Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah


Selama ini banyak kalangan bahkan kaum pelajar belum mengerti akan
arti penting keberadaan perpustakaan. Ironisnya hal ini terjadi ditengah-tengah
dari maraknya sosialisasi mengenai urgensi perpustakaan dan perkembangan
perpustakaan yang kini telah hadir hampir di setiap lembaga pendidikan. Belum
lagi dengan adanya berbagai jenis perpustakaan sesuai fungsi dan penggunaannya,
kian membutakan kaum pelajar akan pengetahuan dari lokasi yang disebut sebagai
sumber pengetahuan ini.
Guna turut mensosialisasikan mengenai peran dan urgensi perpustakaan,
makalah ini kami susun. Selain itu, penulis berharap agar pengetahuan para
pelajar menjadi semakin terbuka akan perpustakaan dan perkembangannya pada
khususnya dan kepada seluruh pembaca pada umumnya.

B.  Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perpustakaan ?
2. Apa-apa saja tujuan dan fungsi ?
3. Apa itu perpustakaan konvensional dan digital?
4. Apa-apa jenis perpustakaan?
5. Bagaimana pengimplementasikan UUD & PP tentang perpustakaan di
dunia pendidikan ?

C.  Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari perpustakaan.
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan fungsi dari perpustakaan.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perpustakaan konvensional
dan digital.
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis perpustakan.
5. Untuk mengetahui bagaimana pengimplementasian UUD dan PP tentang
perpustakaan di dunia pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi XVI Tahun 2008 halaman 1140 Pustaka artinya Kitab, Dalam
bahasa inggris dikenal dengan Library. Istilah ini berasal dari kata librer atau
libri, yang artinya Buku. Dari kata latin tersebut terbentuklah istilah Librarius,
tentang buku. Dalam Bahasa Belanda bibliotheca yang berasal dari bahasa yunani
biblia yang artinya buku, kitab.
Menurut Wiji (2009:8) perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian
sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk
digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Selain buku didalamnya juga terdapat
bahan cetak lainnya seperti majalah, laporan, pamphlet, manuskrip, naskah, dan
berbagai karya media audiovisual seperti film, kaset, piring hitam, serta bentuk
mikro seperti microfilm, mikrofis, dan mikroburam(micro-opaque). Selanjutnya,
Griffey, J. (2019: 9) berpendapat bahwa “The library is a collection of printed
and non-printed materials or sources of information in computers that are
systematically compiled for the benefit of users”. Artinya, perpustakaan adalah
kumpulan bahan tercetak dan non cetak atau sumber informasi dalam komputer
yang disusun secara sistematis untuk kepentingan pemustaka.
Perpustakaan bertindak sebagai penyimpanan khazanah hasil pemikiran
manusia. Hasil itu kemudian dituangkan dalam bentuk cetak, noncetak maupun
dalam bentuk elektronik atau digital. Hasil pemikiran manusia yang dicetak dalam
bentuk buku dalam arti luas mencakup bentuk cetak atau grafis, bentuk elektronik,
ini sering diasosiasikan dengan kegiatan belajar, Yaitu sebagi alat bantu manusia
dalam belajar. Karena perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sementara buku
dekat dengan kegiatan belajar. Hanya saja, perpustakaan pun sangat dengat
dengan kegiatan belajar, hanya saja, perpustakaan bukan tempat sekolah dalam
arti formal.

2
Perpustakaan dan pusat informasi mengalami perubahan di hampir setiap
area tanggung jawab dan aktivitas. Satu-satunya yang konstan di perpustakaan
saat ini dan organisasi layanan informasi adalah perubahan. Menyadari bahwa
perubahan tidak bisa dihindari, mengatasi dampaknya, dan merangkul hasilnya
adalah langkah-langkah penting dalam hal itu organisasi.
Menurut Robert (2007:1) Faktor-faktor eksternal, faktor-faktor politik,
ekonomi, sosial, dan teknologi itu memperkuat kebutuhan untuk memeriksa tidak
hanya apa yang dilakukan dan mengapa itu dilakukan, tetapi juga cara itu
dilakukan. Salah satu tujuannya adalah untuk lebih efektif menerapkan metode
dan sistem baru dalam organisasi yang sedang berlangsung. Faktor perubahan
membutuhkan pertimbangan model, metode dan teknik, alat, keterampilan, dan
bentuk-bentuk pengetahuan lain yang digunakan untuk membuat praktik
informasi jasa. Bagaimana tujuan ini dicapai tergantung pada bagaimana
organisasi menangani pertanyaan-pertanyaan itu secara terencana dan sistematis.
Visi masa depan diperlukan layanan informasi. Mengelola perubahan itu adalah
karakteristik utama dari organisasi layanan informasi berbasis pengetahuan yang
berfokus pada masa depan ketika mereka mengejar misi untuk menciptakan,
mengorganisir, menganalisis, melestarikan, dan menyediakan akses ke informasi
dalam format apa pun agar para pencari dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan
mereka, dan menyediakan akses ke informasi dalam format apa pun agar para
pencari dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan mereka.
Apabila membicarakan masalah perpustakaan maka tidak akan lepas dari
pembicaraan mengena kata-kata yang berhubungan dengan kata perpustakaan.
Menutut Purwono (2013: 2) kata-kata yang berhubungan dengan perpustakaan
adalah sebagai berikut:
1. Pustaka (buku atau kitab), yaitu kumpulan atau bahan berisi hasil tulisan
atau cetakan, dijilid menjadi satu agar mudah dibaca dan sedikitnya 58
halaman.
2. Perpustakaan, yaitu kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku
dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan
pemakai.

3
3. Pustakawan, yaitu orang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga
sejenisnya dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.
4. Kepustakaan, yaitu bahan bacaan cetak maupun rekam yang digunakan
untuk menyusun karang-karang makalah, artikel, laporan ilmiah, dan
sejenisnya.
5. Ilmu Perpustakaan, yaitu ilmu yang mengkaji tentang hal-hal yang
berkaitan dengan perpustakaan.
6. Kepustakawanan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pustakawan, seperti
profesi perpustakawanan dan penerapan ilmu, misalnya dalam hal
mengadakan koleksi, pengolahan, pedayagunaan, penyebaran informasi
kepada pemakai.
Pengertian perpustakaan menurut Surat Keputusan dari Menpan No.18
Tahun 1988 adalah suatu unit kerja yang sekurang-kurangnya mempunyai koleksi
1.000 judul bahan pustaka atau 2.500 eksemplar dan dibentuk dengan Keputusan
pejabat yang berwewenang, Sementara itu. Menurut ketentuan umum Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan,
menyatakan bahwa “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis,
karya cetak, atau karya rekam. Secara Professional dengan sistem yang baku
guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
rekreasi para pemustaka”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu bangunan yang
dikelola oleh sistem yang didalamnya terdapat informasi baik dalam bentuk cetak
maupun noncetak sesuai dengan kebutuhan pembaca.

B.  Tujuan dan Fungsi Manajemen Perpustakaan


Menurut Engard, N.C (2010: 9) mengemukakan bahwa tujuan dari
manajemen perpustakaan yaitu “to provide quality products that meet the needs
and satisfaction of a sustainable society, which in turn will lead to sustainability
so that it can increase the productivity of the community in achieving the scale of
education”. Maksudnya disini yaitu manajemen perpustakaan bertujuan untuk

4
memberikan produk yang berkualitas yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan
masyarakat yang berkelanjutan (sustainable satisfaction) yang pada gilirannya
akan menimbulkan kesinambungan sehingga dapat meningkatkan produktivitas
masyarakat dalam mencapai skala pendidikan.
Setiap perpustakaan diselenggarakan dengan maksud dan tujuan tertentu.
Oleh karena itu, ada perbedaan fungsi dan sifatnya lebih spesifik pada setiap jenis
perpustakaan. Purwono (2013: 2) mengemukakan pada umumnya perpustakaan
mempunyai tujuan dan fungsi yang sama sebagai berikut.
1. Penyimpanan
Perpustakaan bertugas menyimpan koleksi (informasi) yang diterimanya.
Hal itu tampak sekali pada perpustakaan nasional yang ada pada setiap negara.
Tidak semua bahan pustaka (koleksiyang mengandung informasi) harganya dapat
berjangkau oleh masyarakat atau orang yang membutuhkan. Salah satu cara
pemerintah untuk mengatasi masalah keterbatasan pembelian koleksi, yaitu
dengan mengeluarkan peraturan yang disebut Undang-Undang Deposit. Di
Indonesia telah dikeluarkan UU No.4 tahun 1990 tentang Wajib Simpan Karya
Cetak dan Karya Rekam.
2. Pendidikan
Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup, lebih-lebih mereka
yang sudah bekerja atau telah meninggalkan bangku sekolah ataupun putus
sekolah. pepustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sedangkan buku selalu
dihubungkan dengan kegiatan belajar.
3. Penelitian
Perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai macam koleksi (informasi)
untuk keperluan penelitian yg dilakukan oleh pemakai. Kegiatan penelitian ini
dilakukan oleh pemakai perpustakaan , mulai dari murid sekolah dasar sampai ke
peneliti pemenang hadiah nobel.
4. Informasi
Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemustaka yg disesuaikan
dengan jenis perpustakaan. Ada beberapa kriteria yg harus dipenuhi, yaitu sbb:
a. menghimpun berbagai macam sumber informasi.

5
b. mengolah bermacam–macam sumber inormasi berdasarkan sistem
tertentu.
c. menyebarluaskan bermacam- macam sumber informasi kepada
pemakai perpustakaan.
d. Dalam hal tertentu, berfungsi sebagai tempat lahirnya informasi.
e. Melestarikan berbagai macam sumber informasi.
f.   memberikan informasi bagi masyarakat sekarang dan masyarakat yg
akan datang.

5. Reaksi Kultural
Perpustakaan berfungsi menyimpan khasanah budaya bangsa. Perpustakaan
berperan meningkatkan apresiasi budaya dari masyarakat sekitar perpustakaan
melalui menyediakan bahan bacaan. Fungsi kultural dilakukan dengan cara
mengadakan pameran ceramah, petunjukan kesenian, dan penyediaan bahan
bacaan yang dapat menghibur bagi pemakai, tetapi sekaligus mempunyai nilai yg
lain, seperti pendidikan dan seni

C.  Perpustakaan Konvensional dan Digital


1. Perpustakaan Konvensional
Secara bahasa perpustakaan konvensional berarti perpustakan umum.
Secara istilah Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi
para pemustaka (Wahfiuddin, 2018).
Ketika membicarakan tentang perpustakaan konvensinal maka tidak akan
jauh dari membicarakan masalah tempat dan bangunan perpustakaan. Hal ini
disebabkan oleh perpustakaan konvensional yang identik dengan susunan buku-
buku yang membutuhkan tempat yang luas untuk menyusun dan menyimpan
koleksi-koleksi buku tercetak. George mengemukakan ”Traditional Libraries
gives emphasis on storage and preservation of physical items, particularly books

6
and periodicals those in which librarian were a custodian of the library.
Information is physically assembled in one place; users must travel to the library
to learn what is there and make use of it”. Artinya di sini adalah perpustakaan
konvensional memberikan penekanan pada penyimpanan dan pelestarian benda-
benda fisik, khususnya buku-buku dan terbitan berkala di mana pustakawan
adalah penjaga perpustakaan. Informasi dikumpulkan secara fisik di satu tempat;
pengguna harus pergi ke perpustakaan untuk mempelajari apa yang ada di sana
dan memanfaatkannya.
WTEC hyper library menjelaskan bahwa karakteristik perpustakaan
konvensional adalah:
 Emphashis on stronge and preservation of physical items, particularly
books and periodicals.
 Cataloging at a high level rather than one of detail, e.g., author and
subject indexes as opposed to full text.
 Browsing based on physical proximity of related materials, e.g., books on
sociology are near one another on the shelves.
 Passitivity; informastion is physically assembled in one place; user must
travel to the library to learn what is there and make use of it.
Berdasarkan teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perpustakaan
konvensional merupakan perpustakaan yang memiliki koleksi buku, manuskrip,
jurnal, sumber informasi terekam lainnya dan terbitan yang terbatas pada bentuk
cetak dengan akses manual. Perpustakaan konvensional memiliki keterbatasan
yang berkaitan dengan penyimpananan akses informasi, karena sebagian besar
informasi dikumpulkan di perpustakaan.
2. Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital adalah suatu organisasi yang menyediakan sumber-sumber
informasi, termasuk staf ahli untuk menyeleksi, menyusun, menyediakan akses,
menerjemahkan, menyebarkan, memelihara kesatuan dan mempertahankan
kesinambungan koleksi-koleksi dalam format digital sehingga selalu tersedia dan
mudah untuk digunakan oleh komunitas tertentu dan yang ditentukan (Hildayati,
2012).

7
Perpustakaan digital merupakan sebuah sistem perpustakaan yang
menggunakan elektronik dalam menyampaikan informasi dari sumber yang
dimiliki dan menggabungkan koleksi-koleksi, layanan dan sumber daya manusia
untuk mendukung penuh siklus penciptaan, diseminasi, pemanfaatan dan
penyimpanan data informasi, serta pengetahuan dalam format digital yang telah
dievaluasi, diatur, diarsip dan disimpan, melalui komputer stand alone, intranet,
atau internet. Menurut Dian (2011: 260) Perpustakaan digital berfungsi
menyediakan berbagai jenis sumber pengetahuan, menyediakan mekanisme
penemuan sumber yang memungkinkan pemakai mengidentifikasi sumber yang
relevan. Selanjutnya Georgina (2013: 751) memaparkan “The digital library is
considered as an independent system for its design. It is not related to the
conventional library system, therefore, considers the study of phenomena
associated with digital information management and addresses the solution of
their problems. Beliau menjelaskan bahwa Perpustakaan digital dianggap sebagai
sistem independen untuk desainnya. Itu tidak terkait dengan konvensional sistem
perpustakaan, oleh karena itu, mempertimbangkan studi fenomena yang terkait
dengan manajemen informasi digital dan mengatasi solusi dari masalah mereka.
Berdasarkan Testiani (2015: 25) di dalam bukunya yang berjudul
International Converence of Digital Library memaparkan konsep perpustakaan
digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat,
disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital. Agnesa Elisabeta Lovasz,
dkk (2014: 85) mengemukakan “The digital library can be regarded as a system,
which manages a collection of digital information resources. Its goal is to
preserve information over long term and to make it available to users by means of
specific mechanisms that facilitate retrieval, browsing and access”. Maksudnya
adalah Perpustakaan digital dapat dianggap sebagai suatu sistem, yang mengelola
kumpulan sumber daya informasi digital. Dan tujuannya adalah untuk menjaga
informasi dalam jangka panjang dan untuk membuatnya tersedia bagi pengguna
melalui mekanisme tertentu yang memfasilitasi pengambilan, penelusuran, dan
akses.
Pengertian perpustakaan terus mengalami perkembangan bentuk dan jenis
koleksinya. Perubahan perpustakaan tersebut sesuai dengan perubahan zaman dan

8
teknologi. Bentuk perpustakaan sebelumnya berupa media dan kertas kini berubah
sebagai pusat sumber ilmu pengetahuan manusia yang direkam dan dimanfaatkan
dalam berbagai bentuk media komunikasi, baik media tulisan, cetakan, rekaman,
maupun elektronika.
Pada dasarnya, perpustakaan digital sama saja dengan perpustakaan biasa,
hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber daya digital.
Abdul  (2010: 2) menggambarkan perpustakaan digital sebagai lingkungan
yang bersama-sama memberi koleksi, pelayanan dan manusia untuk menunjang
kreasi, diseminasi, penggunaan dan pelestarian data, informasi dan pengetahuan.
Perpustakaan digital bisa dikatakan sebagai format baru dalam dunia perpustakaan
yang mampu memberi kemudahan dalam mengelola data, menyimpan serta
memberikan informasi kepada pemustaka lebih cepat. Federasi perpustakaan di
Amerika Serikat juga memberikan batasan istilah tentang perpustakaan digital
yaitu sebagai berikut:
“Digital Libraries are organizations that provide the resources, including
the specialized staff, to select, structure, offer intellectual acces to, interpert,
distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of
collections of digital works so that they are readily and economically avaible for
use by a defined community or set of communitites.”
Perpustakaan digital awalnya muncul dengan adanya otomasi
perpustakaan dimana fungsi-fungsi perpustakaan dikerjakan dengan bantuan
komputer. Otomasi perpustakaan ini berkembang sekitar pada tahun 1980 an dan
pada saat itu hanya perpustakaan-perpustakaan besar yang menerapkan sistem ini.
Kemudian pada awal 1990 an muncullah perangkat lunak yang mampu
mengotomasi hampir dari seluruh perpustakaan seperti OPAC (Online Public
Access Catalogue), kontrol sirkulasi, pengadaan bahan perpustakaan, manajemen
koleksi, manajemen keanggotaan dan lain sebagainya.
Pada masa ini komunikasi antar perpustakaan dapat dilakukan dengan
mudah dan lancar. Kemudian pada tahun 1994, Library of Congres mengeluarkan
rancangan National Digital Library dengan menggunakan tampilan dokumen
elektronik, penyimpanan dan penelusuran teks secara elektronik dan teknologi
lainnya terhadap koleksi cetak dan non cetak. Menurut Griffin, telah terjadi

9
peledakan pertumbuhan ketertarikan dalam perkembangan dan pemakaian
perpustakaan digital. Adapun faktor-faktor yang menunjang pengembangan
perpustakaan digital antara lain:
a. Telah tersedianya teknologi komputer dan komunikasi yang
memungkinkan dilakukannya penciptaan, pengumpulan dan manipulasi
informasi.
b. Tersedianya infrastruktur jaringan internasional untuk mendukung
sambungan dan kemampuan pengoperasian bagi pengguna.
c. Semakin berkembangnya informasi yang berbasis online
d. Kerangka akses internet telah muncul dimana-mana.
Ada beberapa hal yang mendasari pemikiran tentang perlunya dilakukan
digitasi perpustakaan menurut Nailul Husna (Jurnal Al-Kuttab, 2018, h.19) adalah
sebagai berikut:
a. Perkembangan teknologi informasi di komputer semakin membuka
peluang-peluang baru bagi pengembangan teknologi informasi
perpustakaan yang murah dan mudah diimplementasikan oleh
perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu, saat ini teknologi informasi
sudah menjadi keharusan bagi perpustakaan di Indonesia, terlebih untuk
menghadapi tuntutan kebutuhan bangsa Indonesia sebagai masyarakat
yang berbasis pengetahuan terhadap informasi yang akan datang.
b. Perpustakaan sebagai lembaga edukatif, informatif, preservatif dan
rekreatif yang diterjemahkan sebagai bagian aktivitas ilmiah, tempat
penelitian, tempat pencarian data/ informasi yang otentik, tempat
penyimpanan, tempat penyelenggaraan seminar dan diskusi ilmiah, tempat
rekreasi edukatif dan kontemplatif bagi masyarakat luas. Maka perlu
didukung dengan sistem teknologi informasi masa kini dan masa yang
akan datang yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengkomodir aktivitas
tersebut, sehingga informasi dari seluruh koleksi yang ada dapat diakses
oleh berbagai pihak yang membutuhkannya dari dalam maupun luar
negeri.

10
c. Dengan fasilitas digitasi perpustakaan, maka koleksi-koleksi yang ada
dapat dibaca/ dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik di Indonesia,
maupun dunia internasional.
d. Volume pekerjaan perpustakaan yang akan mengelola puluhan ribu hingga
ratusan ribu, bahkan bisa jutaan koleksi, dengan layanan mencakup
masyarakat akademik (peserta didik, tenaga kependidikan dan masyarakat
luas), sehingga perlu didukung dengan sistem otomasi yang futuristik
(punya jangkauan kedepan), sehingga selalu dapat memberikan layanan
yang prima.
e. Saat ini sudah banyak perpustakaan, khususnya di Perguruan Tinggi
dengan kemampuan dan inisiatifnya sendiri telah merintis pengembangan
teknologi informasi dengan mendigitasi perpustakaan (digital library) dan
library automation yang saat ini sudah mampu membuat Jaringan
Perpustakaan Digitasi Nasional ( Indonesian Digital Library Network).

D.  Jenis-Jenis Perpustakaan
Pada hakikatnya semua jenis perpustakaan merupakan bagian dari sistem
pendidikan dan informasi masyarakat. Dengan demikian, perpustakaan bukan saja
berperan sebagai penyedia informasi, tetapi juga terlibat aktif dalam upaya
menyadarkan masyarakat akan kebutuhan informasi.
Dengan adanya berbagai jenis masyarakat yang harus dilayani
perpustakaan, serta sejarah, tujuan, anggota, organisasi, dan kegiatan yang
berlainan maka timbullah berbagai jenis perpustakaan.
Jenis perpustakaan yang muncul dari berbagai aspek dan faktor Menurut
Purwono (2013: 5) mengemukakan sebagai berikut:
1. Perpustakaan Nasional
Perpustakaan nasional merupakan perpustakaan utama yang paling
komprehensif yang melayani keperluan informasi dari penduduk suatu negara.
Menurut UU No. 43 Tahun 2007 Perpustakaan Nasional adalah lembaga
pemerintah non departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan
dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina,

11
perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian,
perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan
di ibu kota negara.
2. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum mempunyai tugas melayani umum atau semua
anggota lapisan masyarakat yang memerlukan jasa perpustakaan dan
informasi. Ciri-ciri perpustakaan umum adalah terbuka untuk umum, dibiayai
oleh dana umum.
3. Perpustakaan Sekolah
Di Indonesia dasar pembentukan perpustakaan sekolah adalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989, yang isinya
menyatakan bahwa setiap sekolah harus menyediakan sumber belajar
(perpustakaan).
4. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unit pelaksana teknis (UPT)
perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain, turut melaksanakan
Tridarma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun,mengolah,
merawat, serta melayangkan sumber informasi kepada lembaga induknya pada
khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.
5. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang memiliki koleksi
pada subjek-subjek khusus (tertentu).

E. Implementasi UUD & Peraturan Pemerintah Tentang Perpustakaan


Dalam Dunia Pendidikan
Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan, implementasi adalah:
“pelaksanaan keputusan kebijakan dasar yang biasanya dalam bentuk undang-
undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan
eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan”.
Jadi pengertian implementasi menurut beberapa pendapat di atas dapat
ditarik suatu pengertian bahwa implementasi adalah pelaksanaan undang-undang

12
yang sudah berlaku sesuai kebijakan pelaksanaannya dalam suatu organisasi,
lembaga pemerintah atau swasta,yang patut dilaksanakan oleh kelompok/tim
kerja, individu/perorangan yang terlibat di dalamnya, termasuk penyediaan
sarana yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan.
Seperti diketahui bahwa Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan, sudah disahkan pada tanggal 1 November 2007 oleh Presiden
Republik Indonesia, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan diberlakukan
sejak tanggal diundangkan yaitu 1 November 2007. Selanjutnya disusul dengan
Peraturan Pemerintah: PP Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, yang diberlakukan sejak
ditetapkan pada 14 April 2014.
Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 pada Bab V adalah
mengenai Layanan Perpustakaan, dimana disebutkan dalam pasal 14 (ayat 1 s/d
7), bahwa:
1) Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi
kepentingan pemustaka.
2) Setiap perpustakaan menerapkan tata cara layanan perpustakaan
berdasarkan standar nasional perpustakaan.
3) Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai
dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
4) Layanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk
memenuhi kebutuhan pemustaka.
5) Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai dengan standar
nasional perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada
pemustaka.
6) Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerja sama antar
perpustakaan.
7) Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) dilaksanakan melalui jejaring telematika.
Secara yuridis formalnya yaitu pada Pasal 23 UU No. 43 Tahun 2007
tentang “Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa setiap lembaga

13
pendidikan wajib menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional
perpustakaan dengan memperhatikan standar Nasional Pendidikan”.
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu jenis perpustakaan, sesuai dengan
ketentuan yang ada dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor
43, Tahun 2007 Tentang Perpustakaan (UU 43, 2007).
Berikut adalah Pasal 23 dari UU 43, 2007 terkait dengan Perpustakaan
Sekolah. Bab VII Bagian Ketiga Perpustakaan Sekolah/Madrasah Pasal 23
menyebut sebagai berikut.
1) Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi
standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional
Pendidikan.
2) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki koleksi
buku teks pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan
pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk
melayani semua peserta didik dan pendidik.
3) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengembangkan
koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan
4) Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta didik pendidikan
kesetaraan yang dilaksanakan di laingkungan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
5) Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan layanan perpustakaan
berbasis teknologi informasi dan telekomunikasi
6) Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran
belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja
pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.
Jika disimak apa yang dapat dianggap sebagai Kebijakan Nasional Perpustakaan
Sekolah seperti ditemui dalam UU 43, 2007 dapat diketahiu bahwa perlu juga
diperhatikan perkembangan peran dan fungsi Perpustakaan Sekolah mengikuti
kebutuhan masyarakat pemakainya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perpustakaan Sekolah pada kenyataannya juga sudah mengalami
transformasi. Dalam keberadaannya sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan
menjalankan fungsi mengelola dan melestarikan gagasan, pemikiran, pengalaman,

14
dan pengetahuan umat manusia, sebagai kekayaan budaya dan hasil karya
intelektual umat manusia. Tujuan dari pelaksanaan fungsi itu tidak lain adalah
terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya membaca dan belajar
sepanjang hayat. Dengan demikian perpustakaan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis, karena esensi atau hakikat penyelenggaraan perpustakaan tidak
lain adalah sebagai salah satu wujud dari upaya pemerintah Indonesia untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan bangsa tidak lain merupakan cita-
cita luhur kemerdekaan dan salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia
sebagaimana yang diamanatkan dalam Alinea IV Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga oleh karenanya, maka
penyelenggaraan perpustakaan merupakan suatu kewajiban dan menjadi tanggung
jawab pemerintah.

15
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun
gedung itu sendiri digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang
biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca,
bukan untuk dijual. Selain buku didalamnya juga terdapat bahan cetak lainnya
seperti majalah, laporan, pamphlet, manuskrip, naskah, dan berbagai karya media
audiovisual seperti film, kaset, piring hitam, serta bentuk mikro seperti
microfilm, mikrofis, dan mikroburam(micro-opaque).
Menurut beberapa sumber bahwa pada umumnya perpustakaan
mempunyai tujuan dan fungsi yang sama yaitu :
1. Penyimpanan
2. Pendidikan
3. Penelitian
4. Informasi
5. Reaksi kultural
Perpustkaan sendiri terbagi menjadi dua :
1. Perpustakaan konvensional
Perpustakaan konvensional berarti perpustakan umum. Secara istilah
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,
dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
rekreasi para pemustaka. Sedangkan perpustakaan digital adalah suatu
organisasi yang menyediakan sumber-sumber informasi, termasuk staf ahli
untuk menyeleksi, menyusun, menyediakan akses, menerjemahkan,
menyebarkan, memelihara kesatuan dan mempertahankan kesinambungan
koleksi-koleksi dalam format digital sehingga selalu tersedia dan mudah
untuk digunakan oleh komunitas tertentu dan yang ditentukan.
2. Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital adalah suatu organisasi yang menyediakan sumber-

16
sumber informasi, termasuk staf ahli untuk menyeleksi, menyusun,
menyediakan akses, menerjemahkan, menyebarkan, memelihara kesatuan dan
mempertahankan kesinambungan koleksi-koleksi dalam format digital
sehingga selalu tersedia dan mudah untuk digunakan oleh komunitas tertentu
dan yang ditentukan (Hildayati, 2012).
Jenis perpustakaan yaitu :
1. perpustakaan nasional
2. perpustakaan umum
3. perpustakaan sekolah
4. perpustakaan perguruan tinggi
5. perpustakaan khusus.
Implementasi adalah tindakan-tindakanyang dilakukan baik oleh individu-
individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan”. Seperti diketahui bahwa Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan, sudah disahkan pada tanggal 1 November 2007 oleh
Presiden Republik Indonesia, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan
diberlakukan sejak tanggal diundangkan yaitu 1 November 2007. Selanjutnya
disusul dengan Peraturan Pemerintah: PP Nomor 24 Tahun 2014 Tentang
Pelaksanaan Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, yang
diberlakukan sejak ditetapkan pada 14 April 2014

17
DAFTAR PUSTAKA

Engard, N. C. (2010). Management Lybraries System. Oxford: Candos.

George. (2017). Modle of Libraries. Vol. 7, hal. 321.

Georgina. (2013). The Design of a Digital Library for Mexican Univercities. Vol.
73, hal. 751

Griffey, J. (2010). Mobile Technology and Libraries. New York: Neal-


SchumanPublisher,

Harahap, Wahfiuddin Rahmad. (2018). Empat Jenis Pustakawan Zaman Now.


Vol. 3 No. 2, hal. 196.

Hartono. (2017). Pengetahuan Dasar Perpustakaan Digital (Konsep, Dinamika,


dan Transformasi). Jakarta: CV Sagung Seto.

Husna, Nailul. (2018). Perbedaan Antara Perpustakaan Konvensional, Digital,


Hibrida, dan Bookless. Vol. 5, hal. 17-18.

Hutasoit, Hildayati Raudah. (2012). Perpustakaan Digital Perpustakaan Masa


Depan. Vol. 6 No. 2, hal. 53.

Lovatz, Agneta Elisabeta. et al. (2014). Digital Library of Mechanism. Vol. 163,
hal. 85.

Makmur, Testiani. (2015). Perpustakaan Era Keterbukaan Informasi Publik.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Munir, Irsal. (2015). Implementasi Undang-Undang Ri Nomor 43 Tahun 2007


Tentang Perpustakaan Di Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi.
Vol. 4 No. 5, hal. 2

Purwono. (2013). Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saleh, Abdul Rahman. (2010). Membangun Perpustakaan Digital. Jakarta: CV


Sagung Seto.

Sinaga, Dian. (2011). Mengelola Perpustaan Sekolah. Jakarta: Pustaka Putra


Khatulistiwa.

18
Stueart, Robert D. (2007). Library and Information Center Management. USA:
British Library.

Sudarsono, Blasius. (2015). Perpustakaan Sekolah. Vol. 1 No. 2, hal. 88

Susanto, Setyo Edi. (2010). Desain dan standar Perpustakaan Digital. Vol. 10
No. 2, hal. 17.

Suwarno, Wiji. (2009). Psikologi Perpustakaan. Jakarta: CV Sagung Seto.

Widiasa, I Ketut. (2007). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Malang: Pustakawan


Universitas Negeri Malang.

19

Anda mungkin juga menyukai