Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN

PERILAKU KESEHATAN CENDERUNG BERESIKO PADA REMAJA


DI SMA LKMD DESA LAHA

Asuhan Keperawatan Ini Telah Disetujui


Tanggal … Desember 2019

CO NERS

KELOMPOK 1

Mengetahui

KEPALA SEKOLAH SMA LKMD PRECEPTOR INSTITUSI

( ) ( )
KATA PENGANTAR

Sebagai insan yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan, tak lupa
penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya lah, maka kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Remaja.
Selama proses penulisan makalah ini banyak bimbingan dan dukungan yang
diperoleh dari berbagai pihak, baik moril maupun material. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini di sampaikan ucapan terima kasih yang berlimpah.
Kelompok menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima
sebagai bahan masukkan guna penyempurnaan makalah ini.

Ambon, Desember 2019


Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


Daftar Isi .......................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 2
1.1. Latar belakang ................................................................................................ 2
1.2 Rumusan masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 4


2.1 Definisi remaja.................................................................................................. 4
2.2 Perubahan yang terjadi pada masa remaja .......................................... 4
2.3 Penyimpangan Perilaku pada Remaja ....................................................... 6
2.4 Konsep Remaja Sehat .................................................................................. 24
2.5 Program pemerintah untuk remaja .......................................................... 27
2.6 Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Remaja ............... 30
2.7 Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja ......... 37

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 152


3.1 Kesimpulan ...................................................... Error! Bookmark not defined.52
3.2 Saran .................................................................... 5Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 355


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Remaja merupakan salah satu asset bangsa yang harus dijaga betul-betul,
karena merekalah yang akan menjadi penerus bangsa ini. Masa remaja
merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai
dan stress (Storm and Stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas
untuk menetukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi
seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak
terbimbing maka ia bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan
baik.

Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang rawan. Masalah yang


paling banyak ditemukan : kehamilan, penyalahgunaan obat dan alkohol,
kecelakaan, bunuh diri, penyakit karena hubungan sex ( Lancaster, 1996). Di
Indonesia, masalah remaja : penyalahgunaan obat dan alkohol, kehamilan,
perilaku kekerasan dan malnutrisi.

Oleh karena itu diharapkan keperawatan kesehatan komunitas ini yang


merupakan sebuah pelayanan kesehatan yang memfasilitasi berbagai masalah
pada komunitas, dapat memberikan dukungan peran kepada masyarakat secara
aktif yang bersifat promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative dan juga
terhadap kelompok remaja dengan berbagai permasalahannya.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada kelompok remaja.

1.3 Tujuan

1. Menentukan konsep asuhan keperawatan komunitas pada kelompok remaja

53
2. Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus yaitu
remaja

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang definisi remaja.


2. Mahasiswa mengerti dan memahami perubahan dan perkembangan yang
terjadi pada masa remaja.
3. Mahasiswa mengerti dan memahami perilaku menyimpang pada remaja.
4. Mahasiswa mengerti dan memahami konsep remaja sehat.
5. Mahasiswa mengerti dan memahami mengenai program pemerintah untuk
remaja.
6. Mahasiswa mengerti dan memahami asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok remaja.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun.

Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong

dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya jika usia sudah bukan lagi

remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap

dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase anak


dan dewasa yag ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif dan emosi.
Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang berubah sesuai
perkembangan zaman. Ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia
remaja putri mendapatkan haid pertama semakin berkurang dari 17,5 tahun
menjadi 12 tahun, demikina pula remaja pria. Kebanyakan orang
menggolongkan remaja dari usia 12 tahun – 24 tahun dan beberapa literature
yang menyebutkan 15 -24 tahun. Hal yang terpenting adalah seseorang
mengalami perubahan pesat dalam hidupnya di berbagai aspek (Effendi, Ferry,
& Makfudhli, 2009)

2.2 Perubahan yang terjadi pada masa remaja

Menurut (Depkes, 2010), Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada


masa remaja antara lain:
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik dan psikologis remaja oleh adanya perubahan
hormonal. Hormone yang dihasilkan oleh kelnjar endokrin yang dikontrol
oleh sususnan saraf pusat, khususnya hipotalamus. Beberapa jenis hormone
yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah hormon

53
pertumbuhan (Growth hormone), hormone gonadotropik, esterogen ,
progesterone serta testosterone.

a. Percepatan berat badan dan tinggi badan


Selama 1 tahun pertumbuhan tinggi badan laki-laki dan perempuan
rata-rata meningkat 3,5- 4,1 inchi. Berat badan juga meningkat karena
ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada
perempuan.

b. Perkembangan karakteristik seks sekunder


Karakteristik sekunder pada perempuan meliputi pertumbuhan bulu
rambut pada pubis, pertumbuhan rambut di ketiak, serta menarche atau
menstruasi pertama.
Sedangkan pada laki-laki terjadi pertumbuhan penis, pembesaran
skrotum, perubahan suara, pertumbuhan kumis dan jenggot,
meningkatnya timbunan lemak, dan meningkatnya aktivitas kelenjar
sehingga menimbulkan jerawat.

c. Perubahan bentuk tubuh


Pada laki-laki terjadi perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada
yang membesar dan membidang, serta jakun lebih menonjol.
Sedangkan pada perempuan, pinggul dan payudara membesar, serta
keadaan putting susu yang lebih menonjol.

d. Perkembangan otak
Pada masa remaja awal sampai akhir, otak nelum sepenuhnya
berkembang secara sempurna, sehingga pada masa ini kemampuan
pengendalian emosi dan mental masih belum stabil.

2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan
tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks
dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga
mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.

3. Perkembang Psikososial
Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai
dengan perubahan dalam cara melihat diriny sendiri. Sebagai remaja
dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan
merasa alebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan
abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri
dan berprilaku menurut cara mereka.
Transisional social yang dialami oleh remaja ditunjukkan dengan
adanya perubahan hubungan social. Salah satu hal yang pernting dalan
perubahan social pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk
berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab
dengan lawan jenis.

2.3 Penyimpangan Perilaku pada Remaja


1. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah perilaku yang melampaui batas toleransi
orang lain dan lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan perbuatan
yang melanggar hak azasi manusia sampai melanggar hukum. (Depkes,
2010)

Berdasarkan bentuknya, Sartono (1985) membagi kenakalan remaja


ke dalam tingkatan sebagai berikut:

53
a. Kenakalan biasa, seperti berkelahi, membolos sekolah, pergi dari
rumah tanpa pamit dan berkelahi dengan teman.
b. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti:
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin,
mencuri dan kebut-kebutan.
c. Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan obat, hubungan seks di luar
nikah, pemerkosaan, kasus pembunuhan dan menggugurkan
kandungan.

2. Penyimpangan Perilaku Seksual


Menurut Depkes (2010), mengartikan perilaku seksual sebagai

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis

maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat

beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, bercumbu dan

bersenggama. Objek seksualnya dapat berupa orang ( baik sejenis maupun

lawan jenis), orang dalam khayalan atau diri sendiri.

Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga


dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran
seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai
dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual
secara tidak wajar.
Menurut Junaedi (2010), penyimpangan seksual kadang disertai
dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang
diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin
heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang
belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku
seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
Kalau menurut Abdullah (2008), Penyimpangan seksual adalah
aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan
kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang
digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
wajar.
Sedangkan menurut Farhan (2002) yang dimaksud penyimpangan
seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang
menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat.
Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau
fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat
relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang
sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan
norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima
secara umum.
Faktor-faktor penyebab penyimpangan seksual ini antara lain:
a. Meningkatnya libido seksualitas
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat
seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasyrat seksual ini
membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
b. Penundaan usia perkawinan
Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya
penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya
undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia
menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria),
maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut
persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
c. Tabu-larangan
Tabu-tabu ini jadinya mempersulit komunikasi. Sulitnya
komunikasi, khususnya dengan orang tua, pada akhirnya akan
menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan.
d. Kurangnya informasi tentang seks
Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa
pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan

53
pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah,
akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah.
Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks
dengan anaknya dan hubungan orang tua-anak sudah terlanjur jauh
sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat,
khususnya teman.
e. Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya
dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya di kota-kota besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari
adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan
wanita dalam masyarakat sebagai akhibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan
pria (Sarwono, 2002).

Adapun macam-macam penyimpangan seksual, diantaranya:


a. Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum
(tidak khusus remaja), menurut Sarwono (2002) terdiri dari 4
kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa
subkelompok yaitu sebagai berikut:
1) Gangguan identitas jenis
Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian
antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri
seseorang. Jadi seorang yang beralat kelamin laki-laki merasa
dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang
menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian,
mainan kegemarannya), ucapan maupun objek seksualnya:
a) Transeksualisme
Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini
dinamakan transeksualisme. Minat seksual kaum transeksual
ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual,
walaupun mereka tidak mau disebut sebagai homoseks),
tetapi juga yang melaporkan pernah mengalami hubungan
heteroseksual dan beberapa di antara mereka dilaporkan
aseksual (tidak berminat pada seks).
b) Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak
Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul
sejak masa kanak-kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang
hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja.
c) Gangguan identitas jenis tidak khas
Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda
transeksualisme, akan tetapi ada perasaan-perasaan tertentu
yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak
mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi
penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau jijik
pada penisnya sendiri (pada pria).
2) Parafilia
Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali
menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga
khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita
untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.
Dapat dilihat dari tiga kategori :
a) Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:
 Masochisme : Mendapatkan kegairahan seksual melalui
cara dihina, dipukul atau penderitaan lainnya
 Sadisme : Mencapai kepuasan seksual dengan cara
menimbulkan penderitaan psikologik atau fisik (bisa
berakhibat cidera ringan sampai kematian) pada
pasangan seksnya.
 Eksibitionisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan
memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain.
 Scoptophilia : Mendapatkan kepuasan seks dari melihat
aktivitas seksual.

53
 Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan
melihat orang telanjang.
 Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan
memakai pakaian dari lawan jenisnya.
 Sodomi : Mendapatkan kepuasan seks dengan
melakukan hubungan seksual melalui anus
 Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari
aplikasi mulut pada genitilia partnernya

b) Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang


 Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks
dari hubungan dengan anak-anak.
 Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan
dengan binatang
 Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat
aktivitas seksual dari binatang
 Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan
melihat mayat, coitus dengan mayat.
 Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan
melihat gambar porno lebih terpenuhi dibandingkan
dengan hubungan seksual yang normal.
 Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui
pakaian dalam lawan jenis.
 Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba
orang yang disenangi dan biasanya orang tersebut tidak
mengetahuinya.
 Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua
orang yang masih satu darah.
 Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada
kotoran, faeces dan urine.
 Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan
merangsang genitalnya sendiri.
c) Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan
dorongan seksual :
 Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai
keinginan seks yang luar biasa atau yang harus terpenuhi
tanpa melihat akibatnya.
 Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari
seorang lelaki.
 Promiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan
seksual dengan banyak orang.
 Perkosaan : Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara
paksa.

3) Disfungsi Psikoseksual
a) Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat
hambatan pada perubahan psikofisiologik yang biasanya
terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual.
 Hambatan selera seksual
Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama
sekali secara menetap dan meresap.
 Hambatan gairah seksual
Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai
akhir aktivitas seksual (impotensia).
Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk
mencapai atau mempertahankan pelumasan dan
pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah
seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual
(frigiditas).
 Hambatan orgasme wanita

53
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi
orgasme pada wanita setelah terjadi gairah seksual yang
lazim selama aktivitas seksual.
 Hambatan orgasme pria
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi
ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah terjadi fase
gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
 Ejakulasi prematur
Secara berulang-ulang dan menetap terjadi
ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya
pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama
aktivitas seksual.
 Dispareunia fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat
kelamin sewaktu senggama, baik pada pria maupun
wanita.
 Vagina fungsional
Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali
sehingga mengalami senggama.

4) Ganguan seksual pada remaja


Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja
seperti ejakulasi dini atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya
hambatan selera seksual dan hambatan gairah seksual. Libido
seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan seks
seperti vaginismus.
Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat
permanen melainkan bersifat situasional dan belum bisa
dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan kecemasan
dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa
menghambat dorongan seksual karena status yang belum
membolehkan untuk melakukan hubungan seksual.
Adapun akibat dari perilaku seksual menyimpang:
1. Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak
diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan
remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan tindakan
aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum ramuan atau
jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan
cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang diberikan dokter
atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan perdarahan, infeksi
sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada janin mengalami
kecacatan mental maupun fisikdalam masa pertumbuhannya
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN,
2001).
2. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak
sehat adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga
venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno.
Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa
juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang
sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini
sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-
beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan (Dianawati,
2006).
3. Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah
munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau
penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases, STD).
Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia kedokteran
adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma akuminata
venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan
AIDS.

53
4. Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan
paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks
menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah:
sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS (Junaedi, 2010).
a) Gonorea
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan
lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang
organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput
lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya.
Bakteri yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus.
b) Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “Raja Singa”. Penyakit
ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan
seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang
tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab
timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum.
c) Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak
lama, ditularkan oleh bangsa yunani, romawi, dan louis XV.
Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus harpes
simpleks.
d) Klamidia
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme
mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim,
rahim, saluran indung telur, dan saluran kencing. Gejala yang
banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya
cairan dari vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas
seperti terbakar ketika kencing.
e) Candida
Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi.
Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun
tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu
pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi.
f) Chancroid
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit
kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah,
bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan kelamin.
g) Granuloma inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh
bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis,
bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan
berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap.
h) Lymphogranuloma venereum
Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus
dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat
berbahaya karena antibiotik tidak dapat menanggulanginya.
i) AIDS
AIDS adalah sebuah singkatan dari “Acquired Immuno
Deficiency” Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang.
j) HIV
HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency
Virus”, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS.
k) ARC
ARC merupakan singkatan dari “AIDS Related Complex”,
menyebabkan timbulnya pembekakan pada kalenjar di sekitar
pangkal paha dan daerah lainnya.
l) Scabies
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut “mite”.
Serangga tersebut dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat
berkembangbiak secara cepat.
m) PID

53
Merupakan singkatan dari “Pelvis Inflammatory Disease”,
yaitu suatu penyakit infeksi sistem saluran reproduksi perempuan,
seperti gonorea atau clamydia.
n) Trichomonas infection
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang
vagina perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan
mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas
pada vagina tersebut.
o) Venereal warts
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat
kelamin seseorang. Pada laki-laki, virus ni menyerang bagian
kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir
vagina dan daerah sekitar anus (perineum) (Dianawati, 2006).

3. Remaja dan NAPZA


Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (Indonesia, 1997).
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA dalam jumlah
berlebihan, secara berkala atau terus-menerus, berlangsung cukup lama
sehingga dapat merugikan kesehatan jasmani, mental dan kehidupan sosial
(Joewana, 2004).
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus,
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan
kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya
merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologic
terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh
efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda
ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998).
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak
pada para pengguna NAPZA, dilihat dari :

a. Ciri-ciri Umum
1) Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
2) Sulit diajak bicara
3) Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga
4) Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
5) Mudah tersinggung
6) Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari
b. Perubahan Fisik dan Lingkungan
1) Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk
2) Mata merah dan berair
3) Hidung berair atau seperti pilek
4) Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
5) Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci
6) Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal
7) Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di
kamar atau di dalam tas
8) Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh
9) Sering kehilangan uang atau barang di rumah
10) Mengabaikan kebersihan diri
c. Perubahan Perilaku Sosial
1) Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang
lain
2) Berbohong atau memanipulasi keadaan
3) Kurang disiplin
4) Bengong atau linglung
5) Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
6) Mengabaikan kegiatan ibadah
7) Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
8) Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau
tempat-tempat tertutup

53
d. Perubahan Psikologis
1) Mudah tersinggung
2) Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
3) Malas melakukan aktivitas sehari-hari
4) Sulit berkonsentrasi
5) Tidak memiliki tanggung jawab
6) Emosi tidak terkendali
7) Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada
8) Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
9) Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan

UPAYA PENANGGULANGAN
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

a. Upaya preventif dapat dilakukan diberbagai lingkungan seperti


lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyaakt dan
pemerintah. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui :
1) Perlu penanaman nilai-nilai agama pada diri remaja.
2) Orang tua harus menciptakan kehidupan beragama dalam rumah
tangga dengan suasana yang harmonis yang penuh dengan rasa
kasih sayang antara ayah, ibu dan anak.
3) Bapak dan ibu guru harus menciptakan lingkungan sekolah yang
bersih dan kondusif bagi anak didiknya dengan menerapkan tata
tertib sekolah, pengawasan dan koordinasi dengan orang tua/ wali
dan masyarakat sekitar.
4) Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pengusaha menciptakan
lingkungan sosial yang sehat bagi perkembangan anak/ remaja
melalui pengawasan lingkungan yang berkelanjutan.
5) Perlu adanya peran pemerintah yang super aktif dalam upaya
menciptakan bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari NAPZA.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mendirikan lembaga
infra dan suprastruktur yang memiliki fungsi pengawasan,
melakukan sosialisasi secara terprogram, memberikan contoh
keteladan yang baik kepada masyarakat, menciptakan aturan
hukum sebagai pedoman bagi masyarakat dan aparat dalam
berperilaku dan nelakukan hubungan kerjasama baik bilateral
mapun multilateral dalam hal upaya penanggulangan peredaran
NAPZA.
b. Tindakkan Hukum
Dukungan semua pihak dalam pemberlakuan Undang-Undang
dan peraturan disertai tindakkan nyata demi keselamatan generasi
muda penerus dan pewaris bangsa. Sayangnya KUHP belum
mengatur tentang penyalahgunaan narkoba, kecuali UU No :5/1997
tentang Psikotropika dan UU no: 22/1997 tentang Narkotika.

UPAYA PEMULIHAN

Upaya pemulihan yang sesungguhnya adalah dengan


merubah gaya hidup dan sikap pada seorang pecandu secara
mendasar, yaitu pola pikir dan perilaku adiktif yang
menyebabkannya kecanduan narkoba (Martono, 2006)

a. Pengobatan
Terapi pengobatan yang dilakukan untuk pasien NAPZA
misal dengan detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk
mengurangi atau menghentikan gejala putus zat dengan dua
cara:
1) Detoksifikasi tanpa substitusi
Klien hanya dibiatkan saja sampai gejala putus zat
tersebut berhenti sendiri. Klien yang ketergantungan tidak
diberikan obat untuk menghilangkan gejala putus obat
tersebut.
2) Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan
jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon.

53
Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat
dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian
substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara
bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan
gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri,
rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan
secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis,
psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang
menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial,
dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA
menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik
selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program
pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka
yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya
yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003)
Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami
perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi dan
dilanjutkan dengan

pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut


akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi,
dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di
unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh menurut medis
bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2
tahun.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah
selesai menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi
kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu
(craving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi (Depkes, 2001).

c. Jenis program rehabilitasi:


a) Rehabilitasi psikososial
Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan
untuk kembali ke masyarakat (reentry program). Oleh karena
itu, klien perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan
keterampilan misalnya dengan berbagai kursus atau balai
latihan kerja di pusat-pusat rehabilitasi. Dengan demikian
diharapkan bila klien selesai menjalani program rehabilitasi
dapat melanjutkan kembali sekolah/kuliah atau bekerja.
b) Rehabilitasi kejiwaan
Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien
rehabilitasi yang semua berperilaku maladaptif berubah
menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan
antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat
bersosialisasi dengan sesama rekannya maupun personil yang
membimbing dan mengasuhnya.
Meskipun sudah menjalani terapi detoksifikasi,
seringkali perilaku maladaptif tadi belum hilang, keinginan
untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih
sering muncul, juga keluhan lain seperti kecemasan dan
depresi serta tidak dapat tidur (insomnia) merupakan keluhan
yang sering disampaikan ketika melakukan konsultasi dengan
psikiater. Oleh karena itu, terapi psikofarmaka masih dapat
dilanjutkan, dengan catatan jenis obat psikofarmaka yang
diberikan tidak bersifat adiktif (menimbulkan ketagihan) dan

53
tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam rehabilitasi
kejiwaan ini yang penting adalah psikoterapi baik secara
individual maupun secara kelompok.
Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah
psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai
rehabilitasi keluarga terutama keluarga brokenhome. Gerber
(1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan jka konsultasi
keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami
aspek-aspek kepribadian anaknya yang mengalami
penyalahgunaan NAPZA.

c) Rehabilitasi komunitas
Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka
yang tinggal dalam satu tempat. Dipimpin oleh seorang
mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai
konselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tenaga
profesional hanya sebagai konsultan saja. Di sini klien dilatih
keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara efektif
dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi
keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan
mencegah relaps.
Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam
proses terapi. Mereka bebas menyatakan perasaan dan
perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain.

d) Rehabilitasi keagamaan
Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan
karena waktu detoksifikasi tidaklah cukup untuk memulihkan
klien rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya masing-masing. Pendalaman,
penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini
dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada diri
seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal
mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA.

2.4 Konsep Remaja Sehat

Menurut Lautel dan Klatell tahun 1991, Konsep diri mempengaruhi


kesehatan mental dan bahkan perkembangan kepribadian remaja. Untuk
membina konsep diri yang sehat (positif), remaja perlu menilai diri sendiri.
Candles pada tahun 1972 mengemukakan bahwa ramaja yang memiliki
penilaian diri sendiri, menapakkan hidup bahagia karena dapat menerima
keberadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya. Mereka dapat menyadari
bahwa mereka bukanlah individu yang sempurna, dan dapat menerima
kegagalan dan memahami kegagalan tersebut sebagai jalan untuk sukses, bukan
sebagi kebodohan.
Mc Candles mengemukakan konsep diri remaja sebagai berikut :
1. Tepat dan sama.
Konsep Diri remaja tepat dan sama dengan kenyataan pada diri remaja
tersebut, contohnya adalah remaja merasa dirinya mampu berprestasi di
sekolah, kenyataannya memang dia berpretasi di sekolah, atau seorang
remaja laki-laki mampu memerankan diri dengan baik dalam penampilan
dan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki.
2. Fleksibel.
Konsep Diri remaja yang sehat ditandai oleh fleksibel atau keluwesan
remaja dalam menjalankan peran dalam masyarakat. Contohnya sebagai
siswa di sekolah tugasnya adalah belajar, sedangkan dirumah tugasnya
sebagai seorang kakak mengasuh adik dan membantu keluarga. Remaja ini
mudah berubah pendapat, sulit dipercaya dan tidak tegas dalam menentukan
jalan hidupnya.
3. Kontrol diri.
Konsep diri remaja yang sehat mampu mengatur hidupnya sendiri sesuai
standar tingkah laku dirinya sendiri, bukan di atur oleh orang lain. Remaja
ini mudah menyesuaikan diri dengan standar tingkah laku yang dituntut
lingkungan, mudah memotivasi diri untuk mencapai tujuan hidup.

53
Rini (2004) konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa
pertumbuhan seorang manusia sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan,
pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua
dari lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai
siapa dirinya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.
Tanda-tanda remaja yang memiliki konsep diri yang positif adalah:
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini
mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya
bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak
sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang
lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima
pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh
masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu
untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang
lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima
di lingkungannya.

Menurut Gunarsa (2008), berikut adalah beberapa tugas perkembangan bagi


remaja :
1. Menerima keadaan fisiknya
Pada masa ini remaja mengalami berbagai macam perubaha fisik.
Perbedaan antara harapan remaja maupun harapan lingkungan dengan
keadaan fisik remaja, menimbulkan masalah bagi remaja, sehingga sulit
baginya untuk menerima keadaan.
2. Memperoleh kebebasan emosional
3. Mampu bergaul
Dalam usaha memperluas pergaulan, remaja sering menghadapi
berbagai macam keadaan, mengalami pengaruh lingkungan baik yang
mengarahkan maupun mengombangambingkannya. Pada masa remaja
bekal pegangan hidup dari orangtua sering dianggapnya kadaluarsa.
Dalam kekosongan ini remaja mudah terombang-ambing, tidak tahu
tempatnya, tidak dapat menempatkan dirinya sehingga perlu
melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya.
4. Menemukan mode untuk identifikasi
Remaja pada masa ini sedang merenggangkan diri dari ikatan emosional
dengan orangtuanya. Mereka sedang membongkar landasan hidup, yang
sudah diletakkan orangtuanya sepanjang masa anak. Menurut E.H.
Erikson, pada masa ini remaja harus menemukan identitas diri. Ia harus
memiliki gaya hidup sendiri, yang bisa dikenal dan ajek walaupun
berbagai macam perubahan.
5. Mengetahui dan menerima kemampuan diri
Pada masa ini, terlihat juga perubahan dalam cara berpikir remaja yang
menunjukkan bertambahnya minat terhadap peristiwa yang tidak
langsung dan hal-hal yang tidak konkrit. Pikirannya menjangkau ke
masa depan. Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja cenderung
berpikir tentang kemugkinan-kemungkinan, sehingga sering
menghadapi kenyataan yang berbeda atau bertentangan dengan
kemungkinan yang dipikirkannya.
6. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Remaja sangat muda terpengaruh oleh lingkungan luar dan dalam.
Lingkungan luar dan perngaruhnya kadang perlu dihambat dan dicegah
supaya tidak terlalu besar perangsangannya terutama yang bersifat

53
negatif. Lingkungan dalam remaja penuh gejolak perasaan, keinginan,
dan dorongan yang bisa tersalur dalam perilakunya.
Menurut G. Konopka, masa remaja merupakan fase yang paling penting
dalam pembentukan nilai. Pembentukan nilai remaja merupakan suatu
proses emosional dan intelektual yang sangat dipengaruhi oleh interaksi
sosial. Lingkungan sosial merupakan sumber keterangan utama dari arti
dan nilai-nilai.
7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan
Seorang anak masih bersifat egosentris. Segala hal dipandang melalui
sudut pandangnya sendiri, terpusat pada keinginan dan kebutuhan
sendiri. Reaksi dan tingkahlakunya sangat dipengaruhi oleh emosi dan
kebutuhannya, sehingga sulit menangguhkan terpenuhinya suatu
kebutuhan tertentu. Sebaiknya, seorang remaja diharapkan bisa
meninggalkan kecenderungan, keinginan untuk menang sendiri.

2.5 Program pemerintah untuk remaja

Salah satu upaya pemerintah dalam menangani permasalahan remaja adalah


dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
Program ini dapat dilaksanakan di Puskesmas,Rumah Sakit atau sentra-sentra
dimana remaja berkumpul seperti mall (Depkes,2005).

Dalam pelaksanaan PKPR di Puskesmas, remaja diberikan pelayanan


khusus melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan keinginan, selera
dan kebutuhan remaja. Secara khusus, tujuan dari program PKPR adalah
meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas,
meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja
dalam pencegahan masalah kesehatan dan meningkatkan keterlibatan remaja
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.
Salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap kesehatan remaja terlihat dari
dicanangkannya pembentukan PKPR di tingkat Puskesmas pada tahun 2003
yang diadopsi dari WHO (World Health Organization).
Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu
remaja sagar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan
reproduksi sehat dan bertanggungjawab, melalui advokasi, ppromosi, KIE,
konseling dan pelayanan pada remaja yang memiliki masalah khusus serta
dukungan pada kegiatan remaja yang bersifat positif.

Sasaran program kesehatan reproduksi remaja adalah supaya seluruh remaja


dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku
kesehatan reproduksi sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga
berkualitas pada tahun 2015.

Pokok-pokok program

1. Prorgam promosi kesehatan reproduksi remaja


Program tersebut bertujuan agar remaja mendapatkan dukungan secara legal
dalam hal peningkatan derajat kesehatan reproduksinya. Pokok yang akan
dilakukan adalah:
a. Pengkajian undang-undang yang tidak sejalan dengan upaya
peningkatan derajat kesehatan reproduksi remaja.
b. Pengkajian kebijakan-kebijakan yang menghambat peningkatan derajat
kesehatan reproduksi remaja.
c. Pengembangan peraturan perundang-undangan yang mendukung
peningkatan derajat kesehatan reproduksi remaja.
2. Program advokasi kesehatan reproduksi remaja
Bertujuan untuk memperoleh dukungan dalam kegiatan sosialisasi dan
operasionalisasi kesehatan reproduksi remaja dari pihak pemerintah,
LSM/LSOM, swasta, dan tokoh-tokoh politik serta tokoh masyarakat.
Pokok yang dilakukan adalah:
a. Advokasi terhadap sektor pemerintahan terkait.
b. Advokasi terhadap LSM/LSOM.
c. Advokasi terhadap swasta/perusahaan tempat bekerja.

53
d. Advokasi terhadap para tokoh politik,tokoh agama, dan tokoh
masyarakat.
3. Program KIE kesehatan reproduksi remaja
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja dan
orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.
Disamping itu juga bertujuan untuk memotivasi remaja agar akses terhadap
tempat-tempat pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang tersedia. Pokok
yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan pedoman pelaksanaan KKR.
b. Pengembangan materi dan media KIE KKR.
c. Penyebarluasan materi KIE KKR.
d. Pelatihan dan orientasi bagi fasilitator KKR.
e. Penyuluhan dan orientasi KKR bagi remaja dan orang tua melalui
sekolah, kelompok yang ada padamasyarakat serta di tempat kerja.
f. Penyuluhan KKR bagi calon pengantin.
g. KIE KKR melalui media massa.
h. Pembinaan bagi pengelola KIE KKR.
4. Program konseling KKR
Bertujuan untuk membantu remaja dalam pemecahan berbagai masalah
yang dihadapi, khususnya yang terkait dengan masalah kesehatan
reproduksi. Pusat konseling disesuaikan dengan kondisi daerahmasing-
masing. Upaya pokok yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan (prosedur kerja).
b. Pengembangan model pelayanan konseling.
c. Pengembangan pedoman pelaksanaan.
d. Pengembangan materi dan media konseling.
e. Penyebarluasan materi konseling.
f. Pelatihan metode konseling KRR bagi konselor.
g. Pelatihan metode (KIP/K) KRR bagi mereka yang dinilai mampu, misal
bidan di desa atau petugas lapangan KB.
h. Pengembangan pusat konseling remaja.
i. Pengembangan sistem rujukan konseling.
j. Pembinaan bagi pengelola pusat konseling remaja.
5. Program dukunagn pelayanan bagi remaja yang memiliki masalah khusus.
Dengan sasaran khusus yaitu remaja yang memiliki masalah-masalah
kesehatan reproduksi dan sudah tidak bbisa ditangani lagi melalui pelayanan
KIE dan konseling. Sebagai contoh, remaja yang sudahaktif secara seksual,
remaja yang mengalami kehamian yang takj diinginkan, dan remaja yang
kecanduan narkoba. Pada remaja-remaja tersebut diperlukan dukungan
srana pelayanan khusus yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Upaya
yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan pedoman bagi para pengelola tentang penanganan
remaja dengan masalah khusus.
b. Peningkatan dukungan bagi LSOM dan swasta yang memiliki program
bagi remaja yang memiliki maslaah khusus.
c. Pengembangan jaringan kerja dalam membantu remaja yang memiliki
masalah khusus.
6. Program dukungan bagi kegiatan remaja yang positif
7. Diarahkan untuk memfasilitasi berbaai kegiatan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi remaja. Adapun upaya yang akan dilakukan adlah:
a. Dukungan materi KKR, baik berupa buku, poster, kaset dan video yang
berisi tentang informasi kesehatan reproduksi remaja.
b. Dukungan penyelenggaraan kegiatan remaja baik di sekolah,
masyarakat maupun di tempat kerja.

2.6 Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Remaja

A. Pengkajian
1. Data Inti
a) Sejarah
Mengkaji tentang berapa lama remaja tinggal di wilayah tersebut,
dan sejak kapan remaja tinggal. Apakah remaja merupakan
penduduk asli, musiman, atau pendatang. Juga menjelaskan dengan
siapa remaja tinggal dan menetap.
b) Demografi

53
Mengkaji karakteristik remaja seperti apa yang banyak ditemukan,
rentang usia remaja terbanyak, perbandingan jumlah antara remaja
perempuan dan laki-laki. Juga mengkaji tentang piramida penduduk
di wilayah tersebut.
c) Vital statistic
Mengkaji tentang banyaknya mortalitas dan morbiditas pada remaja
serta penyebabnya, jenis penyakit yang sering diderita oleh para
remaja.
d) Etnis
Mengkaji tentang berbagai macam suku dan etnis remaja yang
dijumpai. Bagaimana sikap remaja dengan adanya perbedaan etnis
di kalangannya?
e) Nilai dan keyakinan
Pada masa remaja, seseorang sering kali meyakini bahwa diri
mereka unik dan tidak dipengaruhi oleh hukum alam, keyakinan ini
disebut “personal fable”. Remaja juga bersifat ambivalen yaitu
mereka menginginkan kebebasan tapi takut untuk bertanggung
jawab atas apa yang mereka lakukan. Remaja juga meyakini bahwa
teman-teman sebayanya dapat menjadi sumber informasi dalam
segala hal. Dalam masa ini mulai terjadi perubahan nilai, dimana apa
yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi
kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

2. Data Subsistem
a) Lingkungan fisik
Mengkaji keadaan lingkungan atau kondisi geografis, batas wilayah,
peta, iklim, dan kondisi perumahan
b) Pelayanan kesehatan dan sosial
Mengkaji pelayanan kesehatan yang terdapat pada wilayah tersebut.
Mengkaji tentang pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi
remaja ketika sakit ataupun bermasalah dengan kesehatannya.
c) Ekonomi
Mengkaji tentang keadaan perekonomian keluarga remaja.
Mengkaji apakah remaja masih bergantung pada orang tua atau
sudah mandiri dalam hal perekonomian.
d) Keamanan dan transportasi
Mengkaji tentang jenis transportasi yang biasanya digunakan oleh
remaja (pribadi/umum), keamanan remaja dalam berkendara, jenis
kejahatan yang sering terjadi pada remaja di wilayah tersebut.
e) Pemerintahan dan politik
Mengkaji tentang keaktifan remaja dalam organisasi wilayah
setempat, misalnya: karang taruna, remas, dll. Juga mengkaji
tentang kebijakan pemerintah/ program pemerintah untuk remaja di
wilayah tersebut.
f) Komunikasi
Mengkaji tentang cara memberikan informasi oleh remaja terhadap
orang lain, baik teman sebaya, keluarga, atau masyarakat lain. Alat
yang digunakan oleh remaja dalam penyampaian informasi.
g) Pendidikan
Mengkaji tentang berbagai jenis institusi pendidikan yang ada untuk
remaja, serta ketersediaan program UKS. Juga mengkaji tentang
pendidikan remaja di wilayah tersebut.
h) Rekreasi
Mengkaji tentang dimana remaja bermain? Apa bentuk umum dari
rekreasi? Siapa yang berperan serta? Apa fasilitas rekreasi yang
ditemukan?

3. Persepsi
a) Persepsi penduduk
Mengkaji tentang pendapat penduduk setempat mengenai remaja
yang ada di wilayah tersebut.
b) Persepsi perawat
Mengkaji tentang pendapat perawat mengenai remaja yang ada di
wilayah tersebut.

53
B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat. Tujuan analisa data;
a) Menetapkan kebutuhan komunitas
b) Menetapkan kekuatan
c) Mengidentifikasi pola respon komunitas
d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

C. Prioritas Masalah
Masalah Perhatian Poin Prevalensi Tingkat Kemungkinan untuk
Masyarakat Bahaya dikelola

Skor 1 : rendah 1 : rendah 1 : rendah 1 : rendah


2 : sedang 2 : sedang 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi 3 : tinggi 3 : tinggi
4 : sangat tinggi 4 : sangat tinggi 4 : sangat tinggi 4 : sangat tinggi

TOTAL: perhatian masyarakat x poin prevalensi x tingkat bahaya x


kemungkinan untuk dikelola

D. Diagnosa Keperawatan
Anderson dan Mc Farlane (1996) menggunakan teori Neuman dari
komunitas dan mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan system
penggabungan penarikan kesimpulan. Pada system ini mereka
menggunakan logika berfikir atau penarikan kesimpulan untuk
menggambarkan masalah, menjelaskan factor etiologi serta identifikasi
tanda dan gejala yang menjadi karakteristik masalah. Tanda dan gejala dari
diagnosis keperawatan kesehatan komunitas adalah pernyataan kesimpulan
yang menjelaskan durasi atau besarnya masalah. Untuk menentukan
masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a) Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
b) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi
perilaku dengan lingkungan.
c) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan yang bisa
ditegakkan pada adolesens, yaitu :
1) Risiko cedera yang berhubungan dengan:
a. Pilihan gaya hidup
b. Penggunaan alcohol, rokok dan obat
c. Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi
d. Aktivitas seksual
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
a. Aktivitas seksual
b. Malnutrisi
c. Kerusakan imunitas
3) Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan:
a. Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan
b. Melewati waktu makan; ikut mode makanan
c. Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah atau
mesin penjual makanan
d. Kemiskinan
e. Efek penggunaan alcohol atau obat
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan:
a. Tidak berpengalaman dengan peralatan rekreasional yang tidak
dikenal
b. Kurang informasi tentang kurikulum sekolah

53
5) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan:
a. Perasaan negative tentang tubuh
b. Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan
adolesens

E. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan


Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi:
perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.

Masalah kesehatan adolesens Intervensi promosi kesehatan


1. Cedera tidak disengaja - Anjurkan adolesens untuk
mengikuti program pendidikan
mengemudi dan menggunakan
sabuk keselamatan
- Informasikan adolesens
tentang risiko yang berkaitan
dengan minum dan berkendaraan;
penggunaan obat
- Tingkatkan penggunaan
helm oleh adolesens yang
menggunakan kendaraan bermotor
- Yakinkan adolesens
mendapatkan orientasi yang tepat
untuk penggunaan semua alat
olahraga
2. Penggunaan zat - Periksa penggunaan zat,
seperti alcohol, rokok dan obat-
obatan serta informasikan risiko
penggunaannya
3. Bunuh diri - Berikan informasi tentang
bunuh diri
- Ajarkan metode untuk
bertemu dengan sebaya yang
mencoba bunuh diri
4. Penyakit menular seksual - Berikan adolesens informasi
mengenai penyakit, bentuk
penularan, dan gejala yang
berhubungan
- Dorong pantangan terhadap
aktivitas seksual; atau bila aktif
seksual, tentang penggunaan
kondom
- Berikan informasi akurat
tentang konsekuensi aktivitas
seksual

F. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer dkk, 1996). Tahap
implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
rencana strategi untuk membantu komunitas untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
komunitas.
Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencangkup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan
baik, jika komunitas mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
implementasi tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan perawat

53
terus melakukan pengumpulan data memilih tindakan keperawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan komunitas.
Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :
a) Berdasarkan respon masyarakat.
b) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri
serta lingkungannya.
d) Bekerja sama dengan profesi lain.
e) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
f) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan.

G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses
dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

2.7 Kasus Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja

KASUS (kasus semu)

Di SMA LKMD Laha

Pengkajian :

1) Pengkajian Data Umum


Berdasarkan data pengkajian Keperawatan Komunitas di SMA
LKMD kelas 2 pada tanggal 30 November 2019 diperoleh data sebagai
berikut:

1.2 Proporsi jumlah anak di kelas


jenis kelamin
Jenis Kelamin

40%

60% Laki-Laki
Perempuan

Gambar 1.1 Proporsi Anak Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin di


SMA LKMD kelas 2

1.3 Proporsi jumlah anak usia remaja di SMA LKMD berdasarkan


pengetahuan tentang penyalahgunaan NAPZA

Tingkat Pengetahuan
Penyalahgunaan NAPZA

17%

Kurang
27% 56%
Cukup
Baik

Gambar 1.3 Proporsi Anak Remaja Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Penyalahgunaan NAPZA di SMA LKMD Laha

1.4 Proporsi jumlah anak usia remaja di SMA LKMD berdasarkan


pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.

53
Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi

27%
43% Kurang
Cukup
30% Baik

Gambar 1.4 Proporsi Anak Remaja Berdasarkan Tingkat


Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di SMA
LKMD Laha
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS SMA LKMD

1. Analisa Data
Tabel 2.1 Analisa data asuhan keperawatan komunitas di SMA LKMD
Data Subyektif Data Obyektif Masalah Keperawatan
1. Sebagian besar remaja mengatakan mengisi waktu 1. Dari 20 anak usia remaja di SMA Perilaku kesehatan
luangnya dengan bermain gadget dan nongkrong LKMD hanya 11 remaja yang mengaji di cenderung beresiko pada
dengan teman sebaya. musholla setempat. anak usia remaja di SMA
2. Sebagian remaja mengatakan mereka suka 2. Pada jam-jam tertentu warnet selalu LKMD
bermain di warnet bisa mengganggu waktu ramai dikunjungi oleh anak usia remaja.
belajarnya Berdasarkan pengkajian sebelumnya 30
3. Sebagian remaja tidak mengerti tentang remaja mempunyai pengetahuan tentang
penyalahgunaan NAPZA dan kesehatan penyalahgunaan NAPZA kurang.
reproduksi remaja. Berdasarkan pengkajian sebelumnya 30
remaja mempunyai pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi kurang.
3. Orang tua membiarkan anak
mengkonsumsi makanan siap saji.
2. Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, dilaporkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2 Penapisan masalah asuhan keperawatan komunitas SMA LKMD


Diagnosa keperawatan pada Pentingnya penyelesaian Perubahan positif untuk Penyelesaian untuk
agregat usia remaja masalah penyelesaian di komunitas peningkatan kualitas hidup
1 : rendah 0 : tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang 1 : rendah 1 : rendah Total Score
3 : tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi
Perilaku kesehatan 3 3 3 9
cenderung beresiko pada
anak usia remaja di SMA
LKMD

3. Diagnosa Keperawatan

Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada anak usia remaja di SMA LKMD

53
Intervensi Keperawatan untuk Anak Usia Remaja

di SMA LKMD

Dari hasil analisa data yang telah dilakukan, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas.
Adapun perencanaan yang akan kami laksanakan adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1 Intervensi kperawatan asuhan keperawatan komunitas SMA LKMD


Diagnosa Keperawatan Rencana NOC NIC
Kegiatan
Perilaku kesehatan Prevensi 1. Kontrol risiko penggunaan tembakau Pendidikan kesehatan (5510)
cenderung beresiko pada Primer (1906) 1. Targetkan sasaran pada kelompok beresiko
a. Mengetahui efek ketergantungan rokok tinggi dan rentang usia yang akan mendapat
anak usia remaja di SMA (3) manfaat besar dari pendidikan kesehatan.
LKMD b. Mengidentifikasi faktor risiko 2. Identifikasi faktor internal maupun eksternal
penggunaan rokok (3) yang dapat meningkatkan atau mengurangi
c. Mengetahui kerugian personal terkait motivasi untuk berperilaku sehat.
penggunaan rokok (4) 3. Bantu indidividu, keluarga dan masyarakat
d. Mengetahui konsekuensi terkait untuk memperjelas keyakinan dan nilai-nilai
penggunaan rokok (4) kesehatan.
e. Mengenali kemampuan untuk merubah 4. Gunakan peer leaders dalam
perilaku (3) mengimplementasikan program.
5. Berikan ceramah untuk menyampaikan
informasi
6. Diskusi kelompok dan bermain peran.
7. Rencanakan tindak lanjut jangka panjang
untuk memperkuat perilaku kesehatan.
IMPLEMENTASI

Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Respon Paraf


30 Nov 2019 Perilaku 1.Pengkajian S: Remaja
Pukul 14.00 kesehatan pengetahuan remaja mengatakan telah
wit cenderung tentang bahaya napza mengerti mengenai
beresiko pada 2. Beri penjelasan bahaya napza dan
anak usia tentang bahaya napza pencegahannya.
remaja di dan komplikasinya. UKS mengatakan
SMA LKMD 3. Ajarkan kepada akan
pihak UKS cara menanggulangi dan
mengatasi dan mengatasi
mencegah penggunaan penyalahgunaan
napza di sekolah napza di sekolah
4. Beri kesempatan
kepada remaja untuk O: Remaja
bertanya dan ikut serta memahami tentang
dalam bermain peran bahaya napza dan
bahaya napza ikut bermain peran
tentang bahaya
napza
EVALUASI

No. Hari/Tgl Diagnosa Evaluasi Paraf


30 Nov 2019 Perilaku kesehatan cenderung S: Remaja
Pukul 15.00 beresiko pada anak usia remaja mengatakan telah
wit di SMA LKMD mengerti mengenai
bahaya napza dan
pencegahannya.
UKS mengatakan
akan menanggulangi
dan mengatasi
penyalahgunaan
napza di sekolah
O: Remaja
memahami tentang
bahaya napza dan
ikut bermain peran
tentang bahaya
napza
A: Tujuan khusus
tercapai seluruhnya
P: Anjurkan UKS
untuk melakukan
pemantuan terhadap
penyalahgunaan
napza di sekolah

53
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2008.). Diambil kembali dari http://dr-


suparyanto.blogspot.co.id/2010/09/penyimpangan-seksual-sexual-
deviation.html (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016).
BKKBN.(2012). Materi Pegangan Kader Tentang Bimbingan Dan Pembinaan
Keluarga Remaja. Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN
Depkes, T. P. (2010). Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika.
Dianawati, A. (2006). Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
Effendi, Ferry, & Makfudhli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta
: Salemba Medika
Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.
Hawari, D. (2003). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika,
Alkohol dan Zat Aditif). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FK-UI).
Indonesia, D. P. (1997). Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia No. 67 Tahun 1997
Sekretariat Negara.
Joewana, S. (2004). Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif. Jakarta: EGC.
Junaedi, D. (2010). 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka.
Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika
Martono, et. al. (2006). Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka.
RI, D. K. (2005). Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Jakarta.
Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga
Sartono, S. (1985). Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja.
Jakarta: Laporan Penelitian UI.
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Remaja Edisi Enam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Stuart , & Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 alih. Jakarta:
EGC.

53

Anda mungkin juga menyukai