Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
“KONSEP PERAWATAN DI RUMAH DAN PROGRAM
PERAWATAN DI RUMAH”

Dosen : Siti Santy Sianipar., S.Kep. M.Kes

Di Susun Oleh:
Kelompok 2
Tingkat III B/Semester VI

1. Armeliati 2018.C.10a.0959
2. Dhea Permatasari Iskandar 2018.C.10a.0964
3. Dony 2018.C.10a.0965
4. Erna Sari 2018.C.10a.0966
5. Jenny Amsal 2018.C.10a.0971
6. Julius 2018.C.10a.0973
7. Ruly Ramadana 2018.C.10a.0983
8. Yoga Pratama 2018.C.10a.0992

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perawatan Di Rumah (Home Care)


2.1.1 Pengertian Perawatan Di Rumah (Home Care)
Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Home Health Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-
orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya  (Neis dan
Mc.Ewen , 2001)
2.1.2 Tujuan Perawatan Di Rumah (Home Care)
Tujuan Dasar dari Keperawatan Home Care adalah:
•Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif, serta
mendorong digunakannya pelayanan kesehatan
•Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota
keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan
•Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh
anggota keluarga, serta memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan
•Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar anggota keluarga
•Meningkatkan kesehatan lingkungan
2.1.3 Manfaat Perawatan Di Rumah (Home Care)
Manfaat Keperawatan Home Care ( Home Care Nursing) adalah:
•Pasien lebih dekat dengan keluarganya sehingga menciptakan rasa aman
dan nyaman antara pasien dan keluarganya
•Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien sehingga tidak merasa
diabaikan.pasien
•Meningkatkan kualitas hidup pasien.
•Menghemat biaya, artinya keluarga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya
(kamar) Rumah Sakit, transport pp rumah- Rumah Sakit untuk
menemani pasien di Rumah Sakit
2.1.4 Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care
Menurut Hidayat  (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung
home care antara lain:
1. Teori Lingkungan   (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik
eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang
meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan
kesehatan individu yang meliputi:
a. Udara bersih,
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada
lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci
dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas
melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah
kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah,
kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
2. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa
manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan
karakter yang berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia yang
dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan
berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada
kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan
lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang
utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik
yang terdiri dari integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti
individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat
dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi
mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan
lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang
bervariasi dan helicy merupakan proses terjadinya interaksi antara
manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan – lahan
maupun berlangsung dengan cepat.
Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan
merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan
pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka
Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien
secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.
3. Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan
pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus
bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai
”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup
memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia
meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara
pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan
profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan
saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-
faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti
kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan
signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi
kesejahteraan dan kondisi sakit.
4. Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian
mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Pandangan teori Jean
Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang
kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan
dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan
makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi,
kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan
aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial
(kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan
untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
5. Teori Self Care  (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan
mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik
keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk teori Self Care, di
antaranya :
a. Perawatan diri sendiri (Self Care)
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta
dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh
usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam
perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang
dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri
dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang
tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu
tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri
sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses
kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi
tubuh. Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia
yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care
Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan
indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang
timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
2.1.5 Landasan Hukum Home Care
2.1.5.1 Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :
a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana
yang sesuai dengan hukum
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri
d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
2.1.5.2 Landasan hukum :
a. UU Nomor 29 tahun 2004  tentang praktik kedokteran
b. UU Nomor 32 tahun 2004  tentang pemerintahan daerah
c. UU  Nomor 36  tahun 2009  tentang kesehatan
d. PP Nomor  32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
e. PP Nomor  25 tahun 2000  tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
f. PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter
gigi, apoteker, ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes,
entomology kes, sanitarian, administrator kesehatan, penyuluh kes
masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer, perekam
medis, dan teknisi elektromedis
g. SK Menpan Nomor  94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan
fungsonal perawat.
h. Kepmenkes Nomor  128  tahun 2004 tentang kebijakan dasar
puskesmas
i. Kepmenkes Nomor  279  tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan Perkesmas.
j. Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
k. Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap
reformasi kes.masy.
l. Permenkes Nomor  920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
m. Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan
praktik keperawatan
2.1.6 Lingkup Pelayanan Home care
Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home
care adalah:
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
2.1.7 Mekanisme Pelayanan Home care
Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat
merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun
puskesmas, namun pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan
keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh
pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan adalah sebagai berikut:
1. Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih
dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk
di rawat di rumah atau tidak.
2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat
di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang
merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan
dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat
kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien,
kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis
sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan
keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak
atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah.
Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus
diketahui oleh koordinator kasus.
4. Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai
dengan kesepakatan.
2.1.8 Peran dan Fungsi Perawat Home Care
1. Manajer kasus : Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan,dengan
fungsi :
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga. 
b. Menyusun rencana pelayanan.
c. Mengkoordinir aktifitas tim.
d. Memantau kualitas pelayanan
2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan.
denganfungsi :
a. Melakukan pengkajian komprehensif  
b. Menetapkan masalah
c. Menyusun rencana keperawatan
d. Melakukan tindakan perawatan
e. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien
f. Membantu pasien dalam mengembangkan prilaku koping yang
efektif
g. Melibatkan keluarga dalam pelayanan
h. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan
i. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan
j. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

2.1.9 Kewenangan Perawat Berkewajiban


Pasal Krusial Dalam Kepmenkes 1239/2001 Tentang Praktik
Keperawatan
1) Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.
2) Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis
dokter.

Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :


1) Menghormati hak pasien
2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
4) Memberikan informasi
5) Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
6) Melakukan catatan perawatan dengan baik
7) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat
berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
8) Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP
di ruang praktiknya
9) Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktik  (sedang dalam proses amandemen)
10) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk
kunjungan rumah.

Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi


1) Tempat praktik memenuhi syarat
2) Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir /buku
kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan.

2.1.10 Jenis Pelayanan Kesehatan Dirumah


1) Pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
2) Pelayanan Kesehatan dibawah koordinasi rumah sakit
3) Pelayanan Keperawatan Hospice
4) Pelayanan Kesehatan Praktek Mandiri atau Berkelompok
5) Yayasan Pelayanan Sosial

2.1.11 Home Health Care Provider (HCCP) / Pemberi Perawatan Kesehatan


di Rumah
Ada tiga cara utama pemberian pelayanan perawatan kesehatan dirumah:
lembaga kesehatan-di-rumah bersertifikat (certified home health agency / CHHA),
program perawatan kesehatan-di-rumah jangka-panjang (the long-term home
health care program (LTHHCP), dan lembaga berlisensi. Tujuan setiap program
ini adalah mempertahankan individu di rumah masing-masing. Tidak ada metode
perawatan terbaik. Metode harus didasarkan pada sumber di komunitas, mampuan
mengembangkan sumber melalui hubungan dan jaringan kerja serta kebutuhan
klien.
1) Lembaga Kesehatan di Rumah Bersertifikat (CHHA)
Dasar pemikiran CHHA adalah untuk memberikan kesempatan bagi
individu yang mengalami penyakit akut untuk menerima perawatan terampil yang
dibutuhkan di rumah mereka sendiri. CHHA memenuhi kebutuhan individu
dengan memberi berbagai jenis pelayanan, termasuk pelayanan keperawatan
terampil, terapi wicara, terapi fisik dan terapi okupasi, pelayanan sosial medis,
asisten perawatan kesehatan di rumah (HHA), konseling nutrisi, transportasi,
peralatan, dan terapi pernapasan. Selain itu, CHHA memiliki program khusus,
seperti pelayanan kesehatan mental, pelayanan pediatrik, program untuk anak dan
ibu, dan program AIDS, terdapat juga pelayanan berteknologi tinggi seperti terapi
intravena, kemoterapi-di-rumah, dan penatalaksanaan nyeri. CHHA juga dikenal
sebagai program jangka-pendek karena pelayanan yang diberikan biasanya
singkat.
2) Program Perawatan Kesehatan di-Rumah Jangka Panjang (LTHHCP)
Program Perawatan Kesehatan-di-Rumah Jangka-Panjang atau “rumah
perawatan tanpa dinding,” dibentuk untuk memenuhi kebutuhan individu yang
menderita penyakit kronis di rumah. Program Perawatan Kesehatan di-Rumah
Jangka Panjang adalah suatu program yang memberikan pelayanan sosial dan
kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan-di-rumah
dalam waktu yang lama. Biaya pelayanan kesehatan klien tidak boleh lebih dan
75% dan biaya rata-rata perawatan institusional jangka panjang di wilayah
setempat. Program Perawatan Kesehatan-di-Rumah Jangka-Panjang memberikan
pelayanan keperawatan terampil minimal dua minggu sekali, meliputi terapi fisik,
okupasi, dan wicara, pelayanan sosial medis, dukungan nutrisi serta pelayanan
perawatan personal.
3) Lembaga berlisensi
Lembaga perawatan-di-rumah berlisensi menawarkan berbagai pelayanan
yang mencerminkan pelayanan yang diberikan oleh CHHA. Kriteria pendaftaran,
pembagian pelayanan terampil, dan proses rujukan pada hakikatnya sama.
Namun, ada juga perbedaan yang nyata. Lembaga berlisensi bukan merupakan
lembaga Medicare bersertifikat. Lembaga berlisensi dapat memiliki komponen
pelayanan professional yang menyediakan pelayanan terampil yang diberikan
CHHA. Lembaga ini juga dapat meniru banyak program khusus CHHA. Bagian
perawatan terbesar yang diberikan berasal dan pelayanan perawatan personal.
Lembaga berlisensi menyediakan pelayanan profesional, termasuk pengaturan
rumah, ibu rumah tangga, pegawai perawatan personal (Personal Care Workers
/PCW), dan perawatan seperti yang diberikan HHA

2.2 Program Perawatan di Rumah


Program Perawatan Kesehatan di Rumah Jangka Panjang atau “rumah
perawatan tanpa dinding,” dibentuk untuk memenuhi kebutuhan individu yang
menderita penyakit kronis di rumah. Program Perawatan Kesehatan di Rumah
Jangka Panjang adalah suatu program yang memberikan pelayanan sosial dan
kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan-di-rumah
dalam waktu yang lama. Biaya pelayanan kesehatan klien tidak boleh lebih dan
75% dan biaya rata-rata perawatan institusional jangka panjang di wilayah
setempat. Program Perawatan Kesehatan di Rumah Jangka Panjang memberikan
pelayanan keperawatan terampil minimal dua minggu sekali, meliputi terapi fisik,
okupasi, dan wicara, pelayanan sosial medis, dukungan nutrisi serta pelayanan
perawatan personal.

2.2.1 Bentuk- Bentuk Pelayanan Home Care


Berbicara tentang perawatan non medis yang bisa memberikan layanan
home cae mungkin anda sedang berfikir sebenarnya apa saja bentuk pelayanan
home care yang akan diberiak sehingga perawat non medispun mampu untuk
melakukan perawatan. Berikut ini adalah jenis-jenis pelayanan home care:
1) Perawatan medis pasca operasi
Ada banyak kasus perawatan pasca operasi yang membutuhkan penanganan
medis dengan serius. Maka hadirlah layanan jasa perawatan ini untuk emberikan
perawatan dan menemani selama proses perawatan dengan baik dan terarah.
Terarah disini maksudnta adalah proses perawatam dilakukan dengan cara yang
benar sehingga pasien mendapatkan hasil yang maksimal, maka dari itu perawat
yang menangani perawatan medis pasca operasi sebaiknya adalah perawat yang
memang sudah sangat profesional dan bersertifikat dibidangnya.
Kasus-kasus perawatan pasca operasi harus didampingi karena kasus yang
ditangani cukup berat seperti pasien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
penyakit gagal jantung, pasien dengan gangguan oksigenasi, pasien yang memiliki
luka kronis, pasien dengan permasalahan fungsi kemih, pasien yang
membutuhkan terapi cairan infuse atau fisioterapi pada pasien stroke, pasien
dengan gangguan fungsi saraf, dan pasien pengidap HIV/AIDS. Maka dar itu
butuh perawatn yang sudah sangat profesional dan terlatih untuk menemani pasien
dan memberikan perawatan kepada pasien.
2) Perawatan Bayi
Untuk perawatan bayi bisa ditangani oleh perawat nonmedis, yakni
diberikan kepada bayi yag baru lahir tanpa ada kendala penanganan medis serius.
Hal ini biasanya disebut dengan pelayanan Baby Sitter. Pada hakikatnya layanan
ini termasuk kedalam betuk pelayanan hoecare. Namun berbeda jika bayi tersebut
mendapat suatu gejala atau penyakit serius maka, perawat yang menanganinya
pun harus perawat yang sudah profesiona dalam memberikan perawatan kepada
bayi.
Contoh kasusnya adalah bayi dengan indikasi gangguan pernafasan, jika
hanya diserahkan oleh baby sitter maka hal ini sangat berisiko tinggi untuk
keselamatan bayi itu sendiri, maka dari itu gunakanlah layanan jasa perawat medis
yang sudah profesional untuk memberikan perawatan kepada bayi dengan kasus
seperti itu, ataupun kasus-kasus yang lain seperti perwatan luka pada bayi, pasien
bayi diagnosa falure to thrive dan lain-lain yang kiranya dengan kasus serius dan
berbahaya.
3) Perawatan Lansia
Perawatan kepada lansia bisa juga dilakukan oleh perawat non profesional
namun dengan kasus-kasus yang masih ringan seperti damensia ringan, stroke
ringan, dan lain-lain. Namun jika kasus dan diagnosa dokter sudah menyatakan
lansia itu sudah lumph, terdapat luka ganggren, stroke total dan gejala-gejala lain
yang memang dibutuhkan perawatan dengan kasus ang berbahaya.
4) Perawatan Luka (Wound Care)
Untuk kasus perawatan mutlak dan harus ditangani oleh perawat yag sudah
profesional, hal ini bertujuan untuk progress perawatann mendapatkan hasil yang
maksimal. Disarankan untuk anda yang menggunakan jasa layanan perawat untuk
perawatan luka pastikan perawat itu sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya.
Tujuannya agar proses perawatan lebiih baik dan mendapat hasil yang
memuaskan.

Dan dilihat dari penyelenggaraanya, Layanan Homecare terbentuk oleh:


1) Homecare Rumah Sakit
Homecare ini dibentuk dan didirikan atas dasar kebjakan manajemen rumah
sakit. Biasanya ada pihak rumah sakit yang menyediakan fasilitas perawat
homecare untuk menemani pasiennya dirumah.. namun ada juga rumah sakit yang
tidak megizinkan perawatnya untuk mendirikan pelayanan homecare. Alasan
munculnya jenis program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan
Home Care (HC), adalah :
a. Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga
kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang
(misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga untuk
mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali pusat
bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum,
dll) belum dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih
kurang.
b. Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang
dirawat dirumah sakit.
c. Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu
memerlukan biaya yang besar.
d. Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah,
sehingga akan meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil
penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ.
Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen
RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home Care) dengan
alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu & biaya serta
lebih mempercepat tali kekeluargaan (Suharyati, 1998)
2) Homecare Intitusi Pemerintah
Pemerintah juga berkontribusi besar dalam hal ini, pemerintah menyediakan
layanan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) yang didirikan didesa-desa
untuk menjakau warga-warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan hal ini
sangat disambut positif oleh warga karena dinilai sangat membantu oleh sebagian
warga yang kurang mampu untuk melakukan pengobatan di klinik atau rumah
sakit.
3) Homecare Institusi Swasta
Homecare Institusi Swasta merupakan bisnis bagi mereka yang mampu
menyediakan jasa layanan perawat. Hal ini banyak diminati oleh mereka-mereka
yang membutuhkan perawatan secara optimal, karena sebagian besar dari
kliennya merupakan orang-orang yang menginginkan perawatan secara optimal
dan mereka sudah membayar jasa perawat kepada pihak penyedia atau institusi
swasta itu sendiri. Pihak swasta pendiri layanan homecare akan mendapatkan
imbalan dari klien baik secara langsung ataupun dari pihak asuransi yang akan
mengurusnya.
4) Homecare Instisusi Sosial
Bentuk pelayanan homecare selanjutnya berasal dari institusi sosial, layanan
ini dibantu oleh lembaga masyarakat yang berifat sosial dan adanya rasa ingin
membantu biasanya penyelenggara termasuk dalam urusan keagamaan atau panti
sosial yang mendapat batuan dari para donatur yang membantu lembaga itu
sendiri
5) Homecare Perawat Mandiri
Dengan disahkan undang-undang praktik perawat mandiri yakni undang-
undang keperawatan (UUK) No. 38 tahun 2014 yang menjelaskan bahwa perawat
diperbolehkan untuk mendirikan paktek perawat mandiri dengan persyaratan-
persyaratan yang harus dilengkapi. Hal ini sangat membantu perawat sebagai
landasan hukum untuk memberi pelayanan homecare kepada pasien yang
membutuhkan perawaan baik secara individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat.
Pada hakikatnya pihak penyedia layanan homecare memiliki maksud dan tujuan
yang baik yaitu ingin memberikan asuhan keperawatan kepada siapa saja yang
membutuhkannya.

2.2.2 Pemberi Pelayanan Home Visit


Anggota dari tim home visit terdiri dari:
1) Dokter umum : dokter,baik tetap maupun partimer
2) Perawat : perawat, baik pegawai tetap maupun kontrak
3) Fisioterapi : Aktivitas perawatan kesehatan rumah yang dilakukan adalah
melakukan latihan penguatan otot ekstremitas, pemulihan mobilitas fisik,
latihan berjalan, aktif-pasif, atau tindakan terapi postural drainase klien
COPD.
4) Konsultan dokter spesialis
5) Bagian penunjang : Ahli gizi, Analis, Peñata rongent, Sanitarian, Psikolog,
Rohaniawan
6) Pramurukti
7) Pramurukti/pramusiwi merupakan asisten perawat yang bekerja untuk
membantu orang lanjut usia, bekerja pada suatu keluarga dengan tugas
merawat bayi atau anak-anak kecil keluarga yg bersangkutan.Untuk jenjang
pendidikan format bias melalui Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang
mengeluarkan sertifikat pelatihan baik selama 1 tahun, 6 bulan, 3 bulan.

2.2.3 Alat dan Prasarana Home Care


1) Alat kesehatan :
Tas perawat atau Kit
Alat-alat untuk pemeriksaan fisik
Set perawatan luka
Set pemasangan slang lambung
Set huknah/klisma
Set memandikan
Set untuk pengambilan preparat untuk pemeriksaan labolatorium
Alat untuk pemeriksaan laboratorium sederhana: Hb Sahli, Glukotest,
protein dangan lukosa dalam urin.
Set untuk infus, injeksi/suntik
Unit perlengkapan oxigen
Kursi roda
Tongkat/kruk/tripot
2) Bahan habis pakai untuk perawatan luka
3) Bahan habis pakai untuk suntik atau pengambilan darah
4) Bahan habis pakai untuk infus
5) Bahan habis pakai untuk pemasangan slang lambung
6) Huknah (selang lambung, kateter)
7) Sarung tangan dan masker disposable
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Zang, S.M. & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual perawatan
dirumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC.
Ropi, H. (2004). Home Care Sebagai Bentuk Praktik Keperawatan Mandiri.
Majalah Keperawatan (Nursing Journal of Padjajaran University), 5 (9), 8 –
15

Anda mungkin juga menyukai