Anda di halaman 1dari 10

UAS Perspektif Pendidikan dan Pembelajaran ATG

Nama : Rara Ajeng Pratiwi


Nim : 20003030
No Absen : 13

1. Buatlah Pengertian ATG denga Menggunakan kata kuncinya

Menjawab:

ATG Singkatan dari kata anak tunagrahita, yang dimaana anak tunagrahita adaah seorang
anak yang memiliki keterbatasan intelektual, sosial dan mental. Tunagrahita merupakan asal
dari kata tuna yang berarti ‘merugi’ sedangkan grahita yang berarti ‘pikiran’. Menurut
(Kosasih, 2012) anak tunagrahita yaitu anak yang mempunyai kelainan karena
penyimpangan, baik dari segi fisik, mental, intelektual, emosi, sikap maupun perilaku sosial
secara signifikan. Hal itu disebabkan adanya kerusakan dalam jaringan susunan saraf pusat
yang menyebabkan tidak berfungsinya susunan saraf itu sehingga proses kerjanya tidak
berjalan dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa, anak tunagrahita adalah mereka yang
kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata anak normal dengan nilai IQ dibawah 80

2. Apa saja yang menjadi faktor penyebab tunagrahita?

Menjawab:

Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor. Para ahli membagi faktor
penyebab tersebut atas beberapa kelompok. Strauss membagi faktor penyebab
ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak
penyebabnya pada sel keturunan dan eskogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya
infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain. Menurut
Triman Prasadio (Munzayanah, 2000: 14-16) bahwa penyebab retardasi mental digolongkan
menjadi dua kelompok, seperti berikut:

Kelompok Biomedik Kelompok Sosio cultural


Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh
proses psiko sosial dalam keluarga
1. Prenatal, dapat terjadi karena: 1. Teori Stimulasi
a. Infeksi ibu pada waktu mengadung. Pada umumnya adalah penderita retardasi
b. Gangguan metabolisme. mental yang tergolong ringan, disebabkan
c. Iradiasi sewaktu umur kehamilan karena kekurangan rangsangan atau
antam 2-6 minggu. kekurangan kesempatan dari keluarga.
d. Kelainan kromosom.
e. Malnutrisi.
2. Natal antara lain berupa: 2.Teori Gangguan
a. Anaxia Kegagalan keluarga dalam memberikan
b. Asphysia proteks yang cukup terhadap stress pada
c. Prematurias dan postmaturias masa kanak-kanak sehingga mengakibatkan
d. Kerusakan otak gangguan pada proses mental
3. Posnatal dapat terjadi karena: 3.Teori Keturunan
a. Malnutrisi. Teori ini mengemukakan bahwa hubungan
b. Infeksi. antara orangtua dan anak sangat lemah akan
c. Trauma mengalami disorganisasi, sehingga apabila
anak mengalami stress akan bereaksi dengan
cara yang bermacam-macam untuk dapat
menyesuaikan diri. Atau dengan kata lain
"Security System" sangat lemah di dalam
keluarga.

3. Bagaimana cara menganalisis hasil identfikasi anak tunagrahita?

Menjawab:

Pada tahap analisis ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong Anak
Berkebutuhan Khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Analisis identfikasi
di mulai dari membuat daftar nama anak yang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-
ciri (Abidin, 2018). Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi
kelainan sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam daftar namanama
anak yang berindikasi kelainan sesuai dengan format khusus yang disediakan. Sedangkan
untuk anak-anak yang tidak menunjukan gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu
dimasukkan ke dalam daftar khusus tersebut. Kemudian data ini bisa dilanjutkan lagi kepada
ahli PLB / Orthopedagog untuk ditindaklanjuti (Fadlilah, 2011).

4. Sebutkan sejarah pendidikan ATG didunia dan di SUMBAR yang anda ketahui

Menjawab:

Pada awalnya dunia termasuk Indonesia menganggap anak tunagrahita sama seperti halnya
terhadap penyandang cacat lainnya. Yaitu seorang anak yang hadirnya memberikan arti yang
mengandung pandangan-pandangan yang super-natural (Tahayul). Akar dari kesadaran ini
dapat ditelusuri di Eropa pada tahun 1700-an ketika para pionir tertentu mulai membuat
upaya-upaya terpisah untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus. Salah satu upaya tersebut
dengan mendirikan lembaga-lembaga residensial yang didirikan di Amerika Serikat untuk
mengajar penyandang cacat terbanyak di awal 1800-an (Amin, 1995). Sedangkan di
Indonesia, sejarah perkembangan pendidikan luar biasa dimulai ketika Belanda masuk ke
Indonesia (1596-1942), mereka memperkenalkan sistem persekolahan dengan orientasi
Barat. Untuk pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan pendidikan khusus dibuka lembaga-
lembaga khusus. Lembaga pertama untuk pendidikan anak tunanetra dibuka pada tahun
1901, untuk anak tunagrahita tahun 1927, dan untuk anak tunarungu tahun 1930, ketiganya di
Bandung.

5. Bagaimanakah bentuk pelaporan sebuah asesmen, berikanlah contohnya?

Menjawab:

Keterangan:

TB : Skor 3 = Tidak Butuh


DP : Skor 2 : Diprioritaskan
DB : Skor 1 : Dibutuhkan
Penghitungan Nilai Dari Hasil Asesmen

TB : 12 x 3 = 26
DP : 8 x 2 = 16
DB : 5x1=5
Jumlah skor = 47

Cara Penghitungan: Jumlah skor perolehan dibagi skor maksimun kali 100%

(47 : 49) x 100% = 96%

Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik peserta didik dan juga
kkarakteristik mata pelajarannya Tinggi.

Deskripsi Hasil Asesmen

a. Aspek yang Sudah Dikuasai

1) Siswa sudah mampu menyebutkan 3 anggota keluarga berdasarkan gambar

2) Siswa sudah mampu menirukan 5 teks angota kelurga berdasarkan gambar

3) Siswa mampu menyebutkan jenis hewan yang ada di sekitar

4) Siswa mampu membedakan teks dongeng berdasarkan judul dan isinya

5) Siswa mampu menirukan dan membaca teks petunjuk sederhana

6) Siswa mampu menyusun teks petunjuk sederhana

b. Aspek yang Belum Dikuasai

1) Siswa belum mampu menyebutkan warna

2) Siswa belum mampu menunjuk teks sesuai dengan perintah

3) Siswa mampu dengan bimbingan dalam nyebutkan kondisi dalam satu hari
4) Siswa mampu dengan bimbingan untuk menirukan teks observasi sederhana dari guru

Kesimpulan Hasil Asesmen

a. Kemampuan yang Dimiliki

1) Mampu menyebutkan 3 anggota keluarga berdasarkan gambar

2) Mampu menirukan 5 teks angota kelurga berdasarkan gambar

3) Mampu menyebutkan jenis hewan yang ada di sekitar

4) Mampu membedakan teks dongeng berdasarkan judul dan isinya

5) Mampu menirukan dan membaca teks petunjuk sederhana

6) Mampu menyusun teks petunjuk sederhana

b. Kesulitan yang Dihadapi

1) Siswa belum mampu menyebutkan warna tanpa bantuan

2) Siswa belum mampu memahami perintah dari guru

3) Siswa belum mampu menirukan suatu teks dari guru

c. Kebutuhan Belajar

1) Latihan mengenal warna

2) Latihan membaca oral dan perintah guru

Rekomendasi

Yth. Orangtua/Wali Siswa


Nama : Janu Aulia Raihan
Satuan Pendidikan : SDLB
Kelas :V
a. Analisis Hasil Asesmen

Dari hasil asesmn yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa Janu Aulia Raihan telah mampu
membaca visual dengan cara menyebutkan apa yang Janu lihat. Hanya saja Janu perlu dilatih
lagi untuk memahami petunjuk dan oral agar ia mampu melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang di perintah (Talango, 2018). Untuk kemampuan mengenal warna pun masih perlu di
perhatikan sebab Janu belum terlalu bisa membedakan dan menyebut warna yang ia lihat.

6. Sebutkan tujuan dilakukan sebuah asesmen?

Menjawab:

Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi menyeluruh yang dilakukan secara
sistematis, praktis dan efesien tentang seorang peserta didik yang berguna untuk membuat
pertimbangan dan keputusan tentang penempatan, layanan pendidikan dan pembelajaran
yang tepat. Taylor (2000) mengemukakan adanya dua tujuan dalam pelaksanaan asesmen,
yaitu:

a. Untuk mengidentifikasi dan terkadang pemberian label untuk kepentingan administratif


masalah belajar yang dialami anak-anak berkebutuhan khusus,

b. Untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat membantu dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, dan strategi pemberian remedial bagi anak-anak yang diduga berkebutuhan
khusus (Yuwono, 2015).

7. Sebutkan jenis atau macam-macam asesmen?

Menjawab:

Kegiatan asesmen meliputi beberapa bidang, antara lain:

a. Asesmen akademik:
Asesmen akademik sekurang-kurangnya meliputi 3 aspek yaitu kemampuan membaca,
menulis dan berhitung.

b. Asesmen sensoris dan motorik:

Asesmen sensoris untuk mengetahui gangguan penglihatan, pendengaran. Sedangkan


asesmen motorik untuk mengetahui gangguan motorik kasar, motorik halus, keseimbangan
dan lokomotor yang dapat mengganggu pembelajaran bidang lain (Talango, 2018).

c. Asesmen psikologis, emosi dan sosial

Asesmen psikologis dapat digunakan untuk mengetahui potensi intelektual dan kepribadian
anak. Juga dapat diperluas dengan tingkat emosi dan sosial anak.

8. Jelaskan maksud preprequisit, berikan contoh!

Menjawab:

Prepreuisit memiliki arti prasyaratan. Jadi dapat disimpulkan maksud dari preprequisit adalah
syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan, mengikuti ataupun memasuki suatu kegiatan
seperti pendidikan. Contohnya menyiapkan RPP, Silabus berdasarkan asesmen yang
dilakukan artinya persyaratan tersebut lengkap bila hal-hal terkait sudah di rancang. Asesmen
dilakukan oleh GPK dengan melibatkan guru kelas, teman sebaya, orang tua, psikolog dan
jika diperlukan tenaga medis. Asesmen dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari
observasi, wawancara dan tes kemampuan anak dengan menggunakan instrumen yang sudah
ada ataupun yang disusun oleh GPK (Roza & Rifma, 2020).

9. Bagaimana cara guru/kita menyusun kebutuhan belajar anak?

Menjawab:

Identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus merupakan kegiatan awal yang
dilakukan guru sebelum memulai pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan kebutuhan belajar
anak dapat dimulai dari menganalisis hasil asesmen yang dilakukan bersama tim asesor
(Marlina, 2015). Mulailah dari suatu hal yang sudah dapat dilakukan anak namun masih
dengan bimbingan guru yang dijadikan sebagai prioritas kebutuhan belajarnya. Selanjutnya
menyusun hal apa yang belum bisa di lakukan agar nantinya materi atau pun keterampilan
tersebut akan di ajarkan.

10. Buatlah contoh PPI fungsional!

Menjawab:

Program Pembelajaran Individual

A. Biodata Anak

Nama : Janu Aulia Raihan


Tanggal Lahir : 12 agustus 2015
Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam

B. Kasus

Janu berusia 5 tahun 10 bulan , ia belum masuk sekolah . Janu tidak mampu membedakan
sepatu bagian kanan dan bagian kiri ketika ia akan mengunakannya , hal ini di karenakan
anak memiliki daya tangkap yang lemah sehingga saat di beri penjelasan anak masih salah
saat menggunakan sepatu.

C. Tujuan

1. Tujuan jangka panjang : Anak mampu melakukan memasang sepatu dengan benar tanpa
bantuan orang tua/ orang lain

2. Tujuan Jangka Pendek : Anak mampu membedakan sepatu yang bagian kaki kanan dan
kaki kiri tampa bantuan orang tua/ oranglain

D. Analisis dan Metode Pembelajaran


Analisis Metode Pembelajaran
1. Guru meletakkan sepatu didepan yang 1. Menjelaskan pada anak mana bagian kaki
akan gunakan anak kiri dan kaki kanan sepatu
2. Guru menjelaskan pada anak mana bagian 2. Meminta anak memasang untuk
kaki kiri dan kaki kanan sepatu memasang sepatu tampa bantuan
3. Guru meminta anak untuk memasukkan 3. Memberi pujian saat anak bisa mengikuti
memcoba memasang sepatu intrupsi yang diberikan
4. Minta anak melihat bagian kiri dan kanan
sepatu
5. Lakukan kegiatan ini saat anak memasang
sepatu
6. Jika anak sudah mampu memasang sepatu
dengan benar maka beri anak pujian

E. Rekomendasi

1. Apabila Janu belum mampu mengikuti intrupsi orang tua tentang bagian kaki kiri dan
kanan sepatu maka orang tua terus lakukan secara berulang-ulang

2. Apabila Janu mampu membedakan mana yang bagian kaki kiri dan kaki kanan sepatu
maka beri anak pujian
DAFTAR RUJUKAN

Abidin, M. Z. (2018). Analisis Implementasi Asesmen Dalam Mengamati Perkembangan Anak


Tunagrahita Di Tk Slb C 1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta. Early Childhood :
Jurnal Pendidikan, 2(2a), 22–35. https://doi.org/10.35568/earlychildhood.v2i2a.264

Amin. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita.

Fadlilah, U. (2011). ALAT BANTU IDENTIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA BERBASIS WEB.

Kosasih, E. (2012). Cara bijak memahami anak berkebutuhan khusus. Yrama Widya.

Marlina. (2015). Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Pendekatan Psikoedukasional). UNP


Press.

Roza, A., & Rifma. (2020). Perencanaan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam
Majamen Sekolah Inklusif. (JKKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar, 5(1), 61–69.

Talango, S. R. (2018). ASESMEN PERKEMBANGAN ANAK ( STUDI KASUS ASESMEN


PERKEMBANGAN ANAK USIA 2 TAHUN ). Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 6.

Yuwono, I. (2015). Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Pustaka Banua.

Anda mungkin juga menyukai