan  Menyimak


1. Membedakan fakta dari khayalan menurut kriteria tertentu.
2. Menentukan validitas (keabsahan) dan ketepatan gagasan utama,
argumen-argumen, dan hipotesis.
3. Membedakan pertanyaan-pertanyaan yang didukung dengan bukti-
bukti yang tepat dari opini penilaian, serta mengevaluasinya.
4. Memeriksa, membandingkan, dan mengontraskan gagasan dan
menyimpulkan pembicaraan, misalnya mengenai ketepatan dan
kesesuaian suatu deskripsi.
5. Mengevaluasi kesalahan-kesalahan.4
a. Generalisasi yang tergesa-gesa.
b. Analogi atau penyesuaian yang salah.
c. Gagal dalam menyajikan contoh.
6. Mengenal dan menentukan pengaruh-pengaruh berbagai alat yang
mungkin dipakai oleh penyampai bahan simakan (pembicara)
untuk memengaruhi pendengar, misalnya:
a. Musik
b. Kata-kata yang tidak penting
c. Intonasi suara
d. Propaganda
7. Melacak dan mengevaluasi bias dan prasangka buruk dari pembicara
atau dari suatu sudut pandang tertentu.
8. Mengevaluasi kualifikasi pembicara.
9. Merencanakan evaluasi dan mencoba menerapkan suatu situasi
yang baru5
Kegiatan menyimak secara kritis mempunyai beberapa manfaat,
seperti:6
1. Terdeteksinya kesalahan atau kekeliruan dalam bahan simakan yang
nantinya mendorong untuk menuju terbentuknya kebenaran dan
keabsahan bahan simakan tersebut.

4
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 2010), h.
227.
Ibid., h. 227.
5

Arine, “Menyimak Kritis”, dalam http://Arine-s.blogspot.co.id/2011/10/


6

menyimak-kritis.html diunduh pada 12 Maret 2017 pukul 16.20 WIB.

Bab  11  Menyimak  Kritis  (Karangan  Ilmiah) 169


2. Mendorong seseorang khususnya penyimak untuk berpikir rasional
dan kritis menggunakan akal sehat.
3. Terbuktinya sebuah fakta.

C. Tahapan dalam Menyimak Kritis


Proses menyimak kritis dibutuhkan beberapa strategi yang layak
ditempuh untuk memenuhi pemahaman dalam menyimak kritis, yaitu:

1. Mendengarkan
Pada tahap mendengarkan terjadi proses menginformasikan lisan
dari pembicara kepada penyimak. Wujud informasi berupa teks lisan
atau kode bunyi bahasa (bunyi, kata, kalimat, atau wacana) yang perlu
dipahami. Tahap ini menekankan seorang penyimak perlu memiliki
pengetahuan tentang kebahasaan dan makna, dari setiap bahasa yang
disimaknya. Proses mendengarkan harus dilakukan dengan penuh
perhatian dan konsentrasi serta tidak mudah terganggu oleh unsur
dari luar materi simakan.

2. Mengidentifikasi
Pada tahap identifikasi dilakukan penyimak setelah rangsangan
(stimulus) berupa bunyi (bahasa) diterima penyimak dalam memori.
Identifikasi juga dilakukan pada pemilihan tiap topik atau gagasan-
gagasan pesan. Penyeleksian informasi ini, memori ingatan (otak)
akan membedakan pesan yang dipentingkan dan pesan yang tidak
dipentingkan sehingga tidak semua apa yang diujarkan pembicara
direkam dalam memori.

3. Memahami
Pada tahap ini penyimak melakukan pemahaman terhadap semua data
informasi yang diterima. Tahap memahami merupakan tahap pemberian
makna pesan yang didengar agar dicapai semirip dan sedekat mungkin
dengan pesan yang dimaksud oleh pembicara.

4. Menilai
Menilai adalah proses menghargai terhadap pesan yang telah diterimanya,
diinterpretasi, dan dipahaminya. Menilai berarti memberi harga dan
mengaitkan kegunaan dari makna pesan dalam hubungannya dengan
sesuatu di dalam kehidupan sehingga memilliki kegunaan yang jelas.

170 Keterampilan  Menyimak


5. Menanggapi secara kritis
Pada tahap ini penyimak menguji atau melakukan proses berpikir kritis
dengan mengajukan pertanyaan apa sebab dan mengapa demikian. 7
Selain itu, menyimak kritis memiliki beberapa kegiatan-kegiatan
yang telah dicakup secara agak terperinci, yaitu:8
1. Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, pemakaian
kata, dan unsur-unsur kalimatnya.
2. Menentukan alasan “mengapa”.
3. Memahami aneka makna petunjuk konteks.
4. Membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak relevan.
5. Membuat keputusan-keputusan.
6. Menarik kesimpulan-kesimpulan.
7. Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.
8. Menentukan informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu
topik.
9. Menginterpretasi ungkapan, idiom, istilah baru.
10. Bertindak objektif dan evaluatif.

D. Konsep Penting dalam Menyimak Kritis


Kegiatan menyimak kritis, seyogianya para penyimak mempunyai empat
konsep penting dalam menyimak kritis, yaitu:9
1. Penyimak harus yakin bahwa sang pembicara telah mendukung serta
mendokumentasikan masalah-masalah yang mereka kemukakan.
2. Penyimak mengharap agar sang pembicara mengemukakan
masalah-masalah khusus.
3. Penyimak mengharap agar sang pembicara mendemonstrasikan
keyakinannya pada suatu topik tertentu.
4. Penyimak harus percaya dan menuntut dengan tegas agar sang
pembicara bergerak dari hal-hal umum ke hal-hal yang khusus
(berpikir secara deduktif, Hunt, 1981 :30).

7
Syaeful Rahman, Menyimak Kritis, dalam http://syaefulrahman.blogspot.
co.id/2011/03/menyimak-kritis.html diunduh pada 12 Maret 2017 pukul 15.56
WIB.
8
Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: CV Angkasa, 2015), h. 46.
9
Ibid., h. 48.

Bab  11  Menyimak  Kritis  (Karangan  Ilmiah) 171


Selain itu, empat konsep penting dalam menyimak kritis tersebut
tidak akan terealisasikan jika si penyimak tidak memiliki unsur sebagai
penyimak ideal.
Adapun unsur penyimak ideal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:10
1. Berkonsenstrasi, artinya penyimak harus benar-benar
memusatkan perhatian kepada materi yang disimak,
2. Bermotivasi, artinya mempunyai tujuan tertentu sehingga
untuk menyimak kuat,
3. Menyimak secara menyeluruh, artinya penyimak harus
menyimak secara utuh dan padu,
4. Harus menghargai pembicara,
5. Harus selektif, artinya harus memilih bagian-bagian yang inti.
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah:
1. Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang
tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya.
2. Menentukan alasan “mengapa”.
3. Memahami aneka makna petunjuk konteks.
4. Membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang
tidak relevan.
5. Membuat keputusan-keputusan.
6. Menarik kesimpulan-kesimpulan.
7. Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.
8. Menentukan mana informasi baru atau informasi
tambahan bagi suatu topic
9. Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan
bahasa yang belum umum atau yang belum lazim dipakai.
10. Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian,
kebenaran, atau adanya prasangka atau kecerobohan,
kekurangtelitian serta kekeliruan. (Anderson, 1972 :70)

10
Arine, Menyimak Kritis, dalam http://Arine-s.blogspot.co.id/2011/10/
menyimak-kritis.html. diunduh pada 12 Maret 2017 pukul 16.20 WIB

172 Keterampilan  Menyimak


E. Menyimak Ilmiah dan Non-ilmiah
1. Menyimak Ilmiah
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan
serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara
melalui ujaran.11
Menurut Brotowidjoyo (dalam Arifin, 2008), karangan ilmiah
adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.12
Adapun ciri-ciri karangan ilmiah yaitu:
a. Mengungkapkan permasalahan secara logis.
b. Menampilkan fakta yang terpercaya.
c. Menggunakan analisis yang objektif.
d. Mengemukakan pendapat bedasarkan fakta.
e. Tidak melibatkan imajinasi perasaan.
f. Menghindari kalimat bermakna ambigu.
g. Mengindari kalimat yang bermakna konotatif.
h. Disusun secara sistematis.13
Menyimak ilmiah adalah kegiatan mendengarkan informasi dengan
seksama dengan tujuan keilmuan. Adapun macam-macam wacana
ilmiah yang dapat disimak, antara lain:
a. Laporan penelitian adalah laporan yang ditulis berdasarkan
penelitian.
b. Skripsi adalah tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik
strata satu (S1).
c. Tesis adalah tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik
strata dua (S2).
d. Disertasi adalah tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik
strata tiga (S3).

11
Tarigan, Op.cit., h. 28.
12
Siti fatimah, Karya Tulis Ilmiah, dalam http:/file.upi.edu/../19_KTI-PLPG.
pdf. diunduh pada 16 Maret 2017 pukul 10.28 WIB.
13
Hari Santoso, Peningkatkan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah bagi Pustawan,
(Universitas Negeri Malang: UPT Perpustakaan UNM, 2008), h. 4-6.

Bab  11  Menyimak  Kritis  (Karangan  Ilmiah) 173


e. Surat pembaca adalah surat yang berisi kritik dan tanggapan
terhadap isi suatu tulisan ilmiah.
f. Laporan kasus adalah tulisan mengenai kasus-kasus yang ada
dilandasi dengan teori.
g. Laporan tinjauan adalah tulisan yang berisi tinjauan karya-karya
ilmiah dalam kurun waktu tertentu.
h. Resensi adalah tanggapan terhadap suatu karangan atau buku yang
memaparkan manfaat karangan atau buku tersebut bagi pembaca.
i. Menograf adalah karya asli menyeluruh dari suatu masalah.
j. Referat adalah tinjauan mengenai karangan sendiri dan karangan
orang lain.
k. Kalibrasi adalah karangan-karangan penting yang dikerjakan oleh
sarjana pendidikan nasional utnuk bahan kuliah.
Selain wacana tulisan tersebut, dewasa ini banyak diterbitkan buku
ajar yang bermanfaat sebagai penutur perkuliahan dan diterbitkan oleh
perguruan tinggi. Prinsipnya, buku ajar sama dengan kalibrasi. Jenis
tulisan ilmiah yang lain adalah proposal penelitian dan modul. Proposal
penelitian biasanya dibuat untuk aplikasi atau permohonan bantuan
dana pemilihan dan untuk rancangan skripsi, tesis, atau disertasi. Modul
digunakan sebagai panduan perkuliahan dan biasanya hanya digunakan
secara internal, tidak harus diterbitkan.
Wacana-wacana ilmiah di atas, selain memang bisa dipahami
dengan cara membacanya, dapat juga disimak dalam bentuk rekaman,
baik secara utuh maupun bagian-bagian tertentu.
Bahan simakan wacana ilmiah dapat pula dari suatu presentasi
lisan atau presentasi poster. Presentasi lisan merupakan bagian tak
terpisahkan dari wacana ilmiah. Isi presentasi lisan pada dasarnya
ringkasan dari pokok-pokok penelitian, pembahasan, dan kesimpulan.
Presentasi lisan, antara lain dilakukan untuk mempertahankan disertasi,
tesis, atau skripsi, mengajukan usulan penelitian pada aplikasi dana
penelitian, dan melaporkan hasil penelitian pada seminar-seminar
ilmiah.14

Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Tangerang Selatan: Penerbit Universitas


14

Terbuka, 2017), h. 7.9.

174 Keterampilan  Menyimak


2. Menyimak Non-ilmiah
Menyimak non-ilmiah adalah proses mendengarkan dengan tujuanu
untuk mendapatkan informasi yang tidak berkenaan dengan ilmu. Salah
satu contoh menyimak non-ilmiah dalah menyimak iklan. Wacana iklan
biasanya berupa ujaran lisan yang dimaksudkan untuk memasarkan
produk berupa barang atau jasa, atau untuk menginformasikan kegiatan,
jasa, dan produk kepada pendengar. Wacana iklan bisa juga dalam
bentuk tulisan sehingga untuk proses penyimakannya dilakukan dengan
mendengarkan teks yang dilisankan.
Menyimak wacana iklan dapat dilakukan melalui siaran televisi
siaran radio atau melalui iklan tulis yang dibacakan. Adapun sifat-sifat
karya non-ilmiah antara lain:
a. Emotif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang
terkadang melampaui kebenaran,
b. Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca,
c. Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung data dan fakta, dan
d. Terkadang over claiming, karya-karya non-ilmiah ini, terutama dapat
dilihat dalam bentuk karya-karya seni, seperti cerpen, novel, puisi,
komik, dan lain-lain semisalnya.

F. Tujuan Menyimak Ilmiah dan Non-Ilmiah


Secara umum kegiatan menyimak memiliki tujuan untuk memahami
isi dan makna setiap pesan atau bahasa lisan yang disimak. Jadi, tujuan
menyimak seperti yang dinyatakan oleh David Munan (1995) adalah
menyimak bukan hanya sekadar mengenal bunyi-bunyi saja, tetapi lebih
dari itu yang memahami informasi dan pesan yang diperoleh dari teks
lisan yang didengarnya atau informasi dari komunikasi yang disimak.
Tujuan menyimak adalah untuk menangkap informasi
sekaligus membedakan arti dalam artian menyimak tidak sekadar
mendengarkan, tetapi lebih dari itu yaitu mendengar dengan
memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Dan seperti yang
telah diketahui sebelumnya, menyimak merupakan salah satu dalam
keterampilan berbahasa yang menggunakan indra pendengaran.
Tujuan menyimak secara umum adalah untuk mendapatkan
informasi, untuk dapat menangkap isi, dan untuk memahami makna
komunikasi yang ingin disampaikan oleh seorang pembicara melalui ujaran.

Bab  11  Menyimak  Kritis  (Karangan  Ilmiah) 175


Secara khusus, tujuan menyimak adalah untuk menangkap informasi
sekaligus membedakan arti -- dalam artian menyimak tidak sekadar
mendengarkan, tetapi lebih dari itu yaitu mendengar dengan memusatkan
perhatian kepada objek yang disimak. Menyimak merupakan salah satu
dalam keterampilan berbahasa yang menggunakan indra pendengaran.
Dalam artian lain proses menyimak merupakan kegiatan mendengarkan
yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu.
Maksud-maksud tersebut misalnya untuk tujuan belajar, mengapresiasi
sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah,
atau untuk memahami aspek-aspek sebuah bahasa.
Menyimak karya sastra merupakan bagian dari menyimak non-
ilmiah. Simakan tersebut bisa berupa menyaksikan pembacaan puisi,
pementasan drama, pembacaan prosa dan monolog, menyaksikan
orang bercerita (mendongeng). Kemudian menyimak karya seni juga
bisa dimasukkan ke dalam menyimak non-ilmiah, seperti: melihat
pertunjukan peragaan busana (fashion show), pameran seni berupa
lukisan, pahatan, ataupun ukiran.
Sedangkan tujuan khusus menyimak setiap orang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhannya. Ada beberapa tujuan khusus menyimak
yang dapat diamati, antara lain untuk:
1. Mendapatkan dan menganalisis fakta
2. Mengevaluasi fakta
3. Mendapatkan inspirasi
4. Meningkatkan kemampuan berbicara
Menyimak ilmiah dengan contoh menyimak aspek-aspek bahasa
mempunyai beberapa tujuan menyimak yang sesuai dengan hakikat
bahasa, yaitu:
1. Pengenalan dan pemahaman tentang unsur-unsur bunyi dan hal
yang membentuknya seperti alat ucap yang disebut dengan ilmu
fonetik dan fonemik.
2. Proses pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan
unsur-unsur kalimat.
3. Pembagian kosakata dan hal yang menyangkut makna.
4. Makna kata berdasarkan situasi dan konteks pemakaiannya.
5. Makna budaya yang tercakup dan tersirat dalam suatu pesan,
dan sebagainya.

176 Keterampilan  Menyimak


BAB  12
MENYIMAK KREATIF DAN
EKSPLORASI

A. Menyimak Kreatif
1. Pengertian Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam
menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi
imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta
perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh
sesuatu yang disimaknya.1
Menyimak kreatif ditandai dengan adanya hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya keterlibatan personal secara langsung dalam menyerap
informasi yang didengarnya serta menyeruak ke dalam informasi
yang terdapat pada wacana yang disimaknya.
b. Adanya keterlibatan personal secara langsung dalam menyerap
informasi yang didengarnya, mengaitkan informasi yang disimaknya
dengan pengetahuan dan pengalamannya yang dianggap relevan,
serta adanya eksplorasi untuk mendapatkan pemahaman yang utuh
terhadap wacana yang disimaknya.

1
Tarigan, Op.cit., h. 50.

177
c. Adanya reaksi dan responssi terhadap materi yang disimaknya.
Bentuk dan kualitas responssi ini sangat bergantung pada
kompetensi menyimak.2
Tingkatan tertinggi dari kemampuan menyimak seseorang adalah
kemampuan menyimak kreatif. Artinya penyimak yang baik dalam
penerapannya tidak hanya sekadar menangkap makna tersurat dan
makna tersirat dari apa yang disimaknya, tetapi juga mampu secara
kreatif menerapkan hasil menyimaknya untuk kepentingan sehari-hari.
Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi
seseorang. Umumnya imajinasi berhubungan dengan keindahan, bunyi-
bunyian, gerak-gerak tentang sesuatu, dan juga penglihatan terhadap
sesuatu. Seseorang dapat menyimak sebuah puisi dengan baik karena
ia berimajinasi atau berfantasi dan berpartisipasi dengan baik terhadap
puisi yang sedang disimaknya sehingga ia dapat menangkap makna yang
terkandung dalam puisi itu.3
Menurut Anderson (1972: 70) menyatakan bahwa menyimak
kreatif itu sudah mencakup kegiatan-kegiatan berikut ini:
a. Menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan
segala jenis pengalaman menyimak.
b. Membangun atau mengonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik
pada saat kegiatan menyimak sedang berlangsung.
c. Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran
imajinatif untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan,
dan pementasan.
d. Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah serta sekaligus
memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian
tersebut.
Ada sejumlah keterampilan yang termasuk bagian dari aktivitas
menyimak kreatif, yaitu:
a. Keterampilan mengikuti petunjuk dalam wacana yang disimak,
kemudian menerapkannya.
b. Keterampilan membuat ringkasan dari bahan simakan.
c. Keterampilan memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang

2
Bustanul Arifin dkk, Op.cit., h. 8.3.
3
Ibid., h. 1.3.

178 Keterampilan  Menyimak


disajikan dalam bahan simakan.
d. Keterampilan mengubah cerita prosa (dongeng atau cerpen) yang
disimak menjadi bentuk puisi.
e. Keterampilan mengubah puisi menjadi prosa.
f. Keterampilan membuat kritik balikan dalam bentuk esai atau artikel
populer.4

2. Tujuan dan Manfaat Menyimak Kreatif


a. Tujuan menyimak kreatif
1) Dapat menirukan bunyi atau bahasa yang telah didengar.
2) Dapat menemukan ide yang sama dari bahasa yang berbeda.
3) Dapat merekonstruksikan pesan yang diterima.
4) Dapat memberikan petunjuk atau nasihat.5
b. Manfaat menyimak kreatif
Menurut Setiawan (dalam Darmawan 2001: 11-12) manfaat
menyimak kreatif yaitu sebagai berikut:
1) Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang
berharga bagi kemanusiaan.
2) Menggugah kreativitas dan semangat mencipta untuk
menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan yang berjati diri.6
3) Meningkatkan apresiasi terhadap ide orang lain.
4) Awal terjadinya inovasi dan perubahan.
5) Meningkatkan kualitas dan taraf hidup manusia

3. Unsur Kreatif dalam Menyimak


Ada berbagai hal yang bisa dilakukan, di antaranya adalah:
a. Peniruan atas pelafalan bahasa lain (baik bahasa asing ataupun
daerah). Contohnya adalah bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa
Jawa, bahasa Melayu, bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Rusia,
dan lain-lain.

4
Ibid., h 8.3.
5
Imam Suwandi, Jenis-jenis Menyimak,dalam http://www.slideshare.net/
mobile/hanyaqhu1/ diunduh pada 13 Maret 2017 pukul 16.49 WIB.
6
Linggar Pradani, Mengasah Keterampilan Berbahasa Indonesia, dalam http://
linggarpradani.wordpress.com/keterampilan-menyimak/ diunduh pada 13 Maret
2017 pukul 23.20 WIB.

Bab  12  Menyimak  Kreatif  Dan  Eksplorasi 179


b. Penyampaian/pengemukaan
Pendapat/gagasan yang serupa dengan seorang pembicara akan
tetapi mempergunakan struktur serta pemakaian kata/kalimat yang
tidak boleh sama.
c. Pengontsruksian suatu pesan/amanat yang sudah disampaikan.
d. Penyusunan atas sekumpulan petunjuk/nasihat yang didasarkan
atas bahan simakan/materi yang sudah disimak sebelumnya.7

4. Strategi Menyimak Wacana untuk Menciptakan Karya Baru


Jenis menyimak kreatif untuk menciptakan karya baru telah menyangkut
kemampuan kita dalam menilai secara kritis dan kreatif bahan simakan
dan memberikan umpan balik yang berupa kritik balikan, penilaian
langsung atau mengubahnya menjadi bentuk lain. Ada beberapa
kemampuan yang perlu kita miliki untuk mencapai taraf penyimak
kreatif di antaranya:
a. Kemampuan Mengingat dan Mengerti
Kemampuan mengingat dan mengerti ini merupakan dasar bagi
kemampuan menyimak kreatif. Sebelum kita sampai pada taraf
penyimak kreatif, kita terlebih dahulu harus mampu mengingat dan
mengerti fakta-fakta yang kita simak.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk ke dalam kemampuan
mengingat dan mengenali meliputi berikut ini:
1) Kemampuan mengenali ide pokok paratone.
2) Kemampuan mengenal tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya.
3) Kemampuan menyatakan kembali ide pokok paratone.
4) Kemampuan menyatakan kembali gagasan utama wacana yang
disimak.
5) Kemampuan menyatakan kembali fakta-fakta atau detail-detail
wacana yang disimak.8
6) Kemampuan menyatakan kembali unsur-unsur perbandingan,
unsur hubungan sebab-akibat, karakter tokoh dan sebagainya.

7
Nodya Purwosunarto, Apa itu Menyimak Kreatif? dalam http://hestunodya.
blogspot.co.id/2014/01/apa-itu-menyimak-kreatif.html.?m=1 pada 13 Maret
2017 pukul 23.55 WIB.
8
Bustanul Arifin dkk, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008 ), h.
8.4-8.5.

180 Keterampilan  Menyimak


b. Kemampuan Menginterprestasi Makna Tersirat
Seorang penyimak kreatif harus sadar bahwa makna bahan simakan itu
tidak hanya ada seperti yang terdengar. Ada makna yang lebih dalam
yang terkandung di balik bunyi-bunyi ujaran yang kita simak. Penyimak
harus mampu menafsirkan ide-ide pokok dan ide-ide penjelas secara
eksplisit yang tidak dinyatakan oleh pembicara.
Adapun kemampuan-kemampuan untuk menginterprestasikan
makna tersirat adalah sebagai berikut:
1)   Kemampuan menafsirkan ide pokok paratone.
2)   Kemampuan menafsirkan gagasan utama bahan simakan.
3)   Kemampuan menafsirkan ide-ide penunjang.
4)   Kemampuan membedakan fakta-fakta atau detail-detail.
5)   Kemampuan memahami secara kritis hubungan sebab-akibat
dan perbandingan.
c. Kemampuan Menganalisis Isi Wacana yang Disimak
Kemampuan menganalisis (menelaah) isi wacana yang disimak adalah
kemampuan penyimak melihat komponen-komponen atau unsur-unsur
yang membentuk sebuah kesatuan. Adapun kemampuan menganalisis
isi wacana meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Kemampuan memberikan gagasan utama wacana.
2) Kemampuan memberikan detail-detail atau fakta penunjang.
3) Kemampuan mengklafikasikan fakta-fakta.9
4) Kemampuan membandingkan antar gagasan yang ada dalam
wacana.
5) Kemampuan membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam
wacana.
d. Kemampuan Membuat Sintesis
Kemampuan membuat sintesis atau mensintesis adalah kemampuan
penyimak melihat kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Sebuah
wacana yang disimak, biasanya merupakan sebuah kesatuan gagasan
atau pesan yang keadaannya tidak selalu jelas benar. Artinya, tidak selalu
sosok gagasan utamanya tertulis secara tersurat. Keadaan demikian
memaksa penyimak untuk menggalinya sendiri. Kemampuan penyimak
dalam membuat sintesis isi simakan sangat diperlukan.10

9
Ibid, h. 8.6.
10
Ibid, h. 8.5.

Bab  12  Menyimak  Kreatif  Dan  Eksplorasi 181


5. Ciri-ciri Penyimak kreatif
Penyimak kreatif adalah orang yang melakukan:
a.   Kegiatan menyimak tidak berhenti sampai pada saat Anda selesai
menyimak;
b.   Mampu menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari;
c.   Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses
menyimak;
d.   Hasil menyimak berlaku sepanjang masa;
e.   Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan simakan dan
memberikan umpan balik yang berupa kritikan balikan, penilaian
langsung, mengubahnya menjadi bentuk lain.11

6. Contoh Menyimak Kreatif


Berikut adalah contoh penyimak yang kreatif:
a. Seseorang menyimak wacana “Teknik Beternak Burung Puyuh”
dari siaran radio. Setelah menyimak siaran tersebut, esok harinya ia
membuat kandang burung puyuh, membeli bibit burung puyuh, dan
pada akhirnya memelihara burung puyuh, sesuai dengan anjuran
yang ada dalam radio yang telah disimaknya.
b. Seseorang menyimak pidato atau ceramah agama tentang “Akhlak
yang Terpuji”. Seseorang langsung tersadar bahwa manusia itu
mulai karena akhlaknya dan tersadar untuk tidak melakukan
perbuatan sombong dan angkuh.
c. Seseorang menyimak berita di TV tentang perubahan kebijakan di
bidang pendidikan. Seseorang melihat alasan perubahan kebijakan
tersebut tidak masuk akal, lalu ia menyusun sebuah opini atau
tanggapan balik yang ditulisnya melalui media surat kabar.
d. Seorang siswa menyimak dialog bahasa Inggris yang dilakukan
dikelasnya. Sehingga ke depannya dia dapat melakukan dialog
seperti apa yang dilakoni oleh temannya.12

11
Ibid, h. 8.13.
12
Ibid, h. 8.4.

182 Keterampilan  Menyimak


B. Menyimak Teks Eksploratif
1. Menyimak Teks Eksploratif
Menyimak adalah suatu kegiatan menangkap gagasan utama yang
melandasi pengembangan wacana, sedangkan teks eksploratif ialah
menggali lebih dalam pengetahuan kita. Menyimak teks eksploratif
adalah kegiatan menangkap makna suatu gagasan utama lebih dalam,
dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan
baru. Penyimak memusatkan perhatiannya untuk hal tertentu yang lebih
khusus, yang menarik dan masih baru bagi penyimak. 13

2. Tujuan dan Manfaat Menyimak Teks Eksploratif


Tujuan dari kegiatan menyimak teks eksploratif antara lain:
a. Menemukan gagasan baru.
b. Menemukan infomasi baru dan informasi tambahan dari bidang
tertentu.
c. Dapat menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan
pada masa yang akan datang.
d. Dapat menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru
Sedangkan manfaat yang akan diperoleh penyimak dalam kegiatan
menyimak eksploratif yakni penyimak dapat menemukan gagasan
baru dari informasi dan topik-topik baru di bidang tertentu yang
dapat dikembangkan di masa mendatang. Sebagaimana menyimak
teks eksploratif mewajibkan kita untuk memiliki modal pengetahuan,
pengalaman dan konsep-konsep tentang segala sesuatu menuntut kita
untuk kaya akan informasi, pengetahuan, pengalaman dan konsep-
konsep. Maka dapat memperbesar kesiapan kita untuk mengolah
gagasan-gagasan yang tertuang dalam bahan simakan dan membuat kita
kritis dalam menyeleksi setiap gagasan yang dikemukakan pembicara
sehingga diperoleh informasi baru yang lebih selektif.

3. Ciri-ciri Menyimak Teks Eksploratif


a. Menyimak teks eksploratif adalah menyimak pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pemikiran tentang suatu objek.

Sinta Diana Martaulina, Bahasa Indonesia Terapan, (Yogyakarta: CV Budi


13

Utama, 2012), h. 2.

Bab  12  Menyimak  Kreatif  Dan  Eksplorasi 183


pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap
suatu bahan simakan. Memahami objek jika telah menguasai
seluruh objek itu. Menyimak teks eksploratif prioritas utamanya
adalah memahami makna pembicara.
b. Menyimak teks eksploratif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memusatkan semua perhatian baik pikiran,
perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam
menyimak diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang
disimak. Agar kita dapat melakukan konsentrasi yang tinggi maka
perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1) Menjaga pikiran agar tidak terpecah.
2) Perasaan tenang dan tidak bergejolak.
3) Perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak.
4) Kita harus mampu menghindari berbagai hal-hal yang dapat
mengganggu kegiatan menyimak, baik internal maupun
eksternal.14
c. Menyimak teks eksploratif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi formal
(resmi), seperti ceramah, diskusi, dan tema ilmiah. Bahasa yang
digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa
baku yang lebih menekankan pada makna.
d. Menyimak teks eksploratif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang
telah kita pahami. Membuat reproduksi dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan tulisan dan lisan.15
Adapun fungsi reproduksi bahan simakan, antara lain:
1) Mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan
berbicara.
2) Mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan
menulis atau mengarang.
3) Mengetahui kemampuan daya serap kita.
4) Mengetahui tingkat pemahaman kita tentang bahan yang telah
kita simak.16

14
Arifin, dkk, op.cit, h. 9.3.
15
Ibid., h. 9.3.
16
Ibid., h. 9.4-9.7.

184 Keterampilan  Menyimak


4. Strategi Menyimak Teks Eksploratif
Menyatakan bahwa menyimak teks eksploratif adalah menyimak yang
bersifat menyelidiki (exploratory listening) yang merupakan bentuk
menyimak dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah
atau lebih sempit. Kepentingan kegiatan menyimak yang demikian itu,
kita dapat menggunakan strategi menyimak sebagai berikut.
a. Menemukan ide-ide pokok wacana
Menangkap gagasan utama yang melandasi pengembangan wacana.
Menangkap gagasan utama itu secara cepat, kita harus menyerap
ide-ide yang lebih kecil terlebih dahulu. Perlu diingat bahwa sebuah
wacana yang utuh adalah sebuah bangun yang terdiri atas gagasan-
gagasan yang lebih kecil.
Sebenarnya ada patokan yang jelas untuk ini. Setiap paratone
selalu mengandung beberapa kalimat. Pada kalimat-kalimat inilah
terkandung ide pokok tersebut. Ide pokok paratone pada umumnya
berada pada kalimat-kalimat topik (kalimat utama). Kalimat ini
biasanya yang menjadi tumpuan pengembangan paratone. Ide
pokok paratone ini, caranya yaitu tangkaplah kalimat utamanya.
Jika sudah, kita bisa mengabaikan kalimat-kalimat yang lain.
b. Menyimak detail wacana
Ada saatnya kita menyimak bukan untuk memahami isi simakan
secara keseluruhan, tetapi kita ingin memperoleh informasi
tertentu yang bersifat khusus saja. Informasi ini berupa detail
saja dari wacana. Biasanya berupa fakta-fakta tertentu, jumlah
barangkali juga hanya satu atau dua saja yang kita perlukan.
Detail-detail wacana pada umumnya berfungsi sebagai pelengkap
ide yang menjadi gagasan utama wacana, sebagai data penunjang
atau keterangan yang bersifat objektif.
c. Mencatat informasi penting
Membiasakan menyimak dengan membuat catatan hal-hal
penting dari informasi yang kita simak. Selama menyimak, kita
mengidentifikasi informasi penting yang kita simak. Kita dapat
membuat catatan dalam bentuk daftar, simbol, dan lain-lain.
d. Mengelompokkan informasi
Mengelompokkan informasi jika pesan tutur berisi potongan-

Bab  12  Menyimak  Kreatif  Dan  Eksplorasi 185


potongan informasi, perbandingan dan kontras. Kita dapat
menggunakan teknik tersebut, misalnya menyimak perbandingan
reptil dan amfibi. Kita dapat membuat dua kolom, yaitu kolom
reptil dan kolom amfibi, kemudian kita isi kolom tersebut.17
Adapun berlatih menyimak eksploratif untuk menemukan hal-hal
baru mencakup keterampilan-keterampilan berikut ini:
1) Menemukan detail wacana yang disimak.
2) Menemukan ide pokok yang tersirat.
3) Menemukan unsur-unsur urutan, perbandingan, serta sebab-
akibat.
4) Menemukan suasana.
5) Membuat kesimpulan.
6) Menemukan tujuan pewicara.
7) Memprediksi (menduga) dampak.
8) Membedakan opini dan fakta.
9) Membedakan realitas dan fantasi.
10) Mengikuti petunjuk.18

5. Cara Berlatih Menyimak Eksploratif (untuk Menemukan Hal-hal Baru)


a. Menemukan detail wacana yang disimak.
b. Menemukan ide pokok yang tersirat.
c. Menemukan unsur-unsur urutan, perbandingan serta sebab-
akibat.
d. Menemukan suasana.
e. Membuat kesimpulan.
f. Menemukan tujuan pewicara.
g. Memprediksi (menduga) dampak.
h. Membedakan opini dan fakta.
i. Membedakan realitas dan fantasi.
j. Mengikuti petunjuk.19

17
Ibid., h. 9.5.
18
Ibid., h. 9.7.
19
Ibid., h. 9.7.

186 Keterampilan  Menyimak


6. Contoh Menyimak Teks Eksploratif
Sebuah Kisah
Sebuah kisah yang kujalani dengan kata lain pengalaman berharga,
yang penting adalah rasa sakit yang kurasakan, inilah yang penting
tentang arti yang selama ini kucari. Lebih lanjutnya aku masih di sini
masih tetap berdiri. Jangan lupa tentang arti bahagia yang selama ini
kunantikan. Masih di sini, masih tetap berdiri.
Mengandung  ide  pokok Sebagai  penjelas

Kemudian siswa bisa diminta mengisi apa saja ide pokok yang mereka
temukan pada karya di atas dan apa yang menjadi kalimat penjelasnya.
Selain itu seperti yang telah dibahas di atas, menyimak wacana juga
merupakan bagian dari menyimak eksploratif. Tujuan menyimak adalah
menangkap gagasan utama yang melandasi perkembangan wacana.
Gagasan utama ditangkap secara cepat, harus menyerap ide-ide yang
lebih kecil terlebih dahulu. Sebuah wacana yang utuh adalah sebuah
bangun yang terdiri atas gagasan-gagasan yang lebih kecil. Apakah
cirinya sebuah kalimat yang mewadahi pokok ide? Untuk ini bisa dilihat
kata-kata kunci yang mengawali kalimat itu, misalnya:
Mengandung  Ide  Pokok Sebagai  Penjelas  (Penunjang  Gagasan)
1.            Sebagai  kesimpulan... 1.      Dengan  kata  lain...
2.            Yang  penting  adalah... 2.      Lebih  lanjut...
3.            Ingat  hal  ini... 3.      Atau  bisa  dikatakan...
4.            Yang  saya  maksud  adalah... 4.      Sebagai  contoh/ilustrasi
5.            Inilah  yang  penting... 5.      Menjelaskan  hal  itu...
6.            Jangan  lupa... 6.      Pengulangan-­‐pengulangan  kata      
7.            Kalimat-­‐kalimat  pertanyaan  ide            sebelumnya
7.      Sebagai  perbandingan

Bab  12  Menyimak  Kreatif  Dan  Eksplorasi 187


[Halaman ini sengaja dkosongkan]
BAB  13
MENYIMAK WACANA UNTUK
MENYELESAIKAN MASALAH

A. Wacana
1. Definisi Wacana
Wacana adalah kesatuan makna atau semantis antar-bagian di dalam
bangun bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun
bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan
secara padu. Di samping itu, wacana juga terikat pada konteks. Sebagai
kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan,
tuturan, atau inskripsi, yang mengacu pada makna yang sama, yaitu
wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar. 1
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalah hierarki
gramatikal merupakan suatu gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai
satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat konsep,
gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca
(dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan), tanpa
keraguan apa pun. Wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi
atau terbesar yang dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang
memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya.2

1
Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa (Langkah Awal Memahami Linguistik), (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 92.
2
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 267.

189
Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi apabila
dalam wacana itu sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu adanya
keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana
tersebut. Apabila wacana itu kohesif, akan terciptalah kekoherensian,
yaitu isi wacana yang apik dan benar.
Adapun pengertian wacana yang lain adalah pembahasan bahasa
dan tuturan yang harus dalam satu rangkaian kesatuan situasi atau
dengan kata lain, makna suatu bahasa berada dalam rangkaian konteks
dan situasi.3
Menurut Moeliono dkk. (2003: 419), wacana adalah rentetan
kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna. Wacana berupa
rentetan kalimat (kohesif), yang berisi rentetan proposisi (koherensif).
Rentetan kalimat itu ada karena adanya rentetan proposisi. Proposisi
pada kalimat pertama menyebabkan munculnya proposisi pada kalimat
kedua. Proposisi pada kalimat kedua mengacu pada proposisi kalimat
yang pertama dan proposisi/kalimat yang saling berkait itu membentuk
kesatuan.4
Wacana adalah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Perkataan “penggunaan bahasa” dalam definisi singkat
wacana tersebut mengandung pengertian bahwa wacana bukan hanya
persoalan bentuk bahasa, melainkan persoalan fungsi (penggunaan)
bentuk bahasa tersebut dalam kegiatan berbahasa.5
Perlu dipahami bahwa wacana bukan sekadar serangkaian kalimat
dengan jumlah yang banyak, melainkan adanya kesatuan makna yang
mengikat berbagai kalimat yang digunakan.6 Mengingat pentingnya
kesatuan makna bagi wacana, ada beberapa faktor yang menentukan
kesatuan makna wacana, yaitu:

3
Elvi Susanti, Definisi Analisis Wacana dan Wacana Kritis, (Dialektika. Vol. ll,
No. 1, Juni 2011).
4
E. Zaenal Arifin, dkk, Asas-asas Linguistik Umum, (Tangerang: Pustaka Mandiri,
2015), h. 115.
5
Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas
Muhammadiyah Malang, Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah, (Malang: UMM
Press, 2013), h.74.
6
Ibid., h. 75.

190 Keterampilan  Menyimak


a. Ragam wacana dan strukturnya. Karangan ilmiah, misalnya,
merupakan ragam wacana yang berbeda strukturnya dengan struktur
ragam wacana puisi atau cerita pendek. Karakteristik ragam wacana
menyediakan kerangka fungsional dalam menciptakan kesatuan
makna wacana. Penulis karangan ilmiah yang mengabaikan kaidah-
kaidah dan konvensi penulisan ilmiah, akibatnya adalah karangan
yang ditulisnya akan kehilangan kesatuan.
b. Penggunaan sarana-sarana kebahasaan tertentu, terutama berupa
kata-kata dan struktur kalimat. Ungkapan “oleh karena itu” yang
digunakan pada awal kalimat menyatakan bahwa kalimat tersebut
mengemukakan suatu akibat atau konsekuensi dari hal-hal yang
sudah dikemukakan menghubungkan satu kalimat dengan kalimat
lain sehingga membentuk satu kesatuan.7

2. Struktur Wacana
Sama halnya kalimat yang mempunyai struktur linear subjek-predikat-
objek, wacana juga mempunyai struktur. Menurut Sinclair dan Coulthard
(1975) yang merintis kajian mengenai sturktur wacana interaksi kelas atau
(classroom intereksion) mengungkapkan bahwa struktur wacana tersebut
adalah tata urutan interaksi antara guru dan siswa di dalam proses belajar
mengajar, yaitu transaksi, pertukaran, gerak, tindak. Menurut Hoed
(1976), struktur wacana berita digambarkan sebagai piramida terbalik.8

7
Ibid., h. 76.
8
Kushartanti, dkk, op.cit., h. 95.

Bab  13  Menyimak  Wacana  untuk  Menyelesaikan  Masalah 191


3. Bentuk-bentuk Wacana
Wacana dalam berbagai kepustakaan terdiri dari beberapa bentuk sesuai
dengan sudut pandang dari mana wacana itu dilihat, yaitu:
a. Berkenaan dengan sasarannya, wacana terdiri dari wacana lisan
dan wacana tulis.
b. Berkenaan dengan penggunaan bahasa, wacana terdiri dari wacana
prosa dan wacana puisi. Wacana prosa ini dilihat dari penyampaian
isinya terdiri dari wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi,
dan wacana argumentasi.9
1) Wacana Narasi
Istilah narasi berarti kisahan. Penyusunan wacana narasi erat
kaitannya dengan rangkaian peristiwa. Wacana ini berusaha
menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan
terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah
kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat
memetik hikmahnya dari cerita itu.10
2) Wacana Eksposisi
Istilah eksposisi berarti membuka atau menilai. Parera
mengatakan eksposisi merupakan pemberian informasi.
Wacana eksposisi merupakan salah satu jenis wacana yang
berusaha mengungkapkan, menguraikan, atau menjelaskan
pokok pikiran yang tidak bersifat mendesak atau memaksa
pembaca untuk menerima penjelasan atau informasi yang
disampaikan penulis.11
3) Wacana Persuasi
Persuasi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh orang
untuk meyakinkan orang lain agar orang tersebut mau
melakukan apa yang dikehendaki penulis baik masa sekarang
maupun masa yang akan datang. Wacana persuasi adalah
wacana yang disusun penulis dengan tujuan akhir agar
pembaca mau melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki
penulis dalam wacana tersebut.

Abdul Chaer, Op.cit., h. 272.


9

Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas


10

Muhammadiyah Malang, Op.cit., h. 102.


11
Ibid, h. 107-108.

192 Keterampilan  Menyimak


4) Wacana Argumentasi
Istilah argumentasi berarti pemberian alasan. Wacana
argumentasi merupakan wacana yang berusaha memberikan
alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat,
pendirian atau gagasan penulis/penutur.12
c. Wacana dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa segi dan
fungsi bahasa. Berikut ini dijelaskan secara ringkas klasifikasi
wacana.
d. Jika kita menggunakan fungsi bahasa dari Leech (1974),
sebagai contoh, wacana terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1)   Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan
penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi seperti wacana
pidato;
2)   Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk
melancarkan komunikasi, seperti wacana perkenalan dalam
pesta;
3)   Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada
pesan atau informasi, seperti wacana perkenalan dalam pesta;
4)   Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan
dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan
lagu;
5)   Wacana direktif, apabaila wacana itu diarahkan pada tindakan
atau reaksi dari mitra tuktur atau pembaca, seperti wacana
khotbah.

B. Strategi Menyimak Wacana untuk Mencapai Penyelesaian


Masalah
Strategi menyimak yang dapat dipakai untuk menyimak dalam rangka
penyelesaian masalah antara lain :13
1. Mengajukan pertanyaan. Tujuan dari mengajukan pertanyaan ini
adalah untuk meningkatkan pemahaman terhadap pesan penutur.
Dua jenis pertanyaan yang sangant membantu, yaitu pertanyaan

Ibid., h.110-113.
12

Bustanul Arifin, dkk, Materi Pembelajaran Menyimak, (Jakarta: Universitas


13

Terbuka, 2008), h. 8.18.

Bab  13  Menyimak  Wacana  untuk  Menyelesaikan  Masalah 193


untuk mendapatkan kejelasan dari penutur dan pertanyaan untuk
memonitor tingkat pemahaman kita.
2. Menemukan pola organisasi informasi. Kita harus mengenali pola-pola
organisasi informasi, seperti deskripsi, urutan, perbandingan,
sebab-akibat, dan pemecahan masalah yang digunakan penutur.
Pengenalan terhadap pola-pola tersebut digunakan agar lebih
mudah memahami dan mengingat pesan penutur.
3. Mencatat informasi penting. Selama proses menyimak berlangsung,
kita secara periodik mengidentifikasi informasi penting yang
disajikan, kemudian mencatatnya. Kita dapat membuat catatan
dalam bentuk daftar, kerangka, atau kluster. Kita juga perlu
menggunakan kata-kata kunci, frasa, atau kalimat dalam mencatat.
4. Membuat ringkasan atau ikhtisar. Membuat ringkasan atau ikhtisar
dari materi yang kita simak adalah kemampuan menyimak kreatif.
Seseorang yang mempunyai masalah dan ingin memperoleh
pemecahannya melalui kegiatan menyimak harus menangkap
secara komprehensif bahan simakannya. Kemampuan menceritakan
kembali secara ringkas isi simakan yang baru disimak oleh
seseorang juga sangat penting.
Menyimak kreatif dengan tujuan pemecahan masalah telah
menyangkut penerapan hasil menyimak untuk kepentingan hidup
sehari-hari. Kemampuan yang harus dilatih untuk mencapai taraf
penyimak kreatif, antara lain:14

1. Kemampuan Menginterpretasi Makna Tersirat


Sebagai seorang penyimak kreatif, kita harus sadar bahwa makna bahan
simakan itu tidak hanya ada seperti yang terdengar. Ada makna yang
lebih dalam yang terkandung di balik bunyi-bunyi ujaran yang kita
simak. Menggali makna tersebut diperlukan kepekaan interpretasi.
Penyimak harus mampu dengan sendirinya menafsirkan ide-ide
pembicara, kemampuan membedakan fakta-fakta atau detail-detail,
serta kemampuan memahani secara kritis hubungan sebab-akibat dan
perbandingan.

14
Ibid., h. 8.18.

194 Keterampilan  Menyimak


2. Kemampuan Membuat Sintesis
Kemampuan membuat sintesis atau mengintesis adalah kemampuan
penyimak melihat suatu gagasan melalui bagian-bagiannya. Wacana
yang disimak, apa pun bentuknya, biasanya merupakan sebuah gagasan
atau pesan.

3. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep-konsep dalam Wacana yang


Disimak
Menyimak untuk kepentingan pemecahan masalah, seorang penyimak
kreatif tidak berhenti sampai pada aktivitas menggali makna tersirat
melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis, tetapi juga harus
mampu menerapkan konsep-konsep yang ada dalam wacana yang
disimak ke dalam situasi baru yang bersifat problematis.

C. Cara Berlatih Menyimak Wacana untuk Mencapai Penyelesaian


Masalah
Pada bagian ini kita akan mengetahui pelatihan untuk keperluan
memecahkan persoalan hidup yang kita alami. Adapun beberapa
pelatihan menyimak wacana yang bisa membantu dalam menyelesaikan
masalah, sebagai berikut:
1. Persoalan memahami gagasan dalam buku
2. Pemikiran anak SMA setelah lulus sekolah
3. Cara menasihati anak
Pada proses pengajaran menyimak diketahui menyimak merupakan
aktivitas kebahasaan yang sering dianggap sulit di mana mengharuskan
penyimak memahami serangkaian bunyi suara yang mengalir secara
sepihak. Jadi apabila seseorang secara tiba-tiba di suruh mendengarkan
kaset rekaman yang tidak diketahui sebelumnya tanpa memiliki latar
belakang pengetahuan apa pun, maka tidak hanya siswa yang belajar
bahasa Jepang, siapa pun yang belajar bahasa Indonesia pun pasti akan
merasa bingung.
Di dalam kegiatan menyimak dalam kehidupan sehari-hari yang
sebenarnya biasanya penyimak sudah memiliki kesadaran sehubungan
dengan tujuan menyimak, misalnya mau mendengarkan ceramah atau
mau menegaskan jadwal keberangkatan kereta api. Selain itu biasanya
sudah ada semacam persiapan tentang isi informasi yang dicari itu.

Bab  13  Menyimak  Wacana  untuk  Menyelesaikan  Masalah 195


Yang dimaksud persiapan di sini adalah situasi yang mengaktifkan
latar belakang pengetahuan seperti struktur buku teks atau kosakata
mengenai wacana (ceramah, siaran pemberitahuan, dan sebagainya)
tersebut. Dengan bantuan persiapan seperti itu maka terjadilah proses
menyimak. Oleh karena itu, di dalam pengajaran menyimak yang
dilakukan di dalam kelas dengan cara menjawab pertanyaan setelah
mendengarkan kaset yang diberikan guru tanpa mengetahui tujuan
menyimak secara jelas, maka akan tercipta kegiatan yang jauh dari
aktivitas menyimak yang sesungguhnya.
Proses pengajaran menyimak biasanya dibagi menjadi tiga tahapan,
yakni tahap pra-kegiatan, tahap kegiatan utama, dan tahap pasca-
kegiatan.15

1. Tahap Pra-Kegiatan (Kegiatan Pendahuluan)


Sebagai kegiatan pendahuluan yang bertujuan untuk mendekatkan
kegiatan terhadap aktivitas menyimak yang sesungguhnya, maka
perlu mengaktifkan pengetahuan latar belakang tentang isi materi.
Hal itu bisa dilakukan guru dengan cara menjelaskan isi materi yang
akan diperdengarkan, siswa membaca artikel yang relevan, melihat
foto atau gambar, atau guru menerangkan pengetahuan latar belakang
yang dianggap penting. Di dalam proses itu, diperkenalkan juga kata-
kata kunci yang dianggap penting serta kosakata yang relevan. Tetapi
walaupun demikian kita tidak perlu memperkenalkan semua kata yang
ada di dalam buku teks. Yang sangat penting, pada tahap ini dilakukan
usaha-usaha untuk meningkatkan minat siswa serta berbagai usaha
untuk mengadakan persiapan kegiatan menyimak.
Kegiatan pendahuluan penting lainnya adalah guru menjelaskan apa
yang akan didengar pada waktu itu dan untuk apa kegiatan mendengar
itu dilakukan, kalau pengajaran itu dilaksanakan pada tingkat dasar
dengan tujuan `untuk memperoleh informasi penting, maka guru
harus menjelaskan tujuan menyimak siapa, dalam situasi apa, dan
melakukan apa. Misalnya, oleh karena pelaku akan menelepon beberapa
salon kecantikan, maka para siswa diharapkan dapat mendengar dan
memahami waktu dan hari kerja salon tersebut.

15
Sudjianto, “Metode Pengajaran Menyimak”, http://file.upi.edu/Direktori/
FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JEPANG/195906051985031-SUDJIANTO/11._
Makalah_Menyimak.pdf, diakses Senin, 1 April 2019, pukul 23:53.

196 Keterampilan  Menyimak


Selanjutnya, para siswa diberi kesempatan untuk mengaktifkan
lagi latar belakang pengetahuannya tentang kosakata dan ungkapan-
ungkapan yang menyatakan waktu atau jam kerja yang biasa pada
umumnya. Hal ini dilakukan siswa sebagai cara untuk melakukan
kegiatan menyimak dengan memusatkan perhatian pada bagian-bagian
penting di dalam seluruh kegiatan. Untuk itulah kegiatan menyimak
ini dimulai.

2. Tahap kegiatan utama (kikitori dan task)


Dalam kegiatan ini guru menyuruh siswa mendengarkan media audio
seperti kaset rekaman, video, suara asli, dan sebagainya. Caranya, berapa
kali mendengarnya, mendengar terus-menerus dari awal sampai akhir,
atau menyuruh mendengar sambil menghentikan rekaman/ucapan pada
bagian-bagian tertentu yang telah ditetapkan. Hal tersebut berbeda-
beda tergantung pada tingkat kemampuan siswa, banyaknya materi,
tujuan menyimak, dan sebagainya. Sehingga untuk itu guru harus
mempertimbangan atau memberikan kategasan secara tepat mengenai
kelas yang dipegangnya.
Berikut adalah beberapa model pengajarannya untuk dijadikan
acuan:
a. Pertama-tama guru menyuruh siswa mendengarkan materi
dari awal sampai akhir tanpa mencatat apa pun di dalam buku
catatannya, lalu guru menanyakan intisari atau garis besar materi
tersebut. Lalu guru melakukan penegasan dan umpan balik,
terutama tentang poin-poin yang ingin diperdengarkan (isi materi,
kata-kata kunci, ungkapan-ungkapan, dan sebagainya) melalui
tugas atau jawaban-jawaban dengan cara memperdengarkan materi
sekali lagi dan kemudian menghentikan materi sedikit demi sedikit
sesuai dengan yang telah ditetapkan guru sebelumnya. Setelah pada
kegiatan terakhir siswa sekali lagi diminta mendengarkan materi
sekaligus dari awal hingga akhir.
b. Cara yang kedua bisa dilakukan dengan cara sebelum kegiatan
guru menentukan suatu tujuan tertentu yang terpusat pada tugas,
dan kemudian guru menyuruh siswa mendengarkan materi untuk
menyelesaikan atau untuk mencapai tujuan tersebut. Sambil
mendengarkan materi yang disediakan guru, siswa mengisikan
informasi-informasi penting pada lembaran tugas yang telah

Bab  13  Menyimak  Wacana  untuk  Menyelesaikan  Masalah 197


dibagikan guru (tugas menyimak) sesuai dengan tujuan kegiatan
menyimak tersebut. Misalnya siswa menggambar urutan jalan
dengan tanda garis sesuai dengan materi dialog tentang cara
menerangkan jalan untuk menuju suatu tempat tujuan.
c. Pada pengajaran menyimak dengan menggunakan materi
drama, pengajaran dapat dilakukan dengan cara wacana yang
diperdengarkan kepada siswa dihentikan pada setiap bagian
penting, lalu guru menyuruh siswa memprediksi kata-kata atau
pengembangan berikutnya misalnya dengan petunjuk konjungsi,
lalu guru melanjutkan pada bagian berikutnya.
Pengajaran menyimak dengan cara yang mana pun (baik
dengan cara a, b, maupun c.) pada prinsipnya guru secara langsung
menyelenggarakan umpan balik dan penegasan kebenaran tugas yang
dikerjakan siswa.

3. Tahap pasca-kegiatan (Feed Back dan kegiatan secara terpadu)


Pada kegiatan akhir ini diadakan tanya jawab tentang isi materi
yang barusan diperdengarkan, siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan kesan-kesannya, atau menyimpulkan dari sudut isi
materi. Kemudian guru mengadakan penjelasan atau kesimpulan akhir
dengan cara menggunakan lembaran fotokopi yang berisi aspek-aspek
tata bahasa, ungkapan-ungkapan, keterampilan atau starategi menyimak

198 Keterampilan  Menyimak


DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Saleh. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar.


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006.
Agustina, Juaidah. Menyimak sebagai Suatu Proses Kegiatan Reseptif
Aktif. Ripteksi Kependidikan PGRI. Vol. 1 No. 1, Februari 2013.
Arifin, Bustanul, dkk. Menyimak. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
. Menyimak. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
. Menyimak. Jakarta : Universitas Terbuka, 2008.
. Materi Pembelajaran Menyimak. Jakarta: Universitas Terbuka,
2008.
. Menyimak. Banten: Universitas Terbuka, 2017.
Arifin, E. Zaenal, dkk. Asas-asas Linguistik Umum. Tangerang: Pustaka
Mandiri, 2015.
Arifuddin. Neuropsikolinguistik. Depok: Rajawali Pers, 2003.
Arine, Menyimak Kritis, dalam http://Arine-s.blogspot.co.id/2011/10/
menyimak-kritis.html. diunduh pada 12 Maret 2017 pukul 16.20
WIB.
Arono. Jurnal Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Menyimak
melalui Teknologi Informasi, dalam http://ejournal.upi.edu/index.
php/BS_JPBSP/article/view/286 diunduh pada 10 Maret 2017
pukul 01.49 WIB.

199
Azzahra, Rizmada. Analisis Pembuatan Video Media Pembelajaran
dalam Mata Kuliah Pembelajaran Menyimak. Widyabastra , No.1,
Juni 2017.
Beritasatu.com. 2019, Pengguna Internet Tembus 175 Juta, https://
id.beritasatu.com/telecommunication/2019-pengguna-internet-
tembus-175-juta/184148. Diakses Rabu, 27 Maret 2019, pukul
9:56.
Cermati, “8 Youtuber Terpopuler dan Terkaya di Indonesia”, 8 Meret
2019, https://www.cermati.com/artikel/8-youtuber-terpopuler-
dan-terkaya-di-indonesia, diakses Sabtu, 30 Maret 2019, pukul
23:44.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
Daludu, Ummysalam A.T.A. Buku Ajar Kurikulum Bahan Dan
Pembelajaran PLS, Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017.
Daeng, Kembong, dkk. Pembelajaran Keterampilan Menyimak. Makassar:
Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Digital Repository Unila, Faktor yang Mempengaruhi Menyimak, dalam
http://digilib.unila.ac.id/21036/17/BAB%20II.pdf diunduh pada
16 Maret 2017 pukul 15.55 WIB.
Eprints UNY, Keterampilan Menyimak, dalam http://eprints.uny.
ac.id/13992/2/Bab%20II.pdf, diunduh pada 16 Maret 2017 pukul
15:50 WIB.
Ganie, Tajuddin Noer. Buku Induk Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Araska,
2015.
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: Citra Adtya Bakti, 1994.
Hamsa, Akmal. Pembelajaran Keterampilan Menyimak. Makassar: Badan
Penerbit UNM, 2010.
Harsiati, Titik, dkk. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2017.
Hermawan, Herry. Menyimak (Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan).
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012

200 Keterampilan  Menyimak


Hijriyah, Umi. Menyimak Strategi dan Implikasinya dalam Kemahiran
Berbahasa. Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung, 2016.
@jasa.instagram, “Fakta Instagram yang Harus Kamu Ketahui”, https://
www.instagram.com/p/BviGYa2hHPY/?utm_source=ig_share_
sheet&igshid=p8gxycznvtde, diakses Minggu, 31 Maret 2019,
pukul 9:08.
Iskandarwassid. Strategi Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga, 2010.
Iskandar, Denny, “Keterampilan Menyimak”, http://file.upi.
edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_
INDONESIA/196606291991031-DENNY_ISKANDAR/MATERI_
MENYIMAK_SMP.pdf, diakses Senin, 1 April 2019, pukul 12:29.
Kominfo, “5 cara Mengatasi Berita Hoaks di Internet “ https://www.
baktikominfo.id/en/informasi/pengetahuan/5_cara_mengatasi_
berita_hoax_di_internet-607. Diakses Selasa, 26 Maret 2019, pukul
6:28 WIB.
Kurnia, Jaya. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama dalam http://
pengayaan.com/unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-drama/ diunduh
pada 15 Maret 2017 pukul 21.09 WIB.
Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa (Langkah Awal Memahami Linguistik),
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Kuswandi, Engkus. Keterampilan Menyimak dan Berbicara I. Jakarta: CV.
Ipa Abong. 2008.
Martaulina, Sinta Diana. Bahasa Indonesia Terapan. Yogyakarta: CV. Budi
Utama, 2012.
Maruti, Endang Sri. Pengembangan Media Pembelajaran Keterampilan
Menyimak dan Membaca Berbasis Multimedia Interaktif. Premiere
Education, No.1,1 Juni 2017.
Nurhidayah. Peningkatan Keterampilan Menyimak Apresiatif dan Kreatif
Tayangan Film Melalui Teknik Pencatatan 5 R (Record, Reduce, Recite,
Reflect, and Review). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2006.
Nurhidayati, “Menyimak Dialog”, http://staffnew.uny.ac.id/
upload/132296142/pendidikan/MENYIMAK+DIALOG.pdf
diakses Senin, 1 April 2019, pukul 10:46.
Pattara, Bastian Jabir. Mengapa Saya Susah Menyimak? https://www.

201
kompasiana.com/belajarmendengar/551ab872813311800a9de0ff/
mengapa-saya-susah-menyimak, diunduh pada Selasa, 12 Maret
2019, pukul 00:31.
Penggunanaan dan Pengertian Internet, http://repository.unpas.
ac.id/13120/5/BAB%20II.pdf, diakses Selasa, 26 Maret 2019,
pukul 6:49.
Pradani, Linggar. Mengasah Keterampilan Berbahasa Indonesia, http://
linggarpradani.wordpress.com/keterampilan-menyimak/ diunduh
pada 13 Maret 2017 pukul 23.20 WIB.
Priyatni, Endah Tri; Siswanto; Hasanah; Taryono; Nurchasanah;
dan Mujianto. Bahan Ajar Menyimak dan Berbicara. Kerja sama
IKIP Malang dengan Proyek Peningkatan SLTP Swasta, Kanwil
Depdikbud Provinsi Jawa Timur, 1997.
Purwosunarto, Nodya. Apa itu Menyimak Kreatif? dalam http://
hestunodya.blogspot.co.id/2014/01/apa-itu-menyimak-kreatif.
html.?m=1 pada 13 Maret 2017 pukul 23.55 WIB.
Putra, Budi. Planet Internet (Jaringan Pintar yang Mengubah Dunia).
Tangerang: Logicom Publications, 2002.
R, Arum Putri. Menumbuhkan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
dalam Pendidikan dan Pengajaran. Jurnal Paradigma Institut Vol. 1
No. 1 , September 2015.
Rahman, Syaeful. Menyimak Kritis, dalam http://syaefulrahman.
blogspot.co.id/2011/03/menyimak-kritis.html diunduh pada 12
Maret 2017 pukul 15.56 WIB.
Resmini, Novi dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS, 2007.
Retnaningsih, Eka, dkk. Peningkatan Menyimak Dongeng Menggunakan
Media Audio dengan Stratgi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu pada Siswa
Kelas VII A. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013.
Ridwanuddin, Didin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press, 2015.
Ridyawati, Rifan Jita. Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui
Media VCD Film Kartun. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2015.
Rosdawita. Pembelajaran Menyimak Berbasis Pendekatan Kontekstual.
Pena. Vol. 3 No. 2, 2 Desember 2013.
Rusman. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

202 Keterampilan  Menyimak


2017.
Saddhono, Kundharu dan St. Y. Slamet. Meningkatkan Keterampilan
Berbahasa Indonesia: Teori dan Aplikasi. Bandung: CV Karya Putra
Darwati, 2012.
Santoso, Hari. Peningkatkan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah bagi
Pustawan. Universitas Negeri Malang: UPT Perpustakaan UNM,
2008.
Setiawati, Lis. “Jenis-jenis Menyimak”, http://repository.ut.ac.
id/4737/1/PBIN4105-M1.pdf diakses Senin, 1 April, pukul 11:37.
Sihabuddin, dkk. Bahasa Indonesia 2. Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009.
Siti Fatimah, Karya Tulis Ilmiah, dalam http:/file.upi.edu/../19_KTI-
PLPG.pdf. diunduh pada 16 Maret 2017 pukul 10.28 WIB.
Sudjianto, “Metode Pengajaran Menyimak”, http://file.upi.edu/Direktori/
FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JEPANG/195906051985031-
SUDJIANTO/11._Makalah_Menyimak.pdf, diakses Senin, 1 April
2019, pukul 23:53.
Suharyanti. Pengantar Dasar Keterampilan Berbicara. Surakarta: Yuma
Pustaka, 2011.
Susanti, Elvi. Definisi Analisis Wacana dan Wacana Kritis. Dialektika. Vol.
ll, No. 1, Juni 2011.
. “Glosarium Kosakata Bahasa Indonesia dalam Ragam
Media Sosial” jurnal dalam http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/
dialektika/article/view/5188/pdf, vol.3, no.2 tahun 2016, diakses
19 Maret 2019, pukul 00:21.
. Keterampilan Berbicara. Depok: RajaGrafindo Persada, 2018.
Suwandi, Imam. Jenis-jenis Menyimak, dalam http://www.slideshare.
net/mobile/hanyaqhu1/ diunduh pada 13 Maret 2017 pukul 16.49
WIB.
Syansuddin, A.R. Dari Ide Bacaan Simakan Menuju Menulis Efektif.
Bandung: Bumi Siliwangi. 1994.
Tarigan, Djago. 1984. Menyimak sebagai Suatu Aspek Keterampilan
Berbahasa. Departemen P dan K. Ditjen Dikdasmen. PPPG Bahasa,
1984.
. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2005.
Tarigan, Henry Guntur. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

203
Bandung: Penerbit angkasa, 2008.
. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Penerbit Angkasa, 2015.
. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Penerbit Angkasa, 1986.
Team Yayasan Pendidikan Haster. Ikhtisar Materi-materi Penting Bahasa
Indonesia. Bandung: CV Pionir Jaya, 1995.
Tempo.co.id, “Saracen Dibekuk, Ujaran Kebencian di Internet Berkurang
50 Persen “ https://nasional.tempo.co/read/906326/saracen-
dibekuk-ujaran-kebencian-di-internet-berkurang-50-persen/
full&view=ok, diakses Selasa, 26 Maret 2109, pukul 11:14.
Kominfo, “5 cara Mengatasi Berita Hoaks di Inetrnet “
Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas
Muhammadiyah Malang. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah.
Malang: UMM Press, 2013.
Wartakota, “Hasil Riset Pengguna Media Sosial di Indonesia, Ternayat
Ada Peningkatan”, Senin 11 Februari 09:12, http://wartakota.
tribunnews.com/2019/02/11/hasil-riset-pengguna-media-sosial-
di-indonesia-ternyata-ada-peningkatan, Senin, 11 Februari 2019
09:12, diakses Sabtu, 30 Maret 2019, pukul 22:40.
Wicaksono, Andri, dkk. Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat).
Yogyakarta: Garudhawaca, 2016, hlm. 93.
Wikipedia, Media Sosial, https://id.wikipedia.org/wiki/Media_
sosial#cite_note-Kaplan,_Andreas_M._2010-1, diakses Rabu, 27
Maret 2019, pukul 20:32.
Wulandari, Citra Aulia. Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita,
dalam http://lib.unnes.ac.id/6454/1/7822.pdf diunduh pada 16
Maret 2017 pukul 10.01 WIB.
Y, Budinuryanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008.

204 Keterampilan  Menyimak


BIODATA PENULIS

Elvi Susanti dilahirkan pada tanggal 1 Agustus di Padang.


Menamatkan S1 di Universitas Andalas Padang, jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra. Kemudian mengambil S2 di Universitas Negeri
Padang (UNP) jurusan Pendidikan Bahasa dengan predikat cumlaude
(terpuji). Selanjutnya melengkapi pendidikannya selama empat tahunan
dengan kuliah S3 di UPI Bandung pada tahun 2015.
Penyuka masakan berkuah ini pernah menjadi penyiar radio
(radio DB Padang) selama 12 tahun. Kemudian pernah menjajal dunia
jurnalistik dengan menjadi wartawan pada Harian Singgalang Padang
selama empat tahun. Selain itu juga pernah menjadi dosen muda di
Fakultas Sastra Unand selama delapan tahun dan dosen di STKIP
Purnama Jakarta selama enam tahun.
Pada tahun 2008, istri dari Budi Putra ini diterima sebagai PNS di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mengajar di jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK). Menulis sejumlah jurnal dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris, serta beberapa buku kompilasi.
Pada September tahun 2018 lalu, ia menulis buku serial
keterampilan berbahasa tentang “Keterampilan Berbicara”. Buku yang
diterbitkan oleh PT RajaGrafindo Persada itu mengungkapkan seluk-
beluk tentang berbicara, dimulai dari hakikat; kemampuan dasar;
berbicara di depan umum; pidato; wawancara; puisi, monolog dan
dongeng; dialog/drama; diskusi; debat; berbicara dalam kegiatan ilmiah;
dan praktik kepemanduan.

205
Selain kegiatan kampus, wanita yang menyukai film drama ini
terlibat aktif sebagai pendamping dalam penulisan buku teks pelajaran
masa depan sejak Agustus tahun 2018. Penulisan buku teks pelajaran
yang akan diedarkan tahun 2021 itu merupakan kegiatan dari Pusat
Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Balitbang Kemendikbud.
Hal penting lainnya adalah ia mencintai bahasa Indonesia, karya
sastra, teater, baca puisi, dan suka mendongeng, terutama buat putrinya.
Hobinya yang lain: memasak, jalan-jalan, membaca, berbelanja, dan
bersantai dengan keluarga di rumah.

Anda mungkin juga menyukai