DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
NAMA NPM
Alisya. Zanty. H. Samangun 12114201190008
Antho Siahaya 12114201190021
Dewi. A. Luturmas 12114201190053
Ferryo Latumeten 12114201190043
Ficka Latulola 12114201190080
Florensi Akely 12114201190081
Greselia Bitalessy 12114201190281
Grheinia. D. Reasoa 12114201190323
Marisol Ratuarat 12114201190165
Tabita Tronanawowoy 12114201190258
Violin Mariang 12114201190277
Velix Lekatompessy 12114201190270
FAKULTAS KESEHATAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Patutlah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena atas kasihnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Tersusunya makalah ini tidak terlepas dan peran serta berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga Tuhan dapat membalas semua kebaikan saudara
– saudara.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini memiliki banyak
kekurangan, untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini dapat menjadi yang terbaik.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita.
Kelompok IV
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Penyakit kronis didefinisikan World Health Organization (WHO)
sebagai penyakit dengan durasi yang lama dan biasanya menunjukkan
progesifitas yang lambat (Singh, 2008). Penyakit kronis berupa penyakit
jantung, stroke, kanker, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis), dan
diabetes menempati urutan tertinggi sebesar 61% di Indonesia sebagai
penyebab kematian pada tahun 2002 (WHO, 2002). Prevalensi ini terus
meningkat jika tidak diberikan tindakan nyata berupa pencegahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keperawatan komunitas?
2. Bagaimana konsep penyakit kronik?
3. Bagaimana contoh kasus masalah kesehatan populasi penyakit
kronik?
4. Bagaimana pengkajian komunitas dari kasus?
5. Apa saja masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas
dari kasus?
6. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas sesuai kasus?
C. Tujuan Penulisan
4
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami :
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat
sosial ekonomi, dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan
kerusakan yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya
penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan
berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ
pengindraan. Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis
dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir di
seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran
modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari
penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang membaik dan
peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah
memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan
dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit
kronis (Smeltzer & Bare, 2010).
7
e. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang
berat dan tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit untuk penanganannya.
f. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis
atau mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau
perawatan kedaruratan.
g. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang
diterima dalam batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
h. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan
penyakit berkembang disertai dengan peningkatan
ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-gejala.
i. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan
penurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian
hubungan individual.
8
termasuk dalam kategori ini adalah hipertensidan penyakit
yang berhubungan dengan hereditas.
6. Pencegahan
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam
pencegahan penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa
pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan
lingkungan) dan pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang
yang mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi). Pencegahan
sekunder merupakan upaya untuk menghambat progresivitas penyakit,
menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang dapat
dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat.
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan
dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini
dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang mengalami
kecacatan.
7. Penatalaksanaan
9
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan
yang berbeda. Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan
dengan gejala seperti nyeri dan keletihan. Penyakit kronis yang parah
dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu, yang
selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak
penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur
untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis
(Smeltzer & Bare, 2010).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
10
DM gestasional sebanyak 30 orang (10 %). Dari penduduk yang menderita DM
sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin memeriksakan kadar gula darahnya.
I. PENGKAJIAN
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi :
data inti dan data sub sistem.
1. Data Inti komunitas meliputi :
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
1) Lokasi :
Provinsi : Maluku
Kabupaten/ kota : Ambon
Kecamatan : Sirimau
Kelurahan : Karang Panjang
Rw : 005
Rt : 001
Data demografi
11
Duda : 30 orang (10%)
Janda : 15 orang (5%)
12
3) Jamban
Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 80%
Tidak memiliki jamban : 20%
Macam jamban yang dimiliki
Septitank : 75%
Disungai : 25%
Keadaan jamban
Bersih : 45%
Kotor : 55%
4) Keadaan rumah
Tipe rumah
Tipe A/permanen : 210 orang (70%)
Tipe B/semipermanen : 75 orang (25%)
Tipe C/tidak permanen : 15 orang (5%)
Status rumah
Milik rumah sendiri : 180 orang (60%)
Kontrak : 50 orang (40%)
Lantai rumah
Tanah : 30 orang (10%)
Papan : 90 orang (30%)
Tegel/keramik : 180 orang (60%)
Ventilasi
Ada : 240 orang (80%)
Tidak ada : 60 orang (20%)
Luas kamar tidur
Memenuhi syarat : 180 orang (60%)
Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
Penerangan rumah oleh matahari
Baik : 120 orang (40%)
13
Cukup : 150 orang (50%)
Kurang : 30 orang (10%)
5) Halaman rumah
Kepemilikan pekarangan
Memiliki : 240 orang (80%)
Tidak memiliki : 60 orang (20%)
Pemanfaatan pekarangan
Ya : 270 orang (90%)
Tidak : 30 orang (10%)
6) Fasilitas umum dan kesehatan
Fasilitas umum
Sasaran kegiatan kelompok
PKK : 1 kali per bulan
Tempat perkumpulan umum
Balai desa : ada (1 buah)
RW : ada (1 buah)
RT : ada (1 buah)
Fasilitas kesehatan
14
Wiraswasta : 30 orang (10%)
Buruh tani/pabrik :150 orang (50%)
Penghasilan rata-rata perbulan
<dari UMR : 150 orang (50%)
UMR – 1.000.000,00 : 90 orang (30%)
>dari UMR : 60 orang (20%)
Pengeluaran rata-rata perbulan
<dari UMR : 165 orang (55%)
UMR – 1.000.000,00 : 105 orang (35%)
>dari UMR : 30 orang (10%)
Kepemilikan usaha
Toko : 30 orang (10%)
Warung makanan : 15 orang (5%)
UKM : 9 orang (3%)
Tidak punya : 246 orang (82%)
Diet makan
Kebiasaan makan makanan manis : 70% (210
org)
Kebiasaan makan makanan berlemak : 20% (60 org)
Lain-lain :10% (30 org)
Kepatuhan terhadap diet
Patuh : 25% (75 org)
Kadang-kadang : 30% (90 org)
Tidak patuh : 45% (135
org)
Kebiasaan berolah raga
Sering : 15% (45 org)
Kadang-kadang : 40% (120
org)
Tidak pernah : 45% (135
org)
15
Kebiasaan sehari-hari
Memakai alas kaki
Setiap saat : 60% (180
org)
Saat di luar rumah : 30% (90 org)
Jarang memakai : 10% (30 org)
Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
Sering : 10% (30 org)
Kadang-kadang : 15% (40 org)
Tidak pernah : 75% ( 225
org )
Transportasi
8) Fasilitas transportasi : Jalan raya, angkutan umum,
ambulan
Alat transportasi yang dimiliki
Sepeda : 90 orang (30%)
Motor : 120 orang (40%)
Mobil : 6 orang (2%)
Lain-lain/ becak : 84 orang (28%)
Penggunaan sarana transportasi oleh
masyarakat
Angkutan umum : 165 orang
(55%)
Kendaraan pribadi : 135 orang
(45%)
Politik dan pemerintahan
Struktur organisasi : ada
Terdapat kepala desa dan perangkatnya
Ada organisasi karang taruna
Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang
taruna, panti, posyandu)
16
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan :
ada yaitu puskesmas
Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM :
belum ada.
Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan :
belum ada
9) Sistem komunikasi
Fasilitas komunikasi yang ada
Radio : 225 orang (75 %)
TV : 165 orang (55 %)
Telepon/handphone : 120 orang (40 %)
Majalah/Koran : 135 orang (45%)
Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk
kelompok DM
Poster tentang diit DM : ada
Pamflet tentang penanganan DM : ada
Leaflet tentang penanganan DM : ada
Kegiatan yang menunjang kegiatan DM
Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh
petugas kesehatan dari Puskesmas : ada tapi jarang
10) Pendidikan
Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat
pendidikan formal
SD : 135 orang (45%)
SLTP : 90 orang (30%)
SLTA : 60 orang (20%)
Perguruan tinggi : 15 orang (5%)
11) Rekreasi
Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan
pantai.
17
II. ANALISA DATA
18
Karang Panjang 00078 Ketidakefektifan
Manajemn Kesehatan
19
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
Distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat pendidikan
formal
20
Dari hasil wawancara didapat Kesehatan Diabetes
jumlah penderita DM 300 orang 3102 Manajemen Diri: Penyakit 4470 Bantuan Modifikasi diri
Kronik
-jumlah penderita DM dengan 1619 Manajemen Diri: Diabetes 5602 Pengajaran : Proses
21
DM yang setiap saat memakai alas
kaki sebanyak 45 orang
Diagnosa Implementasi
(15%),saat dilauar rumah 75 orang
Perilaku kesehatan cenderung Preventi Primer
(25%) dan jarang memakai 180
beresiko - Memberikan Pendidikan kesehatan
orang (60%)
- Teaching group
Preventif sekunder
- Memberikan Skrining kesehatan
- Mengidentifikasi risiko
22
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk dari asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang
dikaji adalah semua anggota keluarga dalam satu rumah. Penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan yagn ada pada
keluarga tersebut. Jadi apabila ada riwayat anggota keluarga dengan penyakit DM, anggota keluarga lainnya harus merawatnya dengan
baik seagar penyakit ini bisa disembuhkan.
B. Saran
24
Dengan mengetahui asuahan keperawatan komunitas pada penderita diabetes mellitus kita dapat melakukan pencegahan agar
penyakityang timbul tidak menuju keparahan. Banyak intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada tingkat komunitas berupa
promotif dan preventif.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam.
Singapore: Elseiver.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan
Edisi Kelima. Singapore: Elseiver.
NANDA. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.
Nies, M. A. & McEwen, M. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Mosby: Elseiver.
Smeltzer, Suzanne.C, Brenda.G.B., (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.
26
27