Disusun Oleh :
Kelompok 2
Dosen Pengampu :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah
kamiyang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Remaja”.
Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga
mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
2.3 Permasalahan kesehatan remaja kekeraan dan penggunaan zat terlarang ...6
DAFTAR PUSTAKA…………………………….……………………….......37
Lampiran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang mempunyai peranan yang
vital sebagai generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Menurut WHO
(World Health Organization) (2007) definisi remaja adalah suatu perkembangan
dari munculnya tanda-tanda seks sekunder sehingga tercapainya kematangan
seksual dan reproduksi, serta suatu proses pembentukan mental dan identitas
dewasa serta peralihan dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.
Pada tahun 2010 badan pusat statistik menyatakan bahwa jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa. Jumlah remaja yang berusia 10- 24 tahun
sebanyak 63 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Berdasarkan dari data
statistik tersebut jumlah remaja di Indonesia sangat besar. Disamping itu, remaja
juga mempunyai permasalahan yang kompleks saat remaja sedang mengalami
masa transisi (BPMPKB, 2010).
Masalah umum yang terjadi pada remaja sebagian besar adalah bentuk
perilaku ataupun kebiasaan yang menyimpang baik secara kesehatan, moral
maupun sosial. Bentuk perilaku-perilaku penyimpangan tersebut dapat kita sebut
sebagai kenakalan remaja. Kenakalan remaja mencakup beberapa perilaku yang
menyimpang. Saat ini sering kita lihat banyak remaja melakukan perilaku-
perilaku yang menyimpang baik secara hukum, agama, moral ataupun sosial.
Perilaku-perilaku yang menyimpang tersebut dapat berpengaruh serta berdampak
negatif pada kesehatan remaja (Chandra, 2017). Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis ingin memaparkan lebih lanjut terkait asuhan keperawatan yang dapat
diberikan pada agregat remaja.
1
3. Bagaimana permasalahan kesehatan remaja terkait kekerasan dan
penggunaan zat terlarang ?
4. Bagaimana permasalahan kesehatan remaja terkait seksualitas, penyakit
menular seksual dan kehamilan ?
5. Apasaja faktor resiko permasalahan kesehatan pada Remaja ?
6. Bagaimana proses asuhan keperawatan komunitas pada remaja ?
7. Bagaimana promosi prevensi kesehatan pada remaja ?
8. Bagaimana program kesehatan pada remaja ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Remaja adalah kelompok anak dalam usia pertumbuhan yang sangat labil dan
sangat mudah terombang ambing, yakni dalam pancaroba antara usia 12-20 tahun.
Sikap dan tindakan remaja rata-rata sudah mendekati pola sikap orang dewasa,
walaupun dari sudut perkembangan mental belum sepenuhnya demikian.
Biasanya mereka berharap agar dianggap dewasa oleh masyarakat. Dari sudut
batas usia, golongan remaja tergolong dalam kalangan yang transisional. Artinya,
keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat sementara, karena berada antara
usia kanak-kanak dengan usia dewasa. Sifat sementara dari kedudukannya
mengakibatkan remaja masih mencari identitasnya, karena, oleh anak-anak
mereka sudah dianggap dewasa, sedangkan orang dewasa masih dianggap kecil
(Herlina, 2016).
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
3
e. Berkhayal tentang aktivitas seks.
4
terhadap kontrol orang tua. Remaja pada tahap pertengahan mengalami konflik
utama terhadap kemandirian dan kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar
untuk emansipasi dan pelepasan diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari
orangtua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir (Wulandari,
2014).
5. Hubungan dengan Sebaya
Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan teman
sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang
cepat; pertemanan lebih dekat dengan jenis kelamin yang sama, namun mereka
mulai mengeksplorasi kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang
untuk mengambil tempat di dalam kelompok; standar perilaku dibentuk oleh
kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh sebaya adalah hal yang sangat
penting. Sedangkan pada tahap akhir, kelompok sebaya mulai berkurang dalam
hal kepentingan yang berbentuk pertemanan individu. Mereka mulai menguji
hubungan antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang permanen
(Wulandari, 2014).
5
a. Memperkuat semangat, terjadi apabila prang merasa senang akan hasil yang
dicapai.
b. Melemahkan semangat, terjadi apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan
sebagai puncak keputusasan.
c. Menghambat dan mengganggu konsentrasi belajar.
d. Terganggu penyesuaian sosial.
e. Karakteristik perkembangan emosi
3) Beberapa kondisi emosional remaja :
a. Cinta dan kasih sayang, merupakan faktor penting dalam kehidupan remaja
untuk mendapat cinta dari orang lain.
b. Gembira jika mengingat hal yang menyenangkan dan akan menceritakan
dengan lengkap tentang apa yang terjadi.
c. Kemarahan dan permusuhan.
d. Ketakutan
4) Ciri- ciri kematangan dan ketidakmatangan emosional pada remaja
Remaja yang sudah mencapai kematangan emosi dapat dilihat dari ciri-ciri
tingkah lakunya sebagai berikut :
1. Mandiri dalam artian emosional yaitu bertanggung jawab atas diri sendiri
dan orang lain.
2. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Mereka tidak
cenderung menyalahkan diri sendiri ataupun menyalahkan orang lain atas
kegagalan yang dialaminya.
3. Mampu mengendalikan emosi-emosi negatif, sehingga pemunculannya
tidak impulsif.
4. Mampu mengendalikan emosi-emosi negatif, sehingga pemunculannya
tidak impulsif.
6
usia 12 hingga 24) yang tidak menimbulkan kematian pada tahun1994-2004.
Pembunuhan adalah penyebab utama kematian kedua bagi remaja (usia 10 hingga
24), dan lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita. Senjata api terlibat dalam
sebagian besar pembunuhan remaja dan dewasa muda (NAHIC, 2007).
Survei menunjukkan bahwa antara 15% dan 40% remaja mengakui telah
melakukan pelanggaran serius yang merupakan bagian dari konstelasi perilaku
pengambilan risiko yang juga mencakup seks sebelum waktunya, narkoba, dan
senjata api pada usia 17 tahun. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
kenakalan memuncak selama masa remaja pertengahan — sekitar usia 16 tahun.
Bagaimanapun kenakalan remaja telah dikaitkan dengan pola perilaku kriminal
yang persisten . Anak-anak menyerang dan membunuh anak-anak lain di sekolah
dan di jalanan. Lebih dari 20.000 anak-anak dan remaja terbunuh atau terluka oleh
senjata api setiap tahunnya. Remaja (antara usia 15 hingga 19 tahun)
menyumbang hampir 85% dari semua cedera senjata yang dirawat di ruang gawat
darurat atau rumah sakit. Hanya 1% dari semua kematian terkait senjata untuk
anak-anak usia sekolah terjadi di halaman sekolah.
Pengaruh budaya dan lingkungan pada anak muda termasuk kekerasan yang
dialami anak-anak dan remaja. Sepeti, meningkatnya perilaku agresif di kalangan
anak-anak dan remaja yang dikaitkan dengan kekerasan di lingkungan rumah
(suami / istri dan pelecehan anak), dan masyarakat, serta apa yang dilihat anak-
anak di televisi dan film. Sebuah penelitian berskala besar di 10 kota A.S.
menemukan bahwa remaja (bahkan lebih dari anak-anak) berisiko lebih tinggi
untuk menjadi korban dan mengalami ancaman terhadap kehidupan mereka.
7
Remaja juga dpat terlibat dengan kekerasan di luar rumah dan menderita cedera
fisik yang terkait dengan kekerasan. Sebuah studi terhadap anak-anak berusia 9
hingga 15 tahun yang tinggal di perumahan umum menunjukkan bahwa beberapa
remaja yang menyaksikan kekerasan (bukan sebagai korban sendiri) menderita
gejala yang sama dengan yang dialami oleh para korban kekerasan, misalnya,
kesulitan berkonsentrasi, perilaku waspada / menghindar, dan pikiran dan
perasaan yang mengganggu. Kekerasan merupakan ancaman yang semakin
meningkat bagi remaja.
8
Ganja adalah obat yang paling umum digunakan pada anak berusia 14 hingga
17 tahun, 41,8% dari siswa sekolah menengah atas melaporkan pernah
menggunakan ganja (Survei Nasional Penggunaan Narkoba & Kesehatan
[NSDUH], 2008). Penggunaan ganja memiliki efek negatif bagi kesehatan,
termasuk kecemasan, serangan panik, peningkatan denyut jantung, infeksi
pernapasan yang sering, gangguan memori dan pembelajaran, serta toleransi.
Perokok ganja biasanya sering mengalami komplikasi pernapasan yang serupa
dengan perokok tembakau, seperti batuk, dahak, infeksi saluran pernapasan, dan
obstruksi jalan napas (ONDCP, 2008).
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Aditif
berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh
manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat
mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba
dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang
termasuk jenis narkotika adalah :
1) Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,
jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan
damar ganja.
2) Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku
(Undang- Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine,
Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,
Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya
9
lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat
dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim
syaraf pusat, seperti: Alkohol.
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan
dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk
dicoba-coba, ikut trend/gaya, lambing status social, ingin melupakan persoalan
maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan
berlanjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut
juga dengan kecanduan. Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena
penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di
kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum
suntik secara bergantian.
2.4 Permasalahan Kesehatan Remaja Seksualitas, Penyakit Menular Seksual
dan Kehamilan
2.4.1 Remaja dan Penyimpangan Seksualitas
Seperti yang kita ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah
diperlukan agar mereka tidak dikatakan "kuper" dan "jomblo" yang biasanya
jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak
semua teman sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-
hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap
terpuji. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari
kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika
kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri
remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin
tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan
organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai
lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non
elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu
remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa
10
awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan
yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Kehamilan remaja adalah isu yang
saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak
hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga
mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga
membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak
sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya
pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan
harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau
impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk
mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang
juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada
masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
2.4.2 Penyakit Menular Seksual dan Kehamilan
2.4.2.1. Penyakit menular seksual
Chlamydia, gonore, dan sifilis adalah PMS lain yang ditemukan pada
populasi remaja. Tingkat gonore tertinggi terjadi pada wanita kelompok usia 15
hingga 19 tahun. Dibandingkan dengan orang dewasa, remaja (10 hingga 19
tahun) dan dewasa muda (20 hingga 24 tahun) berisiko lebih tinggi untuk tertular
PMS / IMS. Hal ini lebih banyak terjadi pada orang-orang yang suka bergonta
ganti pasanagn seks, hubungan seks tanpa kondom, dan pemilihan pasangan yang
11
berisiko lebih tinggi. Hambatan untuk penyembuhan yaitu kurangnya asuransi
kesehatan dan transportasi, kekhawatiran tentang kerahasiaan, dan kurangnya
kualitas layanan pencegahan PMS atau klinik yang ditargetkan untuk kelompok
usia muda. Komplikasi serius dari PMS termasuk penyakit radang panggul,
sterilitas, peningkatan risiko kanker sistem reproduksi, sedangkan pada sifilis
dapat menyebabkan kebutaan, penyakit mental, dan kematian.
Metode yang efektif untuk mencegah PMS dan HIV / AIDS termasuk
pengurangan aktivitas seksual di kalangan remaja yaitu dengan mempromosikan
untuk menunda melakukan hubungan seksual, serta mempromosikan penggunaan
kondom. Hal ini, juga efektif dalam meningkatkan praktik seks aman,
pengetahuan tentang efektivitas dan metode KB, serta pengetahuan seksual secara
keseluruhan. Program yang paling efektif termasuk kurikulum pendidikan seks /
HIV spesifik dan program pengembangan pemuda multimodal intensif tertentu .
2.4.2.2. Kehamilan
12
anemia, hipertensi, persalinan prematur), dan risiko meningkat untuk mereka yang
berusia di bawah 15. Bayi-bayi dari ibu remaja lebih mungkin meninggal sebelum
1 tahun daripada bayi yang lahir dari ibu berusia 20 hingga 30 tahun, dan bayi
dengan berat badan lahir rendah lebih umum di antara ibu berusia 15 hingga 19
tahun daripada di antara ibu yang lebih tua. Ibu remaja juga berisiko mengalami
masalah fisik, psikologis, dan sosial yang lebih besar, termasuk putus sekolah,
ketergantungan pada bantuan publik, potensi penghasilan terbatas, isolasi sosial,
dan gangguan. Sebuah studi menemukan bahwa wanita di usia 70-an dan 80-an
telah menjadi ibu remaja dan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi daripada
wanita yang melahirkan anak setelah usia 20 tahun, dan mereka juga memiliki
prevalensi penyakit jantung,paru dan kanker yang lebih tinggi. Remaja yang
memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka dengan aborsi dapat menghadapi
komplikasi fisik dan psikososial lainnya.
13
makan. Hal itu semua sangat penting diberika kepada sang anak agar kedepanya si
anak bisa menjadi kebiasaan itu sampai dewasa.
2 Dalam diri
3 Kebiasaan
2. Teman
14
a) Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja sangat mempengaruhi
perilaku remaja, semakin lama remaja tinggal di suatu wilayah,
semakin melekat kebiasaan dan adat istiadat dari daerah tersebut
pada diri remaja.
b) Demografi
c) Vital statistik
1) Kelahiran
2) Mortalitas :
a. Karena penyakit : HIV/AIDS : HIV/AIDS
kelompokusia15-19berjumlah151orang (4,14%) ; 19-
24berjumlah930orang(25,50%)
b. Bukan karena penyakit :
1) Sebagian besar karena kecelakaan : berdasarkan data
Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO), kecelakaan lalu
lintas di Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun
2) Persalinan : Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun
mempunyai 2-5 kali resiko kematian ketika persalinan
dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25
tahun akibat persalinan macet, perdarahan, maupun
faktor lain. Ahmad (2004) dari laporan Save the
Children : 1 dari 10 persalinan dialami oleh ibu yang
masih anak2, berusia 11-12 tahun menyebabkan
komplikasi kehamilan dan persalinan membunuh
70,000 remaja puteri tiap tahun
3) Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada remaja yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 :
a. Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada remaja
antara lain : fraktur karena trauma, penyakit kulit, tipoid,
penyakit infeksi, DBD, dan lain-lain.
1) HIV/AIDS kelompokusia15- 19berjumlah151orang
(4,14%) ; 19-24berjumlah930orang(25,50%).
2) Jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia
15
dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, dimana 70%
diantaranya berusia antara15-19 tahun
3) Penyakit menular seksual (PMS) sepertiga dari infeksi
PMS di Negara-negara berkembang terjadi pada mereka
yang berusia 13-20 tahun.
b. Bukan karena penyakit
1) Kecelakaan : Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia
PBB (WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia
mencapai 30 ribu orang per tahun
2) Komplikasi aborsi yang tidak aman akibat kehamilan
yang tidak diinginkan. Survey di Negara-negara
berkembang hamper 60 % kehamilan dibawah usia 20
tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan
3) Penyalahgunaan alcohol dikelompokkan berdasarkan
pendidikan formal pada tahun 2006, SLTP dan SLTA
menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus,SD
dengan 8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus(
anonim,2007)
d) Tipe Keluarga
Remaja biasanya tinggal di lingkungan kelurga, antara lain : orang
tua yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh dan
tidak punya waktu untuk keluarga, orang tua dengan kemampuan
ekonomi yang kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi di
atas rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi
pembentukan kepribadian remaja.
e) Status perkawinan
Sebagian besar remaja belum menikah namun ada pula remaja
yang sudah menikah.
f) Kelompok etnis :
1) Praktek perkawinan yang di atur oleh orang tua pada gadis di
bawah usia 14 tahun masih sangat umum
16
2) Beberapa budaya menyatakan bahwa pria muda diharapkan
mendapatkan pengalaman pertama kali melakukan hubungan
seksual dengan pekerja seks komersil (PSK)
3) Di negara berkembang kehidupan remaja jalanan memaksa
mereka melakukan “survival sex” yakni menukar seks untuk
memperoleh uang, makanan, jaminan keamanan maupun obat
terlaran
4) Beberapa etnis di Indonesia menggunakan alkohol pada acara
tertentu sebagai bentuk perayaan
g) Nilai dan keyakinan :
1) Pekerja Seks Komersil (PSK) berusia remaja kebanyakan
dijual oleh orangtua mereka sendiri untuk biaya hidup anggota
keluarga yang lain
2) Orang tua yang kurang perhatian kepada anaknya dan
pengaruh teman yang sesama perokok meyebabkan tingginya
jumlah perokok remaja di Indonesia
3) Merokok dianggap sebagai tanda kedewasaan, kejantanan dan
keglamoran
2. Komponen sub sistem
a. Lingkungan fisik
Pengkajian lingkungan fisik
1) Perumahan dan Lingkungan
a) Lingkungan perumahan yang kumuh dan kotor
memungkinkan remaja lebih banyak melakukan kegiatan
negatif
b) Perumahan mewah tidak memungkinkan remaja
berinteraksi dengan baik dengan tetangga
2) Lingkungan terbuka
3) Batas
4) Kebiasaan :
a) Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid,
warung-warung pinggir jalan dan lain-lain
17
b) Waktu kumpul-kumpul : setelah pulang sekolah, saat libur
sekolah
c) Kebiasaan remaja : positif (belajar, berorganisasi, mengaji,
kursus, dan lain-lain), negatif (merokok, mencoba narkoba,
tawuran, berkelahi, membolos, nongkrong, minum alkohol,
free sex, dan lain-lain)
5) Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam tahap berkembang
menyebabkan sikap pemberontakan dalam dirinya, biasanya
ditunjukkan dengan sikap : ngebut-ngebutan
6) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat
pelayanan KRR di sekolah (meliputi : informasi akurat PMS,
kontrasepsi, keterampilan remaja menghadapi tekanan
kelompoknya dan meningkatkan tanggungjawab remaja),
pelatihan kader remaja untuk menjadi edukator dan pemberi
dukungan
7) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di
mall, pasar, pusat perbelanjaan
8) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura
9) Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi
10) Media : TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman
11) Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen
dan anak jalanan. Ada yang disebabkan karena kondisi
ekonomi yang sulit dan bahkan ada remaja yang kabur dari
rumahnya karena perseteruan denagn orang tua sehingga
menjadi glandangan.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial :
1) Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas, posyandu
remaja
2) Fasilitas di luar komunitas, misalnya konseling konseling yang
berhubungan dengan gender, kekerasan, perilaku seksual
bertanggung jawab dan PMS
c. Ekonomi
18
1) Karakteristik finansial : sebagian besar remaja tidak memiliki
penghasilan sendiri dan masih bergantung pada orang tua.
Namun ada sebagian remaja yang mempunyai pekerjaan
sehingga mempunyai penghasilan sendiri, namun kebanyakan
penghasilan tersebut hanya digunakan untuk menambah uang
saku.
2) Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja belum memiliki
pekerjaan karena mereka masih sekolah. Namun, ada pula
remaja yang putus sekolah (kebanyakan karena masalah
ekonomi) dan memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan yang biasa
dilakukan oleh remaja antara lain, berjualan kue, koran,
pelayan restoran, mengamen, bahkan banyak pula remaja yang
menjadi PSK, dan lain-lain.
d. Keamanan dan transportasi : transportasi yang sering dipakai oleh
remaja adalah sepeda motor, namun sebagian kecil memakai mobil
dan sepeda mini. Dan sering pula remaja kurang memperhatikan
keamanan dirinya karena sering mengebut saat mengendarai
kendaraaan mereka.
e. Politik dan pemerintahan
Kelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh remaja,
antara lain : Karang Taruna, PMR, Pramuka, PKS
f. Komunikasi
1) Komunikasi formal : Koran, Radio, TV
2) Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang
narkoba, free sex, merokok), internet.
g. Pendidikan : institusi pendidikan pada remaja antara lain : SD,
SMP, dan SMA. Program UKS biasanya dijalankan di sekolah-
sekolah untuk kesehatan remaja. Selain itu pendidikan KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja) telah dilakukan atas dukungan
Depkes dan WHO di sekolah dan lembaga pendidikan.
h. Rekreasi :
19
1) Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan
baik yang positif maupun negatif. Positif : kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah, les pelajaran tambahan, les minat
dan bakat, mengaji di masjid, dan lain-lain. Negatif :
nongkrong sampai malam, main game sampai larut malam
2) Media hiburan yang digunakan remaja, misalnya mall, tempat
rekreasi, pusat perbelanjaan, warnet, dan lain-lain.
20
B. Diagnosa Keperawatan, NOC, NIC
RencanaAsuhanKeperawatan Komunitas
RencanaKegiatan Evaluasi
Dx.Kep.
No Tujuan KriteriaHasil
Komunitas Strategi Intervensi (NIC) Evaluator
(NOC)
1. Resiko Setelah dilakukan - Partnership Pencegahan primer 80% remaja Mahasiswa
peningkatan tindakan - Proses 1. Berikan penyuluhan tentang mendapat FKEP
penyalahgunaan keperawatan Kelompok dampak dari penyalahgunaan undangan
NAPZA pada selama 5 minggu - Pendidikan narkoba Poster terpasang Kader
komunitas remaja diharapkan : Kesehatan 2. Berikan bimbingan atau di depan
berhubungan - Empowerment penyuluhan untuk taat posyandu dan di Pokjakes
dengan kurang beragama dan patuh terhadap masing-masing
kondusifnya hukum kepada semua lapisan RT
lingkungan remaja masyarakat 70% remaja dan
3. Salurkan kegiatan masyarakat 50% kader di
terutama generasi muda yang pokjakes an
ada kepada kegiatan positif tokoh masyarakat
seperti olahraga, kesenian dan hadir pada acara
lain-lain penyuluhan
21
4. Lakukan kerja sama dengan 80% remaja yang
keluarga, sekolah, masyarakat diberi pertanyaan
ataupun komunitas tertentu dapat menjawab
untuk mengembangkan denganbenar
program pencegahan yang
menekankan pada aspek
pendidikan ( edukasi
5. Anjurkan pada keluarga untuk
meningkatkan support system
dan memberi dukungan
terhadap anak-anak serta
remaja selama dalam fase
perkembangan
Pencegahan Sekunder
1. Bentuklah hubungan dengan
pemakai dan coba tingkatkan
kesadaran akan akibat
pemakaian zat
2. Munculkan alasan untuk
22
berubah
3. Perkuat efikasi/kemampuan
diri untuk berubah
4. Lakukan pemeriksaan penuh
(full assessment) terhadap
pemakai
5. Anjurkan untuk
mengembangkan gaya hidup
sehat
6. Bantu pasien untuk
memutuskan langkah terbaik
untuk berubah
Perubahan tersier
1. Ajarkan beberapa
keterampilan pada pemakai
dan cara mengembangkan
starategi untuk hidup bebas
tanpa narkoba
2. Anjurkan untuk selalu
23
menerapkan strategi hidup
sehat tanpa narkoba untuk
mencegah kekambuhan
3. Persiapkan pemakai terlebih
dulu untuk memahai tahapan
kambuh
4. Gambarkan apa penyebab
kambuh dan bantu perbarui
kontemplasi lalu terapkan
rencana aksi lebih efektif
5. Persiapkan lingkungan dimana
pemakai tinggal agar bisa
menerima kembali
24
2. Kenakalan remaja Setelah dilakukan - Partnership 1. Karang taruna yang lama dan 80% remaja Mahasiswa
berhubungan tindakan - Proses pokjakes membentuk pengurus mendapat FKEP
dengan keperawatan Kelompok karang taruna yang baru undangan
peningkatan selama 5 minggu - Pendidikan 2. Pasang poster dan pengumuman Poster terpasang Kader
penyalahgunaan diharapkan : Kesehatan melalui masjid dan kader untuk di depan
NAPZA - Empowerment kegiatan penyuluhan remaja. posyandu dan di Pokjakes
3. Berikan materi penyuluhan masing-masing
tentang :Tumbuh kembang RT
remaja Masalah yang berkaitan 70% remaja dan
dengan kenakalanremaja seperti 50% kader di
miras, AIDS pokjakes an
4. Cara menanggulangi kenakalan tokoh masyarakat
remaja. hadir pada acara
penyuluhan
80% remaja yang
diberi pertanyaan
dapat menjawab
denganbenar
25
3 Resiko cedera pada Setelah dilakukan - Partnership 1. Identifikasi tingkat gejala 80% remaja Mahasiswa
remajadi tindakan - Proses putus alkohol, misalnya mendapat FKEP
berhubungan keperawatan Kelompok tahap I diasosiasikan undangan
dengan perilaku selama 5 minggu - Pendidikan dengan tanda/gejala Poster terpasang Kader
dan dampak diharapkan : Kesehatan hiperaktivitas (misalnya di depan
penyalahgunaan 1. Remaja tidak Empowerment tremor, tidak dapat posyandu dan di Pokjakes
NAPZA menggunakan beristirahat, mual/muntah, masing-masing
NAPZA diaforesis, takhikardi, RT
hipertensi); tahap II 70% remaja dan
dimanifestasikan dengan 50% kader di
peningkatan hiperaktivitas pokjakes an
ditambah dengan tokoh masyarakat
halusinogen; tingkat III hadir pada acara
gejala meliputi DTs dan penyuluhan
hiperaktifitas autonomik 80% remaja yang
yang berlebihan dengan diberi pertanyaan
kekacauan mental berat, dapat menjawab
ansietas, insomnia, demam. denganbenar
2. Membentuk organisasi
karangtaruna, dengan kader
26
remaja yang sudah di latih
untuk menyalurkan hobi
atau mengisi waktu luang.
27
2.7 Promosi Prevensi Kesehatan pada Remaja
Sebagian pasal dan ayat pada UU no 36 tahun 2009 memuat strategi upaya
komprehensif dalam promosi dan prevensi Kesehatan remaja. Pasal dan ayat
tersebut antara lain : Ps. 131 ayat:
1. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
tersebut tidak hanya meliputi perkembangan fungsi otak tetapi juga
gangguan perkembangan emosi dini dan gangguan perilaku yang muncul
yang memerlukan diagnosis dini, diikuti intervensi dini serta upaya
pencegahannya. Berjangkitnya penyakit seksual menular pada remaja
merupakan suatu fenomena gunung es yang mencemaskan dan
menakutkan.
2. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 (delapan
belas) tahun. Masih dirasa sering kurang merata dan kurang adil bahkan
sering terdapat perlakuan diskriminatif pada kelompok remaja tertentu
terutama remaja dengan kebutuhan khusus. Menurut Greenspan dan
Wieder (2006) upaya prevensi dan intervensi dini untuk remaja dengan
kebutuhan khusus harus dilakukan oleh berbagai profesional dengan
melibatkan seluruh anggota keluarga secara komprehensif berdasar model
perkembangan biopsikososial dengan tahapan yang jelas dan berbeda pada
setiap anak dan keluarganya.
28
a. Pemantauan kesehatan umum melalui : UKS (profesional kesehatan, guru
UKS, kader/siswa terlatih Palang Merah Remaja (PMR)
b. Pemeriksaan rutin secara periodik dilakukan oleh tim UKS yang telah dilatih
secara khusus meliputi pemeriksaan Antropometri gizi, kesehatan pada
umumnya, kebiasaan-kebiasaan, emosi maupun kecerdasan. Tim UKS
diharapkan dapat melakukan deteksi dini secara sederhana dan dapat
mengambil langkah-langkah penting pemecahan masalah dan tindak lanjut.
Tim UKS diharapkan mampu pemberikan pertolongan pertama pada kejadian-
kejadian khusus seperti kejang, pingsan, kecelakaan dan cedera kepala serta
evakuasi bila terjadi bencana. Karena itu penting pemberdayaan siswa dalam
menghadapi bencana dan kegiatan UKS lainnya.
c. Pemantauan rutin kesehatan remaja merupak kegiatan deteksi dini yang
meliputi skrining (penemuan faktor risiko) dan penemuan kasus. Baik skrining
maupun penemuan kasus harus diikuti tindak lanjut sesegera mungkin
Intervensi dini.
d. Immunisasi
e. Kegiatan hidup sehat (Olah raga , musik dll)
f. Kegiatan sosial dan kemanusiaan, kesadaran untuk tidak diskriminatif
g. Promosi / Edukasi
Promosi kesehatan remaja merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
pelayanan kesehatan remaja meliputi :
1) Pemberdayaan remaja
2) Pemberdayaan orang tua yang mempunyai anak remaja
3) Pemberdayaan guru
4) Peningkatan fungsi promosi kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit
untuk peningkatan layanan kesehatan remaja
5) Peningkatan fungsi UKS dalam pengawasan kesehatan remaja, konsultasi
dan bimbingan kesehatan remaja, pendidikan seks dan persiapan
perkawinan sehat serta pencegahan penyakit seksual menular pada remaja.
29
2.9 EBNP Perilaku Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja
Analisis Jurnal
Judul : Perilaku Pencegahan Narkoba pada Remaja di wilayah
Sukmajaya di Depok
Kata kunci : Penyalahgunaan Narkoba, Pengetahuan, Sikap,Lingkungan.
Nama journal : Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume : 16
Nomor :3
Tahun : 2017
30
berhubungan terhadap perilaku pencegahan narkoba pada
remaja.
31
kompleks dan luas tidak hanya pada pelakunya, tetapi juga menimbulkan
psikologis, sosial dan ekonomis bagi orangtua.
3. Pertanyaan Klinik
Apakah ada hubungan antara faktor pengetahuan, faktor sikap dan faktor
lingkungan terhadap perilaku pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja
di Kecamatan Sukmajaya tahun2017?
3. Menentukan PIO/PICO/PICOT
4. Kata Kunci
32
pengetahuan terdapat 22 (71.0%) responden dengan p-value = 0.018, (≤ α 0,05)
dan OR 4.190, faktorsikapterdapat 14 (46.7%) responden dengan diperoleh p-
value = 0.047, (≤ α 0,05) dan OR 0.292 dan faktor lingkungan terdapat 21
(72.4%) responden dengan p-value = 0.015, (≤ α 0,05) dan OR 4.266. Hasil
penelitian menunjukan bahwa faktor pengetahuan, faktor sikap dan faktor
lingkungan berhubungan terhadap perilaku pencegahan narkoba.
Critical Apraisal
Partisipan dalam penelitian ini adalah Sampel penelitian ini adalah seluruh
anggota komunitas PIK-R yang berjumlah 50 orang.
3. Are the Measurements of Major variables Valid and reliable ?
33
Data yang diperoleh kemudian di lakukan pengolahan data dengan cara
editing, coding,proses, cleanng dan tabulatng kemudian di analisis dengan
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat,dengan menggunakan
aplikasi perangkat lunak statistik. Uji statistik yang digunakan adalah
ujiChi-square.
5. Were There any untoward events during the conduct of the study ?
Penelitian ini dilakukan pada waktu dan situasi yang kurang kondusif,
sehingga dapat mempengaruhi responden dalam pengisian kuesioner.
6. How do the results fit with previous research in the area ?
34
pendidikan tentang narkoba ke para remaja, melainkan kepada semua
pihak yang terkait, padaorangtua,danjugaguru,Memberikanpengetahuan
agar menjaga hubungan yang harmonis antara orangtua dan anak.
35
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang mempunyai peranan yang
vital sebagai generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Masalah umum
yang terjadi pada remaja sebagian besar adalah bentuk perilaku ataupun kebiasaan
yang menyimpang baik secara kesehatan, moral maupun sosial. Bentuk perilaku-
perilaku penyimpangan tersebut dapat kita sebut sebagai kenakalan remaja.
Kenakalan remaja mencakup beberapa perilaku yang menyimpang.
3.2. Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta
Herlina. (2016). Peranan Keluarga Dalam Mencegah Tindak Tuna Sosial oleh
Remaja di Desa Cadasari Kec. Cadasari Kab. Pandeglang. Vol 1, No 1,
Hlm 32-38.
37
Lampiran
Format Bukti Diskusi Mahasiswa
38
dengan menjalankan
program-program yang ada.
Sehingga sangat diharapkan
program-program tersebut
dapat dijalankan dengan
maksimal agar menurunkan
angka kejadian permasalahan
pada remaja.
39
dengan aktivitas seksual
remaja. Ibu remaja memiliki
risiko lebih besar daripada
ibu di atas usia 20 untuk
mengalami komplikasi
kehamilan (misalnya, anemia,
hipertensi, persalinan
prematur), dan risiko
meningkat untuk mereka
yang berusia di bawah 15.
Bayi-bayi dari ibu remaja
lebih mungkin meninggal
sebelum 1 tahun daripada
bayi yang lahir dari ibu
berusia 20 hingga 30 tahun,
dan bayi dengan berat badan
lahir rendah lebih umum di
antara ibu berusia 15 hingga
19 tahun daripada di antara
ibu yang lebih tua.
Pencegahan primer yang
dapat dilakukan oleh perawat
yaitu dengan memberikan
informasi dan konseling
tentang kontrasepsi darurat
dan bekerja sama dengan
sekolah untuk
mempromosikan program
pencegahan kehamilan yang
efektif. PMS pada remaja (10
hingga 19 tahun) berisiko
lebih tinggi untuk tertular
PMS / IMS dari pada orang
dewasa. Hal ini lebih banyak
terjadi pada orang-orang yang
suka bergonta ganti pasanagn
seks, hubungan seks tanpa
kondom, dan pemilihan
pasangan yang berisiko lebih
tinggi. Metode yang efektif
untuk mencegah PMS dan
HIV / AIDS termasuk
40
pengurangan aktivitas seksual
di kalangan remaja yaitu
dengan mempromosikan
untuk menunda melakukan
hubungan seksual, serta
mempromosikan penggunaan
kondom.
41
masing kami. Dan dari merupakan suatu periode
itulah kami yang sarat dengan perubahan
menyimpulkan dan dan rentan munculnya
mengambil bahan untuk masalah. Pada fase ini,
tugas kami berdasarkan remaja mengalami
diskusi dan kesepakatan kematangan fisik maupun
bersama sesuai dengan psikologis.
tugas yang dituntut dari
mata kuliah terkait.
42
Lampiran Foto Diskusi
43