CO NERS
KELOMPOK 1
Mengetahui
( ) ( )
KATA PENGANTAR
Sebagai insan yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan, tak lupa
penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya lah, maka kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Remaja.
Selama proses penulisan makalah ini banyak bimbingan dan dukungan yang
diperoleh dari berbagai pihak, baik moril maupun material. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini di sampaikan ucapan terima kasih yang berlimpah.
Kelompok menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima
sebagai bahan masukkan guna penyempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
Remaja merupakan salah satu asset bangsa yang harus dijaga betul-betul,
karena merekalah yang akan menjadi penerus bangsa ini. Masa remaja
merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai
dan stress (Storm and Stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas
untuk menetukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi
seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak
terbimbing maka ia bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan
baik.
1.3 Tujuan
53
2. Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus yaitu
remaja
1.4 Manfaat
TINJAUAN TEORI
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun.
Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong
dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya jika usia sudah bukan lagi
remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap
53
pertumbuhan (Growth hormone), hormone gonadotropik, esterogen ,
progesterone serta testosterone.
d. Perkembangan otak
Pada masa remaja awal sampai akhir, otak nelum sepenuhnya
berkembang secara sempurna, sehingga pada masa ini kemampuan
pengendalian emosi dan mental masih belum stabil.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan
tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks
dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga
mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
3. Perkembang Psikososial
Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai
dengan perubahan dalam cara melihat diriny sendiri. Sebagai remaja
dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan
merasa alebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan
abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri
dan berprilaku menurut cara mereka.
Transisional social yang dialami oleh remaja ditunjukkan dengan
adanya perubahan hubungan social. Salah satu hal yang pernting dalan
perubahan social pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk
berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab
dengan lawan jenis.
53
a. Kenakalan biasa, seperti berkelahi, membolos sekolah, pergi dari
rumah tanpa pamit dan berkelahi dengan teman.
b. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti:
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin,
mencuri dan kebut-kebutan.
c. Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan obat, hubungan seks di luar
nikah, pemerkosaan, kasus pembunuhan dan menggugurkan
kandungan.
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis
53
pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah,
akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah.
Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks
dengan anaknya dan hubungan orang tua-anak sudah terlanjur jauh
sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat,
khususnya teman.
e. Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya
dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya di kota-kota besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari
adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan
wanita dalam masyarakat sebagai akhibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan
pria (Sarwono, 2002).
53
Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan
melihat orang telanjang.
Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan
memakai pakaian dari lawan jenisnya.
Sodomi : Mendapatkan kepuasan seks dengan
melakukan hubungan seksual melalui anus
Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari
aplikasi mulut pada genitilia partnernya
3) Disfungsi Psikoseksual
a) Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat
hambatan pada perubahan psikofisiologik yang biasanya
terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual.
Hambatan selera seksual
Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama
sekali secara menetap dan meresap.
Hambatan gairah seksual
Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai
akhir aktivitas seksual (impotensia).
Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk
mencapai atau mempertahankan pelumasan dan
pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah
seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual
(frigiditas).
Hambatan orgasme wanita
53
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi
orgasme pada wanita setelah terjadi gairah seksual yang
lazim selama aktivitas seksual.
Hambatan orgasme pria
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi
ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah terjadi fase
gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
Ejakulasi prematur
Secara berulang-ulang dan menetap terjadi
ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya
pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama
aktivitas seksual.
Dispareunia fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat
kelamin sewaktu senggama, baik pada pria maupun
wanita.
Vagina fungsional
Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali
sehingga mengalami senggama.
53
4. Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan
paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks
menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah:
sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS (Junaedi, 2010).
a) Gonorea
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan
lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang
organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput
lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya.
Bakteri yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus.
b) Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “Raja Singa”. Penyakit
ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan
seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang
tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab
timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum.
c) Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak
lama, ditularkan oleh bangsa yunani, romawi, dan louis XV.
Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus harpes
simpleks.
d) Klamidia
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme
mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim,
rahim, saluran indung telur, dan saluran kencing. Gejala yang
banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya
cairan dari vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas
seperti terbakar ketika kencing.
e) Candida
Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi.
Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun
tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu
pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi.
f) Chancroid
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit
kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah,
bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan kelamin.
g) Granuloma inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh
bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis,
bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan
berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap.
h) Lymphogranuloma venereum
Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus
dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat
berbahaya karena antibiotik tidak dapat menanggulanginya.
i) AIDS
AIDS adalah sebuah singkatan dari “Acquired Immuno
Deficiency” Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang.
j) HIV
HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency
Virus”, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS.
k) ARC
ARC merupakan singkatan dari “AIDS Related Complex”,
menyebabkan timbulnya pembekakan pada kalenjar di sekitar
pangkal paha dan daerah lainnya.
l) Scabies
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut “mite”.
Serangga tersebut dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat
berkembangbiak secara cepat.
m) PID
53
Merupakan singkatan dari “Pelvis Inflammatory Disease”,
yaitu suatu penyakit infeksi sistem saluran reproduksi perempuan,
seperti gonorea atau clamydia.
n) Trichomonas infection
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang
vagina perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan
mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas
pada vagina tersebut.
o) Venereal warts
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat
kelamin seseorang. Pada laki-laki, virus ni menyerang bagian
kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir
vagina dan daerah sekitar anus (perineum) (Dianawati, 2006).
a. Ciri-ciri Umum
1) Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
2) Sulit diajak bicara
3) Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga
4) Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
5) Mudah tersinggung
6) Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari
b. Perubahan Fisik dan Lingkungan
1) Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk
2) Mata merah dan berair
3) Hidung berair atau seperti pilek
4) Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
5) Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci
6) Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal
7) Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di
kamar atau di dalam tas
8) Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh
9) Sering kehilangan uang atau barang di rumah
10) Mengabaikan kebersihan diri
c. Perubahan Perilaku Sosial
1) Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang
lain
2) Berbohong atau memanipulasi keadaan
3) Kurang disiplin
4) Bengong atau linglung
5) Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
6) Mengabaikan kegiatan ibadah
7) Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
8) Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau
tempat-tempat tertutup
53
d. Perubahan Psikologis
1) Mudah tersinggung
2) Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
3) Malas melakukan aktivitas sehari-hari
4) Sulit berkonsentrasi
5) Tidak memiliki tanggung jawab
6) Emosi tidak terkendali
7) Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada
8) Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
9) Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan
UPAYA PENANGGULANGAN
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
UPAYA PEMULIHAN
a. Pengobatan
Terapi pengobatan yang dilakukan untuk pasien NAPZA
misal dengan detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk
mengurangi atau menghentikan gejala putus zat dengan dua
cara:
1) Detoksifikasi tanpa substitusi
Klien hanya dibiatkan saja sampai gejala putus zat
tersebut berhenti sendiri. Klien yang ketergantungan tidak
diberikan obat untuk menghilangkan gejala putus obat
tersebut.
2) Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan
jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon.
53
Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat
dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian
substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara
bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan
gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri,
rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan
secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis,
psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang
menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial,
dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA
menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik
selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program
pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka
yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya
yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003)
Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami
perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi dan
dilanjutkan dengan
53
tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam rehabilitasi
kejiwaan ini yang penting adalah psikoterapi baik secara
individual maupun secara kelompok.
Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah
psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai
rehabilitasi keluarga terutama keluarga brokenhome. Gerber
(1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan jka konsultasi
keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami
aspek-aspek kepribadian anaknya yang mengalami
penyalahgunaan NAPZA.
c) Rehabilitasi komunitas
Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka
yang tinggal dalam satu tempat. Dipimpin oleh seorang
mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai
konselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tenaga
profesional hanya sebagai konsultan saja. Di sini klien dilatih
keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara efektif
dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi
keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan
mencegah relaps.
Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam
proses terapi. Mereka bebas menyatakan perasaan dan
perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain.
d) Rehabilitasi keagamaan
Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan
karena waktu detoksifikasi tidaklah cukup untuk memulihkan
klien rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya masing-masing. Pendalaman,
penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini
dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada diri
seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal
mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA.
53
Rini (2004) konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa
pertumbuhan seorang manusia sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan,
pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua
dari lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai
siapa dirinya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.
Tanda-tanda remaja yang memiliki konsep diri yang positif adalah:
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini
mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya
bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak
sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang
lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima
pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh
masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu
untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang
lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima
di lingkungannya.
53
negatif. Lingkungan dalam remaja penuh gejolak perasaan, keinginan,
dan dorongan yang bisa tersalur dalam perilakunya.
Menurut G. Konopka, masa remaja merupakan fase yang paling penting
dalam pembentukan nilai. Pembentukan nilai remaja merupakan suatu
proses emosional dan intelektual yang sangat dipengaruhi oleh interaksi
sosial. Lingkungan sosial merupakan sumber keterangan utama dari arti
dan nilai-nilai.
7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan
Seorang anak masih bersifat egosentris. Segala hal dipandang melalui
sudut pandangnya sendiri, terpusat pada keinginan dan kebutuhan
sendiri. Reaksi dan tingkahlakunya sangat dipengaruhi oleh emosi dan
kebutuhannya, sehingga sulit menangguhkan terpenuhinya suatu
kebutuhan tertentu. Sebaiknya, seorang remaja diharapkan bisa
meninggalkan kecenderungan, keinginan untuk menang sendiri.
Pokok-pokok program
53
d. Advokasi terhadap para tokoh politik,tokoh agama, dan tokoh
masyarakat.
3. Program KIE kesehatan reproduksi remaja
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja dan
orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.
Disamping itu juga bertujuan untuk memotivasi remaja agar akses terhadap
tempat-tempat pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang tersedia. Pokok
yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan pedoman pelaksanaan KKR.
b. Pengembangan materi dan media KIE KKR.
c. Penyebarluasan materi KIE KKR.
d. Pelatihan dan orientasi bagi fasilitator KKR.
e. Penyuluhan dan orientasi KKR bagi remaja dan orang tua melalui
sekolah, kelompok yang ada padamasyarakat serta di tempat kerja.
f. Penyuluhan KKR bagi calon pengantin.
g. KIE KKR melalui media massa.
h. Pembinaan bagi pengelola KIE KKR.
4. Program konseling KKR
Bertujuan untuk membantu remaja dalam pemecahan berbagai masalah
yang dihadapi, khususnya yang terkait dengan masalah kesehatan
reproduksi. Pusat konseling disesuaikan dengan kondisi daerahmasing-
masing. Upaya pokok yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan (prosedur kerja).
b. Pengembangan model pelayanan konseling.
c. Pengembangan pedoman pelaksanaan.
d. Pengembangan materi dan media konseling.
e. Penyebarluasan materi konseling.
f. Pelatihan metode konseling KRR bagi konselor.
g. Pelatihan metode (KIP/K) KRR bagi mereka yang dinilai mampu, misal
bidan di desa atau petugas lapangan KB.
h. Pengembangan pusat konseling remaja.
i. Pengembangan sistem rujukan konseling.
j. Pembinaan bagi pengelola pusat konseling remaja.
5. Program dukunagn pelayanan bagi remaja yang memiliki masalah khusus.
Dengan sasaran khusus yaitu remaja yang memiliki masalah-masalah
kesehatan reproduksi dan sudah tidak bbisa ditangani lagi melalui pelayanan
KIE dan konseling. Sebagai contoh, remaja yang sudahaktif secara seksual,
remaja yang mengalami kehamian yang takj diinginkan, dan remaja yang
kecanduan narkoba. Pada remaja-remaja tersebut diperlukan dukungan
srana pelayanan khusus yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Upaya
yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan pedoman bagi para pengelola tentang penanganan
remaja dengan masalah khusus.
b. Peningkatan dukungan bagi LSOM dan swasta yang memiliki program
bagi remaja yang memiliki maslaah khusus.
c. Pengembangan jaringan kerja dalam membantu remaja yang memiliki
masalah khusus.
6. Program dukungan bagi kegiatan remaja yang positif
7. Diarahkan untuk memfasilitasi berbaai kegiatan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi remaja. Adapun upaya yang akan dilakukan adlah:
a. Dukungan materi KKR, baik berupa buku, poster, kaset dan video yang
berisi tentang informasi kesehatan reproduksi remaja.
b. Dukungan penyelenggaraan kegiatan remaja baik di sekolah,
masyarakat maupun di tempat kerja.
A. Pengkajian
1. Data Inti
a) Sejarah
Mengkaji tentang berapa lama remaja tinggal di wilayah tersebut,
dan sejak kapan remaja tinggal. Apakah remaja merupakan
penduduk asli, musiman, atau pendatang. Juga menjelaskan dengan
siapa remaja tinggal dan menetap.
b) Demografi
53
Mengkaji karakteristik remaja seperti apa yang banyak ditemukan,
rentang usia remaja terbanyak, perbandingan jumlah antara remaja
perempuan dan laki-laki. Juga mengkaji tentang piramida penduduk
di wilayah tersebut.
c) Vital statistic
Mengkaji tentang banyaknya mortalitas dan morbiditas pada remaja
serta penyebabnya, jenis penyakit yang sering diderita oleh para
remaja.
d) Etnis
Mengkaji tentang berbagai macam suku dan etnis remaja yang
dijumpai. Bagaimana sikap remaja dengan adanya perbedaan etnis
di kalangannya?
e) Nilai dan keyakinan
Pada masa remaja, seseorang sering kali meyakini bahwa diri
mereka unik dan tidak dipengaruhi oleh hukum alam, keyakinan ini
disebut “personal fable”. Remaja juga bersifat ambivalen yaitu
mereka menginginkan kebebasan tapi takut untuk bertanggung
jawab atas apa yang mereka lakukan. Remaja juga meyakini bahwa
teman-teman sebayanya dapat menjadi sumber informasi dalam
segala hal. Dalam masa ini mulai terjadi perubahan nilai, dimana apa
yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi
kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
2. Data Subsistem
a) Lingkungan fisik
Mengkaji keadaan lingkungan atau kondisi geografis, batas wilayah,
peta, iklim, dan kondisi perumahan
b) Pelayanan kesehatan dan sosial
Mengkaji pelayanan kesehatan yang terdapat pada wilayah tersebut.
Mengkaji tentang pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi
remaja ketika sakit ataupun bermasalah dengan kesehatannya.
c) Ekonomi
Mengkaji tentang keadaan perekonomian keluarga remaja.
Mengkaji apakah remaja masih bergantung pada orang tua atau
sudah mandiri dalam hal perekonomian.
d) Keamanan dan transportasi
Mengkaji tentang jenis transportasi yang biasanya digunakan oleh
remaja (pribadi/umum), keamanan remaja dalam berkendara, jenis
kejahatan yang sering terjadi pada remaja di wilayah tersebut.
e) Pemerintahan dan politik
Mengkaji tentang keaktifan remaja dalam organisasi wilayah
setempat, misalnya: karang taruna, remas, dll. Juga mengkaji
tentang kebijakan pemerintah/ program pemerintah untuk remaja di
wilayah tersebut.
f) Komunikasi
Mengkaji tentang cara memberikan informasi oleh remaja terhadap
orang lain, baik teman sebaya, keluarga, atau masyarakat lain. Alat
yang digunakan oleh remaja dalam penyampaian informasi.
g) Pendidikan
Mengkaji tentang berbagai jenis institusi pendidikan yang ada untuk
remaja, serta ketersediaan program UKS. Juga mengkaji tentang
pendidikan remaja di wilayah tersebut.
h) Rekreasi
Mengkaji tentang dimana remaja bermain? Apa bentuk umum dari
rekreasi? Siapa yang berperan serta? Apa fasilitas rekreasi yang
ditemukan?
3. Persepsi
a) Persepsi penduduk
Mengkaji tentang pendapat penduduk setempat mengenai remaja
yang ada di wilayah tersebut.
b) Persepsi perawat
Mengkaji tentang pendapat perawat mengenai remaja yang ada di
wilayah tersebut.
53
B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat. Tujuan analisa data;
a) Menetapkan kebutuhan komunitas
b) Menetapkan kekuatan
c) Mengidentifikasi pola respon komunitas
d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
C. Prioritas Masalah
Masalah Perhatian Poin Prevalensi Tingkat Kemungkinan untuk
Masyarakat Bahaya dikelola
D. Diagnosa Keperawatan
Anderson dan Mc Farlane (1996) menggunakan teori Neuman dari
komunitas dan mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan system
penggabungan penarikan kesimpulan. Pada system ini mereka
menggunakan logika berfikir atau penarikan kesimpulan untuk
menggambarkan masalah, menjelaskan factor etiologi serta identifikasi
tanda dan gejala yang menjadi karakteristik masalah. Tanda dan gejala dari
diagnosis keperawatan kesehatan komunitas adalah pernyataan kesimpulan
yang menjelaskan durasi atau besarnya masalah. Untuk menentukan
masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a) Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
b) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi
perilaku dengan lingkungan.
c) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan yang bisa
ditegakkan pada adolesens, yaitu :
1) Risiko cedera yang berhubungan dengan:
a. Pilihan gaya hidup
b. Penggunaan alcohol, rokok dan obat
c. Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi
d. Aktivitas seksual
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
a. Aktivitas seksual
b. Malnutrisi
c. Kerusakan imunitas
3) Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan:
a. Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan
b. Melewati waktu makan; ikut mode makanan
c. Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah atau
mesin penjual makanan
d. Kemiskinan
e. Efek penggunaan alcohol atau obat
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan:
a. Tidak berpengalaman dengan peralatan rekreasional yang tidak
dikenal
b. Kurang informasi tentang kurikulum sekolah
53
5) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan:
a. Perasaan negative tentang tubuh
b. Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan
adolesens
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer dkk, 1996). Tahap
implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
rencana strategi untuk membantu komunitas untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
komunitas.
Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencangkup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan
baik, jika komunitas mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
implementasi tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan perawat
53
terus melakukan pengumpulan data memilih tindakan keperawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan komunitas.
Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :
a) Berdasarkan respon masyarakat.
b) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri
serta lingkungannya.
d) Bekerja sama dengan profesi lain.
e) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
f) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan.
G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses
dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Pengkajian :
40%
60% Laki-Laki
Perempuan
Tingkat Pengetahuan
Penyalahgunaan NAPZA
17%
Kurang
27% 56%
Cukup
Baik
53
Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi
27%
43% Kurang
Cukup
30% Baik
1. Analisa Data
Tabel 2.1 Analisa data asuhan keperawatan komunitas di SMA LKMD
Data Subyektif Data Obyektif Masalah Keperawatan
1. Sebagian besar remaja mengatakan mengisi waktu 1. Dari 20 anak usia remaja di SMA Perilaku kesehatan
luangnya dengan bermain gadget dan nongkrong LKMD hanya 11 remaja yang mengaji di cenderung beresiko pada
dengan teman sebaya. musholla setempat. anak usia remaja di SMA
2. Sebagian remaja mengatakan mereka suka 2. Pada jam-jam tertentu warnet selalu LKMD
bermain di warnet bisa mengganggu waktu ramai dikunjungi oleh anak usia remaja.
belajarnya Berdasarkan pengkajian sebelumnya 30
3. Sebagian remaja tidak mengerti tentang remaja mempunyai pengetahuan tentang
penyalahgunaan NAPZA dan kesehatan penyalahgunaan NAPZA kurang.
reproduksi remaja. Berdasarkan pengkajian sebelumnya 30
remaja mempunyai pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi kurang.
3. Orang tua membiarkan anak
mengkonsumsi makanan siap saji.
2. Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, dilaporkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
3. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada anak usia remaja di SMA LKMD
53
Intervensi Keperawatan untuk Anak Usia Remaja
di SMA LKMD
Dari hasil analisa data yang telah dilakukan, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas.
Adapun perencanaan yang akan kami laksanakan adalah sebagai berikut.
53
DAFTAR PUSTAKA
53