Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK DALAM KOMUNITAS :

MASALAH KESEHATAN POPULASI DENGAN PENYAKIT KRONIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

NAMA NPM
Alisya. Zanty. H. Samangun 12114201190008
Antho Siahaya 12114201190021
Dewi. A. Luturmas 12114201190053
Ferryo Latumeten 12114201190043
Ficka Latulola 12114201190080
Florensi Akely 12114201190081
Greselia Bitalessy 12114201190281
Grheinia. D. Reasoa 12114201190323
Marisol Ratuarat 12114201190165
Tabita Tronanawowoy 12114201190258
Violin Mariang 12114201190277
Velix Lekatompessy 12114201190270

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021

1
KATA PENGANTAR

Patutlah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena atas kasihnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Tersusunya makalah ini tidak terlepas dan peran serta berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga Tuhan dapat membalas semua kebaikan saudara
– saudara.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini memiliki banyak
kekurangan, untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini dapat menjadi yang terbaik.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita.

Ambon, 15 November 2021

Kelompok IV

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan


keperawatan langsung dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar
komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat
sebagai akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan
lingkungan internal dan exsternal. Asuhan keperawatan komunitas
menggunanakan pendekatan proses keperawatan komunitas, yang terdiri
atas pengkajiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan entry
point pada individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.

Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian


utama, yaitu inti komunitas (core) dan delapan subsistem yang
melengkapinya. Inti komunitas menjelaskan kondisi penduduk yang
dijabarkan dalam demografi, vital statistic, sejarah komunitas, nilai dan
keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan subsistem lainnya
meliputi lingkinganfisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi, politik
dan pemerintah, layanan kesehatan dansocial, komunitas, ekonomi, dan
rekreasi.Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan
sekolah dan tempat tinggal yang mampu mepengaruhi kesehatan, batasan
wilayah, luas daerah, denah atau peta wilayah,iklim, jumlah dan kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, dan kegiatan penduduk sehari-hari. Data
yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial meliputi fasilitas
di dalam komunitas dan di luar komunitas.

3
Penyakit kronis didefinisikan World Health Organization (WHO)
sebagai penyakit dengan durasi yang lama dan biasanya menunjukkan
progesifitas yang lambat (Singh, 2008). Penyakit kronis berupa penyakit
jantung, stroke, kanker, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis), dan
diabetes menempati urutan tertinggi sebesar 61% di Indonesia sebagai
penyebab kematian pada tahun 2002 (WHO, 2002). Prevalensi ini terus
meningkat jika tidak diberikan tindakan nyata berupa pencegahan.

Penyakit kronis memerlukan terapi obat seumur hidup termasuk


perubahan gaya hidup. Obat-obat yang digunakan berfungsi tidak untuk
menyembuhkan namun untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
terjadinya komplikasi. Terapi seumur hidup dengan menggunakan obat
tentu akan meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat dan interaksi
dengan obat penyakit lain atau obat bebas yang mungkin digunakan oleh
pasien (Smeltzer,2014).

Dari uraian diatas , maka perlu disusun makalah ini guna


memahami asuhan keperawatan komunita masalah kesehatan populasi :
penyakit kronik. Sehingga dapat menambah wawasan dan membantu
mahasiswa dalam membuat perencanaan asuhan keperawatan komunitas
khususnya populasi penyakit kronik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keperawatan komunitas?
2. Bagaimana konsep penyakit kronik?
3. Bagaimana contoh kasus masalah kesehatan populasi penyakit
kronik?
4. Bagaimana pengkajian komunitas dari kasus?
5. Apa saja masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas
dari kasus?
6. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas sesuai kasus?
C. Tujuan Penulisan

4
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami :

1. Konsep keperawatan komunitas dan penyakit kronik


2. Contoh kasus masalah kesehatan populasi : penyakit
kronik
3. Pengkajian komunitas populasi : penyakit kronik
4. Masalah-masalah dan diagnose keperawatan komunitas
populasi : penyakit kronik
5. Asuhan keperawatan komunitas masalah kesehatan
populasi : penyakit kronik

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Kronik


1. Definisi Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang
berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama,
yakni lebih dari enam bulan. Orang yang menderita penyakit kronis
cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan cenderung
mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena
berbagai macam pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari
penyakit kronis. Rasa sakit yang diderita akan mengganggu
aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan kualitas tidurnya.
Penyakit kronis dapat bersifat menular dan tidak menular. Penyakit
kronis yang tidak menular atau PTM merupakan penyakit kronis yang
tidak ditularkan dari orang ke orang, penyakit tersebut juga
berkembang lambat dan memiliki durasi yang lama (Nies & McEwen,
2016).

2. Etiologi Penyakit Kronis

6
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat
sosial ekonomi, dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan
kerusakan yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya
penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan
berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ
pengindraan. Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis
dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir di
seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran
modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari
penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang membaik dan
peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah
memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan
dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit
kronis (Smeltzer & Bare, 2010).

3. Fase Penyakit Kronis


Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam
penyakit kronis, yaitu sebagai berikut.
a. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis
karena faktor-faktor genetik atau perilaku yang meningkatkan
ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis.
b. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan
penyakit kronis. Fase ini sering tidak jelas karena sedang
dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan diagnostik.
c. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan
perjalanan penyakit terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari
tertangani dalam keterbatasan penyakit.
d. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk
menjaga gejala tetap terkontrol atau reaktivasi penyakit.
Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

7
e. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang
berat dan tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit untuk penanganannya.
f. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis
atau mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau
perawatan kedaruratan.
g. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang
diterima dalam batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
h. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan
penyakit berkembang disertai dengan peningkatan
ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-gejala.
i. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan
penurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian
hubungan individual.

4. Kategori Penyakit Kronis


Terdapat beberapa kategori penyakit kronis, yaitu seperti di bawah ini.
a) Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan
beradaptasi dan mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup
dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang mengancam.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes,
asma, arthritis, dan epilepsi.
b) Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan
individu terancam dan individu yang menderita penyakit ini
hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan ancaman
kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan
penyakit kardiovaskuler.
c) At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua
kategori sebelumnya. Pada kategori ini tidak ditekankan pada
penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya. Penyakit yang

8
termasuk dalam kategori ini adalah hipertensidan penyakit
yang berhubungan dengan hereditas.

5. Tanda dan Gejala


Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti,
memiliki faktor risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama,
menyebabkan kerusakan fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat
disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010). Tanda-tanda
lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama,
sakit pada bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan
dalam buang air kecil, dan warna kulit abnormal.

6. Pencegahan
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam
pencegahan penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa
pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan
lingkungan) dan pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang
yang mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi). Pencegahan
sekunder merupakan upaya untuk menghambat progresivitas penyakit,
menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang dapat
dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat.
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan
dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini
dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang mengalami
kecacatan.

7. Penatalaksanaan

9
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan
yang berbeda. Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan
dengan gejala seperti nyeri dan keletihan. Penyakit kronis yang parah
dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu, yang
selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak
penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur
untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis
(Smeltzer & Bare, 2010).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Di RT 005 RW 001 Karang Panjang terdapat penduduk yang menderita diabetes


melitus berjumlah 300 orang, 55 % wanita yaitu sebanyak 180 orang dan 45 %
laki – laki sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk yang menderita diabetes
melitus tersebut sebanyak 150 orang (50 %) usia dewasa dan 30% usia lansia
sebanyak 90 orang, serta 20% ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari data tersebut
diketahui Diabetes Melitus dengan tipe IDDM 25% sebanyak 75 orang, NIDDM
35% sebanyak 105 orang, dan DM dengan gangren 30% sebanyak 90 orang, serta

10
DM gestasional sebanyak 30 orang (10 %). Dari penduduk yang menderita DM
sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin memeriksakan kadar gula darahnya.

I. PENGKAJIAN
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi :
data inti dan data sub sistem.
1. Data Inti komunitas meliputi :
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
1) Lokasi :
Provinsi : Maluku
Kabupaten/ kota : Ambon
Kecamatan : Sirimau
Kelurahan : Karang Panjang
Rw : 005
Rt  : 001

Data demografi

1. Jumlah penderita hipertensi : 250 orang

2. Jumlah penderita TB Paru : 65 orang

3. Jumlah penderita asma : 20 orang

4. Jumlah penderita DM : 300 orang

 Berdasarkan kelompok penderita DM


Anak-anak :-
Remaja :-
Dewasa : 150 orang (50 %)
Lansia : 90 orang (30 %)
Ibu hamil : 60 orang (20%)
 Status perkawinan
Kawin : 195 orang (65%)
Tidak kawin : 60 orang (20%)

11
Duda : 30 orang (10%)
Janda : 15 orang (5%)

2. Data sub sistem


a. Data lingkungan fisik
1) Sumber air dan air minum
 Penyediaan Air bersih
PAM : 180 orang (60%)
Sumur : 120 orang (40%)
Sungai :-
 Penyediaan air minum
PAM : 150 orang (50%)
Sumur : 90 orang (30%)
Sungai :-
Lain-lain/air mineral : 60 orang (20%)
 Pengolahan air minum
Masak : 300 orang (100%)
Tidak dimasak :-
 Pengelolaan air minum
Selalu dimasak : 300 orang (100%)
Air mentah :-
2) Saluran pembuangan air/sampah
 Kebiasaan membuang sampah
Diangkut petugas : 30%
Dibuang sembarangan : 70%
Pembuangan air limbah
Got/parit : 100%
Sungai : -
 Keadaan pembuangan air limbah
Baik/lancar : 25%
Kotor : 75%

12
3) Jamban
 Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 80%
Tidak memiliki jamban : 20%
 Macam jamban yang dimiliki
Septitank : 75%
Disungai : 25%
 Keadaan jamban
Bersih : 45%
Kotor : 55%
4) Keadaan rumah
 Tipe rumah
Tipe A/permanen : 210 orang (70%)
Tipe B/semipermanen :  75 orang (25%)
Tipe C/tidak permanen :  15 orang (5%)
 Status rumah
Milik rumah sendiri           : 180 orang (60%)
Kontrak                             : 50 orang (40%)
 Lantai rumah
Tanah                                : 30 orang (10%)
Papan                                : 90 orang (30%)
Tegel/keramik                   : 180 orang (60%)
 Ventilasi
Ada                                   : 240 orang (80%)
Tidak ada                          : 60 orang (20%)
Luas kamar tidur
Memenuhi syarat               : 180 orang (60%)
Tidak memenuhi syarat     : 120 orang (40%)
 Penerangan rumah oleh matahari
Baik                                   : 120 orang (40%)

13
Cukup                               : 150 orang (50%)
Kurang                              :  30 orang (10%)
5) Halaman rumah
 Kepemilikan pekarangan
Memiliki                            : 240 orang (80%)
Tidak memiliki                  : 60 orang (20%)
 Pemanfaatan pekarangan
Ya                               : 270 orang (90%)
Tidak                           : 30 orang (10%)
6) Fasilitas umum dan kesehatan
Fasilitas umum
 Sasaran kegiatan kelompok
PKK                                : 1 kali per bulan
 Tempat perkumpulan umum
Balai desa : ada (1 buah)
RW : ada (1 buah)
RT : ada (1 buah)

Fasilitas kesehatan

 Pemanfaatan fasilitas kesehatan


Puskesmas : 150 orang (50%)
Rumah sakit : 50 orang (16,6%)
Para dokter swasta : 25 orang (8,3%)
Praktek kesehatan lain : 75 orang (25%)
 Kebiasaan check up kesehatan
Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
Jarang : 210 orang (70%)
Ekonomi
7) Karekteristik pekerjaan
PNS/ABRI : 60 orang  (20%)
Pegawai swasta : 60 orang  (20%)

14
Wiraswasta : 30 orang  (10%)
Buruh tani/pabrik :150 orang (50%)
 Penghasilan rata-rata perbulan
<dari UMR : 150 orang (50%)
UMR  – 1.000.000,00 : 90 orang (30%)
>dari UMR : 60 orang (20%)
 Pengeluaran rata-rata perbulan
<dari UMR : 165 orang (55%)
UMR  – 1.000.000,00 : 105 orang (35%)
>dari UMR : 30 orang (10%)
 Kepemilikan usaha
Toko : 30 orang (10%)
Warung makanan : 15 orang (5%)
UKM : 9 orang (3%)
Tidak punya : 246 orang (82%)
 Diet makan
Kebiasaan makan makanan manis : 70% (210
org)
Kebiasaan makan makanan berlemak : 20% (60 org)
Lain-lain :10% (30 org)
 Kepatuhan terhadap diet
Patuh : 25% (75 org)
Kadang-kadang : 30% (90 org)
Tidak patuh : 45% (135
org)
 Kebiasaan berolah raga
Sering : 15% (45 org)
Kadang-kadang : 40% (120
org)
Tidak pernah : 45% (135
org)

15
 Kebiasaan sehari-hari
Memakai alas kaki
Setiap saat : 60% (180
org)
Saat di luar rumah : 30% (90 org)
Jarang memakai : 10% (30 org)
 Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
Sering : 10% (30 org)
Kadang-kadang : 15% (40 org)
Tidak pernah : 75% ( 225
org )
Transportasi
8) Fasilitas transportasi : Jalan raya, angkutan umum,
ambulan
 Alat transportasi yang dimiliki
Sepeda : 90 orang (30%)
Motor : 120 orang (40%)
Mobil : 6 orang (2%)
Lain-lain/ becak : 84 orang (28%)
 Penggunaan sarana transportasi oleh
masyarakat
Angkutan umum : 165 orang
(55%)
Kendaraan pribadi : 135 orang
(45%)
 Politik dan pemerintahan
Struktur organisasi : ada
Terdapat kepala desa dan perangkatnya
Ada organisasi karang taruna
Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang
taruna, panti, posyandu)

16
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan :
ada yaitu puskesmas
Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM :
belum ada.
Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan :
belum ada
9) Sistem komunikasi
 Fasilitas komunikasi yang ada
Radio :  225 orang (75 %)
TV : 165 orang (55 %)
Telepon/handphone : 120 orang (40 %)
Majalah/Koran : 135 orang (45%)
 Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk
kelompok DM
Poster  tentang diit DM : ada
Pamflet tentang penanganan DM : ada
Leaflet tentang penanganan DM : ada
 Kegiatan yang menunjang kegiatan DM
Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh
petugas kesehatan dari Puskesmas : ada tapi jarang
10) Pendidikan
Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat
pendidikan formal
SD : 135 orang (45%)
SLTP : 90 orang (30%)
SLTA : 60 orang (20%)
Perguruan tinggi : 15 orang (5%)
11) Rekreasi
Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan
pantai.

17
II. ANALISA DATA

No Pengelompokan Data Masalah


1. DS : Defisiensi Kesehatan Komunitas
Dari hasil wawancara didapat ketidakpatuhan berhubungan dengan
masyarakat untuk melaksanakan check up ketidakcukupan sumber daya
kesehatan sebanyak 219 orang (70%) (finansial, sosial dan
DO : pengetahuan)
a. Sebanyak 210 orang jarang check
up/bulan.
b. Lulusan SD sebanyak 135 orang
c. Lulusan SLTP sebanyak 90 orang
d. Penghasilan < UMR sebanyak 150 orang
e. Penghasilan UMR-1.000.000 sebanyak 90
orang.
f. Penghasilan > UMR 60 orang
2. DS : Perilaku Kesehatan Cenderung
Dari hasil wawancara di dapat tingkat pendidikan Berisiko berhubungan dengan
ada 50% warga yang tidak patuh menjalankan status sosio-ekonomi rendah Di
diet. RT/RW : 005/001 Keluarahan
DO : Karang Panjang
a. Distribusi penderita DM berdasarkan
tingkat pendidikan formal
SD : 45% (135 orang)
SLTP : 30% (90 orang)
SLTA : 20% (60 orang)
Perguruan tinggi : 5% (15 orang)

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan Diagnosa


Masyarakat RT/RW 0018 Perilaku Kesehatan
005/001 Kelurahan cenderung beresiko

18
Karang Panjang 00078 Ketidakefektifan
Manajemn Kesehatan

19
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data Subjektif  : 0018 Perilaku kesehatan Preventif primer Preventif primer
cenderung beresiko 162604 Membuat target 5510 Pendidikan kesehatan
Dari hasil wawancara di dapat
pencapaian berat badan 5604 Teaching group
tingkat pendidikan ada 50% warga
yang tidak patuh menjalankan diet
Preventif sekunder Preventif sekunder
260629 Skrining kesehatan sesuai 6520 Skrining kesehatan

Data Objektif : umur 6610 Identifikasi risiko

 Distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat pendidikan
formal

SD                     :45% (135 orang)

SLTP                 :30% (90 orang)

SLTA                :20% (60 orang)

Perguruan tinggi:5%(15 orang)

Ds: 00078 Ketidakefektifan Preventif Primer Preventif Primer


Manajemen 1820 Pengetahuan: Manajemen 5520 Fasilitasi pembelajaran

20
Dari hasil wawancara didapat Kesehatan Diabetes
jumlah penderita DM 300 orang 3102 Manajemen Diri: Penyakit 4470 Bantuan Modifikasi diri
Kronik

Do: Preventif Sekunder Preventif Sekunder

-jumlah penderita DM dengan 1619 Manajemen Diri: Diabetes 5602 Pengajaran : Proses

ganggren sebanyak 30%  (90 1842 Pengetahuan: Manajemen penyakit

orang) Infeksi 5618 Pengaajaran :


Prosedur/Perawatan
- distribusi penderita DM
4360 Modifikasi perilaku
berdasarkan tingkat pendidikan
formal

SD                     :45% (135 orang)

SLTP                 :30% (90 orang)

SLTA                :20% (60 orang)

Perguruan tinggi:5%(15 orang)

-sebanyak 210 orang (70%)


penderita DM tidak check up
secara rutin

- kebiasaan sehari hari penderita

21
DM yang setiap saat memakai alas
kaki sebanyak 45 orang
Diagnosa Implementasi
(15%),saat dilauar rumah 75 orang
Perilaku kesehatan cenderung Preventi Primer
(25%) dan jarang memakai 180
beresiko - Memberikan Pendidikan kesehatan
orang (60%)
- Teaching group
Preventif sekunder
- Memberikan Skrining kesehatan
- Mengidentifikasi risiko

Ketidakefektifan Manajemen Preventif Primer


V. Kesehatan - Memfasilitasi pembelajaran IMPLEMENTASI
- Membantu Modifikasi diri KEPERAWATAN
Preventif Sekunder
- Memberikan Pengajaran : Proses penyakit
VI. EVALUASI - Memberikan Pengaajaran : KEPERAWATAN
1. Setelah dilakukan Prosedur/Perawatan pendidikan kesehatan
Teaching group - Memodifikasi perilaku melalui penyuluhan
masyarakat Karang Panjang RT/RW : 005/001
mulai memahami pentingnya perilaku
kesehatan.

22
23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk dari asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang
dikaji adalah semua anggota keluarga dalam satu rumah. Penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan yagn ada pada
keluarga tersebut. Jadi apabila ada riwayat anggota keluarga dengan penyakit DM, anggota keluarga lainnya harus merawatnya dengan
baik seagar penyakit ini bisa disembuhkan.

B. Saran

24
Dengan mengetahui asuahan keperawatan komunitas pada penderita diabetes mellitus kita dapat melakukan pencegahan agar
penyakityang timbul tidak menuju keparahan. Banyak intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada tingkat komunitas berupa
promotif dan preventif.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam.
Singapore: Elseiver.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan
Edisi Kelima. Singapore: Elseiver.

NANDA. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Nies, M. A. & McEwen, M. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Mosby: Elseiver.

Smeltzer, Suzanne.C, Brenda.G.B., (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.

26
27

Anda mungkin juga menyukai