Anda di halaman 1dari 12

TEMPLATE FOR SUBMISSION IN TANJUNGPURA

LAW JOURNAL

PELAKSANAAN PASAL 10 HURUF A UNDANG –UNDANG


NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN (STUDI
PADA PEMERINTAH KOTA PONTIANAK)

Denny Akbar1,

Abstract

The library is the warehouse books and knowledge in order to advance and
improve the community intelligence. So as to need managed as well as it should
and supported by regulations the right policy. In this case the government of
Pontianak city trying to implement article 10 law no. 1 43 / 2007 on the library.
Objectives of the study are in order to analyze the execution of the laws so that can
optimize guidance and the development of against a library of in the Pontianak city.
As for the methodology that was used is descriptive analysis in order to analyze the
problems that then the infidels.The form of research is with the study literature and
the field research was carried out a live interview.The implementation of the
research was done in the Pontianak city.Of the study results showed that the
government Pontianak city have done the implementation of the provision of the
act. This is success in to provide guidance and development library. But on the
other hand, by giving the full authority to local library more have optimal results
including the administration of funds and human resources.
Keywords: The library; Guidance; Development of Human Resources

Abstrak

Perpustakaan merupakan gudang buku dan ilmu pengetahuan dalam rangka


memajukan dan meningkatkan kecerdasan masyarakat. Sehingga perlu dikelola
sebagaimana mestinya dan didukung oleh peraturan kebijakan yang tepat. Dalam
hal ini pemerintah kota Pontianak berupaya melaksanakan Pasal 10 UU No. 43
Tahun 2007 tentang perpustakaan. Tujuan dari penelitian ini adalah dalam rangka
menganalisis pelaksanaan undang-undang tersebut sehingga dapat
mengoptimalkan pembinaan dan pengembangan terhadap perpustakaan di kota
Pontianak. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif analisis dalam
rangka menganalisa permasalahan yang kemudian ditarik kesimpulan. Bentuk
penelitian adalah dengan studi literatur dan penelitian lapangan dilakukan
wawancara langsung. Pelaksanaan penelitian dilakukan di kantor pemerintah kota
Pontianak dan perpustakaan kota Pontianak. Dari penelitian diperoleh bahwa
pemerintah kota Pontianak sudah melakukan pelaksanaan undang-undang
tersebut. Hal ini merupakan keberhasilan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan perpustakaan. Namun di sisi lain, dengan memberikan wewenang
penuh kepada perpustakaan setempat lebih mendapatkan hasil yang optimal
termasuk pengelolaan dana dan sumber daya manusia.
Kata Kunci: Perpustakaan; pembinaan; pengembangan; sumber daya manusia.

1
Fakultas Hukum, Universitas Tanjungpura, Jln. Prof. Hadari Nawawi, Pontianak, 78124, Kalimantan
Barat, Indonesia, email: dennyakbar350@gmail.com
I. Pendahuluan
Di era global sekarang ini, pendidikan merupakan sesuatu yang penting bagi
semua orang karena pendidikan menjadi suatu kebutuhan pokok yang harus dimiliki
setiap orang agar dapat menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh
pendidikan banyak cara yang bisa ditempuh, diantaranya melalui pendidikan formal
dan non-formal. Adapun pendidikan yang dapat diperoleh melalui jalur non formal
salah satunya melalui perpustakaan, khususnya perpustakaan umum.
Perpustakaan umum merupakan gudang buku dan ilmu pengetahuan,
masyarakat diharapkan dapat memperoleh informasi-informasi yang mereka butuhkan
terutama berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perpustakaan
umum dianggap sebagai salah satu sarana yang dapat meningkatkan kecerdasan
masyarakat. Oleh karena itu perpustakaan merupakan sarana yang harus ada disetiap
daerah, hal ini sesuai seperti yang tertuang dalam pasal 14 ayat (1) huruf p Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah yaitu “urusan wajib lainnya
yang diamanatkan oleh peraturan perundang – undanagan”. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan,
perpustakaan menjadi urusan wajib bagi pemerintah, baik Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten / Kota. Untuk itu Pemerintah
Daerah Kota Pontianak telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor
11 Tahun 2008 Tentang Satuan Organisasi Perangkat Daerah menempatkan
perputakaan sebagai lembaga teknis daerah yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah Kabupaten/Kota serta
melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat umum. Di Kota Pontianak
sendiri perpustakaan umum sudah cukup lama berdiri hal ini disadari karena selain
menjadi urusan wajib Pemerintah Daerah, perpustakaan juga memeng sangat
diperlukan untuk mempermudah masyarakat memperoleh informasi dan ilmu
pengetahuan.
Respon masyarakat kota akan keberadaan Perpustakaan Umum tentunya
berpengaruh pada pandangan bahwa informasi adalah suatu kebutuhan yang tak
boleh dipandang sebelah mata bagi dunia pendidikan. Hal ini merupakan tantangan
bagi perpustakaan karena harus mampu meningkatkan mutu pengelolaannya secara
terus-menerus agar masyarakat sebagai konsumen perpustakaan merasa puas atas
pelayanan perpustakaan tersebut. Apalagi, dengan semakin pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta ledakan informasi yang membuat tuntutan akan
perkembangan Perpustakaan menjadi semakin kompleks pula. Oleh karena itu
perpustakaan sebagai sumber informasi harus memanfaatkan sumber daya yang ada
semaksimal mungkin untuk kepentingan pemustaka, agar perpustakaan dapat
memberikan layanan dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi pemustaka yang
mempunyai minat serta kebutuhan informasi yang berbeda-beda.
Dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang
diamanatkan oleh Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perpustakaan sebagai pusat informasi semakin dituntut untuk memberikan layanan
informasi yang lebih baik dan tepat guna, sehingga dapat menarik perhatian
pemustaka dari berbagai kalangan dengan latar belakang yang berbeda seperti anak-
anak, pelajar, mahasiswa, dosen, peneliti, dan sebagainya.
Perpustakaan dapat memberikan informasi yang dimiliki kepada semua lapisan
masyarakat yang ingin mendapatkannya, sehingga semua anggota masyarakat,
khususnya yang berada di daerah sekitar perpustakaan, dapat memperoleh akses
informasi dari perpustakaan. Salah satu lapisan masyarakat yang perlu berinteraksi
dengan perpustakan ini adalah dari kalangan pendidikan. Kalangan pendidikan perlu
berhubungan dengan perpustakaan karena mereka adalah kelompok yang banyak
memerlukan sumber-sumber untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Harus
disadari betul bahwa buku merupakan alat penting bagi kalangan pendidikan untuk
menambah informasi dan meningkatkan pengetahuan dalam diri mereka dan cara
pengaksesan buku termudah adalah melalui perpustakaan.
Sebagai implementasi dari Undang – Undang Dasar Negara Repulik Indonesia
Tahun 1945, Pemerintah telah mengeluarkan Undang – Undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang “ Perpustakaan“, didalam pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa “Perpustakaan”
adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam
secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Sedangkan pemustaka
adalah pengguna perpustakaan yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat atau
lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perputakaan. Selain itu berkenaan
dengan pembinaan dan pengembangan suatu perpustakaan, Undang-Undang Nomor
43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan juga telah mengaturnya yaitu seperti yang
disebutkan dalam pasal 10 huruf a berbunyi “Pemerintah Daerah berwenang:
menetapkan kebijakan daerah dalam pembinaan dan pengembangan perpustakaan di
wilayah masing – masing”. Untuk itu Pemerintah Daerah wajib memberikan kebijakan
tersebut, sekarang tinggal bagaimana pelaksanaannya saja.

II. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan metodelogi Deskriptif Analisis, yakni
dengan menganalisa permasalahan yang ada pada saat penelitian ini dilakukan yang
kemudian ditarik suatu kesimpulan. Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan
mempelajari literatur-literatur, tulisan ilmiah para sarjana, serta peraturan perundang-
undangan yang relevan dengan masalah penelitian ini. Penelitian lapangan, dilakukan
secara langsung terhadap responden yang dijadikan objek penelitian dilapanagan
serta pada sumber data yang ada.

III. Analisis dan Pembahasan


A. Kebijakan Pembinaan dan pengembangan minat baca
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas
dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek
lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang.
Minat mengandung arti keinginan memperhatikan atau melakukan sesuatu. Minat juga
berarti sesuatu yang disenangi tanpa terikat atau terpaksa. Membaca adalah proses
untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata.
Membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat suatu
penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Yang dimaksud dengan kepandaian
membaca tidak hanya menginterpretasikan huruf-huruf, gambar-gambar, dan angka-
angka saja, akan tetapi yang lebih luas daripada itu ialah kemampuan seseorang untuk
dapat memahami makna dari sesuatu yang dibacanya. Karena itulah membaca
merupakan kegiatan intelektual yang dapat mendatangkan pandangan, sikap, dan
tindakan yang positif. Fungsi dari membaca itu sendiri adalah dapat membuka
cakrawala pengetahuan menjadi lebih luas, pengetahuan kita menjadi bertambah
banyak sehingga menjadi manusia yang tidak picik.
Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat
membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca. Minat
baca bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja pada diri seseorang. Akan tetapi minat
baca harus dipupuk dan dibina semenjak masih dini.
Pembinaan minat baca merupakan suatu jenis pelayanan perpustakaan dalam
membantu dan memberi guidance kepada para pengunjung atau masyarakat yang
dilayani oleh perpustakaan. Pembinaan minat baca ini bertujuan untuk
mengembangkan minat dan selera dalam membaca, terampil dalam menyeleksi, dan
menggunakan buku, mampu mengevaluasi materi bacaan dan memiliki kebiasaan
efektif dalam membaca informasi, serta memiliki kesenangan membaca.
Pembinaan minat baca meliputi empat macam kegiatan, yaitu merencanakan
program penumbuhan dan pengembangan minat baca, mengatur pelaksanaan
program, mengendalikan pelaksanaan program serta menilai pelaksanaan program
penumbuhan dan pengembangan minat baca, baik di lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat.
Pada dasarnya pembinaan minat baca mempunyai tiga fungsi utama, yaitu
sebagai sumber kegiatan, pedoman pelaksanaan kegiatan, dan tolok ukur atau
parameter keberhasilan upaya menumbuhkembangkan minat baca. Beberapa program
yang dilakukan untuk meningkatkan minat baca adalah dengan pengadaan
perpustakaan keliling, kunjungan sekolah, dan mobil pintar.
B. Pembinaan dan pengembangan koleksi
1. Kebijakan pengambangan koleksi
Kebijakan pengembangan koleksi merupakan alat perencanaan dan sarana
untuk mengkomunikasikan tujuan dan pengembangan koleksi perpustakaan. Agar
kebijakan pengembangan koleksi dapat dilaksanakan secara terarah, kebijakan
pengembangan koleksi harus disusun secara tertulis.
Rumusan yang dituangkan dalam kebijakan pengembangan koleksi tertulis
dimulai dengan penjelasan singkat tentang misi perpustakaan dan sasaran-sasaran
yang ingin dicapai, deskripsi singkat mengenai masyarakat yang dilayani, koleksi yang
telah ada.
2. Seleksi
Proses seleksi adalah merupakan kegiatan yang dilaksanakan sebelum kegiatan
pengadaan bahan pustaka. Namun siapa yang mempunyai wewenang melakukan
seleksi dan cara melakukan seleksi?
a. Pihak yang melakukan seleksi
Kelompok yang dipandang memiliki kapabilitas untuk menyeleksi bahan pustaka
antara lain, adalah pustakawan, spesialis subjek, took buku, dan komisi pustakawan.
Meskipun demikian, kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa otoritas yang
melakukan seleksi ditentukan oleh tipe/jenis perpustakaan yang bersangkutan.
b. Kriteria seleksi
Apapun kriteria seleksi yang diterapkan oleh perpustakaan, harus dituangkan
dalam kebijakan pengembangan koleksi. Secara umum kriteria-kriteria yang diterapkan
dalam seleksi adalah:
1.Tujuan, Cakupan, dan Kelompok Pembaca
Bahan pustaka yang akan dipilih harus mempertimbangkan secara sungguh-
sungguh kesesuaiannya dengan tujuan, cakupan, dan pengguna perpustakaan yang
bersangkutan.
2.Tingkatan koleksi
Tingkatan koleksi menjadi salah satu faktor utama untuk menentukan koleksi
tertentu. Ada enam kategori tingkatan koleksi, yaitu (1) karya dalam bentuk ringkasan,
(2) karya ringan dan populer, (3) karya popular yang serius, (4) karya elementer, (5)
karya standar, (6) karya yang tingkat ilmiahnya lebih tinggi misalnya tesis atau
disertasi.
3. Otoritas dan kredibilitas pengarang
Otoritas pengarang harus ditentukan secermat-cermatnya. Jika pengarang bukan
pakar yang dikenal dalam bidangnya, kualifikasinya dalam penulisan buku harus diteliti
dengan baik.
4. Harga
Harga juga perlu dipertimbangkan. Misal harga buku yang cukup tinggi harus
diperhatikan apakah buku tersebut sangat dibutuhkan atau tidak.
5. Penyajian fisik buku
Penampilan fisik buku baru dapat mempengaruhi keputusan seleksi. Bahan
pustaka seharusnya bersih, rapi, dan dapat dibaca.
6.Struktur dan metode penyajian
Pustakawan dengan latar belakang subjek tertentu biasanya dapat memperoleh
gambaran tentang struktur buku malalui daftar isi.
7. Indeks dan Bibliografi
Keberadaan bibliografi dan indeks sebuah buku dapat diketahui secara jelas
lewat entri dalam bibliografi nasional. Meskipun demikian, kualitas bibliografi dan
indeks akan dapat ditentukan secara tepat apabila langsung diperiksa dan dilihat pada
buku itu sendiri. Catatan kaki dan daftar rujukan bisa memperkuat klaim keaslian
penelitian.
3. Pengadaan
Secara sederhana, pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan lewat pembelian,
tukar-menukar, hadiah, atau dengan cara menerbitkan sendiri. Bahan pustaka yang
akan diadakan mencakup (1) karya cetak atau karya grafis, seperti buku, majalah,
surat kabar, disertasi, dan laporan. (2) karya non cetak atau karya rekam, seperti
piringan hitam, kaset, dan video. (3) bentuk mikro, seperti microfilm, dan mikrofis. (4)
karya elektronik, seperti disket, pita magnetic, serta selongsong elektronik yang
diasosiasikan dengan komputer.
Pengadaan atau akuisisi dilakukan oleh bagian pengadaan. Bagian ini tidak
semata-mata bertanggung jawab terhadap pengadaan koleksi saja, tetapi juga
bertanggung jawab atas hal-hal berikut:
- Pengadaan atau pengembangan koleksi
- Pemecahan persoalan-persoalan yang muncul dalam pemesanan bahan pustaka
- Pembuatan rencana pemilihan bahan pustaka yang terus menerus
- Pemeriksaan dan mengikuti terus-menerus penerbitan-penerbitan bibliografi
- Berusaha memperoleh bahan-bahan reproduksi apabila bahan aslinya sudah tidak
diperoleh (buku-buku out of print), tetapi sangat diperlukan pemakai.
-Mengadakan hubungan dengan para pedagang atau penyalur buku.
-Mengawasi penerimaan hadiah dan tukar-menukar bahan pustaka.
Perpustakaan dalam memperoleh bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut:
1. Pembelian
Pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun toko buku. Penerbit
Indonesia pada umumnya melayani permintaan perpustakaan. Akan tetapi, penerbit
asing umumnya tidak melayani perpustakaan. Mereka (penerbit asing) hanya melayani
pembelian dari toko buku ataupun penjaja (vendor) sehingga perpustakaan Indonesia
harus membeli melalui toko buku. Proses pemesanan dapat melalui sebagai berikut :
a. Toko Buku
Pembelian bahan pustaka secara langsung ke toko buku banyak dilakukan oleh
perpustakaan yang jumlah dananya relatif sedikit. Pembelian dengan cara ini biasanya
dilakukan untuk judul dan eksemplar yang tidak banyak. Kekurangan yang umumnya
terjadi pada pembelian bahan pustaka ke toko buku adalah :
- Tidak semua subjek atau judul yang dibutuhkan perpustakaan tersedia di toko buku.
- Toko buku tidak selalu bisa ditemukan di setiap kabupaten sehingga tidak mampu
melayani kebutuhan perpustakaan.
- Toko buku yang terdapat di kota kecil pada umumnya hanya menyediakan bahan
pustaka yang berbahasa Indonesia.
- Tidak semua pesanan bahan pustaka dari satu perpustakaan dapat dipenuhi dari satu
toko buku saja.
b. Penerbit
Pembelian bahan pustaka juga dapat dilakukan melalui penerbit, baik dalam
negeri maupun luar negeri. Penerbit di Indonesia biasanya melayani pemesanan dari
perpustakaan. Akan tetapi, penerbit asing umumnya tidak melayani perpustakaan.
Mereka (penerbit asing) hanya melayani pembelian dari toko buku ataupun penjaja
(vendor) sehingga perpustakaan Indonesia harus membeli melalui toko buku.
Pemesanan bahan pustaka secara langsung ke penerbit dapat dilakukan apabila
judul-judul yang dibutuhkan betul-betul diterbitkan oleh penerbit tersebut. Untuk
mengetahui hal ini perpustakaan dapat memanfaatkan katalog penerbit yang
dikeluarkan penerbit sehingga bahan pustaka yang akan diadakan dapat dipesan
langsung pada penerbitnya.
c. Agen Buku
Selain pembelian ke toko buku dan penerbit, perpustakaan juga dapat membeli buku
melalui agen buku yang biasa disebut dengan jobber atau vendor. Agen buku ini
berperan sebagai mediator antara perpustakaan dan penerbit, terutama untuk
pengadaan bahan pustaka terbitan luar negeri.
2. Tukar-menukar
Bahan pustaka tertentu tidak dapat dibeli di toko buku, tetapi hanya dapat diperoleh
melalui pertukaran.
a. Tujuan Tukar-menukar
Pertukaran bahan pustaka antar perpustakaan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
- Untuk memperoleh bahan pustaka tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku,
penerbit, agen, atau yang tidak dapat diperoleh karena alasan lain sehingga hanya
bisa didapatkan melalui pertukaran.
- Melalui pertukaran akan memberi jalan bagi perpustakaan untuk memanfaatkan
bahan pustaka yang duplikasi.
- Dengan pertukaran akan memberi peluang untuk mengembangkan kerja sama yang
baik antar perpustakaan.
b. Teknik Tukar-menukar
Cara tukar-menukar bahan pustaka dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut :
- Menyusun daftar bahan pustaka duplikasi sebagai bahan penawaran
- Mengirimkan penawaran kepada perpustakaan-perpustakaan yang dinilai mempunyai
koleksi yang sesuai dengan bahan pustaka yang ditawarkan.
- Perpustakaan yang menerima tawaran akan mempelajari tawaran yang diterima dan
membandingkan dengan kebutuhan dan kebijakan pengembangan koleksinya sendiri.
Kemudian memilih bahan penukar yang sesuai dengan bobotnya dan menyusunnya
dalam daftar bahan pustaka yang akan ditawarkan sebagai bahan penukar.
- Perpustakaan yang telah menerima tanggapan atas penawarannya, menilai
keseimbangan bahan pertukaran tentang subjek dan bobotnya. Jika diterima,
kemudian mengirimkan jawaban persetujuan bahwa tukar-menukar dapat
dilaksanakan.
- Setelah menerima bahan pertukaran, masing-masing perpustakaan mengelolahnya
sesuai dengan prosedur penerimaan dan inventarisasi.
3. Hadiah
pustaka yang terdapat di perpustakaan kadang-kadang diperoleh melalui hadiah.
Bahan pustaka yang diperoleh lewat hadiah sangat penting untuk mengembangkan
koleksi perpustakaan. Perpustakaan yang menerima bahan pustaka berupa hadiah
dapat menghemat biaya pembelian.
4. Deseleksi
Perawatan koleksi merupakan bagian pengelolaan koleksi yang meliputi berbagai
kegiatan yang bertujuan menjaga kemutakhiran dan daya guna koleksi perpustakaan.
Salah satu bagian perawatan koleksi adalah deseleksi atau penyiangan. Deseleksi
secara sederhana dipahami sebagai usaha untuk mengeluarkan atau menarik bahan
pustaka dari koleksi.
Penyiangan yang dilakukan di perpustakaan tentu saja mempunyai tujuan. Ada empat
tujuan yang akan dicapai, diantaranya:
a. Memperoleh tambahan tempat untuk koleksi baru.
b. Membuat koleksi lebih dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang akurat,
relevan, up to date, serta menarik.
c. Memberikan kemudahan pada pemakai dalam menggunakan koleksi.
d. Memungkinkan staf perpustakaan mengelola koleksi secara efektif dan efisien.
C. Pelaksanaan Pasal 10 Huruf A Undang – undang nomor 43 tahun 2007 Tentang
Perpustakaan Pada Pemerintah Kota Pontianak
Berdasarkan Peraturan Walikota Pontianak Nomor 13 Tahun 2010 Tentang
Uraian Tugas Jabatan Pada Kantor Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Kota
Pontianak, menunjukkan bahwa pelaksanaan Pasal 10 UU No 43 tahun 2007
merupakan wujud pelaksanaannya. Sehingga perpustakaan pada pemerintah kota
Pontianak membuat dua aspek program.
Adapun program – program yang dilakukan yang pertama peningkatan kualitas
layanan informasi yaitu terkait dengan pengadaan buku dan pelayanan perpustakaan
yang terdiri dari 10 macam aktivitas yaitu (1)layanan baca di tempat, (2)layanan
peminjaman, (3)layanan kartu perpustakaan gratis, (4)layanan hot spot, (5)layanan
internet PC, (6)layanan mobil keliling, (7)layanan mobil pintar, (8)layanan rumah baca
barat dan timur, (9)layanan referensi dan (10)layanan kunjungan rombongan anak
PAUD dan SD.
Terkait jumlah peminjaman, judul buku baru dan pengunjung perpustakaan tahun
2009 – 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel. 1 Jumlah peminjaman, judul buku baru dan pengunjung perpustakaan
Table 1
Jumlah peminjaman, judul buku baru dan pengunjung perpustakaan.
Keterangan Satuan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah judul buku yang dipinjam Judul 7.170 5.324 3.638 4.170 2.067
Peminjaman buku perhari Buah 23 23 30 35 18
Jumlah judul buku yang baru Judul 7542 8.672 9.204 9.872 -
Jumlah pengunjung perpustakaan Orang 5.705 4.590 4.229 6.353 3.371
Rata – rata pengunjung perhari Orang 33 24 21 29 28
Sumber Data: Laporan Tahunan.

Adapun aspek yang kedua yaitu pengembangan dan pengelolaan bahan pustaka
terdiri dari 7 macam yaitu (1)lomba bercerita anak sekolah, (2)lomba perpustakaan
sekolah, (3)pameran dan bazaar buku, (4)dialog interaktif pada media cetak dan
elektronik, (5)penyebaran pamphlet-pamflet, (6)kerjasama operasionalisasi
perpustakaan mobile, (7)penyebaran brosur buku-buku best seller dan new arrival
perpustakaan .
Dari hal tersebut, kita memperoleh gambaran bahwa program yang dilaksanakan
sudah berupaya menjalankan apa yang sudah menjadi tuntutat undang-undang
tentang perpustakaan.
Adapun aspek yang kedua yaitu pengembangan dan pengelolaan bahan pustaka
terdiri dari 7 macam yaitu (1)lomba bercerita anak sekolah, (2)lomba perpustakaan
sekolah, (3)pameran dan bazaar buku, (4)dialog interaktif pada media cetak dan
elektronik, (5)penyebaran pamphlet-pamflet, (6)kerjasama operasionalisasi
perpustakaan mobile, (7)penyebaran brosur buku-buku best seller dan new arrival
perpustakaan .
Dari hal tersebut, kita memperoleh gambaran bahwa program yang dilaksanakan
sudah berupaya menjalankan apa yang sudah menjadi tuntutat undang-undang tentang
perpustakaan.

IV. Kesimpulan

Dari pemaparan sebelumnya, bahwa pelaksanaan pasal 10 huruf A undang –


undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan sudah dilaksanakan.
Pelaksanaannya mengacu pada peraturan walikota Pontianak Nomor 13 Tahun 2010
tentang uraian tugas jabatan pada kantor perpustakaan, arsip dan dokumentasi kota
Pontianak, bahwa perpustakaan kota Pontianak sudah melaksanakan kegiatan pada
pengelolaan dan pengembangan perpustakaan. Hal ini dapat juga kita lihat pada
pemberian informasi dan program pelayanan. Dari sisi pengembangan dan
pengelolaan, jumlah dan data koleksi buku yang ada juga mengalami peningkatan,
dengan demikian juga sudah dilaksanakan yang sesuai dengan peraturan walikota.
Sementara dari jumlah pustakawan yang ada di perpustakaan sampai saat ini
masih belum ada yang memenuhi criteria, hal ini menyembabkan pelaksanaan
program dan kegiatan perpustakaan mengalami perkembangan yang tidak signifika,
belum lagi ditambah kekurangan dalam dana dan anggaran untuk melaksanakan
kegiatan perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Effendi, Lutfi. Pokok – Pokok Hukum Administrasi. Bayu media Publishing.
Malang.2004.
Indroharto. Asas – Asas Umum Pemerintahan yang Baik. Citra Aditya Bakti. Bandung.
1994.
Musa’ad, Muhammad Abud. Penguatan Otonomi Daerah Di Balik Bayang-Bayang
Ancaman Disintegrasi. Penerbit ITB, 2002.
NS, Sutarno. Perpustakaan dan Masyarakat, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2003.
Perpustakaan Nasional RI. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum.
Perpustakaan Nasional RI. Jakarta.1992.
Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Kanisius. Yokyakarta.
1992.
Soemitro, Ronny Hanitidjo, Metodelogi Penelitian Hukum. Ghalia Indonesia. Jakarta,
1998.
Syafrudin, Ateng. Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan
Bertanggung Jawab. Jurnal Pro Jastisia Edisi IV, Universitas Parahyangan,
Bandung. 2000.
PERATURAN PERUNDANG – UNDANAGAN:
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tenteng Pemerintah
Daerah
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak
Peraturan Walikota Pontianak Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas Jabatan
Pada Kantor Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Kota Pontianak

Anda mungkin juga menyukai