NIM :20129143
JURUSAN :PGSD
SOAL UTS
1. Secara etimologi Pendidikan Inklusif (PI) terdiri dari 2 kata, Pendidikan
yaitu proses pengembangan potensi peserta didik (PD), dan Inklusif
mengandung arti menerima, termasuk, atau mencakup. Jadi berdasarkan
asal katanya PI dapat diartikan sebagai pendidikan yang
menerima/termasuk/mencakup. Dengan demikian PI memiliki pengertian
secara sederhana yaitu pendidikan yang menerima semua peserta didik,
tak terkecuali.
a. Jelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan pengertian PI di
atas!!!
b. Tuliskan paling kurang 3 (tiga) pengertian/definisi lain dari PI di
atas!!!!
Jawab:
a. Pendidikan inklusif adalah sitem layanan pendidikan yang mensyaratkan
pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang
mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak
sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Semangat
penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan atau kases
yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa diskriminasi.1
b. Menurut beberapa ahli2
Anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas
biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon Shevin dalam O’Neil 1994).
Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal
1
Colley, Helen. (2003). Mentoring For Social Inclusion, London : Routledge Falmer.
2
Nadziroh, Chairiyah, Dan Wachid Pratomo, Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan
Dasar Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, Vol. 4, Nomor 3, Mei 2018, Hlm. 400-405.
1
pada umumnya untuk belajar. Menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah,
2007;82)
Pendidikan inklusi adalah sekolah harus mengakomodasi semua anak
tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik
atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat,
berbakat. Anak-anak jalanan dan pekerja anak berasal dari populasi
terpencil atau berpindah-pindah. Anak yang berasal dari populasi etnis
minoritas, linguistik, atau budaya dan anakanak dari area atau kelompok
yang kurang beruntung atau termajinalisasi. (Lay Kekeh Marthan,
2007:145)
Menurut Staub dan Peck (Tarmansyah, 2007;83), pendidikan inklusi
adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang dan berat secara
penuh di kelas. Hal ini menunjukan kelas regular merupakan tempat
belajar yang relevan bagi anak-anak berkelainan, apapun jenis kelainanya.
2
(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat
adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.
(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.
Pasal 6
(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
(1) setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan ini diperjelas
dengan pasal 31 (2).
b. Setiap pasal dari undang-undang tentang setaip warga negara berhak
memperoleh pendidikan, dimana setiap warga negara memiliki hak untuk
memperoleh pendidikan, pendidikan yang gratis. Hak untuk memperoleh
pendidikan dasar adalah hak setiap warga negara sebagaimana diatur dalam
konstitusi dan pemenuhan terhadap hak tersebut adalah penghargaan besar
bagi hak asasi manusia. Indonesia adalah negara hukum yang telah menjamin
dan mengatur upaya perlindungan hukum terhadap hak atas pendidikan dasar
bagi warga negara Indonesia yang berumur 7 tahun sampai dengan 15 tahun.4
c. Mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang. sehingga dapat
disimpulkan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang
layak terutama pendidikan dasar. Selain membahas tentang pendidikan sebagai
suatu hak, pasal 31 juga mempertegas bahwa pendidikan (terutama pendidikan
dasar) merupakan kewajiban bagi setiap warga negara dan pemerintah wajib
membiayainya.
Isi dari pasal 31 setelah diamandeman yaitu:
4
Tilaar, H.A.R. 1999. Manajeman pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya.
3
a) Setiap warga negara mendapatkan pendidikan.
b) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya
c) Pemerintah mengusahakan menyelenggarakan satu dan sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.
d. 3 (tiga) jalur Pendidikan indonesia5
a) Pendidikan Formal, Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang.
Contoh: Satuan pendidikan penyelenggara Taman Kanak-kanak (TK),
Raudatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs),
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA).
b) Pendidikan Nonformal, Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang.
Contoh: Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar.
c) Pendidikan Innformal Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan.Contoh: Agama, Budi pekerti, Etika, Sopan santun, Moral,
Sosialisasi
5
Tilaar, H.A.R. 1999. Manajeman pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya
4
cepat, (2) PD dengan kecerdasan sedang dengan kemampuan belajarnya
rata-rata, dan (3) PD dengan kecerdasan rendah dengan kemampuan
belajarnya rendah.
a. Jelaskan bagaimana menurut sdr. tentang kondisi PD tersebut!
b. Jelaskan apa yang sdr. lakukan apabila di suatu kelas terdapat PD
dengan bermacam kemampuan yang berbeda seperti di atas!
c. Jelaskan pada tingkat kemampuan yang mana PD dikatakan sebagai
PD kebutuhan khusus!!
Jawab:
a. Setiap individu pasti memiliki perbedaan yang unik. Perbedaan inilah yang
nantinya akan membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya
sehingga dapat dijadikan sebagai cirri khas yang dapat membedakan individu
tersebut. Akan tetapi, pada dasarnya perbedaan ini disebabkan oleh beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi adanya perbedaan individual yang terdapat pada
setiap individu. Menurut Oemar Hamalik (2011:181) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi jenis-jenis perbedaan individual adalah (1) Kecerdasan
(Inteligence); (2) Bakat (Aptitude); (3) Keadaan Jasmaniah (Physical Fitness); (4)
Penyesuaian Sosial dan Emosional (Social And Emotional Adjusment); (5) Latar
Belakang Keluarga (Home Background).6
b. Berbagai Perbedaan cara dapat dilakukan oleh guru untuk melayani
perbedaan individual yang terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah
supaya siswa memiliki niatan dan termotivasi untuk belajar. Dengan adanya niat
dan motivasi belajar diharapkan ketika proses belajar mengajar berlangsung,
siswa tidak merasa kesulitan dalam menerima materi pembelajaran yang diberikan
.7 Saya akan belajar memahami setiap karakter dan tingkah laku setiap siswa agar
tercapainya suatu tujuan proses belajar mengajar yang baik.
c. Berdasarkan tingkah laku: tingkah laku mencerminkan kemampuan,
pemahaman, pengetahuan dan keterampilan seseorang. Melalui tingkah laku kita
dapat mengamati kemampuan seseorang. b. Berdasarkan kondisi fisik: kondisi
fisik juga mencerminkan keadaan umum dari anak, apakah anak dalam keadaaan
6
Somantri, T. S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
7
Somantri, Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.
5
sakit, cacat, atau kondisi fisik lainnya lemah baik disebabkan faktor psikologis
maupun neorologis. c. Berdasarkan keluhan: biasanya anak yang bermasalah
sering mengeluh, susah mengerjakan soal, malas belajar, marah-marah, pusing,
sakit perut, atau pasif dalam rangsangan. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa assesmen dalam sekolah penyelenggara pendidikan inklusi
sangat diperlukan, karena di dalam sekolah tersebut di dalamnya terdapat siswa
yang memilki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda.8
8
Salim (1984). Pendidikan Anak Tuna rungu. Bandung : Alfabeta.
6
belajarnya.
c. Keadaan jasmani (physical fitness). Anak-anak berbeda-beda tinggi,
berat, dan koordinasi organ-organ tubuh. Ada yang badannya tinggi
kurus, ada pula yang bentuk nadannya atletis. Ada pula yang mendapat
gangguan fisik, misalnya kurang sehat penglihatannya, berpenyakit
asma, mudah sakit kepala, gangguan penyakit tertentu seperti sakit gigi,
kondisi badan, gangguan cacat.
d. Penyesuaian sosial dan emosional. Aspek sosial dan aspek emosional
erat kaitannya satu dengan yang lainnya. Berbagai alternatif kondisi
sosial dan emosional dapat terjadi di kalangan anak-anak seperti
pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah beraksi, sulit beraksi,
suka bekerja sama, mengasingkan diri, bersikap bebas, senang
menggantungkan diri, peramah, tertekan, sensitif, mudah terpengaruh,
bersikap negatif.
e. Latar belakang keluarga. Keadaan keluarga mempengaruhi anak.
Banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang dapat menimbulkan
perbedaan individual seperti kultur dalam keluarga, tingkat pendidikan
orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua yang sama-sama
bekerja, sikap keluarga terhadap masalah-masalah sosial, dan realitas
kehidupan.
f. Prestasi belajar (academic achievement). Perbedaan prestasi belajar
dikalangan anak-anak disebabkan oleh faktor-faktor seperti kematangan
akibat kemajuan, umur kronologis, latar belakang pribadi, sikap dan
bakat terhadap suatu bidang pelajaran, dan jenis mata pelajaran yang
diberikan.
g. Anak-anak yang mengalami kesulitanseperti handicap jasmani,
kesulitan berbicara, dan kesulitan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sosial. Anak-anak yang mengalami kesulitan tersebut akan
menghadapi kesulitan pula dalam berperan serta, berkomunikasi dan
menyesuaikan diri dalam kehidupan kelompok, menambah
pengetahuan, bekerja sama, dan lain-lain.9
9
Syaukani HR., H. 2002. Titik Temu dalam Dunia Pendidikan (Tanggung Jawab Pemerintah,
Pendidik, Masyarakat & Keluarga dalam Membangun Bangsa), Jakarta: Nuansa Madani.
7
b. Sudah menjadi keyakinan semua orang bahwa masing-masing individu
memiliki karakteristik kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang berkemampuan
cepat, sedang, dan ada yang berkemampuan rendah. Menurut tinjauan psikologis
setiap anak memiliki perbedaan dengan lainnya. “Tak ada dua orang di dunia ini
yang benar-benar sama dalam segala hal, sekalipun mereka kembar” 10Tidak heran
apabila seseorang yang menyatakan bahwa “anak kembar itu serupa tapi tak
sama”. Artinya dalam halhal tertentu anak kembar memiliki kesamaan dan
perbedaan.11
10
Hamalik, Umar, 2009, Psikologi Belajar dan mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
11
Landgren S. & Olsson KA. 1980. “Oral Mechanoreceptor”, dalam S. Grillner B. Lindblom, J.F.
Lubker & A. Persson (eds.), Speech Motor Control, Oxford: Pergamon Press,.
8
hadapan Tuhan bukan karena fisik tetapi taqwanya, (3) Allah tidak
akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri, (4) manusia
diciptakan berbeda-beda untuk saling silaturahmi(‘inklusif’)
c. Pandangan universal hak azasi manusia, menyatakan bahwa setiap
manusia mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak
kesehatan, hak pekerjaan.
Landasan Yuridis12
a. UUD 1945 (Amandemen) Ps 31 : (1) berbunyi setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan. Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
b. UU no 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Ps 48 Pemerintah wajib
menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 tahun untuk semua anak. Ps
49 Negara, Pemerintah, Keluarga, dan orang tua wajib memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh
pendidikan.
c. UU no 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Ps 5 ayat (1)
setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan bermutu. Ayat (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual dan /atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus. Ayat (3) Warga negara di daerah terpencil atau
terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus. Ayat (4) Warga negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Ayat (2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik di daerah teerpencil atau terbelakang, masyarakat adat terpencil,
dan /atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari
segi ekonomi.
d. Dalam PP No 19/2005 tersebut juga dijelaskan bahwa satuan pendidikan
khusus terdiri atas SDLB, SMPLB, SMA LB.
e. Surat edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 380/C.C6/MNB/2003
tanggal 20 Januari 2003 perihal pendidikan inklusif.menyelenggarakanb
12
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
9
dan mengembangkan di setiap kabupaten /kota sekurang-kurangnya 4
sekolah yang terdiri dari : SD, SMP, SMA, dan SMK. 3. Landasan Empiris
a. Deklarasi Hak Azasi Manusia, 1948 b. Konvensi Hak Anak, 1989 c.
Konferensi dunia tentang Pendidikan untuk semua, 1990 d. Resolusi PBB
nomor 48/49 tahun 1993 tentang persamaan kesempatan bagi orang
berkelainan. e. Pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994 f.
Komitment Dakar mengenai Pendidikan untuk semua, 2000
c. Kasus ini pernah terjadi pada 29 Agustus 2014, Seribuan anak pedalaman
yang berda di Kabupaten Aceh Utara putus sekolah. Mereka putus sekolah karena
beberapa faktor, yaitu kesulitan pembiayaan, lingkungan masyarakat dan
kemudian jarak tempuh dari rumah ke sekolah menjadi persolan. Salah satu
13
O’Neil,J. (1994/1995).Can inclusion work.A Conversation With James Kauffman and Mara
Sapon-Shevin. Educational Leadership. 52(4) 7-11
14
Fish,J. (1985). Educational opportunities for All. London : Inner London Educational Authority.
10
hambatannya pula adalah suliatnya akses untuk singgah ke tempat tinggal mereka
dan sulitnya mereka untuk membuka diri terhadap hal-hal yang baru atau modern
karena sebagian besar mereka masih menganut kepercayaan tradisi masing-
masing. Soal biaya dan jarak. 2 hal tersebut sangat mempengaruhi warga
pedalaman tersebut. Sementara itu, untuk mereka yang tidak mampu secara
ekonomi akan memutuskan untuk tidak bersekolah karena mereka lebih
memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup dan mencari makan daripada
untuk bersekolah.
15
Colley, Helen. (2003). Mentoring for Social Inclusion, London : Routledge Falmer.
11