Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN MASALAH KOMUNIKASI”

OLEH:

KELOMPOK 2

YUNIAR (18CP1011)

KASMIRA (18CP1008)

ST AISIYAH ZAL ZABILA (18CP1007)

RISKAYANTI (18CP1012)

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perumusan Diagnosa Kparawatan
Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi
sumbansi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penulis juga
menyadari, bahwa  masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal
ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah
ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya
kepada penulis. Selain itu, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak
yang  membutuhkan guna mengetahui mengenai Diagnosa Kparawatan Pada Lansia Dengan
Masalah Komunikasi.

Takalar, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................
i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................................


1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................
1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 1
D. Manfaat ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi .........................................................................................................................
3
B. Karakteristik Lansia ......................................................................................................
3
C. Keterampilan Komunikasi Terapeutik pada Lansia ......................................................
6
D. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi .........................................
6
E. Teknik Komunikasi Pada Lansia ...................................................................................
8
F. Hambatan Komunikasi Dengan Lansia ………….........................................................
8
G. Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Dengan Dengan Lansia …………..............
9
H. Masalah Umum yang terjadi pada Lansia dengan Masalah Komunikasi .....................
9
I. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan .......................................................
10

ii
J. Perumusan Diagnosa Peperewatan Lansia Dengan Masalah Komunikasi ……..........
10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PEENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk mensapatkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak denganorang
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berfikir bahwa komunikasi adalah suatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses
yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
Merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya di pacu dan
transmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak
terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah
dimengerti di pakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata seringkali telah
lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Intruksi
yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat
Membantu. (Bruner & Suddart, 2001: 188).
Mengingat usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung
konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu,
proporsi populasi lansia relatif meningkat disbanding populasi usia muda. Pertumbuhan
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia.
Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020,
atau sebesar 11,37 % dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan
berada di peringkat 4 dunia, dibawah cina, india,dan amerika serikat. Terdapat banyak
bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung pada
kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan social,
ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara
medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan
komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan
kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat Membantu dalam keterbatasan
kapasitas fungsional, social, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia
(William et al.,2007).

1
Seseorang yang mengalami kepikunan, mungkin mengalami kesulita untuk mengertia
apa yang dikatakan orang lain atau untuk mengatakan apa yang pasien pikirkan dam
inginkan. Hal ini sangat mengecewakan dan membingungkan pasien dan pemberi asuhan.
Oleh karena itu, perawat perlu menciptakan komunikasi yang mudah. (Wahjudi
Nugroho, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi komunikasi lansia ?
2. Bagaimanakah Karakteristik Lansia ?
3. Apa saja Keterampilan Komunikasi Terapeutik pada Lansia ?
4. Bagaimanakah Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi?
5. Bagaimanakah teknik komunikasi pada lansia ?
6. Bagaimanakah Hambatan Komunikasi Dengan Lansia ?
7. Bagaimanakah Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Dengan Dengan Lansia ?
8. Apa Saja Masalah Umum yang terjadi pada Lansia dengan Masalah Komunikasi ?
9. Bagaimanakah Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan ?
10. Bagaimanakah Perumusan Diagnosa Peperewatan Lansia Dengan Masalah
Komunikasi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep Perumusan Diagnosa Peperewatan Lansia Dengan
Masalah Komunikasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu Menjelaskan definisi komunikasi lansia ?
b. Mampu Menjelaskan Karakteristik Lansia ?
c. Mampu Menjelaskan Keterampilan Komunikasi Terapeutik pada Lansia ?
d. Mampu Menjelaskan Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi?
e. Mampu Menjelaskan teknik komunikasi pada lansia ?
f. Mampu Menjelaskan Hambatan Komunikasi Dengan Lansia ?
g. Mampu Menjelaskan Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Dengan Dengan
Lansia ?
h. Mampu Menjelaskan Masalah Umum yang terjadi pada Lansia dengan Masalah
Komunikasi ?
i. Mampu Menjelaskan Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan ?
j. Mampu Menjelaskan Perumusan Diagnosa Peperewatan Lansia Dengan Masalah
Komunikasi?

3
D. Manfaat
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat mengetahui
bagaimna cara hidup sehat agar terhindar dari peyakit. Menambah penegtahuan,
pendalaman dan penelitian tentang pasien dengan penyakit Hiperbilirubin.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologis, (lingkungan
dalam situasi individu harus mengaplikasikan keterampilan komunikasi yang tepat,
disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
B. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokkan usia
lanjut menjadi empat macam meliputi :
a) Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b) usia lanjut (elderly) kelompok usia 60 sampai 70 tahun
c) usia lanjut (old) kelompok usia 75 sampai 90 tahun
d) usia tua (veryold) kelompok usia diatas 90 tahun

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun


perubahan-perubahan akibat dari usia tersebut telah dapat diindentifikasi, misalnya
perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual,
perubahan pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses
penerimaan dan interpretasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga
menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi
perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya
memori dan motivasi klien.

Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi
yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya :

a) Tidak percaya terhadap diagnose, perkembangan serta keterangan yang diberikan


petugas kesehatan.
b) mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru.
c) menolak membicarakan perawatannya dirumah sakit
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang
mengikut sertakan dirinya.

5
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
C. Keterampilan komunikasi terapeutik pada lansia
Menurut Lilik Ma'arifatul Azizah (2011) Keterampilan komunikasi terapeutik pasa
lanjut usia dapat meliputi :
a. Perawat membuka wawancara dengan mempetkenalkan diri dan menjekaskan tujuan
dan lama wawancara
b. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal
c. Gunakan kara-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosikulturalnya.
d. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam
berfikir abstrak
e. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon
nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
f. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan
distres yang ada.
g. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari komunikasi dan
tindakan.
h. Perawat harus memperhqtikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermad
dan tetap mengobservasi.
i. Tempat wawancara tidak diharuskan pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
j. Lingkungan harus dibuat nyaman, kursi harus dibuat senyaman mungkin.
k. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi pasien yang sensitive, suara
berfrekuensi tinggi dan perubahan kemampuan penglihatan.
l. Perawat harus mengkonsultasi hasil wawancara kepada keluarga pasien.
m. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
Respon perilaku juga harus diperhatikan, karna respon perilaku merupakan dasar yanv
paling penting dalan perencanaan keperawatan pada lansia. Perubahan perilaku
merupakan gejala pertama dalam beberapa gangguan fisik dan mental. Jika mungkin,
pengkajian harus dilengkapi dengan kondisi lingkungan rumah, ini menjadi modal pada
faktor lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan pada lansia. Pengkajian tingkah
laku termasuk mendefinisikan tingkah laku, frekuensinya, durasi dan faktor presipitasi.
Ketika terjadi perubahan perilaku ini sangat penting untuk dianalisis.

6
D. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi
a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami,
perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan serta penyakit yang dapat dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini
relative lebih mudah dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena rill dan mudah
dilaksanakan dan di carikan solusinya karena rill dan mudah diobservasi
b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah padq perubahan perilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini
perawat berperan sebagai konselor, advokad, supporter, interpreter terhadap suatu
yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien
c. Pendekatan social
Pendekatan ini dilakukan untuk menikatkan keterampilan berinteraksi dalam
lingkungan. Mangadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien
dapat berinteraksi dengan sesama lisan maupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
perawatan harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan
atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.
E. Teknik Komunikasi Pada Lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
uang menadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung
secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan antara lain :
a. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yan dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicara dapat dimengerti. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapetik dengan klien lansia.
b. Responsif

7
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan
dikap atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan
pertanyaan "apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini", "apa yang bisa bantu....?",
berespon berate bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap
aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan uapaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
diluar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di Perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan.
d. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik ataupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan,
senyum dan mengagukkan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat menghargai selama lansia bicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya
dengan demikian diharapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan yang baik secara material ,
maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mengajari klien
karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas
kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya : "Saya
yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat
melaksanakannya... Dan bila diperlukan kami daoat membantu"
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang
dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar
maksud pembicaraan kita dapat diterima dan di persepsikan sama oleh klien

8
bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? Bisa minta tolong
bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi..?
f. Sabar Dan Ikhlas
Seperti di ketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini tidak
disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik. solute namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.
F. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan tergannggu apabila
ada sikap agresif dan sikap nonasertif
1. Agresif
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun
tindakan
2. Non Asertif
Tanda tanda dari non aserti ini adalah
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil diam (pasif)
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain.

Sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat dituntut mampu mengatasi


hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips tips tertentu yang perlu di
perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif anatara lain :

a. Selalu mulai komunokasi dengan mengecek pendengeran klien


b. Keraskan suara anda jika perlu

9
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat
melihat mulut anda
d. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik.
Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang
cukup
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.
Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak
kooperatif
f. Jangan berharap untuk berkomunikasi denagn cara yang sama dengan orang
yang tidak mengalami jangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang
tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pemahamannya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek
dengan bahasa yang sederhana.
h. Bantulah kata-kata anada dengan isyarat visual.
i. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita
tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada
suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa
secukupnya).
j. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung. tahan
keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang
ini biasanya paling akrap dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu
proses komunikasi.
G. Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Dengan Lansia
Menurut Nugroho (2008) kondisi yang mendukung komunikasi efektif terhadap lansia
adalah :
1. Suasana terbuk
2. Akrab

10
3. Santai
4. Menjaga Tata Krama
5. Posisi Menghormati
6. Memahami keadaan

Hal-hal yang menghambat proses komunikasi keluarga atau orqng terdekat dengan lansia
:

1. Kurang bisa memahami kondisi pada lansia


2. Memperlakukan lansia seperti orang pada umumnya
3. Berbicara terlalu cepat dan keras
4. Tidak dalam kondisi hormat dan cenderung apatis

Keluarga sebagai orang terdekat lansia harus benar-benar memahami hal-hal yang
perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengannya, yaitu :

1. Penyampaian pesan yang singkat, jelas, lengkap, sederhana, dan mudah dipahami
2. Media dan sarana komunikasi yang meliputi panca indra manusia (mata, mulut,
tangan dan telunjuk) harus digunakan secara efektif dan harus dalam jarak dekat,
suara jelas, tidak cepat, menggunakan kalimat pendek, wajah berseri-seri sambil
menatap lansia sabar, telaten dan tidak terburu-buru, dada sedikit membungkuk dan
jempol tangan bersikap mempersilahkan.

Manfaat komunikasi keluarga pada lansia

1. Penerapan komunikasi terapeutik meluarga efektif terhadap status harga diri lansia
 Lansia yang mengalami penurunan dalam fungsi dalam dirinya mengakibatkan
tidak stabilnya darga diri
 Harga diri merupakan faktor resiko terjadinya masalah psikososial pada lansia
 Ada pengaruh signifikan penerapan komunikasi terapeutik keluarga terhadap
status harga diri lansia (Ratnadari,2014)
 Komunikasi yabg terjalin baik akan menimbulkan kepercayaan sehingga terjadi
hubungan yang lebih hangat dan mendalam, mendorong pengungkapan beban
perasaan dan pikiran yang dapat menjadi jembatan dalam menurunkan tingkat
kecemasan (Tamsuri, 2006)
2. Komunikasi keluarga mempengaruhi kepuasan hidup lansia

11
 Komunikasi suami-istri lansia berpengaruh positif segnifikan terhadap kepuasan
hidup lansia (Laelasari,2017)
 Penelitian Missah (2014) menyebutkan bahwa aktifitas komunikasi saling
berbagai perasaan dan bercerita antar perasaan akan mempengaruhi kepuasan
hidup yang dijalankan.
 Selain dengan pasangan lansia harus berkomunikasi dengan keluarga yaitu
dengan anaknya (Richmond, et al, 2003)
3. Komunikasi fungsional dalam keluarga membantu lansia terhindar dari depresi
 Komunikasi fungsional dalam keluarga membantu lansia terhindar dari depresi
 Pemilihan pada komunikasi fungsional dalam keluarga merupakan pemilihan
yang tepat untuk diterapkan karena pada pola tersebut lansia akan merasa lebih
dihargai, lebih bebas unruk mengungkapkan keinginannya atau apa yabg
dirasakannya (None, 2016)
 Pola komunikasi disfungsional yang ada didalam keluarga menyebabkan lansia
menjadi kurang terbuka sehingga kondisi inilah yang akan meningkatkan tingkat
depresi pada lansia tersebut (Yan, 2017)
H. Masalah Umum Yang Terjadi Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi
1. Pasien dengan Defisit Sensorik
Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait
dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Penelitian
mengindikasikan bahwa 16%-24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami
pengukuran pendengaran yang mempengaruhi komunikasi (Crews &
Campbell,2004 ; Mitchell, 2006). Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, jumlah
gangguan sensorik meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia et al., 2006).
Aging/penuaan mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai
presbyacussis, yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara
berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien
diawal dan diakhir kata. Sebagai contoh, jika anda berkata "Take the pill in the
morning (Minumlah pil dipagi hari)", pasien akan mendengarkan vocal dalam terapi
pasien dapat berfikir anda berkata "(Rake the hill in the morning (Dakilah bukit
dipagi hari)" (Fook & Morgan, 2000 ; Ross et al., 2007). Gangguan visuual yang
berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter pupil ; lensa mata menguning,
yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang gelombang pendek
seperti lavender, biru, dan hijau; dan menurunkan elastisitas ciliary muscles, yang

12
mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan cetakan dipegang dibergai jarak.
Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit
mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (mis. Katarak, degenerasi macular,
glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes). Lebih dari 15 % orang tua berusia lebih
dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang buruk, dan 22% lagi melaporkan
penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu ( Crews & Campbell,2004). Bagi
mereka yabg berusia diatas 80 tahun, 30% melaporkan penglihatannya yang
terganggu (Chia et al,2006).
2. Pasien dengan Demensia
Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta
penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk demensia, dan
jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun yang akan datang
(Hingke & Sherry, 2009). Sebagai akibatnya, dokter dapat berharap untuk menemui
lebih banyak pasien demensia dan pasien tersebut datang berkunjung kedokter
ditemani oleh anggota keluarga atau perawat nonformal lain (Vieder et al., 2002).
(Istilah caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap orang yang
menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver). Penilaian dan pengobatan
pasien lanjut usia dengan dimensia juga akan sangat membantu bila melibatkan
caregiver (Roter, 2000). Ada banyak tingkat demensia, yang memiliki berbagai
kesulitan komunikasi. pasien pada stasium awal sering mengalami masalah untuk
menentukan kata yang ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata
yang tidak memiliki makna, seperti "hal ini", "sesuatu", dan "anda tahu". Pada
demensia parah, pasien menggunakan jargon yang tidak dapat di pahami atau bisa
hanya berdiam diri (Orange dan Ryan,2000)
Demensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi
komunikasi pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan
mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien
demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk tetap
berada dalam satu topik tertentu (Miller, 2008)
3. Pasien yang Ditemani oleh Caregiver
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga, dengan
seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya pada
sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000). Meskipun caregiver dapat
mengasumsikan berbagai peran. termasuk pendukung, peserta pasif, atau antagonis,
pada sebagian besar kasus, caregiver menempatkan kesehatan orang yang mereka

12
cintai sebagai prioritasnya. Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan
kesehatan
lanjut usia. Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi. aktivitas kehidupan sehari-
hari, tugas rumah tangga, pemberian obat, transportasi, dan perawatan lain untuk
pasien lanjut usia, caregiver membantu memudahkan komunikasi antara dokter dan
pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri
(Clayman et al., 2005; Wolff & Roter, 2008). Juga merupakan hal penting untuk
memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya
agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya (Griffith et al., 2004).
I. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau
sesuatu yangmerupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi
perlu memahami kondisi ini sehinggan dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak
menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
reaksi penolakan, antara lain :
1. Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini
merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang
lain serta lingkunganya.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri Langkah tersebut
bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang
akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.
3. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat Langkah ini bertujuan
untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber informasi atau
data klien dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi dengan baik dan
tepat
J. Perumusan Diagnosa Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Komunikasi
Asuhan keperawatan gerontik menurut Depkes RI (1993) adalah kegiatan yg bertujuan
untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu, yg diberikan oleh perawat dan untuk askep yg masih
dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial non perawat.

13
a. Pengkajian Perawatan Gerontik Pengkajian adalah langkah awal dalam proses
keperawatan. yg meliputi pengumpulan data, sehingga menghasilkan diagnosa
keperawatan.
Adapun tujuan pengkajian : menentukan kemampuan pasien untuk memelihara
dirinya. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu, memberi waktu kepada
pasien untuk menjawab.
 PengkajianFisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
 PengkajianPsikologi
 Pengkajian Sosial Ekonomi
 PengkajianSpiritual
b. Diagnosis keperawatan Gerontik
c. Rencana dan Intervensi keperawatan Gerontik
d. Tujuan Perencanaan
Diagnosa keperawatan merupakan satu kesatuan dari sebuah proses keperawatan yg
menjadikan landasan untuk memberikan tindakan yang dibutuhkan. Diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yg diperoleh dari
pengkajian keperawatan klien.
e. Langkah-langkah perencanaan
f. Evaluasi

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi dengan lansia adalah proses penyampaian pesan atau gagasan dari
petugas atau perawat kepada lanjut usia dan diperoleh tanggapan dari lanjut usia sehingga
diperoleh kesepekatan tentang isi pesan komunikasi.
Komunikasi yang baik pesanya singkat, jelas, lengkap dan sederhana. Sikap
penyampaian pesan harus dalam jarak dekat, suara jelas, tidak terlalu cepat, menggunakan
kalimat pendek, wajah berseri-seri, sambil menatap lansia, sabar, telaten, tidak terburu-
buru, dada sedikit membungkuk dan jempol tangan bersikap mempersilahkan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan lancer adalah menguasai bahan atau
pesan yang akan disampaikan, menguasai Bahasa setempat, tidak terburu-buru, memiliki
keyakinan, bersuara lembut, percaya diri, ramah, dan sopan. Lingkungan yang
mendukung komunikasi adalah suasana terbuka, akrab, santai, menjaga tetap ramah,
posisi menghormati, dan memahami keadaan lanjut usia.
B. Saran
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan professional denga komunikasi
dengan lansia.

15
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’arifatul, 2001. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nugroho Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC
William, S.L,. Haskard. K.B,.Dimatteo,M.R. 2007. The therapeutic effectif the physicial-
older relationship: effective communication with vulnerable older patients. Clin Interv
Aging.

Anda mungkin juga menyukai