Anda di halaman 1dari 22

ASKEP ATRESIA DUCTUS

HEPATICUS
Kelompol 3
Heni mandasari
Mimi sarita
Novi wulandari
Novita yanti
Ridho hasri ramadhan
Risky perdana
Valentina jessica
Wulan safitri
Defenisi
Atresia bilier adalah penyakit saluran empedu
langka yang hanya menyerang bayi. Saluran
empedu pada hati, disebut juga dengan duktus
hepatikus, berfungsi untuk menghancurkan
lemak, menyerap vitamin larut lemak, serta
membawa racun dan produk sisa keluar tubuh.
Etiologi
Faktor penyebab dari Atresia Bilier ini belum
jelas. Namun, sebagian besar penulis
berpendapat bahwa Atresia Bilier disebabkan
oleh suatu proses inflamasiyang merusak duktus
bilier dan juga akibat dari paparan lingkungan
(disebabkan olehvirus) selama periode
kehamilan dan perinatal (Sodikin, 2011).
Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko seseorang mengalami atresia bilier adalah:
1. Infeksi virus atau bakteri setelah lahir, seperti
cytomegalovirus, retrovirus atau rotavirus.
2. Masalah sistem imun, seperti saat sistem
imun menyerang hati atau saluran empedu
tanpa alasan.
3. Mutasi genetik, yang membuat perubahan
permanen pada struktur genetik.
4. Masalah saat perkembangan hati dan saluran
empedu dalam rahim.
Tanda dan Gejala
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka
lahir. Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu
pertama setelah hidup. Gejala-gejala termasuk:
1. Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat
bilirubin yang sangat tinggi (pigmen empedu) dalam
aliran darah.
2. Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah
umum pada bayi baru lahir. Ini biasanya hilang dalam
minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan. Seorang
bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat
lahir, tapi ikterus berkembang pada dua atau tiga minggu
setelah lahir
3. Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin
(produk pemecahan dari hemoglobin) dalam darah.
Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan dibuang
dalam urin.
4. Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu
atau pewarnaan bilirubin yang masuk ke dalam
usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat
menjadi bengkak akibat pembesaran hati.
5. Penurunan berat badan, berkembang ketika
tingkat ikterus meningkat
6. Degenerasi secara gradual pada liver
menyebabkan jaundice, ikterus, dan
hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa
menyerap lemak dan lemak yang larut dalam air
sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi,
defisiensi lemak larut dalam air serta gagal
tumbuh
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan
timbul gejala berikut:
1. Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan
gagal tumbuh dan malnutrisi.
2. Gatal-gatal
3. Rewel
4. splenomegali menunjukkan sirosis yang
progresif dengan hipertensi portal / Tekanan
darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah
yang mengangkut darah dari lambung, usus
dan limpa ke hati).
Patofisiologi
Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi
berkepanjangan yang menyebabkankerusakan
progresif pada duktus bilier ekstrahepatik
sehingga menyebabkanhambatan aliran empedu,
dan tidak adanya atau kecilnya lumen pada
sebagian ataukeseluruhan traktus bilier
ekstrahepatik juga menyebabkan obstruksi aliran
empedu Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik
akan menimbulkan
hiperbilirubinemiaterkonjugasi yang disertai
bilirubinuria.
Pemeriksaan Fisik
Menurut Sodikin (2011), Secara garis besar
pemeriksaanyang dilakukan untuk mendeteksi
atresia bilier dapat dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Biopsi hatiBiopsi hati dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar sumbatan dari hati
yangdilakukan dengan pengambilan jaringan
hati.
Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
2. Terapi nutrisi
3. Terapi bedah
Komplikasi
1. Kolangitis
2. Hipertensi portal
3. Hepatopulmonary syndrome dan
hipertensi pulmonal
4. Keganasan
5. Hasil setelah gagal operasi Kasai
6. Prognosis
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Perinatal
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
7. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
8. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi
timbulnya penyakit
Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Aktivitas/Istirahat
2. Pola Sirkulasi
3. Pola Eliminasi
4. Pola kognitif dan persepsi sensori
5. Pola konsep diri
6. Pola hubungan-peran
7. Pola seksual-seksualitas
8. Pola seksual-seksualitas
9. Pola seksual-seksualitas
Pemeriksaan Fisik
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu
setelah lahir, yaitu berupa:
1. Air kemih bayi berwarna gelap
2. Tinja berwarna pucat
3. Kulit berwarna kuning
4. Berat badan tidak bertambah atau
penambahan berat badan berlangsung lambat
5. Hati membesar.
6. Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan penyerapan lemak
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan distensi abdomen
Intervensi Keperawatan
Hipertermia berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada
duktusbilier ekstrahepatik, ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, dan pasien
demam

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tujuan: 1. Berikan kompres air biasa pada
setelah dilakukan pemeriksaan keperawatan daerah aksila, kening, leher, dan
1 x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien lipatan paha
akan kembali menjadi normal 2. Pantau suhu minimal setiap 2 jam
Kriteria Hasil: sekali disesuaikan dengan kebutuhan
Nadi dan pernapasan dalam rentang normal 3. Berikan pasien pakaian tipis
Suhu normal 36,50 – 37,50 4. Menipulasi lingkungan menjadi
senyaman mungkin seperti
penggunaan kipas angin atau AC
5. Kolaborasikan pemberian obat anti
piretik sesuai kebutuhan
Implimentasi Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh
berat badan turun dan konjungtiva anemis
1. mengkaji adanya distensi pada abdomen
pasien
2. memantau masukan nutrisi dan frekuensi
muntah
3. menimbang berat badan pasien
4. mengkolaborasikan pemberian diet pada
pasien sedikit namun sering
5. mempertahankan kebersihan oral pasien
sebelum makan
6. mengkonsultasikan dengan ahli diet
sesuai indikasi
7. memberikan diet rendah lemak, tinggi
serat, dan batasi makanan penghasil gas
8. memberikan makanan mengandung
MCT sesuai indikasi
9. memonitor laboratorium untuk kadar
albumin dan protein sesuai program
10.memberikan vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan distensi abdomen ditandai oleh
adanya perasaan sesak pada pasien
1. mengkaji ada tidaknya distensi
abdomen klien
2. mengkaji RR, kedalaman nafas, dan
kerja pernafasan
3. mengawasi leher klien agar tidak
tertekuk atau memosisikan leher klien
semi ekstensi saat istirahat
4. mempersiapkan operasi apabila
diperlukan
Evaluasi
a.Diagnosa 1: Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan
penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun
dan konjungtiva anemis
S: Orang tua pasien mengatakan jika sang anak tidak
mau menghabiskan makanannya
O: BB menurun, Muntah, dan konjungtiva tampak
anemis
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
b. Diagnosa 2: Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan distensi
abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak
pada pasien
S: Orang tua mengeluhkan anaknya sering
sesak
O: adanya sesak nafas, RR: 60 x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Tereima kasih

Anda mungkin juga menyukai