Anda di halaman 1dari 14

ASKEP AGREGAT KOMUNITAS LANSIA

Disusun Oleh :

1. Marselina Jalang KP16011


2. Melkianus Loja Ringulangu KP1601159
3. Nadzir Afendy Musaad KP1601161
4. Nazibah KP1601162
5. Novantri M. Pandang KP16011
6. Reza Tapotubun KP16011
7. Raimundus Laba KP16011

DOSEN: Pak Antok

MATA KULIAH: Keperawatan Komunitas II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA


YOGYAKARTA 2018 / 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan Askep ini dengan baik. Saya mengharapkan kiranya
Askep ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan pedoman bagi pembaca
dan seluruh rekan-rekan Mahasiswa-mahasiswi S1 Keperawatan untuk menambah
pengetahuan.
Askep ini saya akui masih banyak kekurangan kerena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Askep ini.

Yogyakarta Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. iv
1. Latar Belakang ........................................................................................................................... iv
2. Tujuan ......................................................................................................................................... v
3. Manfaat Penulisan ....................................................................................................................... v
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
1. Pengertian ................................................................................................................................... 6
2. Batasan Lanjut Usia .................................................................................................................... 6
3. Tipe Lanjut Usia ......................................................................................................................... 7
4. Proses Penuaan............................................................................................................................ 8
5. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia ................................................................ 8
1) Perubahan Fisik ....................................................................................................................... 8
2) Perubahan Mental ................................................................................................................. 11
3) Perubahan Psikososial ........................................................................................................... 11
6. Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia antara lain: . 12
7. Beberapa Penyakit dan Sifat Penyakit pada Lansia .................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian
umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya
usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut
usia.

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling
pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta
orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah
penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di
bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.

Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993),
kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di dunia.
Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.

Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia
rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999)
harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor
satu adalah Jepang (74,5 tahun).

Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993


mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan
aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia
Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.

Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita


golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain,
populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih
tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada
segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.

iv
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan
yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang
keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi
yang mulai berkembang.

Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic
nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang
berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas
memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia
dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun
dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang
berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi),
disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

2. Tujuan
a) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

b) Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia.

c) Mengenal masalah kesehatan lansia.

d) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia.

e) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia.

f) Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial) sehingga dapat


meningkatkan kesehatan lansia.

g) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan kesehatan).

3. Manfaat Penulisan
a. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia

b. Mahasiswa dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap lansia.

c. Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap lansia.

v
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut
Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk,
2008: 32).

2. Batasan Lanjut Usia


Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:

a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:

a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

6
d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

3. Tipe Lanjut Usia


Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam,
dkk, 2008).

Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,


mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

7
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak
acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi
(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri
sendiri).

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan


kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia
dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri
dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak
langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti werda, lansia yang dirawat
di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.

4. Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.
Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di
dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua
tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai
penyakit degeneratif.

5. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut
Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

1) Perubahan Fisik
a. Sel

8
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.

b. Sistem Persyarafan

Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun
10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon
penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif
terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap
sentuhan.

c. Sistem Penglihatan

Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.

d. Sistem Pendengaran

Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

e. Sistem Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.

9
g. Sistem Respirasi

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk
menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri
tidak berganti.

h. Sistem Gastrointestinal

Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik
lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

i. Sistem Genitourinaria

Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,
frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.

j. Sistem Endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi
hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.

k. Sistem Kulit

Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

l. Sistem Muskuloskeletal

10
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi
serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

2) Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Hereditas.

e. Lingkungan.

f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.

g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.

h. Kenangan lama tidak berubah.

i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya


penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.

3) Perubahan Psikososial
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak
aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.

b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.

c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau


relasi.

d. Sadar akan datangnya kematian.

e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.

11
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.

g. Penyakit kronis.

h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.

i. Gangguan syaraf panca indra.

j. Gizi

k. Kehilangan teman dan keluarga.

l. Berkurangnya kekuatan fisik.

Permasalahan pada Lansia

6. Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia


antara lain:
1. Permasalahan Umum

a. Makin besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan lansia.

e. Belum membudaya dan melembaganya pembinaan kesejahteraan lansia.

2. Permasalahan Khusus

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.

b. Berkurangnya integrasi sosial lansia.

c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.

d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.

12
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.

7. Beberapa Penyakit dan Sifat Penyakit pada Lansia


Penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 7 macam, yaitu:

a. Depresi Mental

b. Gangguan Pendengaran

c. Bronkitis Kronis

d. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan

e. Gangguan pada koksa/sendi panggul

f. Anemia

g. Demensia

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

14

Anda mungkin juga menyukai