Anda di halaman 1dari 164

Perpustakaan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Langsung ke: navigasi, cari
Arti lain: Perpustakaan (ilmu komputer), Perpustakaan (biologi)

Perpustakaan modern
Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat
diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai
sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan
dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas
biaya sendiri.
Tetapi, dengan koleksi dan penemuan media baru selain buku untuk menyimpan informasi,
banyak perpustakaan kini juga merupakan tempat penimpanan dan/atau akses ke map, cetak atau
hasil seni lainnya, mikrofilm, mikrofiche, tape audio, CD, LP, tape video dan DVD, dan
menyediakan fasilitas umum untuk mengakses gudang data CD-ROM dan internet.
Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan,
hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia.
Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk
mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung
perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern ini selain kumpulan buku tercetak,
sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital (dalam bentuk data yang bisa
diakses lewat jaringan komputer).

Daftar isi

1 Peran Perpustakaan

2 Tujuan perpustakaan

3 Periodisasi perpustakaan Indonesia

4 Fungsi perpustakaan nasional

5 Hubungan perpustakaan dengan bacaan

6 Model pelayanan perpustakaan

7 Referensi

8 Pranala luar

Peran Perpustakaan
Perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas
proses belajar-mengajar. Perpustakaan yang terorganisasi secara baik dan sistematis, secara
langsung atau pun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di
sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan bidang
pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar yang dirasakan tidak bisa
dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan.[1]

Tujuan perpustakaan
Tujuan perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dalam segala umur dengan
memberikan kesempatan dengan dorongan melelui jasa pelayanan perpustakaan agar mereka:

Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan

Dapat tanggap dalam kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan, kehidupan
sosial dan politik

Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi anggota


keluarga dan masyarakat yang lebih baik

Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan dapat


menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya manusia

Dapat meningkatkan tarap kehidupan sehari-hari dan lapangan pekerjaannya

Dapat menjadi warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam
pembangunan nasional dan dalam membina saling pengertian antar bangsa

Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik yang bermanfaat bagi kehidupan
pribadi dan sosial.[2]
2

Periodisasi perpustakaan Indonesia


Perpustakaan merupakan perantara masyarakat. oleh karena itu, perkembangan perpustakaan
tidak dapat dilepaskan dari perkembangan masyarakat. Perkembangan masyarakat tercermin
dalam sejarah masyarakat, kadang-kadang dalam sejarah negara. Dengan demikian,sejarah
perpustakaan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah Indonesia. Sejarah Indonesia dapat dibagi
menjadi beberapa periode berikut :

Zaman kerajaan lokal

Zaman kerajaan Islam

Zaman Hindia Belanda

Zaman Jepang

Periode pasca 1945, acapkali dibagi lagi menjadi :

Periode 1945-1959

Periode 1959-1965

Periode 1965- sekarang

Pada pembagian di atas, tahun 1950 merupakan awal ancangan karena pada waktu itu
pemerintah RI mulai menyebarkan perpustakaan, khususnya perpustakaan umum dengan nama
taman perpustakaan rakjat ke seluruh indonesia. Perkembangan perpustakaan umum yang
mula.mula menggembirakan itu akhirnya berakhir tragis dengan runtuhnya berbagai taman
pustaka rakjat yang didirikan pada tahun 1950-an. Tonggak kebangkitan dimulai pada tahun
1969, dengan pembangunan lima tahun (pelita) pertama. Saat itu, kegiatan perpustakaan tercakup
di dalam rencana pembangunan hingga sekarang.[3]

Fungsi perpustakaan nasional


Berdasarkan ketentuan peraturan tahun 1980, maka tugah pokok Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia adalah menyelenggarakan pengumpulan, penyimpanan, serta pelestarian
terbitan Indonesia sebagai khazanah kebudayaan serta menjamin pemeliharaan terbitan
Indonesia. Untuk melaksanakan tugas tersebut, cakupan fugsi perpustakaan nasional adalah
sebagai berikut :

Mengumpulkan, mengatur, dan menyediakan hasil karya tulisan yang di terbitkan di


Indonesia.

Menjadi perpustakan deposit dari terbitan indonesia, baik terbitan pemerintah maupun
swasta.

Mengumpulkan, mengatur, dan menyediakan terbitan PBB dan negara lain, khususnya
dari kawasan ASEAN.

Menentukan standar dari sistem, organisasi, pelayanan, dan mutu koleksi perpustakaan di
Indonesia.

Menyelenggarakan kursus tingkat nasional bagi pegawai perpustakaan.


3

Memprakarsai kerjasama dengan lembaga di luar negri, misalnya dalam pertukaran


publikasi, peminjaman antar perpustakaan, penyusun bibliografi, dan pembuatan
microfilm.

Menyusun dan menerbitkan bibliografi nasional.

Dan menyusun catalog induk.[4]

Hubungan perpustakaan dengan bacaan


Perpustakaan dan bahan bacaan adalah dua kata yang saling bertautan. Karena di
perpustakaanlah bahan pustaka dikumpulkan, diproses, dan disebarluaskan (didistribusikan)
kepada para pembaca/pemakai perpustakaan . Adapun koleksi perpustakaan di negara kita
sebagian besar berupa buku atau book material dan masih jarang perpustakaan yang memiliki
koleksi berupa non-book material seperti film, kaset film strip, slides, piringan hitam, peta,
globe, dan sebagainya.[5]

Model pelayanan perpustakaan


Ada empat model pelayanan perpustakaan:

Koleksi perpustakaan ada pada kampus cabang.

Berpusat pada layanan pinjam antar perpustakaan, resource sharing, dan mahasiswa dapat
menggunakan perpustakaan afiliasi.

Pengiriman materi dari instuasi induk kepada para mahasiswa

Berhubungan dengan penggunaan teknologi untuk mengakses sumber-sumber informasi


elektronik.[6]

Referensi
1.

^ Sinaga, Dian Mengelola Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Kreasi Media Utama,


2007) hlm. 15

2.

^ Muchyidin, Suherlan. Mihardja, Iwa D Sasmita Perpustakaan (Bandung: PT


Puri Pustaka 2008) hlm 41,42

3.

^ Sulistyo. Basuki Periodisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 1994) hlm. 6,7

4.

^ Sulistyo. Basuki Periodisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 1994)hlm. 24

5.

^ Sumpeno, Wahyudin Perpustakaan Mesjid (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


1994) hlm. 8

6.

^ Buxbaum, ahari Library Services (Jakarta: Murni Kencana 2004) Hlm. 12

Perpustakaan
4

Menurut UU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan Perpustakaan adalah institusi yang
mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna
memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi
pengetahuan.
Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat
diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai
sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan
dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas
biaya sendiri.
Tetapi, dengan koleksi dan penemuan media baru selain buku untuk menyimpan informasi,
banyak perpustakaan kini juga merupakan tempat penimpanan dan/atau akses ke map, cetak atau
hasil seni lainnya, mikrofilm, mikrofiche, tape audio, CD, LP, tape video dan DVD, dan
menyediakan fasilitas umum untuk mengakses gudang data CD-ROM dan internet.
Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan,
hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia.
Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk
mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung
perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern ini selain kumpulan buku tercetak,
sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital (dalam bentuk data yang bisa
diakses lewat jaringan komputer).

Peran Perpustakaan
Perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkattkan efisiensi dan efektifitas
proses belajar-mengajar. Perpustakaan yang terorganisir secara baik dan sisitematis, secara
langsung atau pun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di
sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, trekait dengan kemajuan bidang
pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar yang dirasakan tidak bisa
dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan.[1]

Tujuan perpustakaan
Tujuan perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dalam segala umur dengan
memberikan kesempatan dengan dorongan melelui jasa pelayanan perpustakaan agar mereka: a.
Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan; b. Dapat tanggap dalam kemajuan pada
berbagai lapangan ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan politik; c. Dapat memelihara
kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi anggota keluarga dan masyarakat yang
lebih baik; d. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan dapat
menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya manusia; e. Dapat
meningkatkan tarap kehidupan seharihari dan lapangan pekerjaannya; f. Dapat menjadi warga
negara yang baik dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional dan dalam
membina saling pengertian antar bangsa; g. Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik
yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial.[2]
Sumber: http://www.pemustaka.com/pengertian-tujuan-dan-peran-perpustaan

Manajemen Koleksi
Didalam perpustakaan terdapat suatu kegiatan yang disebut dengan Manajemen Koleksi. Apa
arti kegiatan tersebut? Mungkin belum familiar karena lebih sering mengetahui istilah kegiatan
Pengembangan Koleksi. Atau belum tahu kedua istilah tersebut? Jadi dibawah ini akan dijelaskan
sedikit ulasan tentang Manajemen Koleksi atau Pengembangan Koleksi.

Apa itu Manajemen Koleksi?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut sebaiknya kita mengetahui istilah Manajemen dan
Koleksi.

Manajemen (secara umum) adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan
cara-cara pemikiran yang ilmiah maupun praktis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
dengan melalui orang lain sebagai sumber tenaga kerja serta memanfaatkan sumber-sumber lain dan
waktu yang tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya.

Koleksi adalah kumpulan buku-buku atau bahan-bahan lainnya yang dihimpun oleh seseorang
atau lembaga.

Sudah mengetahui dua istilah diatas, berikut pengertian Manajemen Koleksi:

Manajemen Koleksi adalah pengorganisasian dan pembinaan yang mencakup prinsip-prinsip


pengembangan koleksi, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan para pengguna sebagai tujuan utama,
mengusahakan cara alternatif pemerolehan dokumen dan informasi guna melengkapi koleksi yang
telah ada.
(Ray Prytherch, Harrods Librarian Glossary, 1995: 146)

Arti Pengembangan Koleksi itu apa?

Pengembangan Koleksi adalah serangkaian proses atau kegiatan yang bertujuan


mempertemukan pembaca/pengguna dengan sumber-sumber informasi dalam lingkungan
perpustakaan atau unit informasi yang mencakup kegiatan penyusunan kebijakan pengembangan
koleksi, pemilihan, pengadaan, pemeliharaan dan promosi, penyiangan, serta evaluasi pendayagunaan
koleksi.
(G. Edward Evans, Developing Library and Information Center Collections, 1995:17)

Mana istilah yang baik untuk digunakan?

Manajemen Koleksi adalah istilah yang digunakan untuk menggantikan Pengembangan


Koleksi
(Dorner, 2000:17)

Manajemen Koleksi atau Pengembangan Koleksi bertujuan sama untuk membangun koleksi
yang kuat demi kepentingan pemakai perpustakaan.

Apa cakupan dari Manajemen Koleksi?

Sejak tahun 2000, kegiatan Manajemen Koleksi mencakup penilaian kebutuhan pengguna,
komunikasi antar perpustakaan, pengembangan kebijakan, pendanaan sumber-sumber, negosiasi
kontrak, evaluasi koleksi berskala makro, evaluasi berskala mikro dalam seleksi, penyusutan,
pemeliharaan, dan evaluasi sistem.
(Dorner, 2000:17)

Apa tujuan utama dari Manajemen Koleksi?

Tujuan utama Manajemen Koleksi adalah menyediakan sumber-sumber informasi yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat pengguna perpustakaan.

Apa persoalan yang sering dihadapi Manajemen Koleksi?

Keterbatasan dana, setiap kegiatan dibutuhkan dana untuk menggerakkan suatu kegiatan, jika
dana terbatas secara perlahan kegiatan tersebut akan ikut menjadi terbatas.

Keanekaragaman kebutuhan informasi masyarakat pengguna, semakin banyak pengguna yang


beraneka ragam maka kebutuhan informasi juga menjadi ikut beraneka ragam.

Sumber-sumber informasi yang melimpah, dulu informasi yang sedikit dapat membuat suatu
hal menjadi lebih terfokus, namun sekarang sumber informasi yang melimpah tidak bisa semua
diserap karena tidak semua berdampak baik.

Kepala
Kantor
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksaan kebijakan daerah di bidang
pengelolaan perpustakaan daerah.
mempunyai fungs :
1. penyusunan program
perpustakaan daerah ;

kerja

di

bidang

pengelolaan

dan

pelayanan

2. perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan perpustakaan;


3. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemeritahan daerah dalam
bidang pengelolaan perpustakaan, pengelolaan bahan pustaka dan
pelayanan umum perpustakaan ;
4. pembinaan, pengembangan dan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan
dan pelayanan perpustakaan;
5. penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dan pelayanan umum
dibidang perpustakaan, penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan
umum; dan
6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang
tugasnya.

Kepala
Sub
Bagian
Tata
Usaha
mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan koordinasi pengelolaan dan pelayanan perpustakaan
daerah dan memberikan pelayanan administratif dan fungsional kepada semua unsur di
lingkungan Kantor dan penyelenggaraan administrasi umum, surat menyurat, kepegawaian,
pengelolaan keuangan, sarana dan prasarana, perlengkapan, urusan rumah tangga, protokol,
perjalanan dinas dan ketatalaksanaan dinas.
mempunyai fungsi :
1. penyusunan program kerja di bidang ketatausahaan Kantor;
2. penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan
administrasi umum dan surat menyurat;

tugas

ketatausahaan,

3. pengelolaan kepegawaian, sarana dan prasarana, perlengkapan, urusan


rumah tangga, protokol, ketatalaksanaan dinas dan pelaporan;
4. pengelolaan
keuangan;

keuangan,

perjalanan

dinas

dan

pertanggungjawaban

5. penyusunan bahan dalam rangka pembinaan teknis fungsional; dan


6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor sesuai dengan
bidang tugasnya.

Kepala
Seksi
Akuisisi
dan
Pengolahan
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis di bidang
akuisisi dan pengolahan data perpustakaan serta melaksanakan kegiatan akuisisi dan pengolahan
bahan pustaka.
mempunyai fungsi :
1. penyusunan program kerja di bidang akuisisi dan pengolahan bahan pustaka;
2. pelaksanaan koordinasi di bidang akuisisi dan pengolahan bahan pustaka;
3. pelaksanaan akuisisi, pengolahan dan penataan bahan pustaka
4. pelaksanaan
sebagian
perpustakaan;dan

urusan

pemerintahan

daerah

di

bidang

5. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor sesuai dengan
bidang tugasnya.

Kepala
Seksi
Pelayanan
Perpustakaan
mempunyai tugas pokok melaksanakan, penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis dibidang
pelayanan perpustakaan, referensi, pembuatan katalog, perawatan dan pengamanan bahan
pustaka serta menyelenggarakan pelayanan perpustakaan umum daerah.
mempunyai fungsi :
1. penyusunan program kerja di bidang pelayanan perpustakaan;
2. pelaksanaan koordinasi di bidang pelaksanaan pelayanan perpustakaan;
3. pelaksanaan kegiatan referensi,
pengamanan bahan pustaka;

pembuatan

katalog,

perawatan

dan

4. penyelenggaraan pelayanan dan pengelolaan perpustakaan umum daerah;


5. pelaksanaan sebagian
perpustakaan; dan

tugas

urusan

pemerintahan

daerah

di

bidang

6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor sesuai dengan
bidang tugasnya.

Kepala
Seksi
Pengembangan
Perpustakaan
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan kebijakan dan petunjuk teknis di bidang
pengembangan perpustakaan dan pengembangan koleksi bahan pustaka.
mempunyai fungsi :
1. penyusunan program kerja di bidang pengembangan perpustakaan;
2. pelaksanaan koordinasi di bidang pengembangan perpustakaan;
3. penyelenggaraan kegiatan pengembangan perpustakaan, bahan pustaka dan
koleksi perpustakaan;
4. pelaksanaan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang perpustakaan;
dan
9

5. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor sesuai dengan
bidang tugasnya.

Kelompok
Jabatan
Fungsional
mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu sebagian tugas Kepala Kantor dalam
melaksanakan kegiatan teknis sesuai dengan keahlian, ketrampilan dan spesialisasinya masingmasing dan bersifat mandiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
jabatan fungsional.

About Me
Dasar Pembentukan Organisasi :

Perda No 9 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi
Lemtekda dan BPPT Kabupaten Grobogan.

Perbup No 51 Tahun 2008 tentang Tupoksi dan Tata Kerja Organisasi Kantor
Perpustakaan Daerah Kabupaten Grobogan.

Contact Information
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Grobogan

Alamat : Jl. Jend. Sudirman No.39 Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah. Pos : 58111

Telp.: 0292 422852

Email : perpusda@grobogan.go.id

MANAJEMEN KOLEKSI
PERPUSTAKAAN : SEBUAH PANDUAN
PRAKTIS[1]
Oleh
Heri Abi Burachman Hakim [2]
Pendahuluan
10

Sebuah perpustakaan terbangun dari kumpulan berbagai elemen. Berbagai elemen yang
menopang berdirinya sebuah perpustakaan adalah gedung, koleksi, dana operasional dan sumber
daya manusia. Salah satu dari berbagai elemen tersebut yaitu koleksi menjadi salah satu elemen
penting yang menentukan eksistensi perpustakaan di tengah masyarakat. Eksitensi perpustakaan
di tengah masyarakat dapat dilihat dari banyaknya masyarakat atau pengguna yang mengakses
perpustakaan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat masyarakat [3] untuk
mengakses perpustakaan adalah koleksi.
Koleksi yang mampu memotivasi masyarakat untuk mengakses perpustakaan adalah koleksi
yang berkualitas, sesuai kebutuhan pengguna perpustakaan serta jaminan kemudahan akses
terhadap koleksi tersebut. kualitas koleksi dipengaruhi dan kesuaian koleksi dengan kebutuhan
pemustaka dipengaruhi oleh proses pengadaan bahan pustaka. Sedangkan kemudahan dalam
mengakses koleksi perpustakaan sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan serta pelayanan
bahan pustaka.
Proses pengadaan, pengolahan serta pelayanan bahan pustaka merupakan objek dari kajian
manajamen koleksi perpustakaan. Melihat arti penting koleksi dalam sebuah perpustakaan maka
sudah selayaknya jika pengelola perpustakaan mempelajari tentang manajemen koleksi
perpustakaan.

Sayangnya

masih

banyak

pengelola

perpustakaan

yang

tidak

terlalu

memperhatikan hal ini. Untuk itu, dalam upaya memberikan pengetahuan tentang manajemen
koleksi perpustakaan penulis mencoba menuliskannya dalam modul singkat ini. Semoga modul
ini mampu memberikan pengetahuan serta panduan praktis dalam melakukan manajemen koleksi
perpustakaan.
Pembahasan
Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan didirikan dengan berbagai tujuan. Di antara tujuan tersebut adalah agar
perpustakaan mampu menjelma sebagai lembaga yang mampu membina minat baca masyarakat
serta memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Untuk dapat melakukan pembinaan minat baca
masyarakat dan mampu memenuhi kebutuhan informasi pemustaka sangat tergantung dari
eksistensi koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Tanpa keberadaan koleksi

tentu

perpustakaan tidak akan mampu melakukan pembinaan serta memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat atau pemustaka.
Koleksi menjadi salah satu elemen penting dalam eksistensi sebuah perpustakaan. Koleksi dapat
menjadi motivator pagi pemustaka untuk datang ke perpustakaan. Kualitas koleksi menjadi salah
faktor penentu apakah perpustakaan akan diakses oleh banyak pemustaka atau tidak.
Ketika berbicara mengenai manajemen koleksi maka topik mengenai koleksi perpustakaan
merupakan topik pertama yang akan dipelajari. Pada topik ini akan dipelajari tentang defini
koleksi, varian dari koleksi serta metode pengadaannya.

11

Koleksi perpustakaan adalah semua jenis bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan
untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi mereka (Yulian
dan Sunjana, 2009). Bahan pustaka yang telah dihimpun atau dikumpulkan oleh perpustakaan,
selanjutnya diolah dengan menggunakaan kaidah-kaidah tertentu, disimpan dan selanjutkan
dilayankan kepada masyarakat yang membutuhkannnya.
Apabila difinisi di atas ditarik ke dalam konteks perpustakaan sekolah, maka definisi koleksi
perpustakaan sekolah adalah semua jenis bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan
untuk disebarluaskan sehingga dapat dimanfaatkan oleh pemustaka dalam hal ini guru, siswa dan
staf administrasi sekolah.
Secara garis besar varian koleksi perpustakaan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar.
Varian koleksi perpusakaan tersebut dapat dibedakan menjadi koleksi tercetak dan koleksi non
cetak. Koleksi tercetak terdiri dari buku, terbitan berseri, peta, gambar, brosur, pamflet dan
booklet. Makalah dan koleksi tugas akhir. Sedangkan koleksi non cetak terdiri dari film,
Compact Disk, mikrofilm, mikrofis, Kaset dan koleksi digital.
Khusus untuk perpustakaan sekolah, dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, disebutkan bahwa
koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari :
1. Buku Pelajaran Pokok
Buku pelajaran pokok merupakan buku utama yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Buku pelajaran pokok diterbitkan atau diadakan oleh pemerintah dan isinya disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku.
2.

Buku Pelajaran Penunjang


Buku pelajaran penjunjang adalah buku yang sifatnya sebagai penunjang atau pelengkap dari
buku pelajaran pokok yang digunakan oleh guru dan siswa.

3. Buku Bacaan
Buku bacaan adalah buku yang digunakan sebagai bahan bacaan bagi siswa, guru dan staf
administrasi. Menurut jenisnya bahan bacaan dibedakan menjadi buku non fiksi, fiksi ilmiah dan
fiksi.
Perbandingan jenis koleksi yang sesuai dengan kurikulum dan koleksi fiksi adalah 60% untuk
koleksi non fiksi atau koleksi yang sesuai dengan kurikulum dan 40% untuk koleksi fiksi (IFLA
dan UNESCO, 2006).
4. Buku sumber, referensi atau rujukan
Buku sumber, referensi atau rujukan adalah buku yang digunakan oleh warga sekolah sebagai
sumber informasi untuk menambah ilmu pengetahuan. Jenis koleksi ini seperti kamus,
ensiklopedi, almanak, direktori.
5. Terbitan Berkala
Terbitan berkala merupakan jenis koleksi yang terbit secara terus menenus dan memiliki kala
atau periode terbit. Jenis terbitan berkala antara lain majalah, surat kabar, dan buletin.
12

6. Pamflet atau brosur


Pamflet atau brusur juga merupakan bagian dari koleksi perpustakaan. Brosur atau pamflet
merupakan lembaran-lembaran yang berisi tentang keadaan atau kegiatan lembaga yang
menerbitkannya.
7. Media pendidikan lainnya
Media pendidikan lainnya yang dapat dijadikan sebagai koleksi perpustakaan antara lain slide,
film, kaset, piringan hitam dan file-file presentasi.
8. Kliping
Kliping adalah guntingan dari artikel atau berita dari surat kabar, majalah dan terbitan lainnya
yang dianggkap penting untuk disimpan dan berguna pemustaka (Perpustakaan Nasional R.I.,
2001).
Selanjutnya dalam buku pendoman yang disusun oleh Perpustakaan Nasional R.I. ini disebutkan
pula bahwa jumlah minimal dari koleksi sebuah perpustakaan sekolah adalah 1000 judul materi
(Perpustakaan Nasional R.I., 2001). Artinya dari berbagai varian koleksi yang dimiliki oleh
sebuah perpustakaan sekolah maka minimal judul yang harus dimiliki perpustakaan sekolah
adalah 1000 judul.
Perpustakaan sekolah perlu mengembangkan koleksinya guna mendukung kegiatan belajar
mengajar serta pembinaan minat baca warga sekolah, dalam hal ini adalah guru, murid dan staf
administrasi sekolah. Guna mendukung kedua kegiatan tersebut maka setidaknya sekolah
menyediakan 10 judul buku untuk satu orang murid serta menambah jumlah buku minimal 10%
dari jumlah koleksi setiap tahunnya(Badan Standarisasi Nasional; 2009).
Berbagai koleksi perpustakaan tersebut diperoleh dengan berbagai cara atau metode. Metode
yang lazim digunakan dalam kegiatan pengadaan bahan pustaka atau koleksi perpustakaan antara
lain:
1. Pembelian
Metode pengadaan koleksi yang pertama adalah pembelian. Metode pembelian merupakan
metode pengadaan koleksi yang dilakukan dengan cara membeli koleksi perpustakaan dengan
menggunakan anggaran yang dimiliki sekolah. Untuk itu pihak sekolah perlu mengalokasikan
dana khusus untuk pembelian koleksi perpustakaan. Setidaknya ada 5% dari total anggaran
sekolah yang dapat dialokasikan untuk kegiatan pengelolaan perpustakaan sekolah diluar dari
belanja pegawai dan pemeliharaan serta perawatan gedung (SNI; 2009).
2. Hadiah
Metode pengadaan koleksi lainya adalah hadiah. Hadiah atau hibah dari pemerintah, pihak
swasta darn warga sekolah dapat juga merupakan metode pengadaan bahan pustaka.
3. Bertukar koleksi
Untuk memperbanyak kuantitas koleksinya perpustakaan dapat bertukar koleksi dengan
perpustakaan atau lembaga-lembaga lainnya. Perpustakaan dapat menawarkan kerjasama dengan
perpustakaan atau lembaga sejenis untuk saling bertukar koleksi. Dalam kegiatan bertukar
13

koleksi ini, perpustakaan perlu mempertimbangkan bahwa koleksi yang dipertukarkan adalah
koleksi yang jumlah berlebih serta dibutuhkan oleh pemustaka.
4. Produksi sendiri
Metode pengadaan koleksi yang terakhir adalah dengan memproduksi sendiri koleksi
perpustakaan. Contoh kongkrit dari metode pengadaan ini antara lain adalah kliping atau karya
tulis yang dihasilkan oleh pustakawan, siswa dan guru yang kemudian dihimpun menjadi koleksi
perpustakaan.
Pengolahan Koleksi
Koleksi perpustakaan terdiri dari banyak varian. Varian tersebut antara lain buku, majalah, video,
compact disk, kaset, laporan penelian dan lain-lain. Namun atas dasar pertimbangan koleksi yang
mendominasi perpustakaan serta durasi waktu pelatihan yang terbatas maka pada kesempatan
kali ini hanya akan dijelaskan tentang prosedur kegiatan pengolahan koleksi buku.
Dalam kegiatan pengolahan koleksi buku ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Berbagai
tahapan pengolah koleksi buku antara lain:
1. Pemberian stempel inventaris dan stempel perpustakaan
Langkah pertama pengelolaan buku dalam sebuah perpustakaan adalah dengan memberikan
identitas kepemiliki buku tersebut. Pemberian identitas ini dilakuakan dengan cara memberikan
stampel perpustakaan pada setiap buku perpustakaan. stampel yang dibubuhkan dalam buku
tersebut berfungi sebagai identitas kepimilikan sehingga apabila buku tersebut hilang dan
ditemukan seseorang dengan mudah orang tersebut dapat mengembalikan itu keperpustakaan.
Stempel bukti kepemilikan ini diletakkan pada bagian-bagian tertentu dari buku seperti halaman
judul, halaman akhir buku atau setiap awal bab.
desain stempel perpustakaan
Selain memberikan stempel perpustakaan pada halaman tertentu yang ada di dalam sebuah buku,
pengelola perpustakaan juga perlu memberikan stempel inventarisasi pada halaman judul
koleksi. Pada stempel ini, pengelola perpustakaan membubuhkan nomor inventaris pada kolom
inventari, nomor panggil koleksi pada kolom klas, tanggal terima pada kolom terima dan
membubuhkan tanda tangan staf perpustakaan yang melakukan kegiatan inventarisasi pada
kolom tanda tangan (ttd).
Stempel inventaris
Posisi stampel inventaris
2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah kegiatan untuk mengelompokkan koleksi-koleksi yang dimiliki perpustakaan
berdasarkan ciri-ciri tertentu. Dengan pengelompokkan ini maka koleksi sejenis akan
terkelompok menjadi satu (berdekatan) sehingga akan mempermudah dalam proses temu
14

kembali koleksi di perpustakaan. Ciri-ciri yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
pengelompokan koleksi adalah ciri fisik koleksi dan subjek dari bidang ilmu koleksi tersebut.
Dari definisi di atas setidaknya ada beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan klasifikasi.
Manfaat tersebut antara lain koleksi sejenis akan saling berdekatan sehingga mempermudah
proses temu kembali koleksi, memudahkan identifikasi koleksi di rak koleksi perpustakaan
sehingga pengguna dapat dengan mudah menemukan koleksi yang dibutuhkan dan manfaat yang
terakhir adalah dengan klasifikasi memungkina pengguna perpustaakan mengetahui dengan
cepat isi atau subjek ilmu yang terkandung dalam sebuah koleksi.
Gambar 1. Ilustrasi Kegiatan Klasifikasi
Menurut Qolyubi dkk (2003) sistem pengelompokan atau klasifikasi perpustakaan dapat
dibedakan menjadi:
1. Klasifikasi artifisial
Klasifikasi aritifsial adalahsistem pengelompokkan atau klasifikasi koleksi berdasarkan ciri fisik
koleksi, seperti ukuran, warna ataupun data fisik lainnya.
2. Klasifikasi Fundamental
Klasifikasi fundamental adalahsistem pengelompokkan atau klasifikasi koleksi berdasarkan
subjek yang terkandung dalam sebuah koleksi.
Kedua sistem klasifikasi tersebut diaplikasikan dalam kegiatan pengelolaan perpustakaan.
Pengelola perpustakaan akan mengelompokkan koleksi berdasarkan ciri fisik koleksi, artinya
pengelola

perpustakaan

mengaplikasikan

klasifikasi

artifisial.

Selanjutnya,

setelah

dikelompokkan berdasarkan ciri fisik koleksi, kemudian koleksi dikelompokkan lagi berdasarkan
subjek dari koleksi.

Dengan demikian Koleksi yang memiliki subjek sama akan saling

berdekatan, artinya pengelola perpustakaan telah menggunakan klasfikasi fundamental dalam


kegiatan klasifikasi.
Dalam kegiatan klasifikasi fundamental, seseorang akan mengelompokkan koleksi berdasarkan
subjek bahan pustaka. Dalam kegiatan klasifikasi ini ada dua tahapan yang dilakukan yaitu
analisis subjek serta penentuan notasi atau nomor klas subjek. Berikut ini penjelasan dari
masing-masing tahapan.
2.1. Analisis Subjek
Untuk dapat menentukan subjek sebuah koleksi atau bahan pustaka maka perlu dilakukan proses
analisis subjek. Analisis subjek adalah kegiatan atau proses penentuan subjek atau isi yang
terkandung dalam sebuah koleksi.
Dalam kegiatan analisis subjek ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu jenis konsep
dan jenis subjek. Jenis konsep dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a.

Fenomena
Merupakan masalah yang menjadi bahasan utama di dalam bahan Pustaka. Fenomena dibedakan
menjadi objek konkret dan objek abstrak. Objek kontrik contohnya adalah Perpustakaan,
Komputer. Sedangkan objek abstrak contohnya antara lain budaya dan agama.
15

b.

Disiplin Ilmu
Merupakan disiplin ilmu utama atau cabang dari disiplin ilmu utama yang dibahas dalam sebuah
bahan pustaka. Disiplin ilmu diutama disebut juga dengan istilah disiplin ilmu fundamental dan
cabang disiplin ilmu disebut subdisiplin. Misalnya ilmu sosial maka cabang disiplin ilmu
tersebut antara lain sosiologi, ilmu politik ilmu hukum, administrasi dan lain sebagainya.

c.

Bentuk Penyajian
Merupakan organisasi penyajian subjek dalam bahan pustaka menurut bentuk fisik, sistematika
penyajian dan bentuk intelektual. Seperti Majalah, Kamus, Ensiklopedi, Direktori, Statistik.
Untuk jenis subjek dibedakan ke dalam empat jenis. Keempat jenis subjek tersebut adalah:

a. Subjek Dasar
Adalah jenis subjek bahan pustaka yang terdiri dari satu disiplin ilmu. Misalnya politik,
pendidikan, ekonomi dan lain-lain.
b. Subjek Sederhana
Adalah subyek bahan pustaka terdiri dari satu faset pembagian dari satu disiplin ilmu, Misalnya
pendidikan dasar
c. Subjek majemuk
Adalah jenis subyek bahan pustaka terdiri dari lebih satu faset pembagian dari disiplin ilmu.
Misalnya Pendidikan Dasar di Indonesia
d. Subjek Kompleks
Adalah jenis subjek suatu bahan pustaka yang terdiri dua subjek atau lebih yang saling
berinteraksi dari satu disiplin ilmu atau lebih, contoh pengaruh narkoba terhadap kenakalan
remaja.
Hasil analisis subjek adalah deskripsi tentang subjek sebuah koleksi. Untuk melakukan proses
analisis subjek sehingga menghasilkan deskripsi subjek sebuah koleksi, dilakukan dengan cara:
a. Membaca judul dari bahan pustaka, jika dirasa bahwa judul telah merefleksikan subjek sebuah
buku
b. Membaca halaman sebalik halaman judul (halaman verso). Di dalam halaman judul terdapat
katalog dalam terbitan yang dapat menampilkan subjek dari sebuah bahan pustaka
c. Membaca daftar isi jika dengan membaca judul dan halaman kolofon belum diketaui subjek dari
sebuah koleksi.
d. Membaca kata pengantar dari sebuah koleksi
e. Membaca ringkasan buku yang biasanya terdapat pada halaman belakang buku.
f.

Membaca buku secara keseluruhan jika dengan melakukan berbagai instruksi di atas belum
ditemukan subjek dari koleksi tersebut.

g. Menggunakan sumber-sumber lain seperti bibliografi, kamus.


h.

Bertanya kepada subjek spesialis jika semua langkah telah dilakukan belum mampu
menentukan subjek dari sebuah koleksi.
16

2.2. Menentukan Notasi atau Nomor Klas


Notasi atau nomor klas dapat diartikan sebagai simbol atau kode yang mewakili sebuah subjek
bahan pustaka dalam bagan klasifikasi. Notasi dapat berupa huruf, angka bahkan warna. Namun
diantara ketiga jenis notasi tersebut, angka merupakan jenis notasi yang banyak digunakan oleh
perpustakaan. Motivasi perpustakaan memanfaatkan angka sebagai notasi salah satunya karena
notasi angka memiliki bagan yang berlaku secara internasional seperti Dewey Decimal
Classification, Universal Decimal Classification dan Library of Conggress.
Berikut ini adalah penjelasan tentang ketiga jenis notasi yang dapat digunakan oleh
perpustakaan:
a. Warna
Apabila perpustakaan akan menggunakan warna sebagai identitas klasifikasi maka subjek dari
koleksi diwakili oleh satu jenis warna untuk setiap subjeknya. Misalnya warna putih untuk
subjek karya umum, merah untuk ilmu sosial, biru untuk subjek ilmu terapan dan seterusnya.
Akan tetapi notasi warna ini memiliki beberapa kelemahan yaitu terbatasnya jumlah warna
padahal subjek ilmu terus bertambah, selain itu klasifikasi warna tidak optimal keberadaannya
jika digunakan untuk yang memiliki masalah dengan buta warna.
b. Hurup
Pada prinsipnya penggunaan abjad sebagai notasi hampir sama dengan penggunaan warna
dalam sistem klasifikasi, dimana setiap abjad mewakili subjek tertentu. Misalnya huruf A
mewakili subjek pengetahuan umum, B mewakili subjek filsafat, C mewakili subjek agama dan
seterusnya.
Dalam penggunaan sistem abjad dapat juga digunakan inisial atau singkatan dari sebuah subjek.
Misalnya peu untuk subjek pengetahuan umum, Fil untuk subjek filsafat, slg untuk subjek
sosiologi, pol untuk subjek politik dan masih banyak lagi.
c. Angka atau nomor klasifikasi.
Jenis notasi yang terakhir adalah notasi dengan menggunakan angka. Notasi angka diperoleh dari
sistem klasifikas yang ada. Saat ini ada berberapa sistem klasifikasi yang familiar digunakan di
Indonesia. Sistem tersebut antara lain Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal
Classification (UDC), Library of Conggress (LC) dan Colon Classification. Dalam makalah ini
hanya akan dijelaskan satusistem klasifikasi yaitu DDC, pertimbangan penulis memilihsistem
klasifikasi ini karenasistem klasifikasi ini adalahsistem klasifikasi yang paling banyak
digunakan.
Dewey Decimal Classification atau DDC merupakan salah satu sistem klasifikasi yang familiar
digunakan oleh banyak perpustakaan di Tanah Air. Sistem ini menyangkut seluruh subjek ilmu
pengetahuan yang disusun secara sistematis dan teratur. Pembagian ilmu (subjek ilmu
pengetahuan) dimulai dari subjek yang bersifat umum menuju subjek bersifat khusus.
Pembagian subjek dalam sistem ini dimulai dari subjek besar atau umum yang disebut dengan
kelas utama, kemudian diperinci menjadi divisi, selanjutnya divisi diperinci menjadi sub divisi
dan lebih rinci lagi menjadi tabel lengkap. Contohnya adalah sebagai berikut
17

Sepuluh kelas utama dalam DDC terdiri dari:


- 000
untuk karya umum
- 100
untuk filsafat dan psikologi
- 200
untuk agama
- 300
untuk Ilmu Sosial
- 400
untuk bahasa
- 500
untuk sains
- 600
untuk teknologi
- 700
untuk kesenian dan rekreasi
- 800
untuk Sastra
- 900
untuk sejarah dan geografi
-

Divisi atau ringkasan ke II


300 untuk ilmu Sosial
310 untuk statistik
320 untuk ilmu politik
330 untuk ekonomi
340 untuk hukum
350 untuk administrasi publik, ilmu kemilitiran
360 untuk masalah dan jasa sosial
370 untuk pendidikan
380 untuk perdagangan, komunikasi dan perhubungan
390 untuk adat istiadat, etiket dan folklor

Subdivisi atau ringkasan ke III


- 370 untuk Pendidikan
- 371 untuk Pendidikan secara umum
- 372 untuk Pendidikan dasar
- 373 untuk Pendidikan menengah
- 374 untuk Pendidikan dewasa
- 375 untuk Kurikulum
- 376 untuk Pendidikan wanita
- 377 untuk Sekolah dan agama
- 378 untuk Pendidikan tinggi
- 379 untuk Pendidikan dan negara
DDC terdiri dari beberapa unsur-unsur pokok. Unsur-unsur tersebut antara lain sistematika,
notasi, indeks relatif dan tabel pembantu. Berikut ini penjelasan dari masing-masing unsur
tersebut
a. Sistematika
Berupa bagan yang berisi pembagian ilmu didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu.
b.

Notasi
adalah angka yang mewakili subjek-subjek tertentu. Angka dalam notasi DDC mewakili sebuah
subjek. Angka atau notasi juga disebut dengan nomor

c. Indeks ralatif
Adalah sejumlah tajuk subjek yang disertai rincian aspek-aspeknya dan disusun secara alfabetis
lengkap dengan nomor klasifikasi
d. Tabel Pembantu
Merupakan notasi khusus yang digunakan untuk menyatakan aspek tertentu. Tabel pembantu
yang ada dalam DDC terdiri dari:
18

Tabel 1: Subdivisi standar


Tabel 2: Wilayah
Tabel 3: Subdivisi sastra
Tabel 4: Subdivisi bahasa
Tabel 5: Ras, etnik, kebangsaan
Tabel 6: Bangsa dan etnis
Tabel 7: Bahasa
Setelah pengetahui unsur-unsur DDC lalu bagaimana memanfaatkan atau cara menggunakan
sistem klasifikasi ini sehingga mampu menentukan nomor klasifikasi yang benar. Langkahlangkah menggunakan DDC adalah sebagai berikut:
a. Lakukan Anasis subjek
Langkah pertama yang dilakukan untuk dapat menggunakan DDC adalah dengan menuntukan
subjek koleksi dengan melakukan analisis subjek. Analisis subjek dilakukan dengan membaca
judul, halaman judul, kata pengantar, daftar isi, isi buku dan kesimpulan. Perhatikan hasil
analisis subjek, apakah subjek tersebut termasuk dalam kategori subjek dasar, subjek sederhana,
subjek majemuk dan subjek kompleks .
b. Gunakan Indeks relatif untuk mencari nomor klasifikasi dengan cepat
Setelah menemukan subjek koleksi, selanjutnya cari nomor klasifikasi subjek dengan bantuan
indeks relatif. Indeks relatif akan membantu menemukan nomor klasifikasi secara cepat karena
indeks relatif menyusun subjek (tajuk subjek) urut alfabetis.
c. Periksa bagan klasifikasi
Setelah menemukan nomor klasifikasi subjek pada indeks relatif selanjutnya periksa nomor
tersebut pada bagan klasifikasi untuk memastikan bahwa nomor klasifikasi yang diperoleh tepat.
Perhatikan juga instruksi yang ditampilkan pada bagan. Apabila tidak ada instruksi maka
silahkan gunakan nomor tersebut untuk subjek yang telah anda tentukan dalam proses analisis
subjek
Setelah melakukan klasifikasi deskriptif (analisis subjek dan menentukan notasi) sehingga
diperoleh notasi yang mewakili subjek ilmu sebuah koleksi, selanjutnya hasil notasi tersebut
(baik warna, huruf ataupun angka) diletakkan dibagian paling atas dari nomor panggil atau call
number. Nomor panggil minimal terdiri dari 3 bagian, yaitu notasi, tiga huruf pertama nama
pengarang (entri utama) dan satu hurup pertama judul. Nomor panggil diletakkan dipunggung
koleksi atau buku dan menjadi alat identifikasi koleksi di jajaran rak koleksi. Selain itu nomor
panggil juga diletakkan dalam kartu katalog yang berfungsi sebagai wakil dokumen yang
memungkinkan penguna perpustakaan menemukan koleksi yang dibutuhkan secara cepat dan
tepat.
Gambar 2. Contoh nomor panggil buku dengan menggunakan nomor klasifikasi
19

Gambar 3. Contoh nomor panggil buku yang dibuat dengan inisial subjek
Gambar 4. Contoh nomor panggil buku dengan warna sebagai wakil subjek
3. Pemberian nomor inventaris
Nomor inventasi merupakan nomor unik dari sebuah buku, dimana setiap nomor inventaris yang
ada dalam suatu buku akan berbeda dengan nomor inventaris yang ada dalam di dalam buku
lainny. Nomor inventaris ini akan sangat membantu untuk mengetahui jumlah dari koleksi buku
yang dimiliki suatu perpustakaan. Dengan melihat nomor inventaris terakhir dari koleksi buku
perpustakaan maka dengan mudah dapat diketahui jumlah koleksi perpustakaan bersangkutan.
Pemberian nomor inventaris pada buku dilakukan setelah sebelumnya buku tersebut dicatat
dalam buku inventaris. Informasi yang dicatatat dalam dalam buku inventaris meliputi nomor
urut, nomor inventaris, judul, nama pengarang atau editor, informasi penerbit (meliputi kota,
nama penerbit dan tahun terbit), asal, nomor panggil buku, bahasa atau keterangan lain yang
perlu ditambahkan.
No No. Inventaris
.
1

Judul

00.001/HB/06/ Hikay
H

at

Pengaran Penerbit
g
Yuwanda Yogyakart

si Daya

Kancil

Putra

a;

Asal

No.
Klasifika
si

Bahasa
In Asin

d
Pembelia 810 Put h x

Olah n

Pustaka,
2010

Contoh buku inventaris


Halaman buku yang telah dibubuhi nomor inventaris

4. Katalogisasi
Katalogisasi (cataloging) adalah proses pengolahan data-data bibliografi yang terdapat dalam
suatu bahan pustaka menjadi katalog (Qolybudi dkk, 2003). Artinya, katalog merupakan produk
dari katalogisasi. Katalog sendiri memiliki pengertian sebagai daftar yang dipersiapkan
sedemikian rupa untuk tujuan tertentu seperti katalog pameran, katalog penerbit, katalog
perdagangan (Lasa Hs, 1997).

20

Jika katalog tersebut ditarik dalam dunia perpustakaan maka katalog tersebut dikenal dengan
nama katalog perpustakaan. Katalog perpustakaan adalah daftar koleksi perpustakaan yang
disusun menurut susuna tertentu atau sistematis (Lasa Hs, 1997). Katalog perpustakaan akan
memudahkan pemustaka dalam mencari koleksi yang dibutuhkan.
Katalogisasi memiliki tujuan. Tujuan dari kegiatan katalogisasi sehingga mampu menghasilkan
katalog perpustakaan antara lain:
1. Memberikan peluang bagi pengelola maupun pemustaka menemukan koleksi yang dibutuhkan
berdasarkan nama pengarang, judulnya dan subjek koleksi.
2. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan dari pengarang tertentu, berdasarkan subjek
tertentu atau dalam jenis literature tertentu.
3. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya. Katalog
perpustakaan disajikan dalam beberap format. Format tersebut antara lain format kartu, CD,
format Online (OPAC) atau yang dikenal dengan sebutan katalog komputer dan daftar tambahan
koleksi. Untuk perpustakaan sederhana format katalog perpustakaan yang sesuai adalah format
kartu katalog dan tambah koleksi.
Katalog perpustakaan sendiri dapat disajikan dalam berbagai format. Format katalog
perpustakaan antara lain:
1. Bentuk cetakan, buku
Bentuk katalog perpustakaan yang merupakan himpunan dari lembaran-lembaran yang berisi
daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan ke dalam satu jilid. Keuntungan dari format katalog
perpustakaan ini adalah biaya produksinya murah, mudah pengirimannya dan mudah dibawa
kemana-mana. Sedangkan kelemahan adalah jika terjadi penambahan koleksi akan sulit untuk
dimasukkan ke dalam daftar yang telah dibuat.
2. Katalog berkas
Katalog ini dibuat dari kertas manila putih dengan ukuran 10 x 20 cm dan kemudian dijilid. Satu
jilid bendel berisi sekitar 50 buat kartu. Namun saat ini katalog jenis ini dinilai kurang praktis.
3. Bentuk kartu
Bentuk katalog dalam format kartu. Format kartu merupakan format katalog yang paling banyak
digunakan saat ini. Kelebihan dari format katalog ini antara lain tahan lama, lebih praktis jika
terjadi penambahan koleksi dan mudah penggunaannya. Sedangkan kelemahannya antara lain
memerlukan lembari katalog yang harus didesain khusus, memerlukan tempat tersendiri dan sulit
untuk dibawa kemana-mana.
4. Komputer
Selain kartu katalog, format ini merupakan format yang saat ini banyak digunakan oleh
perpustakaan. Apalagi dengan tumbuhnya gerakan open source yang perpustakaan memperoleh
perangkat lunak yang dapat digunakan secara gratis. Berbagai perangkat lunak yang dapat

21

digunakan sebagai katalog antara lain CDS/ISIS, WINISIS, OpenBiblio, Atheneum, Otomigen-X
dan Slims.
Proses katalogisasi atau proses pembuatan katalog perpustakaan terdiri dari dua kegiatan. Kedua
kegiatan tersebut antara lain katalogisasi deskriptif dan katalogisasi subjek. Penjelasan dari
kedua kegiatan tersebut adalah sebagai berikut
1. Katalogisasi Deskriptif
Kalogisasi deskriptif merupakan kegiatan merekam data bibliograf sebuah koleksi. Tujuan dari
kegiatan ini adalah menentukan entri utama dan entri tambahan serta deskripsi bibliografi dari
sebuah koleksi. Setelah berhasil menentukan entri utama, entri tambahan dan deskripsi
bibliografi

maka

langkah

selanjutnya

dalam

katalogisasi

deskripsif

adalah

adalah

mencantumkannya dalam entri katalog. Pedoman yang digunakan untuk melakukan katalogisasi
deskriptif adalah AACR2 (Anglo American Cataloging Rules Second Edition) dan ISBD
(International Standard Book Description)
a. Penentuan entri utama dan entri tambahan
Dalam penentuan tajuk entri utama dan entri tambahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
-

Pengarang tunggal maka tajuk entri utama adalah pengarang buku atau koleksi tersebut.
Contoh:
Teknologi Informasi Perpustakaan / Wahyu Supriyanto
Entri utamanya pada Wahyu Supriyanto dan entri tambahannya pada judul dan subjek

Pengarang ganda, dua dan tiga orang maka entri utama adalah pengarang utama sedangkan
pengarang kedua dan ketiga dijadikan sebagai tajuk entri tambahan.
Contoh:
Membangun Otomasi Perpustakaan Dengan OpenBiblio/Arif Surachman, Purwoko, Heri
Abi Burachman
Entri utamanya adalah Arif Surachman dan pengarang lainnya dijadikan sebagai entri tambahan

Pengarang lebih dari tiga orang atau lebih maka tajuk entri utamanya adalah judul
Contoh
Membangun Perpustakaan Digital/ Arif Surachman, Wahyu Supriyanto, Purwoko dan
Heri Abi Burachman Hakim
Entri utama adalah Judul dan entri tambahannya adalah nama pengarang

Karya editor atau penyunting maka entri utamanya pada judul. Jika pengarangnya disebut maka
berlaku ketentuan entri utama untuk pengarang.
Misalnya
Perangkat Lunak Open Source dalam Dunia Perpustakaan / Editor : Purwoko
Entri utama pada judul dan entri tambahan pada Purwoko (editor)

Karya Anonim (tanpa pengarang) maka entri utamanya pada judul

Karya kumpulan, entri utamanya pada judul

Badan Korporansi maka entri utamanya adalah badan korporasi


22

b. Deskripsi Bibliografi
Deskripsi bibliografi disusun ke dalam delapan daerah. Setiap daerah terkadang terdiri dari
beberapa unsur. Berbagai daerah dan unsur-unsur dipisahkan dengan menggunakan tanda baca.
Kedelapan daerah diskripsi bibliografi tersebut lengkap dengan tanda bacanya antara lain:
No.
1

Daerah
Tanda Baca Unsur
Daerah judul dan pernyataan
Judul sebenarnya
GMD
(General
tanggung
jawab [ ]
(kepengarangan):

Material

Designation)
Judul paralel
pernyataan judul lain
Pernyataan tanggung jawab
Pengarang pertama
Pengaran kedua dan pengarang ke

=
:
/
,

tiga (jika pengarang lebih dari satu

2
3
4

tetapi tidak lebih dari dua)


pengarang
lain
(seperti

.-

penerjemah, ilustrator, narator)


Keterangan
Edisi
(seperti

.-

keterangan cetakan, edisi cetakan)


Tidak digunakan untuk deskripsi

.-

buku
Tempat

;
:
,
.-

pertama)
Tempat berikutnya
Nama Penerbit
Tahun Terbit
Jumlah halaman (misalnya xii, 250

hlm.)
Data fisik lain (seperti ilustrasi dan

Daerah keterangan seri

;
.-

index)
Ukuran fisik koleksi
Judul seri sebenarnya

Daerah catatan

=
:
.-

dengan kurung)
Judul Pararel
Keterangan judul seri tambahan
Segala sesuatu yang dianggap

Daerah edisi
Daerah data khusus
Daerah impresum

Daerah deskripsi fisik

terbit

(tempat

terbit

(ditulis

penting yang belum dimasukkan


8

Daerah penomoran, harga dsb

pada daerah sebelumnya


Nomor standar
Judul kunci
Syarat-syarat dan harga
Keterangan tambahan

.=
:
()

Tabel 1. Tabel Data Deskripsi Bibliografi

23

Berbagai data bibliografi di atas akan dimasukkan ke delapan daerah diambil dari bahan pustaka
yang ada di tangan staf perpustakaan. Data bibliografi tersebut dapat diperoleh dengan membaca:
-

Kulit buku

Halaman judul singkat

Halaman judul

Halaman sebalik halaman judul atau halaman verso

Bagian lainnya dari buku seperti kata pengantar, daftar isi, isi buku, indeks dan bibliografi.
2. Katalogisasi subjek
Kegiatan merekam subjek dari sebuah bahan pustaka dengan cara melakukan analisis subjek
kemudian menentukan nomor klasifikasinya berdasarkan peraturan yang berlaku. Jika
diilustrasikan melalui gambar maka hasil akhir dari kegiatan katalogisasi deskriptif dan
katalogisasi subjek seperti gambar di bawah ini.
Gambar 5. Kartu katalog
Setelah melakukan katalogisasi deskriptif dan katalogisasi subjek, selanjutnya langkah yang
perlu dilakukan perlu adalah membuat kartu katalog dan menyusun kartu katalog yang telah
dibuat. Berikut ini langkah-langkah yang dilalui dalam kegiatan pembuatan kartu katalog dan
penyusun kartu katalog:

1. Siapkan kartu katalog dengan kertas berukuran 12,5 cm. x 7,5 cm. Di tengah bagian bawah kartu
dibuat lubang untuk memasukkan tusuk pengaman.
2. Membuat temporary slip (T. Slip) atau worksheet. T. Slip merupakan kertas yang berisi konsep
untuk pembuatan kartu katalog, sedangkan worksheet merupakan T.Slip yang digunakan sebagai
konsep katalog komputer (Lasa-Hs, 1998). T.Slip atau worksheet akan memudahkan dalam
proses pengetikan kartu katalog atau ketika memasukkan data bibliografi buku ke dalam
perangkat lunak yang digunakan perpustakaan.
3. Menyalin data yang ada pada T. Slip atau worksheet ke dalam kartu katalog. Berikut ini contoh
format kartu katalog yang
a) Katalog Pengarang
b) Katalog Judul
c) Katalog Subjek
4. Selanjutnya untuk memudahkan penelusuran kartu katalog, maka katalog-katalog tersebut
dikelompokkan kedalam satu jenis dan disusun alfabetis dari yang ter kecil ke yang terbesar.
Selanjutnya kartu katalog yang telah tersusun dimasukkan ke dalam lemari katalog

5. Pemasangan kelengkapan buku


Sebelum buku disajikan dirak agar dapat diakses oleh pengguna perpustakaan maka sebuah buku
perlu diberi kelengkapan buku. Kelengkapan buku antara lain kartu buku, slip tanggal kembali
(data due slip), label buku(call number), kantong buku dan sampul buku.
24

Berikut ini langkah-langkah yang digunakan untuk membuat dan memasang kelengkapan buku:
1. Label buku
Label buku adalah label yang berisi nomor panggil buku atau call number. Label buku dibuat
dengan kertas berukuran 3x4 cm. Pada label tersebut dicantumkan nomor panggil buku atau call
number yang sebelumnya telah dibuat. Lalu label buku ditempelkan pada punggung buku kirakira 3 cm dari ujung bawah buku.
Gambar 11. Contoh Label buku dan pemasangannya
2.

Lembar tanggal kembali (date due slip), berisi catatan nomor anggota dan tanggal wajib
pengembalian. Lembar tanggal kembali ini ditempelkan pada akhir halaman atau sampul akhir
dari buku. Gunanya untuk mengingatkan peminjam peminjam tanggal pengembalian koleksi
yang dipinjam.
Gambar 12. Catatan Tanggal Kembali

buku
Kartu buku adalah alat yang digunakan untuk mengontrol peredaran buku. Melalui kartu buku ini
dapat diketahui apakah buku tersebut sedang dipinjam atau tidak, siapa peminjamnya dan kapan
tanggal kembali buku tersebut.
Gambar 12. Kartu buku

ng buku
Kantong buku adalah kantong yang difungsikan sebagai tempat untuk meletakkan kartu buku.
Kantong buku terbuat dari kertas karton atau kertas lainnya. Di dalam kantong buku ini dibubuhi
nomor panggil buku dan nomor inventaris buku. Kantong buku diletakkan di dalam sampul
belakang.
Gambar 13. Kantong buku
5. Penyampulan
Langkah terakhir dalam kegiatan pemasangan kelengkapan buku adalah memasang sampul pada
buku. Setiap buku perlu diberi sampul plastik agar buku tidak mudah rusak. Memasang sampul
buku secara tidak langsung telah melakukan kegiatan perawatan bahan pustaka yang dapat
memperpanjang usia buku.
6. Shelving (pengerakan)
Shelving atau pengerakkan memegang peranan penting dalam menentukan kecepatan serta
ketepatan dalam proses temu kembali koleksi atau buku. Sebaik apapun kegiatan pengolahan
atau sistem automasi yang digunakan tidak optimal apabila buku-buku tersebut tidak disusun
secara sistematis di rak buku. Pengguna perpustakaan dan pengelola sendiri harus konsisten

25

untuk mengembalikan bukunya. Usaha ini dilakukan agar buku dapat dengan mudah ditemukan
jika diperlukan.
Langkah-langkah dalam pengerakan:
1.

Pengelompokan buku berdasarkan jenisnya.

Buku-buku koleksi dikelompok-kelompokkan berdasarkan jenis buku, misalnya buku referensi


dikelompokkan dalam kelompok buku referensi, buku teks dikelompokkan dalam kelompok
buku teks.
2.

Penyusunan buku di rak

Setelah buku dikelompokkan berdasarkan jenis buku kemudian buku disusun di rak berdasarkan
nomor klas dari nomor klasifikasi terkecil sampai nomor klasifikasi terbesar. Penyusunan buku
dirak selain memperhatikan nomor klasifikasi, penyusunan buku juga perlu memperhatikan
urutan abjad tajuk entri utama dan judul buku yang ada.
Buku disusun menurut jenis koleksi
Gambar 14. shelving buku di rak
Pelayanan Bahan Pustaka
Setelah melalui proses pengolahan maka koleksi perpustakaan siap untuk dilayankan kepada
pengguna perpustakaan. Banyak bentuk layanan yang dapat diberikan kepada pemustaka dalam
rangka melayankan koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pemustaka. Namun secara garis
besar pelayanan bahan pustaka dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu layanan sirkulasi
dan layanan referensi.
Berikut ini deskripsi tentang layanan sirkulasi dan layanan referensi dalam rangka melayankan
koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna perpustakaan:
1. Layanan sirkulasi
Layanan sirkulasi dikenal sebagai layanan peminjaman dan pengembalian yang diselenggarakan
perpustakaan agar pemustaka dapat memanfaatkan koleksi yang dimiliki perpustakaan. Di dalam
Kamus Istilah Perpustakaan disebutkan bahwa layanan sirkulasi adalah suatu perkerjaan, tugas,
seksi maupun bagian di perpustakaan yang berhubungan dengan pemanfaatan koleksi (Lasa-Hs,
1998). Lebih lanjut dalam kamus ini disebutkan bahwa di dalam layanan sirkulasi terkait dengan
kegiatan pendaftaran anggota, tatatertib, statistik dan peminjaman serta pengembalian koleksi.
Dalam layanan sirkulasi dikenal dua sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem
terbuka adalah sistem yang memberikan keleluasaan kepada pengguna untuk mencari koleksi
yang dibutuhkan ke dalam rak-rak koleksi yang dimiliki perpustakaan. Sistem tertutup adalah
sistem yang tidak memberikan keleluasaan keleluasaan pemustaka untuk mencari koleksi ke
dalam rak koleksi yang dimiliki perpustakaan, untuk mencari koleksi yang dibutuhkan

26

pemustaka diharuskan meminta bantuan kepada pengelola perpustakaan untuk mencarikan


koleksi yang dibutuhkan di dalam rak koleksi perpustakaan.
2. Layanan Referensi
Layanan pemustaka yang berkaitan dengan sumber-sumber atau koleksi referensi[4] antara lain
meliputi menjawab pertanyaan yang diajukan, penelusuran informasi baik di dalam maupun di
luar perpustakaan itu sendiri (Lasa-Hs, 1998). Dengan kata lain layanan referensi merupakan
layanan yang diberikan perpustakaan dengan memanfaatkan koleksi referensi yang dimiliki
perpustakaan. Produk akhir dari layanan ini adalah jawaban atas pertanyaan dari pemustaka yang
diperoleh dari koleksi referensi yang dimiliki perpustakaan.
Penutup
Manajemen koleksi merupakan salah satu kegiatan manajemen yang dilakukan oleh pengelola
perpustakaan. Pengelola perpustakaan perlu memberikan perhatian ekstra terhadap majemen
koleksi karena koleksi merupakan salah satu magnet yang dapat menarik minat pengguna
perpustakaan.
Dalam manajemen koleksi setidaknya ada tiga kegiatan pengelolaan perpustakaan yang menjadi
fokus perhatian. Ketiga kegiatan tersebut adalah pengadaan, pengolahan serta pelayanan bahan
pustaka. Ketiga kegiatan tersebut memiliki kedudukan yang sama dalam rangka mewujudkan
koleksi yang berkualitas dan mampu memotivasi pengguna perpustakaan untuk mengakses
perpustakaan.

Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2009. Standar Nasional Indonesia 7329: 2009, Perpustakaan Sekolah.
Jakarta, Badan Standarisasi Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, Edisi
Ketiga. Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI.
IFLA dan UNESCO. 2006. Panduan Perpustakaan Sekolah. Jakarta, Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
Lasa Hs. 1997. Pedoman Katogisasi Perpustakaan Muhammadiyan : Monograf dan Terbitan Berkala.
Yogyakarta, Majelis Pustaka Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
______. 1998. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Yulia, Yuyu dan Sujana, Janti Gristinawati.2009. Pengembangan Koleksi. Jakarta; Penerbit Universitas
Terbuka.
Qolyubi, Sihabuddin dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.Yogyakarta, Jurusan
Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Perpustakaan Nasional RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta,
Perpustakaan Nasional RI.
_____________________. 2001. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta
Perpustakaan Nasional RI.

Teguh

27

KENDALA PERPUSTAKAAN SEKOLAH


SEBAGAI SALAH SATU UNSUR DALAM
MEMAJUKAN PENDIDIKAN SUATU
BANGSA
Mei
02 undefined
athu

Tidak dapat disangkal bahwa kemajuan suatu bangsa akan dapat dicapai
melalui proses pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan yang terarah dan terprogram secara
teratur
adalah
kunci
utama
bagi
kelanjutan
pembangunan
bangsa.
Unsur-unsur penting dalam proses pendidikan yang meliputi sarana dan prasarana pendidikan
harus mendapatkan perhatian yang serius. Unsur pendidikan itu salah satunya adalah keberadaan
perpustakaan yang dapat dijadikan sebagai wadah penyedia sumber informasi bagi peserta didik,
tenaga
pendidik
dan
karyawan
yang
terlibat
dalam
proses
pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, keberadaan perpustakaan sekolah yang dikelola dengan baik
diharapkan dapat dijadikan sebagai penunjang menuju proses pendidikan yang baik. Tetapi untuk
menuju proses pendidikan yang baik perpustakaan mempunyai banyak kendala yang mungkin
sampai
sekarang
belum
bisa
ditangani
secara
serius.
Kendala tersebut antara lain :
1. Dana
Dana bagi setiap organisasi khususnya dalam bidang ini perpustakaan tidak dapat dipungkiri
sebagai motor penggerak yang sangat menentukan keberadaan perpustakaan itu sendiri.
Perpustakaan yang minim dana atau dapat dikatakan tanpa dana akan berjalan seadanya dan
mungkin berjalan tanpa arah yang jelas.
2. Koleksi
Koleksi berpengaruh terhadap minat baca. Bila koleksi beraneka ragam dan banyak menyajikan
suatu hal yang baru maka akan banyak pengunjung yang tertarik. Semakin banyak pengunjung
semakin meningkat pula minat baca masyarakat karena seperti diketahui bahwa bangsa yang
maju adalah bangsa yang gemar membaca.
3. Sarana
Perpustakaan membutuhkan sarana yang memadai, sarana itu antara lain rak buku dan kondisi
fisik perpustakaan yang ditata dan dirancang senyaman mungkin dan kalau bisa dilengkapi
dengan media pembelajaran elektronik seperti televisi dan komputer agar suasana didalam
perpustakaan tidak monoton. Karena suasana perpustakaan yang nyaman akan menjadi magnet
bagi pengguna perpustakaan untuk datang kembali ke perpustakaan.
4. Pustakawan
Untuk lebih memajukan perpustakaan sekolah hendaknya tenaga perpustakaan adalah tenaga
yang benar-benar menguasai di dalam bidangnya. Memang keberadaan guru pustakawan untuk
sementara ini memang dianggap mampu mengelola perpustakaan. Namun dalam kenyataannnya
guru tersebut akan lebih memenuhi kewajiban profesinya sebagai guru daripada pustakawan.
Dengan demikian mereka akan lebih menitik beratkan mengajar dari pada mengurusi
perpustakaan.
Untuk itu sebelum perpustakaan memberikan peranan dalam kemajuan pendidikan, perpustakaan
perlu membenahi permasalahan intern di dalam tubuh perpustakaan itu sendiri.
Agar ke depannya perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin maka peran seluruh
anggota masyarakat sekolah harus lebih ditingkatkan supaya keberadaan perpustakaan tidak
28

hanya ada tetapi juga bermanfaat khususnya bagi peserta didik, tenaga pendidik dan karyawan
yang terlibat dalam proses pendidikan.

PERPUSTAKAAN DIGITAL

Artikel
Oleh : PDII LIPI
sumber : http://www.pdii.lipi.go.id/read/2012/01/23/perpustakaan-digital.html
Perpustakaan digital (digital library, elekctronic library, virtual library) adalah bentuk perpustakaan yang
memiliki koleksi buku-buku dalam bentuk format digital, dan bisa diakses melalui komputer. Perpustakaan
digital sangat berbeda dengan perpustakaan konvensional, yang masih berupa koleksi buku-buku
tercetak, mikro film, kaset audio, video dan lain sebagainya. Sedangkan koleksi buku-buku atau data
yang ada di perpustakaan digital, semua berada dalam suatu server komputer. Server komputer ini bisa
ditempatkan baik di lingkungan setempat, atau di tempat lain yang berada cukup jauh dari pusat para
pencari data, hal demikian itu dikarenakan pengguna dapat mengakses data perpustakaan digital
tersebut melalui jaringan komputer.

29

Awal diperkenalkan perpustakaan digital melalui proyek NSF/DARPA/NASA:Digital libraries Initiative di


tahun 1994. Saat ini dikenal banyak perpustakaan digital seperti Gutenberg, ibiblio, internet archive dan
proyek yayasan Wikimedia yang termasuk wikisource, Wikipedia, wiktionary, wikiquote, wikibooks,
wikinews, wikispecies, wikiversity, commons, meta-wiki, mediawiki, dan yang lainnya.
Definisi
Perpustakaan
Digital:
Perpustakaan Digital adalah perpustakaan yang seluruh koleksi-koleksinya menggunakan format digital
yang tersusun dalam arsitektur komputerisasi. Perencanaan dan bentuk dari penampilannya disusun
dalam sebuah bentuk kegiatan yaitu proyek perpustakaan digital.
Penelitian proyek perpustakaan digital memakai sistem WWW (world wide web) yang terhubung dengan
jaringan internet sebagai alat penyalur informasi utama. WWW mempunyai banyak keunggulan, karena
disuport dari berbagai macam protokol komunikasi seperti (HTTP, FTP, Gopher), penggunaan HTML
sebagian menggunakan bahasa standard markup, dan kelebihan pada GUI (Graphical user interface)
Merujuk pada DIGLIB, perpustakaan digital merupakan bentuk dari suatu organisasi yang melakukan
aktifitas seperti, menyortir, mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan koleksi digital dengan maksud,
menjaga, melestarikan dan yang terpenting adalah mendistribusikan kepada para pengguna/pemakai,
sehingga para pengguna dengan mudah, cepat, dan tepat dapat mengakses data dan sumber informasi
melalui digital tersebut, serta mendapat informasi tentang ilmu pengetahuan yang dicarinya. Di samping
itu, organisasi juga membuat dan merancang jaringan dan kerjasama dengan memanfaatkan infrastruktur
yang ada untuk mendukungnya, sehingga terjadi proses saling berbagi pengetahuan (knowledge-sharing)
dengan yang lainnya, lebih cepat, dan tepat serta berguna.

Jenis Perpustakaan Digital:


Full Text.
- Pengolahan dan manipulasi data lebih mudah
- Ukuran data leibh kecil
- Data terformat dalam bentuk SGML (Standard Generalized Markup Language)
Page Image.
- Sesuai untuk system Browsing
- Tidak memerlukan font karena berupa file image
Proyek perpustakaan digital meneliti tentang dua hal yaitu:
1. Pendigitalan Dokumen: Meneliti tentang bagaimana mendigitalkan dokumen dan jenis pendigitalan
dokumen baik yang berbentuk full text atau page image.
2. Pembangunan Database: Meneliti tentang pembangunan database meliputi pencarian judul, pencarian
dokumen, pencarian gambar, katalog database, database gambar, dan database link informasi
Bagian-bagian dari Sistem Utama Perpustakaan Digital.
- Menerima/mengirim Server: Dilakukan penggantian (konversi) digital dari file analog ke dalam bentuk
digital. File digital dikirim melalui pengiriman server menuju penerimaan server yang akan menangkap file
yang terdapftar dan dibantu oleh knowbot.
- Pendaftaran Server: Pendaftaran server dilakukan untuk pertanggungjawaban: Penerimaan pesan dari
Knowbot yang membawa informasi baru, pendaftaran pengguna baru.
- Pengindeksan , katalogisasi dan referensi server: Melakukan pendataan secara menyeluruh terhadap
file-file digital yang masuk.
- Database Server: Digunakan untuk memfasilitasi database baru.
- Akuntasi dan Statistik Server: Berfungsi sebagai pengumpul dan penyimpan data yang sesuai dengan

30

penggunaan perpustakaan digital.


- Sistem Billing: Digunakan untuk pengumpulan data mengenai obyek yang baru diregistrasi
- Transformasi Server: Digunakan untuk mengubah masuknya data menjadi bentuk standar perpustakaan
digital
- Sistem Perpustakaan Personal: Digunakan untuk mengkombinasikan keseluruhan program sehingga
perpustakaan dapat berdiri sendiri.
Ketidak terbatasannya (spectrum) Perpustakaan Digital.
Spektrum dari sistem perpustakaan digital bergarak dari gambar (visual) menuju ke titik yang tidak terlihat
(invisible) yang membentuk 6 sistem dan saling tumpang tindih.
- Penyajian tetap
- Isi tetap
- Daftar pertanyaan
- Pusat kontrol data
- Pelaksanaan program
- Struktur pengetahuan
Permasalahan dalam Perancangan dan Pembuatan Perpustakaan Digital.
Di dalam perancangan dan pembuatan perpustakaan digital kecil kemungkinannya menemui kendala,
selama bahan dokumen yang diterima itu masih dalam bentuk file elektronik. Masalah atau kesulitan
datang ketika, pada saat dokumen yang diterima berupa file non-elektronic, seperti kertas-kertas catatan
atau buku cetak dll. Hal demikan merupakan masalah utama yang sering dibahas pada proyek-proyek
penelitian, khususnya dalam perancangan dan pembuatan perpustakaan digital.
HAKI:
Hak cipta dokumen yang didigitalkan dalam bentuk mengubah dokumen menjadi digital dokumen,
mengentri digital dokumen ke database, mengubah digital dokumen ke hypertext dokumen. Hak cipta
dokumen dijaringan komunikasi. Solusi masalah hak cipta ini dikembangkan dalam bentuk ECSM
(Electronic Copyright Management System).
Proses Pembuatan Perpustakaan Digital:
- The knowbot Operating Enviroment (KNOE), User Interface, pengumpulan database, Pencarian Natural
Language Text
- Pengembangan sistem perpustakaan personal dengan dasar penelitian tahap 1
- Komponen-komponen perpustakaan digital yang diintegrasikan akan membentuk quasi-operational dari
perpustakaan digital.
- Proses pelaksanaan perencanaan yang sudah dirancang.

31

Kompetensi Perpustakaan Dan Pustakawan Dalam


implementasi teknologi Informasi Di Perpustakaan
Artikel
Oleh

Hendro

Wicaksono

Sumber : Visi Pustaka, Vol.6 No.2 - Desember 2004, http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id=47


Artikel

Bentuk perpustakaan ideal akan selalu berubah dari masa ke masa. Dulu indikator perpustakaan ideal
adalah jumlah koleksi yang banyak dan ukuran gedung yang besar. Untuk sekarang indikator
perpustakaan ideal sudah berubah jauh karena perpustakaan harus mampu memenuhi kebutuhan
pembelajaran pemakainya, termasuk pemenuhan kebutuhan informasi, rekreasi, pendidikan, penelitian,
interaksi dengan orang lain, fasilitas untuk berbagi pengetahuan dan kebutuhan untuk melakukan inovasi
dan kreativitas. Perpustakaan dituntut untuk mampu mengikuti perubahan sosial pemakainya, termasuk,
mengubah karakter sosial pemakainya, termasuk dalam kebutuhan informasi dan berinteraksi dengan
orang lain.
Kompetensi perpustakaan meliputi
1. Infrastruktur teknologi informasi
2. content
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
4. Pemakai
Kompetesi Pustakawan meliputi :
a.skill manajemen informasi
b. Skill interpersonal
c. Skill Teknologi Informasi
d. Skill manajemen.
Pendahuluan
Tak bisa dipungkiri lagi, bahwa perkembangan teknologi informasi (selanjutnya disebut TI) mengalami
kemajuan sangat pesat. Semua bidang kehidupan hampir tidak ada yang tidak mendapat sentuhan

32

"keajaiban" TI. Para futuristic pun berlomba membuat ramalan. Ada yang meramalkan bahwa konsumsi
kertas di perkantoran akan semakin sedikit (paperless) dan ada juga sosiolog yang meramalkan
hubungan antarmanusia akan semakin renggang karena makin tingginya interaksi antara manusia
dengan komputer.
Fakta yang kemudian terjadi, World Wide Web ternyata masih belum dapat menggantikan media
cetak. Penggunaan kertas justru semakin meningkat karena sebagian besar orang mencetak terlebih
dulu artikel yang hendak dibaca. Industri majalah tercetak, bahkan semakin subur. Dunia Digital ternyata
juga belum mampu membuat manusia menjadi mesin-mesin mekanis. Yang terjadi justru sebaliknya.
Makin banyak terbentuk komunitas pembelajar dengan minat yang sama yang saling berbagi
pengetahuan melalui media elektronik seperti mailing list dan chat room.
Sebuah riset dari The Pew Internet & American Life Project mendapati bahwa 26 juta warga Amerika
menggunakan email untuk meningkatkan intensitas berkomunikasi dengan anggota keluarga yang
tinggalnya berjauhan. "Banyak orang yang hampir melupakan arti persahabatan tiba-tiba menjadi intim
kembali dengan "email", kata Adam Gopnik dalam artikelnya The New Yorker.
Di sisi lain, akses untuk mendapatkan informasi semakin mudah, sehingga muncul buzzword baru
seperti "ledakan informasi" (information explosion), walaupun sebagian orang mengatakan bahwa yang
terjadi bukanlah ledakan informasi, melainkan hanya ledakan bahan non-informatif atau sesuatu yang
tidak memberikan informasi apa-apa (stuff that simply doesn't inform). Ketersediaan informasi saja tidak
cukup. Web tidak akan memecahkan masalah yang dihadapi manusia, kecuali manusia yang terus
belajar yang mampu memanfaatkan informasi dan memecahkan masalahnya sendiri.
Berpijak pada kenyataan itu, banyak pengamat menggarisbawahi pentingnya pembelajaran bagi tiap
orang mengenai bagaimana cara memanfaatkan informasi. Tujuan pemanfaatan TI bukanlah hanya
kemudahan dalam temu kembali informasi, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana menciptakan
lingkungan pembelajaran (learning environment) dan membuat manusia yang terlibat di dalamnya
menjadi manusia-manusia pembelajar seumur hidup (long-life learners). Maka kemudian mulai populer
konsep-konsep seperti knowledge management di samping konsep information management yang telah
muncul lebih dulu.
Bertolak dari konsep ini, penulis mencoba membahas kompetensi pustakawan dan perpustakaan
dalam hubungannya dengan pemanfaatan TI di perpustakaan dalam rangka perubahan fungsi
perpustakaan dari sebuah pusat informasi menjadi suatu lingkungan pembelajaran bagi pemakai.
Manajemen Informasi dan Manajemen Pengetahuan.
Pembahasan tentang kompetensi perpustakaan dan pustakawan di era kemajuan TI, harus dimulai
dengan pemahaman yang sama tentang istilah manajemen informasi (selanjutnya disebut MI) dan
manajemen pengetahuan (MP). Kesamaan pemahaman diperlukan, karena dalam kedua domain inilah
kompetensi-kompetensi utama perpustakaan dan pustakawan ada.
Untuk mulai membahas MI dan MP, maka dimulai dengan terlebih dulu membahas perbedaan antara apa
yang dimaksud dengan Informasi (information) dan pengetahuan (knowledge).
F.N. Teskey, seperti di kutip oleh Pendit (1992) memberikan model:
Data ---> Informasi ---> Pengetahuan
Data merupakan hasil pengamatan langsung terhadap suatu kejadian atau suatu keadaan; yang
merupakan entitas dilengkapi dengan nilai tertentu.
Informasi merupakan kumpulan data yang terstruktur untuk memperlihatkan adanya hubungan antar
entitas
Pengetahuan merupakan model yang diguanakan manusia untuk memahami dunia, dan yang dapat
diubah-ubah oleh informasi yang diterima pikiran manusia.
Model yang hampir sama juga diusung oleh Powell (2003). Menurut Powell, data adalah kumpulan fakta
kuantitatif yang terstruktur (structured collection of quantitative facts) atau fakta yang mengandung arti
(data or facts with meaning) sedangkan pengetahuan merupakan hasil atau keluaran atau nilai dari
informasi (producing significance of value from information).
Model lain serupa juga dikemukakan oleh Nathan Shedroff, seperti dikutip oleh Wurman (2001). Shedroff
menambahkan satu lagi tahap sesudah pengetahuan, yaitu kebijakan (wisdom).
Data ---> Informasi ---> Pengetahuan ---> Kebijakan
Menurut penulis, model Data ---> Informasi ---> Pengetahuan (kita namakan saja DIP) di atas mempunyai
beberapa kelemahan.
Pertama, dalam model di atas, data dianggap sesuatu yang bebas nilai. Artinya, interpretasi proses
pengambilan (capture) suatu fakta menjadi data, tidak mengandung muatan apa-apa sampai ia
diinterpretasikan menjadi informasi. Bagi para sosiolog aliran konstruksionis, definisi data seperti di atas
tidak tepat. Mereka berpandangan bahwa, fakta tidak terbentuk secara ilmiah, tetapi merupakan sesuatu
yang dibentuk atau dikonstruksi. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu
fakta, tergantung pada pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau social
tertentu hal itu berarti sudah ada proses interpretasi manusia melalui pengetahuan sebelumnya dalam
mengumpulkan data (Eriyanto, 2002).
Kedua, Model di atas tidak memberikan batasan yang jelas tentang kapan sesuatu itu dianggap

33

informasi, kapan sesuatu itu bias dianggap pengetahuan. Kalau kita mendapat pesan bahwa Air yang
dipanaskan pada suhu mendidih 100 derajat celcius bisa mematikan kuman, dan bila kuman tersebut
mati maka penyakit kolera akan sulit berkembang, tidak dapat dipastikan apakah pesan tersebut
merupakan informasi atau pengetahuan? Batasannya sangat tidak jelas.
Dengan alasan di atas penulis menawarkan model lain dalam membedakan antara informasi dan
pengetahuan, yaitu :
1. Informasi adalah sesuatu yang kita bagi melalui beragam media komunikasi (Information is something
that we share).
2. Pengetahuan adalah sesuatu yang masih ada di dalam pikiran kita (knowledge is something that is still
in our mind)
3. Informasi sama dengan pengetahuan yang dibagi atau telah dikomunikasikan melalui berbagai media
(Information is share knowledge)
Dengan pembedaan yang lebih jelas antara informasi dan pengetahuan, maka selanjutnya dapat
didefinisikan MI dan MP.
Manajemen informasi adalah teknik pengaturan atau organisasi agar informasi (share knowledge) mudah
dicari dan digunakan kembali oleh pemakai. Yang termasuk dalam proses manajemen informasi antara
lain : pengumpulan informasi, pengolahan informasi, kemas ulang informasi, temu kembali informasi.
Manajemen pengetahuan adalah teknik membangun suatu lingkungan pembelajaran, dimana orangorang di dalamnya mau terus belajar, memanfaatkan informasi yang ada, serta pada akhirnya mau
berbagi pengetahuan baru yang didapat. Yang termasuk dalam proses manajemen pengetahuan antara
lain: pembelajaran (individu, organisasi, kolaborasi) dan berbagi (sharing) pengetahuan.
Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan
Bentuk perpustakaan ideal akan selalu berubah dari masa ke masa. Dulu indikator perpustakaan ideal
adalah jumlah koleksi dan ukuran gedung. Sekarang indikator perpustakaan ideal sudah berubah menjadi
sejauh apa perpustakaan mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran komunitas pemakainya. Termasuk
di pemenuhan kebutuhan informasi, rekreasi, pendidikan, penelitian, interaksi dengan orang lain, fasilitas
untuk berbagi pengetahuan dan kebutuhan untuk melakukan inovasi dan kreativitas. Selama ini
perpustakaan terlalu berkonsentrasi pada manajemen informasi, padahal tuntutan pemakai adalah agar
perpustakaan berubah menjadi pusat pembelajaran komunitas pemakainya.
Perpustakaan saat ini dituntut untuk mampu berubah mengikuti perubahan sosial pemakainya.
Perkembangan TI telah banyak mengubah karakter sosial pemakainya, termasuk perubahan dalam
kebutuhan informasi, dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam berkompetisi dan lain-lain. Di banyak
institusi bisnis, para profesional informasi mulai dituntut untuk mampu mengikuti perubahan lingkungan
bisnis dan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis
Kebutuhan pembelajaran juga tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang selalu bersifat serius. Membaca
komik pun bisa dianggap sebagai suatu pembelajaran. Pada akhirnya semua itu berujung pada tuntutan
pemakai agar perpustakaan tidak hanya sekedar merupakan tempat mencari buku atau membaca
majalah, tetapi menjadi semacam one stop station, yaitu lingkungan tempat :
berinteraksi dengan orang lain,
mencari informasi yang dibutuhkan,
berbagi pengetahuan,
merasa termotivasi untuk melakukan inovasi dan kreatifitas.
1. Kompetensi Perpustakaan
a) Infrastruktur Teknologi Informasi
Pemanfaatan TI saat ini telah menjadi keharusan di hampir setiap perpustakaan. TI membantu
perpustakaan memperbaiki kualitas dan jenis layanan. Minimal saat ini sebuah perpustakaan setidaknya
harus memiliki :
Jaringan lokal (Local Area Network) berbasis TCP/IP. Keuntungan TCP/IP adalah banyaknya aplikasi
(misalnya: WWW) yang berjalan pada infrastruktur tersebut.
Akses ke internet, minimal pustakawan bisa mendapatkan fasilitas internet agar mudah dalam
mendapatkan informasi secara cepat dan tepat.
Komputer bagi pustakawan dan pemakai, dengan menyediakan server yang akan melayani pemakai
serta komputer untuk mempercepat kebutuhan mendapatkan informasi dan koleksi yang dimiliki
perpustakaan
b) Content
Yang dimaksud dengan content adalah semua dokumen, aplikasi dan layanan yang akan kita sajikan
kepada pemakai perpustakaan.
Yang termasuk dalam dokumen seperti buku, majalah, jurnal, prospectus, laporan keuangan dan
berbagai bentuk media lain, baik tercetak maupun elektronik, termasuk juga artefak 3 (tiga) dimensi
seperti patung.
Aplikasi adalah sistem (biasanya menggunakan komputer) yang dibuat dengan tujuan tertentu, misalnya :
aplikasi administrasi perpustakaan, aplikasi untuk menyimpan artikel yang di download dari internet,
aplikasi administrasi majalah dan aplikasi perpustakaan digital.
Layanan adalah jenis produk atau jualannya perpustakaan. Misalnya layanan peminjaman buku,
silang layan antar perpustakaan dan lain-lain.

34

Dalam hal ini yang perlu diperhatian adalah perpustakaan jangan lagi hanya terfokus ke penyediaan
content manajemen informasi. Contohnya Buku (dokumen), aplikasi arsip artikel elektronik dan layanan
peminjaman buku. Sekarang pun mulai di garap secara serius berupa content manajemen pengetahuan
yang berbentuk dokumen kemas ulang dengan nilai tambah sehingga pemakai mudah dalam
pengambilan keputusan yang spesifik (dokumen), aplikasi WIKI yang memungkinkan orang bekerja
secara kolaborasi dalam penulisan (aplikasi) dan layanan asistensi dalam melakukan riset (layanan).
c) Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM merupakan faktor penting bagi perpustakaan dalam memberikan layanan berbasis TI. Detail
kompetensi yang penting seorang pustakawan akan di bahas dalam sub-bab kompetensi Pustakawan.
d) Pemakai
Perpustakaan pun butuh pemakai. Percuma saja jika semua layanan dibuat bila tidak ada yang
menggunakan. Seperti layaknya institusi bisnis, perpustakaan pun harus punya profil pemakai
potensialnya. Siapa target pemakai? Bagaimana image perpustakaan di mata mereka? Bagaimana
positioning perpustakaan selama ini? Apa saja kebutuhan mereka? Bagaimana pola pembelajarannya?
Survei pemakai semacam segmentasi psikografis bisa membantu perpustakaan melihat pola
pembelajaran pemakai potensialnya berdasarkan nilai dan gaya hidup yang dianut (VALS/Value And Life
Style)
Dengan pengetahuan yang mendalam tentang pemakai, maka perpustakaan bisa melakukan aktifitas
promosi dan memberikan layanan yang tepat bagi pemakai.
2) Kompetensi Pustakawan
a. Skill Manajemen Informasi
Yang termasuk dalam Skill manajemen Informasi :
1. Mencari Informasi. Proses mencari informasi terbagi lagi dalam :
Mendefinisikan kebutuhan informasi, yaitu : mengidentifikaskan kebutuhan pemakai, mengenali
beragam jenis penggunaan informasi oleh pemakai, menempatkan informasi yang dibutuhkan dalam
suatu kerangka referensi (who, what, when, where, how, why) menghubungkan infrmasi yang dibutuhkan
dengan domain pengetahuan dan mendefinisikan masalah informasi yang menggunakan beragam skill
Tanya jawab.
Melakukan penelusuran, yaitu mempunyai skill dasar penelusuran informasi, kemampuan navigasi
system dan sumber daya elektronis dan pengetahuan dasar tentang beragam sumber informasi yang
tidak tersedia bentuk elektronis seperti bentuk cetak, orang (people and colleggeues) dan lain-lain.
Mengetahui sumber-sumber informasi baik eksternal maupun internal dan sumber mana saja yang dapat
dipercaya dan diandalkan untuk memberikan nilai tambah.
Memformulasikan strategi penelusuran. Mensyaratkan pengetahuan yang mendasar dan komprehensif
yang sumberdaya informasi yang tepat termasuk strukturnya. Skill tentang suatu subjek juga perlu.
Kemampuan lain yang dibutuhkan: mampu mendiskusikan ide-ide untuk mencari berbagai masukan,
memilih alat penelusuran, mengidentifikasi kata kunci, konsep, tajuk subjek, deskriptor dan
mengidentifikasi kriteria untuk mengevaluasi sumber informasi.
2. Menggunakan Informasi. Proses menggunakan informasi terbagi dalam :
Evaluasi Informasi yang didapat, yaitu : menentukan nilai otoritatif, kebaruan dan kehandalan, relevansi
dan kualitas.
Menilai informasi yang didapat, yaitu melihat secara cepat ide utama dan kata kunci, membedakan
antara fakta, opini, propaganda, sudut pandang dan bias,dan melihat kesalahan logika. Akan lebih baik
bila pustakawan juga memiliki skill dalam framing analysis yang akan sangat bergunakan melihat
beragam sudut pandang media.
Meng-integrasikan informasi dari berbagai sumber, Yaitu : klasifikasi informasi, mengenali hubungan
antar konsep, meng-identifikasi konflik dan kesamaan berbagai sumber.
Memilah informasi, yaitu : kemampuan memilah dan membuang informasi yang dianggap tidak perlu
Interpretasi informasi, yaitu : meringkas dan melakukan identifikasi detail informasi yang relevan,
organisasi dan analisa informasi, membandingkan dengan sumber permasalahan yang ingin dipecahkan
dan mengambarkan suatu kesimpulan atau konklusi.
3. Membuat dan menciptakan informasi. Output dari pembuatan informasi adalah produk yang bisa
membantu pemakai dalam mengambil keputusan. Format yang digunakan bisa beragam tergantung
preferensi pemakai. Dalam membuat informasi, skill yang penting adalah : kemas ulang informasi
(Information Repackaging). Dalam melakukan kemas ulang informasi, hal-hal penting yang harus
diperhatikan :
Menentukan tujuan kemas ulang informasi,
Menentukan isi yang dianggap penting (key content),
Memilih format yang tepat (tertulis, lisan, visual) tergantung audiens dan tujuan,
Mengerti implikasi legal dari suatu proses kemas ulang informasi,
Menyediakan panduan, dokumentasi dan referensi

35

4. Organisasi Informasi. Salah satu misi pustakawan adalah pemakai memanfaatkan informasi. Beberapa
skill yang membantu pustakawan agar pemakai mudah dalam mencari dan menggunakan informasi
adalah :
Membuat abstrak (abstracting). Kemampuan untuk menulis ringkasan sesuatu yang membuat pembaca
bisa menangkap dengan jelas relevansi dan pentingnya informasi yang ingin disampaikan
Menyusun indeks (indexing). Menggunakan system klasifikasi atau taksonomi (tesaurus, tajuk subjek)
yang ada.
Melakukan retensi, review termasuk pemberian informasi versi (versioning system)
5. Penyebaran informasi, yaitu :
Kemampuan menyampaikan dan mempromosikan (marketing) ide-ide secara jelas dalam berbagai
bentuk (tertulis, oral, presentasi).
Mendengar dan mengevaluasi opini dan informasi dari orang lain.
Menggunakan perangkat TI yang punya unsur interaktifitas tinggi seperti Portal yang memudahkan
berbagi informasi.
Memfasilitasi berbagai bentuk forum berbagi informasi (sharing knowledge forum) antar pemakai
b) Skill interpersonal
Yaitu bagi pustakawan yang berguna dalam berkomunikasi dengan pemakai dan sesama rekan kerja :
1. Kemampuan berkomunikasi dengan efektif dan bisa mempengaruhi orang lain. Mampu memberikan
presentasi dengan jelas, komunikasi tertulis, dengan ejaan struktur dan isi yang jelas. Berkomunikasi
dengan interaktif dan mampu memberikan pandangan dari beragam perspektif.
2. Kemampuan mendengar. Mampu mendengar dan mendiskusikan pendapat orang lain dari beragam
sudut pandang dan bisa mendapatkan ide dari pendapat orang lain. Serta mampu memberikan komentar
yang konstruktif.
3. Kemampuan memberikan umpan balik yang baik beragam situasi yang dihadapi orang lain.
4. Kemampuan merespon mengatasi konflik dengan memberikan respon yang tepat dalam beragam
situasi. Bisa memberikan alasan bila tidak setuju terhadap sesuatu, memahami posisi dan kepentingan
dalam sebuah konflik dan bisa menghasilkan win-win solutions
5. Kemampuan menggunakan mekanisme komunikasi formal dan informal dalam menjaga hubungan
baik dengan sesama staf maupun pemakai perpustakaan seperti membuat focus group discussion,
quesioner dan analisa komplain.
6. Mampu membangun tim dan memotivasi orang lain, seperti menghargai kontribusi individu
7. kemampuan untuk belajar mandiri (self learning skill)
8. Kemampuan berinisiatif tanpa harus di suruh (self initiation)
9. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim
10. Cerdas dan mampu melakukan sesuatu terfokus
11. Memiliki jiwa entrepreneurship
c) Skill Teknologi Informasi
Kemampuan untuk menggunakan berbagai perangkat Teknologi Informasi untuk membantu semua
proses kerja. Beberapa skill TI yang diperlukan :
1. Desain dan Manajemen database
2. Data warehousing
3. Penerbitan elektronik
4. Pengelolaan Hardware
5. Arsitektur informasi
6. Sumber informasi elektronik
7. Integrasi Informasi
8. Desain intranet dan ekstranet
9. Aplikasi perangkat lunak
10. Pemrograman
11. Alur kerja
12. Text processing
13. Metadata
14. Perangkat lunak untuk manajemen informasi (information management tools)
d) Skill Manajemen
1. Administrasi. Mampu membuat system administrasi yang baik bagi berbagai kegiatan yang (akan)
dilakukan
2. Memahami proses kegiatan sebuah perpustakaan dan kegiatan lain yang terkait.
3. Manajemen Perubahan. Mampu mengatur berbagai kemungkinan yang bisa timbul dari suatu
perubahan.
4. melakukan koordinasi dengan bagian lain yang terkait.
5. Kepemimpinan. Mempunyai karakter kepemimpinan yang menonjol
6. Pengukuran. Mampu melakukan pengukuran terhadap kinerja dan dampaknya terhadap layanan
perpustakaan.
7. Manajemen sumberdaya manusia

36

8. Manajemen proyek. Mampu memimpin dan mengatur sebuah proyek.


9. Relationship Management. Mampu menjaga hubungan baik dengan sesama pustakawan dan
pemakai.
10. Team Building. Mampu membangun tim kerja yang kompak dan bisa mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
11. Manajemen Waktu
12. Pelatihan dan pengembangan. Mampu menganalisis skill yang dibutuhkan dan memberikan pelatihan
yang diperlukan.
13. Mampu melakukan perencanaan-perencanaan strategis dan implementasinya.
Daftar Pustaka
Abel, Angela; Oxbrow Nigel. Competing With Knowledge: The Informasition Professional in the Kowledge
Management, London: Library Association Publishing, 2001
Eriyanto. Analisis Framing. Yogyakarta: LkiS, 2002
Pendit, Putu Laxman. Makna Informasi: Lanjutan dari Sebuah Perdebatan Kepustakawanan Indonesia :
Potensi dan Tantangan, Jakarta: Kesaint Blanc, 1992
Powell, Mike. Information Management for Development Organizations. Oxford : Oxfam BG, 2003
Rosenfelde, Louis; Peter Morville. Information Architecture for the World Wide Web, Cambridge: Oreilly,
2002
Sudarsono, Blasius. Pendekatan Untuk Memahami Kepustakawanan. Kepustakawanan Indonesia :
Potensi dan Tantangan. Jakarta : Kesaint Blanc, 1992
Wicaksono, Hendro. Segmentasi Psikografis Pemakai Perpustakaan X. Makalah Seminar. Pra Skripsi.
Tidak diterbitkan, 1996
Wurman, Richard Saul. Information Anxiety 2, Indiana, Que, 2001
Zultanawar. Pustakawan dan Penelitian di Bidang Perpustakaan. Kepustakawanan Indonesia : Potensi
dan Tantangan, Jakarta, Kesaint Blanc, 1992

Pedoman Pengelolaan Perpustakaan Sekolah


Sep 19
Posted by kangbudhi

23 Votes

37

KATA PENGANTAR
Kita semua menyadari bahwa kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada kualitas
sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang
berkualitas tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan. Kegiatan memajukan pendidikan diIndonesia
telah dilakukan antara lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undangundang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 1
menyebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah adalah
perpustakaan. Perpustakaan sekolah dewasa ini bukan hanya merupakan unit kerja yang
menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid, tapi juga
merupakan bagian yang integral pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah
harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan mengadakan bahan bacaan bermutu yang
sesuai kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan
penunjang lain, misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah.
Dengan membanjirnya informasi dalam skala global, perpustakaan sekolah diharapkan
tidak hanya menyediakan buku bacaan saja namun juga perlu menyediakan sumber informasi
lainnya, seperti bahan audio-visual dan multimedia, serta akses informasi ke internet. Akses ke
internet ini diperlukan untuk menambah dan melengkapi pengetahuan anak dari sumber lain
yang tidak dimiliki oleh perpustakaan di sekolah. Menyikapi hal ini pustakawan sekolah dan
guru perlu mengajarkan kepada murid untuk dapat mengenali jenis informasi apa saja yang
diperlukan dan menelusurinya melalui sumber informasi tersebut di atas. Untuk itu diperlukan
program pengetahuan tentang literasi informasi di sekolah. Dengan mengikuti program semacam
itu murid diarahkan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah melalui informasi yang
diperolehnya. Kemampuan ini juga kelak akan bermanfaat di kemudian hari dalam meniti
perjalanan kariernya.
Sejalan dengan keinginan untuk mewujudkan sebuah perpustakaan sekolah sebagaimana
disebutkan di atas, tentu harus ada kerja sama dan sinergi, termasuk apresiasi, terhadap
perpustakaan di antara para pustakawan sekolah, guru, kepala sekolah serta komite sekolah.
Dalam menjembatani upaya ini International Federation of Library Association (IFLA), sebuah
asosiasi perpustakaan tingkat dunia, telah menyusun sebuah panduan untuk digunakan oleh
38

berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengembangan perpustakaan sekolah, termasuk di


dalamnya lembaga pemerintah dan swasta, kementerian, perusahaan, LSM dan
pemerhatipendidikan
Perpustakaan Nasional RI dan Departemen Pendidikan Nasional merupakan lembaga
pemerintah di negeri ini yang berkepentingan dalam pengembangan perpustakaan sekolah di
Indonesia. Pada tahun 2006 kedua institusi ini saling bekerja sama untuk menterjemahkan,
menerbitkan dan menyebarluaskan panduan IFLA tersebut. Selain dalam bentuk cetakan,
panduan ini sudah dapat dibaca melalui website Perpustakaan Nasional RI (www.pnri.go.id),
Departemen Pendidikan Nasional (www.jardiknas.org), dan IFLA (www.ifla.org).
Atas upaya ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Pendidikan
Nasional dan kepada tim penterjemah yaitu Hernandono MLS., MA, Prof. Dr. Sulistyo Basuki
dan Dra. Lucya Dhamayanti, MHum. sertasemua pihak yang telah membantu dalam mengolah
panduan ini. Harapan kami adalah melalui panduan ini akan mewujudkan pandangan yang sama
dalam usaha pengembangan perpustakaan, khususnya perpustakaan sekolah, di Indonesia.
Jakarta, Desember 2006
Kepala Perpustakaan Nasional RI,

Dady P. Rachmananta
PENDAHULUAN
Manifesto Perpustakaan Sekolah: perpustakaan sekolah dalam pendidikan dan tenaga
pendidikan untuk semua,diterbitkan IFLA/UNESCO pada tahun 2000. Terbitan tersebut diterima
dengan baik di seluruh dunia dan diterjemahkan kedalambanyak bahasa. Terjemahan baru terus
bermunculan dan para pustakawan di seluruh dunia menggunakan Manifesto tersebut untuk
meningkatkan peran perpustakaan sekolah di daerah dan negara masing-masing.
Manifesto tersebut menyatakan:
Setiap Pemerintah melalui kementerian yang bertanggung jawabatasbidang pendidikan
harus mengembangkan strategi, kebijakan dan perencanaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
prinsip-prinsip Manifesto ini.
Panduan ini disusun agar para pengambil kebijakan di tingkat nasional dan lokal di seluruh dunia
mengetahui dan memberikan dukungan serta bimbingan dan bimbingankepada komunitas
perpustakaan. Panduan ini juga ditulis guna membantu sekolah-sekolah agar dapat menerapkan
prinsip yang dinyatakan dalam manifesto ini.
Penulisan naskahpanduan tersebutmelibatkan banyak orang di banyak negara dengan
latar belakang situasiyang berbeda-bedaserta mencoba memenuhi kebutuhansemua jenissekolah.
Panduan ini harus dibaca dan digunakan dalam konteks setempat. Berbagai lokakarya telah
diselenggarakan selama konferensi IFLA; berbagai pertemuan dan diskusi di antara para pakar
perpustakaan telah berlangsung baik melalui tatap muka maupun lewat surat elektronik (email).
Panduan ini merupakan hasil sejumlah perdebatandan konsultasi.
Untuk itu, para editorpanduan ini mengucapkan terima kasih. Di samping itu, para penyusun juga
menyampaikan penghargaan untuk peranserta panitia pengarah seksi perpustakaan sekolah dan
pusat sumberdaya, serta berbagai panduan yang berasal dari berbagai negara yang telah
disampaikan ke IFLA/UNESCO, khususnya Panduan Perpustakaan Umum yang diterbitkan
IFLA pada tahun 2001.
39

Seksi tersebut juga telah menerbitkan Perpustakaan Sekolah Dewasa ini dan Masa
Mendatang pada tahun 2002. Penyusun berharap bahwa manifesto, visi dan panduan ini, secara
bersama-sama akan menjadi dasar berdirinya perpustakaan sekolah yang unggul di manapun
berada.
Tove Pemmer Saetre
dan Glenys Willars
2002
BAB1.MISIDANKEBIJAKAN
Perpustakaan sekolah dalam pendidikan dan pembelajaran untuk semua.
1.1Misi
Perpustakaan sekolah menyediakaninformasi dan ide yang merupakan fondasi agar
berfungsi secara baik di dalam masyarakat masa kini yang berbasis informasi dan pengetahuan.
Perpustakaan sekolah merupakan sarana bagi para murid agar terampil belajar sepanjang hayat
dan mampu mengembangkan daya pikir agarmereka dapat hidup sebagai warga negara yang
bertanggung jawab.
1.2Kebijakan
Perpustakaan sekolah hendaknyadikelola dalamkerangka kerja kebijakan yang tersusun
secara jelas. Kebijakan perpustakaan sekolah disusun denganmempertimbangkanberbagai
kebijakan dan kebutuhan sekolah yang menyeluruh, serta mencerminkan etos, tujuan dan sasaran
maupun kenyataansekolah.
Kebijakan tersebutmenentukan kapan, di mana, untuk siapa dan oleh siapa potensi
maksimal akan dilaksanakan. Kebijakan perpustakaan akan dapat dilaksanakan bila komunitas
sekolahmendukung dan memberikan sumbanganpada maksud dan tujuan yang ditetapkan di
dalam kebijakan. Karena itu, kebijakan tersebut harus tertulis dengan sebanyak mungkin
keterlibatan yang berjalan secara dinamis, melalui banyakkonsultasiyang dapat diterangkan,serta
hendaknyadisebarkan seluas mungkin melalui media cetak.
Dengan demikian, filosofi, ide, konsep dan maksud untuk pelaksanaan dan
pengembangannya akan makin jelas serta dimengerti dan diterima, sehingga hal itu dapat segera
dikerjakan secara efektif dan penuh semangat. Kebijakan tersebut harus komprehensif serta dapat
dilaksanakan.Kebijakan perpustakaan sekolah tidak boleh ditulis oleh pustakawan sekolah
sendirian, tetapi harus melibatkan para guru dan manajemen senior. Konsep kebijakan harus
dikonsultasikan secara luas di sekolah danmendapat dukungan melalui diskusi terbuka yang
mendalam. Dokumen dan rencana kerja berikutnya akanmenjelaskan peranan perpustakaan
dalamhubungannya dengan
berbagai aspek berikut:
kurikulum sekolah
metode pembelajaran di sekolah
memenuhi standar dan kriteria nasional dan lokal
kebutuhan pengembangan pribadidan pembelajaranmurid dan
40

kebutuhan tenaga pendidikan bagi staf


meningkatkanaraskeberhasilan.
Komponen yang memberikan sumbangan ikut ambil bagian dalam perpustakaan sekolah yang
dikelola dengan baik dan efektifsecara maksimal adalahsebagai berikut:
anggaran dan pendanaan
tempat/lokasi
sumberdaya
organisasi
ketenagaan
penggunaan perpustakaan
promosi.
Semua komponen tersebut di atas adalah penting di dalam kerangka kerja kebijakan dan

rencana kegiatanyang realistis. Aspek tersebut akan dibahas di dalam dokumen ini. Rencana
kegiatan harus mencakup strategi, tugas, sasaran, pemantauan dan evaluasi secara rutin.
Kebijakan dan rencana merupakan dokumen aktif yang harus selalu ditinjau ulang.

1.3Pemantauan dan Evaluasi


Dalam prosesmencapai tujuan perpustakaan sekolah, pihak manajemen harus secara kontinyu
memantau kinerja layanan untuk menjamin bahwa strategiyang digunakan mampu mencapai berbagai

sasaran yang telah ditentukan. Kegiatan pembuatan berbagai statistik harus dilakukan secara
berkala guna mengetahui arah perkembangan. Evaluasitahunan hendaknya mencakup semua
bidang kegiatan yang dimuat dalam dokumenperencanaan dan meliputi butir berikut:
apakah kinerja layananmencapai sasaran dan memenuhi tujuan yang ditentukan perpustakaan,
kurikulum dan sekolah
apakah kinerja layanan memenuhi kebutuhan komunitas sekolah
apakah kinerjamampu memenuhi kebutuhan yang berubah
apakah sumberdaya layanan kinerjatercukupi
dan apakah pembiayaan layanan kinerjaefektif. biaya
ndikatorkinerjautamaberikut inimerupakan alat yang berguna untuk memantau dan
mengevaluasi pencapaian tujuan perpustakaan:
Indikator penggunaan:
pinjaman per anggota komunitas sekolah (dinyatakan per murid dan per tenaga pendidik )
jumlah kunjungan perpustakaan per anggota komunitassekolah (dinyatakan per murid dan per
tenaga pendidik)

41

peminjamanper butiran materi perpustakaaan (yaitu perputaran koleksi)


pinjamanper jam buka perpustakaan (selama jam sekolah dan setelah jam sekolah berakhir)
pertanyaan referens yang diajukansetiapanggota komunitas sekolah (dinyatakan per murid dan
per tenaga pendidik)
penggunaan komputer dan sumber informasi terpasang.
Indikator sumberdaya:
jumlah buku yang tersedia untuk setiap anggota komunitas sekolah
ketersediaan terminal/komputer mejauntuk setiap anggota komunitas sekolah
ketersediaan akses terpasang komputer untuk setiap anggota komunitas sekolah
Indikator sumber daya manusia:
nisbah antara staf ekuivalentenaga penuh-waktu dengananggota komunitas sekolah
nisbah antara staf ekuivalentenaga penuh-waktu dengan penggunaan perpustakaan
Indikator kualitatif:
survei kepuasan pengguna
kelompokfokus (focus groups)
kegiatan konsultasi
Indikator biaya:
biaya per unit untuk berbagai fungsi, layanan dan kegiatan
biayastafperfungsi (contoh, peminjaman buku)
jumlah biaya perpustakaanuntuk setiap anggotamasyarakatsekolah
jumlah biaya perpustakaan yang dinyatakan dalam prosentase dari jumlah anggaransekolah
biaya media yang dinyatakan dalam prosentasejumlah anggaran sekolah
Indikator perbandingan:
Tolok ukur data statistik dibandingkan dengan layanan perpustakaan yang relevanserta
terbandingkan di sekolah lain dengan besaran dan karakteristik yang sama.

BAB2.SUMBERDAYA
Perpustakaan sekolah harus memperoleh dana yang mencukupi dan berlanjut untuk
tenaga yang terlatih,materi perpustakaan, teknologidan fasilitasserta aksesnya harus bebas biaya

2.1Pendanaan dan Anggaran Perpustakaan Sekolah


42

Untuk menjamin agar perpustakaan memperoleh bagian yang adil dari anggaran sekolah ,
butir berikut penting artinya:
memahamiproses penganggaran sekolah
menyadari jadwal siklus anggaran
mengenal siapa yang menjadi tenaga penting
memastikanbahwa segala kebutuhan perpustakaan teridentifikasi.
Dalam merencanankan anggaran komponenrencana anggaran berikut mencakup:
biaya pengadaan sumberdaya baru (misalnya, buku, terbitan berkala/majalah dan bahan
terekam/tidak tercetak); biaya keperluan promosi (misalnya, poster)
biaya pengadaan alat tulis kantor (ATK) dan keperluan administrasi
biayaberbagai aktivitas pameran dan promosi
biaya penggunaanteknologi komunikasi dan informasi (ICT), biaya perangkat lunak dan lisensi,
jika keperluan tersebut belum termasuk di dalam biayateknologi dan komunikasi
informasiumum di sekolah.
Sebagai ketentuanumum, anggaran materialperpustakaan sekolah paling sedikit adalah
5% untuk biaya per murid dalam sistim persekolahan, tidak termasuk untuk belanja gaji dan
upah, pengeluaran pendidikan khusus,anggarantransportasi sertaperbaikan gedung dan sarana
lain.
Biaya untuk tenaga perpustakaan mungkindapat dimasukkan di dalam anggaran perpustakaan,
meskipun
di sebagian
sekolah hal itu
lebih
tepatdimasukkan
di dalam
anggaranstafumum.Hendaknyadiperhatikan bahwa pada saat menghitung biaya tenaga untuk
perpustakaan, maka pustakawan sekolah perlu dilibatkan. Jumlah uang yang tersedia untuk
ketenagaanberkaitan erat dengan isupenting, seperti berapa lama jam buka perpustakaan dapat
diselenggarakan dan standar serta bentuk layanan yang dapat diberikan. Proyek khusus dan
perkembangan lainnyaseperti kebutuhan rak baru memerlukan permintaan anggaran tersendiri.
Penggunaan anggaran harus direncanakan secara cermatuntuk keperluan setahun serta
berkaitan dengan kerangka kerja kebijakan. Laporan tahunan hebdaknya dapat memberikan
gambaran bagaimanaanggaran telah digunakan serta kejelasan apakah jumlah uang yang
digunakan untuk perpustakaan telah mencukupi untuk tugas perpustakaan sertamencapai
sasarankebijakan.
Pustakawan sekolah harus mengetahui secara jelas pentingnya anggaran yang cukup untuk

perpustakaan, dan perlu menyampaikan ke manajemen senior karena perpustakaan melayani


seluruh komunitas sekolah. Untuk meningkatkan anggaran perpustakaan sekolah, berikut ini
perlu menjadi bahan pertimbangan:
besarantenaga perpustakaan sekolah dan koleksi perpustakaan dapat dijadikan tolok ukur
pencapaian akademik
murid yangmencapainilai lebih tinggi dari standar ujian pada umumnya berasal dari sekolah
yang mempunyai tenaga perpustakaan, buku dan terbitan berkala/majalah dan bahan
pandang-dengar yang lebih banyak dibandingkan sekolah lainnya, tanpa
memandangfaktor lain seperti faktorekonomi.

43

2.2 Lokasi dan Ruang


Peran pendidikan yang kuat dari perpustakaan sekolah harus tercermin pada fasilitas,
perabotan dan peralatannya. Fungsi dan penggunaan perpustakaansekolahmerupakan factor
penting untuk diperhatikan takalamerencanakan gedung sekolah barudan mereorganisasigedung
sekolah yang sudah ada. Kendati tidak ada ukuran universal untuk fasilitasperpustakaan sekolah,
namun merupakan sesuatu yang bermanfaat danmembantu jika kita memiliki formula sebagai
dasar dalam menghitung perencanaan, agar setiap perpustakaan yang baru didisain memenuhi
kebutuhan sekolah dengan cara palingefektif. Pertimbangan berikut ini perlu disertakandalam
proses perencanaan:
lokasi terpusat atau sentral,bimana mungkindi lantai dasar
akses dan kedekatan,dekat semua kawasan pengajaran
faktor kebisingan, paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa bagian yang bebas dari
kebisingan dariluar
pencahayaanyang baik dan cukup, baik lewat jendela maupun lampu penerangan
suhu ruangan yang tepat (misalnya, adanya pengatur suhu ruangan ataupun ventilasi yang
mencukupi) untukmenjamin kondisi bekerja yang baik sepanjang tahun disamping
preservasikoleksi
disain yang sesuai gunamemenuhi kebutuhanpenderita cacad fisik
ukuran ruang yang cukup untuk penempatankoleksi buku,fiksi dan non-fiksi, bukusampul tebal
maupuntipis, suratkabar danmajalah, sumber non-cetak serta penyimpanannya, ruang
belajar, ruang baca, komputer meja, ruang pameran, ruang kerja tenaga dan meja
perpustakaan
fleksibitas untuk memungkinkan keserbaragaman kegiatan serta perubahan kurikulum dan
teknologipadamasa mendatang
Daftar berbagai ruangan yang berbeda-beda
ketikamerencanakanperpustakaan baru:

berikut

ini

layak

dipertimbangkan

kawasan ruang belajar dan riset untuk penempatan meja informasi, laci katalog, katalog
terpasang, meja belajar dan riset, koleksi referensi dan dasar
kawasan ruang baca informal untukbuku danmajalah yangmendorong literasi,
pembelajaransepanjang hayat, dan membaca untuk keceriaan
kawasan ruang instruksional dengan kursi yang disusun untukkelompok kecil, kelompokbesar
daninstruksional formalseluruhkelas, dinding pengajaran,dengan
kawasanteknologipengajaran danpameranyang sesuai
kawasan ruangproyekkelompok dan produksi untuk kerja fungsional danpertemuanperorangan,
kelompok maupun kelas, serta fasilitas untuk produksi media
kawasan ruang administrasi untuk meja sirkulasi, ruang kantor, kawasan untuk memproses
materimedia perpustakaan, penyimpanan peralatan pandang-dengar, dan kawasan materi
serta alat tulis kantor.

2.3Perabot dan Peralatan


44

Disain perpustakaan sekolah memainkan peran utama menyangkutbagaimana


perpustakaan melayanisekolah. Penampilan estetisperpustakaan sekolah memberikanrasa
nyaman dan merangsang komunitas sekolah untuk memanfaatkan waktunya di
perpustakaan. Perpustakaan sekolah yang dilengkapi secara tepat hendaknyamemiliki
karakteristik sebagaiberikut:
rasa aman
pencahayaanyang baik
didisain untuk mengakomodasi perabotan yangkokoh, tahan lama dan fungsional,
sertamemenuhiperyaratan ruang, aktivitas dan pengguna perpustakaan
didisain untuk menampungpersyaratan khususpopulasi sekolah dalam arti cara paling restriktif.
didisain untuk mengakomodasi perubahan padaprogram sekolah, program pengajaran , serta
perkembangan teknologi audio, video dan data yang muncul.
didisain untuk memungkinkan penggunaan,pemeliharaan serta pengamanan yang sesuai
menyangkutperabotan,peralatan, alat tulis kantor danmateri.
dirancang dan dikelolauntuk menyediakanaksesyangcepatdan tepat waktu ke aneka ragam
koleksi sumber dayayang terorganisasi.
dirancang dan dikelola sehinggasecara estetis pengguna tertarik dan kondusif dalamhiburan
serta pembelajaran, dengan panduan dan tanda-tandayang jelas dan menarik

2.4 Peralatan Elektronik dan Pandang-dengar


Perpustakaan sekolah mempunyai peran penting sebagai pintu gerbang bagi masyarakat
masa kini yang berbasis informasi. Karena alasan inilah, maka perpustakaan sekolah harus
menyediakan akses ke semuaperalatan elektronik, komputer, dan pandang-dengar. Peralatan
tersebut meliputi:
komputermeja dengan akses Internet
katalog akses publik yang di sesuaikan denganusia dan tingkat murid yang berbeda
tape-recorder
perangkat CD-ROM
alat pemindai (scanner)
perangkat video (video players)
peralatan komputer, khusus disesuaikan untuk pengguna tuna netra ataupun menderita cacad
fisik lainnnya.
Perabotan komputer hendaknyadidisain untuk anak-anak danmudah disesuaikan guna meneuhi
ukuranfisik yangberbeda.

2.4.1 Sumberdaya Materi


45

Ruang perpustakaan berstandar tinggi dan memilikisejumlah besarsumberdaya


berkualitas tinggi merupakan hal penting.Karena alasan tersebut,maka kebijakan manajemen
koleksi bersifat penting.Kebijakan ini menjelaskan maksud, ruang lingkupdan isi koleksi
termasuk akses ke sumber eksternal.

2.5 Kebijakan Manajemen Koleksi


Perpustakaan sekolah hendaknyamenyediakan akses ke sejumlah besar sumberdaya yang
memenuhikebutuhan penggunaberkaitan dengan pendidikan, informasi dan pengembangan
pribadi. Perkembangan koleksiyang terus menerus merupakan keharusan untuk
menjaminpenggguna memperoleh pilihan terhadapmateribaru secara tetap. Tenaga perpustakaan
sekolah harus bekerjasama denganadministrator dan guru agar dapat mengembangkan kebijakan
manajemenkoleksibersama. Pernyataan kebijakan semacam itu harusberdasarkan kurikulum,
kebutuhan khusus dan kepentingankomunitas sekolah, danmencerminkan keanekaragaman
masyarakat di luar sekolah. Unsurberikut hendaknyadimasukkandalam pernyataankebijakan:
Manifesto Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO Misi
Pernyataan Kebebasan Intelektual
Kebebasan Informasi
Tujuankebijakan manajemen koleksi dan kaitannya pada sekolah dan kurikulum

Program jangka pendek dan panjang

2.7Koleksi Materi Perpustakaan


Koleksisumber daya bukuyangsesuai hendaknyamenyediakansepuluh buku permurid.
Sekolah terkecil hendaknya memiliki paling sedikit 2.500 judul materi perpustakaan yang
relevan dan mutakhir agar stok buku berimbang untuk semua umur, kemampuan dan latar
belakang. Paling sedikit 60% koleksiperpustakaan terdiri dari buku nonfiksi yang berkaitan dengan
kurikulum.
Di samping itu, perpustakaan sekolah hendaknyamemiliki koleksi untuk keperluan
hiburansepertinovel populer, musik, dolanan,komputer, kaset video, disk laser video, majalah
dan poster. Materi semacam itudipilih bekerja sama dengan murid agar koleksiperpustakaan
mencerminkan minat dan budaya mereka, tanpa melintasi batas wajar standar etika.

2.8 Sumberdaya Elektronik


Cakupan jasa harus mencakup akses pada sumber informasi elektronik yang
mencerminkan kurikulum dan minat serta budayapengguna. Sumberdaya elektronik hendaknya
meliputi akses ke Internet,pangkalan data referens khusus dan teks lengkap,bermacam paket
perangkat lunak komputer berkaitan dengan pengajaran. Sumber tersebutdapat diperoleh
dalambentuk CD-ROM dan DVD.
Adalah penting untuk memilih sistim katalog perpustakaan yang dapat diterapkanuntuk
mengklasifikasi dan mengkatalog materi perpustakaansesuaidengan standar bibliografis nasional
dan internasional. Hal tersebutmemungkinkan perpustakaan memasukijaringan yang lebih luas.
Di berbagaitempat di dunia, perpustakan sekolah dalam komunitas lokalmendapat manfaat
karena dikaitkanbersama dalamkatalog induk. Kolaborasi semacam itu dapat meningkatkan
efisiensi dan kualitas pengolahanbuku serta memudahkan kombinasi sumber dayasecara optimal.
46

BAB 3.KETENAGAAN (STAF)


Pustakawan sekolah adalahtenaga kependidikan berkualifikasi sertaprofesionalyang
bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaaanperpustakaan sekolah,didukung oleh
tenaga yang mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah dan
berhubungan denganperpustakaan umum dan lain-lainnya.

3.1 Tenaga Perpustakaan


Kekayaan dankualitas penyelenggaraan perpustakaan tergantung pada sumberdaya tenaga
yang tersedia di dalam dan di luar perpustakaan sekolah. Karena alasan inilah, maka amatlah
penting bagi perpustakaan sekolah memiliki tenaga berpendidikan serta bermotivasi
tinggi,jumlahnya
mencukupi
sesuai
dengan
ukuran
sekolah
dan
kebutuhan
khusussekolahmenyangkutjasaperpustakaan. Pengertian tenaga,dalam konteks ini,adalah
pustakawan dan asisten pustakawan berkualifikasi. Di samping itu, mungkin masih ada tenaga
penunjang,seperti para guru, teknisi, orang tua murid dan berbagai jenisrelawan. Pustakawan
sekolah hendaknyamemiliki pendidikanprofesional dan
berkualifikasi, dengan pelatihantambahandi bidang teori pendidikan dan metodologi
pembelajaran.Salah satu tujuan utama manajemen tenagaperpustakaan sekolah ialah agar semua
anggota stafharus memiliki pemahaman yang jelas mengenai kebijakan jasa perpustakaan, tugas
dan tanggung jawab yang jelas, kondisi peraturan yang sesuaimenyangkut pekerjaan dan gaji
yang kompetitifyang mencerminkan profesionalisme pekerjaan.
Sukarelawan hendaknya tidak dipekerjakan sebagai pengganti tenaga yang digaji,
melainkandapat bekerja sebagai tenaga pendukung berdasarkan kontrakyang
memberikan kerangka kerja formal untuk keterlibatan mereka dalam berbagai aktivitas
perpustakaan sekolah. Konsultan tingkat lokaldannasional dapat digunakan sebagai penasehat
luar menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan pengembangan layanan perpustakaan
sekolah.

3.2Peran Pustakawan Sekolah


Peranutama pustakawanialah memberikan sumbangan padamisi dan tujuan sekolah
termasuk prosedur evaluasi dan mengembangkan serta melaksanakan misi dan tujuan
perpustakaan sekolah. Dalam kerjasama dengan senior manajemen sekolah,administrator dan
guru, maka pustakawan ikut dalam pengembangan rencana dan implementasi kurikulum.
Pustakawan memilikipengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyediaan informasi
dan pemecahan masalah informasiserta keahlian dalam menggunakan berbagai sumber, baik tercetak
maupun elektronik. Pengetahuan, keterampilan dan keahlianpustakawan sekolah
mampumemenuhi kebutuhanmasyarakat sekolah tertentu. Di samping itu, pustakawan
hendaknyamemimpin kampanye membaca dan promosi bacaananak, media dan budaya.
Dukungan
menajemen
sekolahamat
perlu,
tatkalaperpustakaan
menyelenggarakanaktivitas interdisipliner.Pustakawan harus melapor langsung kekepala sekolah
atau wakilnya. Sangatlah penting serta diupayakan agarpustakawan diterimasetara dengan
anggota tenaga profesional dan dapat berpartisipasi dalam kelompok kerja dan ikut sertadalam
semuapertemuan dalam kedudukannyasebagai kepala unit/bagianperpustakaan.Pustakawan
hendaknyamenciptakan suasana yang sesuai untuk hiburan dan pembelajaran yang
bersifatmenarik,ramah serta terbuka bagi siapa saja tanpa rasa takut dan curiga.Semua orang
yang bekerja di perpustakaan sekolah harus memiliki reputasi yang baik dalam kaitannya dengan
anak, kawula mudadan orang dewasa.

3.3Peran Asisten Pustakawan


47

Asisten pustakawan melaporkan kepada pustakawan serta membantunya sesuai dengan

fungsinya.. Posisi asisten pustakawan mensyaratkanpengetahuan dan keterampilan yang


berkaitan dengan kerja klerikal dan teknologi. Asisten pustakawanharus memiliki ketrampilan
dasar kepustakawanan. Bila belum memilikiketrampilandasar kepustakawanan, maka
perpustakaan sekolah akan memberikannya. Beberapa tugas pekerjaan asisten
pustakawanmeliputi kegiatan rutin, menyusun materi perpustakaan di rak, peminjaman,
mengembalikanmateri perpustakaanke rak serta pengolahanmateri perpustakaan.

3.4 Kerjasama antara Guru dan Pustakawan Sekolah


Kerjasama antara guru dan pustakawan sekolah merupakan halpenting dalam
memaksimalkan potensi layanan perpustakaan. Guru dan pustakawan sekolahbekerja bersama
guna pencapaian halberikut:
mengembangkan, melatih dan mengevaluasi pembelajaran murid lintaskurikulum
mengembangkan dan mengevaluasi keterampilandan pengetahuan informasi murid
mengembangkan rancangan pelajaran
mempersiapkan dan melaksanakan pekerjaan proyek khusus di lingkungan
pembelajaranyang lebih luas, termasuk di perpustakaan
mempersiapkan dan melaksanakan program membaca dan kegiatan budaya
mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam kurikulum
menjelaskankepada para orang tua murid mengenai pentingnya perpustakaan sekolah
3.5 Keterampilan Tenaga Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah adalah sebuah jasa yang ditujukan kepada semua angggota
komunitas sekolah: peserta didik, guru, administrator, komite sekolah dan orang tua murid.
Semua kelompok tersebut memerlukan keterampilan komunikasi dan kerjasama secara khusus.
Pengguna utama perpustakaan sekolah adalahpeserta didik dan guru, di samping
kelompok profesional lainnya seperti para administrator dan komite sekolah.
Kualitas dan keterampilan mendasar yang diharapkan dari tenaga perpustakaan sekolah
didefinisikan sebagai berikut:
Kemampuan berkomunikasi secara positif dan terbuka dengananak dan orang dewasa
Kemampuanmemahamikebutuhanpengguna
Kemampuanbekerja sama dengan perorangan sertakelompok di dalam dan di luar komunitas
sekolah
Memilikipengetahuan dan pemahamanmengenaikeanekaragamanbudaya
Memilikipengetahuan mengenai metodologi pembelajaran dan teori pendidikan
Memilikiketrampilaninformasi sertabagaimana menggunakannya
48

Memilikipengetahuan mengenaimateri perpustakaan yang membentuk koleksi perpustakaan


sertabagaimana mengaksesnya
Memilikipengetahuan mengenai bacaan anak,media dan ke budayaan
Memilikipengetahuan sertaketerampilan di bidang manajemen dan pemasaran
Memilikipengetahuansertaketerampilan di bidang teknologi informasi

3.6 Tugas Pustakawan Sekolah


Pustakawan sekolah diharapkan mampu melakukan tugas berikut:
menganalisis sumberdankebutuhan informasi komunitas sekolah
memformulasi dan mengimplementasi kebijakan pengembangan jasa
mengembangkan kebijakan dan sistim pengadaan sumberdaya perpustakaan
mengkatalog dan mengklasifikasi materi perpustakaan
melatih cara penggunaan perpustakaan
melatihpengetahuandan keterampilan informasi
membantumurid dan guru mengenai penggunaan sumberdaya perpustakaan dan teknologi
informasi
menjawab pertanyaan referensi dan informasi dengan menggunakan berbagai materi yangtepat
mempromosikanprogram membaca dan kegiatan budaya
ikut sertadalam kegiatan perencanaan terkait denganimplementasikurikulum
ikut serta dalam persiapan, implementasi dan evaluasi aktivitas pembelajaran
mempromosikan evaluasi jasa perpustakaan sebagai bagian dari sistem evaluasi sekolahsecara
menyeluruh
membangun kemitraan denganorganisasi di luar sekolah
merancang dan mengimplementasi anggaran
mendisain perencanaan strategis
mengelola dan melatih tenaga perpustakaan

3.7 Standar Etika


Tenaga perpustakaan sekolah mempunyai tanggung jawab untuk menerapkanstandar etika yang
tinggi dalam hubungannya dengan semua anggota komunitas sekolah. Semua pengguna harus
diperlakuan atas dasarsama tanpa membedakan kemampuan dan latar belakang mereka. Jasa
perpustakaan hendaknyadisesuaikan dengan kebutuhan pengguna individual. Guna memperkuat
peran perpustakaan sekolah sebagai lingkungan pembelajaran yang terbuka dan aman, maka
tenaga perpustakaan hendaknyamenekankan fungsi merekasebagai penasihat ketimbang sebagai
instruktur dalam pengertian tradisional. Artinya, yang paling penting dan utama adalah agar
49

mereka harus mencoba untuk dapat melihat dari sudut pandang pengguna perpustakaan dan tidak
bias atau cenderung pada sudut pandang mereka sendiri di dalam menyediakan jasa
perpustakaan.

BAB 4.PROGRAM DAN KEGIATAN


Perpustakaan sekolah bagianintegral dalamproses pendidikan

4.1 Program
Di dalam program pengembangan kurikulum dan pendidikan nasional, perpustakaan sekolah
hendaknyadipandang sebagai bagian penting guna memenuhiberbagai tujuan yang berkaitan
dengan hal berikut:
literasi informasi untuk semua,dikembangkandanditerimasecara bertahap melalui sistem sekolah
ketersediaansumber dayainformasi bagimurid pada semuatingkat pendidikan
membuka penyebaran informasi dan pengetahuan bagisemua kelompok murid sebagai
pelaksanaan hakdemokrasi danasasi manusia
Pada tingkat nasional maupun lokal, disarankan agar memilikiprogram yang dirancangbangun
secara khusus untuk tujuan pengembangan perpustakaan sekolah. Programtersebut mungkin
meliputitujuan dankegiatanyang berbeda-beda menurut konteksnya. Berikut ini beberapa contoh
kegiatan:
mengembangkan dan menerbitkan berbagai standar dan panduan nasional dan lokal
untukperpustakaan sekolah
menyediakanmodel perpustakaanuntuk menunjukkanperpustakaan percontohan
membentuk komite perpustakaan sekolah di tingkat nasional dan lokal
mendisain kerangka kerja formal untuk kerjasama antara perpustakaan sekolah dan
perpustakaan umum di tingkat nasional dan lokal
memprakarsai dan menawarkanprogram pelatihanpustakawan sekolah
profesional
menyediakan dana untukproyek perpustakaan sekolah, sepertikampanye
membaca
memprakarsaidan mendanai proyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan dan
pengembangan perpustakaan sekolah

4.2 KerjasamadanPemanfaatanBersama dengan Perpustakaan Umum


Guna menyempurnakanjasa perpustakaan bagi anak-anak dan remaja di komunitas
tertentu, disarankan agar perpustakaan sekolah bekerja sama dengan perpustakaan umum.
Perjanjian kerjasama secara tertulis hendaknyamencakup butirberikut:
ketentuanumum kerjasama
50

spesifikasi dan definisi bidang kerjasama


penjelasan implikasi biaya dan bagaimana biaya ditanggung bersama
perkiraan waktu, yaitu untuk berapa lama kerjasama akan berlangsung
Contoh cakupan kerjasama ialah sebagai berikut:
pelatihan bersama ketenagaan
kerjasama pengembangan koleksi
kerjasama program kegiatan
koordinasi jasa perpustakaan dan jejaring elektronik
kerjasama dalam pengembangan piranti/peralatan belajar dan pendidikan pemakai perpustakaan
kunjungan kelas ke perpustakaan umum
membaca bersama dan promosi literasi
pemasaran bersama jasa perpustakaan kepada anak-anak dan remaja
4.3 Kegiatan di Tingkat Sekolah
Perpustakaan sekolah harus mencakup berbagai kegiatan secara luas dan harus berperan

penting guna mencapai misi dan visi sekolah. Semuanya harus ditujukan guna melayani
pengguna potensial di dalam komunitas sekolahdan guna memenuhi kebutuhan tertentu dan
berbeda-beda dari berbagai kelompok sasaran.
Berbagai program dan kegiatan tersebut harus didisain melalui kerjasama erat dengan:
kepala sekolah/guru kepala
para kepala unit kerja
para guru
tenaga pendukung
para murid
Kepuasan para pengguna perpustakaantergantung pada kemampuan perpustakaan sekolah
dalammengidentifikasi kebutuhan pengguna perorangan maupun kelompok, serta kemampuan
perpustakaan sekolah untuk mengembangkan berbagai jasa perpustakaan yang
mencerminkankebutuhanperubahandi komunitas sekolah.
Kepala Sekolah dan Perpustakaan Sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah dan tenaga utama yang memberikan kerangka
kerja dan suasana untuk mengimplimentasi kurikulum, kepala sekolah hendaknyamengakui
pentingnya jasa perpustakaan sekolah yang efektif serta mendorong pemanfaatannya.
Kepala sekolah hendaknyabekerja erat dengan perpustakaan dalammendisainrencana
pengembangan,terutama dalam bidangprogram literasi informasi dan promosi membaca. Pada
51

saat rencanadilaksanakan, kepala sekolah hendaknya menjaminpenjadwalanwaktu dan


sumberdaya yang luwesuntuk memungkinkanguru dan murid mengakses ke
perpustakaanbesertalayanannya.
Kepala sekolah hendaknya juga memastikan adanyakerjasama antaraguru dan tenaga
perpustakaan. Kepala sekolahharus memastikanbahwapustakawan sekolah ikut serta dalam
kegiatan pengajaran, perencanaan kurikulum, pengembangan tenaga berlanjut, evaluasi program
dan asesmen pembelajaran murid.
Di dalam evaluasi sekolah secara menyeluruh, kepala sekolah hendaknyamemasukkan evaluasi perpustakaan (lihat Bab 1) dan
menekankansumbangan penting jasa perpustakaan sekolah yang kuat dalam pencapaian standar pendidikan yang telah ditetapkan.

Kepala Unit kerja dan Perpustakaan Sekolah


Semua kepala unit kerja di sekolah, masing-masing bertanggung jawabmelakukan
pekerjaan secara profesionaldan hendaknyabekerja sama dengan perpustakaan agar semua
sumber informasi dan jasa perpustakaan mencakup kebutuhan khusus bidang subjek dariunit
kerja. Seperti halnya dengan kepala sekolah, makakepala unit kerja hendaknyamelibatkan
perpustakaan dalam perencanaan pengembangan dan memberikanperhatian khusus ke
perpustakaan sebagai bagian pentingdari lingkungan pembelajaran dan sebagai pusat sumber
daya pembelajaran.
Guru dan Perpustakaan
Kerjasama antara guru dan pustakawan telah diuraikan pada Seksi 3.4. Beberapa aspek
tambahan akan disampaikan secara ringkas berikut ini.
Filosofi pendidikan gurumembentuklandasan ideologis pemikiran mengenai pemilihan
metode pengajaran. Beberapa metode yang berlandaskan sudut pandang tradisional yang
berpendapat bahwagurudan buku ajar sebagai sumber pembelajaran paling penting tidak
mengandalkan peran perpustakaan sekolah dalam proses pembelajaran. Bila sudut pandang ini
digabungkan dengan keinginan kuat untuk menutup ruang kelas dan melakukan pengawasan
ketat pada aktivitas pembelajaran murid,maka perpustakaan akan semakin jauh dari pikiran para
guru tersebut sebagaipendukung kuat informasi. Bahkanjika sebagian besar guruberpihak
padaideologi guru sebagai bank pendidikandan karena itu memandang murid sebagai
gudangpasif yang perlu diisi dengan caramentransfer pengetahuan yang ada di benak guru ke
murid, tetap penting bagi perpustakaan untuk menemukan perannyasebagai jasa pendukung yang
dikaitkandengan kurikulum. Strategi yang berguna untuk membangun kemitraan dalam
pembelajaran pada kerangka pemikiran tradisional sebagaimana telah diuraikan di atas,dapat
diupayakan dengan mempromosikan jasa perpustakaan terutama bagiguru. Promosi tersebut
hendaknya menunjukkan pokok-pokok sebagai berikut:
kemampuan perpustakaan untuk menyediakan sumberdayabagi para guru akan memperluas
pengetahuan subjek mereka atau memperbaiki metodologi pengajaran guru.
kemampuan perpustakaan untuk menyediakansumberdayauntuk berbagaistrategi evaluasi
danasesmen kajian yang berbeda-beda
kemampuan perpustakaan untuk menjadi mitra kerja dalam merencanakantugas yang dikerjakan
di ruang kelas
kemampuan perpustakaanmembantuguru menangani situasi ruang kelas yang heterogin dengan
cara memberikan jasa khusus bagi mereka yang membutuhkan lebih banyak bantuan dan
untuk mereka yang memerlukan lebih banyak stimulasi
perpustakaan sebagai pintu gerbang ke desa global melalui jasa pinjam antar perpustakaan dan
jaringanelektronik.
52

Guru yang memilikipemikiranprogresif dan ideologi pendidikan yang lebih terbuka,


cenderung menjadi pengguna perpustakaan yang lebih tekun. Tambahan menyangkut fungsi dan
kemungkinan yang telah disebutkan di atas, guru menempatkanperpustakaan sebagai tempat
belajar, dan dengan bertindak demikian, guruakan bergeserdari metode

pengajaran tradisional. Untuk dapatmengaktifkanmurid dalam proses pembelajaran dan


mengembangkan keterampilan belajar secara mandiri,guru dapat bekerja sama dengan
perpustakaandalam bidang sebagai berikut:
literasi informasi dengan mengembangkan semangat bertanya darimurid dan mendidik mereka
menjadi pengguna informasi yang kreatif dan kritis
kerja dan tugas proyek
memotivasi membaca pada semua tingkat/kelas, baik perorangan maupun kelompok
Murid dan Perpustakaan
Murid merupakan kelompok sasaran utama perpustakaan sekolah. Penting adanya
kerjasama dengan anggota lain komunitas sekolah karena hal itudemiuntuk kepentingan murid.
Murid dapat menggunakan perpustakaan untuk berbagai keperluan. Penggunaan
perpustakaan harus dirasakan sebagai lingkungan pembelajaranyang tidak menakutkan, bebas,
terbuka tempat murid dapat mengerjakan semuatugas, baik sebagai perorangan maupun sebagai
kelompok.
Aktivitas murid di perpustakaanpada umumnya meliputi halberikut:
pekerjaan rumah tradisional
pekerjaan proyek dan tugas pemecahanmasalah
mencari dan menggunakan informasi
membuat laporan dan karya untuk disajikan di depanguru atau murid
Penggunaan Internet
Sumberdaya elektronikyang baru merupakan tantangan tersendiribagipengguna
perpustakaan.
Penggunaan
sumber
daya
elektronik
yang
barudapat
sangat
membingungkan.Pustakawan dapat memberikan bantuan guna memperlihatkan bahwa
sumberdaya ini hanyalah sekedar alat dalam proses belajar-mengajar; yaitumerupakan alat untuk
mencapai tujuan danbukan merupakan tujuan.
Pengguna mengalami frustrasi pada saat mencari informasi, karena mereka berpikirjika
mereka dapat mengakses Internet, maka kebutuhan informasinya akan terselesaikan.
Kenyataannya tidaklah seperti itu. Pustakawan dapat membantu pengguna Internet dandapat
mengurangi frustrasi sebagai akibat penelusuraninformasi.Hal yang penting di sini adalah untuk
memilih informasi yang relevan dan bermutudari Internet dalam waktusesingkat mungkin. Murid
sendiri secara pelan-pelan namun pasti akan mengembangkan kemampuan untuk melokasi,
mensintesiskan, dan memadukaninformasi dan pengetahuan baru dari semua disiplin ilmu dalam
koleksi sumber daya. Untuk memprakarsaidan melakukan berbagai program literasi informasi
sampai berhasil merupakansalah satu tugaspenting perpustakaan. (Lihat Seksi Guru dan
Perpustakaan yang telah diuraikan sebelumnya, sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut).
53

Fungsi KulturalPerpustakaan Sekolah


Perpustakaan dapat dimanfaatkan secara informal sebagai lingkungan yang indah,
berbudaya serta merangsang yang memiliki sumber daya berupamajalah, novel dan terbitan lain
serta audio-visual.
Peristiwa penting dapat diselenggarakan di perpustakaan, misalnya kegiatan pameran, kunjungan
pengarang dan hari literasi internasional. Jika tersediaruangan yang mencukupi,murid dapat
menyelenggarakan pertunjukan yang diilhami olehbacaandi depanpara orang tua dan murid
lainnya,dan pustakawan dapat mengorganisasi kegiatan bedah buku danmendongeng untuk
murid yang lebih muda. Pustakawan hendaknyadapat merangsangminat membaca dan
mengorganisasi program promosi membaca guna mengembangkanapresiasi pada literatur.
Aktivitas yang ditujukan untuk mendorong minat baca mencakup aspek kultural dan
pembelajaran. Ada kaitan langsung antara tingkat kemampuan membaca dan hasil pembelajaran.
Dalam pendekatannya, pustakawan hendaknya bersikap pragmatis dan luwes pada waktu
menyediakan bahan bacaan bagi pengguna dan membantu preferensi pembaca perorangan
dengan mengakuihakpribadi masing-masing. Dengan membaca literatur berupa fiksi dan nonfiksi yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkatannya, maka murid dirangsang dalam proses
sosialisasi dan pengembangankepribadian.
Kerjasama dengan Orang Tua Murid
Kebiasaan menyertakan orang tua dan wali muriddalam aktivitas sekolah berbeda-beda
diberbagai negara. Perpustakaan dapat memberikan kesempatan penyertaan orang tua murid
dalam berbagai kegiatan sekolah. Sebagai tenaga relawan, mereka dapat menolongtugas praktis
dan membantu tenaga perpustakaan. Mereka dapat berpartisipasi dalam program promosi
membaca, dengan menjadi motivator di rumah dalam kegiatan membaca anak-anak mereka.
Mereka dapat juga ambil bagian dalam kelompok diskusibacaan bersama anak-anak mereka dan
dengan demikianmemberikan sumbangan, dalam cara pembelajar unggul, hasil aktivitas
membaca..Cara lain untuk melibatkan orang tua muridialah membentuk kelompok sahabat
perpustakaan. Kelompok semacam ini dapat menyediakandana ekstra untuk berbagai kegiatan
perpustakaan dan dapat membantu perpustakaan untuk mengorganisasi kegiatan
peristiwakultural khusus yangmemerlukan lebih banyakbiaya tambahandariapada yang dapat
disediakanperpustakaan.

BAB 5. PROMOSIPERPUSTAKAANDANPEMBELAJARAN
5.1 Promosi
Jasa dan fasilitas yang disediakanperpustakaansekolah harus aktif dipromosikan sehingga
berbagai kelompok sasaran selalu menyadari peran utamanya sebagai mitra dalam
pembelajarandan sebagai pintu gerbang kesemua jenis sumber informasi. Berbagai kelompok
sasaran tersebut telah diuraikan di beberapa babsebelumnya. Mereka adalah para kepala sekolah
dan anggota kelompok manajemen sekolah, para kepala unit kerja sekolah, guru murid, para
eksekutif pemerintahan dan orang tua murid. Dengan demikian berbagai macam promosi harus
disesuaikan dengan berbagai kelompok sasaran yang berbeda-beda.
5.2 Kebijakan Pemasaran
Perpustakaan sekolah hendaknyamempunyai kebijakan tertulis menyangkutpemasaran
dan promosi, merinci berbagai sasarandan strategi. Kebijakan ini harus dikerjakan bersama-sama
dengan manajemen sekolah danstaf pengajar.
Dokumen kebijakan ini hendaknyamemuat unsurberikut:
sasarandan strategi
54

rencana tindakan agar pasti tujuan tercapai


metode evaluasi
Berbagai tindakan yang diperlukanakanberbeda-beda tergantung padasasaran dan kondisi
setempat. Beberapa isu penting diuraikan berikut ini sebagai satu cara
penggambaran kebijakan :
memulai dan mengoperasionalkan situs Web perpustakaan sekolah guna
mempromosikan jasa perpustakaan danterhubung dengan situs Web serta portallain yang
berkaitan
menyelenggarakan berbagai pameran
membuat terbitan berisi informasi mengenai jam buka, jasa dan koleksi
perpustakaan sekolah
mempersiapkan dan menyebarluaskan bermacam daftar sumber informasidan pamflet yang
berkaitan dengan kurikulum dan berbagai topik lintas kurikulum
memberikan informasi tentang perpustakaan padapertemuan murid baru dan orang tua mereka
membentuk bermacam kelompok sahabat perpustakaan bagi para orang tua murid dan lainnya
menyelenggarakan pameranbuku, kampanyemembaca dan literasi
membuat rambu, tanda, markayang efektif di dalam dan di luar perpustakaan
menjadi penghubung ke organisasi lain setempat (misalnya,perpustakaan umum, jasa museum
dan organisasisejarah setempat).

Rencana

tindak

tersebut

hendaknyadievaluasi, dibahas ulang dan direvisisetiap tahun, dan seluruh dokumen


kebijakanhendaknyadibahasbersama paling sedikit sekali setiap dua tahun.

5.3 Pendidikan Pemakai


Kursus dan program berbasis perpustakaan yang ditujukanpada murid dan gurutentang
bagaimanacara menggunakan perpustakaan, pada hakekatnya merupakan alat pemasaran paling efektif.
Karena alasan inilah, maka sangatlah penting bahwa kursus danpelatihan semacam itudidisain sebaik-

baiknya sertamempunyai cakupanluas dan seimbang. Karena program ini memainkanperan


utama di perpustakaan, maka sudahlah tepat memperhatikannya sebagaimana telah diuraikan
pada Bab 4. Namun demikian aspek pemasaran semua jenis pendidikan pemakai, demikian
penting sehingga lebih cocok dibahaspada bab ini.
Pelatihan yang didisain khusus untuk guru hendaknyamemberikan bimbingan yang jelas
mengenai peran perpustakaan di dalam kegiatan belajar-mengajar serta bantuan yang tersedia
dari stafperpustakaan. Pelatihan semacam ini hendaknya secara khusus menekankan pelatihan
praktis dalam mencari informasi yang berhubungandengan mata pelajaran yang diajarkan guru.
Melalui pengalaman mereka dalam mencari sumber informasi yang sesuai, guru akan semakin
55

memiliki pemahaman yang lebih dalammengenaibagaimana perpustakaan dapat melengkapi


tugas kelas serta diintegrasikanke topik kurikulum.
Seperti halnya dengan berbagai program di sekolah, bermacam komponen pada pelatihan
bagi murid disampaikan berurutan secara logis untuk meningkatkankemajuan dan
Kesinambungan dalam pembelajaran murid. Hal ini berarti bahwaketerampilan dan
sumberdayainformasi harus diperkenalkan secara progresifmelaluitahap dan tingkatan.
Pustakawan sekolah mempunyai tanggung jawab utama dalam berbagai program
pendidikan pemakai, namun harus bekerja sama dengan para guru, dan mengusahakanagar
bermacam komponen mata pelajaran dapat terkait erat sesuaikurikulum. Guru harus selalu hadir
pada saat para murid mengikuti berbagai program pelatihan perpustakaan dan mereka dapat
bertindak sebagai penasihat serta bekerja sama dengan pustakawan.
Di dalam pendidikan pemakai ada 3 ranahtenaga pendidikan yang perlu diperhatikan:

pengetahuan mengenai perpustakaan; apa tujuannya, berbagai jasa yang tersedia, bagaimana
diorganisasisertasumberdayaapa saja yang tersedia
keterampilan mencari dan menggunakan informasi,
menggunakanmotivasiuntukmendayagunakanperpustakaan untuk belajar pembelajaran
secara formal maupun informal.

5.4 ModelProgramKeterampilanStudidanLiterasi Informasi


Filosofi
Murid melekinformasihendaknya pembelajarmandiri yang kompeten. Merekasadar dan
mengenaikebutuhan informasinya dan secara aktif terlibat kegiatan dunia ide. Mereka hendaknya
menunjukkanrasa percaya diridalam kemampuan untuk memecahkan masalah dan tahu informasi
yangrelevan dengan hal itu. Merekahendaknya mampu mengelola perangkat teknologi untuk
mengakses informasi dan berkomunikasi.Mereka hendaknya mampu untuk bekerja dengan
nyamandalam situasi di mana terdapat beberapa jawaban jamak, termasuk jika tidak ada jawaban
sama sekali. Merekahendaknya memegang teguhstandar yang tinggidalam pekerjaannnya dan
serta menciptakan produkberkualitas. Muridmelek informasihendaknya luwes, mampu
beradaptasi terhadap perubahan, serta mampu bekerja baik secara perorangan maupun bekerja
kelompok.
Panduan literasi informasi menyediakanbagi semua murid prosespembelajaran yang dapat
ditransfer secara lintaskawasan isijuga dari lingkungan akademikke kehidupan nyata. Panduan
ini menguraikan halberikut ini:
murid hendaknya mengkonstrukmakna dariinformasi
murid hendaknya menciptakan produk bermutu
muridhendaknya belajar mandiri
muridhendaknyaberpartisipasi secara efektif sebagai anggota kelompok kerja
murid hendaknya menggunakan informasi dan teknologi informasi secara
bertanggung jawab dan etis.
Keterampilan belajar dapat memberikan kontribusi kepada filosofi ini agar terus
56

berlangsung dan dicakup dalam daftar berikut ini:


keterampilan belajararahan sendiri
keterampilan bekerjasama
keterampilan merencanakan
keterampilan melokasi dan pengumpulan
keterampilan menyeleksi dan menilai
keterampilan mengorganisasi dan merekam
keterampilan mengkomunikasikan dan melaksanakan
mengevaluasi.
Keterampilan BelajarArahan Sendiri
Keterampilan belajar arahan sendiri sendirisangat kritis dalam pengembangan
pembelajaran sepanjang hayat.Para peserta didik mandiri harus mampu menciptakan sasaran
informasi secara jelas serta mengelola perkembangannya agar tujuan tercapai.
Mereka hendaknyamampu menggunakansumber media untuk kebutuhan serta pribadi, mencari
jawaban atas pertanyaan, menimbangperspektif alternatif dan mengevaluasi sudut pandang yang
berlainan. Mereka hendaknyamampu bertanya untuk memperoleh bantuan dan mengetahui
organisasi dan struktur perpustakaan. Pustakawan memainkan peran penting sebagai mitra
pembelajar, menasehati, para murid pada tahap aktivitas
pembelajaran.
Keterampilan Bekerjasama
Perpustakaan sekolah merupakan tempat berkumpulnya orang-orangyang beraneka
ragam dengan sumber dan teknologi yang bermacam-macam. Jika beberapa murid bekerja dalam
suatu kelompok, mereka belajar untuk mempertahankan pendapat serta bagaimana
mengkritikberbagai pendapat secara konstruktif. Merekamengakui ideyang berbeda dan
menghormati latar belakang dan gaya pembelajaranorang lain. Di samping itu, mereka
menciptakan berbagai proyek yang mencerminkan berbagai perbedaan individualdan
memberikan sumbangan dalam mensintesiskan tugas perorangan menjadi produk akhir.
Pustakawan dapat bertindak sebagai penasihat kelompok dan memberikan bantuan sebanyak
mungkin pada saat mereka menggunakan perpustakaan sebagai sumber untuk kegiatan
memecahkan masalah.
Keterampilan Perencanaan
Keterampilan merencanakan merupakan prasyarat penting untuk setiap tugas penelitian,
proyek, karya tulis atau topik. Pada tahap awal proses pembelajaran, aktivitas seperti curah
pendapat, menyusunpertanyaandan identifikasi katakunci memerlukan kreativitasdisamping juga
praktek berkala.
Murid yang terampil dalam perencanaan hendaknyamampu mengembangkan sasaran,
menjelaskan masalah yang akan dicari pemecahannya dan mendisain metode kerja untuk
keperluan tersebut. Pustakawan hendaknya dilibatkan dalam proses perencanaan sejauh harapan
57

para murid. Pustakawan diharapkan memberikan nasihat mengenai sumber daya yang tersedia
dan mengenai kemungkinan adanya jawaban untuk kegiatan yang ditugaskan
sejak awal proses pekerjaan tersebut.
Keterampilan Melokasi dan Mengumpulkan Informasi
Melokasi dan mengumpulkan informasi merupakan keterampilan dasar yang perlu
dikuasai para murid agar mereka mampu menelusur/mencari informasi di perpustakaan sebagai
pembelajarmandiri. Keterampilan ini mencakup pemahaman susunan berdasarkan abjad dan
nomor, menggunakan berbagai jenis alat untuk penelusuran informasi di pangkalan data di
komputer dan Internet. Diperlukan bantuan untuk menguasai keterampilan melokasi informasi.
Semuanya terkait dengan kurikulum keseluruhandan dikembangkan secara progresif dalam
konteks subyek.Latihan untuk keterampilan ini hendaknyamencakup penggunaan majalah
indeks, berbagaisumber rujukandan jangkauan penuh teknologi informasi. Murid yang kompeten
yang menguasai keterampilan ini akan mampumengintegrasikansemua hasil informasi tersebut
pada saat dia bekerja dengan menggunakan metode yang berbeda-beda sepertisurvei, wawancara,
eksperimen,
observasi
dan
kajiansumber.
Pustakawan
hendaknya
mendisainpelatihanketerampilan melokasi dan mengumpulkan informasi yang dapatdisesuaikan
dengan kebutuhan khusus perorangan maupun kelompok. Disain tersebut hendaknyadikerjakan
bersama guru.
Secara umum, pelatihan keterampilan semacam itu merupakan bagian paling penting dalam
pendidikan pemakai di perpustakaan.
Keterampilan Memilihdan Menilai Informasi
Murid perlu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan evaluatif.Bersama-sama
dengan keterampilan yang telah diuraikan di depan, keterampilan ini penting artinya untuk
memperolehhasiloptimal dari penggunaan perpustakaan
Program yang didisain guna meningkatkan keterampilan ini, hendaknyamencakup latihan berikut
ini:
membentuk pertanyaan yang tepat
mengidentifikasi sumber informasi yang diperkirakan dapat digunakan
menggunakan bermacam-macam strategi
menentukan perkiraan kesesuaianwaktu
membuat berbagai etika.
Pustakawan hendaknyasecara khusus memfokuskanpada bimbingan muriddalam hal
bagaimana mencari informasi otoritatif, terkini dan relevanserta bagaimana mendeteksi
setiapbias atau ketidaktepatan. Sejumlah besar cakupan sumber informasiperlu diperiksa,
dibandingkan dan dinilai guna memastikan bahwa hipotesis serta kesimpulan
terbentukberdasarkan landasanpengetahuan yang luas. Murid yang kompeten hendaknya mampu
mengidentifikasi kriteria berkaitan otoritas, kelengkapan, format dan relevansi, sudut pandang,
keandalandan kesesuaian waktu.
Keterampilan Mengorganisasi dan Mencatat Informasi
Konsepsi tradisional mengenai fungsiperpustakaanseringkali hanya sebatas kegiatan
mengumpulkan dan memilihinformasi. Kegiatan mengorganisasi dan menggunakaninformasi
belum diakui sepenuhnya. Akan tetapi, di perpustakaan sekolah, kegiatan tersebut merupakan
58

kegiatan penting sama pentingnya dengan titik awal. Pustakawan hendaknya


membantumuriddalam pengembangan keterampilan ini bila mereka mengerjakan proyek dan
tugaslain. Karena alasan ini, maka pustakawan hendaknyaseorangpakar dalam kaidah struktural
laporan proyek danmembantumurid mengenai bagaimana menulis tajuk, bab dan daftar
pustaka.Di samping itu, ketrampilan muridmeringkas, mengutip dan menulisdaftar bacaansecara
lengkap dan akurat,hendaknya dikembangkan di perpustakaan serta dibantu oleh pustakawan.
Murid yang kompeten hendaknya sanggupmembuat catatan,menyimpan informasidan
menjadikannyasiap untuk digunakan.
Keterampilan Berkomunikasi dan Realisasi
Mengintepretasikan informasi dan memanfaatkannya pada waktu mengerjakan proyek
dan tugasmerupakan dua keterampilan pembelajaran yang paling sulit. Dengan menguasai
keterampilan ini, akan dapat terlihat apakah muridbenar-benar memahami informasiyang mereka
sajikan atau tidak. Mentransformasikan informasi yang telah terkumpul agar benarbenar dipahamiorang lain merupakan aktivitas penuh tantangan.
Murid yang kompeten hendaknya sanggupmemproses informasi sesuai urutan berikut:
mengintegrasikaninformasi yang berasal dari bermacam-macam sumber
membuathubungan berbagai informasi yang terkumpul
membuat kesimpulan
membentuk makna
membentuk keterkaitan dengan pengetahuan sebelumnya.
Lebih lagi, murid yang kompeten hendaknyadapat melakukan hal berikut:
berkomunikasi secara jelas
menyatakan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan
mendemonstrasikan presentasi secara efektif.
Peran pustakawan di siniialah memberi nasihat dan melatihmuridmengenai aktivitas

tersebut sertamenciptakanlingkungan belajar di perpustakaan yangsesuai dengan


kebutuhan bantuan murid
Keterampilan Mengevaluasi
Tahap terakhir proyek pembelajaran muridterdiri dari proses mengevaluasi dan hasil
evaluasi. Amatlah penting bagi murid melakukan pemikiran kritis mengenai usaha mereka
dan apa yang telah mereka capai. Karena itu murid yang kompeten hendaknya mampu
menyelesaikan hal berikut :
menghubungkan hasil kegiatan dengan apa yang direncanakan dan menentukan apakah hasil
kegiatan telah mencapai tujuannya
59

menentukan kekuatan dan kelemahan proyek


memperlihatkan perbaikan dan implikasinya untuk tugas masa yang akan datang
Pustakawan hendaknya dilibatkan dalam proses evaluasi bersama guru atas dasardua
alasan. Pertama, agar diketahui bagaimana perpustakaan telah dikelola guna memenuhi
kebutuhan pemakai. Alasan kedua, agar pustakawan dan perpustakaan mampu berfungsisebagai
mitra pembekajaran yang aktif yang sanggupmemberi gambaranmengenai hubungan antara
proses pembelajarandengan hasil akhir.
Banyak negara, para pejabat setempat dan berbagai perpustakaan sekolah telah berhasil membuat
perencanaan pendidikanpemakai perpustakaan. Beberapa informasi mengenai haltersebut
tersedia di Internet.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka selektif American Association ofSchool Librarians,Information power: guidelines
for school
library media programs. ACET, 1988.
Australian School Library Association at http://www.asla.org..au/policy.htm
Pernyataan kebijakan mengenai
- Lietrasi informasi
-Literasui informasi elektronik
- Pembelajaran dan kurikulum berbasis sumber daya informasi
-Penyediaan sumber daya informasi
-Undang-Undang Hak Perpustakaan Sekolah
-Pendanaan pusat sumber daya perpustakaan sekolah
-Kualifikasi guru pustakawan
Canadian School Library Association, A Position Statement on Effective School Library
Programs in Canada.http://www.cla.ca/divisions/csla/pub 3.htm
Convention of Scottish Lokal Authorities, Standards for school library services in
Scotland.COSLA, 1999.ISBN 1872794467
CompetencyRequirements.IFLA, 1995. ISBN 9070916576
Haycock, Ken & Blanche Woolls.School librarianship: International perspectives &
issues.Hi Willow Research Publishing/ IASL, 1997.ISBN 1 89086 122 7
IFLA/UNESCOThe school library manifesto: the school library in teaching and learning
for all.IFLA, 2000
http://www.ifla.org./VII/s11/pubs/manifest.htm
60

http://www.ifla.org/VII/s8/unesco/eng.htm
Library Association of Ireland,Policy Statement on School Library Services, 1996.
http://www.libraryassociation.ie/policy/schools/htm
Library Services for Education, Central to excellence: guidelines for effective school

libraries. Leicestershire County Council, 2002.ISBN 0850224403


LISC Guidelines second edition forthcoming.http://www.liscni.co.uk
The Primary school library guidelines.Library Association, 2000.ISBN 0953740404
School libraries: guidelines for good practice.Library Association of Ireland, 1994.ISBN
0946037248
School Library Standards and Evaluation: list of American website.
http://www.sldirectory.com/libsf/resf/evaluate.html
Scottish Library Association et al. Taking a closer look at the school library resource
centre: self-evaluation using performance e indicators. 1999.
http://www.slainte.org.uk/Slicpubs/schoolpis.pdf
South Africa, Department of Education.A National Policy Framework for School Library
Standards, July 1997.http://education.pwv.gov.za/teli2/policydocuments/library 1.htm
Stripling, Barbara K.Learning and libraries in an information age: Principles & practice.
Libraries Unlimited, 1999.ISBN 1 56308 666 2
Tilke, Anthony (ed),Library Association guidelines for secondary school libraries.
Library Association, 1998.ISBN 1856042782
AsosiasiPerpustakaan Nasional (National Library Asociations)merupakan sumber yang
baik untuk informasi lebih lanjut.
Lampiran
Manifesto Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO
Perpustakaan Sekolah dalam Pengajaran dan
Pembelajaran untuk Semua
Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar
keberhasilan fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan informasi.
Perpustakaan sekolah membekalimuridberupaketerampilan pembelajaran sepanjang hayat serta
imajinasi, memungkinkan mereka hidup sebagai warganegarayang bertanggungjawab.
61

Misi Perpustakaan Sekolah


Perpustakaan sekolah menyediakan jasa pembelajaran, buku dan sumber daya yang
memungkinkan semuaanggota komunitassekolah menjadi pemikir kritis dan pengguna informasi
yang efektif dalam berbagaiformatdan media. Perpustakaan sekolah berhubungan dengan
jaringan perpustakaan dan informasi yang lebih luas sesuai dengan prinsip Manifesto
Perpustakaan Umumyang dikeluarkan UNESCO. Staf perpustakaan menunjangpenggunaan buku
dan sumber informasi lainnya, mulai dari buku fiksi sampai dokumenter,dari tercetaksampai
elektronik, yang tersedia di sekolah maupuntempat lain. Materi tersebut melengkapi dan
memperkaya buku ajar, bahan dan metodologimengajar.
Telah terbukti, jika para pustakawan dan guru bekerja sama, maka murid akan mencapai
tingkat
literasi,
kemampuan
membaca,
belajar,
memecahkan
masalah
serta
keterampilanteknologi informasi dan komunikasi yang lebih tinggi. Jasaperpustakaan sekolah
harus diselenggarakan secara adil dan merata bagi semua anggota komunitas sekolah tanpa
membeda-bedakan umur, ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan, bahasa,status profesional
ataupunsosial.Jasa dan materikhusus perpustakaan harusdisediakan bagi mereka yang tak mampu
menggunakan arus utama jasa dan materi perpustakaan. Akses kejasa dan koleksi perpustakaan
hendaknya didasarkan pada Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Perserikatan BangsaBangsa dan tidak terikat pada segala bentuk ideologi,politik dan sensor agama,ataupuntekanan
perdagangan.
Legislasi Pembiayaan dan Jaringan
Perpustakaan sekolahmemiliki arti penting bagistrategi jangka panjang pengembangan
literasi, pendidikan, penyediaaninformasi sertaekonomi, sosial dan budaya. Sebagai bentuk
tanggung jawab para pejabat berwenang lokal,regional dan nasional, maka hal itu perlu
dukungan legislasi dan kebijakan khusus. Perpustakaan sekolah harusmemperoleh pendanaan
yang mencukupi dan berlanjut untuk keperluan tenaga terlatih, materi perpustakaan, teknologi
dan fasilitas. Pemenuhan kebutuhan tersebut hendaknya cuma-cuma. Perpustakaan sekolah
merupakan mitra penting dalam jaringanperpustakaan dan nformasi lokal, regional, dan nasional.
Jika perpustakaan sekolah berbagi fasilitas dan/atau
sumber daya dengan jenis perpustakaan lain,seperti perpustakaan umum, maka tujuan khas
perpustakaan sekolahharus diakui dan dipertahankan.
Implementasi Manifesto
Pemerintah,melalui kementerian yang bertanggung jawabatas pendidikan, didorong
untukmengembangkan
strategi,
kebijakan
dan
perencanaanyangmengimplementasikanprinsipManifesto ini. Perencanaan hendaknya mencakup
penyebaran Manifesto ini pada program pelatihanawal dan kesinambunganbagi pustakawan dan
guru.
TujuanPerpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan bagianintegral proses pendidikan.Berikut ini butiran
pentingbagi pengembangan literasi, literasi informasi, pengajaran, pembelajaran dan kebudayaan
sertamerupakan jasainti perpustakaan sekolah:
mendukung dan memperluas sasaran pendidikan sebagaimana digariskandalam misi dan
kurikulum sekolah;
mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan anak dalam kebiasaan dan
keceriaanmembaca dan belajar, serta menggunakan perpustakaan sepanjang hayat
mereka;
62

memberikankesempatan untukmemperoleh pengalaman dalam menciptakandan menggunakan


informasi untuk pengetahuan pemahaman, daya pikir dan keceriaan;
mendukung semuamurid dalam pembelajaran dan praktek keterampilan
mengevaluasi dan menggunakan informasi, tanpa memandang bentuk, format ataumedia,
termasuk kepekaanmodus berkomunikasi di komunitas;
menyediakan akses ke sumber daya lokal, regional, nasional dan global dan kesempatan
pembelajar menyingkap ide, pengalaman dan opini yang beraneka ragam;
mengorganisasiaktivitas yang mendorongkesadaranserta kepekaan budaya dan sosial;
bekerja denganmurid, guru, administrator dan orangtuauntuk mencapai misi sekolah;
menyatakan bahwa konsep kebebasan intelektual dan akses informasi merupakan halpenting
bagiterciptanya warga negara yang bertanggung jawab dan efektif serta partisipasi di
alam demokrasi;
promosi membaca dan sumber daya serta jasa perpustakaan sekolahkepada seluruh
komunitassekolah dan masyarakat luas.
Perpustakaan sekolah memenuhi fungsi tersebut dengan mengembangkan kebijakan dan jasa,
memilih dan memperoleh sumber daya informasi,menyediakan akses fisik dan intelektual ke
sumber informasi yang sesuai, menyediakan fasilitas pembelajaran, serta mempekerjakanstaf
terlatih.
Staf
Pustakawan sekolah adalah anggota staf berkualifikasi profesional yang bertanggung
jawab atas perencanaan dan pengelolaanperpustakaan sekolah, sedapat mungkin dibantu staf
yang cukup,bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah, dan berhubungan dengan
perpustakaan umum dan lainnya. Peran pustakawan sekolah bervariasi tergantung pada
anggaran,kurikulum dan metodologi pengajaran di sekolah, dalam batas kerangka kerja
keuangan dan perundang-undangan nasional. Di dalam konteks khusus, adaranah umum
pengetahuan yang penting jika pustakawan sekolah mengembangkandan mengoperasikan
jasaperpustakaan sekolahyang efektif:yaitu mencakup sumber daya, manajemen perpustakaan
dan informasi serta pengajaran. Di dalam lingkungan jaringanyang makin berkembang,
pustakawan sekolah harus kompeten dalam perencanaan dan pengajaran keterampilan
menangani informasi yang berbeda-bedabagi guru dan murid. Dengan demikian,pustakawan
harus melanjutkanpengembangan dan pelatihanprofesionalnya.
Penyelenggaraan dan Manajemen
Untuk menjamin penyelenggaraan yang efektif dan dapat dipertanggungjawabkan, maka:
kebijakan mengenai jasa perpustakaan sekolah harus dirumuskanguna
menentukan tujuan, prioritas dan jasa dalam kaitannya dengan kurikulum
sekolah;
perpustakaan sekolah harus terorganisasi dan dikelola sesuai standar
profesional;
jasa hendaknya dapat diakses oleh semua anggota komunitas sekolah dan
63

diselenggarakandalam konteks komunitas lokal;


kerjasama dengan guru, manajemen senior sekolah, administrator, orang tua murid, pustakawan
dan profesionalinformasi lainnya dankelompok komunitas harus didorong.
download panduan pengelolaan perpustakaan sekolah
adapted from: http://72.14.235.104/search?
q=cache:F8if_kaAdOQJ:www.ifla.org/VII/s11/pubs/sguide02-my.pdf+per

64

MAKALAH PERPUSTAKAAN
Pendahuluan
Sebuah perpustakaan terbangun dari kumpulan berbagai elemen. Berbagai elemen
yang menopang berdirinya sebuah perpustakaan adalah gedung, koleksi, dana
operasional dan sumber daya manusia. Salah satu dari berbagai elemen tersebut yaitu
koleksi menjadi salah satu elemen penting yang menentukan eksistensi perpustakaan
di tengah masyarakat. Eksitensi perpustakaan di tengah masyarakat dapat dilihat dari
banyaknya masyarakat atau pengguna yang mengakses perpustakaan. Salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi minat masyarakat [2] untuk mengakses perpustakaan adalah
koleksi.
Koleksi yang mampu memotivasi masyarakat untuk mengakses perpustakaan adalah
koleksi yang berkualitas, sesuai kebutuhan pengguna perpustakaan serta jaminan
kemudahan akses terhadap koleksi tersebut. kualitas koleksi dipengaruhi dan kesuaian
koleksi dengan kebutuhan pemustaka dipengaruhi oleh proses pengadaan bahan
pustaka. Sedangkan kemudahan dalam mengakses koleksi perpustakaan sangat
dipengaruhi oleh proses pengolahan serta pelayanan bahan pustaka.
Proses pengadaan, pengolahan serta pelayanan bahan pustaka merupakan objek dari
kajian manajamen koleksi perpustakaan. Melihat arti penting koleksi dalam sebuah
perpustakaan maka sudah selayaknya jika pengelola perpustakaan mempelajari
tentang manajemen koleksi perpustakaan. Sayangnya masih banyak pengelola
perpustakaan yang tidak terlalu memperhatikan hal ini. Untuk itu, dalam upaya
memberikan pengetahuan tentang manajemen koleksi perpustakaan penulis mencoba
menuliskannya dalam modul singkat ini. Semoga modul ini mampu memberikan
pengetahuan

serta

panduan

praktis

dalam

melakukan

manajemen

koleksi

perpustakaan.
Pembahasan
Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan didirikan dengan berbagai tujuan. Di antara tujuan tersebut adalah agar
perpustakaan mampu menjelma sebagai lembaga yang mampu membina minat baca
masyarakat serta memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Untuk dapat melakukan
pembinaan minat baca masyarakat dan mampu memenuhi kebutuhan informasi
pemustaka sangat tergantung dari eksistensi koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.

65

Tanpa keberadaan koleksi

tentu perpustakaan tidak akan mampu melakukan

pembinaan serta memenuhi kebutuhan informasi masyarakat atau pemustaka.


Koleksi menjadi salah satu elemen penting dalam eksistensi sebuah perpustakaan.
Koleksi dapat menjadi motivator pagi pemustaka untuk datang ke perpustakaan.
Kualitas koleksi menjadi salah faktor penentu apakah perpustakaan akan diakses oleh
banyak pemustaka atau tidak.
Ketika berbicara mengenai manajemen koleksi maka topik mengenai koleksi
perpustakaan merupakan topik pertama yang akan dipelajari. Pada topik ini akan
dipelajari tentang defini koleksi, varian dari koleksi serta metode pengadaannya.
Koleksi perpustakaan adalah semua jenis bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan
disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan
informasi mereka (Yulian dan Sunjana, 2009). Bahan pustaka yang telah dihimpun atau
dikumpulkan oleh perpustakaan, selanjutnya diolah dengan menggunakaan kaidahkaidah tertentu, disimpan dan selanjutkan dilayankan kepada masyarakat yang
membutuhkannnya.
Apabila difinisi di atas ditarik ke dalam konteks perpustakaan sekolah, maka definisi koleksi
perpustakaan sekolah adalah semua jenis bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan
disimpan untuk disebarluaskan sehingga dapat dimanfaatkan oleh pemustaka dalam hal ini
guru, siswa dan staf administrasi sekolah.
Secara garis besar varian koleksi perpustakaan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok besar. Varian koleksi perpusakaan tersebut dapat dibedakan menjadi koleksi
tercetak dan koleksi non cetak. Koleksi tercetak terdiri dari buku, terbitan berseri,
peta, gambar, brosur, pamflet dan booklet. Makalah dan koleksi tugas akhir.
Sedangkan koleksi non cetak terdiri dari film, Compact Disk, mikrofilm, mikrofis,
Kaset dan koleksi digital.
Khusus untuk perpustakaan sekolah, dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, disebutkan bahwa
koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari :
1.

Buku Pelajaran Pokok


Buku pelajaran pokok merupakan buku utama yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Buku pelajaran pokok diterbitkan atau diadakan oleh pemerintah dan isinya disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku.

2.

Buku Pelajaran Penunjang


Buku pelajaran penjunjang adalah buku yang sifatnya sebagai penunjang atau pelengkap dari
buku pelajaran pokok yang digunakan oleh guru dan siswa.

3.

Buku Bacaan

66

Buku bacaan adalah buku yang digunakan sebagai bahan bacaan bagi siswa, guru dan staf
administrasi. Menurut jenisnya bahan bacaan dibedakan menjadi buku non fiksi, fiksi ilmiah dan
fiksi.
Perbandingan jenis koleksi yang sesuai dengan kurikulum dan koleksi fiksi adalah 60%
untuk koleksi non fiksi atau koleksi yang sesuai dengan kurikulum dan 40% untuk
koleksi fiksi (IFLA dan UNESCO, 2006).
4.

Buku sumber, referensi atau rujukan


Buku sumber, referensi atau rujukan adalah buku yang digunakan oleh warga sekolah sebagai
sumber informasi untuk menambah ilmu pengetahuan. Jenis koleksi ini seperti kamus,
ensiklopedi, almanak, direktori.

5.

Terbitan Berkala
Terbitan berkala merupakan jenis koleksi yang terbit secara terus menenus dan memiliki kala
atau periode terbit. Jenis terbitan berkala antara lain majalah, surat kabar, dan buletin.

6.

Pamflet atau brosur


Pamflet atau brusur juga merupakan bagian dari koleksi perpustakaan. Brosur atau pamflet
merupakan lembaran-lembaran yang berisi tentang keadaan atau kegiatan lembaga yang
menerbitkannya.

7.

Media pendidikan lainnya


Media pendidikan lainnya yang dapat dijadikan sebagai koleksi perpustakaan antara lain slide,
film, kaset, piringan hitam dan file-file presentasi.

8.

Kliping
Kliping adalah guntingan dari artikel atau berita dari surat kabar, majalah dan terbitan lainnya
yang dianggkap penting untuk disimpan dan berguna pemustaka (Perpustakaan Nasional R.I.,
2001).
Selanjutnya dalam buku pendoman yang disusun oleh Perpustakaan Nasional R.I. ini
disebutkan pula bahwa jumlah minimal dari koleksi sebuah perpustakaan sekolah
adalah 1000 judul materi (Perpustakaan Nasional R.I., 2001). Artinya dari berbagai varian
koleksi yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan sekolah maka minimal judul yang harus
dimiliki perpustakaan sekolah adalah 1000 judul.
Perpustakaan sekolah perlu mengembangkan koleksinya guna mendukung kegiatan
belajar mengajar serta pembinaan minat baca warga sekolah, dalam hal ini adalah
guru, murid dan staf administrasi sekolah. Guna mendukung kedua kegiatan tersebut
maka setidaknya sekolah menyediakan 10 judul buku untuk satu orang murid serta
menambah jumlah buku minimal 10% dari jumlah koleksi setiap tahunnya(Badan
Standarisasi Nasional; 2009).
Berbagai koleksi perpustakaan tersebut diperoleh dengan berbagai cara atau metode.
Metode yang lazim digunakan dalam kegiatan pengadaan bahan pustaka atau koleksi
perpustakaan antara lain:
67

1. Pembelian
Metode pengadaan koleksi yang pertama adalah pembelian. Metode pembelian
merupakan metode pengadaan koleksi yang dilakukan dengan cara membeli koleksi
perpustakaan dengan menggunakan anggaran yang dimiliki sekolah. Untuk itu pihak
sekolah perlu mengalokasikan dana khusus untuk pembelian koleksi perpustakaan.
Setidaknya ada 5% dari total anggaran sekolah yang dapat dialokasikan untuk kegiatan
pengelolaan perpustakaan sekolah diluar dari belanja pegawai dan pemeliharaan serta
perawatan gedung (SNI; 2009).
2. Hadiah
Metode pengadaan koleksi lainya adalah hadiah. Hadiah atau hibah dari pemerintah,
pihak swasta darn warga sekolah dapat juga merupakan metode pengadaan bahan
pustaka.
3. Bertukar koleksi
Untuk memperbanyak kuantitas koleksinya perpustakaan dapat bertukar koleksi
dengan

perpustakaan

atau

lembaga-lembaga

lainnya.

Perpustakaan

dapat

menawarkan kerjasama dengan perpustakaan atau lembaga sejenis untuk saling


bertukar

koleksi.

Dalam

kegiatan

bertukar

koleksi

ini,

perpustakaan

perlu

mempertimbangkan bahwa koleksi yang dipertukarkan adalah koleksi yang jumlah


berlebih serta dibutuhkan oleh pemustaka.
4. Produksi sendiri
Metode pengadaan koleksi yang terakhir adalah dengan memproduksi sendiri koleksi
perpustakaan. Contoh kongkrit dari metode pengadaan ini antara lain adalah kliping
atau karya tulis yang dihasilkan oleh pustakawan, siswa dan guru yang kemudian
dihimpun menjadi koleksi perpustakaan.
Pengolahan Koleksi
Koleksi perpustakaan terdiri dari banyak varian. Varian tersebut antara lain buku,
majalah, video, compact disk, kaset, laporan penelian dan lain-lain. Namun atas
dasar pertimbangan koleksi yang mendominasi perpustakaan serta durasi waktu
pelatihan yang terbatas maka pada kesempatan kali ini hanya akan dijelaskan tentang
prosedur kegiatan pengolahan koleksi buku.
Dalam kegiatan pengolahan koleksi buku ada beberapa tahapan yang harus dilalui.
Berbagai tahapan pengolah koleksi buku antara lain:
1. Pemberian stempel inventaris dan stempel perpustakaan
Langkah pertama pengelolaan buku dalam sebuah perpustakaan adalah dengan memberikan
identitas kepemiliki buku tersebut. Pemberian identitas ini dilakuakan dengan cara memberikan
stampel perpustakaan pada setiap buku perpustakaan. stampel yang dibubuhkan dalam buku

68

tersebut berfungi sebagai identitas kepimilikan sehingga apabila buku tersebut hilang dan
ditemukan seseorang dengan mudah orang tersebut dapat mengembalikan itu keperpustakaan.
Stempel bukti kepemilikan ini diletakkan pada bagian-bagian tertentu dari buku seperti halaman
judul, halaman akhir buku atau setiap awal bab.
desain stempel perpustakaan
Selain memberikan stempel perpustakaan pada halaman tertentu yang ada di dalam sebuah buku,
pengelola perpustakaan juga perlu memberikan stempel inventarisasi pada halaman judul
koleksi. Pada stempel ini, pengelola perpustakaan membubuhkan nomor inventaris pada kolom
inventari, nomor panggil koleksi pada kolom klas, tanggal terima pada kolom terima dan
membubuhkan tanda tangan staf perpustakaan yang melakukan kegiatan inventarisasi pada
kolom tanda tangan (ttd).
Stempel inventaris
Posisi stampel inventaris
2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah kegiatan untuk mengelompokkan koleksi-koleksi yang dimiliki
perpustakaan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Dengan pengelompokkan ini maka koleksi
sejenis akan terkelompok menjadi satu (berdekatan) sehingga akan mempermudah
dalam proses temu kembali koleksi di perpustakaan. Ciri-ciri yang digunakan sebagai
pedoman untuk melakukan pengelompokan koleksi adalah ciri fisik koleksi dan subjek dari
bidang ilmu koleksi tersebut.
Dari definisi di atas setidaknya ada beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan
klasifikasi. Manfaat tersebut antara lain koleksi sejenis akan saling berdekatan
sehingga mempermudah proses temu kembali koleksi, memudahkan identifikasi
koleksi di rak koleksi perpustakaan sehingga pengguna dapat dengan mudah
menemukan koleksi yang dibutuhkan dan manfaat yang terakhir adalah dengan
klasifikasi memungkina pengguna perpustaakan mengetahui dengan cepat isi atau
subjek ilmu yang terkandung dalam sebuah koleksi.
Gambar 1. Ilustrasi Kegiatan Klasifikasi
Menurut Qolyubi dkk (2003) sistem pengelompokan atau klasifikasi perpustakaan dapat
dibedakan menjadi:
1.

Klasifikasi artifisial
Klasifikasi aritifsial adalahsistem pengelompokkan atau klasifikasi koleksi berdasarkan ciri fisik

koleksi, seperti ukuran, warna ataupun data fisik lainnya.


2. Klasifikasi Fundamental
Klasifikasi fundamental adalahsistem pengelompokkan atau klasifikasi koleksi berdasarkan
subjek yang terkandung dalam sebuah koleksi.
69

Kedua

sistem

klasifikasi

tersebut

diaplikasikan

dalam

kegiatan

pengelolaan

perpustakaan. Pengelola perpustakaan akan mengelompokkan koleksi berdasarkan ciri


fisik koleksi, artinya pengelola perpustakaan mengaplikasikan klasifikasi artifisial.
Selanjutnya, setelah dikelompokkan berdasarkan ciri fisik koleksi, kemudian koleksi
dikelompokkan lagi berdasarkan subjek dari koleksi.

Dengan demikian Koleksi yang

memiliki subjek sama akan saling berdekatan, artinya pengelola perpustakaan telah
menggunakan klasfikasi fundamental dalam kegiatan klasifikasi.
Dalam

kegiatan

klasifikasi

fundamental,

seseorang

akan

mengelompokkan

koleksi

berdasarkan subjek bahan pustaka. Dalam kegiatan klasifikasi ini ada dua tahapan yang
dilakukan yaitu analisis subjek serta penentuan notasi atau nomor klas subjek. Berikut
ini penjelasan dari masing-masing tahapan.
2.1. Analisis Subjek
Untuk dapat menentukan subjek sebuah koleksi atau bahan pustaka maka perlu dilakukan proses
analisis subjek. Analisis subjek adalah kegiatan atau proses penentuan subjek atau isi
yang terkandung dalam sebuah koleksi.
Dalam kegiatan analisis subjek ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu jenis konsep
dan jenis subjek. Jenis konsep dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Fenomena
Merupakan masalah yang menjadi bahasan utama di dalam bahan Pustaka. Fenomena dibedakan
menjadi objek konkret dan objek abstrak. Objek kontrik contohnya adalah Perpustakaan,
Komputer. Sedangkan objek abstrak contohnya antara lain budaya dan agama.
b.

Disiplin Ilmu
Merupakan disiplin ilmu utama atau cabang dari disiplin ilmu utama yang dibahas dalam sebuah
bahan pustaka. Disiplin ilmu diutama disebut juga dengan istilah disiplin ilmu fundamental dan
cabang disiplin ilmu disebut subdisiplin.

Misalnya ilmu sosial maka cabang disiplin ilmu

tersebut antara lain sosiologi, ilmu politik ilmu hukum, administrasi dan lain sebagainya.
c. Bentuk Penyajian
Merupakan organisasi penyajian subjek dalam bahan pustaka menurut bentuk fisik, sistematika
penyajian dan bentuk intelektual. Seperti Majalah, Kamus, Ensiklopedi, Direktori, Statistik.
Untuk jenis subjek dibedakan ke dalam empat jenis. Keempat jenis subjek tersebut adalah:
a. Subjek Dasar
Adalah jenis subjek bahan pustaka

yang terdiri dari satu disiplin ilmu. Misalnya politik,

pendidikan, ekonomi dan lain-lain.


b. Subjek Sederhana
Adalah subyek bahan pustaka terdiri dari satu faset pembagian dari satu disiplin ilmu, Misalnya
pendidikan dasar
c. Subjek majemuk
70

Adalah jenis subyek bahan pustaka terdiri dari lebih satu faset pembagian dari disiplin ilmu.
Misalnya Pendidikan Dasar di Indonesia
d. Subjek Kompleks
Adalah jenis subjek suatu bahan pustaka yang terdiri dua subjek atau lebih yang saling
berinteraksi dari satu disiplin ilmu atau lebih, contoh pengaruh narkoba terhadap kenakalan
remaja.
Hasil analisis subjek adalah deskripsi tentang subjek sebuah koleksi. Untuk melakukan
proses analisis subjek sehingga menghasilkan deskripsi subjek sebuah koleksi,
dilakukan dengan cara:
a.

Membaca judul dari bahan pustaka, jika dirasa bahwa judul telah merefleksikan

subjek sebuah buku


b. Membaca halaman sebalik halaman judul (halaman verso). Di dalam halaman judul
terdapat katalog dalam terbitan yang dapat menampilkan subjek dari sebuah bahan
pustaka
c. Membaca daftar isi jika dengan membaca judul dan halaman kolofon belum diketaui
subjek dari sebuah koleksi.
d. Membaca kata pengantar dari sebuah koleksi
e. Membaca ringkasan buku yang biasanya terdapat pada halaman belakang buku.
f. Membaca buku secara keseluruhan jika dengan melakukan berbagai instruksi di atas
g.
h.

belum ditemukan subjek dari koleksi tersebut.


Menggunakan sumber-sumber lain seperti bibliografi, kamus.
Bertanya kepada subjek spesialis jika semua langkah telah dilakukan belum mampu
menentukan subjek dari sebuah koleksi.
2.2. Menentukan Notasi atau Nomor Klas
Notasi atau nomor klas dapat diartikan sebagai simbol atau kode yang mewakili
sebuah subjek bahan pustaka dalam bagan klasifikasi. Notasi dapat berupa huruf,
angka bahkan warna. Namun diantara ketiga jenis notasi tersebut, angka merupakan
jenis notasi yang banyak digunakan oleh perpustakaan. Motivasi perpustakaan
memanfaatkan angka sebagai notasi salah satunya karena notasi angka memiliki bagan
yang berlaku secara internasional seperti Dewey Decimal Classification, Universal
Decimal Classification dan Library of Conggress.
Berikut ini adalah penjelasan tentang ketiga jenis notasi yang dapat digunakan oleh
perpustakaan:

a. Warna
Apabila perpustakaan akan menggunakan warna sebagai identitas klasifikasi maka subjek dari
koleksi diwakili oleh satu jenis warna untuk setiap subjeknya. Misalnya warna putih untuk
subjek karya umum, merah untuk ilmu sosial, biru untuk subjek ilmu terapan dan seterusnya.
Akan tetapi notasi warna ini memiliki beberapa kelemahan yaitu terbatasnya jumlah warna
padahal subjek ilmu terus bertambah, selain itu klasifikasi warna tidak optimal keberadaannya
jika digunakan untuk yang memiliki masalah dengan buta warna.
71

b.

Hurup
Pada prinsipnya penggunaan abjad sebagai notasi hampir sama dengan penggunaan warna
dalam sistem klasifikasi, dimana setiap abjad mewakili subjek tertentu. Misalnya huruf A
mewakili subjek pengetahuan umum, B mewakili subjek filsafat, C mewakili subjek agama dan
seterusnya.
Dalam penggunaan sistem abjad dapat juga digunakan inisial atau singkatan dari sebuah subjek.
Misalnya peu untuk subjek pengetahuan umum, Fil untuk subjek filsafat, slg untuk subjek
sosiologi, pol untuk subjek politik dan masih banyak lagi.

c. Angka atau nomor klasifikasi.


Jenis notasi yang terakhir adalah notasi dengan menggunakan angka. Notasi angka diperoleh dari
sistem klasifikas yang ada. Saat ini ada berberapa sistem klasifikasi yang familiar digunakan di
Indonesia. Sistem tersebut antara lain Dewey Decimal Classification (DDC), Universal
Decimal Classification (UDC), Library of Conggress (LC) dan Colon Classification. Dalam
makalah ini hanya akan dijelaskan satusistem klasifikasi yaitu DDC, pertimbangan penulis
memilihsistem klasifikasi ini karenasistem klasifikasi ini adalahsistem klasifikasi yang paling
banyak digunakan.
Dewey Decimal Classification

atau DDC merupakan salah satu sistem klasifikasi yang

familiar digunakan oleh banyak perpustakaan di Tanah Air. Sistem ini menyangkut seluruh
subjek ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis dan teratur. Pembagian ilmu (subjek
ilmu pengetahuan) dimulai dari subjek yang bersifat umum menuju subjek bersifat khusus.
Pembagian subjek dalam sistem ini dimulai dari subjek besar atau umum yang disebut dengan
kelas utama, kemudian diperinci menjadi divisi, selanjutnya divisi diperinci menjadi sub divisi
dan lebih rinci lagi menjadi tabel lengkap. Contohnya adalah sebagai berikut
Sepuluh kelas utama dalam DDC terdiri dari:
- 000 untuk karya umum
- 100 untuk filsafat dan psikologi
- 200 untuk agama
- 300 untuk Ilmu Sosial
- 400 untuk bahasa
- 500 untuk sains
- 600 untuk teknologi
- 700 untuk kesenian dan rekreasi
- 800 untuk Sastra
- 900 untuk sejarah dan geografi
-

Divisi atau ringkasan ke II


300 untuk ilmu Sosial
310 untuk statistik
320 untuk ilmu politik
330 untuk ekonomi
340 untuk hukum
350 untuk administrasi publik, ilmu kemilitiran
360 untuk masalah dan jasa sosial
370 untuk pendidikan
380 untuk perdagangan, komunikasi dan perhubungan
390 untuk adat istiadat, etiket dan folklor
72

Subdivisi atau ringkasan ke III


- 370 untuk Pendidikan
- 371 untuk Pendidikan secara umum
- 372 untuk Pendidikan dasar
- 373 untuk Pendidikan menengah
- 374 untuk Pendidikan dewasa
- 375 untuk Kurikulum
- 376 untuk Pendidikan wanita
- 377 untuk Sekolah dan agama
- 378 untuk Pendidikan tinggi
- 379 untuk Pendidikan dan negara
DDC terdiri dari beberapa unsur-unsur pokok. Unsur-unsur tersebut antara lain sistematika,
notasi, indeks relatif dan tabel pembantu. Berikut ini penjelasan dari masing-masing unsur
tersebut
a.

Sistematika
Berupa bagan yang berisi pembagian ilmu didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu.
b.

Notasi

adalah angka yang mewakili subjek-subjek tertentu. Angka dalam notasi DDC mewakili sebuah
c.

subjek. Angka atau notasi juga disebut dengan nomor


Indeks ralatif
Adalah sejumlah tajuk subjek yang disertai rincian aspek-aspeknya dan disusun secara alfabetis

lengkap dengan nomor klasifikasi


d. Tabel Pembantu
Merupakan notasi khusus yang digunakan untuk menyatakan aspek tertentu. Tabel pembantu
yang ada dalam DDC terdiri dari:
Tabel 1: Subdivisi standar
Tabel 2: Wilayah
Tabel 3: Subdivisi sastra
Tabel 4: Subdivisi bahasa
Tabel 5: Ras, etnik, kebangsaan
Tabel 6: Bangsa dan etnis
Tabel 7: Bahasa
Setelah pengetahui unsur-unsur DDC lalu bagaimana memanfaatkan atau cara menggunakan
sistem klasifikasi ini sehingga mampu menentukan nomor klasifikasi yang benar. Langkahlangkah menggunakan DDC adalah sebagai berikut:
a. Lakukan Anasis subjek
Langkah pertama yang dilakukan untuk dapat menggunakan DDC adalah dengan menuntukan
subjek koleksi dengan melakukan analisis subjek. Analisis subjek dilakukan dengan membaca
judul, halaman judul, kata pengantar, daftar isi, isi buku dan kesimpulan. Perhatikan hasil
analisis subjek, apakah subjek tersebut termasuk dalam kategori subjek dasar, subjek sederhana,
subjek majemuk dan subjek kompleks .
b. Gunakan Indeks relatif untuk mencari nomor klasifikasi dengan cepat

73

Setelah menemukan subjek koleksi, selanjutnya cari nomor klasifikasi subjek dengan bantuan
indeks relatif. Indeks relatif akan membantu menemukan nomor klasifikasi secara cepat karena
indeks relatif menyusun subjek (tajuk subjek) urut alfabetis.
c. Periksa bagan klasifikasi
Setelah menemukan nomor klasifikasi subjek pada indeks relatif selanjutnya periksa nomor
tersebut pada bagan klasifikasi untuk memastikan bahwa nomor klasifikasi yang diperoleh tepat.
Perhatikan juga instruksi yang ditampilkan pada bagan. Apabila tidak ada instruksi maka
silahkan gunakan nomor tersebut untuk subjek yang telah anda tentukan dalam proses analisis
subjek
Setelah melakukan klasifikasi deskriptif (analisis subjek dan menentukan notasi) sehingga
diperoleh notasi yang mewakili subjek ilmu sebuah koleksi, selanjutnya hasil notasi tersebut
(baik warna, huruf ataupun angka) diletakkan dibagian paling atas dari nomor panggil atau call
number. Nomor panggil minimal terdiri dari 3 bagian, yaitu notasi, tiga huruf pertama nama
pengarang (entri utama) dan satu hurup pertama judul. Nomor panggil diletakkan dipunggung
koleksi atau buku dan menjadi alat identifikasi koleksi di jajaran rak koleksi. Selain itu nomor
panggil juga diletakkan dalam kartu katalog yang berfungsi sebagai wakil dokumen yang
memungkinkan penguna perpustakaan menemukan koleksi yang dibutuhkan secara cepat dan
tepat.
Gambar 2. Contoh nomor panggil buku dengan menggunakan nomor klasifikasi
Gambar 3. Contoh nomor panggil buku yang dibuat dengan inisial subjek
Gambar 4. Contoh nomor panggil buku dengan warna sebagai wakil subjek
3. Pemberian nomor inventaris
Nomor inventasi merupakan nomor unik dari sebuah buku, dimana setiap nomor inventaris yang
ada dalam suatu buku akan berbeda dengan nomor inventaris yang ada dalam di dalam buku
lainny. Nomor inventaris ini akan sangat membantu untuk mengetahui jumlah dari koleksi buku
yang dimiliki suatu perpustakaan. Dengan melihat nomor inventaris terakhir dari koleksi buku
perpustakaan maka dengan mudah dapat diketahui jumlah koleksi perpustakaan bersangkutan.
Pemberian nomor inventaris pada buku dilakukan setelah sebelumnya buku tersebut dicatat
dalam buku inventaris. Informasi yang dicatatat dalam dalam buku inventaris meliputi nomor
urut, nomor inventaris, judul, nama pengarang atau editor, informasi penerbit (meliputi kota,
nama penerbit dan tahun terbit), asal, nomor panggil buku, bahasa atau keterangan lain yang
perlu ditambahkan.
No No. Inventaris
.

Judul

Pengaran Penerbit
g

74

Asal

No.
Klasifika
si

Bahasa
In Asin
d

00.001/HB/06/ Hikay
H

at

Yuwanda Yogyakart

si Daya

Kancil

Putra

a;

Pembelia 810 Put h x

Olah n

Pustaka,
2010

Contoh buku inventaris


Halaman buku yang telah dibubuhi nomor inventaris

4. Katalogisasi
Katalogisasi (cataloging) adalah proses pengolahan data-data bibliografi yang terdapat
dalam suatu bahan pustaka menjadi katalog (Qolybudi dkk, 2003). Artinya, katalog
merupakan produk dari katalogisasi. Katalog sendiri memiliki pengertian sebagai
daftar yang dipersiapkan sedemikian rupa untuk tujuan tertentu seperti katalog
pameran, katalog penerbit, katalog perdagangan (Lasa Hs, 1997).
Jika katalog tersebut ditarik dalam dunia perpustakaan maka katalog tersebut dikenal
dengan nama katalog perpustakaan. Katalog perpustakaan adalah daftar koleksi
perpustakaan yang disusun menurut susuna tertentu atau sistematis (Lasa Hs, 1997).
Katalog perpustakaan akan memudahkan pemustaka dalam mencari koleksi yang
dibutuhkan.
Katalogisasi memiliki tujuan. Tujuan dari kegiatan katalogisasi sehingga mampu
menghasilkan katalog perpustakaan antara lain:
1. Memberikan peluang bagi pengelola maupun pemustaka menemukan koleksi yang
dibutuhkan berdasarkan nama pengarang, judulnya dan subjek koleksi.
2. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan dari pengarang tertentu, berdasarkan
subjek tertentu atau dalam jenis literature tertentu.
3. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya.
Katalog perpustakaan disajikan dalam beberap format. Format tersebut antara lain
format kartu, CD, format Online (OPAC) atau yang dikenal dengan sebutan katalog
komputer dan daftar tambahan koleksi. Untuk perpustakaan sederhana format katalog
perpustakaan yang sesuai adalah format kartu katalog dan tambah koleksi.
Katalog perpustakaan sendiri dapat disajikan dalam berbagai format. Format katalog
perpustakaan antara lain:
1. Bentuk cetakan, buku
75

Bentuk katalog perpustakaan yang merupakan himpunan dari lembaran-lembaran yang


berisi daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan ke dalam satu jilid. Keuntungan dari
format

katalog

perpustakaan

ini

adalah

biaya

produksinya

murah,

mudah

pengirimannya dan mudah dibawa kemana-mana. Sedangkan kelemahan adalah jika


terjadi penambahan koleksi akan sulit untuk dimasukkan ke dalam daftar yang telah
dibuat.
2. Katalog berkas
Katalog ini dibuat dari kertas manila putih dengan ukuran 10 x 20 cm dan kemudian
dijilid. Satu jilid bendel berisi sekitar 50 buat kartu. Namun saat ini katalog jenis ini
dinilai kurang praktis.
3. Bentuk kartu
Bentuk katalog dalam format kartu. Format kartu merupakan format katalog yang
paling banyak digunakan saat ini. Kelebihan dari format katalog ini antara lain tahan
lama, lebih praktis jika terjadi penambahan koleksi dan mudah penggunaannya.
Sedangkan kelemahannya antara lain memerlukan lembari katalog yang harus didesain
khusus, memerlukan tempat tersendiri dan sulit untuk dibawa kemana-mana.
4. Komputer
Selain kartu katalog, format ini merupakan format yang saat ini banyak digunakan
oleh

perpustakaan.

Apalagi

dengan

tumbuhnya

gerakan

open

source

yang

perpustakaan memperoleh perangkat lunak yang dapat digunakan secara gratis.


Berbagai perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai katalog antara lain CDS/ISIS,
WINISIS, OpenBiblio, Atheneum, Otomigen-X dan Slims.
Proses katalogisasi atau proses pembuatan katalog perpustakaan terdiri dari dua
kegiatan. Kedua kegiatan tersebut antara lain katalogisasi deskriptif dan katalogisasi
subjek. Penjelasan dari kedua kegiatan tersebut adalah sebagai berikut
1. Katalogisasi Deskriptif
Kalogisasi deskriptif merupakan kegiatan merekam data bibliograf sebuah koleksi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menentukan entri utama dan entri tambahan serta
deskripsi bibliografi dari sebuah koleksi. Setelah berhasil menentukan entri utama,
entri tambahan dan deskripsi bibliografi maka langkah selanjutnya dalam katalogisasi
deskripsif adalah adalah mencantumkannya dalam entri katalog. Pedoman yang
digunakan untuk melakukan katalogisasi deskriptif adalah AACR2 (Anglo American
Cataloging Rules Second Edition) dan ISBD (International Standard Book Description)
a. Penentuan entri utama dan entri tambahan
Dalam penentuan tajuk entri utama dan entri tambahan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
-

Pengarang tunggal maka tajuk entri utama adalah pengarang buku atau koleksi
tersebut.
76

Contoh:
Teknologi Informasi Perpustakaan / Wahyu Supriyanto
Entri utamanya pada Wahyu Supriyanto dan entri tambahannya pada judul dan subjek
-

Pengarang ganda, dua dan tiga orang maka entri utama adalah pengarang utama
sedangkan pengarang kedua dan ketiga dijadikan sebagai tajuk entri tambahan.
Contoh:
Membangun Otomasi Perpustakaan Dengan OpenBiblio/Arif Surachman, Purwoko,
Heri Abi Burachman
Entri utamanya adalah Arif Surachman dan pengarang lainnya dijadikan sebagai entri
tambahan

Pengarang lebih dari tiga orang atau lebih maka tajuk entri utamanya adalah judul
Contoh
Membangun Perpustakaan Digital/ Arif Surachman, Wahyu Supriyanto, Purwoko
dan Heri Abi Burachman Hakim
Entri utama adalah Judul dan entri tambahannya adalah nama pengarang

Karya editor atau penyunting maka entri utamanya pada judul. Jika pengarangnya
disebut maka berlaku ketentuan entri utama untuk pengarang.
Misalnya
Perangkat Lunak Open Source dalam Dunia Perpustakaan / Editor : Purwoko
Entri utama pada judul dan entri tambahan pada Purwoko (editor)

Karya Anonim (tanpa pengarang) maka entri utamanya pada judul

Karya kumpulan, entri utamanya pada judul

Badan Korporansi maka entri utamanya adalah badan korporasi


b. Deskripsi Bibliografi
Deskripsi bibliografi disusun ke dalam delapan daerah. Setiap daerah terkadang terdiri
dari

beberapa

unsur. Berbagai

daerah

dan

unsur-unsur

dipisahkan

dengan

menggunakan tanda baca. Kedelapan daerah diskripsi bibliografi tersebut lengkap


dengan tanda bacanya antara lain:
No.
1

Daerah
Tanda Baca Unsur
Daerah judul dan pernyataan
Judul sebenarnya
[]
GMD
(General
Material
tanggung
jawab
Designation)
(kepengarangan):
=
Judul paralel
:
pernyataan judul lain
Pernyataan tanggung jawab
/
Pengarang pertama
,
Pengaran kedua dan pengarang ke
tiga (jika pengarang lebih dari satu
tetapi tidak lebih dari dua)
pengarang
lain
(seperti

;
77

2
3
4

.-

penerjemah, ilustrator, narator)


Keterangan
Edisi
(seperti

.-

keterangan cetakan, edisi cetakan)


Tidak digunakan untuk deskripsi

Daerah impresum

.-

buku
Tempat

Daerah deskripsi fisik

;
:
,
.-

pertama)
Tempat berikutnya
Nama Penerbit
Tahun Terbit
Jumlah halaman (misalnya xii, 250

hlm.)
Data fisik lain (seperti ilustrasi dan

;
.-

index)
Ukuran fisik koleksi
Judul seri sebenarnya

=
:
.-

dengan kurung)
Judul Pararel
Keterangan judul seri tambahan
Segala sesuatu yang dianggap

Daerah edisi
Daerah data khusus

Daerah keterangan seri

Daerah catatan

terbit

(tempat

terbit

(ditulis

penting yang belum dimasukkan


8

Daerah penomoran, harga dsb

pada daerah sebelumnya


Nomor standar
Judul kunci
Syarat-syarat dan harga
Keterangan tambahan

.=
:
()

Tabel 1. Tabel Data Deskripsi Bibliografi


Berbagai data bibliografi di atas akan dimasukkan ke delapan daerah diambil dari
bahan pustaka yang ada di tangan staf perpustakaan. Data bibliografi tersebut dapat
diperoleh dengan membaca:
-

Kulit buku

Halaman judul singkat

Halaman judul

Halaman sebalik halaman judul atau halaman verso

Bagian lainnya dari buku seperti kata pengantar, daftar isi, isi buku, indeks dan
bibliografi.
2. Katalogisasi subjek
Kegiatan merekam subjek dari sebuah bahan pustaka dengan cara melakukan analisis
subjek kemudian menentukan nomor klasifikasinya berdasarkan peraturan yang
berlaku. Jika diilustrasikan melalui gambar maka hasil akhir dari kegiatan katalogisasi
deskriptif dan katalogisasi subjek seperti gambar di bawah ini.
Gambar 5. Kartu katalog
78

Setelah melakukan katalogisasi deskriptif dan katalogisasi subjek, selanjutnya langkah


yang perlu dilakukan perlu adalah membuat kartu katalog dan menyusun kartu katalog
yang telah dibuat. Berikut ini langkah-langkah yang dilalui dalam kegiatan pembuatan
kartu katalog dan penyusun kartu katalog:
1. Siapkan kartu katalog dengan kertas berukuran 12,5 cm. x 7,5 cm. Di tengah bagian
bawah kartu dibuat lubang untuk memasukkan tusuk pengaman.
2. Membuat temporary slip (T. Slip) atau worksheet. T. Slip merupakan kertas yang
berisi konsep untuk pembuatan kartu katalog, sedangkan worksheet merupakan T.Slip
yang digunakan sebagai konsep katalog komputer (Lasa-Hs, 1998). T.Slip atau
worksheet akan memudahkan dalam proses pengetikan kartu katalog atau ketika
memasukkan data bibliografi buku ke dalam perangkat lunak yang digunakan
perpustakaan.
3. Menyalin data yang ada pada T. Slip atau worksheet ke dalam kartu katalog. Berikut
ini contoh format kartu katalog yang
a)

Katalog Pengarang

b)

Katalog Judul

c)

Katalog Subjek

4. Selanjutnya untuk memudahkan penelusuran kartu katalog, maka katalog-katalog


tersebut dikelompokkan kedalam satu jenis dan disusun alfabetis dari yang ter kecil
ke yang terbesar. Selanjutnya kartu katalog yang telah tersusun dimasukkan ke dalam
lemari katalog

5. Pemasangan kelengkapan buku


Sebelum buku disajikan dirak agar dapat diakses oleh pengguna perpustakaan maka sebuah buku
perlu diberi kelengkapan buku. Kelengkapan buku antara lain kartu buku, slip tanggal kembali
(data due slip), label buku(call number), kantong buku dan sampul buku.
Berikut ini langkah-langkah yang digunakan untuk membuat dan memasang kelengkapan buku:
1.

Label buku

Label buku adalah label yang berisi nomor panggil buku atau call number. Label buku
dibuat dengan kertas berukuran 3x4 cm. Pada label tersebut dicantumkan nomor
panggil buku atau call number yang sebelumnya telah dibuat. Lalu label buku
ditempelkan pada punggung buku kira-kira 3 cm dari ujung bawah buku.
Gambar 11. Contoh Label buku dan pemasangannya
2.

Lembar tanggal kembali (date due slip), berisi catatan nomor anggota dan tanggal
wajib pengembalian. Lembar tanggal kembali ini ditempelkan pada akhir halaman

79

atau sampul akhir dari buku. Gunanya untuk mengingatkan peminjam peminjam
tanggal pengembalian koleksi yang dipinjam.
Gambar 12. Catatan Tanggal Kembali

u buku
Kartu buku adalah alat yang digunakan untuk mengontrol peredaran buku. Melalui
kartu buku ini dapat diketahui apakah buku tersebut sedang dipinjam atau tidak,
siapa peminjamnya dan kapan tanggal kembali buku tersebut.
Gambar 12. Kartu buku
Kantong buku
Kantong buku adalah kantong yang difungsikan sebagai tempat untuk meletakkan
kartu buku. Kantong buku terbuat dari kertas karton atau kertas lainnya. Di dalam
kantong buku ini dibubuhi nomor panggil buku dan nomor inventaris buku. Kantong
buku diletakkan di dalam sampul belakang.
Gambar 13. Kantong buku
5.

Penyampulan
Langkah terakhir dalam kegiatan pemasangan kelengkapan buku adalah memasang
sampul pada buku. Setiap buku perlu diberi sampul plastik agar buku tidak mudah
rusak. Memasang sampul buku secara tidak langsung telah melakukan kegiatan
perawatan bahan pustaka yang dapat memperpanjang usia buku.
6. Shelving (pengerakan)
Shelving atau pengerakkan memegang peranan penting dalam menentukan kecepatan
serta ketepatan dalam proses temu kembali koleksi atau buku. Sebaik apapun
kegiatan pengolahan atau sistem automasi yang digunakan tidak optimal apabila bukubuku tersebut tidak disusun secara sistematis di rak buku. Pengguna perpustakaan dan
pengelola sendiri harus konsisten untuk mengembalikan bukunya. Usaha ini dilakukan
agar buku dapat dengan mudah ditemukan jika diperlukan.
Langkah-langkah dalam pengerakan:
1.

Pengelompokan buku berdasarkan jenisnya.

Buku-buku koleksi dikelompok-kelompokkan berdasarkan jenis buku, misalnya buku referensi


dikelompokkan dalam kelompok buku referensi, buku teks dikelompokkan dalam kelompok
buku teks.
2.

Penyusunan buku di rak

Setelah buku dikelompokkan berdasarkan jenis buku kemudian buku disusun di rak berdasarkan
nomor klas dari nomor klasifikasi terkecil sampai nomor klasifikasi terbesar. Penyusunan buku

80

dirak selain memperhatikan nomor klasifikasi, penyusunan buku juga perlu memperhatikan
urutan abjad tajuk entri utama dan judul buku yang ada.
Buku disusun menurut jenis koleksi
Gambar 14. shelving buku di rak
Pelayanan Bahan Pustaka
Setelah melalui proses pengolahan maka koleksi perpustakaan siap untuk dilayankan
kepada pengguna perpustakaan. Banyak bentuk layanan yang dapat diberikan kepada
pemustaka dalam rangka melayankan koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada
pemustaka. Namun secara garis besar pelayanan bahan pustaka dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu layanan sirkulasi dan layanan referensi.
Berikut ini deskripsi tentang layanan sirkulasi dan layanan referensi dalam rangka
melayankan koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna perpustakaan:
1. Layanan sirkulasi
Layanan sirkulasi dikenal sebagai layanan peminjaman dan pengembalian yang
diselenggarakan perpustakaan agar pemustaka dapat memanfaatkan koleksi yang
dimiliki perpustakaan. Di dalam Kamus Istilah Perpustakaan disebutkan bahwa layanan
sirkulasi adalah suatu perkerjaan, tugas, seksi maupun bagian di perpustakaan yang
berhubungan dengan pemanfaatan koleksi (Lasa-Hs, 1998). Lebih lanjut dalam kamus
ini disebutkan bahwa di dalam layanan sirkulasi terkait dengan kegiatan pendaftaran
anggota, tatatertib, statistik dan peminjaman serta pengembalian koleksi.
Dalam layanan sirkulasi dikenal dua sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.
Sistem terbuka adalah sistem yang memberikan keleluasaan kepada pengguna untuk
mencari koleksi yang dibutuhkan ke dalam rak-rak koleksi yang dimiliki perpustakaan.
Sistem tertutup adalah sistem yang tidak memberikan keleluasaan keleluasaan
pemustaka untuk mencari koleksi ke dalam rak koleksi yang dimiliki perpustakaan,
untuk mencari koleksi yang dibutuhkan pemustaka diharuskan meminta bantuan
kepada pengelola perpustakaan untuk mencarikan koleksi yang dibutuhkan di dalam
rak koleksi perpustakaan.
2. Layanan Referensi
Layanan pemustaka yang berkaitan dengan sumber-sumber atau koleksi referensi 1[3]
antara lain meliputi menjawab pertanyaan yang diajukan, penelusuran informasi baik
di dalam maupun di luar perpustakaan itu sendiri (Lasa-Hs, 1998). Dengan kata lain
1[3] Koleksi referensi dapat juga disebut sebagai buku acuan atau rujukan. Jenis koleksi ini
terdiri dari kamus, ensiklopedi, direktori, buku pegangan (handbook), indeks, bibliograi dan
terbitan pemeritah.
81

layanan

referensi

merupakan

layanan

yang

diberikan

perpustakaan

dengan

memanfaatkan koleksi referensi yang dimiliki perpustakaan. Produk akhir dari layanan
ini adalah jawaban atas pertanyaan dari pemustaka yang diperoleh dari koleksi
referensi yang dimiliki perpustakaan.
Penutup
Manajemen koleksi merupakan salah satu kegiatan manajemen yang dilakukan oleh
pengelola perpustakaan. Pengelola perpustakaan perlu memberikan perhatian ekstra
terhadap majemen koleksi karena koleksi merupakan salah satu magnet yang dapat
menarik minat pengguna perpustakaan.
Dalam manajemen koleksi setidaknya ada tiga kegiatan pengelolaan perpustakaan
yang menjadi fokus perhatian. Ketiga kegiatan tersebut adalah pengadaan,
pengolahan serta pelayanan bahan pustaka. Ketiga kegiatan tersebut memiliki
kedudukan yang sama dalam rangka mewujudkan koleksi yang berkualitas dan mampu
memotivasi pengguna perpustakaan untuk mengakses perpustakaan.

Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2009. Standar Nasional Indonesia 7329: 2009, Perpustakaan
Sekolah. Jakarta, Badan Standarisasi Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi,
Edisi Ketiga. Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional RI.
IFLA dan UNESCO. 2006. Panduan Perpustakaan Sekolah. Jakarta, Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
Lasa Hs. 1997. Pedoman Katogisasi Perpustakaan Muhammadiyan : Monograf dan Terbitan
Berkala. Yogyakarta, Majelis Pustaka Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
______. 1998. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Yulia, Yuyu dan Sujana, Janti Gristinawati.2009. Pengembangan Koleksi. Jakarta; Penerbit
Universitas Terbuka.
Qolyubi, Sihabuddin dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.Yogyakarta,
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Perpustakaan Nasional RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta,
Perpustakaan Nasional RI.
_____________________. 2001. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah.
Jakarta Perpustakaan Nasional RI.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Heri Abi Burachman Hakim
Mail: chobish@yahoo.com, heri_abi@ugm.ac.id
Web/blog: http://heri_abi.staff.ugm.ac.id, www.chobish.wordpress.com

DATA PRIBADI
82

Tempat & Tanggal Lahir : Yogyakarta, 26 September 1982


Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Kewarganegaraaan
: Indonesia
Status
: Kawin
Alamat Asal
: Jalan Ahmad Yani No.14 Yukum Jaya Lampung Tengah
Alamat Sekarang
: Gang Brojodento 3 Pringgodani Mrican Sleman Yogyakarta
Telepon
: (0274) 552852, 081392156396
: Menulis, membaca, diskusi, tenis meja.

AN
07
03
0
7
4

: Sarjana Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga (Predikat Cumlaude, IPK: 3,60)
: Diploma III Perpustakaan FISIPOL UGM (Predikat Cumlaude, IPK: 3,60)
: SMK Negeri 1 Terbanggi Besar
: SMP Negeri 7 Terbanggi Besar
: SD Negeri 1 Yukum Jaya

MAN KERJA

1. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta 5 Mei 2010 - Sekarang


2. Perpustakaan FISIPOL UGM, 1 Mei 2003 April 2010
3. Praktek Kerja Lapangan di Perpustakaan STMIK AMIKOM Yogyakarta, Juli 2002
4.Relawan Divisi Penerbitan PSS PKBI DIY, Juli 2002 Februari 2003
5.Relawan Divisi Sistem Informasi Kesehatan Reproduksi dan Divisi Penerbitan dan
Diskusi PSS PKBI DIY, 2002-2003
6.Magang di Perpustakaan Fakultas Ekonomi UGM, 7 April 2003 31 Juli 2003
7.Entry data perpustakaan AKPER Noto Kusumo Yogyakarta, Mei 2004
8. Mengolah koleksi Perpustakaan Pribadi Prof. Dr. Sunyoto Usman, Agustus September
2004
9. Mengelola Perpustakaan Pribadi Bapak Rizal Malik, September 2004 Sekarang
10. Perpustakaan Jurusan Hubungan Internasional Agustus 2005 Sekarang
11. Tutor Jurusan Ilmu Perpustakaan pada UPBJJ-UT Surakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
1.Relawan Divisi Sistem Informasi Kesehatan Reproduksi dan Divisi Penerbitan
Diskusi PSS PKBI DIY 2002-2003
2.Bulaksumur Pos 2001
3.Ketua OSIS SMK Negeri 1 Terbanggi Besar 1997-1998

dan

PRESTASI
1.Juara I lomba cerdas cermat tingkat SMK di TVRI SPK Lampung tahu 2000
2.Peringkat VI lomba minat baca dalam bentuk penilisan artikel Badan Perpustakaan
dan Arsip Daerah DIY 2001
3.Penulis terbaik lomba urun rembuk hari jadi Kabupaten Sleman ke-86 dengan tema
Pengoptimalan Swadaya Masyarakat tahu 2002
4.Juara III tingkat umum lomba minat baca dalam bentuk sinopsis buku di kantor Data
Elektronik , Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sleman tahun 2002
5.Juara I Beregu Putra Tenis Meja Dies UGM ke 54 2003
6.Juara III Lomba Penulisan Artikel Dies UPT Perpustakaan UGM 2004
7.Juara I Beregu Putra Tenis Meja Dies UGM tahun 2004
8.10 besar lomba minat baca kabupaten Sleman tahun 2004
9.10 besar lomba minat baca kabupaten Sleman tahun 2005
10.Peringkat 4 Beregu putra tenis meja Dies UGM 2006
11.Peringkat 4 Beregu putra tenis meja Dies UGM 2008
12. Bagian dari Unit Kerja Berprestasi dan Terinovatif di Lingkungan FISIPOL UGM,
2009
83

13. Tenaga Adminstrasi Berprestasi UGM tahun 2009 di Bidang TI untuk kegiatan
Promosi dan Publikasi
14. Peringkat 2 Pemilihan Pustakawan Teladan UGM Tahun 2001
KETRAMPILAN
1.MS OFFICE,
2.Aplikasi Desain Grafis Corel Draw dan Photoshop
3.Membangun catalog online dan aplikasi perpustakaan digital berbasis web
4.Aplikasi Software Perpustakaan: CDS/ISIS, WINISIS, OpenBiblio, GDL, Senayan
5.Membangun otomasi perpustakaan
6. Web Desain
7.Menulis (Terutama Bidang Perpustakaan)
KURSUS DAN PELATIHAN
1.Peserta Kursus Operator Komputer
2. Peserta Diklat dasar-dasar jurnalistik Bulaksumur Pos
3. Peserta Diklat dasar-dasar jurnalistik LINE
4. Peserta Training pembuatan website dengan FrontPage 2000, 15-22 Juli 2001
5. Peserta Latihan Kepemimpinan Mahasiswa FISIPOL UGM, 16 Februari 2002
6. Peserta Workshop merakit komputer 3 Mei 2002
7. Peserta Kursus Bahasa Inggris, Puri Bahasa 2004
8. Peserta Pelatihan Katalog Induk dan Otomasi Perpustakaan, UPT Perpustakaan UGM
tanggal 23 25 Agustus 2004
9. Peserta Pelatihan pembentukan perilaku kerja Staf Administrasi dalam mendukung
UGM sebagai BHMN, FISIPOL UGM tanggal 25-28 Agustus 2004
10. Peserta Pelatihan Perpustakaan Digital, UPT Perpustakaan UGM tanggal 20-21
Oktober 2004
11. Peserta Kursus Web Master, 14 Desember 2004 05 Januari 2005 di GLC UGM
12. Peserta Kursus LAN dan Wifi, 17 Mei 09 Juni 2005 di Fasnet UGM
13. Peserta Kursus Teknisi Komputer, 10 24 Agustus 2005 di Fasnet UGM
14. Pemateri Pelatihan Manajemen Perpustakaan Sekolah Program ASKADOL (Ayo Dolanan
Karo Sekolah ), 22 23 Desember 2007
15. Pemateri Praktikum Pembekalan IT Kompetitif Jurusan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 18 November 2007 20 Januari 2008
16. Pemateri Praktikum Pembekalan IT Kompetitif Jurusan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 13 September 2008 31 Januari 2009
18. Pemateri Pelatihan OpenBiblio bagi Pengelola Pondok Pesantren, Kerjasama UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dengan Departemen Agaman, 6-8 Februari 2008
19. Pemateri Pelatihan E-Library Management di Perpustakaan UGM 26-27 Agustus 2008
20. Pemateri Pelatihan Informasi, Dokumentasi dan Perpustakaan, Perpustakaan UGM 20
Oktober 14 Novermber 2009
21. Pemateri Pengelolaan Koleksi Audio Visual bagi Pengelola Perpustakaan Universitas
Trunojoyo di Perpustakaa UGM 26 Agustus 2008
22. Pemateri pelatihan otomasi perpustakaan sekolah dengan software Athenaeum di SD
Negeri 1 Brajan Wonokromo Pleret Bantul, 5 November 2008
23. Pemateri pelatihan otomasi perpustakaan sekolah dengan software Senayan di SMP
Negeri 1 Pleret Wonokromo Bantul, 5 s.d 6 November 2008
24. Pemateri pada Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah se Kabupaten Magelang,
18 Desember 2008.
25. Peserta Workshop Nasional Implementasi Otomasi Perpustakaan Berbasis Senayan
Library Software, Hotel Sofyan Cikini, Jakarta, 5-8 Maret 2009
26. Pemateri Pelatihan Otomasi Perpustakaan Menggunakan Software Senayan di Taman
Bacaan Rakyat Balai Pustaka Jakarta, 2 Mei 2009
27. Fasilitator Pelatihan Membangun Database Indeks Artikel di Perpustakaan Fakultas
Geografi UGM, Mei 2009
84

28. Pemateri Workshop Digital Aset Management untuk Perpustakaan, Wisma MM UGM 30
Mei 2009
29. Pemateri Pelatihan Pemanfaatan Program OpenBiblio untuk Otomasi Perpustakaan
dan Pengelolaan Data Kasus di LSM Sehabat Perempuan, Magelang 31 Mei 2009
30. Pemateri Workshop Otomasi Perpustakaan Berbasis Senayan Software Dari Pustakawan
untuk Pustakawan yang di selenggarakan Perpustakaan FISIPOL UGM 18-19 Juli 2009
31. Pemateri Workshop Desain dan Manajemen Layanan Perpustakaan Berbasis Web 2.0,
Wisma MM UGM 8 Agustus 2009
Karya Tulis
1.Mewujudkan Perpustakaan Berkualitas Melalui Free Open Source Software, dimuat
pada Gagasan: Majalah Komunikasi dan Informatika, Vol. 14. No. 1/April 2008
2.Komputerisasi Perpustakaan dengan Murah, Dimuat pada harian Kompas Edisi Jateng
dan DIY tanggal 11 Juni 2008
3.Evaluasi Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Opensource: sebuah kajian awal,
bersama Arif Surachman dan Purwoko, dimuat di jurnal Fihris Vol. I. No. 1 2007.
4.Evaluasi OpenBiblio sebagai Perangkat Lunak Otomasi Perpustakaan Berbasis Open
Source, Dimat di Jurnal Fihris Vol. II. No. 2. 2007
5. Panduan Pemustaka FISIPOL UGM, Disampaikan pada Pendidikan Pemakai
Perpustakaan untuk Mahasiswa Baru Tahun 2007
6.Perpustakaan dan Predikat Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar, Dimuat Harian
Bernas
7.Pustakawan Sebagai Investor, Dimuat di Buletin Perpustakaan UII
8.Manajemen Konflik Perpustakaan, Dimuat di Buletin Perpustakaan Perpustakaan UII.
9. Athaneum Light Mendigitalisasi Perpustakaan, Dimuat pada Harian Suara Merdeka 22
Desember 2008
10. Perangkat Lunak Gratis: Awal Kebangkitan Perpustakaan di Tanah Air, Diterbitkan
dalam buku Perpustakaan dan Kebangkitan Nasional. Yogyakarta; Lembaga
Pemberdayaan Perpustakaan dan Informasi, 2008.
11. Modul Membangun Otomasi Perpustakaan Dengan OpenBiblio disampaikan pada
Pelatihan Informasi, Dokumentasi dan Perpustakaan, Perpustakaan UGM 20 Oktober
14 Novermber 2008
12. Aplikasi Berbasis Content Managementsistem (CMS) dan Manfaatnya bagi Dunia
Perpustakaan, Dimuat di Jurnal Fihris Vol. III No. 2 2008
13. Hubungan dan Manfaatanya Bagi Perpustakaan, Dimuat di Unilib Jurnal Ilmu
Perpustakaan Vol. 1 No. 1 2008
14. Apa Kabar Buku Sekolah Elektronik? dipublikasikan melalui web
http://heri_abi.staff.ugm.ac.id
15. Perpustakaan dan Pelanggaran Hak Cipta, Dipublikasikan Melalui Web
http://heri_abi.staff.ugm.ac.id
16. Buku Pelajaran , Antara Fungsi Bisnis dan Sarana Belajar, Dipublikasikan Melalui Web
http://heri_abi.staff.ugm.ac.id
17. Senayan: Perangkat Lunak Perpustakaan Modern, Dipublikasikan Melalui Web
http://heri_abi.staff.ugm.ac.id
18. Sosiologi Informasi: Suatu Kajian Tentang Dinamika Informasi dan Dampaknya bagi
Masyarakat, Dipublikasikan Melalui Web http://heri_abi.staff.ugm.ac.id
19. Optimalisasi Layanan Perpustakaan Nasional: Suatu Bentuk Akuntabilitas Publik,
Dipublikasikan Melalui Web http://heri_abi.staff.ugm.ac.id
20. Perpustakaan Sekolah Sarana Peningkatan Minat Baca, Dipublikasikan Melalui Web
http://heri_abi.staff.ugm.ac.id, http://ilmuperpustakaan.com, http://
yuvitaeka.blogspot.com,
21. Swadaya Masyarakat Membangun Perpustakaan, Dipublikasikan Melalui Web
http://heri_abi.staff.ugm.ac.id
22. Ketika Membaca Menjadi Kebutuhan, Dipublikasikan Melalui Web
http://heri_abi.staff.ugm.ac.id
85

Staf UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta, e-mail: chobish@yahoo.com, blog:


www.chobish.wordpress.com ; HP 081392156396
[2] Masyarakat atau pengguna perpustakaan selanjutnya disebut dengan pemustaka,
sesuai dengan definisi pengguna perpustakaan yang disebutkan dalam Undang-Undang
Perpustakaan.
[1]

Silahkan dibagikan keteman Via

digg

Artikel Terkait :
Pendidikan Umum

Pengumuman Hasil UN SMA | SMK | MAN 2013

MENGENAL MEDIA PEMBELAJARAN

Download RPP dan Silabus Bahasa Jawa Berkarakter SMP | MTs kelas 7, 8 dan 9

UKG (Uji Kompetensi Guru) Tahap II, UKG Online Tahap II DASAR PELAKSANAAN
UKG 2012 / 2013

Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah

Cara mengisi Bio Sistem Online 2012 SD | MI | SMP | MTs| SMA | SMK

Contoh Proposal Pengajuan Perpustakaan

Download Kisi Kisi Ujian Nasional SMA | MA | SMK 2012/2013

Download Kisi Kisi Ujian Nasional SMP | MTs 2012/2013

Download Kisi Kisi Ujian Nasional SD | MI dan SDLB 2012/2013

Download RPP Silabus Penjasorkes SMP Kelas 7 - 8 - 9 lengkap

Contoh CV Surat Lamaran Kerja

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

RPP Silabus Fiqih | Fikih Berkarakter MTs Kelas 7, 8 dan 9

Download Silabus RPP Berkarakter SKI MTS kelas 7 | 8 | 9

RPP Silabus Berkarakter MI | MTs | MA | SD | SMP | SMA

Pahlawan Nasional dari Kabupaten Batang | K.H. Ahmad Rifai

Contoh Daftar Riwayat Hidup Yang Benar


86

Contoh Laporan KKL - PKL di Bandung

Contoh Laporan PKL - KKL Manajemen Ekonomi

Contoh Laporan PPL | Praktek Pengalaman Lapangan SMA - SMP - MTs - SD - MI

Pengajaran Mikro - Micro Teaching

Contoh Laporan KKL - PKL di Jakarta

Manfaat Pendidikan Seks Remaja dan Sekolah | sex education

Download Kaldik SD / MI dan TK / RA Tahun Pelajaran 2012/2013

Makalah PAI

Makalah Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan Islam

Mata Kuliah PAI

MAKALAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MANUSIA DALAM MENSIKAPI


FENOMENA ALAM

Makalah Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Metodologi Penelitian

Kumpulan Hadist Tarbawi

Makalah Sejarah Peradaban Islam di Andalusia Spanyol

Contoh Laporan PKL | KKL di Malang

Pengertian Manusia sebagai khalifah atau pemimpin di bumi

Hukum meminang wanita dan hak mahar wanita

Makalah Asas-Asas Kurikulum | Pengembangan Kurikulum

MAKALAH PENGEMBANGAN PEMIKIRAN KURIKULUM PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM | PENGEMBANGAN KURIKULUM

KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Makalah Pengertian dan Perkembangan Kurikulum di Indonesia | Pengembangan


Kurikulum PAI

Makalah Perkembangan usia anak menurut konsep Islam | Psikologi Perkembangan

Makalah Faktor-faktor yang mempengaruhi Ilmu Jiwa Perkembangan | Psikologi


perkembangan

Makalah Periodesasi Perkembangan Masa Dewasa | Psikologi Perkembangan

87

Makalah Periodesasi dan Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak | Psikologi


Perkembangan

Makalah Periodesasi dan perkembangan Masa Remaja | Psikologi Perkembangan

MAKALAH ILMU JIWA PERKEMBANGAN MASA INTRAUTERINE (PRENATAL)


| Psikologi Perkembangan

Makalah Teori-Teori dan Hukum Ilmu Jiwa Perkembangan | Psikologi Perkembangan

Makalah Metode dan Faedah Ilmu Jiwa Perkembangan | Psikologi Perkembangan

Makalah Sejarah Ilmu Jiwa Perkembangan | Psikologi Perkembangan

Makalah Hakikat Ilmu Jiwa Perkembangan | Psikologi Perkembangan

Makalah Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat dan Pemerintah dalam Pendidikan |
Makalah IPI

Makalah Lingkungan dan Lembaga Pendidikan dalam Pandangan Islam | Makalah IPI

Tuesday, June 12, 2012

0 Comments

0 Kommentare on Makalah Manajemen Perpustakaan :


Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !

Home

Popular Posts

Macam-macam Gaya Bercinta Yang Liar


Macam-macam Gaya Bercinta Yang Liar - Kali ini kita membahas tentang sex lagi kayak
kemaren- kemaren..tapi kali ini yang kita bahas agak...

Bacaan Akad Nikah IJab Qobul dalam Bahasa Arab dan Indonesia
Bacaan Akad Nikah IJab Qobul dalam Bahasa Arab dan Indonesia - Dalam ijab dan
qobul pernikahan, seringnya penghulu (atau siapapun yang m...

Download Aplikasi Nokia E63 Terbaru


Download Aplikasi HP Nokia E63 Terbaru - Pada kesempatan kali ini kita akan
membahas dan memberikan link download aplikasi nokia e63. B...

Download Aplikasi Edit Foto untuk Nokia

88

Download Aplikasi Edit Foto untuk Nokia - Banyak orang lebih familiar dengan
menggunakan aplikasi desktop atau komputer untuk edit f...

Categories
Agama Aplikasi Black Berry Aplikasi Nokia Aplikasi Samsung Aplikasi Sony Ericsson Artikel
Belajar Bisnis Biografi Tokoh Dunia Cerita Lucu Cheat Game Contoh Pidato Contoh Surat
Daftar harga Desain Rumah Download Film Download Game Download Music Download
Software Free Hiburan Iklan Review Kata-kata Bijak dan Motivasi Kata-Kata Mutiara
Kesehatan lanjutan Logo Makalah Bahasa dan Sastra Indonesia Makalah Ekonomi Makalah
Kesehatan Makalah PAI Makalah PGSD Makalah Umum Otomotif Pendidikan Umum
Pengetahuan Pengobatan Herbal Prediksi Rayuan Gombal dan Puisi Resep Makanan Sitemap
Skripsi Tentang SEX Tesis tip Tips and Trik Blogger Tips and Trik Desain Grafis Tips and Trik
Facebook Tips and Trik HP Tips and Trik Internet Tips and Trik Komputer Tips and Trik
Microsoft Office Tips and Trik PS 2 dan PS 3 Tips and Trik SEO Tips and Trik Wirausaha
Umum Wisataku Zodiak

STATISTIK BLOG

23700

FRIEND LINK
ANIEZ BLOG
INFOMASI YANG TERBARU
BATANG BLOG
Follow me on Google+
PASAR GROSIR BATIK PEKALONGAN
Powered by Blogger.
Sumber : http://bacindul.blogspot.com/2012/06/makalah-manajemenperpustakaan.html#ixzz2Y3EpHO6z

89

MAKALAH PERPUSTAKAAN

90

MODUL PERPUSTAKAAN

91

Kompetensi Perpustakaan Dan Pustakawan Dalam implementasi teknologi Informasi


Di Perpustakaan

Artikel
Oleh

Hendro

Wicaksono

Sumber : Visi Pustaka, Vol.6 No.2 - Desember 2004, http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id=47

Artikel

Bentuk perpustakaan ideal akan selalu berubah dari masa ke masa. Dulu indikator perpustakaan ideal
adalah jumlah koleksi yang banyak dan ukuran gedung yang besar. Untuk sekarang indikator
perpustakaan ideal sudah berubah jauh karena perpustakaan harus mampu memenuhi kebutuhan
pembelajaran pemakainya, termasuk pemenuhan kebutuhan informasi, rekreasi, pendidikan, penelitian,
interaksi dengan orang lain, fasilitas untuk berbagi pengetahuan dan kebutuhan untuk melakukan inovasi
dan kreativitas. Perpustakaan dituntut untuk mampu mengikuti perubahan sosial pemakainya, termasuk,
mengubah karakter sosial pemakainya, termasuk dalam kebutuhan informasi dan berinteraksi dengan
orang lain.
Kompetensi perpustakaan meliputi

1.
2.
3.
4.

Infrastruktur teknologi informasi


content
Sumber Daya Manusia (SDM)
Pemakai

92

Kompetesi Pustakawan meliputi :


a.skill manajemen informasi
b. Skill interpersonal
c. Skill Teknologi Informasi
d. Skill manajemen.
Pendahuluan
Tak bisa dipungkiri lagi, bahwa perkembangan teknologi informasi (selanjutnya disebut TI) mengalami
kemajuan sangat pesat. Semua bidang kehidupan hampir tidak ada yang tidak mendapat sentuhan
"keajaiban" TI. Para futuristic pun berlomba membuat ramalan. Ada yang meramalkan bahwa konsumsi
kertas di perkantoran akan semakin sedikit (paperless) dan ada juga sosiolog yang meramalkan
hubungan antarmanusia akan semakin renggang karena makin tingginya interaksi antara manusia
dengan komputer.
Fakta yang kemudian terjadi, World Wide Web ternyata masih belum dapat menggantikan media
cetak. Penggunaan kertas justru semakin meningkat karena sebagian besar orang mencetak terlebih
dulu artikel yang hendak dibaca. Industri majalah tercetak, bahkan semakin subur. Dunia Digital ternyata
juga belum mampu membuat manusia menjadi mesin-mesin mekanis. Yang terjadi justru sebaliknya.
Makin banyak terbentuk komunitas pembelajar dengan minat yang sama yang saling berbagi
pengetahuan melalui media elektronik seperti mailing list dan chat room.
Sebuah riset dari The Pew Internet & American Life Project mendapati bahwa 26 juta warga Amerika
menggunakan email untuk meningkatkan intensitas berkomunikasi dengan anggota keluarga yang
tinggalnya berjauhan. "Banyak orang yang hampir melupakan arti persahabatan tiba-tiba menjadi intim
kembali dengan "email", kata Adam Gopnik dalam artikelnya The New Yorker.
Di sisi lain, akses untuk mendapatkan informasi semakin mudah, sehingga muncul buzzword baru
seperti "ledakan informasi" (information explosion), walaupun sebagian orang mengatakan bahwa yang
terjadi bukanlah ledakan informasi, melainkan hanya ledakan bahan non-informatif atau sesuatu yang
tidak memberikan informasi apa-apa (stuff that simply doesn't inform). Ketersediaan informasi saja tidak
cukup. Web tidak akan memecahkan masalah yang dihadapi manusia, kecuali manusia yang terus
belajar yang mampu memanfaatkan informasi dan memecahkan masalahnya sendiri.
Berpijak pada kenyataan itu, banyak pengamat menggarisbawahi pentingnya pembelajaran bagi tiap
orang mengenai bagaimana cara memanfaatkan informasi. Tujuan pemanfaatan TI bukanlah hanya
kemudahan dalam temu kembali informasi, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana menciptakan
lingkungan pembelajaran (learning environment) dan membuat manusia yang terlibat di dalamnya
menjadi manusia-manusia pembelajar seumur hidup (long-life learners). Maka kemudian mulai populer
konsep-konsep seperti knowledge management di samping konsep information management yang telah
muncul lebih dulu.
Bertolak dari konsep ini, penulis mencoba membahas kompetensi pustakawan dan perpustakaan
dalam hubungannya dengan pemanfaatan TI di perpustakaan dalam rangka perubahan fungsi
perpustakaan dari sebuah pusat informasi menjadi suatu lingkungan pembelajaran bagi pemakai.

Manajemen Informasi dan Manajemen Pengetahuan.


Pembahasan tentang kompetensi perpustakaan dan pustakawan di era kemajuan TI, harus dimulai
dengan pemahaman yang sama tentang istilah manajemen informasi (selanjutnya disebut MI) dan
manajemen pengetahuan (MP). Kesamaan pemahaman diperlukan, karena dalam kedua domain inilah
kompetensi-kompetensi utama perpustakaan dan pustakawan ada.

Untuk mulai membahas MI dan MP, maka dimulai dengan terlebih dulu membahas perbedaan antara apa
yang dimaksud dengan Informasi (information) dan pengetahuan (knowledge).
F.N. Teskey, seperti di kutip oleh Pendit (1992) memberikan model:
Data ---> Informasi ---> Pengetahuan

93

Data merupakan hasil pengamatan langsung terhadap suatu kejadian atau suatu keadaan; yang
merupakan entitas dilengkapi dengan nilai tertentu.
Informasi merupakan kumpulan data yang terstruktur untuk memperlihatkan adanya hubungan antar
entitas
Pengetahuan merupakan model yang diguanakan manusia untuk memahami dunia, dan yang dapat
diubah-ubah oleh informasi yang diterima pikiran manusia.

Model yang hampir sama juga diusung oleh Powell (2003). Menurut Powell, data adalah kumpulan fakta
kuantitatif yang terstruktur (structured collection of quantitative facts) atau fakta yang mengandung arti
(data or facts with meaning) sedangkan pengetahuan merupakan hasil atau keluaran atau nilai dari
informasi (producing significance of value from information).
Model lain serupa juga dikemukakan oleh Nathan Shedroff, seperti dikutip oleh Wurman (2001). Shedroff
menambahkan satu lagi tahap sesudah pengetahuan, yaitu kebijakan (wisdom).

Data ---> Informasi ---> Pengetahuan ---> Kebijakan


Menurut penulis, model Data ---> Informasi ---> Pengetahuan (kita namakan saja DIP) di atas mempunyai
beberapa kelemahan.
Pertama, dalam model di atas, data dianggap sesuatu yang bebas nilai. Artinya, interpretasi proses
pengambilan (capture) suatu fakta menjadi data, tidak mengandung muatan apa-apa sampai ia
diinterpretasikan menjadi informasi. Bagi para sosiolog aliran konstruksionis, definisi data seperti di atas
tidak tepat. Mereka berpandangan bahwa, fakta tidak terbentuk secara ilmiah, tetapi merupakan sesuatu
yang dibentuk atau dikonstruksi. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu
fakta, tergantung pada pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau social
tertentu hal itu berarti sudah ada proses interpretasi manusia melalui pengetahuan sebelumnya dalam
mengumpulkan data (Eriyanto, 2002).
Kedua, Model di atas tidak memberikan batasan yang jelas tentang kapan sesuatu itu dianggap
informasi, kapan sesuatu itu bias dianggap pengetahuan. Kalau kita mendapat pesan bahwa Air yang
dipanaskan pada suhu mendidih 100 derajat celcius bisa mematikan kuman, dan bila kuman tersebut
mati maka penyakit kolera akan sulit berkembang, tidak dapat dipastikan apakah pesan tersebut
merupakan informasi atau pengetahuan? Batasannya sangat tidak jelas.
Dengan alasan di atas penulis menawarkan model lain dalam membedakan antara informasi dan
pengetahuan, yaitu :
1. Informasi adalah sesuatu yang kita bagi melalui beragam media komunikasi (Information is something
that we share).
2. Pengetahuan adalah sesuatu yang masih ada di dalam pikiran kita (knowledge is something that is still
in our mind)
3. Informasi sama dengan pengetahuan yang dibagi atau telah dikomunikasikan melalui berbagai media
(Information is share knowledge)
Dengan pembedaan yang lebih jelas antara informasi dan pengetahuan, maka selanjutnya dapat
didefinisikan MI dan MP.
Manajemen informasi adalah teknik pengaturan atau organisasi agar informasi (share knowledge) mudah
dicari dan digunakan kembali oleh pemakai. Yang termasuk dalam proses manajemen informasi antara
lain : pengumpulan informasi, pengolahan informasi, kemas ulang informasi, temu kembali informasi.
Manajemen pengetahuan adalah teknik membangun suatu lingkungan pembelajaran, dimana orangorang di dalamnya mau terus belajar, memanfaatkan informasi yang ada, serta pada akhirnya mau
berbagi pengetahuan baru yang didapat. Yang termasuk dalam proses manajemen pengetahuan antara
lain: pembelajaran (individu, organisasi, kolaborasi) dan berbagi (sharing) pengetahuan.

Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan


Bentuk perpustakaan ideal akan selalu berubah dari masa ke masa. Dulu indikator perpustakaan ideal
adalah jumlah koleksi dan ukuran gedung. Sekarang indikator perpustakaan ideal sudah berubah menjadi
sejauh apa perpustakaan mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran komunitas pemakainya. Termasuk
di pemenuhan kebutuhan informasi, rekreasi, pendidikan, penelitian, interaksi dengan orang lain, fasilitas

94

untuk berbagi pengetahuan dan kebutuhan untuk melakukan inovasi dan kreativitas. Selama ini
perpustakaan terlalu berkonsentrasi pada manajemen informasi, padahal tuntutan pemakai adalah agar
perpustakaan berubah menjadi pusat pembelajaran komunitas pemakainya.
Perpustakaan saat ini dituntut untuk mampu berubah mengikuti perubahan sosial pemakainya.
Perkembangan TI telah banyak mengubah karakter sosial pemakainya, termasuk perubahan dalam
kebutuhan informasi, dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam berkompetisi dan lain-lain. Di banyak
institusi bisnis, para profesional informasi mulai dituntut untuk mampu mengikuti perubahan lingkungan
bisnis dan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis
Kebutuhan pembelajaran juga tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang selalu bersifat serius. Membaca
komik pun bisa dianggap sebagai suatu pembelajaran. Pada akhirnya semua itu berujung pada tuntutan
pemakai agar perpustakaan tidak hanya sekedar merupakan tempat mencari buku atau membaca
majalah, tetapi menjadi semacam one stop station, yaitu lingkungan tempat :
berinteraksi dengan orang lain,
mencari informasi yang dibutuhkan,
berbagi pengetahuan,
merasa termotivasi untuk melakukan inovasi dan kreatifitas.

1. Kompetensi Perpustakaan
a) Infrastruktur Teknologi Informasi
Pemanfaatan TI saat ini telah menjadi keharusan di hampir setiap perpustakaan. TI membantu
perpustakaan memperbaiki kualitas dan jenis layanan. Minimal saat ini sebuah perpustakaan setidaknya
harus memiliki :
Jaringan lokal (Local Area Network) berbasis TCP/IP. Keuntungan TCP/IP adalah banyaknya aplikasi
(misalnya: WWW) yang berjalan pada infrastruktur tersebut.
Akses ke internet, minimal pustakawan bisa mendapatkan fasilitas internet agar mudah dalam
mendapatkan informasi secara cepat dan tepat.
Komputer bagi pustakawan dan pemakai, dengan menyediakan server yang akan melayani pemakai
serta komputer untuk mempercepat kebutuhan mendapatkan informasi dan koleksi yang dimiliki
perpustakaan

b) Content
Yang dimaksud dengan content adalah semua dokumen, aplikasi dan layanan yang akan kita sajikan
kepada pemakai perpustakaan.
Yang termasuk dalam dokumen seperti buku, majalah, jurnal, prospectus, laporan keuangan dan
berbagai bentuk media lain, baik tercetak maupun elektronik, termasuk juga artefak 3 (tiga) dimensi
seperti patung.
Aplikasi adalah sistem (biasanya menggunakan komputer) yang dibuat dengan tujuan tertentu, misalnya :
aplikasi administrasi perpustakaan, aplikasi untuk menyimpan artikel yang di download dari internet,
aplikasi administrasi majalah dan aplikasi perpustakaan digital.
Layanan adalah jenis produk atau jualannya perpustakaan. Misalnya layanan peminjaman buku,
silang layan antar perpustakaan dan lain-lain.
Dalam hal ini yang perlu diperhatian adalah perpustakaan jangan lagi hanya terfokus ke penyediaan
content manajemen informasi. Contohnya Buku (dokumen), aplikasi arsip artikel elektronik dan layanan
peminjaman buku. Sekarang pun mulai di garap secara serius berupa content manajemen pengetahuan
yang berbentuk dokumen kemas ulang dengan nilai tambah sehingga pemakai mudah dalam
pengambilan keputusan yang spesifik (dokumen), aplikasi WIKI yang memungkinkan orang bekerja
secara kolaborasi dalam penulisan (aplikasi) dan layanan asistensi dalam melakukan riset (layanan).

c) Sumber Daya Manusia (SDM)


SDM merupakan faktor penting bagi perpustakaan dalam memberikan layanan berbasis TI. Detail
kompetensi yang penting seorang pustakawan akan di bahas dalam sub-bab kompetensi Pustakawan.

d) Pemakai
Perpustakaan pun butuh pemakai. Percuma saja jika semua layanan dibuat bila tidak ada yang

95

menggunakan. Seperti layaknya institusi bisnis, perpustakaan pun harus punya profil pemakai
potensialnya. Siapa target pemakai? Bagaimana image perpustakaan di mata mereka? Bagaimana
positioning perpustakaan selama ini? Apa saja kebutuhan mereka? Bagaimana pola pembelajarannya?
Survei pemakai semacam segmentasi psikografis bisa membantu perpustakaan melihat pola
pembelajaran pemakai potensialnya berdasarkan nilai dan gaya hidup yang dianut (VALS/Value And Life
Style)
Dengan pengetahuan yang mendalam tentang pemakai, maka perpustakaan bisa melakukan aktifitas
promosi dan memberikan layanan yang tepat bagi pemakai.

2) Kompetensi Pustakawan
a. Skill Manajemen Informasi
Yang termasuk dalam Skill manajemen Informasi :
1. Mencari Informasi. Proses mencari informasi terbagi lagi dalam :
Mendefinisikan kebutuhan informasi, yaitu : mengidentifikaskan kebutuhan pemakai, mengenali
beragam jenis penggunaan informasi oleh pemakai, menempatkan informasi yang dibutuhkan dalam
suatu kerangka referensi (who, what, when, where, how, why) menghubungkan infrmasi yang dibutuhkan
dengan domain pengetahuan dan mendefinisikan masalah informasi yang menggunakan beragam skill
Tanya jawab.
Melakukan penelusuran, yaitu mempunyai skill dasar penelusuran informasi, kemampuan navigasi
system dan sumber daya elektronis dan pengetahuan dasar tentang beragam sumber informasi yang
tidak tersedia bentuk elektronis seperti bentuk cetak, orang (people and colleggeues) dan lain-lain.
Mengetahui sumber-sumber informasi baik eksternal maupun internal dan sumber mana saja yang dapat
dipercaya dan diandalkan untuk memberikan nilai tambah.
Memformulasikan strategi penelusuran. Mensyaratkan pengetahuan yang mendasar dan komprehensif
yang sumberdaya informasi yang tepat termasuk strukturnya. Skill tentang suatu subjek juga perlu.
Kemampuan lain yang dibutuhkan: mampu mendiskusikan ide-ide untuk mencari berbagai masukan,
memilih alat penelusuran, mengidentifikasi kata kunci, konsep, tajuk subjek, deskriptor dan
mengidentifikasi kriteria untuk mengevaluasi sumber informasi.

2. Menggunakan Informasi. Proses menggunakan informasi terbagi dalam :


Evaluasi Informasi yang didapat, yaitu : menentukan nilai otoritatif, kebaruan dan kehandalan, relevansi
dan kualitas.
Menilai informasi yang didapat, yaitu melihat secara cepat ide utama dan kata kunci, membedakan
antara fakta, opini, propaganda, sudut pandang dan bias,dan melihat kesalahan logika. Akan lebih baik
bila pustakawan juga memiliki skill dalam framing analysis yang akan sangat bergunakan melihat
beragam sudut pandang media.
Meng-integrasikan informasi dari berbagai sumber, Yaitu : klasifikasi informasi, mengenali hubungan
antar konsep, meng-identifikasi konflik dan kesamaan berbagai sumber.
Memilah informasi, yaitu : kemampuan memilah dan membuang informasi yang dianggap tidak perlu
Interpretasi informasi, yaitu : meringkas dan melakukan identifikasi detail informasi yang relevan,
organisasi dan analisa informasi, membandingkan dengan sumber permasalahan yang ingin dipecahkan
dan mengambarkan suatu kesimpulan atau konklusi.

3. Membuat dan menciptakan informasi. Output dari pembuatan informasi adalah produk yang bisa
membantu pemakai dalam mengambil keputusan. Format yang digunakan bisa beragam tergantung
preferensi pemakai. Dalam membuat informasi, skill yang penting adalah : kemas ulang informasi
(Information Repackaging). Dalam melakukan kemas ulang informasi, hal-hal penting yang harus
diperhatikan :
Menentukan tujuan kemas ulang informasi,
Menentukan isi yang dianggap penting (key content),
Memilih format yang tepat (tertulis, lisan, visual) tergantung audiens dan tujuan,
Mengerti implikasi legal dari suatu proses kemas ulang informasi,
Menyediakan panduan, dokumentasi dan referensi

96

4. Organisasi Informasi. Salah satu misi pustakawan adalah pemakai memanfaatkan informasi. Beberapa
skill yang membantu pustakawan agar pemakai mudah dalam mencari dan menggunakan informasi
adalah :
Membuat abstrak (abstracting). Kemampuan untuk menulis ringkasan sesuatu yang membuat pembaca
bisa menangkap dengan jelas relevansi dan pentingnya informasi yang ingin disampaikan
Menyusun indeks (indexing). Menggunakan system klasifikasi atau taksonomi (tesaurus, tajuk subjek)
yang ada.
Melakukan retensi, review termasuk pemberian informasi versi (versioning system)

5. Penyebaran informasi, yaitu :


Kemampuan menyampaikan dan mempromosikan (marketing) ide-ide secara jelas dalam berbagai
bentuk (tertulis, oral, presentasi).
Mendengar dan mengevaluasi opini dan informasi dari orang lain.
Menggunakan perangkat TI yang punya unsur interaktifitas tinggi seperti Portal yang memudahkan
berbagi informasi.
Memfasilitasi berbagai bentuk forum berbagi informasi (sharing knowledge forum) antar pemakai

b) Skill interpersonal
Yaitu bagi pustakawan yang berguna dalam berkomunikasi dengan pemakai dan sesama rekan kerja :
1. Kemampuan berkomunikasi dengan efektif dan bisa mempengaruhi orang lain. Mampu memberikan
presentasi dengan jelas, komunikasi tertulis, dengan ejaan struktur dan isi yang jelas. Berkomunikasi
dengan interaktif dan mampu memberikan pandangan dari beragam perspektif.
2. Kemampuan mendengar. Mampu mendengar dan mendiskusikan pendapat orang lain dari beragam
sudut pandang dan bisa mendapatkan ide dari pendapat orang lain. Serta mampu memberikan komentar
yang konstruktif.
3. Kemampuan memberikan umpan balik yang baik beragam situasi yang dihadapi orang lain.
4. Kemampuan merespon mengatasi konflik dengan memberikan respon yang tepat dalam beragam
situasi. Bisa memberikan alasan bila tidak setuju terhadap sesuatu, memahami posisi dan kepentingan
dalam sebuah konflik dan bisa menghasilkan win-win solutions
5. Kemampuan menggunakan mekanisme komunikasi formal dan informal dalam menjaga hubungan
baik dengan sesama staf maupun pemakai perpustakaan seperti membuat focus group discussion,
quesioner dan analisa komplain.
6. Mampu membangun tim dan memotivasi orang lain, seperti menghargai kontribusi individu
7. kemampuan untuk belajar mandiri (self learning skill)
8. Kemampuan berinisiatif tanpa harus di suruh (self initiation)
9. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim
10. Cerdas dan mampu melakukan sesuatu terfokus
11. Memiliki jiwa entrepreneurship

c) Skill Teknologi Informasi


Kemampuan untuk menggunakan berbagai perangkat Teknologi Informasi untuk membantu semua
proses kerja. Beberapa skill TI yang diperlukan :
1. Desain dan Manajemen database
2. Data warehousing
3. Penerbitan elektronik
4. Pengelolaan Hardware
5. Arsitektur informasi
6. Sumber informasi elektronik
7. Integrasi Informasi
8. Desain intranet dan ekstranet
9. Aplikasi perangkat lunak
10. Pemrograman
11. Alur kerja
12. Text processing

97

13. Metadata
14. Perangkat lunak untuk manajemen informasi (information management tools)

d) Skill Manajemen
1. Administrasi. Mampu membuat system administrasi yang baik bagi berbagai kegiatan yang (akan)
dilakukan
2. Memahami proses kegiatan sebuah perpustakaan dan kegiatan lain yang terkait.
3. Manajemen Perubahan. Mampu mengatur berbagai kemungkinan yang bisa timbul dari suatu
perubahan.
4. melakukan koordinasi dengan bagian lain yang terkait.
5. Kepemimpinan. Mempunyai karakter kepemimpinan yang menonjol
6. Pengukuran. Mampu melakukan pengukuran terhadap kinerja dan dampaknya terhadap layanan
perpustakaan.
7. Manajemen sumberdaya manusia
8. Manajemen proyek. Mampu memimpin dan mengatur sebuah proyek.
9. Relationship Management. Mampu menjaga hubungan baik dengan sesama pustakawan dan
pemakai.
10. Team Building. Mampu membangun tim kerja yang kompak dan bisa mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
11. Manajemen Waktu
12. Pelatihan dan pengembangan. Mampu menganalisis skill yang dibutuhkan dan memberikan pelatihan
yang diperlukan.
13. Mampu melakukan perencanaan-perencanaan strategis dan implementasinya.

Daftar Pustaka
Abel, Angela; Oxbrow Nigel. Competing With Knowledge: The Informasition Professional in the Kowledge
Management, London: Library Association Publishing, 2001
Eriyanto. Analisis Framing. Yogyakarta: LkiS, 2002
Pendit, Putu Laxman. Makna Informasi: Lanjutan dari Sebuah Perdebatan Kepustakawanan Indonesia :
Potensi dan Tantangan, Jakarta: Kesaint Blanc, 1992
Powell, Mike. Information Management for Development Organizations. Oxford : Oxfam BG, 2003
Rosenfelde, Louis; Peter Morville. Information Architecture for the World Wide Web, Cambridge: Oreilly,
2002
Sudarsono, Blasius. Pendekatan Untuk Memahami Kepustakawanan. Kepustakawanan Indonesia :
Potensi dan Tantangan. Jakarta : Kesaint Blanc, 1992
Wicaksono, Hendro. Segmentasi Psikografis Pemakai Perpustakaan X. Makalah Seminar. Pra Skripsi.
Tidak diterbitkan, 1996
Wurman, Richard Saul. Information Anxiety 2, Indiana, Que, 2001
Zultanawar. Pustakawan dan Penelitian di Bidang Perpustakaan. Kepustakawanan Indonesia : Potensi
dan Tantangan, Jakarta, Kesaint Blanc, 1992

| Address: Jl. Prof. Sudharto SH, Gedu

98

Kompetensi Sosial Guru


2/04/2013 12:45:00 PM Makalah 1 comment

99

BAB I
PENDAHULUAN

Standar kompetensi merupakan sebuah terobosan yang dikeluarkan oleh


kementrian

pendidikan dan

kebudayaan

yang

berusaha untuk memberikan

gambaran mengenai hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang guru yang berujung
untuk

meningkatkan

mutu

serta

kualitas

pendidikan

di

Indonesia

dengan

meningkatkan keprofesionalitasan guru atau pembimbing. Dan hal ini telah


tercantum dalam undang-undang guru dan dosen yang menyebutkan bahwasanya
seorang

guru

harus

memiliki

kemampuan

atau

kompetensi

diantaranya

kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian, bahkan ada rumusan


yang lebih banyak lagi dengan menambahkan dengan kompetensi leadership yang
tentunya bagi kita mahasiswa jurusan keguruan haruslah dapat memahami dan
memiliki kelima kompetensi tersebut sebelum kita benar-benar menjadi seorang
pendidik.
Bagaimana kompetensi-kompetensi tersebut dijelaskan, dalam makalah ini
penyusun akan mengulas dan menjelaskan salah satu kompetensi tersebut yaitu
kompetensi sosial yang berkaitan dengan sebenarnya apa hakikat dari komptensi
sosial itu sendiri, kemudian apa indikator-indikator yang terdapat dalam kompetensi
sosial

tersebut,

bagaimana

cara

menumbuhkan

kompetensi

sosial

ini

dan

mengingat kita sebagai mahasiswa jurusan pendidikan dan keguruan haruslah


dapat menumbuhkan kompetensi sosial ini dalam diri kita masing-masing.
Tujuan Penulisan
1.

Untuk mengetahui pengertian dan hakikat kompetensi sosial.

2.

Untuk memahami seberapa penting kompetensi sosial bagi seorang guru maupun
sekolah.

3.

Untuk memahami indikator-indikator yang terdapat dalam kompetensi sosial.

4.

Untuk mengetahui cara menumbuhkan kompetensi sosial bagi calon pendidik


maupun pendidik itu sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN
100

Pengertian Kompetensi Sosial


Sebelum kita masuk lebih dalam lagi mengenai apa makna dari kompetensi
sosial ada baiknya kita pahami terlebih dahulu makna kompetensi sosial dari segi
susunan katanya, kompetensi sosial tersusun dari 2 kata yaitu kompetensi dan
sosial, kompetensi dapat diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dari
seorang tenaga profesional. Kompetensi dapat juga dipahami sebagai spesifikasi
dari

pengetahuan,

keterampilan

dan

sikap

yang

dimiliki

seseorang

serta

penerapanya dalam pekerjaan, sesuai dengan setandar kerja yang dibutuhkan oleh
masyarakat atau dunia kerja.2[1] Sedangakan kata sosial berasal dari kata socio
yang artinya menjadikan teman dan secara terminologis sosial dapat dimengerti
sebagai sesuatu yang dihubungkan, diakitkan dengan teman, atau masyarakat. 3[2]
Kompetensi sosial sendiri dapat dimengerti sebagai kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 4[3] Hal
tersebut diuraikan dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya
memiliki kompetensi untuk:
1.
2.
3.
4.

Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.


Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional.
Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik.


Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Dalam kompetensi sosial ini terdapat sub kompetensi, diantaranya adalah:
seorang guru harus mampu bergaul secara efektif dengan peserta didik, mampu
begaul secara efektif dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang lain, dan yang
terakhir adalah mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitanya.5[4]
Dalam kompetensi sosial jelaslah seorang guru dituntut untuk dapat
berkomunikasi dengan baik tidak hanya sebatas pada peserta didik yang menjadi
2[1] Sudarwan Danim. Pengembangan Profesi Guru.(Jakarta:Prenada
media.2011).Hal.111
3[2] Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan.(Jakarta:Prenada Media.2011).Hal .96
4[3] Farida Sarimaya.Sertifikasi Guru.(Bandung:Yrama Widya.2008). Hal.22
5[4] Kunandar.Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP.(Jakarta: Raja
Grafindo Persada.2007).Hal.77
101

bagian dari proses pembelajaran didalam kelas dan sesama pendidik yang
merupakan teman sejawat dalam dunia pendidikan namun juga seorang guru harus
dapat berkomunikasi dengan baik dengan tenaga kependidikan, orang tua dan
masyarakat sekitar yang juga bagian dari lembaga pendidikan yang seharusnya
saling bekerja sama untuk dapat menciptakan suasana kondusif dalam proses
belajar dan mengajar, serta dapat terjalinya kantinuitas antara apa yang diajarkan
dalam kelas dapat diterapkan dan dipelajari kembali dalam lingkup keluarga dan
masyarakat demi tercapainya tujuan pendidikan.
Pentingnya Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial sangatlah penting dan harus dimiliki oleh seorang guru
selain 4 kompetensi yang lainya yaitu kompetensi pedagogik, profesional,
kepribadian, dan lidership. Kompetensi ini diangap sangat penting dan harus dimiliki
oleh seorang guru karena guru itu sendiri merupakan bagian dari sosial
(masyarakat) diamana masyarakat sendiri adalah konsumen pendidikan sehingga
mau tidak mau baik guru maupun sekolah harus dapat berkomunikasi dengan baik
dan efektif dengan masayarakat, jika tidak maka sekolah ataupun guru yang tidak
dapat

berkomunikasi

dengan

baik

dengan

masyarakat

cenderung

untuk

ditinggalkan, mengingat bahwasanya lembaga pendidikan dan guru sebagai wadah


untuk

dapat

mempersiapkan

seorang

peserta

didik

sebagai

anggota

dari

masyarakat yang baik dan dapat mengahadapi permasalahan yang akan datang.
Al-Ghazali memandang bahwasanya guru mengemban tugas sosiopolitik
yaitu guru memiliki tugas untuk membangun, memimpin dan menjadi teladan yang
menegakan keteraturan, kerukunan, dan menjamin keberlangsungan masyarakat
Oleh karena itu seorang guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, dan disiplin. 6[5] Berkenaan dengan tanggung
jawab

guru

harus

mempertanggung

jawabkan

segala

tindakanya

dalam

pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat, berkaitan dengan


wibawa seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara mandiri terutama
dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran, serta bertindak sesuia
dengan kondisi peserta didik dan lingkunganya.

Indikator Kompetensi Sosial


Menurut Panduan Serftifikasi Guru Tahun 2006 bahwa terdapat empat
indikator untuk menilai kemampuan sosial seorang guru, yaitu: 7[6]
6[5] Mulyasa. E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.(Bandung:Remaja
Rosdakarya.2007).Hal.174
7[6] Kompetensi Sosial Guru dalam www.gamadidaktika.com
102

1.

Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,

2.

agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,

3.

tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.


Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang

4.

memiliki keragaman sosial budaya.


Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui
indikator: interaksi guru dengan siswa, interaksi guru dengan kepala sekolah,
interaksi guru dengan rekan kerja, interaksi guru dengan orang tua siswa, interaksi
guru dengan masyarakat.

Komunikasi Sebagai Inti Kompetensi Sosial Guru


Hal yang paling penting dalam kompetensi sosial ini adalah komunikasi,
karena inti dari tindakan sosial itu sendiri adalah komuinikasi atau interaksi. Dalam
kompetensi sosial ini seiorang guru dituntut untuk melakukan komunikasi yang
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua/ wali murid, dan
masyarakat sekitar. Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki
oleh guru agar dapat berkomunikasi dan bergaulsecara efektif baik di lingkungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

sekolah maupun masyarakat, ketujuh kompetensi tersebut ialah: 8[7]


Memiliki penghetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.
Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.
Memiliki pengetahuan tentang estetika.
Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.
Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
Setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Adapun hal-hal yang menentukan keberhasilan komunikasi dalam kompetensi


sosial seorang guru adalah:
1.

Audience atau sasaran komunikasi maksudnya dalam berkomunikasi hendaknya


memperhatikan siapa sasarannya, apakah orang berpendidikan atau tidak, apakah
masyarakat umum atau pejabat, apakah siswa atau kepala sekolah, apakah siswa
SD atau siswa SMA dan sebagainya. Dengan mengetahui karakteristik sasaran
maka sang komunikator pun bisa menyesuaikan gaya dan irama komunikasi
menurut karakteristik sasaran. Berkomunikasi dengan siswa SD tentu berbeda

2.

dengan siswa SMA misalnya.


Behaviour atau perilaku maksudnya perilaku apa yang diharapkan dari sasaran
setelah berlangsung dan selesainya komunikasi. Misalnya seorang guru sejarah
sebagai komunikator ketika sedang berlangsung dan setelah selesai menjelaskan
8[7] Mulyasa. E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.(Bandung:Remaja
Rosdakarya.2007).Hal.176
103

Peristiwa Pangeran Diponegoro, perilaku siswa apakah yang diharapkan. Apakah


siswa menjadi sedih dan menangis merenungi nasib bangsanya, apakah siswa
mengepalkan tangan seolah-olah akan menerjang penjajah Belanda, apakah siswa
santai-santai saja asal tahu peristiwanya. Hal ini sangat penting berkait dengan
keberhasilan komunikasi guru sejarah tersebut.
Condition atau kondisi dalam kondisi apa sasaran ketika komunikasi sedang

3.

berlangsung. Misalnya ketika guru Matematika mau menjelaskan rumus-rumus yang


sulit harus tahu kondisi siswa, apakah sedang gembira, sedang sedih, sedang lelah
habis olah raga, sedang kantuk karena semalam ada acara. Dengan memahami
kondisi seperti ini akan berhasillah komunikasi yang disampaikan oleh guru karena
menjelaskan rumus yang sulit dalam situasi siswa sedih tentu berbeda dengan
gembira.
Degree atau tingkatan maksudnya sampai tingkatan manakah target bahan

4.

komunikasi yang harus dikuasai oleh sasaran itu sendiri. Misalnya saja ketika
seorang guru Bahasa Inggris menjelaskan kata kerja menurut satuan waktunya,
past tense, present tense dan future tense, berapa jumlah minimal kata kerja yang
harus dihafal oleh siswa pada hari itu; apakah 10, 20, 30, 40, atau 50 kata kerja.
Jumlah minimal kata kerja yang dikuasai oleh siswa sekaligus dapat dijadikan
sebagai alat ukur keberhasilan guru Bahasa Inggris dalam mengajar atau
berkomunikasi, kalau tercapai adalah berhasil, sebaliknya kalau tidak tercapai
adalah tidak berhasil.
Cara Mengembangkan Kompetensi sosial
Kemasan

pengembangan

kompetensi

sosial

untuk

guru,

calon

guru

(mahasiswa keguruan), dan siswa tentu berbeda. Kemasan itu harus memerhatikan
karakteristik masing-masing, baik yang berkaitan dengan aspek psikologis maupun
sistem yang mendukungnya.

Untuk mengembangkan kompetensi sosial seorang

pendidik, kita perlu tahu target atau dimensi-dimensi kompetensi ini. Beberapa
dimensi ini, misalnya, dapat kita saring dari konsep life skills. Dari 35 life skills atau
kecerdasan hidup itu, ada 15 yang dapat dimasukkan ke dalam dimensi kompetensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

sosial, yaitu:9[8]
Kerja tim
11. Toleransi
Melihat peluang
12. Solusi konflik
Peran dalam kegiatan kelompok
13. Meneria perbedaan
Tanggung jawab sebagai warga
14. Kerjasama
Kepemimpinan
15. Komunikasi
Relawan sosial
Kedewasaan dalam berelasi
Berbagi
Berimpati
Kepedulian kepada sesama
Kelima belas kecerdasan hidup ini dapat dijadikan topik silabus dalam
pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon
9[8] Kompetensi Sosial Guru dalam www.gamadidaktika.com
104

pendidik. Topik-topik ini dapat dikembangkan menjadi materi ajar yang dikaitkan
dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual dengan kehidupan
masyarakat kita. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah
antara lain: diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan
langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan
metode

pembelajaran

tersebut

dilakukan

secara

efektif

maka

akan

dapat

mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka


menjadi

warga

yang

peduli

terhadap

kondisi

sosial

masyarakat

dan

memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.

105

ikut

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan dalam
RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, bergaul secara
santun dengan masyarakat sekitar. Dalam kompetensi sosial ini terdapat sub
kompetensi, diantaranya adalah: seorang guru harus mampu bergaul secara efektif
dengan peserta didik, mampu begaul secara efektif dengan pendidik dan tenaga
kependidikan yang lain, dan yang terakhir adalah mampu berkomunikasi secara
efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitanya.
Kelima

belas

kecerdasan

hidup

dapat

dijadikan

topik

silabus

dalam

pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon
pendidik. Topik-topik tersebut dapat dikembangkan menjadi materi ajar yang
dikaitkan dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual dengan
kehidupan masyarakat kita. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan
sekolah antara lain: diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan
langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan
metode

pembelajaran

tersebut

dilakukan

secara

efektif

maka

akan

dapat

mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka


menjadi

warga

yang

peduli

terhadap

kondisi

sosial

masyarakat

dan

memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.

106

ikut

DAFTAR PUSTAKA

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Prenada Media.


E.Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Farida Sarimaya. 2008. Sertifikasi Guru. Bandung:Yrama Widya.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sudarwan Danim. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:Prenada media.

www.gamadidaktika.com (Diakses pada 20 Oktober 2012) pukul 19.30

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook


Newer Post Older Post Home
1 comment:

1.
AwaludinJune 7, 2013 at 7:44 AM

Terima kasih atas sharingnya tentang kompetensi sosial pendidik, terutama tentang
prinsip ABCD-nya. kemarin - kemarin saya kurang begitu memahami prinsip tersebut
ketika akan menyusun rpp.
Reply

107

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN
1. Pengertian
Perpustakaan sebagai lembaga pendidikan dan lembaga penyedia informasi
akan memiliki kinerja yang baik apabila didukung dengan manajemen yang
memadai, sehingga seluruh aktivitas lembaga akan mengarah para upaya
pencapaian tujuan yang telah dicanangkan.
Untuk mengelola sebuah perpustakaan diperlukan kemampuan manajemen
yang baik, agar arah kegiatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Kemampuan manajemen itu juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan
tujuan-tujuan yang berbeda dan mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Pengetahuan dasar dalam mengelola perpustakaan agar berjalan dengan baik
adalah ilmu manajemen, karena manajemen sangat diperlukan dalam berbagai
kehidupan untuk mengatur langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh
seluruh elemen dalam suatu perpustakaan. Oleh karena itu dalam proses
manajemen
diperlukan
adanya
proses
perencanaan
(planning),
pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leadership), dan pengendalian
(controlling). Di samping itu, manajemen juga dimaksudkan agar elemen yang
terlibat dalam perpustakaan mampu melakukan tugas dan pekerjaannya dengan
baik dan benar.
Manajemen adalah merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan (Stoner). Oleh karena itu, apabila proses dan sistem
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan tidaka baik,
maka proses manajemen secara keseluruhan tidak lancer, dan proses
pencapaian tujuan akan terganggu dan mengalami kegagalan.
Dalam penerapannya di perpustakaan , Bryson (1990) menyatakan bahwa
manajemen perpustakaan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan
memanfaatkan sumber daya manusia, informasi, sistem dan sumber dana
dengan tetap memperhatikan fungsi manajemen, peran dan keahlian. Dari
pengertian ini, ditekankan bahwa untuk mencapai tujuan, diperlukan sumber
daya manusia, dan sumber-sumber nanmanusia yang berupa sumber dana,
teknik atau sistem, fisik, perlengkapan, informasi, ide atau gagasan, dan
teknologi. Elemen-elemen tersebut dikelola melalui proses manajemen yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian,
yang diharapkan mampu mengahsilkan produk berupa barang atau jasa yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna.
2. Struktur Organisasi Perpustakaan
Struktur organisasi merupakan mekanisme formal dalam pengelolaan organisasi,
yang didalamnya terdapat pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawab
yang berbeda-beda. Oleh karena itu struktur organisasi yang baik akan
mencakup unsure-unsur spesialisasi kerja, strukturisasi, sentralisasi, dan
koordinasi.
Perpustakaan sebagai lembaga informasi dalam menyusun struktur
organisasinya mencakup beberapa elemen antar lain : unsur pimpinan, unsur
administrasi, unsur layanan, yang masing-masing mempunyai tugas dan
108

wewenang yang berbeda namun mempunyai hubungan yang erat satu sama lain
(satu komando).
1. Anggaran
Perpustakaan merupakan lembaga nirlaba yang kegiatannya semata-mata untuk
kepentingan social menunjang kegiatan belajar mengajar, bukan untuk mencari
keuntungan, sudah barang tentu merupakan unit yang selalu mengeluarkan
uang bukannya unit yang menghasikan uang. Hal lain yang perlu diperhatikan,
bahwa perpustakaan merupakan lembaga yang berkembang, baik koleksi, jasa
dan manusianya, karena itu perpustakaan dari tahun ke tahun selalu
memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Untuk mencukupi kebutuhan
anggaran, perpustakaan dapat meraihnya melalui berbagai sumber :
a. Anggaran dari lembaga induk
b. Anggaran DIP (daftar isian proyek) dari pemerintah pusat
c. Anggaran dari sponsor atau hibah bersaing
d. Uang iuran dari anggota
e. Penghasilan dari jasa informasi
f. Sumbangan dari pemerintah maupun swasta
g. Uang denda keterlambatan
h. Dan lain-lain
2. Pengolahan bahan pustaka
Perpustakaan memiliki fungsi sebagai lembaga pelayanan informasi (information
service) bertindak sebagai penghubung antara dua dunia, yaitu masyarakat
sebagai pengguna dan sumber-sumber informasi, baik cetak maupun non cetak.
Oleh karena itu setiap bahan pustaka atau informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna sedapat mungkin harus disediakan oleh perpustakaan. Disamping itu
perpustakaan harus mampu menjamin bahwa setiap informasi atau koleksi yang
berbentuk apapun mudah diakses oleh semua masyarakat yang memerlukan.
Agar informasi atau bahan pustaka di perpustakaan dapat dimanfaatkan atau
diketemukan kembali dengan mudah, maka dibutuhkan system pengelolaan
dengan baik dan sistematis yang biasa disebut dengan kegiatan pengolahan
(processing of library materials) atau pelayanan teknis (technical service).
Kegiatan pengolahan bahan pustaka di perpustakaan biasanya mencakup
beberapa kegiatan : Pembinaan dan pengembangan koleksi, Inventarisasi,
Katalogisasi, Klasifikasi, dan Kelengkapan fisik buku.
a. Pembinaan dan Pengembangan Koleksi
Pengembangan koleksi (Collection development) merupakan serangkaian
proses atau kegiatan yang bertujuan mempertemukan kebutuhan pemakai
dengan rekaman informasi dalam lingkungan perpustakaan yang mencakup
kegiatan : penyusunan kebijakan pengembangan koleksi, pemilihan koleksi,
pengadaan koleksi, penyiangan koleksi, serta evaluasi pendayagunaan
koleksi.
a. Inventarisasi
109

Bahan pustaka yang telah dimiliki oleh perpustakaan, baik yang diperoleh
dengan cara pembelian, hadiah, hibah, tukar menukar atau pinjam
meminjam, harus dicatat ke dalam buku induk atau buku inventarisasi
perpustakaan, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam menyusun
laporan mengenai perkembangan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.
Adapun kegiatan inventarisasi ini mencakup memasukkan ke buku induk, dan
memberikan stempel kepemilikan (hak milik).
a. Katalogisasi
Perpustakaan sebagai suatu system informasi berfungsi menyimpan
pengetahuan dalam berbagai bentuk serta pengaturannya sedemikian rupa,
sehingga informasi yang diperlukan dapat diketemukan kembali dengan
cepat dan tepat. Untuk itu informasi yang ada diperpustakaan perlu diproses
dengan system katalogisasi (cataloging).
Adapun system katalogisasi yang dikembangkan mengalami berbagai
tahapan penyeragaman peraturan katalogisasi. perkembangan terakhir yang
sampai sekarang masing digunakan untuk pedoman katalogisasi secara
internasional adalah : Anglo American Cataloguing Ruler 2 : Revised
( 1988 )/ AACR2R.
Sedangkan perpustakaan mempunyai bentuk fisik catalog yang bermacammacam: 1). Katalog Kartu (Card Catalog) ukuran 7,5cm x 12,5 cm ; 2).
Katalog Berkas (Sheaf Catalog) ukuran 10 cm x 20 cm. ; 3). Katalog Cetak
atau Katalog Buku (Printed Catalog) ; 4). Katalog OPAC (Online Public Access
Catalog). Sedangkan untuk jenis catalog perpustakaan ada beberapa jenis :
1). Katalog Shelflist ; 2) Katalog Pengarang ; 3) Katalog Judul ; dan 4). Katalog
Subyek.
a. Klasifikasi
Koleksi perpustakaan akan tampak rapi dan mudah diketemukan apabila
dikelompokkan menurut sistem tertentu, pengelompokan dapat berdasarkan
pada jenis, ukuran (tinggi, pendek, besar, dan kecil), warna, abjad judul,
abjad pengarang (klasifikasi artificial) dan bisa juga menggunakan sistem
pengelompokan berdasarkan subyek ( klasifikasi fundamental). Sebagian
besar
perpustakaan
dalam
mengelompokkan
bahan
pustakanya
menggunakan system klasifikasi fundamental, dimana dengan istem ini
koleksi akan mengelompok sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan, dan
dengan system ini akan memudahkan penemuan kembali bahan pustaka
yang dibutuhkan.
Adapun system klasifikasi yang digunakan oleh perpustakaan pada umumnya
adalah DDC (Dewey Decimal Classification) dan UDC (Universal Decimal
Classification).
1. DDC ( Dewey Decimal Classification )
DDC mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan yang dibuat dalam
susunan yang sistematis dan teratur. Pembagian ilmu pengetahuan
dimulai dari yang bersifat umum ke yang bersifat khusus, dengan
demikian DDC pembagiannya terdiri dari 10 kelas utama, 100 divisi, 1000
seksi, dan 10.000 sub seksi.
Berikut pembagian subyek dalam system DDC :
110

000 = Karya Umum


100 = Filsafat
200 = Agama
300 = Ilmu Sosial
400 = Bahasa
500 = Ilmu Murni
600 = Ilmu Terapan
700 = Seni dan Olah Raga
800 = Kesusasteraan
900 = Sejarah dan Geografi
2. UDC (Universal Decimal Classification)
Sistem ini meerupakan penyederhanaan dan perluasan system DDC.
Sistem ini juga mencakup semua cabang ilmu pengetahuan yang dibagi
menjadi sepuluh cabang. Berikut pembagian cabang dalam UDC :
0 = Karya Umum
1 = Filsafat, metafisika, logika
2 = Agama
3 = Ilmu Sosial
4 = Bahasa/Filologi
5 = Ilmu Murni
6 = Ilmu Terapan
7 = Seni , Olah Raga dan arsitektur
8 = Kesusasteraan
9 = Sejarah , Geografi, dan biografi
Selain pembagian cabang ini, system UDC masih dibantu dengan symbolsimbol pembantu mislanya : + , : , =, (0).
a. Kelengkapan Fisik Buku
Bahan pustaka yang telah melalui proses invertarisasi, katalogisasi dan
klasifikasi, langkah selanjutnya perlu dibuatkan perlengkapan fisik buku, hal
ini dimaksudkan agar bahan pustaka yang disajikan dapat ditata di rak
sedemikian rupa, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah dan baik.
Adapun jenis perlengkapan fisik buku antara lain : 1). Label Buku , ditempel di
punggung buku bagian bawah, dengan ukuran 3 cm x 4 cm ; 2). Lembar
Tanggal Kembali (date due slip), ditempel pada halaman terakhir ; 3). Kartu
Buku, diletakkan pada halaman terakhir atau bagian dalam sampul buku ; 4).
Kantong Kartu Buku, ditempel dibagian akhir halaman buku untuk
menempatkan kartu buku.
111

3. Pelayanan Pemakai
Pelayanan pemakai merupakan kegiatan memberikan layanan informasi kepada
pengguna perpustakaan dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar sebagai
berikut :
a. Pelayanan bersifat Universal, layanan tidak hanya diberikan kepada
individu-individu tertentu, tetapi diberikan kepada pengguna secara umum.
b. Pelayanan berorientasi pada pengguna, dalam arti untuk kepentingan para
pengguna, bukan kepentingan pengelola.
c. Menggunakan disiplin, untuk menjamin keamanan dan kenyamanan dalam
memanfaatkan perpustakaan.
d. System yang dikembangkan mudah, cepat, dan tepat.
Sedangkan jenis Pelayanan Pemakai meliputi berbagai kegiatan, yang antara lain
:
a. Pelayanan Sirkulasi
b. Pelayanan Referensi
c. Pelayanan Pendidikan Pemakai
d. Pelayanan Penelusuran Informasi dan Penyebarluasan Informasi
A. Pelayanan Sirkulasi
Pelayanan sirkulasi merupakan salah satu jasa perpustakaan yang pertama
kali berhubungan lansung dengan pengguna perpustakaan. Aktivitas bagian
sirkulasi menyangkut masalah citra perpustakaan , baik tidaknya
perpustakaan berkaitan erat dengan bagaimana pelayanan sirkulasi diberikan
kepada pemakai. Kegiatan sirkulasi sering dianggap sebagai ujung tombak
atau tolok ukur keberhasilan perpustakaan, karena bagian ini rutinitas
kegiatannya berhubungan dengan pemakai.
Jenis pekerjaan bagian Pelayanan Sirkulasi sebagai berikut :
a.
1. Pendaftaran anggota
2. Peminjaman
3. Pengembalian
4. Perpanjangan
5. Penagihan
6. Pemungutan denda
7. Pemberian Sanksi
8. Statistik

112

9. Bebas Perpustakaan
10.Peraturan Perpustakaan
Sistem penyelenggaraan kegiatan layanan sirkulasi ada dua yaitu :
1. Sistem terbuka (Open Access), memungkinkan pengguna memilih
dan mengambil koleksi di rak secara bebas tanpa melalui petugas.
2. Sistem tertutup (Close Access), pengguna didalam memanfaatkan
koleksi di rak harus melalui petugas.
Jenis Koleksi yang di sirkulasikan
1. Koleksi umum
2. Kolekesi Referensi
3. Koleksi Cadangan
4. Koleksi berkala/Majalah/Jurnal/Surak Kabar
5. Koleksi Penerbitan Pemerintah
6. Koleksi Audio Visual
B. Pelayanan Referensi
Pelayanan Referensi merupakan kegiatan layanan pemakai dengan cara
memberikan informasi secara langsung maupun tidak langsung kepada
pengguna, dengan mengacu atau menunjuk kepada suatu koleksi atau
sumber infomasi yang ada dan dapat menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh pengguna perpustakaan.
Macam-macam Koleksi Referensi :
1. Kamus
2. Ensiklopedi
3. Direktori
4. Indeks dan Abstrak
5. Sumber Geogarfi
6. Biografi
7. Buku Tahunan (Year book)
8. Buku Pegangan/pedoman ( Handbook)
9. Bibliografi
10. Terbitan Pemerintah (UU, PP)
C. Pelayanan Pendidikan Pemakai
Pelayanan Pendidikan Pemakai merupakan kegiatan layanan pemakai dengan
cara memberikan bimbingan kepada pemakai tentang bagaimana cara
memanfaatkan fasilitas perpustakaan dengan baik dan benar. Hal lain yang
113

diharapkan dari pengelola perpustakaan adalah optimalisasi pemanfaatan


fasilitas dan layanan perpustakaan. Adapun bentuk dan cara menyampaikan
pendidikan pemakai, ada beberapa bentuk dan cara :
1. Ceramah Umum
2. Bimbingan kelompok
3. Brosur/leaflet/buku petunjuk
4. CD-interaktif
5. Tour de Library
Kemudian waktu pelaksanaan pendidikan pemakai, ada beberapa pilihan :
1. Periodik (terjadwal), setiap bulan, setiap semester, setiap tahun.
2. Insidental (spontanitas), disesuaikan dengan permintaan
D. Pelayanan Penelusuran Informasi atau Penyebarluasan Informasi
Pelayanan Penelusuran Informasi atau Penyebarluasan Informasi merupakan
kegiatan Pelayanan Pemakai dengan cara memberitahukan kepada khalayak
perihal fasilitas atau berbagai macam informasi yang dimiliki oleh
perpustakaan. Dimaksudkan agar informasi atau fasilitas yang ada si
perpustakaan dapat diketahui oleh pengguna dan dimanfaatkan secara
oftimal. Adapun media yang dapat dijadikan alat penyebarluasan informasi
antara lain :
Daftar Tambahan Buku
Bibliografi
Indeks dan Abstrak
Brosur/leaflet
Email
Website
6. Penutup

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, karena keterbatasan pengetahuan kami,
sehingga makalah ini masih sangat kurang dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan dari berbagai pihak yang membaca makalah ini, untuk perbaikan
dimasa-masa mendatang. Walaupun makalah ini masih sangat kurang dari kesempurnaan,
harapan kami semoga bermanfaat bagi para pembaca.
7. Daftar Bacaan
1. SIREGAR, A. Ridwan. Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa.
Medan : USU Press, 2004.
2. KOSWARA, E. Dinamika Informasi dalam Era Global. Bandung :
Remadja Rosdakarya, 1998.

114

3. QALYUBI, Syihabuddin. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.


Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 2003.
4. BASUKI, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia,
1991.
5. LASA Hs. (dkk). Pengaruh Model Kepemimpinan dan Manajemen
terhadap Kinerja Perpustakaan Perguruan Tinggi. Berkala Ilmu
Perpustakaan dan Informasi. Vol. I, Nomor 2, 2004.
Posted by daryono under Makalah
1. wahyu nurdiasih Said,

Matur nuwun sanget mas, atas infonya.


2. yosal Said,

Bagus, mas. Saya tertarikmbacanya. Terus bikin publikasi soal perpustakaan dan ilmu
perpustakaan
3. yosal Said,

Bagus mas. Terus menulis soal perpustakaan. SUpaya membantu yunior-yunior kita yang
kesulitan mencari bahan soal perpustakaan untuk penulisan makalah dan skripsi.
Add A Comment
Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website

Anti-spam word: (Required)*


To prove you're a person (not a spam script), type the security word shown in the picture.

115

finisi Macam-macam Perpustakaan

116

Pada dasarnya,
perpustakaan terbagi atas 5 jenis umum, yaitu : perpustakaan umum, khusus, sekolah, perguruan
tinggi dan nasional. Dari kelima jenis perpustakaan tersebut, masing-masing memiliki fungsi dan
tujuannya tersendiri. Dan untuk memahami hal tersebut, ada baiknya kita mengetahui definisi
dari masing-masing perpustakaan tersebut terlebih dahulu.
1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas
mengumpulkan, menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya
untuk masyarakat umum. Perpustakaan umum diselenggarakan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa memandang latar
belakang pendidikan, agama, adat istiadat, umur, jenis dan lain sebagainya,
maka koleksi perpustakaan Umum pun terdiri dari beraneka ragam bidang
dan pokok masalah sesuai dengan kebutuhan informasi dari pemakainya.
2. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk
oleh lembaga (pemerintah/swasta) atau perusahaan atau asosiasi yang
menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan bahan pustaka/informasi di lingkungannya dalam
rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun
kemampuan sumber daya manusia.
3. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah
sekolah dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan
utama untuk membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan
tujuan pendidikan pada umumnya.
4. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat pada
perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi
dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi
mencapai tujuannnya.
5. Perpustakaan Nasional
Hingga sekarang, belum ada kesepakatan bersama mengenai apa itu definisi
117

perpustakaan nasional, hanya saja ada kesepakatan mengenai fungsinya,


yaitu:
o

Menyimpan setiap pustaka yang diterbitkan di sebuah negara.

Mengumpulkan atau memilih bahan pustaka terbitan lain mengenai


negara yang bersangkutan.

Menyusun bibliografi nasional artinya daftar buku yang diterbitkan di


sebuah negara.

Menjadi pusat informasi negara yang bersangkutan.

Pusat antar pinjam perpustakaan di negara yang bersangkutan serta


antara negara yang bersangkutan dengan negara lain.

Selain kelima jenis perpustakaan tersebut, terdapat lagi dua jenis perpustakaan yang sedang
booming pada saat ini, yaitu perpustakaan digital dan hibrida.
1. Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital adalah perpustakaan dimana seluruh koleksinya sudah
berbentuk digital. sementara menurut Digital Library Federation di
Amerika Serikat memberikan definisi perpustakaan digital sebagai
organisasi-organisasi yang menyediakan sumber-sumber, termasuk staff
dengan keahlian khusus, untuk menyeleksi, menyusun, menginterpretasi,
memberikan akses intelektual, mendistribusikan, melestarikan, dan
menjamin keberadaan koleksi karya-karya digital sepanjang waktu sehingga
koleksi tersebut dapat digunakan oleh komunitas masyarakat tertentu atau
masyarakat terpilih, secara ekonomis dan mudah.

Berdasarkan International Conference of Digital Library 2004,konsep Perpustakaan


digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat, disimpan, dan
diperoleh kembali melalui format digital. Perpustakaan digital merupakan kelompok
workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks)
berkecepatan tinggi. Perpustakaan digital ini banyak dikembangkan oleh perpustakaanperpustakaan Universitas di Amerika Serikat.
2. Perpustakaan Hibrida
Perpustakaan hibrida adalah perpustakaan dimana koleksinya terdiri dari
koleksi cetak dan juga koleksi elektronik. Sementara teknologi yang
digunakan sebagai pendukung dalam aktivitas perpustakaan seperti temu
kembali informasi. Proyek perpustakaan hibrida ini terutama banyak
dikembangkan oleh perpustakaan-perpustakaan universitas di Inggris.
Perbedaan yang mendasar antara perpustakaan digital dan perpustakaan
hibrida adalah tentunya jenis koleksinya, dimana perpustakaan digital
seluruh koleksinya berbentuk digital sementara koleksi untuk perpustakaan
hibrida ada 2 jenis yaitu cetak dan elektronik. Selain itu, perpustakaan digital
tidak memerlukan sebuah bangunan (gedung) untuk koleksinya, karena user
hanya tidak mengakses saja lewat internet, sementara perpustakaan hibrida
masih memerlukan sebuah gedung untuk menempatkan koleksinya. Tentunya
perpustakaan hibrida ini membutuhkan pustakawan atau ahli informasi untuk
membantu para penggunanya sementara perpustakaan digital tidak
membutuhkan pustakawan karena memang sifatnya yang seperti itu.
About these ads

118

Untuk sebagian orang, kelahiran perpustakaan digital merupakan lompatan raksasa -a


quantum leap- yang menghadirkan sesuatu yang sama sekali baru dalam kehidupan manusia.
Seolah-olah, perpustakaan digital adalah sebentuk institusi yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan institusi-institusi sebelumnya. Namun kata perpustakaan di dalam
perpustakaan digital itu sendiri membuktikan bahwa kalaupun ada lompatan, maka lompatan
itu sebenarnya terjadi karena ada landasan penjejak yang dipakai untuk melompat. Seberapa jauh
kita melompat, tergantung kepada seberapa kokoh landasan untuk melompat.
Sebelum konsep perpustakaan digital mengristal dan populer seperti sekarang ini, ada
beberapa pemikiran tentang perkembangan perpustakaan digital yang lebih evolutif dan
memberikan perhatian yang lebih banyak kepada peran penting perpustakaan biasa. Pemikiran
tersebut terangkum dalam konsep tentang perpustakaan hibrida (hybrid library). Setelah melalui
berbagai diskusi, konsep ini sempat menjadi tumpuan bagi para praktisi untuk lebih sadar tentang
kesulitan yang dialami jika ingin mendirikan perpustakaan digital sebagai sesuatu yang baru
sama sekali. Oppenheimer dan Smithson (1999) merangkum konsep itu sebagai suatu kesatuan
antara lingkungan fisik dan lingkungan elektronik yang dikelola oleh institusi perpustakaan
biasa
(lihat
gambar
di
bawah).
Negara yang termasuk paling aktif melakukan penelitian dan pengembangan konsep
perpustakaan hibrida adalah Inggris. Negara ini menyelenggarakan lima proyek perpustaaan
hibrida, masing-masing diberinama BUILDER, AGORA, MALIBU, HeadLine, dan HyLife.
Masing-masing proyek ini memiliki ciri tersendiri namun secara bersama mereka mencari cara
terbaik mengembangkan jasa perpustakaan dengan memanfaatkan teknologi terbaru. Secara
sepintas, perbedaan masing-masing proyek itu adalah sebagai berikut:
BUILDER Hybrid Library, dikembangkan di University of Birmingham untuk mempelajari
dampak perpustakaan hibrida terhadap pemakai di perguruan tinggi, mulai dari mahasiswa,
pengajar, sampai para pengelola kampus. Proyek ini berkonsentrasi pada pengamatan tentang
lingkungan penyediaan jasa informasi (service environment) yang menggabungkan jasa
perpustakaan biasa dan jasa elektronik. Kebetulan, pada saat bersamaan University of
Birmingham juga sedang mengembangkan lingkungan belajar baru yang memanfaatkan
teknologi komputer.
AGORA merupakan sebuah konsorsium yang dipimpin oleh University of East Anglia
dengan konsentrasi pada Hybrid Library Management System. Dalam proyek ini, perhatian
diberikan kepada pengembangan sistem informasi berbasis konsep cari-temukan, dimintasajikan (search, locate, request and deliver). Berbagai eksperimen dilakukan untuk
mengembangkan sebuah layanan terintegrasi, menggunakan standar Z39.50, yang menyatukan
berbagai fungsi dan jasa perpustakaan ke dalam satu layanan berbasis web. Pemakai diharapkan
119

dapat terbantu oleh sebuah layanan yang serupa untuk berbagai macam keperluan menggunakan
berbagai jenis media, baik yang ada di koleksi lokal perpustakaan, maupun yang ada di koleksi
perpustakaan luar.
MALIBU dikembangkan oleh Kings College London, khusus untuk mempelajari
pengembangan perpustakaan hibrida di bidang ilmu budaya (humanities). Menarik untuk dicatat,
proyek ini mempelajari pula kemungkinan keterlibatan para pemakai jasa dengan mengajak
mereka membuat sebuah User Scenario. Para teknolog dan pustakawan kemudian menerapkan
skenario ini pada rencana pengembangan jasa dan manajemen jasa itu.
HeadLine Project dikerjakan oleh London School of Economics bereksperimen dengan
lingkungan jasa informasi personal alias Personal Information Environment (PIE) dengan
mengembankan sebuah portal yang memungkinkan para pemakai perpustakaan mengakses
informasi elektronik maupun non-elektronik secara terintegrasi. Portal PIE ini dapat diubah-ubah
sesuai selera pemakai dan memberikan fasilitas untuk menghimpun pemakai yang memiliki
kepentingan sama dalam satu kelompok khusus.
HyLife di University of Northumbria memfokuskan diri pada masalah-masalah nonteknologi untuk memahami bagaimana cara terbaik mengoperasikan perpustakaan hibrida. Salah
satu hasil proyek ini adalah Hybrid Library Toolkit, sebuah panduan berisi 10 langkah
implementasi bagi perpustakaan-perpustakaan yang ingin mengembangkan jasa elektronik
mereka yang sesuai dengan kebutuhan institusi. Dari temuan di proyek-proyek tersebutlah, para
pustakawan dan teknolog Inggris mengembangkan terus konsep perpustakaan hibrida sebagai
sebuah perpustakaan yang secara bersamaan membangun koleksi terdiri dari koleksi berjenis
baru (elektronik atau digital) dan koleksi lama (tercetak) secara terintegrasi, sedemikian rupa
sehingga pemakai jasa perpustakaan tidak mengalami kesulitan memakai kedua jenis koleksi
tersebut. Teknologi informasi dan jaringan telematika berperan sebagai fasilitas untuk
mempertemukan kedua koleksi itu dalam sebuah gerbang (gateway), baik yang ditempatkan
secara fisik di ruang perpustakaan, maupun yang dapat diakses lewat Internet dari luar
perpustakaan. Perbedaan utama dari portal perpustakaan hibrida dari portal perpustakaan yang
sepenuhnya digital adalah dalam dua hal, yaitu:
Perpustakaan hibrida memiliki koleksi tercetak yang permanen dan setara dengan koleksi
elektronik atau digitalnya. Portal perpustakaan yang sepenuhnya digital, tidak memiliki koleksi
tercetak sama sekali. Perpustakaan hibrida juga bermaksud mempertahankan koleksi tercetak,
bukan menggantikan semuanya dengan koleksi elektronik atau digital.
Perpustakaan hibrida memperluas konsep dan cakupan jasa informasi, sehingga
penambahan koleksi elektronik dan digital serta penggunaan teknologi komputer tidak
dipisahkan dari jasa berbasis koleksi tercetak. Jasa koleksi tercetak diperluas dan dikelola secara
lebih beragam lewat bantuan komputer. Dengan kata lain, perpustakaan hibrida bukan hanya
perpustakaan tercetak DAN elektronik, melainkan gabungan keduanya secara menyeluruh
sehingga koleksi tercetak kini dimanfaatkan dengan cara berbeda dibandingkan sebelum ada
komputer.
Jelas terlihat di dalam konsep-konsep perpustakaan hibrida yang kita bahas di atas, terdapat
prinsip untuk mempertahankan keberadaan perpustakaan dengan koleksi tercetak, sebab pada
dasarnya pemakai jasa masih memerlukan koleksi tersebut. Selain itu, ada banyak sekali karakter
koleksi tercetak yang tidak dapat begitu saja tergantikan oleh digitalisasi. Buku cetak tidak
tergantikan oleh buku digital, jurnal cetak tidak tergantikan oleh jurnal digital. Namun, dapat
dikatakan pula, keberadaan buku digital dan jurnal digital mengubah cara orang menggunakan
buku
dan
jurnal
tercetak.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, perpustakaan yang ingin tetap serius melayani
pemakainya, harus terus memikirkan bagaimana menyediakan akses ke dua jenis koleksi mereka,
sekaligus menciptakan lingkungan baru yang mungkin berbeda sama sekali dibandingkan
lingkungan informasi yang sebelumnya hanya berbasis koleksi tercetak. Adalah tugas para
pustakawan mengelola lingkungan baru ini, sedemikian rupa sehingga para pemakai tetap betah
menggunakan
jasa
mereka
sesuai
kebutuhan
mereka.
Dalam perkembangan selanjutnya, konsep perpustakaan hibrida juga dapat diperluas menjadi
lingkungan informasi hibrida (hibrida hybrid information environment). Di dalam lingkungan
120

seperti ini, maka jenis koleksi bukan satu-satunya penentu karakteristik dari jasa sebuah
perpustakaan. Artinya, apa pun jenis koleksinya, sebuah perpustakaan harus dapat
mengembangkan suasana yang memungkinkan pemakai memanfaatkan koleksi tersebut. Jika
suatu saat sebuah perpustakaan memiliki lebih dari satu jenis koleksi, maka saat itulah
perpustakaan tersebut memikirkan lingkungan campuran alias lingkungan hibrida. Kalau
penambahan jenis koleksi yang baru tersebut adalah koleksi digital, maka koleksi lama dengan
jenis lama tidak perlu disingkirkan, melainkan digabung menjadi bagian dari satu layanan
hibrida. Demikian seterusnya, ketika jenis koleksi diperluas menjadi koleksi jarak jauh (remote
access), maka koleksi lokal atau koleksi jarak dekat tidak perlu dihapus, melainkan digabung lagi
menjadi bagian dari lingkungan hibrida.

Perpustakaan Modern Berbasis Budaya


Melayu dengan Nuansa Agamis yang
Didukung oleh Pemanfaatan Teknologi
Mutakhir
Show full item record
Title:

Perpustakaan Modern Berbasis Budaya Melayu dengan Nuansa Agamis


yang Didukung oleh Pemanfaatan Teknologi Mutakhir

Author: Mustafa, B.
Perpustakaan modern yang dimaksud adalah perpustakaan dengan konsep
layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat
modern yang memerlukan beragam informasi dalam beragam format
termasuk digital, namun juga tetap menyediakan layanan perpustakaan
secara konvensional yaitu format tercetak, sehingga disebut juga sebagai
Abstrac
perpustakaan hibrida, yaitu memadukan bahan pustaka dan layanan digital
t:
dengan bahan pustaka tercetak/terekam dengan layanan tradisional.
Budaya Melayu yang merupakan budaya masyarakat Provinsi Riau menjadi
ciri khas dan kekayaan utama Perpustakaan Provinsi Riau yang akan
dilayankan kepada masyarakat. Untuk semua itu akan dioptimalkan
pemanfaatan teknologi mutakhir.

121

KETIKA CINTA MENGALAHKAN SEGALANYA Berkaca Dari Kampanye Cinta


Perpustakaan Kota New York
MEMANJAKAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN DENGAN SOFTWARE KATALOG BERBASIS
VIDEO

PENDIRIAN PERPUSTAKAAN TERBUKA BERBASIS KEBUDAYAAN DI DAERAH


PERPARIWISATAAN ( PERPUSTAKAAN IDEAL)

I.

PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang

Masyarakat mana yang tidak pernah pergi berjalan-jalan di daerah perpariwisataan di dunia ini.
Tidak perlu jauh-jauh sebagai masyarakat Yogyakarta saja kita tentu sering pergi ke pantai, ke
museum, dan tempat pariwisata lainnya. Di tempat perpariwisataan tersebut kita lebih sering
menemukan tempat makan ataupun tempat tinggal sementara alias hotel atau wisma, namun
sayangnya di tempat perpariwisataan kita tidak dapat menemukan perpustakaan yang dapat
dikunjungi baik oleh masyarakat ataupun oleh wisatawan.
Selaras dengan kemajuan zaman kita dapat mengetahui bahwa perpustakaan modern telah
didefinisi sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu
disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak. (Wikipedia, 2009) dengan definisi ini
kita dapat melihat betapa efisiennya mendirikan perpustakaan di daerah perpariwisataan guna
meningkatkan minat membaca masyarakat setempat dan minat wisatawan untuk berkunjung
didaerah perpariwisataan tertentu yang selama ini sepi pengunjung.
1. B. Masalah
1. Apa yang dimaksud perpustakaan ?
2. Bagaimana peraturan pemerintah dalam perpustakaan dan fungsi
perpustakaan ?
3. Bagaimana konsep perpustakaan terbuka berbasis budaya di daerah
perpariwisataan?
2. C. Tujuan
122

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perpustakaan.


2. Untuk mengetahui peraturan pemerintah dan fungsi perpustakaan.
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep perpustakaan terbuka berbasis
budaya di daerah perpariwisataan.

II. Landasan Teori


1. A. Definisi perpustakaan

Dalam perkembangannya perpustakaan memiliki berbagai definisi yaitu sebagai berikut :


1. Pengertian perpustakaan pada abad ke-19, ialah perpustakaan merupakan
suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku
yanng dipelihara dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau
golongan masyarakat tertentu.
2. Pada tahun 1970, The American Library Association menggunakan istilah
perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian
pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat
dokumenstasi dan pusat rujukan.
3. Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa perpustakaan
merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil
budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan,
teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
4. Sedangkan berdasarkan akar katanya perpustakaan adalah (Arlina, 2008) :
1. Perpustakaan (Indonesia): pustaka.
2. Library (Inggris) : liber, libri (Latin)-> librarius.
3. Bibliotheek ( Bld); bibliothek (Jrm); bibliotheque (Prc); bibliotheca
( Spy, Prtg), Bible : biblia ( Yunani).
4. Perpustakaan merupakan Gedung yang memiliki koleksi bahan pustaka
(buku, majalah dan media lainnya) yang ditata dengan cara tertentu
agar mudah dimanfaatkan oleh pengguna secara cepat dan tepat.
(Mahmudin, 2006)
5. Perpustakaan terbuka merupakan konsep perpustakaan tanpa batas
(borderless library), terdapat pemisahan antara layanan kepada
pengguna dengan pengelolaan internal perpustakaan Pengguna tidak
perlu tahu sistem dan mekanisme pengelolaan internal perpustakaan.
( Nugroho, 2008)
1. B. Peran pemerintah dalam pendirian perpustakaan

a. Perundangan pemerintahan
Dalam pasal undang-undang Sisdiknas no.2 tahun 1989, ditegaskan bahwa perpustakaan
merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting. Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa melalui
pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi berupa karya tulis,
karya cetak, dan karya rekam.
123

Salah satu usaha untuk mendorong berkembangnya perpustakaan adalah dibentuknya dewan
sebagaimana diatur dalam pasal 44, pasal 45, pasal 46, dan pasal 47 Undang-Undang Nomor 47
Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Dewan perpustakaan provinsi adalah Lembaga Non Struktural
yang dibentuk pemerintah untuk menggali pemikiran dan pandangan dari pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perkembangan.
b. Fungsi perpustakaan
Setiap jenis perpustakaan memiliki fungsi yang berbeda. Dalam artikel ini hanya akan dibahas
dua jenis fungsi perpustakaan yaitu :
1. Perpustakaan Nasional RI, menurut Keputusan Presiden nomor 11 tahun
1989, pasal 3, perpustakaan berfungsi dalam membantu Presiden untuk
merumuskan kebijaksanaan mengenai pengembangan, pembinaan dan
pendayagunaan perpustakaan. ( Rohana, 2006)

2. Fungsi Perpustakaan Umum ( Waluyo, 2006)


Perpustakaan Umum baik yang berada di Daerah Tingkat II (Ibukota Kabupaten/Kotamadya), di
ibukota kecamatan maupun yang berada di desa, menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri
nomor 9 tahun 1988 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 21 tahun 1988, mempunyai
fungsi untuk menghimpun, mengolah, memelihara, melestarikan, mengatur dan memberdayakan
bahan pustaka. Serta sebagai pusat kegiatan belajar, pelayanan informasi, dan penelitian bagi
seluruh lapisan masyarakat.
III. PEMBAHASAN
Sesuai dengan tinjauan fungsi perpustakaan umum, perpustakaan terbuka berbasis kebudayaan
yang di bangun pada daerah perpariwisataan memiliki tujuan yang sama dalam menciptakan
kehidupan perpustakaan yang efektif, efisien, fleksibel, modern dan terbuka untuk siapapun.
Adapun pembangunan ruang yang disarankan adalah sebagai berikut :
1. Ruang baca

Ruang baca perpustakaan terbuka berbasis kebudayaan dibagi menjadi tiga jenis ruang yang
masing-masing diperlengkapi rak buku-buku yang siap dibaca pengunjung, yaitu :
1. Ruang baca tertutup atau ruang baca modern, ruang baca ini dirancang
seperti pada perpustakaan formal lainnya sehingga para pembaca atau
pengujung dapat merasakan suasana yang tenang dan modern dalam
menikmati bacaaan mereka. Dalam ruangan ini terdapat rak-rak buku yang
berisi buku-buku refrensi.
2. Ruang baca terbuka atau ruang baca alami, ruang baca ini dirancang secara
alami ataupun tradisional seperti arsitektur ruang daerah perpariwisataan
setempat. Di dalam ruangan ini pengunjung bebas melakukan apapun baik
itu bersantai, makan ataupun minum dalam menikmati bacaan mereka.
3. Ruang baca anak, ruang baca ini didesain sedemikian rupa sesuai dengan
keadaan psikologis anak. Hal ini untuk menunjang keinginan anak-anak usia
dini untuk berkunjung ke perpustakaan. Disini juga disediakan taman bermain
sederhana, sehingga anak-anak tidak hanya dapat mengembangkan
pengetahuan secara kognitif tapi juga psikomotorik. Ruang baca ini dibangun
disekitar daerah perpustakaan terbuka sehingga bagi orang tua yang ingin
124

menjaga anak-anak mereka sewaktu di taman baca perpustakaan, mereka


juga dapat menikmati bacaan.
4. Ruang biro peminjaman buku

Ruang ini dibagi menjadi dua bagian yaitu ruang :


Ruang biro peminjaman masyarakat umum dan ruang biro peminjaman wisatawan. Kedua ruang
ini diperlengkapi dengan akses komputerisasi yang berfungsi untuk menyimpan data-data
anggota aktif dan anggota pasif dari perpustakaan terbuka. Ruangan ini juga diperlengkapi rakrak buku yang berisi buku-buku yang siap dipinjam kepada wisatawan yang akan meminjam
buku ketika datang berkunjung pada perpustakaan terbuka.
1. Ruang biro pengembalian buku

Biro pengembalian buku masyarakat umum dan biro pengembalian buku wisatawan,
diperlengkapi dengan perangkat komputerisasi dan juga rak buku-buku yang telah selesai
dipinjam.
Untuk proses peminjaman buku di perpustakaan terbuka tidak sulit. Adapun beberapa langkah
peminjaman buku dalam perpustakaan terbuka adalah sebagai berikut :
1. Peminjaman bagi masyarakat umum

Masyarakat terlebih dahulu mendata diri mereka dengan memberikan identitas diri berupa KTP
ataupun SIM. Untuk peran sertanya anggota aktif dapat memberikan sumbangsi dana mereka
secara sukarela guna pengembangan perpustakaan terbuka. Setelah data diri mereka telah dicatat
secara manual dan komputerisasi, masyarakat akan memiliki kartu anggota yang dapat
digunakan sebagai alat tukar peminjaman buku di perpustakaan terbuka perpariwisataan.
Langkah peminjaman sama seperti peminjaman pada perpustakaan pada umumnya.
1. Peminjaman bagi wisatawan

Keanggotaan bagi para wisatawan merupakan keanggotaan pasif yang dapat meminjam buku
hanya pada jangka waktu 1 hari, pendataan peminjaman buku bagi wisatawan dilakukan di ruang
biro peminjaman dengan menukarkan kartu identitas diri sebagai jaminan peminjaman buku.
Pemoteratan (dapat dengan menggunakan peralatan kamera sederhana dari komputer atau
perangkat potret lainnya) dilakukan untuk menjaga keamanan pengembalian buku dari buku
yang dipinjamkan kepada wisatawan. Data wisatawan dapat langsung dikirimkan ke komputer
biro pengembalian baik yang terdapat dalam perpustakaan maupun biro pengembalian yang
terdapat di gerbang keluar perpariwisataan.
Dengan memanfaatkan media internet para pengunjung perpustakaan khususnya wisatawan
dapat mengakses data buku yang ingin mereka pinjam di perpustakaan itu langsung atau dengan
mengakses lewat internet secara tidak langsung, sesampainya mereka di perpustakaan mereka
cukup mengambil buku pinjaman di biro peminjaman.
IV. PENUTUP
1. A. Kesimpulan

125

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dan tinjauan teori kita dapat menyimpulkan dengan
mendirikan perpustakaan terbuka berbasis budaya, masyarakat akan lebih dikenalkan akan
kebudayaan membaca. Dengan ini masyarakat dapat lebih menggali kebudayaan yang ada di
daerah perpariwisataan dan juga kebudayaan Indonesia, sehingga ini akan dapat menjadi asetaset berharga bagi sumber daya manusia perpariwisataan Indonesia.
B.

Saran

Beberapa saran yang saya sampaikan dalam pendirian perpustakaan terbuka ini adalah :
1. Perlunya kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat setempat
dalam mendirikan perpustakaan terbuka berbasis budaya, mengingat
perpustakaan ini didirikan berdasarkan kerja sama pemerintah dan
masyarakat.
2. Karena perpustakaan merupakan aset bagi kita semua maka penting bagi
berbagai pihak yang ingin mendirikan perpustakaan terbuka untuk
menyesuaikan ciri khas budaya dari pembangunan perpustakaan terbuka ini.

V. DAFTAR PUSTAKA
Arlina, 2008. Pengertian dan sejarah perpustakaan. http://www.arlinah@petra.ac.id. Diakses 18
September 2009.
Waluyo, Budi. 2006. Fungsi dan Peranan Perpustakaan. http://www.karangturi.org. Diakses 18
September 2009.
Wikipedia, 2009. www.wikipedia.com. Diakses 19 September 2009.
Mahmudin. 2006. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Prosiding Seminar Pelatihan Singkat
Pengelolaan Perpustakaan Di Lingkungan. Universitas Pasundan, Bandung.
Nugroho, Lukito. 2008. Perpustakaan Terbuka. Yogyakarta : Universitas Gajahmada.
Rohanda. 2000. Fungsi dan Peranan Perpustakaan Sekolah. Prosiding Seminar Sehari Ikatan
Pustakawan Indonesia.
BIODATA :
Nama

: Yani

Alamat

: Paingan VII No. 5, Maguwoharjo, Depok, Sleman,Yogyakarta

Pekerjaan

: Mahasiswa

Asal Instansi

: Universitas Sanata Dharma

PUSTAKAWAN HUMANISTIS

Pustakawan Humanitis
126

Pustakawan

adalah

seseorang

yang

memiliki

kompetensi

di

bidang

perpustakaan yang diperoleh dari pendidikan atau pelatihan dan mengabdikan


tugas dan tanggung jawab di bidang pengelolaan di perpustakaan, informasi dan
dokumentasi. Disini dapat dilihat bahwa seorang pustakawan memiliki tanggung
jawab dan tugas yang cukup besar dalam pengelolaan perpustakaan yang telah kita
ketahui bersama bahwa perpustakaan tidak hanyalah sebuah gedung penyimpan
buku-buku

akan

tetapi

perpustakaan

lebih

kepada

sebuah

ruangan

yang

didalamnya tidak hanya bertujuan untuk menyimpan segala macam koleksi bahan
pustaka akan tetapi juga terdapat kegiatan mengelola data-data atau infomasi yang
bertujuan untuk menambah khazanah pengetahuan bagi para pemustakanya.
Pustakawan merupakan salah satu profesi yang kurang diminati oleh
masyarakat, karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tugas dan fungsi
dari pustakwan itu sendiri. Umumnya, pengetahuan mereka tentang pustakawan
adalah seorang penjaga perpustakaan yang bertugas hanya untuk mengawasi serta
melayani jasa meminjam serta mengembalikan buku. Ditambah dengan penampilan
pustakawan yang kurang menarik dan cenderung menyeramkan menambah daftar
image negative untuk para pustakawan. Hal ini membuat citra para pustakawan
dianggap sebagai profesi rendah bagi masyarakat pada umunya.
Sebenarnya untuk hal image seorang pustakawan yang

dipandang

menyeramkan, menyebalkan atau jutek ini, mungkin tidak selamanya berasal dari
kesalahan maupun ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh para pustakawan itu
sendiri. Banyak faktor yang menjadikan mereka seperti itu, seperti yang telah
dibahas sebelumnya bahwa pustakawan memiliki image yang kurang menarik
dalam hal profesi. Profesi mereka dipandang tidak dapat diperhitungkan atau tidak
memiliki peran penting seperti profesi seorang dokter, apoteker, guru dll. Dan juga
kelayakan penghidupan bagi para pustakawan yang tergolongan masih rendah jika
dibandingkan dengan profesi lainnya. Diluar negri pustakawan merupakan suatu
profesi yang sangat diminati dan dihormati karena pandangan masyarakat disana
para pustakawan merupakan orang yang sebar tahu oleh karena itu mereka sangat
dihargai.
Tapi disisi lain para pustakawan seharusnya mengesampingkan segala
permasalahan yang mengakibatkan mereka tidak dapat menjalankan tugas mereka
secara professional. Faktor-faktor yang membuat mereka merasa tidak begitu
dihargai seharusnya dikesampingkan dengan tugas yang harus mereka laksanakan
secara professional. Bagaimanapun pustakawan merupakan suatu pekerjaan
dibidang jasa pelayanan, mereka dituntut untuk dapat melayani semaksimal
mungkin agar para pemustaka merasa terpenuhi kebutuhannya dan dapat
memuaskan para pemustaka.
Maka disini pustakawan dituntut untuk memiliki sikap humanitis, dimana
sikap ini bertujuan untuk menciptakan suatu suasana saling menghargai antara
sesama karena sikap humanitis ini merupakan sikap manusia berbudaya atau
merupakan

manusia

yang

memanusiakan
127

manusia

lainnya.

Dengan

menyampingkan segala faktor yang tidak mendukung, pustakwan harus memulai


membuka diri mereka untuk bersikap sesuai dengan kode etik yang harus mereka
laksanakan.
Kode etik sendiri adalah suatu system norma, nilai dan aturan professional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak
benar dan tidak baik bagi professional. Tujuan dari kode etik agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.
Namun kode etik pustakawan lebih bersifat social daripada bisnis, lain halnya
dengan kode etik dokter, pengacara, dan akuntan. Dalam tugas pustakawan, kode
etik ini diperlukan karena banyak hal yang belum dibahas dalam peraturan namun
dijumpai dalam tugas sehari-hari.
Bekerja sesuai dengan kode etik, pengendalian sikap pustakawan merupakan
salah satu ujung tombak keberhasilannya suatu perpustakaan. Sikap pustakawan
yang santun, ramah, murah senyum merupakan sikap yang harus melekat pada diri
pustakawan itu sendiri. Pustawakan dituntut untuk memiliki sikap-sikap seperti :

1.

Baik hati
Seorang pustakawan harus memiliki sikap ini dalam menjalankan tugasnya di
bidang pelayanan. Seorang pustakawan harus selalu siap melayani, membantu
apabila ada seorang pemustaka yang membutuhkan bantuan, tidak harus
menunggu untuk dimintai tolong akan tetapi bila seorang pustakawan melihat ada
seorang pemustaka yang sedang kebingungan maka segera didekati dan ditanya
apa yang dapat mereka (pustakwan) bantu atau yang mereka (pemustaka)
butuhkan.

2.

Mengetahui Bagaimana
Seorang

pustakawan

dituntut

untuk

mengetahui

bagaimana

mereka

harus

memecahkan segala persoalan baik dari internal ( diri pustakawan itu sendiri)
maupun dari eksternal (pemustaka) dengan bijaksana.
3.

Berkemampuan komunikasi
Pustakwan merupakan suatu profesi yang di bidang pelayanan jasa, mereka harus
dapat melayani semaksimal mungkin dan membuat kepuasan kepada para
pemustaka atas hasil dari pelayanan yang mereka berikan. Cara komunikasi yang
baik merupakan salah satu inti dari hal pemuasan pelayanan. Bagaimana cara
berkomunikasi dengan baik sesuai dengan konteks siapa yang mereka ajak bicara.
Pustakawan

harus

dapat

membedakan

bagaimana

berkomunikasi

dengan

pemustaka yang telah dewasa maupun pemustaka rang rentan usianya anak-anak
sampai remaja. Karena setiap usia memiliki cara pelayanan tersendiri.
4.

Teliti, Cermat dan berpendidikan


128

Pustakawan dalam memberikan informasi kepada para pemustakanya haruslah teliti


dan cermat karena jangan sampai informasi yang diberikan merupakan informasi
yang salah ataupun informasi yang kurang tepat atas pertanyaan yang diberikan
oleh pemustaka. Pustakawan merupakan seseorang yang dipandang memiliki
banyak ilmu, karena mereka diharuskan untuk menjawab segala pertanyaan dari
para pemustakanya oleh sebab itu pustakawan hendaknya memiliki pendidikan
disamping formal juga informal untuk menambah pengalaman serta pengetahuan
untuk dibagikan kepada para pemustakanya
5.

Berpenampilan menarik dan Percaya diri


Masyarakat

atau

pemustaka

pada

umumnya

menilai

penampilan

seorang

pustakawan sangat tidak menarik, mulai dari pustakawan yang selalu didominasi
oleh orang-orang tua dengan penampilan yang kuno dan membosankan ditambah
dengan kurangnya senyum serta keramahan yang melekat pada image mereka.
Disini seharusnya mulai dirubah image para pemustaka tentang pustakawan,
perpustakaan-perpustakaan lebih

baik melakukan re-generasi kepada para

pustakawannya, karena seperti buku yang disimpan terus-menerus tanpa adanya


suatu preseventatif/ pelestarian maka buku tersebut akan usang dan tidak akan
terjamah oleh pemustaka untuk membacanya. Oleh sebab itu perpustakaan
hendaknya

sekarang

mengambil

atau

mempekerjakan

para

pustakawan-

pustakawan muda yang disamping memiliki keahlian dibidang perpustakaan,


berpendidikan, percaya diri serta berpenampilan menarik seperti selalu sopan,
ramah, murah senyum dll.
6.

Memanjakaan pemustaka
Disamping ke lima faktor tadi para pustakawan hendaknya para pustakawan juga
memiliki sikap untuk selalu berusaha memanjakkan para pemustakanya dengan.

a.
b.

Membuka diri dan menerima masukan dari pemustaka,


Ramah dan sabar, pustakawan harus bersikap professional dalam menyelesaikan
suatu permasalahan seperti memberikan sanksi-sanksi terhadap suatu pelanggaran
perpustakaan yang dikenakan dengan tegas namun adil dan bijaksana akan

c.

menimbulkan rasa hormat dan sikap taat dari para pemustaka.


Memasang rambu-rambu larangan dengan dibahasakan secara santun atau
diwujudkan melalui gambar-gambar karikatur yang lucu. Dan pergantian kata
seperti kata DILARANG diganti dengan kata MOHON TIDAK atau TERIMAKASIH BILA
TIDAK

d.

Berpromosi diri, sama seperti pembahasan sebelumnya para pustakawan harus


memiliki

daya

tarik

terndiri

dalam

memuaskan

pelayanan

kepada

para

pemustakanya seperti dengan selalu tersenyum, ramah, sopan, cerdas atas


memberikan jawaban yana efektif terhadap suatu pertanyyan, layanan yang cepat
dan tepat, penyelesaian kasus-kasus yang bijaksana.
129

Dari penjabaran sikap-sikap yang harus dimiliki oleh setiap pustakawan,


bertujuan agar terciptanya suatu keadaan yang dapat memberikan suatu pelayan
yang baik dari para pustakwan kepada para pemustakanya dan sutu penghargaan
atau sikap menghargai dari para pemustaka terhadap para pustakawan.
Daftar Pustaka
Sulistyo-Basuki. 1991, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia.
Sulistyo-Basuki. 2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung : Rekayasa Sains.
Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto.
Jurnal Perpustakaan.
CARA MENGELOLA PERPUSTAKAAN

17 Langkah Mengelola
Perpustakaan Pribadi
Seorang pecinta buku terkadang tidak sadar kalau koleksinya sudah semakin
banyak. Tahu-tahu koleksi bukunya tercecer di mana-mana. Rak penyimpanannya
sudah tidak cukup lagi menampung.

Bukan hanya itu, saking banyaknya buku, dia kesulitan mencari sebuah buku yang
sedang dibutuhkan. Yang parah adalah kalau kebetulan dia seorang yang murah
hati dalam meminjamkan buku kepada teman-teman. Terkadang lupa mencatat
siapa yang meminjam atau kalau pun mencatat tapi hilang. Kalau sudah begini,
nampaknya dia harus sudah mulai berpikir untuk memperlakukan koleksi bukunya
itu seperti layaknya di perpustakaan.
Jangan berpikir sulit dulu. Mari kita mengadaptasi sistem perpustakaan menjadi
lebih sederhana untuk perpustakaan di rumah. Hanya butuh meluangkan waktu dan
menyediakan tempat penyimpanan (rak) sebagai modal awal.

130

Sebelum memutuskan untuk mengelola buku-buku, hal paling dasar yang harus
dipastikan adalah apakah Anda benar-benar ingin memiliki perpustakaan pribadi?.
Ingat bahwa mengelola mengakibatkan konsekuensi tertentu, terutama waktu dan
konsistensi. Pilihan lain apabila Anda malas mengelola namun ingin koleksi buku
Anda tetap bermanfaat adalah dengan menyumbangkannya ke perpustakaan atau
taman bacaan terdekat.
Perlu diketahui bahwa mengelola perpustakaan pribadi tidak harus sama dengan
perpustakaan umum. Jadi tidak perlu berkecil hati karena tidak punya keahlian
khusus seperti pustakawan. Inti dari pengelolaan perpustakaan pribadi adalah buku
tertata dengan rapih, terkelompokkan, mudah dicari, dan tercatat. Berikut beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya:
1. Mulailah dengan memisahkan buku fiksi dan non fiksi. Artinya Anda perlu
menyediakan setidaknya dua rak terpisah untuk koleksi ini terlebih dahulu.
2. Penyusunan buku di perpustakaan pada dasarnya untuk memudahkan
pencarian. Pikirkan tentang bagaimana kebiasaaan Anda dalam mencari
buku. Apakah berdasarkan judul, pengarang, tema, abjad, tahun, tema, atau
kejadian khusus.
3. Umumnya, buku fiksi di perpustakaan disusun berdasarkan nama pengarang,
namun Anda bisa mengurutkannya berdasarkan judul apabila dirasa lebih
nyaman. Susunlah berdasarkan urutan abjad dari A hingga Z.
4. Susun dan pisahkan buku fiksi dalam beberapa kelompok. Misalnya rak
tingkat I untuk kelompok abjad A-D, tingkat 2 untuk kelompok abjad E-G, dan
seterusnya.

5. Buku non fiksi biasanya disusun berdasarkan subyek (tema). Mengingat


koleksi perpustakaan pribadi sangat bergantung kesukaan, maka pasti ada
subyek buku tertentu yang jumlahnya lebih banyak ketimbang yang lain.
Pikirkan apakah Anda membutuhkan tema buku itu dipisahkan untuk
memudahkan pencarian nanti.
6. Kalau Anda bingung mengelompokkan dengan gaya sendiri, Anda bisa
mengadopsi klasifikasi umum yang digunakan perpustakaan yaitu Dewey
Decimal Classification (DDC). Dengan menggunakan DDC berarti koleksi non
fiksi akan dipisahkan dalam 10 kelompok yaitu: Karya Umum, Filsafat dan
Psikologi, Agama, Ilmu Sosial, Bahasa, Ilmu Alam, Ilmu Terapan, Seni dan
Olahraga, Kesusatraan, Sejarah dan Geografi.
7. Kalau Anda merasa ada satu tema dari sistem klasifikasi DDC yang tidak
Anda butuhkan. Anda dapat menggantinya dengan tema lain.
131

8. Sama halnya dengan buku fiksi, susunan buku untuk masing-masing


kelompok harus dipisahkan. Buku dalam setiap kelompok dijajarkan
berdasarkan nama pengarang atau judul (sesuai aturan yang anda tentukan).
Urutkan berdasarkan abjad A hingga Z.
9. Buat dan tempelkan tanda pada masing-masing kelompok di rak, baik buku
fiksi maupun non fiksi agar mudah mengidentifikasi kemana Anda harus
menyimpan satu buku setelah dibaca atau keluar dari raknya.

10.Untuk buku-buku koleksi bertema khusus akan sangat berguna apabila


diletakan di tempat di mana buku tersebut banyak digunakan. Misalnya buku
tentang memasak diberikan rak khusus di dapur.

11.Buku anak-anak sebaiknya dipisahkan dari koleksi buku dewasa. Bukan hanya
karena isinya, melainkan demi mencegah robeknya buku kesayangan Anda.

132

12.Simpan buku dengan posisi punggung buku di depan. Sebaiknya ditahan juga
dengan penahan buku juga untuk menguatkan. Hindari cahaya matahari
langsung atau lokasi yang terlalu lembab untuk menjaga kualitas kertas.
13.Catat data koleksi Anda dalam format excell agar bisa selalu di-update, dibackup dan dicetak. Data minimal yang harus dimasukan antara lain: Judul
Buku, Pengarang, Ilustrator, Penerbit, Tahun Terbit, Kota Terbit, Jumlah
Halaman.
14.Buat juga data peminjaman apabila Anda orang yang baik hati dalam
meminjamkan buku. Data yang harus dimasukan diantaranya: Tanggal
peminjaman, Nama Peminjam, No kotak / email, Judul Buku, dan Pengarang.
15.Anda juga dapat menggunakan software gratis untuk database perpustakaan
seperti Athenaeum atau Senayan apabila ingin data buku dan peminjaman
terintegrasi.
Silakan
unduh
di
websitenya.
Namun
tentu
perlu
mempelajarinya terlebih dahulu sebelum menggunakan. Baca buku
petunjuknya atau ikuti workshopnya.
16.Di perpustakaan buku-buku diberi label khusus di punggungnya. Ini disebut
nomor panggil, gunanya untuk membantu pencarian. Untuk perpustakaan
pribadi yang koleksinya di bawah 1000, rasanya tidak perlu menggunakan
nomor panggil. Asal konsisten dalam merapihkan buku-buku ke tempatnya
sesuai aturan susunan yang Anda tentukan sebelumnya, pasti buku akan
lebih mudah dicari.
17.Apabila Anda ngotot untuk tetap memberi label nomor panggil pada bukubuku Anda. Pastikan Anda punya cukup banyak waktu dan tenaga untuk
melakukannya. Kalau tidak, silakan meminta jasa pengolahan koleksi,
tentunya dengan bayaran tertentu.
Selamat Mencoba

133

Pengertian, Jenis dan Tujuan Perpustakaan


Oleh Muchlisin Riadi Pada Jumat, November 09, 2012 Labels: Pendidikan
Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan
Perpustakaan adalah mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung / bangunan
atau gedung tersendiri yang berisi bukubuku koleksi, yang diatur dan disusun
134

demikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktuwaktu diperlukan oleh pembaca (Sutarno NS, 2006:11).
Perpustakaan adalah kumpulan atau bangunan fisik sebagai tempat buku
dikumpulkan dan disusun menurut sistem tertentu atau keperluan pemakai (Lasa,
2007:12).
Secara lebih konkrit perpustakaan dapat dirumuskan sebagai suatu unit kerja dari
sebuah lembaga pendidikan yang berupa tempat penyimpanan koleksi buku-buku
pustaka untuk menunjang proses pendidikan. Dari beberapa pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah tempat untuk mengembangkan
informasi dan pengetahuan yang dikelola oleh suatu lembaga pendidikan, sekaligus
sebagai sarana edukatif untuk membantu memperlancar cakrawala pendidik dan
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pengertian perpustakaan baeubah secara
berangsur-angsur. Pada mulanya setiap ada kumpulan buku-buku koleksi yang
dikelola secara rapi dan teratur disebut perpustakaan, tetapi karena adanya
perkembangan teknologi modern dalam usaha pelestarian dan pengembangan
informasi, maka koleksi perpustakaan tidak hanya terbatas buku-buku saja tetapi
juga beraneka ragam jenisnya.
Jenis-jenis Perpustakaan
Menurut Sutarno NS (2006:37) jenis-jenis perpustakaan adalah sebagai berikut:
1. Perpustakaan Nasional RI
Merupakan Perpustakaan Nasioal yang berkedudukan di Ibu Kota Negara Indonesia
yang mempunyai jangkauan dan ruang lingkup secara Nasional dan merupakan
salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab
kepada Presiden.
2. Badan Perpustakaan Daerah
Badan perpustakaan daerah atau lembaga lain yang sejenis adalah yang
berkedudukan di tiap provinsi di Indonesia yang mengelola perpustakaan.
3. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau Universitas
Masyarakat, maksudnya adalah bahwa perpustakaan umum merupakan lembaga
pendidikan bagi masyarakat umum.
4. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan yang berada di Perguruan Tinggi, baik berbentuk Universitas,
Akademi, Sekolah Tinggi, ataupun Institut. Keberadaan, tugas dan fungsi
perpustakaan tersebut adalah dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, meliputi pendidikan, penelitian / riset dan pengabdian kepada masyarakat.
5. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah berada di sekolah, dikelola sekolah, dan berfungsi untuk
sarana kegiatan belajar mengajar, penelitian sederhana, menyediakan bahan
bacaan, dan tempat rekreasi.
6. Perpustakaan Khusus
135

Perpustakaan khusus berada pada lembaga-lembaga pemerintahan dan swasta.


Perpustakaan tersebut diadakan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan
yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan instansi induknya.
7. Perpustakaan Lembaga Keagamaan
Merupakan perpustakaan yang dimiliki dan dikelola oleh lembaga-lembaga
keagamaan, misalnya perpustakaan, masjid, gereja.
8. Perpustakaan Internasional
Perpustakaan Internasional Merupakan perpustakaan internasional yang memiliki
koleksi yang menyangkut negara-negara anggota atau negara-negara yang
berafiliasi kepada lembaga dunia tersebut. Perpustakaan ini dikelola dan
diselenggarakan lembaga internasional.
9. Perpustakaan Kantor Perwakilan Negara-negara Asing
Merupakan perpustakaan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh lembaga / kantor
perwakilan Negara masing-masing. Contohnya perpustakaan lembaga kebudayaan
amerika dan pusat kebudayaan jepang
10. Perpustakaan Pribadi / Keluarga
Merupakan perpustakaan yang dimiliki dan dikelola oleh perorangan atau orangorang tertentu bersama anggota keluarganya.
11. Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital bukan merupakan salah satu jenis perpustakaan yang berdiri
sendiri, tetapi merupakan pengembangan dalam system pengelolaan dan layanan
perpustakaan.
Tujuan Perpustakaan
Menurut Sutarno NS (2006:34),Tujuan Perpustakaan adalah untuk menyediakan
fasilitas dan sumber informasi dan menjadi pusat pembelajaran. Sedangkan
menurut Lasa (2007:14):
1. Menumbuhkembangkan minat baca dan tulis. Para siswa dan guru dapat
memanfaatkan waktu untuk mendapat informasi di perpustakaan. Kebisaan
ini mampu menumbuhkan minat baca mereka yang pada akhirnya dapat
menimbulkan minat tulis
2. Mengenalkan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi harus
terus diikuti pelajar dan pengajar. Untuk itu perlu proses pengenalan dan
penerapan teknologi informasi dari perpustakaan
3. Membiasakan akses informasi secara mandiri. Pelajar perlu didorong dan
diarahkan untuk memiliki rasa percaya diri dan mandiri untuk mengakses
informasi. Hanya orang yang percaya diri dan mandirilah yang mampu
mencapai kemajuan
4. Memupuk bakat dan minat. Bacaan, tayangan gambar, dan musik di
perpustakaan mampu menumbuhkan bakat dan minat seseorang. Fakta dan
sejarah membuktikan bahwa keberhasilan seseorang itu tidak ditentukan
oleh NEM yang tinggi melainkan melalui pengembangan bakat dan minat.

136

Daftar Pustaka
http://www.kajianpustaka.com/2012/11/perpustakaan.html#ixzz2Y8oC664A
Follow us: @kajianpustaka on Twitter | KajianPustaka on Facebook

MAKALAH PERPUSTAKAAN
Pengelolaan Perpustakaan

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN AKADEMI KESEHATAN SWASTA


MENUJU TANTANGAN ARUS GLOBALISASI AKADEMI
Oleh
Yuliyawati
Makalah yang berjudul Pengelolaan Perpustakaan Akedemi Kesehatan Swasta Menuju
Tantangan Arus Globalisasi Akademi ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka.
137

1. A. Latar Belakang

Apabila mendengar kata Perpustakaan, gambaran spontan yang muncul dalam pikiran kita
adalah gedung / ruang tempat menyimpan buku. Hal ini tidak dapat dikatakan salah, karena
perpustakaan merupakan turunan dari kata pustaka yang berarti buku. Namun apabila dikaji lebih
mendalam, yang disebut dengan perpustakaan tidak hanya terbatas pada gedung tempat
menyimpan buku tetapi juga berhubungan dengan sistem yang ada di perpustakaan. Menurut F.
Rahayuningsih (2007: 1) Perpustakaan adalah suatu kesatuan unit kerja yang terdiri dari
beberapa bagian, yaitu bagian pengembangan koleksi, bagian pengolahan koleksi, bagian
pelayanan pemustaka dan bagian pemeliharaan sarana prasarana. Berbagai unsur terlibat dalam
pengelolaan perpustakaan, antara lain sumber daya manusia, pemustaka, sarana prasarana,
berbagai fasilitas pendukung dan koleksi yang disusun berdasar sistem tertentu.
Setiap Perpustakaan didirikan dengan tujuan tertentu dan dilandasi visi visi tertentu pula
(Rahayuningsih, 2007: 3). Sehingga dari berbagai tujuan tertentu tersebut, muncul berbagai
macam jenis perpustakaan. Menurut Tri Septiyantono (2007:5) Pengelompokan Perpustakaan
dapat dibagi menjadi 5 yaitu Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Khusus,
Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan Perpustakaan yang melayani para mahasiswa, dosen
dan karyawan suatu perguruan tinggi tertentu (Rahayuningsih, 2007:7). Perguruan Tinggi yang
dimaksud meliputi universitas, institut, akademi, sekolah tinggi dan politeknik. Perpustakaan
perguruan tinggi didirikan untuk mencapai tujuan perguruan tinggi yang biasanya sesuai dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan atau pengajaran, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat. Berdasarkan Undang Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 55 menyebutkan bahwa salah satu syarat untuk menyelenggarakan
Perguruan Tinggi harus memiliki Perpustakaan.
Perpustakaan Perguruan Tinggi yang selanjutnya oleh penulis disebut sebagai perpustakaan
akademi, bergerak dalam berbagai disiplin ilmu. Salah satunya perpustakaan akademi yang
bergerak dalam bidang kesehatan yang biasa disebut sebagai perpustakaan akademi kesehatan.
Perpustakaan akademi kesehatan banyak tersebar di wilayah seluruh Indonesia sesuai dengan
lokasi akademi kesehatan tersebut berada. Pada umumnya, yang membedakan adalah milik
negeri atau swasta.Dalam hal ini, penulis memfokuskan pembahasannya pada perpustakaan
akademi kesehatan swasta.
Perpustakaan akademi kesehatan swasta akan berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh
civitas akademika atau lembaga induk apabila perpustakaan tersebut dikelola dengan baik. Hal
ini disebabkan karena eksistensi sebuah perpustakaan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
informasi (koleksi) yang disediakan, cara pengelolaan dan kemampuan perpustakaan mencukupi
kebutuhan pemustaka. Bagaimana agar perpustakaan akademi ini agar tetap eksis dan diakui
keberadaannya oleh lembaga induk dan civitas akademika, hal ini merupakan tantangan seorang
pustakawan bagaimana mengoptimalkan perannya sebagai information provider dan bagaimana
mengelola sebuah perpustakaan akademi kesehatan swasta agar tetap berfungsi sebagai
information center.
1. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut

138

1. Bagaimana cara mengelola perpustakaan akademi kesehatan swasta agar


mampu mewujudkan fungsinya menuju tantangan arus globalisasi
2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam mengelola sebuah perpustakaan
akademi kesehatan swasta dalam mewujudkan fungsinya menuju tantangan
arus globalisasi
3. Bagaimana usaha yang seharusnya dilakukan dalam mengatasi hambatan
yang dihadapi dalam mengelola perpustakaan akademi swasta sebagai
perwujudan fungsinya menuju tantangan arus globalisasi
1. C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah


1. Untuk mengetahui cara mengelola perpustakaan akademi swasta agar
mampu mewujudkan fungsinya menuju tantangan arus globalisasi
2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam mengelola sebuah
perpustakaan akademi kesehatan swasta agar mampu mewujudkan
fungsinya menuju tantangan arus globalisasi
3. Untuk mengetahui usaha yang seharusnya dilakukan dalam mengatasi
hambatan yang dihadapi dalam mengelola sebuah perpustakaan akademi
kesehatan swasta sebagai perwujudan fungsinya menuju tantangan arus
globalisasi
1. D. PEMBAHASAN
1. 1. Cara mengelola perpustakaan akademi kesehatan swasta
agar mampu mewujudkan fungsinya menuju tantangan arus
globalisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:245), cara adalah jalan melakukan sesuatu atau
bisa disebut dengan gaya. Mengelola merupakan turunan dari kata kelola yang bermakna
mengendalikan atau menyelenggarakan. Untuk Pengertian perpustakaan perguruan tinggi
(akademi), yaitu merupakan unit pelaksana teknis (UPT) perguruan tinggi yang bersama sama
dengan unit lain untuk turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih,
menghimpun, mengolah, merawat dan melayankan sumber informasi kepada lembaga induk
pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya(Septiyantono, 2007 :10). Untuk
pengertian Akademi Kesehatan, akademi kesehatan merupakan jenis pendidikan kesehatan
tingkat akademi program diploma III dengan kekhususan bidang kesehatan. Kemudian Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1366) pengertian swasta adalah bukan milik pemerintah.
Sehingga dari berbagai macam pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa
pengertian dari Cara mengelola perpustakaan akademi kesehatan swasta adalah jalan atau gaya
yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (Perpustakaan)yang berada di bawah lembaga
pendidikan bidang kesehatan non pemerintah untuk menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat dan melayankan sumber
informasi kepada lembaga induk pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.
Dalam mengelola sebuah perpustakaan, perlu adanya unsur unsur yang harus diperhatikan.
Menurut Penulis, unsur pengelolaan sebuah perpustakaan Akademi kesehatan swasta meliputi
1. Koleksi

139

Koleksi perpustakaan Akademi kesehatan swasta dikhususkan pada koleksi mutakhir di dalam
subyek yang menjadi tujuan perpustakaan Akademi kesehatan swasta atau untuk mendukung
kegiatan lembaga induknya. Koleksi sebuah perpustakaan Akademi kesehatan swasta terletak
tidak pada banyaknya koleksi yang dimiliki namun ditekankan pada kualitas koleksi agar dapat
mendukung penyebaran jasa dan informasi yang mutakhir. Pembinaan koleksi perpustakaan
Akademi kesehatan swasta sebaiknya menekankan pada beberapa jenis bahan perpustakaan
seperti jurnal ilmiah, hasil penelitian, majalah, buku teks, referensi dan sejenisnya dalam bidang
analis kesehatan baik dalam bentuk tercetak maupun media rekam.
1. Sumber Daya Manusia

Penanganan perpustakaan Akademi kesehatan swasta memerlukan seorang ahli dalam bidang /
subyek yang ditangani. Hali ini akan mempermudah perpustakaan Akademi kesehatan swasta
dalam memberikan apa yang menjadi tuntutan dan kebutuhan pemustakanya. Untuk itu, biasanya
dalam perpustakaan ini dibutuhkan seorang pustakawan yang mengerti dan paham akan bidang
kerja/ bidang yang ditangani oleh lembaga induknya. Sehingga kebutuhan akan pustakawan
Akademi kesehatan swasta dianggap penting.
1. Pengolahan

Proses pengolahan Perpustakaan Akademi kesehatan swasta pada umumnya tidak jauh berbeda
dengan perpustakaan pada umumnya. Biasanya dalam proses pengolahan dituntut untuk lebih
memperhatikan kecepatan dalam temu kembali informasi dan penyajian.
1. Pemustaka

Perpustakaan Akademi kesehatan swasta dalam pemilihan dan setting pengelolaan sangat
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pemustakanya. Hubungan antara pemustaka dan
pengelola perpustakaan sangat erat terutama apabila dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan
dan pengembangan perpustakaan itu sendiri. Tidak sedikit pemustaka akan ikut andil dalam
menentukan pola pengelolaan dan juga penentuan koleksi/informasi yang perlu disediakan oleh
perpustakaan
1. Layanan

Layanan perpustakaan Akademi kesehatan swasta harus dapat memberikan nilai lebih kepada
pemustaka dan organisasi/badan induk yang membawahinya. Untuk itu pengelola perpustakaan
perlu selalu memberikan alternatif-alternatif dalam penyampaian informasi kepada
pemustakanya. Aspek layanan menjadi penting untuk diperhatikan dikarenakan tuntutan
kebutuhan penyajian informasi yang cepat, tepat dan terbaru selalu ada. Jenis layanan
perpustakaan khusus dapat bersifat terbuka maupun tertutup, tergantung pada kebijakan
organisasi, pengelola dan tipe pemustakanya. Namun kebanyakan perpustakaan Akademi
kesehatan swasta menerapkan sistem terbuka dengan akses terbatas. Hal ini untuk lebih
memberikan peluang kepada pemustaka yang lebih luas namun tetap terkontrol. Terbuka artinya
siapapun dapat memanfaatkan koleksi yang ada, sedangkan akses terbatas adalah pengaturan
terhadap proses pemanfaatan koleksi seperti fasilitas pinjam, fasilitas baca, fotokopi, dan
sebagainya
1. Gedung / Ruangan

Lokasi ruangan / gedung sebaiknya berada di tempat yang mudah dan ekonomis di datangi
pemustaka. Luasnya ruangan harus cukup menampung ruang koleksi bahan perpustakaan, ruang
140

baca dengan kapasitas minimal 10% dari jumlah masyarakat yang dilayani, ruang pelayanan,
ruang kerja pengolahan dan administrasi. Selain itu diperlukan pula suasana ruang perpustakaan
yang tenang, kesejukan di dalam ruangan dan pertukaran udara yang baik dan intensitas cahaya
yang cukup terang.
1. Pengadaan Mata Anggaran

Perpustakaan sebagai unit kerja yang harus melakukan pembinaan dan pengembangan koleksi
bahan perpustakaan mutlak memerlukan dana setiap tahun. Penyediaan dana setiap tahun harus
dijamin dengan diberikannya kepada perpustakaan mata anggaran yang bersifat rutin. Sehingga
di dalam anggaran Sebuah Akademi kesehatan, mestinya untuk perpustakaan akademi harus
ditetapkan alokasi anggaran tetap untuk setiap tahun sebagaimana unit unit kerja lainnya dan
mata anggaran tetap ini harus tercantum secara jelas dalam kerangka anggaran sebuah akademi.
Pengadaan mata anggaran ini harus diselesaikan bersama biro/bagian keuangan.
Unsur pendukung lain
1. Teknologi Informasi

Penerapan teknologi informasi dalam dunia perpustakaan memang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Hal ini karena adanya tuntutan dari para pemustaka jasa perpustakaan akan
kemutakhiran koleksi dan kemudahan proses temu kembali yang serba cepat. Informasi yang
diperlukan oleh pemustaka jasa perpustakaan pada umumnya adalah informasi yang luas, cepat,
tepat, dan up to date. Hal itu dapat dipeoleh melalui fasilitas internet, Media Compact Disk dan
Database online
1. Jaringan Kerjasama

Kerjasama dalam dunia perpustakaan khususnya perpustakaan akademi yang bergerak dalam
bidang kesehatan sangatlah penting. Hal ini karena sebuah kerjasama ini akan banyak membantu
peningkatan layanan perpustakaan dan saling melengkapi layanan informasi antara perpustakaan
yang satu dengan yang lainnya
1. Pemasaran / Promosi

Tujuan dari pemasaran / promosi adalah memfasilitasi komunikasi antara perpustakaan dan calon
pemustaka. Karena keberhasilan sebuah perpustakaan dapat dilihat dari tingkat kunjungan
pemustaka dan pemanfaatan informasi (koleksi) oleh pemustaka
1. 2. Hambatan yang dihadapi dalam mengelola perpustakaan akademi
kesehatan swasta agar mampu mewujudkan fungsinya menuju
tantangan arus globalisasi

Hambatan merupakan turunan kata dari hambat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
hambatan berarti halangan atau rintangan. Sehingga dalam sub bab ini, hambatan yang dimaksud
oleh penulis merupakan halangan atau rintangan yang dihadapi oleh Perpustakaan Akademi
Analis Kesehatan dalam hal pengelolaan perpustakaan. Menurut tinjauan penulis, hambatan yang
sering dialami antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan dan profesionalisme pustakawan dalam
perkembangan teknologi informasi

141

Pengetahuan seorang pustakawan dalam perkembangan teknologi informasi khususnya dalam


bidang perpustakaan sangatlah penting. Munculnya berbagai sistem otomasi perpustakaan
menuntut pustakawan harus jeli dalam menentukan sistem otomasi yang akan digunakan. Dalam
hal ini, pustakawan harus memperhitungkan pemilihan dari berbagai aspek. Misalnya apakah
sistem otomasi ini masih bisa digunakan lima tahun yang akan datang atau tidak, siapa yang
membuatnya, adakah yang bertanggung jawab apabila sistem informasi ini rusak, dan sebagainya
1. Kurangnya perhatian dari lembaga induk akan pentingnya keberadaan
perpustakaan sebagai jantungnya perguruan tinggi

Pada realitasnya, banyak lembaga induk (atau dalam hal ini, yang dimaksud penulis adalah
lembaga pendidikan dalam disiplin ilmu kesehatan) kurang mengerti arti pentingnya
perpustakaan. Dalam hal ini penulis mengambil contoh antara lain dibuktikan dengan banyaknya
akademi / lembaga yang menempatkan perpustakaan pada ruangan atau / gedung yang tidak
mudah dijangkau oleh civitas akademi, tidak adanya jadwal kunjungan perpustakaan untuk
melaksanakan pendidikan pemustaka pada awal masa orientasi mahasiswa
1. Kesalahpahaman implementasi teknologi informasi perpustakaan

Hadirnya teknologi infomasi di perpustakaan tidak boleh dipahami sebagai trend teknologi.
Sehingga terkesan ikut ikutan dan takut dipersepsikan sebagai perpustakaan yang ketinggalan
jaman. Implementasi teknologi informasi di perpustakaan haruslah disertai bekal pengetahuan,
kesiapan materi, bekal ketrampilan yang memadahi dan rencana matang. Jika tidak, maka akan
menimbulkan pemborosan sumber daya dan energi yang sia sia
1. Kurangnya kerjasama antara Perpustakaan Akademi Analis Kesehatan

Kerjasama antar perpustakaan, dalam hal ini sangat lah penting. Dengan adanya kerjasama
dengan perpustakaan lain yang dilakukan, akan banyak membantu sebuah perpustakaan dalam
melengkapi informasi yang diperlukan. Selain itu, kerjasama antar perpustakaan juga akan
membah ilmu dan berbagai pengalaman pustakawan dalam bidang kesehatan khususnya analis
kesehatan.
1. Kurang nyamannya letak, desain dan tata ruang perpustakaan

Menurut tinjauan penulis, sebagian besar perpustakaan terletak pada ruangan atau gedung yang
kurang strategis untuk dikunjungi. Misalnya terletak pada ruangan paling pojok atau gedung
paling belakang. Selain itu, juga desain tata ruang perpustakaan yang sering terlihat kaku dan
formil. Hal ini akan mempengaruhi tingkat minat civitas akademika mengunjungi sebuah
perpustakaan.
1. 3. Usaha yang seharusnya dilakukan dalam mengelola perpustakaan
akademi kesehatan swasta agar mampu mewujudkan fungsinya
menuju tantangan arus globalisasi
1. Meningkatkan profesionalisme pustakawan dalam mengahadap
perkembangan teknologi informasi dan meningkatkan kesadaran
sebagai information provider

Dalam upaya peningkatan profesionalisme pustakawan dalam perkembangan teknologi


informasi, sebaiknya pustakawan mengikuti pelatihan, seminar, workshop dan banyak meng-up
to date-kan diri dalam perkembangan teknologi perpustakaan. Selain itu, untuk meningkatkan
kesadaran sebagai information provider dalam bidang analisis kesehatan, sebaiknya pustakawan
142

banyak membaca pengetahuan bidang analis kesehatan dan banyak bertukar informasi dengan
perpustakaan akademi analis kesehatan lainnya.
1. Memberikan pemahaman kepada lembaga induk akan arti pentingnya sebuah
perpustakaan

Menurut penulis, memberikan pemahaman kepada lembaga induk akan peran perpustakaan
sangatlah diperlukan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan perpustakaan pada masa yang
akan datang. Sehingga dari pemahaman itu, perpustakaan akan mampu menyelenggarakan
program program yang telah direncanakandalam upaya ikut serta mewujudkan visi lembaga
induk.
1. Kesadaran tentang implementasi teknologi perpustakaan

Memberikan kesadaran kepada pengelola perpustakaan tentang aplikasi teknologi perpustakaan


sangatlah penting. Karena pada dasarnya, teknologi informasi dalam perpustakaan berfungsi
untuk mempercepat proses temu kembali bukan sebagai trend teknologi yang semata mata
takut dipersepsikan sebagai perpustakaan yang ketinggalan jaman. Salah satunya dalam
menentukan sistem otomasi perpustakaan yang akan digunakan. Dengan adanya kesadaran ini,
diharapkan pengelola perpustakaan akan mempertimbangkan sistem otomasi perpustakaan yang
akan digunakan dan diharapkan mampu melihat ke depan bagaimana perkembangan sistem
otomasi ini pada masa yang akan datang.
1. Meningkatkan kerjasama antar perpustakaan

Menurut tinjauan penulis, kerjasama antara perpustakaan satu dengan lain sangat lah penting.
Secara tidak langsung, hal ini dapat meningkatkan mutu layanan perpustakaan itu sendiri sebagai
information center.
1. Memposisikan gedung atau ruangan perpustakaan pada tempat yang
strategis dan men-desainnya senyaman mungkin

Berdasarkan tinjauan penulis, lokasi ruangan / gedung perpustakaan yang strategis dan
kenyamanan desain tata ruang perpustakaan akan mempengaruhi tingkat minat kunjung civitas
akademika. Penulis berpendapat, bahwa desain tata ruang yang terlihat kaku atau formal juga
akan mempengaruhi tingkat minat kunjung ke perpustakaan. Sebaiknya desain tata ruang dibuat
santai dan nyaman. Misalnya, hal ini dapat dilakukan pada ruang baca. Adakalanya ruang baca
tidak harus di-desain formal dengan meja dan kursi, namun ruang baca dapat berupa meja dan
karpet yang di-desain seperti lesehan.
1. E. KESIMPULAN
1. Cara mengelola perpustakaan akademi kesehatan swasta agar mampu
mewujudkan fungsinya menuju tantangan arus globalisasi harus
memperhatikan beberapa unsur antara lain koleksi, sumber daya
manusia, pengolahan, pemustaka, layanan, gedung / ruangan,
pengadaan mata anggaran, teknologi informasi, jaringan kerjasama
dan promosi / pemasaran.
2. Hambatan yang dihadapi dalam mengelola sebuah perpustakaan
akademi kesehatan swasta agar mampu mewujudkan fungsinya
menuju tantangan arus globalisasi antara lain :

143

1. Kurangnya pengetahuan dan profesionalisme pustakawan dalam


perkembangan teknologi informasi
2. Kurangnya perhatian dari lembaga induk akan pentingnya
keberadaan perpustakaan sebagai jantungnya perguruan tinggi
3. Kesalahpahaman penerapan teknologi informasi perpustakaan
4. Kurangnya kerjasama antara Perpustakaan Akademi Analis
Kesehatan
5. Kurang nyamannya letak, desain dan tata ruang perpustakaan
6. Usaha yang seharusnya dilakukan dalam mengatasi hambatan
yang dihadapi dalam mengelola sebuah perpustakaan akademi
kesehatan swasta sebagai perwujudan fungsinya menuju
tantangan arus globalisasi
1. Meningkatkan profesionalisme pustakawan dalam
mengahadap perkembangan teknologi informasi dan
meningkatkan kesadaran sebagai information provider
2. Memberikan pemahaman kepada lembaga induk akan arti
pentingnya sebuah perpustakaan
3. Kesadaran tentang implementasi teknologi perpustakaan
4. Meningkatkan kerjasama antar perpustakaan
5. Memposisikan gedung atau ruangan perpustakaan pada
tempat yang strategis dan men-desainnya senyaman
mungkin
6. F. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional.2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Gramedia.


Rahayuningsih, F.2007.Pengelolaan Perpustakaan.Yogyakarta: Kanisius.
Septiyantono, Tri.2007.Dasar Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.Yogyakarta:Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi
(http://dinkes.acehprov.go.id/dinkes/uploadfiles/data2006/kamus_dinkes/a.pdf)didownload hari
rabu 19 Mei 2010).
Like Loading...
Kerjasama Antar Perpustakaan

Suatu negara yang kuat sudah banyak contoh menyebutkan sangat


ditopang oleh perguruan tinggi dan perpustakaan yang kuat pula. Bagaiman dengan keadaan
diindonesia? Kalau menurut fakta yang ada, ledakan informasi juga dialami masyarakat
144

indonesia .. hanya saja pemerintah hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur dan padat
modal. Padahal kalau kita mau sinergi, pembangunan padat karya bisa dilakukan lewat
pengembangan dan pelayanan jasa perpustakaan secara maksimal disegala lini dan usia di
indonesia (kalau modal lagi alasannya .. jejaring perpustakaan menjadi solusi). Tentu saja ada
hitung-hitungan angka statistik dan forecasting kedepannya. Bibliografi khusus dan umum
menjadi penting untuk disediakan perpustakaan. Nah sebelum anda masuk terlalu jauh pada
aspek manajemen, silakan ditanggapi dulu pertanyaan dan bahan sharing saya kali ini :
- Apa yang anda ketahui tentang bibliografi sistematis, bibliografis analitis dan bibliografis
historis?
- Bibliografi sistematis sangat bermanfaat untuk keperluan rujukan. Apa maksud dari pernyataan
tersebut?
- Apa yang menjadi pembeda antara bibliografi umum dengan bibliografi khusus?
- Apa yang anda ketahui dari pernyataan ledakan informasi dan bagaimana cara mengatasinya?
- Apa saja kendala dari kerjasama? Sebutkan minimal 5 kendala disertai solusi untuk masingmasing kendala tersebut diatas.
. Nampaknya sudah mulasi sedikit memanas. Baiklah, silakan berdiskusi dan semoga
makin bertambah pemahamannya.
Salam Literasi,
Admin
Like Loading...
This entry was posted on October 19, 2012 at 6:13 pm and is filed under Librarianship 04 (T3). You can follow any
responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

28 Responses to Kerjasama Antar Perpustakaan

1.

Mary Nuzullul Muvida Says:


October 20, 2012 at 1:20 am

1.*Bibliografi sistematis merupakan pendaftaran buku yang tersusun secara logis serta
susunannya tertebut bermanfaat untuk keperluan referens. Bibliografi sistematis ini
merupakan yang mendasari sebelum bibliografi yang lainnya, karena memerlukan kajian
terhadap buku.
*Bibliografi analistis merupakan bibliografi yang memberikan deskripsi mengenai
pengarang, terbitan dan asal mula naskah.
*Bibliografi historis merupakan kajian terhadap buku untuk memahami lingkungan/ruang
lingkup buku dalam konteks dunia buku, kondisi social dan dunia pada masa itu.
http://ulfaluthfianti.blogspot.com/2012/06/bibliografi.html
2.Manfaat bibliografi sistematis sebagai keperluan referens, sebab bibliografi sistematis
merupakan pendaftaran buku yang tersusun secara logis menyangkut pengarang, judul
buku, edisi,tahun terbit, tempat/kota terbit, nama penerbit,dsb sehingga memudahkan
dalam penelusuran sebagai fungsi referens/mencari bahan pustaka sebagai bahan
145

referensi.
http://ulfaluthfianti.blogspot.com/2012/06/bibliografi.html
3.Yang menjadi pembeda antara bibliografi umum dengan bibliografi khusus adalah jIka
bibliografi umum tidak ada batasan pada subjek dalam memuat informasi bahan pustaka,
sedangkan bibliografi khusus ada yang membatasi dalam memuat informasi. Jadi
bibliografi khusus hanya subjek-subjek informasi tertentu saja yang di muat.
4.*Ledakan informasi adalah penyebar luasnya informasi-informasi di masyarakat
khalayak umum. Ledakan informasi juga dikatakan sebagai globalisasi informasi.
Globalisasi ada karena kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi informasi yang
dapat merubah gaya hidup masyarakat yang serba instan/digital/praktis. Ledakan
informasi merupakan peningkatan jumlah informasi yang secara tiba tiba.
*Cara mengatasi ledakan informasi dengan mengadakan sistem temu kembali informasi
(IRS)
Sistem temu kembali informasi merupakan system yang berfungsi untuk menemukan
informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai, karena pengguna memiliki kebutuhan
informasi yang sangat bervariasi. IRS bertujuan untuk mempertemukan ide yang
dikemukakan penulis buku(dokumen) dengan kebutuhan informasi pengguna yang
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Yang berfungsi sebagai identifikasi sumber
informasi yang relevan tersebut dengan menyempurnakan unjuk kerja sistem berdasarkan
umpan balik yang diberikan oleh pengguna.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=sistem%20temu%20kembali%20informasi
%20adalah&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fstaf.cs.ui.ac.id%2FWebKuliah%2FTKSI%2FMIK%2FMIK%2520Bab
%25201%2520konsep%2520IRS.doc&ei=4uCBUNXnNpDrrQe7YDIDg&usg=AFQjCNFIzg5q2BlJ-6r-btHZEMW_n-sjCQ
5.Kendala-kendala kerjasama dan car a mengatasinya adalah
a). Lemahnya sarana dan prasarana, cara mengatasinya dengan meyakinkan pimpinan
lembaga induk untuk secara bertahap melengkapi sarana prasarana komunikasi seperti
telepon, komputer, faksimail, mesin foto copy, dan hotspot/wifi.
b). Lemahnya ketenagaan perpustakaan, cara mengatasinya dengan mengadakan
program-progaram pembinaan kualitas tenaga perpustakaan melalui pendidikan formal,
studi banding, workshop, seminar, dsb.
c). Lemahnya koleksi perpustakaan, cara mengatasinya dengan mengadakan sumbangan
alumni atau mendesak pimpinan lembaga induk untuk mengeluarkan peraturan wajib
simpan karya cetak di lingkungan sendiri atau mungkin menyediakan anggaran untuk
dapat memenuhi kebutuhan koleksi pustaka inti dari lembaga yang bersangkutan.
d). Kurang adanya singkronisasi/persamaan peraturan atau system perpustakaan, cara
mengatasinya dengan mengadakan konferensi(rapat), pertemuan-pertemuan
ilmiah(workshop,seminar) yang dilaksanakan secara rutin tiap ada perubahan system,
dengan tujuan agar ada kesamaan system atau membuat pedoman standarisasi.
e). Kurang adanya informasi antar perpustakaan, cara mengatasinya dengan mengadakan
pertemuan-pertemuan rutin seperti workshop, seminar, studi banding untuk berbagi
pengalaman dan informasi.
CP: MARY NUZULLUL MUVIDA

146

2.

Gagat Putro Pamungkas Says:


October 20, 2012 at 3:04 am

1. Bibliografi sistematis (Sistematic bibliography): disusun menurut sistem tertentu yang


sesuai dengan tujuan penyusunan . Bibliografi analitis (Analitical bibliography):
bibliografi yang memberikan penjelasan mengenai pengarang, terbitan dan sasl mula
naskah. Bibliografi Historis merupakan kajian terhadap buku sebagai objek seni,
percetakan, iluminasi, dan penjilidan.
2. Bibliografi digunakan untuk memperlancar tugas-tugas pelayanan perpustakaan
kepada user, tugas bibliografi sendiri adalah untuk mendaftarkan atau menginvestasi
semua jenis penertitan yang ada, baik berupa media cetak maupun media rekaman
lainnya. Bibliografi ini sangat penting artinya bagi para pengelola perpustakaan pada
umumnya terutama dalam hal pengadaan koleksi dan pemilihan jenis koleksi yang akan
dibeli. Bibliografi merupakan perlengkapan dalam melakukan pemilhan bahan pustaka
untuk dibeli dan disimpan di perpustakaan. Pustakawan tidak mungkin mendatangi tooktoko buku atau penerbit satu per satu, sehingga melalui bibliografi ini pekerjaan
pustakawan sangat terbentu.
3. Bibliografi Umum: program secara internasional (universal), kelompok bahasa
tertentu, regional (dari beberapa negara). Bibliografi Khusus: menurut subjek, bentuk
terbitan (misal: fiksi), menurut kurun waktu), menurut kategori terbutan (misal: best
seller), terbitan lingkup wilayah
4. Ledakan informasi merupakan perkembangan teknologi informasi yang tidak saja
menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mempu mengembangkan
ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas
manusia telah hidup dalam dua kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan
kehidupan masyarakat maya.
5. Didalam melaksanakan kerjasama antarperpustakaan ada beberapa kendala yaitu;
- Factor struktur organisasi perpustakaan yang berbeda-beda
- Factor biaya
- Factor heterogenitas yang tinggi dari pemakai
- Factor sikap perpustakaan
- Factor kelengkapan fasilitas
- Factor bahasa
- Factor politik
- Factor geografis
3.

Erix Angga Permadi Says:


October 20, 2012 at 12:41 pm

1. Bibliografi sistematis merupakan daftar buku yang disusun secara logis dan berguna
untuk keperluan rujukan dan studi
-bibliografis analitis, bentuk ini bibliografer harus memberikan deskripsi buku tentang
karya yang termuat di dalamnya, bagaimana edisinya dan bagaimana keaslian naskahnya.
-bibliografi historis hampir sama dengan bibliografi analitis hanya saja tatanannya pada
perkembangan serta perubahan-perubahannya.
2. bibliografi dapat bersifat enumerative atau bibliografi subjek yang berarti buku yang
terdaftar didalmnya merupakan suatu kumpulan buku dari satu cabang ilmu pengetahuan
saja.
147

3. Bibliografi umum :
-bersifat universal mrupakan program terpusat secara internasional.
-nasional merupakan bibliografi mutakhir dari suatu negara.
-kelompok bahasa, terbitan yang menggunakan satu bahasa.
-regional, kumpulan terbitan dari beberapa negara.
Bibliografi Khusus :
-menurut subjek misalnya hukum, sejarah.
-menurut buku yang terbit dalam kurung waktu tertentu, misal incunabula.
-menurut bentuk terbitan misal, fiksi.
-menurut kategori terbitan misal, terjemahan.
-karya perorangan misal, bibliografi pengarang.
-terbitan yang lebih sempit dari ruang lingkup nasional seperti daerah.
4. ledakan informasi adalah dimana kita dapat memperoleh informasi dengan sangat
mudah dan berbagai banyak jenis tanpa mngetahui benar tidaknya.
Cara mengatasinya ialah kita harus mengetahui perkembangan informasi terkini dan kita
harus bisa memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna secara akurat.
5. (1) lemahnya koleksi : untuk mengatasi hal ini dengan cara menggalakkan sumbangan
terhadap alumni atau mendesak pimpinan lembaga induk untuk mengeluarkan peraturan
wajb simpan karya cetak di lingkungan sendiri.
(2) lemahnya ketenagaan : untuk mengatasi hal ini perlu adanya program-program
pembinaan kualitas tenaga perpustakaan melalui pengiriman tenaga untuk mengikuti
pendidikan formal, magang, stui banding,dsb.
(3) kurang adanya informasi antara perpustakaan : untuk mengatasi hal ini perlu adanya
pertemuan berkala secara rutin agar dapat membina hubungan serta pengalaman dan
informasi.
(4) kurang dipahaminya manfaat kerjasama : untuk mengatasi hal ini maka harus
memberikan informasi dan menunjukkan keuntungan dari kerjasama sehingga dapat
memperoleh dukungan dari pimpinan.
(5) kurang adanya sinkronisasi praturan/sistem : untuk itu perlu diadakan usaha
sinkronisasi melalui pertemuan-pertemuan ilmiah secara rutin maupun pembuatan
pedoman standardrisasi agar dapat diikuti oleh masing-masing peserta.
4.

Syauki Anwari Says:


October 21, 2012 at 1:58 am

1a. Bibliografi sistematis merupakan daftar buku yang disusun secara logis dan
berguna untuk keperluan rujukan dan studi.
b. Bibliografi analitis bibliografi yang memberikan penjelasan (fakta) mengenai
pengarang, terbitan dan asal mula naskah.
c. Bibliografi historis hampir sama dengan bibliografi analitis hanya saja tekanannya
pada perkembangan serta perubahan-perubahannya.
75% isi bibliografi ini memberikan penilaian naskah.
2a. Dari daftar bibliografi sistematis diharapkan pemakai dapat mengenali buku yang
didaftar, dapat mengetahui gambaran kriteria buku secara umum.
b. Selain itu dapat berupa daftar buku yang bersifat retrospektif, beranotasi atau tidak
beranotasi.
148

3a Bibliografi umum
Mencakup seluruh terbitan.
Menggunakan satu bahasa.
Terbitan terdiri dari ruang lingkup nasional.
Merupakan program terpusat secara internasional.
b Bibliografi khusus
Terbit dalam kurun waktu tertentu.
Bentuk terbitan fiksi, drama.
Merupakan karya perorangan.
Terbitan lebih sempit dari ruang lingkup nasional (daftar,wilayah).
4a Ledakan informasi limpahan informasi baik cetak maupun tercetak dalam berbagai
bidang ilmu.
b Cara mengatasi :
1. Dengan pencatatan sistematis, namun menyeluruh yang dikenal dengan Pengawasan
Bibliografi.
Tidak dapat dilakukan satu orang atau satu lembaga atau bahkan satu negarapun.
2 Oleh karena itu tiap negara perlu melakukan pencatatan secara baik ditingkat nasional
berupa Pengawasan Bibliografi Nasional.
3 Kemudian dikoordinasikan secara bersama pada tingkat internasional yang disebut
UBC (Universal Bibliografi Control).
5 5 kendala kerja sama :
a. Lembaga sarana dan prasarana.
b. Lemah koleksi.
c. Lemah ketenagaan.
d. Kurang dipahaminya manfaat kerja sama.
e. Dana.
5.

Resti Fatmawati Says:


October 21, 2012 at 3:34 am

1. Cabang-cabang bibliografi :
a. Bibliografi Sistematis : daftar buku yang disusun logis dan berguna untuk keperluan
rujukan dan studi yang memiliki sifat enumerative/bibliografi subjek, yaitu buku yang
terdapat pada bibliografi ini merupakan satu kumpulan buku dari satu cabang ilmu
pengetahuan saja. Berupa buku restropektif, beranotasi/ non anotasi.
b. Bibliografi analisis/kritis : biblografi yang memberikan penjelasan fakta mengenai
pengarang, terbitan, dan asal mula naskah. Pada bentuk ini bibliografer harus memberi
diskripsi buku tentang karya yang dimuat di dalamnya, bagaimana edisinya, dan
bagaimana kesempurnaan/ keaslian naskahnya.
c. Bibliografi historis : hampit sama dengan bibliografi analitis/ kritis hanya saja tekanan
pada perkembangan serta perubahan-perubahannya. Dapat dikatakan bahwa 75% isi
bibliografi ini memberikan penilaian naskahnya. Bibliografi historis merupakan kajian
buku sebagai sebuah objek seni, seni tulis, percetakan, iluminasi, penjilidan. Seorang
bibliografer dalam mengkaji terbitan secara kritis harus memahami dulu situasi
percetakan pada masa itu, kedudukan pengarang/penerbit, jalur distribusi buku, serta
situasi sosial dan budaya pada masanya. Maka bibliografi historis adalah usaha untuk
149

memahami millieu buku dalam kontek dunia buku, kondisi sosial, dan dunia pada masa
itu.
2. Bibliografi sistematis sangat bermanfaat untuk keperluan rujukan. Kenapa demikian?
Dari definisi menyebutkan bibliografi sistematis adalah daftar buku yang entrinya
disusun secara logis. Sebelum dapat disusun logis, mensyaratkan bibliografer untuk
mengkaji /memeriksa buku guna menemukan informasi dasar menyangkut pengarang,
judul, edisi, penerbit, tahun terbit, dsb. Informasi tersebut digunakan untuk menyusun
entri pada bibliografi. Entri disusun sesuai judul, pengarang dll penyusunan dilakukan
misal menurut abjad dari judul, nama pengarang/penerbit dsb. Dari entri yang ditemukan
dan disusun secara logis tersebut dapat membantu pemakai dalam menemukan koleksi
lebih mudah, maka disebutlah bibliografi bermanfaat untuk keperluan rujukan, yaitu
penunjuk koleksi yang ingin ditemukan dan dibutuhkan.
3. Bibliografi umum : biblografi yang memuat informasi bibliografi dengan subjek
umum. Jadi, tidak dibuat pembatasan tertentu terhadap dokumen yang didaftar di
dalamnya. Misalnya tidak ada pembatasan subjek, waktu atau tempat.
Berikut yang termasuk bibliograi umum :
a. Universal, program terpusat secara internasional, dimana setiap negara bertanggung
jawab atas katalogisasi di negaranya untuk dapat diterima secara nasioal.
b. Kelompok bahasa, terbitan yang menggunakan satu jenis bahasa, misalnya Cumulative
Book Index yang hanya mendaftar terbitan berbahasa Inggris saja.
c. Nasional, bibliografi mutakhir dari suatu negara yang mencakup seluruh terbitan di
negaranya, misalnya British National Bibliography.
d. Regional, kumpulan terbitan beberapa negara/ negara bagian, misalnya Accession List
of Southeast Asia.
Bibliografi khusus : bibliografi yang mendaftar literatut dengan cakupan khusus.
Dalam bibliografi khusus dikelompokkan lagi sebagai berikut :
a. Menurut subjek, misal hukum, sejarah, agama.
b. Menurut bentuk terbitan, misalnya fiksi, drama.
c. Menurut buku yang terbit dalam kurun waktu tertentu, misalnya incunabula.
d. Menurut katagori terbitan, misalnya best sellers, terjemahan.
e. Karya prseorangan, seperti bio-bibliografi, bibliografi pengarang.
f. Terbitan yang lebih sempit dari ruang lingkup nasional, misalnya seperti daerah,
wilayah.
4. Ledakan informasi adalah keadaan melimpahnya informasi baik cetak maupun tidak
tercetak dalam berbagai bidang ilmu akibat adanya perkembangan IPTEK. Ledakan
informasi mengakibatkan informasi melimpah, agar dapat di temukan kembali dan
dimanfaatkan, maka untuk mengatasi ledakan informasi perlu adannya :
a. Di buatnya daftar katalog dan bibliografi di perpustakaan
b. Adanya UU deposit yaitu UU No. 4 tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak
dan Karya Rekam.
c. Pengawasan bibliografi di setiap negara
d. Pengunggahan karya ilmiah (penelitian dosen, skripsi) di Portal Garuda.
5. Kendala kerjasama dan solusinya di perpustakaan :
a. Lemahnya sarana dan prasarana, perpustakaan dapat mencari jalan untuk ikut
mengunakkan pemakaian ruang dan fasilitas dari unit yang memiliki.
b. Lemahnya koleksi, perpustakaan mengadakan sumbangan alumni atau mendesak
150

pimpinan lembaga induk untuk mengeluarkan peraturan wajib simpan karya cetak di
lingkungannya sendiri. Lalu secara bertahap perpustakaan meyakinkan pemimpin , untuk
menyediakan angaran guna memenuhi kebutuhan koleksi pustaka inti dari lembaga yang
bersangkutan .
c. Lemahnya ketenagaan, perlu adanya program-program pembinaan khusus tenaga
perpustakaan melalui pengiriman tenaga untuk mengikuti pendidikan formal, magang,
studi banding, pertemuan-pertmeuan ilmiah, dan sebagainya.
d. Kurang dipahaminya manfaat kerjasama, pustakawan dapat memberikan informasi dan
menunjukan key=untungan dari kerjasama sehingga memperoleh dukungan dari
pemimpin.
e. Dana, pustakawan dapat meyakinkan pimpinan induk untuk dapat diikut sertakan
dalam menyusun anggaran atau mengirim proposal pada perusahaan besar atau
pemerintah (dana bos).
f. Kurang adanya informasi antara perpustakaan, di adakanya pertemuan-pertemuan
berkala secara rutin agar membina hubungan serta berbagi pengalaman, serta penerbitan
publikasi resmi (majalah, buletin, daftar perolehan pustaka baru, katalog induk pustaka
dll) yang diterbitkan sendiri atau dengan kerjasama antar perpustakaan.
g. Perbedaan peraturan tentang fotokopi yang berkaitan dengan hak cipta, perlu adanya
seminar khusus untuk membahas hal ini sehingga ada keseragaman dalam pelayanan
reproduksi pustaka.
h. Kurang adanya sinkronisasi peraturan/sistem, perlu dilakukan usaha-usaha sinkroisasi
baik melalui pertemuan ilmiah rutin maupun pembuatan pedoman standardinasi.
6.

Yuniar Yunacha Cassieopeia Says:


October 21, 2012 at 10:34 am

1. * Bibliografi Sistematis
Daftar buku yang disusun secara logis menurut sistem tertentu yang berguna untuk
keperluan rujukan dan studi. Bibliografi sistematis dapat berupa daftar buku yang bersifat
retrospektif, beranotasi, atau tidak beranotasi, selain itu bibliografi dapat bersifat
enumerative.
*Bibliografi Analitis
Bibliografi yang memberikan penjelasan (fakta) mengenai pengarang, terbitan dan asal
mula naskah, Pada bibliografi ini bibliografer harus memberikan deskripsi buku tentang
karya yang termuat didalamnya.
*Bibliografi Historis
Bibliografi yang memberi penjelasan (fakta) dan penilaian mengenai pengarang, terbitan,
dan naskah yang penekanannya pada perkembangan serta perubahan perubahannya.
Dapat dikatakan bahwa 75% isi bibliografi ini memberikan penilaian naskahnya.
2. Karena pada bibliografi sistematis penyusunannya secara logis dan menurut sistem
tertentu serta buku yang terdaftar didalamnya biasanya merupakan satu kumpulan buku
dari satu cabang ilmu pengetahuan saja sehingga memudahkan penelusurannya.
3. *Pada bibliografi umum bersifat Regional yang merupakan kumpulan dari terbitan
beberapa negara atau negara bagian. Sementara pada bibliografi khusus terbitannya lebih
sempit dari ruang lingkup nasional seperti daerah dan wilayah.
*Pada bibliografi umum pengelompokannya menurut bahasa, yang terdaftar adalah
terbitan yang menggunakan satu bahasa. Sementara pada bibliografi khusus
151

dikelompokkan menurut subyek, menurut bentuk terbitan, menurut kategori terbitan dan
menurut buku yang terbit dalam kurun waktu tertentu.
4. Ledakan informasi adalah suatu keadaan melimpahnya informasi baik tercetak maupun
tidak tercetak dalam berbagai bidang ilmu. Sehingga tak ada satu pun perpustakaan yang
mampu memiliki semua informasi tersebut. Sejalan dengan itu tidak ada satu orang pun
yang mampu membaca semua informasi yang ada bahkan bidang sesempit apapun.
Cara mengatasinya yaitu dengan pengawasan bibliografi yaitu melakukan pencatatan
yang sistematis namun menyeluruh untuk membantu orang dapat mencari dan memilih
informasi yang paling sesuai dengan yang dibutuhkan
5. 1. Lemahnya Sarana dan Prasarana
Kurang tersedianya sarana dan prasarana yang baik yang dapat menunjang kelancaran
komunikasi diantara anggota peserta kerja sama. Solusinya adalah tiap perpustakaan
anggota kerja sama dapat meyakinkan pimpinan lembaga induk untuk secara bertahap
melengkapi perpustakaan dengan sarana komunikasi seperti telepon, komputer, faksimile,
mesin fotokopi, modem. Apabila belum ada untuk sementara waktu perpustakaan dapat
mencari jalan untuk ikut menggunakan fasilitas dari unit yang memiliki.
2. Lemah Ketenagaan
Kurangnya tenaga profesional baik dalam keahlian maupun sikap mentalbdapat
menghambat jalannya kerjasama. Solusinya yaitu perlu adanya program program
pembinaan kualitas tenaga perpustakaan melalui pengiriman tenaga untuk mengikuti
pendidikan formal, magang, studi banding, pertemuan pertemuan ilmiah dan sebagainya.
3. Dana
Dana yang terbatas dan tidak menentu menjadi suatu masalah yang utama da antara
banyak perpustakaan. Solusinya yaitu meyakinkan pimpinan lembaga induk untuk dapat
diikutsertakan dalam penyusunan anggaran, diharapkan perpustakaan dapat memperoleh
jaminan adanya dana yang cukup untuk pembangunan perpustakaannya.
4. Perbedaan Peraturan tentang fotokopi yang berkaitan dengan hak cipta.
Ketidakjelasan tentang peraturan hak cipta banyak menimbulkan perbedaan penafsiran
dalam memberikan izin fotokopi. Perlu adanya seminar khusus untuk membahas hal ini
sehingga ada keseragaman dalam memberikan pelayanan yang menyangkut reproduksi
pustaka yang dibutuhkan.
5. Kurang Adanya Sinkronisasi Peraturan/Sistem
Kecenderungan perpustakaan untuk membuat peraturan peraturan serta sistem sendiri
dalam pengelolaan perpustakaan sering menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan
kerja sama. Solusinya adalah perlu diadakan usaha usaha sinkronisasi baik melalui
pertemuan pertemuan ilmiah secara rutin maupun pembuatan pedoman standardisasi
agar dapat diikuti oleh masing masing peserta kerjasama.
Yuniar Adha N.
7.

Sunarmi Says:
October 22, 2012 at 4:11 am

1). Menurut clapp bibliografi sistematis adalah (systematic bibliography) disusn menurut
sistem tertentu, sesuai dengan tujuan. Dalam hal ini penyusunan yag berperan. Dari daftar
tersebut diaharapkan pemakai dapat mengenali buku yang didaftar, dapat mengetahui
gambaran kriteria buku secara umum. Bibliografi sistematis dapat berupa daftar buku
yang bersifat retropektif, beranotasi atau tidak beranotasi. Selain itu bibliografi dapat
152

bersifa enumerative atau bibliografi subyek yang berarti buku yang terdaftar didalamny
merupakan satu kumpulan buku dari sati cabang ilmu pengetahuan saja. Sedangkan
menurut Etsail bibliografi sistematis merupakan daftar buku yang disusn secara logis dan
berguna untuk keperluan rujukan dan studi.
Menurut clapp bibliografi analistis (analitical bibliografi) ialah bibliografi yang
memberikan penjelasan (fakta) mengenai pengarang, terbitan dari asal mula naskah.
Bibliografi analistis disebut pula sebagai bibliografi kritis. Di sini peran ilmiah dari
bibliografi sangat menonjol. Sedangkan menurut Edsail bibliografi analistis pada bentuk
ini bibliografi harus memberikan deskripsi tentang karya yang termuat didalamnya,
bagaimana edisiny dan bagaimana kesmpurnaan atau keaslian naskahnya.
Menurut clapp bibliografi historis hampir sama dengan bibliografi kritis atau bibliografi
analistis, hanya saja tekanannya pada perkembangan serta perubahan perubahannya.
Dapat dikatakan bahwa 75% isi bibliografi ini memberikan penilaian naskahnya.
2).Melalui bibliografi seseorang tidak menemukan bukunya langsung,melainkan hanya
memperoleh informasi tentang keberadaan dokumen atau buku yg dicari tersebut. Serta
menemukan informasi tentang bahan pustaka yang dicari. Data yang dapat diperoleh dari
suatu bibliografi yaitu nama pengrang, judul,tempat terbit,penerbit tahun terbit dan edisi
serta keterngan tentang wujud dokumen misalny jumlah halaman,tinggi buku,ilustrasi,
Maksutnya
A. Memberi petunjuk lengkap kepada pengguna atau pencari informasi diperpustakaan
tentang terbitan, baik mengenai hasil karya sesorang atau sekelompok seseorang atau
mengenai suatu subjek tertentu.
B. Merupakan perlengkapan dalam melakukan pemilihan bahan pustaka untuk dibeli dan
disimpan diperpustakaan.
C. Merupakan suatu petunjuk tentang masalah apa saja yang pernah ditulis orang atau
merupakan petunjuk perkembangan penulisan suatu masalah atau subyek.
D. Untuk memudahkan para pengguna mencari informasi yang dibutuhkan dengan cepat
dan tepat.
3). Bibiografi umum
A. universal, merupakan program terpusat secara internasional, dimana setiap negara
bertanggung jawab atas ketalogisasi dinegaranya untuk dapat diterima secara
internasional.
B. kelompok bahasa , yang terdaftar adalah terbitan yang menggunakan satu bahasa,
misalnya cumulative book index yang hanya mendaftar terbitan dalam bahasa inggris
saja.
C. regional, merupakan kumpulan dari terbitan beberapa negara atau negara bagian,
misalnya acession list of southeast asia.
Bibliografi umum memuat informasi bahan pustaka atau dokumen mengenai masalah
atau subyek umum ; jadi tidak ada pembatasan pada subyek tertentu. Kendatipun
demikian sesungguhnya pada setiap bibliografi selalu ada pembatasan cakupan isi, baik
dinyatakan secara jelas pada judulny ataupun tidak contoh:
Berita bibliografi indonesia= indonesia book news. Jakarta : yayasan idayu. Terbit secara
berkala.
Bibliografi khusus
a. menurut subyek, misalnya hukum, sejarah
b. menurut bentuk terbitan, misalnya fiksi, drama
c. menurut buku yang terbit dalam kurun waktu tertentu, misalnya incunabula
d.menurut kategiri terbitan, misalnya best sellers, terjemahan
153

e. karya perorangan, seperti bio bibliografi, bibliografi pengarang


f. terbitan yang lebih sempit dari ruang lingkup nasional, seperti daerah, wilayah.
Bibliografi khusus atau subyek memuat informasi bibliografi dokumen mengenai
masalah atau subyek tertentu (khusus). Jadi ada pembatasan subjek. Artinya hanya
dokumen atau buku subyek-subyek yang telah ditetapkan yang akan didaftar pada
bibliografi tersebut. Bibliografi seperti ini sering juga dsisebut bibliografi terselaksi
Contoh
Damain,Eddy.BIBLIOGRAFI HUKUM INDONESIA.Bandung :
Alumni,1981.
The liang Gie.Bibliografi ilmu Admnstrasidalam bahasa indonesia.
Yogyakarta:karya skip,1968.
4). Maksud dari keadaan ledakan informasimengakibatkan melimpahnya informasi
baik cetak maupun tidak tercetak dalam berbagai bidang ilmu.Tidak ada satu pun
perpustakaan yang mampu memiliki semua informasi tersebut .Untuk membantu orang
dapat mencari dan memilih informasi yang paling sesuai dengan yang dibutuhkan
.Kiranya diperlukan cetakan yang sistematis namun menyeluruh .pencatatan ini dikenal
dengan pengawasan bibliografi yang tidak dapat dilakukan oleh satu orang atau satu
lembaga atau bahkan satu negarapun .
Cara mengatasinya yaitu tiap negara perlu melakukan pencatatan secara baik ditingkat
nasional berupa pengawasan bibliografi nasional.jika tiap negara melakuan dengan
baik ,kemudian usaha ini dikoordinasikan secara bersama pada tingkat internasional
maka lahirlah apa yang disebut (UNIVERSAL BIBLIOGRAPHIC CONTROL).Adanya
UBC akan bermanfaat banyak bagi umat manusia khususnya dalam mencari dan memilih
informasi yang cukup dan sangat diperlukan .Kemampuan memberikan makna juga bisa
membuat orang hanya memperoleh banyak data ,tetapi sedikit informsi .sebagai contoh
misalkan anda membaca sebuah tulisan dalam bahasa asing yang belum anda kuasai
engan baik. Coba kalau tulisan itu disusun dalam bahasa yang anda kuasai,tentunya akan
banyak informasi yang akan anada dapatkan .
5).a.Lemahnya sarana dan prasarana
Tiap perpustakaan anggota kejasama dapat menyakinkan pimpinan lembaga induk
masing masing untuk secara bertahap melengkapi perpustakaan dengan sarana
komunikasi,seperti telepon,komputer,faksmile,mesin fotokopi,modem.Apabila belum ada
,untuk sementar waktu perpustakaan dapat mencari jalan untuk ikut menggunakan
fasilitas dari unityang memiliki.
b.lemah koleksi
Dengan jalan menggalakkansumbangan alumni atau mendesak pimpinan lembaga indu
untuk mengeluarkan peraturan wajib simpan karya cetak dilingkungan sendiri.Lalu secara
bertahap perpustakaan dapat menyakinkan pimpinan ,paling tidak menyediakan anggaran
untuk dapat memenuhi kebutuhan koleksi pustaka inti dari lembaga yang bersangkutan.
c.Lemah ketenagaan
Perlu adanya program-program pembinaan kualitas tenaga perpustakaan melalui
pengiriman tenaga untuk mengikuti pendidikan formal,magang,studibanding,pertemuanpertemuan ilmiah.
d.kurang dipahaminya manfaat kerjasama
Menjadi kewajiban pustakawan untuk dapat memberikan informasi dan menunjukkan
keuntungan dari kerjasama sehingga dapat memperoleh dukungan dari pimpinan.
e.Dana
Dengan pimpinan lembaga induk untuk dapat diikutsertakan dalam penyusunan anggaran
,diharapkan perpustakaan dapat memperoleh jaminan adanya dana yang cukup untuk
pengembangan perpustakaan .
154

f.kurang adanya informasi antara perpustakaan


Perlu adanya pertemuan-pertemuan berkala secara rutin agar dapat membina hubungan
serta berbagai pengalaman dan informsi.
g.perbedaan peraturan tentang foto kopi yang berkaitan dengan hak cipta perlu adanya
seminar khusus untuk membahas hal ini sehingga ada keseragaman dalam memberikan
pelyanan yang mengikuti reproduksi pustaka yang dibutuhkan .
h.kurang adanya sinkronsasi peraturan /sistem
perlu dadakan usaha-usahasinkronisasi baik melalui pertemuan-pertemuan ilmiah secara
rutin maupun pembuatan pedoman standarisasi agar dapat diikuti oleh masing-masing
peserta kerjasama.

KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN


5:03 AM No comments

KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN

155

Kerjasama adalah dua orang atau lebih, yang artinya kerjasama


akan ada kalau ada minimal dua orang/pihak yang melakukan kesepakatan
dengan tujuan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih mudah.
Sedangkan kerjasama perpustakaan adalah suatu kegiatan beberapa
perpustakan secara bersamaan dalam melaksanakan suatu usaha untuk
mencapai tujuan yang sama dan saling membantu dalam menyelesaikan
tugasnya. Misalnya dalam menyediakan layanan di suatu perpustakaan,
tidak semua permintaan yang dibutuhkan pemakai perpustakan tidak
tersedia di perpustakaan .

Atas permintaan

pemakai itu, maka

dibutuhkan suatu kerjasama dari perpustakaan lain agar saling


melengkapi. Bentuk-bentuk kerjasama yang ada seperti:

Kerjasama pengadaan
Dalam banyaknya terbitan buku tiap tahun tidak mugkin perpustakaan
membeli secara menyeluruh, oleh karena itu diperlukan kerjasama
pengadaan. Dalam kerjasama ini dua perpustakaan atau lebih bersamasama mengambil keputusan untuk melakukan pembelian buku menurut subyek
yang telah ditentukan secara bersama-sama atau setiap perpustakaan
sepakat mengadakan buku sesuai dengan subyek masing-masing.

Kerjasama Pertukaran dan Redistribusi


Kerjasama ini dilakukan denan cara penukaran publikasi badan induk
perpustakaan tersebut dengan perpustakaan lain tanpa harus membeli.
Dengan menggunakan metode langsung dimana perpustakaan yang
bersangkutan melakukan pertukaran buku sesama perpustakaan dengan
menggunakan dasar pertukaran 1:1, yaitu 1 buku ditkar dengan 1 buku,
tanpa memandang kodisi fisik dari buku tersebut.

Kerjasama pengolahan
Yaitu perpustakaan berkerjasama untuk mengolah bahan pustaka. Dengan
metode pengkatalogan, pengklasifikasian, pemberian label buku, kartu
buku dll. Hal ini dikerjakan oleh satu perpustakaan yang menjadi
koordinator kerjasama.

Kerjasama penyediaan fasilitas


Dalam kerjasama ini perpustakaan bersepakat bahwa koleksi mereka
terbuka bagi pengguna perpustakaan lainnya. Sebuah perpustakaan
basanya menyediakan fasilitas berupa kesempatan menggunakan koleksi,
menggunakan jasa perpustakaan seperti penelusuran, informasi kilat,
penggunaan mesin fotocopi, tapi tidak dibolehkan untuk membawanya
pulang.
156

Kerjasama pinjam antar perpustakaan


Kerjasama ini dikarenakan pengguna perpustakaan lain tidak boleh
meminjam koleksi perpustakaan lain, oleh sebagai itu sebagai gantinya
maka perpustakaannya yang meminjam buku dari perpustakaan lain .

Kerjasama antar pustakawan


Dilakukan antar pustakawan untuk memecahkan beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh para pustakawan. Bentuk kerjasama ini berupa penerbitan
buku panduan untuk

pustakawan, pertemuan antar pustakawan, kursus

peneyegaran untuk pustakawan dll.

Kerjasama penyusunan katalog induk


Penyusunan ini yang dilakukan adalah memilih daftar tambahan buku oleh
perpustakaan, masing-masing perpustakaan mengirim daftar buku.
Penyusunan katalog induk berdasarkan pengarang buku dan dilengkapi
dengan kode koleksi.

Kerjasama pemberian jasa dan informasi


Dilakukan oleh dua atau lebih perpustakaan yang sepakat untuk
bekerjasama saling memberikan jasa informasi.salah satu kerjasamnya
adalah pinjam antar perpustakaan, jasa penelusuran, dan jasa fotocopi.

Kerjasama penyimpanan
Kerjasama ini dikarenakan semakin hari perpustakaan bukunya semakin
bertambah, sehingga ruangan menjadi penuh maka diperlukan kerjasama
penyimpanan.

Kerjasama pendidikan dan pelatihan


Yaitu perpustakaan dapat bekerjas lebih efisiien dan efektif dengan
cara memaksimalkan sumber daya yang ada. Saling tukar menukar
informasi, keahlihan dan pengalaman. Dengan arti formal pustakawan
komunikasi dengan pustakawan lain melalui sakuran informal seperti
tatap muka, telepon, surat menyurat, atau berbincang-bincang. Namun
ini dilakukan melalui saluran informal lalu timbul gagasan bagaimana
kalau pengalaman tersebut dituangkan dalam bentuk formal agar
terbentuk kerjasama pendidikan dan pelatihan.

Dari kerjasama antar perpustakaan itu dapat menimbulkan berbagai


keuntungan dari setiap perpustakaannya, seperti: tukar menukar
katalog, pemanfaatan koleksi bahan pustaka, tukar menukar terbitan
157

sekunder, pembinaan keterampilan pustakawan, tukar-menukar pengalaman


dalam pengelolaan perpustakaan, dll.

Referesi
http://aripudjiastono.blogspot.com/2009/01/kerjasamaperpustakaan.html (diakses pada tanggal 21 september 2012 )
http://dwi-jo.blogspot.com/2012/02/pengertian-kerjasama.html
(diakses pada tanggal 21 september 2012)
http://lib.itb.ac.id (diakses pada tanggal 21 september 2012 )
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Newer Post Older Post Home
0 comments:
Post a Comment
Subscribe to: Post Comments (Atom)

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Pages
Powered by Blogger.
Social Profiles

Search

Popular

Tags

Blog Archives

Chat Box
Pengunjung
1237
Followers
Blog Archive

2013 (6)

2012 (6)
158

November (2)

Kenangan in pantai Jetis Kutoarjo | Lebaran

KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN

October (2)

April (1)

March (1)

Profil Saya
Ni'mah Romadhiana

Buat Lencana Anda

Blogger templates

Pengertian, Peran, dan Fungsi Perpustakaan


159

Pada zaman global sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. Karena pendidikan
merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan
pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan.Untuk
memperoleh pendidikan, banyak cara yang dapat kita capai. Diantaranya melalui perpustakaan.
Karena di perpustakaan berbagai sumber informasi bisa kita peroleh, selain itu banyak juga
manfaat lain yang dapat kita peroleh melalui perpustakaan. Ketika kita mendengar kata
perpustakaan, dalam benak kita langsung terbayang sederetan buku-buku yang tersusun rapi di
dalam rak sebuah ruangan. Pendapat ini kelihatannya benar, tetapi kalau kita mau
memperhatikan lebih lanjut, hal itu belumlah lengkap. Karena setumpuk buku yang diatur di rak
sebuah toko buku tidak dapat disebut sebagai sebuah perpustakaan.
Memang pengertian perpustakaan terkadang rancu dengan dengan istilah istilah pustaka,
pustakawan, kepustakawanan, dan ilmu perpustakaan. Secara harfiah, perpustakaan sendiri
masih dipahami sebagai sebuah bangunan fisik tempat menyimpan buku buku atau bahan
pustaka. Untuk itu, pada pembahasan kali ini akan dikupas secara mendalam tentang pengantar
umum perpustakaan yang meliputi : pengertian perpustakaan, maksud dan tujuan pendirian
perpustakaan, jenis jenis perpustakaan, peranan, tugas, dan funsi perpustakaan, aktifitas pokok
perpustakaan, dan perpustakaan sebagai disiplin ilmu.
Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca
bukan untuk dijual ( Sulistyo, Basuki ; 1991 ).
Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Namun, di zaman sekarang,
koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas berupa buku-buku, tetapi bisa berupa film,
slide, atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian
semua sumber informasi itu diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan suatu
informasi, kita dengan mudah dapat menemukannya.
Dengan memperhatikan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu
unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis
dan dapat digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi. ( Sugiyanto )
Menurut RUU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan Perpustakaan adalah institusi yang
mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna
memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi
pengetahuan.
Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan bacaan. Tujuan dari
perpustakaan sendiri, khususnya perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan layanan
informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam rangka
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Wiranto dkk,1997).
Secara umum dapat kami simpulkan bahwa pengertian perustakaan adalah suatu institusi unit
kerja yang menyimpan koleksi bahan pustaka secara sistematis dan mengelolanya dengan cara
khusus sebagai sumber informasi dan dapat digunakan oleh pemakainya.
Namun, saat ini pengertian tradisional dan paradigma lama mulai tergeser seiring perkembangan
berbagai jenis perpustakaan, variasi koleksi dalam berbagai format memungkinkan perpustakaan
secara fisik tidak lagi berupa gedung penyimpanan koleksi buku.
160

Banyak kalangan terfokus untuk memandang perpustakaan sebagai sistem, tidak lagi
menggunakan pendekatan fisik. Sebagai sebuah sistem perpustakaan terdiri dari beberapa unit
kerja atau bagian yang terintergrasikan melalui sistem yang dipakai untuk pengolahan,
penyusunan dan pelayanan koleksi yang mendukung berjalannya fungsi fungsi perpustakaan.
Perkembangannya menempatkan perpustakaan menjadi sumber informasi ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya. Dari istilah pustaka, berkembang istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu
perpustakaan, dan kepustakawanan yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Pustakawan : Orang yang bekerja pada lembaga lembaga perpustakaan atau yang sejenis dan
memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.
2. Kepustakaan : Bahan bahan yang menjadi acuan atau bacaaan dalam menghasilkan atau
menyusun tulisan baik berupa artikel, karangan, buku, laporan, dan sejenisnya.
3. Ilmu Perpustakaan : Bidang ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal hal yang berkaitan
dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran dan pelestarian ilmu
pengetahuan teknologi dan budaya serta jasa- jasa lainnya kepada masyarakat, hal lain yang
berkenaan dengan jasa perpustakaan dan peranan secara lebih luas.
4. Kepustakawanan : Hal hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu perpustakaan dan
profesi kepustakawanan.
B. Maksud dan Tujuan Pendirian Perpustakaan
Aktifitas utama dari perpustakaan adalah menghimpun informasi dalam berbagai bentuk atau
format untuk pelestarian bahan pustaka dan sumber informasi sumber ilmu pengetahuan lainnya.
Maksud pendirian perpustakaan adalah :
Menyediakan sarana atau tempat untuk menghimpun berbagai sumber informasi untuk dikoleksi
secara terus menerus, diolah dan diproses.
Sebagai sarana atau wahana untuk melestarikan hasil budaya manusia ( ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya ) melalui aktifitas pemeliharaan dan pengawetan koleksi.
Sebagai agen perubahan ( Agent of changes ) dan agen kebudayaan serta pusat informasi dan
sumber belajar mengenai masa lalu, sekarang, dan masa akan datang. Selain itu, juga dapat
menjadi pusat penelitian, rekreasi dan aktifitas ilmiah lainnya.
Tujuan pendirian perpustakaan untuk menciptakan masyarakat terpelajar dan terdidik, terbiasa
membaca, berbudaya tinggi serta mendorong terciptanya pendidikan sepanjang hayat ( Long life
education ).
C. Jenis Jenis Perpustakaan
Jenis jenis perpustakaan yang ada dan berkembang di Indonesia menurut penyelenggaraan dan
tujuannya dibedakan menjadi :
Perpustakaan Digital adalah Perpustakaan yang berbasis teknologi digital atau mendapat bantuan
komputer dalam seluruh aktifitas di perpustakaannya secara menyeluruh. Contohnya : Buku atau
informasi dalam format electiric book, piringan, pita magnetik, CD atau DVD rom.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, selanjutnya disebut Perpustakaan Nasional, adalah
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
berkedudukan di Ibukota Negara.
Perpustakaan Provinsi adalah Lembaga Teknis Daerah Bidang Perpustakaan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengembangan perpustakaan di wilayah provinsi serta melaksanakan layanan perpustakaan
kepada masyarakat.
Perpustakaan Kabupaten/Kota adalah Lembaga Teknis Daerah Bidang Perpustakaan yang
161

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang mempunyai tugas pokok


melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah Kabupaten/Kota serta melaksanakan
layanan perpustakaan kepada masyarakat umum.
Perpustakaan Umum : Perpustakaan yang ada di bawah lembaga yang mengawasinya.
Perpustakaan umum terbagi atas :
Perpustakaan Umum Kecamatan, adalah Perpustakaan yang berada di Kecamatan sebagai
cabang layanan Perpustakaan Kabupaten/Kota yang layanannya diperuntukkan bagi masyarakat
di wilayah masing-masing.
Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan adalah perpustakaan yang berada di Desa/Kelurahan
sebagai cabang layanan Perpustakaan Kabupaten/Kota yang layanannya diperuntukkan bagi
masyarakat di desa/kelurahan masing-masing.
Perpustakaan Khusus : Perpustakaan yang diperuntukkan untuk koleksi- koleksi tokoh terkenal.
Contohnya : Perpustakaan Bung Hatta.
Perpustakaan lembaga Pendidikan : Perpustakaan yang berada di lingkungan lembaga
pendidikan (SD, SMP, SMA, PT, dan LSM). Contohnya : perpustakaan Universitas. Pada
perpustakaan tingkat PT, perpustakaan dapat dibagi kembali menjadi dua, yaitu : perpustakaan
pusat dan perpustakaan tingkat fakultas.
Perpustakaan Lembaga Keagamaan : Perpustakaan yang berada di lingkungan lembaga
keagamaan. Contohnya : Perpustakaan Masjid, perpustakaan Gereja, dll
Perpustakaan Pribadi : Perpustakaan yang diperuntukkan untuk koleksi sendiri dan dipergunakan
dalam ruang lingkup yang kecil. Contohnya : Perpustakaan keluarga.
D. Peranan, Tugas, dan Fungsi Perpustakaan
Peranan Perpustakaan
Setiap perpustakaan dapat mempertahankan eksistensinya apabila dapat menjalankan
peranannya. Secara umum peran peran yang dapat dilakukan adalah :
Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber informasi pengetahuan.
Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca serta pembangkit kesadaran
pentingnya belajar sepanjang hayat.
Mengembangkan komunikasi antara pemakai dan atau dengan penyelenggara sehingga tercipta
kolaborasi, sharing pengetahuan maupun komunikasi ilmiah lainnya.
Motivator, mediator dan fasilitator bagi pemakai dalam usaha mencari, memanfaatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Berperan sebagai agen perubah, pembangunan dan kebudayaan manusia.
Tugas Perpustakaan
Setiap perpustakaan memiliki kewajiban yang sudah ditentukan dan direncanakan untuk
dilaksanakan. Tugas setiap jenis perpustakaan berbeda beda sesuai dengan kewajiban yang
ditetapkan.
Fungsi Perpustakaan
Pada umumnya perpustakaan memiliki fungsi yaitu :
Fungsi penyimpanan, bertugas menyimpan koleksi (informasi) karena tidak mungkin semua
koleksi dapat dijangkau oleh perpustakaan.
Fungsi informasi, perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai informasi untuk masyarakat.
Fungsi pendidikan, perpustakaan menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk belajar baik
dilingkungan formal maupun non formal.
Fungsi rekreasi, masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan membaca dan mengakses
berbagai sumber informasi hiburan seperti : Novel, cerita rakyat, puisi, dan sebagainya.
Fungsi kultural, Perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya
masyarakat melalui berbagai aktifitas, seperti : pameran, pertunjukkan, bedah buku,
mendongeng, seminar, dan sebagainya.
Hal-hal yang Menghambat Fungsi Perpustakaan Sekolah
162

Perjalanan perpustakaan sekolah tidaklah semulus yang diharapkan. Ada beberapa hal yang
sering menghambat fungsi perpustakaan sekolah. Pertama, terbatasnya ruang perpustakaan di
samping letaknya yang kurang strategis. Banyak perpustakaan yang hanya menempati ruang
sempit, dengan tanpa memperhatikan kesehatan dan kenyamanan. Kesadaran dari pihak sekolah
sebagai penyelenggara sangatlah kurang. Perpustakaan hanyalah untuk menyimpan koleksi
bahan pustaka saja. Pengunjung tidak merasa nyaman membaca buku di perpustakaan, sehingga
perpustakaan dipandang sebagai tempat yang kurang bermanfaat. Dengan melihat keadaan di
atas sepertinya pihak sekolah kurang menyadari tentang pentingnya perpustakaan. Keberadaan
perpustakaan hanyalah untuk pelengkap saja.
Kedua, keterbatasan bahan pustaka, baik dalam hal jumlah, variasi maupun kualitasnya.
Keberadaan bahan-bahan pustaka yang bermutu dan bervariasi sangatlah penting. Dengan
banyaknya variasi bahan pustaka, anak akan semakin senang berada di perpustakaan, kegemaran
membaca dapat tumbuh dengan subur sehingga kemampuan bahasa siswa dapat berkembang
baik dan dapat membantu anak dalam memahami pelajaran-pelajaran lainnya. Mengingat
kemampuan bahasa merupakan kemampuan dasar yang sangat berpengaruh dalam belajar.
Begitu juga jika bahan pustakanya bermutu, maka anak akan banyak memperoleh pengetahuan
yang berguna dalam hidupnya. Namun, untuk mengadakan bahan pustaka yang banyak dan
bervariasi dibutuhkan dana yang sangat besar, mengingat harga bahan pustaka biasanya mahal,
lebih-lebih jika bahan pustaka tersebut bermutu. Namun, dari pihak sekolah sendiri sering kurang
berusaha untuk menambah koleksi bahan pustaka, dengan alasan utama adalah mahalnya harga
bahan pustaka. Padahal, anggaran untuk belanja bahan pustaka setiap tahunnya selalu ada,
namun jumlah bahan pustaka tidak pernah bertambah.
Ketiga, terbatasnya jumlah petugas perpustakaan (pustakawan). Banyak perpustakaan sekolah
yang tidak ada petugasnya, atau hanya tugas sambilan. Maksudnya, mereka bukan petugas yang
hanya mengurus perpustakaan saja, sehingga sering tugas di perpustakaan jadi dikesampingkan
dan perpustakaan dianggap kurang bermanfaat. Lebih-lebih bertugas di perpustakaan adalah
pekerjaan yang sangat menjenuhkan, baik dalam hal pelayanan pengunjung maupun perawatan
bahan pustaka yang ada, sehingga dibutuhkan suatu kesabaran yang tinggi.
Keempat, kurangnya promosi penggunaan perpustakaan menyebabkan tidak banyak siswa yang
mau memanfaatkan jasa layanan perpustakaan. Anak kurang tahu tentang kegunaan
perpustakaan, begitu juga dengan bahan pustakanya. Dia membutuhkan dorongan dan ajakan
untuk berkunjung ke perpustakaan.
Aktivitas Pokok Perpustakaan
Untuk mencapai visi, misi, dan tujuannya perpustakaan menjalankan aktifitas aktifitas pokok
meliputi : pengembangan, pengolahan, dan pelayanan koleksi.
Perkembangan Disiplin Ilmu Perpustakaan
Cara melihat sesuatu sebagai disiplin ilmu (Scwab,. 1990;7)
Subyek kajian
aplikasi dan kapasitas
metode
hasil akhir
Ilmu perpustakaan dan informasi menurut Syhabuddin Qolyabu (2003; 63) diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari dan mengkaji rekaman informasi, struktur, dinamika dan transferan
informasi, cara memperoleh, mencatat, menyimpan dan menemukankembali untuk
didayagunakan dan didistribusikan.
Ilmu perpustakaan dapat dikatakan sebagai disiplin dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu produk,
proses dan masyarakat (Daoed Joesoef 1987). Disiplin ilmu menurut Thomson sebagai body of
knowledge, sekelompok konsep yang diajarkan bersama.
163

Perpustakaan dipandang sebagai ilmu dari tiga aspek yaitu :


1. Ontologis, ilmu perpustakaan dapat dikaji dari definisi dan obyek yang menjadi kajiannya.
2. Epistemologis, bahwa ilmu perpustakaan memiliki kerangka pemikiran logis dan konsisten
dengan argumen yang tersusun sebelumnya, menjabarkan hipotesisi sebagai deduksi kerangka
pemikirannya, dan melakukan falsifikasi dan verifikasi atas hipotesisi dan mengujinya secara
faktual.
3. Aksiologis, bahwa terbukti ilmu perpustakaan telah membawa kemaslahatan bagi umat
manusia.
Dengan demikian ilmu perpustakaan dapat berdiri sebagai disiplin ilmu tersendiri. Saat ini
perkembangannya terpengaruhi oleh banyak bidang ilmu namun syarat-syarat diatas bisa
terpenuhi.
operator internet

164

Anda mungkin juga menyukai