Anda di halaman 1dari 17

ASKEP KOMUNITAS PADA POPULASI RENTAN DAN AKIBAT BENCANA

MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I

Program Studi Ilmu Keperawatan Reg-A1 Semester 5

DOSEN PENGAMPU :

1. Ns. Dian Emiliasari, S.Kep., M.Kes


2. Ns. Abu Bakar Sidik, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 7 :

1. Darsheila Maulidina ( 19.14201.30.03 )


2. Risi Terisakti ( 19.14201.30.05 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
baik itu berupa sehat fisik, maupun akal pikiran sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Askep komunitas populasi rentan dan akibat bencana” ini
disusun guna memenuhi tugas pada Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Askep komunitas populasi
rentan dan akibat bencana” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tidak terhingga kepada :
1. Ns. Dian Emiliasari, S.Kep., M.Kes. selaku dosen penanggung jawab dan tim
pengajar pada mata kuliah Keperawatan Komunitas I.
2. Ns. Abu Bakar Sidik, S.Kep., M.Kes. selaku tim pengajar pada mata kuliah
Keperawatan Komunitas I.
3. Teman-teman mahasiswa mahasiswa yang turut serta dalam membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Semoga makalah ini ada manfaatnya baik baik pembaca maupun penulis.Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 20 November 2021

Penyusun

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1

1.3 Tujuan .............................................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bencana ............................................................................................................2

2.2 Pengertian Community Mental Health Nursing (CMHN)..............................................4

2.3 Asuhan Keperawatan Klien Pasca Bencana ..................................................................6

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................8

3.2 Saran ..............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populous (rakyat, berarti penduduk).
Didalam pelajaran ekologi, populasi adalah sekelompok individu yang sejenis. Apabila kita
membicarakan populasi, haruslah disebut jenis individu yang dibicarakan dengan
menentukan batas – batas waktunya serta tempatnya. Jadi, populasi adalah Kumpulan
individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu. Populasi rentan atau
populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi seseorang atau populasi untuk
menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson, Birenbaum dalam Stanhope & Lancaster, 2004).
Pandera mengkategorikan faktor resiko kesehatan antara lain genetik, usia, karakteristik
biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan lingkungan. Jika seseorang dikatakan rawan
apabila mereka berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome negatif. Faktor
pencetusnya berupa genetik, biologi atau psikososial.

Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki


peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan. Kenyataan
menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan perundang undangan yang
mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat implementasinya sangat beragam.
Sebagian undang-undang sangat lemah pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak
memberi manfaat bagi masyarakat.

Disamping itu, terdapat peraturan perundang-undangan yang belum sepenuhnya


mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan bagi perlindungan
kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas di
negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-
kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak asasi
orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan belum terpenuhi secara
maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan keluarganya, serta secara
tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka makalah ini akan membahas mengenai
asuhan keperawatan komunitas populasi rentan dan akibat bencana.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka makalah ini bertujuan untuk
memaparkan atau mendeskripsikan tentang asuhan keperawatan komunitas pupulasi rentan
dan akibat rencana.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bencana


2.1.1 Pengertian

Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 pasal 1, Bencana adalah peristiwa


atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis (Paramesti, 2011).

Bencana merupakan suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan


dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam danatau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana tidak terjadi begitu saja,
namun ada faktor kesalahan dan kelalaian manusia dalam mengantisipasi alam dan
kemungkinan bencana yang dapat menimpanya (Nartyas, 2013).

Bencana alam adalah suatu bencana yang terjadi akibat gejala-gejala alam yang
dampaknya sangat meresakan masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal dikawasan
rawan bencana. Secara geografis, sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kawasan
rawan bencana, Pada umumnya resiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi
(gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir,
tanah longsor, kekeringan , angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit
manusia, penyakit tanaman atau ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi
(kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia).
Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumber
daya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks
merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik (Harjadi, 2007).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bencana alam adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Pada umumnya resiko bencana alam meliputi
bencana akibat faktor geologi, bencana akibat hydrometeorologi, bencana akibat faktor
biologi dan kegagalan teknologi.

2.1.2 Klasifikasi Bencana

Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis. Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang penanggulangan bencana, yaitu:

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah
penyakit.

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat.

d. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan
desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan
atau insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan
kerusakan lainnya. Lima jenis bencana alam yang di akibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain :

a. Banjir
Banjir adalah bencana alam yang diakibatkan oleh curah hujan yang cukup
tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran-saluran pembuangan air yang memadai,
sehingga banjir dapat meredam berbagai wilayah – wilayah yang cukup luas. Pada
umumnya banjir terjadi karena luapan sungai yang tidak mampu menghadang
derasnya air yang datang sehingga menyebabkan jebolnya sitem perairan disuatu
daerah. Banjir juga diakibatkan oleh manusia itu sendiri karena membuang sampah
sembarangan ke saluran-saluran pembuangan air dan nenebang pohon secara liar,
pohon bermanfaat sebagai penyerap air dikala datangnya hujan.
b. Longsor
Longsor atau disebut juga gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa bantuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum longsor bisa
terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Bencana
longsor terjadi karena setelah hujan yang cukup lebat dan tanah tersebut tidak sama
sekali ditumbuhi tanaman maka terjadilah longsor itu. Tanaman berguna untuk
menahan tanah-tanah agar tidak mudah longsur atau terseret. Ada juga bencana
longsor yang terjadi secara alami, karena memang tanah yang kurang padat, curah
hujan yang cukup tinggi dan kemiringa yang cukup curang.
c. Kebakaran
Kebakaran bisa terjadi dikaitkan oleh wilayah itu sendiri, bisa juga dikaitkan
oleh ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Bahaya yang tibul karena
kebakaran adalah asap yang dihasilkan dapat merusak pernafasan.
d. Gempa Bumi
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang bernama seismometer.
Moment magnitudo adalah skala yang paling umum dimana gempa bumi terjadi untuk
seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala besarnya lokal 5 magnitude. Biasanya
gempa bumi terjadi pada daerah – daerah yang dekat dengan patahan lempengan
bumi. Gempa adalah bencana alam yang tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu
gempa merupakan bencana alam yang sangat berbahaya. Ada berbagai cara untuk
mengurangikerugian akibat dampak gempa bumi, seperti membangun bangunan yang
dapat meredam getaran gempa, memperkuat pondasi bangunan dan masih banyak
yang lain.
e. Letusan Gunung Api

Gunung api adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang kepundan atau
rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan batuan (magma) dan gas
kepermukaan bumi lubang tersebut dinamakan kawah bila berdiameter < 2.000 m dan
di sebut kaldera bila ber-diameter > 2.000 m. Gunung meletus bisa terjadi karena
endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan
tinggi. Dari letusanletusan seperti itulah gunung merapi bisa terbentuk. Letusan
gunung merapi bisa merenggut korban jiwa dan menghabiskan harta benda yang
besar. Gunung meletus merupakan salah satu bencana alam yang sangat dahsyat
karena diakibatkan meningkatnya aktivitas magma yang ada dalam perut bumi. Jika
gunung akan meletus maka dapat dideteksi dengan cara melihat aktivitas
perkembangannya., mulai dari siaga, waspada, awas dan hingga puncaknya itu
meletus. Ketika suatu gunung meletus maka akan mengeluarkan material-material
yang ada dalam bumi, mulai dari debu, batu, kerikil, awan panas, krikil hingga
magmanya. Karena waktu terjadinya gunung meletus dapat diperediksi, maka bisa
diberi peringatan kepada warga agar segera mengungsi ke tempat ynag lebih aman.
(Kristanti, 2013).

2.1.3 Penyebab Bencana

Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :

a. Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur
tangan manusia.
b. Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan
juga bukan akibat perbuatan manusia.
c. Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan
manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme.
(Kristanti, 2013).

2.1.4 Manajemen Bencana


Manajemen bencana menurut (University British Columbia) ialah proses
pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk
mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi
baik bencana potensial maupun akual. Adapun tujuan manajemen bencana secara umum
adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda
dan lingkungan hidup
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan
penghidupan korban
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke
daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak
huni dan aman
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/
transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan
kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana
5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut
6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.

2.1.5 Peran Perawat dalam Manajemen Bencana

a. Peran Perawat Dalam Fase Pre-Impact

1) Mengenali instruksi ancaman bahaya


2) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana
3) Melatih penanganan pertama korban bencana
4) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana
5) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana Pendidikan kesehatan diarahkan kepada:
 Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
 Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan dan pertolongan pertama luka bakar
 Memberikan beberapa alamat dan nomor telpon darurat seperti dinas kebakaran,
Rumah Sakit dan Ambulance
 Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (missal pakaian
seperlunya, portable radio, senter dan baterai)
 Memberikan informasi tempat-tempat alternative penampungan atau posko-posko
bencana.

b. Peran perawat dalam Fase Impact

1) Bertindak cepat
2) Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4) Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
5) Untuk jangka panjang. Bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama

c. Peran perawat dalam fase post impact

1) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik dan psikologi korban.
2) Stress psikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi posttraumatic
stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria utama:
 Gejala trauma pasti dapat dikenali
 Individu tersebut mengalami gejala ulang terutamanya melalui flashback, mimpi,
ataupun peristiwa - peristiwa yang memacunya
 Individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
 Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat paska gawat
darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan
aman.

2.2 Pengertian Community Mental Health Nursing (CMHN)


Community mental health nursing (CMHN) adalah pelayanan keperawatan yang
komprehensif, holistik, dan paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa,
rentang terhadap stres dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. CMHN
merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan pengetahuan dan keterampilan
yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui pelatihan dalam rangka upaya membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa akibat dampak tsunami, gempa maupun
bencana lainnya. Secara lengkap di laksanakan dengan lebih baik setelah terjadi gempa dan
tsunami di Aceh pada tahun 2004, dan telah dilaksanankan hampir di seluruh puskesmas di
Aceh. Replikasi telah dilakukan di hampir 20 provinsi di tanah air. Pelatihan yang dilakukan
terdiri dari tiga tahapan yaitu Basic, Intermediate dan Advance Nursing Training.

Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua aspek


kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.

2.2.1 Dasar pembentukan CMHN

Konflik berkepanjangan disertai bencana tsunami dan gempa bumi tanggal 26


desember 2004 di Nangroe Aceh Darussalam ( NAD ) telah berlalu, namun dampaknya
masih sangat dirasakan oleh semua masyarakat dengan berbagai kondisi. Dampak tersebut
dapat berupa kehilangan sanak saudara, kehilangan harta benda, kerusakan lingkungan, dan
sebagainya. Semua ini dapat menimbulkan berbagai masalah psikososial seperti ketakutan,
kehilangan, trauma paska bencana, bahkan timbul masalah kesehatan jiwa yang lebih berat
seperti depresi, perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Kondisi-kondisi
seperti ini penanganan yang cepat, tepat dan akurat. Untuk menangani masalah tersebut
perlu dipikirkan serta pelayanan, sumber daya manusia, kompetensi, maupunbiayanya.

Saat ini sarana pelayanan keperawatan jiwa yang ada di NAD adalah Badan
Pelayanan Keperawatan Jiwa ( BPKJ ) dengan bed occupation rate ( BOR ) 130%, sumber
daya manusia yang kurang dan anggaran yang juga tidsak memadai. Oleh karena itu perlu
ada strategi lain untuk memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa kepada
masyarakat dengan menggunakan pendekatan Comunity Mental Health Nursing (CMHN ) /
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas ( KKJK ). KKJK merupakan salah satu upaya yang
digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa
akibat dampak konflik, tsunami, gempa maupun bencana lainnya
2.3 Asuhan Keperawatan Klien Pasca Bencana
A. Pengkajian

 Umum
1. Nama  
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Alamat
5. Status Pekerjaan
6. Agama
 Khusus
a. Data Subjektif 
 Menceritakan kejadian atau peristiwa yang tramatis
 Mengtakan takut atas bencana yang terjadi
 Mengatakan resah saat teringat kembali peristiwa yang dialami -Mengatakan
merasa tidak berguna
 Mengtakan was-was
 Merasa fikiran terganggu
 Tidak ingin mengingat peristiwa itu kembali dengna menceritakannya lagi
 Mengingat peristiwa trauma
 Merasa malu mengatakan setiap mengingat kejadian bencana merasa jantung
berdebar-debar   
b. Data Objektif 
 Mengasingkan diri
 Menangis
 Marah
 Gelisah
 Menghindar 
 Depresi
 Sulit berkomunikasi
 Keadaan mood terganggu
 Sesak dada
 Lemah
 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi kehilangan :
a. Genetik 
Individu yang dilahirkan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi
biasanya sulit mengembangkan sikap optimis dan menghadapi suatu masalah termasuk
dalam menghadapi kehilangan.
b. Kesehatan Fisik 
individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup teratur, cenderung mempunyai
kecenderungan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
sedang mengalami gangguan fisik.
c. Kesehatan Mental atau Jiwa
individu yang mengalami kesehtan jiwa seperti depresi yang di tandai dengan
perasaan tidak berdaya, pesimis, dan dibayangi dengan masa depan yang suram,
biasanya sangat peka dengan situasi kehilangan.

d. Pengalaman Kehilangan dimasa Lalu


kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna dimasa kanak-kanak
akan mempengaruhi individu dalam menghadapi kehilangan dimasa dewasa

 Faktor Presipitasi
Stress yang nyata seperti kehilangan yang bersifat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
antara lain, kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan
keluarga dan harta benda. Individu yang kehilangan sering menunjukan perilaku
seperti menangis atau tidak mampu menangis, marah, putus asa, kadang ada tanda
upaya bunuh diri atau melukai orang lain yang akhirnya membawa Pasien dalam
keadaan depresi.

 Spiritual
a. Keyakinan terhadap Tuhan YME
b. Kehadiran ditempat ibadah
c. Pentingnya agama dalam kehidupan Pasien kehidupan Pasien
d. Kepercayaan akan kehidupan setelah kematian

 Orang-orang terdekat
a. Status perkawinan
b. Siapa orang terdekat
c. Anak-anak 
d. Kebiasaan Pasien dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya
e. Bagaimana pengaruh orang-orang terdekat terhadap penyakit atau masalah
f. Proses interaksi apakah yang terdapat dalam keluarga.
g. Gaya hidup keluraga : Diet atau pengajian

 Sosial Ekonomi
a. Pekerjaan :Keuangan
b. Faktor-faktor lingkungan :rumah, pekerjaan, dan rekreasi
c. Penerimaan sosial terhadap penyakit atau kondisi : PMS,HIV,Obesitas

 Kultural
a. Latar belakang etnis
b. Tingkah laku mengusahakan kesehatan, rujuk penyakit
c. Faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan respon
terhadap rasa sakit
d. Kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan
B. Diagnosa Keperawatan

1. Berduka berhubungan dengan actual atau perasaan


2. Kecemasan berhubungan dengan kritis situasional, stress, perubahan status,
lingkungan, ancaman kematian, kurang pengetahuan
3. Takut berhubungan dengan perubahan status lingkungan (bencana alam)
4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kehilangan ( keluarga dan harta
benda)
5. Resiko distress spiritual dengan faktor resiko perubahan lingkungan
bencana alam

C. Intervensi

Tujuan dan kriteria


Diagnosa keperawatan Intervensi
hasil

Berduka berhubungan NOC : NIC:


dengan aktual atau Kontrol Koping setelah 1. Bina dan jalin hubungan saling
perasaan dilakukan tindakan percaya.
kehilangan ditandai keperawatan selama 3 2. Identifikasi kemungkinan faktor yang
dengan DO/DS : kali pertemuan menghambat proses berduka.
- Penolakan terhadap diharapkan individu 3. Kurangi atau hilangkan faktor 
kehilangan mengalami proses penghambat proses berduka.
- Menangis berduka secara normal, 4. Beri dukungan terhadap respon
- Menghindar  melakukan koping kehilangan pasien
- Marah terhadap kehilangan 5. Tingkatkan rasa kebersamaan antara
- Mengatakan sebagai bagian  bagian anggota keluarga.
 bersedih dari kehidupan 6. Identifikasi tingkat rasa duka pada
kehidupan yang nyata fase berikut:
dan harus dilalui, Fase pengingkaran
dengan kriteria hasil :  Memberi kesempatan kepada pasien
- individu mampu untuk mengungkapkan perasaannya.
mengungkapkan  Menunjukkan sikap menerima,
perasaan duka. ikhlas dan mendorong pasien
- Menerima kenyataan pasien untuk berbagi rasa.
kehilangan dengan  Memberikan jawaban  jawaban
perasaan damai yang jujur terhadap
- Membina hubungan terhadap pertanyaan pasien tentang
baru yang bermakna sakit, pengobatan  pengobatan dan
dengan objek atau kematian.
orang yang baru   Fase marah
 Mengizinkan dan mendorong pasien
mengungkapkan rasa marahnya
secara verbal tanpa melawan
dengan kemarahan.
Fase tawar menawar 
 Membantu pasien
mengidentifikasi rasa bersalah
dan perasaan takutnya.
  Fase depresi
 Mengidentifikasi tingkat depresi
dan resiko merusak diri pasien
 Membantu pasien mengurangi rasa
bersalah.
 Fase penerimaan
 Membantu pasien untuk menerima
kehilangan yang tidak bisa
dielakkan
Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
krisis situasional, stress, -Koping Setelah kecemasan)
perubahan status dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan  pendekatan
lingkungan, ancaman selama 3 kali yang menenangkan
kematian, kurang pertemuan  pertemuan 2. Nyatakan  Nyatakan dengan jelas
pengetahuan. klien kecemasan harapan harapan terhadap pelaku
DO/DS: teratasi dgn kriteria pasien
- Insomnia hasil: 3. Temani pasien untuk memberikan
- Kontak mata  Klien mampu 4. keamanan dan mengurangi takut
kurang mengidentifikasi dan 5. Libatkan keluarga untuk
- Kurang istirahat Mengungkapkan gejala mendampingi klien
- Berfokus pada diri cemas 6. Instruksikan pada pasien  pasien
sendiri  Mengidentifikasi, untuk menggunakan tehnik relaksasi
- Iritabilitas Mengungkapkan dan 7. Dengarkan dengan penuh perhatian
- Takut menunjukkan tehnik 8. Identifikasi tingkat kecemasan
- Nyeri perut untuk   mengontol 9. Bantu pasien mengenal situasi yang
- Penurunan TD dan cemas menimbulkan kecemasan
denyut nadi  Vital sign dalam 10. Dorong pasien untuk
- Diare, mual, batas normal mengungkapkan perasaan, ketakutan
kelelahan  Postur tubuh, persepsi
- Gangguan tidur  ekspresi wajah, bahasa 11. Kelola pemberian obat anti cemas
-Gemetar  bahasa tubuh dan
- Anoreksia, mulut tingkat aktivitas
kering menunjukkan
- Peningkatan TD, berkurangnya
denyut nadi, RR  kecemasan
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam
 pembicaraan
-Sulit berkomunikasi
Takut  berhubungan NOC : Anxiety control NIC : Coping Enhancement
dengan perubahan status Fear control Setelah 1. Bina dan jalin hubungan saling
lingkungan ( bencana dilakukan tindakan percaya.
alam), ditandai dengan keperawatan selama 3 2. Sediakan Reinforcement positif
DS : Peningkatan kali pertemuan takut positif ketika pasien melakukan
ketegangan,panik, klien teratasi dengan perilaku untuk mengurangi takut
penurunan kepercayaan kriteria hasil : 3. Sediakan perawatan Yang
diri, cemas  Memiliki informasi berkesinambungan
DO : untuk mengurangi 4. Kurangi stimulasi lingkungan yang
 penurunan takut dapat menyebabkan misinterprestasi
produktivitas  Menggunakan 5. Dorong mengungkapkan secara
kemampuan belajar  tehnik relaksasi verbal perasaan,  perasaan, persepsi
 penurunan  Mempertahankan persepsi dan rasa takutnya
kemampuan hubungan sosial dan 6. Perkenalkan dengan orang yang
menyelesaikan masalah fungsi peran 7. mengalami kejadian bencana yang
 mengidentifikasi  Mengontrol respon sama
obyek ketakutan, takut 8. Dorong klien untuk Mempraktekan
   peningkatan tehnik relaksasi
kewaspadaan
 Anoreksia
 mulut kering
 diare, mual
 pucat, muntah
 perubahan
perubahan tandatanda
vital
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Di beberapa daerah di Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana. Dengan


banyaknya bencana, kesiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus dilakukan dengan
baik. Karena dampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana, maka penanganan
korban bencana harus dilakukan dengan terkoordinasi dengan baik sehingga korban yang
mengalami berbagai sakit baik fisik, sosial, dan emosional dapat ditangani fisik, sosial, dan
emosional dapat ditangani dengan baik dan manusiawi. Perawat sebagai kaum yang telah
dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan dapat melakukan berbagai tindakan tanggap
bencana. Seharusnya modal itu dimanfaatkan oleh mahasiswa keperawatan agar secara aktif
turut melakukan tindakan tanggap bencana.

3.2. Saran

Perawat adalah tenaga kesehatan yang sangat berkompeten untuk melakukan


pelayanan kesehatan di daerah yang sedang mengalami bencana, oleh karena itu diharapkan
bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat yang sudah berpengalaman dalam praktik
pelayanan kesehatan mau untuk berperan dalam penanggulangan bencana yang ada di sekitar
kita. Karena ilmu yang didapat dibangku perkuliahan sangat relevan dengan yang terjadi di
masyarakat, yaitu fenomena masalah kesehatan yang biasanya muncul di tempat yang sedang
terjadi bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, Sri. Dkk. 2017.Asuhan Keperawatan Pada Agregat dalam Komunikasi Populasi
Rentan :Penyakit Mental, Kecacatan, dan Populasi Terlantar.

Darmawan, Lili. Dkk. 2017. Penyakit Mental, Kecacatan dan Populasi Terlantar.

Imam B, Aisiyah. Dkk.2017. Askep Pada Agregat dalam Komunitas Populasi Rentan
(Penyakit Mental, Kecacatan, dan Populasi Terlantar).

Anda mungkin juga menyukai