Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“SOLUSIO PLASENTA”

DISUSUN OLEH:

NELLYA TRIS EKAWATI (18CP1021)

ISRA DEVIYANTI (18CP1018)

ROS ANRIANI A (18CP1013)

ST.NURWAHIDAH AHMAD (18CP1023)

STIKES TANAWALI TAKALAR

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Segala ucapan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala anugerah dan kasihnya yang begitu besar kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan , Makalah kami yang berjudul “ Solusio Plasenta “ ini bisa dirampung. Makalah
ini di susun berdasarkan data-data yang didapat dari berbagai sumber.

Kami sebagai penulis telah berusaha menyusun karya tulis ini sebaik mungkin. Akan
tetapi, kami menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, semua kritik
dan saran demi perbaikan karya tulis ini akan kami sambut dengan senang hati.

Takalar, 22 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... ii


Daftar Isi ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 2
2.1 Definisi Solusio Plasenta ........................................................................................ 2
2.2 Anatomi Sistem Resproduksi................................................................................... 3
2.3 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita ....................................................... 5
2.4 Etiologi..................................................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ............................................................................................................ 8
2.6 Tanda Dan Gejala.................................................................................................... 9
2.7 Klasifikasi Solusio Plasenta..................................................................................... 6
2.8 Penatalaksanaan....................................................................................................... 6
2.9 Komplikasi............................................................................................................... 6
2.10 Asuhan Keperawatan.............................................................................................. 6
2.11 Hasil-Hasil Penelitian/Jurnal sesuai kasus ............................................................. 6
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 11
KESIMPULAN .............................................................................................................. 11
SARAN .......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan
lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah
yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari
implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang
hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak
ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak
pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar
sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre
eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta
adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai
kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus
yang menetap.
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara
serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta,
mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya.
Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan
bayi baru lahir.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa Definisi Solusio Plasenta ?
b) Apa Anatomi Sistem Reproduksi?
c) Apa Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita?
d) Apa Etiologi Solusio Plasenta?
e) Bagaimana Patofisiologi dari solusio plasenta ?
f) Apa saja Tanda dan gejala dari Solusio Plasenta?
g) Apa saja klasifikasi dari solusio plasenta ?
h) Apa saja Penatalaksanaan dari Solusio Plasenta??
i) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan solusio plasenta ?
j) Apa saja Hasil-Hasil penelitian/Jurnal pada solusio Plasenta?

1.3 Tujuan Penulisan


1.      Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang solusio plasenta dan begaimana asuhan keperawatan
pada klien dengan solusio plasenta.
2.      Tujuan Khusus
a) Untuk Mengetahui Definisi Solusio Plasenta
b) Untuk Mengetahui Anatomi Sistem Reproduksi
c) Untuk Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
d) Untuk Mengetahui Etiologi Solusio Plasenta
e) Untuk Mengetahui Patofisiologi dari solusio plasenta
f) Untuk Mengetahui Tanda dan gejala dari Solusio Plasenta
g) Untuk Mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta
h) Untuk Mengetahui Penatalaksanaan dari Solusio Plasenta
i) Untuk Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan solusio plasenta
j) Hasil-Hasil penelitian/Jurnal pada solusio Plasenta

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Solusio Plasenta


2.1 Defenisi Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis
perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus dan
kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal.
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya. (Kapita
Selekta Kedokteran Fakultas Kedokte ran UI edisi ke-3). Solusio plasenta adalah pelepasan
sebagian / seluruhnya plasenta yang normal implantasinya antara 22 mimggu dan lahirnya
anak  (Obsetri Patologi Fakultas padjadjaran Bandung).
2.2 Anatomi Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi adalah system yang berungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari
ovarium, uterus dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau perkembangbiakan
merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi
kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut
masih dapat bertahan hidup sebagai contoh manusia yang dilakukan tubektomi pada organ
reproduksinya atau mencapai menupause tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru
dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan
hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh
manusia.

Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam kandungan
ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer. Sebagian
oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah tersebut
menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami
masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki
masa puber.

2.3 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1) Genetalia Eksterna (vulva)

Genetalia Eksterna terdiri dari:


a. Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area ini
mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di
atas simfisis pubis. Pertumbuhan rambut kemaluan ini tergantung dari suku  bangsa dan juga
dari jenis kelamin.pada wanita umumnya  batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis,
sedangkan  kebawaah sampai sekitar  anus dan paha.
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu di
bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutup rambut, yang
merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa
rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora
pada wanita dewasa  panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak kedua
labia mayora sangat berdekatan.

c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa
rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna
kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum
clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan
bersatu membentuk fourchette.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog
dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-
rata tidak melebihi 2 cm.
e. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula
terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar
Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk
mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga
menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen.
f. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian
besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti
bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada
yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,
biasanya pada bagian posterior.
g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-
otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja
dari sphincter ani.
2. Genetalia Interna

a. VAGINA
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya
sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi
puncak (ujung) vagina menjadi:
-Forniks anterior      -Forniks dekstra
-Forniks posterior     -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.

B. UTERUS
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih
dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan
bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri
uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat
dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3
cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat
menahan beban hingga 5 liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan
yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan
mencapai dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan
dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk
angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian
pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum, yang
merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum
(dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut
isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh
perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami
perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel
serviks berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga
dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot
rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang
menyangga uterus adalah:
1) Ligamentum latum
• Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri)
• Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum sacro-uterinum
• Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum
• Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus
saat hamil dan persalinan.

C. TUBA FALLOPII
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya
antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di
lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat
terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.

D. OVARIUM
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah
tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah
folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika
dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila
habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a) Memproduksi ovum
b) Memproduksi hormone estrogen
c) Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel primordial
ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada
wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti
pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya
terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan ovum
yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk
menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur
dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi,
sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

Fisiologi Sistem  Reproduksi Wanita


1. Hormon pada Wanita
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan
reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada wanita
dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
a.Siklus menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai
pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus
menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut
ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil
kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme
siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah
adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½
n) menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-
14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat
fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca- ovulasi.
1.      Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum
akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan
progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal (endometrium).
Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya
menjadi tipis. Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan
terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima
hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.
2.      Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon
gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH
merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer.
Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang
atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga
melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali
(proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi
estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir
yang bersifta basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada
serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
3.      Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi
hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik
negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan
konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan
oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada
hari ke-14.
4.      Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena
pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap
memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan
hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada
endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan
kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna
untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau
kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila
sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus
albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah,
sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis
menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan
tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
a.         Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi
oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk.
Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus
menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut
korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu
zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa
glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder
saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling
mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
1. Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
2. Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
3. Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari
glikoprotein dengan fungsi :
a) Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b) Menarik sperma secara kemotaksis positif.
c) Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks
oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat
ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis
II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis
II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.Segera setelah
sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar.
Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23
kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu
menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.

2.4 ETIOLOGI
Etiologi dari Solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas. (Sarwono
Prawirohardjo,2015).

Factor predisposisi

Beberapa keadaan tertentu dapat menyertai solusio plasenta, seperti:

- Umur ibu yang tua


- Multiparitas
- Penyakit hipertensi menahun
- Pre-eklamsia
- Trauma
- Tali pusat yang pendek
- Defisiensi gizi
- Konsumsi alcohol

2.5 PATOFISIOLOGI

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang
kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga
terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya
penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang
akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak
mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang
mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

2.6 TANDA DAN GEJALA


1. Solusio plasenta ringan
- Tidak berdarah banyal
- Sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya
- Apabila terjadi pendarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit
sekali
- Perut mungkin agak terasa sakit atau terus menerus agak tegang
- Bagian-bagian janin masih mudah teraba
2. Solusio plasenta sedang
- Sakit perut terus-menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan
pervaginam
- Perdarahan pervaginam tampak sedikit, seluruh pendarahannya mungkin telah
menvapai 1000ml
- Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula dengan janinnya kalau masih
hidup dalam keadaan gawat
- Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian
janin sukar diraba
- Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa,
harus dengan stetoskop ultrasonic

3. Solusio plasenta berat


- Biasanya ibu telah jatuh ke dalam syok dan janin telah meninggal
- Uterus sangan tegang seperti papan, dan sangat nyeri
- Pendarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibunya
malahan pendarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi
- Besar kemungkinnan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
(Sarwono prawihardjo,2015).

Menurut Djamhoer Martaadisoebrata,dkk,2005 tanda dan gejala solusio plasenta:

- Pendarahan yang disertai nyeri,juga diluar his


- Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya
darah yang keluar
- Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim tambah tegang
- Palpasi susah karena rahim keras
- Fundus uteri makin lama makin naik
- Bunyi jantung biasanya tidak ada
- Pada toucher teraba ketuban yang tegng terus-menerus (karena isi rahim bertambah).

2.7 KLASIFIKASI SOLUSIO PLASENTA


Secara klinis solusio plasenta dibagi menjadi 3, hal ini sesuai dengan derajat terlepasnya
plasenta. Solusio plasenta dibagi dalam:
1. Solusio plasenta ringan
Plasenta terlepas hanya sebagian kecil pinggir plasenta, yang sering disebut rupture
sinus marginalis.
2. Solusio plasenta sedang
Plasenta terlepas sebagian, yang sering disebut solusio plasenta parsialis.
3. Solusio plasenta berat
Plasenta terlepas seluruhnya, yang sering disebut solusio plasenta totalis.

2.8 PENATALAKSANAAN

a.    Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi.


b.    Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri,
tidak melakukan senggama , menghindari peningkatan tekanan rongga perut.
c.    Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan berikan cairan peroral.
d.   Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi / syok akibat perdarahan, pantau pula DJJ & pergerakan janin.
e.    Bila terdapat renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah, bila tidak
teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi perhatikan keadaan janin.
f.     Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau
persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila renjatan tidak
dapat diatas, upayakan tindakan penyelamatan optimal.
g.    Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm pecahkan
ketuban lalu infus oksitosin. Bila kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea.
h.    Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestase kurang dari 37 minggu / taksiran berat
janin kurang dari 2.500 gram.

Penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit yaitu :


a.     Solusi plasenta ringan
Ekspektatif, bila ada perbaikan ( perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin
hidup ) dengan tirah baring atasi anemia, USG & KTG serial, lalu tunggu persalinan
spontan.
Aktif, bila ada perburukan ( perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat
mengancam ibu / janin ) usahakan partus pervaginam dengan amnintomi / infus oksitosin
bila memungkinan. Jika terus terjadi perdarahan skor pelvik kurang dari 5 / persalinan
masih lama, lakukan seksio sesarea.
b.    Solusio plasenta sedang / berat
1)   Resusitasi cairan
2)   Atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah
3)   Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam perabdominam bila
tidak dapat renjatan, usia gestasi 37 minggu / lebih / taksiran berat janin 2.500 gr / lebih,
pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.

2.9 KOMPLIKASI
1. Pendarahan dan syok
2. Hipofibrinogenemi
3. Gangguan faal ginjal
4. Anemia
Konsep Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian

Dalam hal pengumpulan data (pengkajian), pengumpulan data dasar terdiri dari
informasi subjektif dan objektif mencakup berbagi masalah keperawatan yang diidentifikasi
pada daftar diagnosa keperawatan pada tahun 1992 yang dikembangkan oleh NANDA. Data
subjektif yang dilaporkan oleh klien dan orang terdekat, informasi ini meliputi persepsi
individu; yaitu apa yang seseorang inginkan untuk berbagi. Namun, perawat perlu
memperhatikan ketidak sesuaian yang dapat menandakan adanya faktor-faktor lain seperti
kurang pengetahuan, mitos, kesalahan konsep, atau rasa takut. Adapun pengkajian yang dapat
dilakukan menurut Marilyn E. Doenges yang dimana pengkajian dengan asuhan keperawatan
perihal solutio plasenta (tergolongi intrapartum) terdiri dari :

a.    Identitas klien secara lengkap

b.    Aktivitas atau istirahat

Dikaji secara subyektif yang terdiri dari data tidur istirahat 24 jam terakhir, pekerjaan,
kebiasaan aktivitas atau hobi. Dan secara obyektif, data terdiri dari pengkajian neuro muscular.

c.    Sirkulasi.

Secara subyektif mulai dari riwayat, peningkatan tekanan darah, masalah jantung,
keadaan ekstremitas serta kelaian-kelainan yang disamapaikan oleh klien perihal sirkulasi. Dan
secara obyektif yang terdiri dari TD berbagai posisi (duduk, berbaring, berdiri, baik kanan
maupun kiri), nadi secara palpasi, bunyi jantung, ekstremitas (suhu, warna, pengisian kapiler,
tanda hofman, varises), warna/sianosis diberbagai region tubuh.

d.   Integritas Ego

Secara subyektif mulai dari kehamilan yang direncanakan, pengalaman melahirkan


sebelumnya, sikap dan persepsi, harapan selama persalinan, hubungan keluarga, pendidikan dan
pekerjaan (ayah), masalah financial, religious, faktor budaya, adanya faktor resiko serta
persiapan melahirkan. Dan secara obyektif, terdiri dari respon emosi terhadap persalinan,
interaksi dengan orang pendukung, serta penatalaksanaan persalinan.

e.    Eliminasi

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan eliminasi.


f.     Makanan atau cairan

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan makanan atau cairan yang
masuk kedalam tubuh baik secara parenteral maupun enteral serta kelainan-kelainan yang
terkait.

g.    Higiene

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kebersihan diri klien.

h.    Neurosensori

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan kondisi neurosensori dari klien.

i.      Nyeri/Ketidaknyamanan.

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan rasa nyeri atau
ketidaknyamanan dari klien akibat dari proses persalinan.

j.      Pernafasan

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan pernafasan serta kelainan-
kelainan yang dialami dan kebiasaan dari klien.

k.    Keamanan

Data didapat secara subyektif dan obyektif terkait dengan alergi/sensitivitas, riwayat
PHS, status kesehatan, bulan kunjungan prenatal pertama, masalah dan tindakan obstetric
sebelumnya dan terbaru, jarak kehamilan, jenis melahirkan sebelumnya, tranfusi, tinggi dan
postur ibu, pernah terjadi fraktur atau dislokasi, keadaan pelvis, persendian, deformitas columna
fertebralis, prosthesis, dan alat ambulasi. Dan data objektif diperoleh dari suhu, integritas kulit
(terjadi ruam, luka, memar, jaringan parut), parastesia, status dari janin mulai dar frekuensi
jantung hingga hasil, status persalinan serta kelainan-kelainan terkait, kondisi dari ketuban,
golongan darah dari pihak ayah ataupun ibu, screening test dari darah, serologi, kultur dari
servik atau rectal, kutil atau lesi vagina dan varises pada perineum.

l.      Seksual
Data subjektif di dapat dari periode menstruasi akhir serta keadaankeadaan terkait
seksual dari ibu8 ataupun bayi dan juga riwayat melahirkan. Data objektif di dapat dari keadaan
pelvis, prognosis untuk melahirkan, pemeriksaan bagian payudarah dan juga tes serologi.

m.  Interaksi Sosial

Data subjektif di dapat dari status perkawinan, lama tahun berhubungan anggota
keluarga, tinggal dengan, keluarga besar, orang pendukung, leporan masalah. Data objektif di
dapat dari komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang terdekat, pola interaksi social
(perilaku).

2.    Diagnosa keperawatan

a) Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan


b) Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada klien atau janin
c) Infeksi, resiko tinggi terhadap prosedur infasive.

3.    Intervensi

Rencana keperawatan tidak hanya terdiri dari tindakan yang dilakukan karena
pesanan/ketentuan medis, tetapi juga koordinasi tertulis dari perawatan yang diberikan oleh
semua disiplin pelayanan kesehatan yang berhubungan. Tindakan keperawatan mandiri adalah
bagian integral dari proses ini. Tindakan mungkin mandiri atau kolaboratif dan mencakup
pesanan dari keperawatan, kedokteran, dan disiplin lain (Doenges, 2001).

No Rencana Asuhan Keperawatan Rasional

Diagnosa Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Keperawatan hasil
Intervasi

1 Nyeri (akut) Setelah dilakukan 1.  Kaji tingkat nyeri 1. Pengkajian nyeri


berhubungan tindakan secara komprehensif yang dilakuakn secara
dendan trauma keperawatan selama (lokasi, durasi, kualitas,
menyerluruh akan
jaringan. 1x24 jam diharapkan dan faktor presipitasi) berguna dalam
klien dapat menentukan tindakan
beradaptasi dengan 2.  Bantu dengan keperawatan
nyeri yang penggunaan tekhnik selanjutnya.
dibuktikan dengan pernafasan.
kriteria hasil : 2. Mendorong
3.  Anjurkan klien relaksasi dan
untuk menggunakan
1.Klien dapat teknik relaksasi. memberikan klien
melakukan tindakan Berikan instruksi bila cara mengatasi dan
untuk mengurangi perlu. mengontrol tingkat
nyeri. nyeri.
4.  Berikan tindakan
2.Klien kooperatif kenyamanan (pijatan, 3. Relaksasi dapat
dengan tindakan gosokan punggung, membantu
yang dilakukan. sandaran bantal, menurunkan tegangan
pemebrian kompres dan rasa takut, yang
sejuk, dll). memperberat nyeri.

5.  Kolaborasi 4. Meningkatkan
memberikan sedatif relaksasi dan
sesuai dosis. meningkatkan
kooping dan kontrol
klien.

5. Meningkatkan
kenyamanan dengan
memblok impuls
nyeri.

II Ansietas Setelah dilakukan 1.  Kaji 1.    Adanya gangguan


berhubungan tindakan status     psikologis kemajuan normal dari
dengan ancaman keperawatan selama dan  emosional. persaliann dapat
yang dirasakan 1x24 jam diharapak memperberat perasaan
pada klien/janin. klien tidak merasa 2.  Anjurkan klien ansietas dan
cemas yang untuk  mengungkapkan kegagalan. Perasaan
dibuktikan dengan perasaan. ini dapat mengganggu
kriteria hasil : 3.  Gunakan kerja sama klien dan

1.Klien akan terminologi positif, menghalangi proses


melaporkan ansietas hindari penggunaan induksi.
berkurang atau istilah yang 2.    Klien mungkin
teratasi menandakan takut atau tidak
abnormalitas prosedur memahami dengan
2.Klien tampak atau proses. jelas kebutuhan
rileks. terhadap induksi
4.  Dengarkan
keterangan klien yang persalinan. Rasa gagal
dapat menandakan karena tidak mampu
kehilangan harga diri. ”melahirkan secara
alamiah” dapat
5.  Berikan kesempatan terjadi.
pada klien untuk
memberi masukan pada 3.    Membantu
proses pengambilan klien/pasangan
keputusan. menerima situasi
tanpa menuduh diri
6.  Anjurkan sendiri.
penggunaan/kontinuitas
teknik pernapasan dan 4.    Klien dapat
latihan relaksasi. meyakini bahwa
adanya intervensi
untuk membantu
proses persalinan
adalah refleksi negatif
pada kemampuan
dirinya sendiri.

5.    Meningkatkan
rasa kontrol klien
meskipun kebanyakan
dari apa yang sedang
terjadi diluar
kontrolnya.

6.    Membantu
menurunkan ansietas
dan bmemungkinkan
klien berpartisipasi
secara aktif.

III Infeksi, resiko Setelah dilakukan 1.    Kaji kembali 1.            Kondisi


tinggi terhadap tindakan kondisi/faktor risiko dasar ibu, seperti
prosedur keperawatan selama yang ada sebelumnya. diabetes atau
infasive. 1x24 jam diharapkan hemoragi,
tidak terjadi infeksi 2.    Kaji tanda dan menimbulkan
yang dibuktikan gejala infeksi potensial risiko
dengan kriteria hasil : (misalnya, peningkatan infeksi atau
suhu, nadi, jumlah sel penyembuhan luka
1.  Klien akan bebas darah putih, atau yang buruk. Risiko
dari infeksi. bau/warna rabas korioamnionitis
vagina). meningkat dengan
2.Pencapaian tepat
waktu dalam 3.    Kolaborasi berjalannya waktu,
pemulihan luka tanpa melakukan persiapan membuat ibu dan
komplikasi. kulit praoperatif; scrub janin pada berisiko.
sesuai protokol. Adanya proses infeksi
janin pada berisiko.
4.    Kolaborasi Adanya proses infeksi
melakukan kultur dapat meningkatkan
darah, vagina, dan risiko kontaminasi
plasenta sesuai janin.
indikasi.
2.    Pecah ketuban
5.    Kolaborasi dalam terjadi 24 jam
mencatat hemoglobin sebelum pembedahan
(Hb) dan hematokrit dapat mengakibatkan
(Ht); catat perkiraan korioamnionitis
kehilangan darah sebelum intervensi
selama prosedur bedah dan dapat
pembedahan. mengubah
6.    Kolaborasi dalam penyembuhan luka.
memberikan antibiotik 3.    Menurunkan
spektrum luas pada pra risiko kontaminan
operasi. kulit memasuki insisi,
menurunkan risiko
infeksi pascaoperasi.

4.    Mengidentifikasi
organisme yang
menginfeksi dan
tingkat keterlibatan.

5.    Risiko infeksi
pasca-melahirkan dan
penyembuhan buruk
meningkat bila kadar
Hb rendah dan
kehilangan darah
berlebihan.

6.    Antibiotik
profilaktik dapat
dipesankan untuk
mencegah terjadinya
proses infeksi, atau
sebagai pengobatan
pada infeksi yang
teridetifikasi.
4.Implementasi

1. Mengkaji tingkat nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, kualitas, dan faktor presipitasi)

2. Membantu dengan penggunaan tekhnik pernafasan.

3. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi. Berikan instruksi bila perlu.

4. Memberikan tindakan kenyamanan (pijatan, gosokan punggung, sandaran bantal, pemebrian


kompres sejuk, dll).
Wanita, G2p0a1 Hamil 36 Minggu Belum Inpartu Dengan PEB + Partial HELLP
Syndrome Dan Solutio Plasenta, Janin Tunggal Mati, Presentasi Kepala
Rodiani1, Stefhani Gista Luvika2
1
Departemen Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung,
2
Mahasiswa Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya setelah kehamilan
20 minggu dan sebelum janin lahir. Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya tercatat
sebesar 1 diantara 8 kehamilan. 2 Ny. MS, G2P0A1, 21 tahun, hamil 36 minggu datang ke RSAM dengan keluhan utama
hamil kurang bulan dengan nyeri perut, darah tinggi dan anak tidak bergerak lagi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
abdomen cembung dengan striae gravidarum, teraba keras dan nyeri, dan terdapat edema pretibial. Pada status
obstetrikus didapatkan kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU) 29 cm, 4 jari di bawah processus xyphoideus, letak
memanjanag, presentasi kepala, pu-ka, DJJ (-), janin intrauterine dengan TBJ 2480 gram, tunggal, mati. Pada pemeriksaan
urinalisis didapatkan bilirubin 2 mg/dL dan protein 500. Pada pemeriksaan kimia darah didapatkan LDH 938. Pada
pemeriksaan hematologi didapatkan hemoglobin: 11,8 gr/dL, hematokrit: 34%, leukosit 20.300/uL, trombosit 226.000/uL,
CT: 8', BT: 2'. Pada pemeriksaan USG, tampak janin tunggal mati, presentasi kepala; biometri janin: BPD, HC, AC, FL ~ 36
minggu, ketuban cukup, tampak hematoma retroplasenta dengan ukuran 9x10 cm. Diagnosis G 2P0A1 hamil 36 minggu
belum inpartu dengan PEB+partial hellp syndrom edan solutio plasenta,JTM presentasi kepala. Pasien diberikan terapi
stabilisasi 1 jam, rencana partus pervaginam, observasi TVI, tanda akut abdomen, tanda inpartu, IVFD RL gtt XX/m, insersi
kateter menetap, inj. MgSO4 sesuai protokol, inj. Dexamethasone 2x 10 mg IV, ceftriaxone 2 x 1 gr IV, rencana pematangan
serviks dengan drip oksitosin dan nifedipine 3 x 10 mg PO. [JK Unila. 2016; 1(2): 450-456]

Kata Kunci: preeklampsia berat, solusio plasenta

G2P0A1 36 Weeks Gestasional Age Not in Labor with Severe Preeclampsia


+Partial Hellp Syndrome +Placental Abruption, Single Death Fetus, Cephalic
Presentation
Abstract

Placental abruption is the partial or total detachment of the placenta from the normal implantation after 20 weeks and
before the fetus is born. Placental abruption is often repeated in subsequent pregnancies . Incidence was recorded at 1 in 8
pregnancies .Mrs.MS , G2P0A1, 21 years old , gravid 36 weeks came to RSAM with a chief complaint of preterm pregnant
with abdominal pain, high blood pressure , and the child does not move anymore . On physical examination was found the
convex abdominal with striae gravidarum , palpable hard and painful , and there was edema pretibial . On the status of
obstetrician obtained the impression that the uterine fundus ( TFU ) 29 cm , four fingers below the processus xyphoideus ,
elongated layout, cephalic presentation , right back , DJJ ( - ) , intrauterine fetus with TBJ 2480 gram , single, dead. On
urinalysis examination obtained bilirubin 2 mg / dL and 500 protein on blood chemistry obtained LDH 938 .On hematologic
examination obtained hemoglobin : 11.8 g / Dl , hematocrit : 34 % , leukocytes 20,300 / uL , platelets 226,000 / uL , CT : 8 ' ,
BT : 2. On ultrasound examination Looks single fetus died , cephalic presentation ; fetal biometry : BPD , HC , AC , FL ~ 36
weeks , the amniotic enough , seemed hematoma retroplasenta with 9x the size of 10 cm. Diagnostic is G2P0A1 yet inpartu
36 weeks pregnant with PEB + partial hellp syndrome and Placental Abruption, Fetal Death, Cephalic Presentation . Patients
were given 1 hour stabilization therapy , vaginal birth plan , observation TVI , signs of acute abdomen , signs of inpartu ,
IVFD RL XX gtt/m, catheter insertion settled , inj . MgSO4 appropriate protocol , inj. Dexamethasone 2x 10 mg IV ,
ceftriaxone 2 x 1 g IV , plans cervical ripening with oxytocin drip and nifedipine 3 x 10 mg PO. JK Unila. 2016; 1(2): 450-
456]eyword : high severe preeclampsia,solutio placenta

Korespondensi: dr. Rodiani, M.Sc, Sp.OG, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081222949925, e-mail
rodianimoekroni@gmail.com.
Pendahuan terlepasnya sebagian atau keseluruhan
Cunningham dalam bukunya plasenta dari implantasi normalnya (korpus
mendefinisikan solusio plasenta sebagai uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
separasi prematur plasenta dengan sebelum janin lahir.2 Kejadian solusio plasenta
implantasi normalnya korpus uteri sebelum sangat bervariasi dari 1 diantara 75 sampai
janin lahir.1 Solusio plasenta adalah 830 persalinan dan merupakan penyebab dari
20-35 % dari kematian perinatal. Walaupun binatang peliharaan disangkal, riwayat makan
angka kejadianya cenderung menurun akhir- makanan setengah matang / panggang
akhir ini, namun morbiditas perinatal masih disangkal, riwayat keputihan disangkal, riwayat
cukup tinggi, termasuk gangguan neurologis minum obat-obatan lama juga disangkal.
pada tahun pertama kehidupan. Solusio Pasien mengalami haid pertama haid
plasenta sering berulang pada kehamilan terakhir (HPHT) pada tanggal 25 September
berikutnya. Kejadiannya tercatat sebesar 1
diantara 8 kehamilan.2

Kasus
Pada tanggal 6 Juni 2016, Ny. MS,
G2P0A1, 21 tahun, gravid 36 minggu datang
ke RSAM dengan keluhan utama hamil kurang
bulan dengan nyeri perut, dan darah tinggi
dan anak tidak bergerak lagi. Os sudah tidak
lagi merasakan gerakan janin sejak 1 hari
SMRS, ± 9 jam SMRS os mengeluh nyeri perut.
Pasien tidak mengalami riwayat perut mules
menjalar ke pinggang yang makin lama makin
sering dan kuat, riwayat keluar darah lendir
dan keluar air-air . Pasien mengaku bahwa
terdapat riwayat pijit perut 1 hari SMRS.
Perut terasa keras namun tidak terdapat
riwayat perdarahan sebelumnya. Pasien ini
tidak memiliki riwayat datrah tinggi sebelum
hamil. Pada keluarga, ibu pasien memiliki
darah tinggi. Riwayat darah tinggi pada hamil
ini dialami sejak usia kehamilan 7 bulan,
namun tidak terdapat riwayat pandangan
kabur, nyeri ulu hati, mual, dan muntah. Os
lalu ke RS Immanuel,lalu os dirujuk ke RSAM
dengan diagnose G2P0A1 hamil 36 minggu
belum inpartu dengan PEB + solutio plasenta,
JTM presentasi kepala.
Pasien melakukan antenatal care (ANC)
di bidan 2x selama kehamilan,tidak teratur
tiap bulannya , terakhir pada 1 Januari 2016
dan denyut jantung janin (+), selama ANC
dikatakan tidak ada kelainan. Pasien tidak
pernah dilakukan USG. Pasien juga tidak
pernah mendapatkan suntikan imunisasi
selama kehamilan.
Riwayat minum alkohol dan merokok
juga disangkal pasien, riwayat memelihara
2015 dengan taksiran persalinan pada dapat dinilai, terbawah kepala, penunjuk
tanggal 2 Juli 2016. Pasien menikah satu kali belum dapat dinilai. Pada pemeriksaan
dengan usia perkawinan 20 tahun. Kehamilan inspekulo didapatkan vulva dan vagina tidak
sekarang merupakan kehamilan ke 2, dimana ada kelainan, portio livide, OUE tertutup, dan
kehamilan pertama mengalami abortus pada tidak ditemukan fluor, fluksus darah, erosi,
usia kehamilan 12 minggu dan dikuret. polip dan laserasi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan
kesadaran compos mentis, keadaan umum bilirubin 2 mg/dL dan protein 500. Pada
tampak sakit sedang, tekanan darah 180/130 pemeriksaan kimia darah didapatkan LDH 938.
mmHg, nadi 96x/m, pernapasan 20x/m, dan Pada pemeriksaan hematologi didapatkan
suhu 37oC. Kepala tampak normocephal, hemoglobin: 11,8 gr/Dl, hematokrit: 34 %,
kedua konjungtiva mata tidak anemis dan leukosit 20.300/uL, trombosit 226.000/uL, CT:
tidak ikterik, KGB pada leher tidak membesar, 8', BT : 2'. Pada pemeriksaan USG tampak
mammae tampak simetris, membesar dan janin tunggal mati, presentasi kepala; biometri
areola hiperpigmentasi, paru-paru dan janin: BPD, HC, AC, FL~36 minggu, ketuban
jantung dalam batas normal, abdomen cukup, tampak hematoma retroplasenta
cembung dengan striae gravidarum , teraba dengan ukuran 9x 10 cm. Kesan didapatkan
keras dan nyeri, dan terdapat edema hamil 36 minggu janin tunggal mati presentasi
pretibial. Pada status obstetrikus didapatkan kepala dengan solusio plasenta.
kesan yaitu tinggi fundus uteri (TFU) 29 cm, 4 Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
jari di bawah processus xyphoideus, letak fisik, dan pemeriksaan penunjang maka pada
memanjang, presentasi kepala, pu-ka, DJJ (-), pasien ini dapat ditegakkan diagnosa G 2P0A1
janin intrauterine dengan TBJ 2480 gram, hamil 36 minggu belum inpartu dengan PEB +
tunggal, mati. Pada pemeriksaan vaginal partial HELLP syndrome dan solutio plasenta,
toucher didapatkan portio lunak, posterior, JTM presentasi kepala.
pendataran 0%, Ø kuncup, ketuban belum
Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu minggu (dikuret), sehinga menjadi G2P0A1.
stabilisasi 1 jam, rencana partus pervaginam, HPHT adalah 25 September 2015, sehingga
observasi TVI, tanda akut abdomen, tanda usia kehamilan adalah 36 minggu . Selain itu,
inpartu, IVFD RL gtt XX/m, insersi kateter pada pemeriksaan USG didapatkan biometri
menetap, inj. MgSO4 sesuai protokol, inj. janin 36 minggu. Pada pasien ini, belum
Dexamethasone 2x 10 mg IV, ceftriaxone 2 x 1 ditemukan tanda-tanda inpartu. Tanda tanda
gr IV, rencana pematangan serviks dengan inpartu adalah terdapat his yang teratur
drip oksitosin, nifedipine 3 x 10 mg PO. dengan frekuensi yang makin sering makin
Prognosis quo ad vitam dan functionam kuat, bloody shows, dan pembukaan serta
ibu adalah dubia ad bonam. Sedangkan pendataran serviks.
prognosis quo ad vitam dan functionam anak Diagnosis preeklampsia ditegakkan dari
adalah ad malam. adanya hipertensi , dimana tekanan darah
sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.
Pembahasan Pengukuran tekanan darah sekurang-
Pada kasus ini, wanita berusia 21 tahun kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
dengan diagnosa G2P0A1 hamil 36 minggu Hipertensi ini terjadi pada usia kehamilan ˃ 20
belum inpartu dengan PEB + partial HELLP minggu pada wanita yang tidak memiliki
syndrome dan solutio plasenta, JTM riwayat hipertensi sebelumnya. Tanda kedua
presentasi kepala. Dalam kasus ini, diagnosis adalah adanya proteinuria, yakni 300 mg
ditegakkan berdasarkan anamnesis, protein dalam urin selama 24 jam atau sama
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan ≥1 + dipstick3.
yang disesuaikan dengan literatur. Diagnosis preeklampsia berat
Diagnosa G2P0A1 hamil 36 minggu ditegakkan bila ditemukan keadaan hipertensi
belum inpartu didapatkan dari hasil berat/hipertensi urgensi (TD≥160/110)
anamnesis bahwa kehamilan ini merupakan
kehamilan kedua dan sebelumnya pernah
mengalami abortus saat usia kehamilan 12
dengan proteinuria berat (≥ 5 g/hr atau tes perdarahan eksternal tidak ada, tetapi
urin dipstik ≥ positif 2), atau disertai dengan plasenta sudah terlepas seluruhnya dan
keterlibatan organ lain.Kriteria lain janin meninggal sebagai akibat langsung
preeklampsia berat yaitu bila ditemukan dari keadaan ini. Solusio plasenta dengan
gejala dan tanda disfungsi organ, seperti perdarahan tersembunyi mengandung
kejang, edema paru, oliguria, ancaman bahaya yang jauh lebih besar bagi
trombositopeni, peningkatan enzim hati, ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat
nyeri perut epigastrik atau kuadran kanan kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi,
atas dengan mual dan muntah, serta gejala namun juga akibat intensitas perdarahan
serebral menetap (sakit kepala, pandangan yang tidak diketahui sehingga pemberian
kabur, penurunan visus atau kebutaan transfusi sering tidak memadai atau
kortikal dan penurunan kesadaran).4 Pada terlambat.2,5
pasien ini, tekanan darah saat pertama Berdasarkan gejala dan tanda yang
masuk adalah 180/130 mmHg dan protein terdapat pada solusio plasenta klasik
500.Diagnosis partial HELLP syndrome umumnya tidak sulit menegakkan diagnosis,
ditegakkan berdasarkan nilai LDH 938. tapi tidak demikian halnya pada bentuk
Dikatakan parsial karena hanya nilai LDH solusio plasenta sedang dan ringan. Solusio
yang ≥ 600; nilai trombosit pasien ini sebesar plasenta klasik mempunyai ciri nyeri hebat
226.000, biliirubin 2 mg/dL; SGOT dan SGPT pada perut yang datangnya cepat disertai
tidak dilakukan pemeriksaan. uterus yang tegang terus menerus seperti
Keluhan dan gejala pada solusio papan, penderita menjadi anemia dan syok,
plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai denyut jantung janin tidak terdengar dan pada
contoh, perdarahan eksternal dapat banyak pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan
sekali meskipun pelepasan plasenta belum dalam meraba bagian-bagian janin.6,7
begitu luas sehingga menimbulkan efek Pada pemeriksaan dalam ditemukan
langsung pada janin, atau dapat juga terjadi serviks dapat telah terbuka atau masih
tertutup; kalau sudah terbuka maka plasenta hematoma retroplacenter.4
dapat teraba menonjol dan tegang, baik Diagnosis Solusio plasenta ditegakkan
sewaktu his maupun di luar his. Apabila dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dialami oleh pasien, yakni nyeri perut terus
menerus diluar his, rahim keras seperti papan
dan nyeri. Selain itu, didapatkan riwayat
trauma (pijit perut) dan hipertensi. Dari
pemeriksaan USG didapatkan gambaran
hematoma retroplasenta berukuran 9 x 10 cm.

plasenta sudah pecah dan sudah terlepas Gambar 1 . Hasil USG 6 April 2016
seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah
dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsus placenta, ini sering meragukan Untuk mendiagnosis IUFD pada
dengan plasenta previa. Pada pemeriksaan anamnesis biasanya didapatkan pasien
laboratorium urin didapatkan albumin (+), mengaku tidak lagi merasakan gerakan
pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan janinnya, perut tidak bertambah besar, bahkan
silinder dan leukosit dan Hb menurun pada mungkin mengecil (kehamilan tidak seperti
pemeriksaan hematologi. biasanya), perut sering menjadi keras dan
Hasil pemeriksaan USG menunjukkan merasakan sakit seperti ingin melahirkan,
terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin penurunan berat badan. Pada pemeriksaan
dan kandung kemih ibu, darah, dan tepian fisik pada pasien IUFD biasanya
plasenta. Plasenta dapat diperiksa setelah didapatkanpada inspeksi: tinggi fundus uteri
dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung berkurang atau lebih rendah dari usia
di bagian plasenta yang terlepas dan terdapat kehamilannya dan tidak terlihat gerakan-
koagulum atau darah beku yang biasanya
menempel di belakang plasenta, yang disebut
gerakan janin yang biasanya dapat terlihat terasa kencang dan nyeri perut yang hebat.
pada ibu yang kurus, pada palpasi: tonus Saat itu, pasien sudah tidak merasakan
uterus menurun, uterus teraba flaksid. Tidak gerakan anaknya lagi. Dalam hal ini, terjadi
teraba gerakan-gerakan janin, pada robekan pembuluh darah di desidua plasenta
auskultasi:tidak terdengarnya denyut jantung sehingga terjadi pemisahan vili-vili korialis
janin setelah usia kehamilan 10-12 minggu plasenta dari tempat implantasinya pada
pada pemeriksaan ultrasonic Doppler desidua basalis dan terjadi perdarahan. 9
merupakan bukti kematian janin yang Selain itu, hipertensi yang dialami oleh pasien
kuat.1,5,8 ini juga dapat menimbulkan solusio
Pada pasien ini, berdasarkan plasenta.1,2,5 Pada kasus ini, perdarahan tidak
anamnesis ibu didapatkan bahwa gerakan keluar tetapi berkumpul di belakang plasenta
anak tidak lagi dirasakan sejak 1 hari SMRS membentuk hematoma retroplacentair.
dan tidak diperoleh nilai denyut jantung janin Hematoma retroplasenta disebabkan oleh
pada pemeriksaan Doppler. Pemeriksaan putusnya arteri spiralis dalam desidua.
USG memperlihatkan jantung janin sudah Hematoma ini mempengaruhi penyampaian
tidak bergerak. Oleh karena itu, berdasarkan nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/
data- data ini dapat disimpulkan diagnosis plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang
G2P0A1 hamil 36 minggu belum inpartu terbentuk dengan cepat meluas dan
dengan PEB + partial HELLP syndromedan melepaskan plasenta lebih banyak/luas
solutio plasenta, JTM presentasi kepala. sampai ke pinggirnya sehingga darah yang
Berdasarkan anamnesis yang telah keluar merembes antara selaput ketuban dan
dilakukan, faktor resiko terjadinya solusio miometrium untuk selanjutnya keluar melalui
plasenta pada kasus ini adalah terdapat serviks ke vagina (revealed hemorrhage).
riwayat pijit perut yang dilakukan 1 hari Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus
SMRS. Satu hari kemudian, perut pasien yang lagi mengandung tidak mampu menjepit
pembuluh arteria spiralis yang terputus.
Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal abdomen
terperangkap di dalam uterus (concealed c. IVFD RL gtt XX/m
hemorrhage).9 Pada kasus ini, terjadi d. Cek laboratorium urinalisis, kimia darah
dan darah lengkap
concealed hemorrhage menyebabkan tidak
e. Insersi kateter menetap
terjadi perdarahan keluar. f. Inj. MgSO4 sesuai protokol
g. Inj. dexamethasone 2x10mg IV
Keadaan hematoma retroplasenta ini
h. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
menyebabkan darah dari arteriola spiralis
i. Oksitosin 1 amp drip IV
tidak lagi bisa mengalir ke dalam ruang
j. Nifedipine 3 x 10 mg
intervillus. Kedua keadaan tersebut
k. R/ partus pervaginam
menyebabkan penerimaan oksigen oleh darah
janin yang berada dalam kapiler vili berkurang
Penatalaksanaan pasien dengan
yang pada akhirnya menyebabkan hipoksia
janin. Sirkulasi darah ke plasenta juga diagnosa PEB + partial HELLP syndrome pada
menurun disertai penurunan tekanan perfusi pasien ini adalah:
pada penderita hipertensi kronik atau pre-
eklampsia. Semua perubahan tersebut sangat a. Injeksi MgSO4 sesuai protokol
menurunkan permeabilitas plasenta yang b. Nifedipine 3 x 10 mg
punya kontribusi besar dalam proses c. Inj. Dexamethasone 2x 10 mg IV
terjadinya sindroma insufisiensi plasenta yang
mengakibatkan kematian janin pada kasus Pada pasien PEB, MgSO4 diberikan
ini.9 sebagai obat antikejang dan nifedipin sebagai
Penatalaksanaan awal yang diberikan obat antihipertensi. Magnesium sulfat
pada pasien ini adalah : diberikan dalam loading dose dan maintenance
a. Stabilisasi 1 jam dose. Loading dose diberikan 4 gram IV ( 40%
b. Observasi DJJ, TVI, dan tanda akut dalam 10 cc) selama 15 menit. Maintenance
dose diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer Laktat per 6 jam dan
selanjutnya diberikan 4 gram i.m tiap 6 jam.
Magnesium sulfat menghambat atau
menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuskular. Transmisi
neuromuskular membutuhkan kalsium pada
sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat,
magnesium akan menggeser kalsium sehingga
aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi
kompetitif inhibition antara ion kalsium dan
ion magnesium).9 Nifedipine diberikan 10 mg
setiap 8 jam (3 x 10 mg), dapat diulangi
setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam
24 jam.11 Selain itu, diberikan inj
Dexamethasone 2x 10 mg IV untuk mengatasi
partial HELLP syndrome pada pasien tersebut.
Insersi kateter menetap dilakukan untuk
memantau diuresis cairan. Pada penderita
preeklampsia, pengelolaan cairan menjadi hal
yang penting karena terdapat resiko tinggi
untuk terjadinya edema paru dan oliguria. 9
Penatalaksanaan pasien pada pasien
dengan diagnosa solusio plasenta pada pasien
ini adalah: Induksi persalinan pervaginam
dengan drip Oksitosin yang kemudian diakhiri
dengan Seksio Sesaria Tranperitonealis
Profunda (SSTP). Pada pasien ini, kasus
termasuk dalam solusio plasenta berat
melihat gejala klinis yang terjadi yakni nyeri
perut hebat dan kematian janin. Pasien belum
mengalami syok hipovolemik dalam kasus ini
sehingga keadaan umum ibu masih cukup
baik.
Terapi solusio plasenta akan berbeda-
beda tergantung pada usia kehamilan serta
status ibu dan janin. Pada janin yang hidup
dan matur, dan apabila persalinan
pervaginam tidak terjadi dalam waktu dekat,
sebagian besar akan memilih seksio saesaria
darurat.
a. Solusio Plasenta Ringan
Kurang lebih 30% penderita solusio
plasenta ringan tidak atau sedikit sekali
melahirkan gejala. Pada keadaan yang
sangat ringan tidak ada gejala kecuali
hematom yang berukuran beberapa
sentimeter terdapat pada permukaan
maternal plasenta. Tanda-tanda vital dan
keadaan umum ibu ataupun janin masih
baik. Walaupun belum memerlukan
intervensi segera, keadaan yang ringan ini perlu dimonitor terus sebagai upaya
mendeteksi keadaan bertambah berat.9 pembekuan dari hematom subkhorionik dan
Bila ada perburukan (perdarahan terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-
berlangsung terus, gejala solusio mana. Persalinan juga dapat dipercepat
plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan memberikan infus oksitosin yang
dengan USG daerah solusio plasenta bertujuan untuk memperbaiki kontraksi uterus
bertambah luas), maka kehamilan harus yang mungkin saja telah mengalami gangguan.
segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan Induksi persalinan telah dilakukan
seksio sesaria, bila janin mati lakukan selama 3 hari namun tidak ada respon
amniotomi disusul infus oksitosin untuk sehingga diputuskan untuk dilakukan SSTP.
mempercepat persalinan.4 Induksi yang tidak respon ini dapat
b. Solusio Plasenta Sedang dan Berat disebabkan karena telah terjadi uterus
Gejala-gejala dan tanda-tanda solusio couvelaire, dimana uterus berubah menjadi
plasenta sudah jelas dan mungkin biru atau ungu karena terjadi perdarahan
kelainan pembekuan darah dan gangguan dalam otot-otot rahim, di bawah perineum ,
fungsi ginjal sudah ada.9 Apabila tanda dan dan kadang pada ligamentum latum.
gejala klinis solusio plasenta jelas Perdarahan ini menyebabkan gangguan
ditemukan, penanganan di rumah sakit kontraktilitas uterus dan perubahan warna
meliputi transfusi darah, amniotomi, infus uterus tersebut.10 Oleh karena itu, dapat
oksitosin dan jika perlu seksio sesaria .8 dilihat bahwa penatalaksanaan pada kasus ini
sudah tepat berdasarkan literatur.
Persalinan mungkin pervaginam atau
perabdominam bergantung pada banyaknya Simpulan
perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan Berdasarkan pembahasan kasus
spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat tersebut dapat disimpulkan bahwa
janin. Umumnya kehamilan diakhiri dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang
induksi atau stimulasi partus pada kasus yang yang telah dilakukan pada pasien ini sudah
ringan atau janin telah mati, atau langsung tepat sehingga mengarahkan diagnosis
dengan bedah sesar pada kasus yang berat dengan penatalaksanaan yang telah sesuai
atau telah terjadi gawat janin. Apabila janin berdasarkan kasus yang terjadi. Faktor resiko
telah mati dilakukan persalinan pervaginam penyebab terjadinya solusio plasenta pada
kecuali ada perdarahan berat yang tidak kasus ini adalah trauma pijit perut dan
teratasi dengan transfusi darah yang banyak preeklampsia yang diderita oleh pasien.
atau terdapat indikasi obstetrik lain yang Penatalaksaan yang telah dilakukan telah
menghendaki persalinan dilakukan sesuai berdasarkan diagnosis solusio plasenta,
9
perabdominan. PEB dan partial HELLP syndrome tersebut.
Pada kasus ini, telah terjadi solusio
plasenta berat dimana janin telah mati Daftar Pustaka
sehingga diputuskan untuk dilakukan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL,
persalinan pervaginam. Induksi persalinan Hauth JC, Gilstrap L & Wenstrom KD.
dilakukan dengan memberikan 1 amp Williams Obstetrics. Edisi ke-22. New
oxytosin drip dalam 500 cc RL xx gtt/m. Selain York: McGraw Hill; 2005.
itu, dilakukan amniotomi dan pemasangan 2. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D,
bandul 80 cc dengan traksi 1 L. Amniotomi Wirakusumah F. Obstetri Patologi Ilmu
akan merangsang persalinan dan mengurangi Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jakarta:
tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion Fakultas Kedokteran Universitas
juga dapat mengurangi perdarahan dari Padjadjaran; 2005.
tempat implantasi dan mengurangi masuknya 3. American College of Obstetricians and
tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang Gynecologist. Hypertension in Pregnancy.
mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor Washington DC: American College of
Obstetricians and Gynecologist.
2013;122:1122-31.
4. Chang YL, Chang SD, Cheng PJ. Perinatal
outcome in patiets with abruption plcenta
with and without antepartum
hemorrhage. Int J Gynaecol Obstet. 2001;
75:193.
5. Prawiroharjo, Sarwono: Ilmu Kebidanan.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 2009: 677-
681: 448-58.
6. Furushashi M, Kuraochi O, Suganuma N.
Pregnancy following placental abruption.
Arch Gynecol Obstet. 2002; 267:11.
7. Oyelese Y, Ananth CV. Placental
abruption. Obstet Gynecol.
2006;108(4):1005-16.
8. Clark SL. Placentae previa and abruptio
placentae. Dalam: Creasy RK, Resnik R,
editor. Maternal Fetal Medicine. Edisi Ke-
5. Philadelphia: WB Saunders; 2004.
9. Abdul BS, Trijatmo R, Gulardi HW.editor.
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo .
Edisi Ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2010.
10. DeCherney AH. Nathan L. Third Trimester
Bleeding. Dalam: Current Obstetrics and
Gynecologic Diagnosis and Treatment.
New York: McGraw Hill Companies; 2003.
11. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia. Panduan Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) tentang Preeklampsia.
[internet]. Jakarta: Perkumpulan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia. 2015. [disitasi .
tanggal 18 Oktober 2016]. Tersedia dari
http://pogi.or.id/publish/download/pnpk-
dan-ppk/.
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia September 2018 Vol 2. No.1

Hubungan Paritas Ibu (Primipara Dan Multipara) Terhadap


Kejadian Solusio Plasenta Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018

Ikra Ayu Wulandari


AKBID Pelamonia

Abstrak

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paritas


ibu (primipara dan multipara) terhadap kejadian solusio plasenta di RSUD Syech
Yusuf Gowa pada bulan Januari sampai dengan April 2018.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan melakukan


pendekatan Cross Sectional Study untuk mengetahui hubungan paritas ibu
(primipara dan multipara) terhadap kejadian solusio plasenta di RSUD Syech
Yusuf Gowa dengan jumlah populasi sebanyak 204 orang dan jumlah sampel 204
orang dengan menggunakan teknik Total Sampling.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square (pearson chi-
square) diperoleh untuk variabel paritas ibu nilai ρ = 1.000 > α = 0.05 artinya
tidak ada hubungan antara paritas terhadap kejadian solusio plasenta.

Kesimpulan dari variabel tersebut yaitu bahwa paritas ibu tidak memiliki
pengaruh terhadap terjadinya solusio plasenta baik pada ibu dengan paritas
primipara maupun ibu dengan paritas multipara.

Kata kunci : Solusio Plasenta, Paritas (Multipara dan Primipara)

Pendahuluan jiwasetiap tahun. Kejadian


kematian ibu dan bayi sebagian besar
Kehamilan merupakan suatu terdapat dinegara berkembang
proses fisiologik yang hampir selalu yaitu sebesar 98% - 99% dimana
terjadi pada setiap wanita. kematian ibu dan bayi dinegara
Kehamilan terjadi setelah berkembang lebih tinggi dibandingkan
bertemunya sperma dan ovum, dengan negara maju
tumbuh dan berkembang di dalam (Oktavia, 2016).
uterus 37 minggu atau sampai 42
minggu (Nugroho dan Utama, 2014).
Kehamilan merupakan
penyumbang terbesar Angka
Kematian Ibu (AKI). Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun
2013 memperkirakan angka kematian
ibu sebesar 500.000 jiwa dan 10juta
49
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia September 2018 Vol 2. No.1

Di negara ASEAN (Association


of Southeast Asian Nations) seperti
Singapura hanya 6 per 100.000
kelahiran hidup dan Malaysia
mencapai 160 per 100.000 kelahiran
hidup, bahkan Angka Kematian Ibu di
Vietnam sama seperti negara
Malaysia, sudah mencapai 160 per
100.1 kelahiran hidup (Buhari,
2015).
Penyebab tingginya AKI di
Indonesia pada umumnya sama yaitu
dikarenakan faktor penyebab
langsung dan tidak langsung. Faktor
penyebab langsung adalah
perdarahan (28%), eklampsia (24%),
infeksi (11%), komplikasi aborsi (5%),
partus lama (5%), komplikasi masa
nifas (8%), emboli obstetri (3%) dan
lain-lain 16 % (Jayanti dkk, 2016).
Berdasarkan hasil laporan
tahunan Badan Kesehatan

50
Masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan janin lahir. Faktor-faktor yang dapat
tahun 2014 jumlah kematian ibu meningkatkan kejadian solusio plasenta
sebanyak 138 per 100.000 kelahiran yaitu ibu hamil dengan hipertensi,
hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 15 paritas ibu, kehamilan ganda, usia ibu
orang (10,86%), kematian ibu bersalin dan riwayat solusio sebelumnya
54 orang (39,13%), kematian ibu nifas (Surtiningsih, 2008).
69 (50,00%). Adapun kematian ibu Di RSUD Arifin Achmad
menurut umur yaitu > 20 tahun Pekanbaru sebagian besar kasus solusio
sebanyak 4 orang, umur 20-34 tahun plasenta juga terjadi pada ibu-ibu
sebanyak 87 orang dan ≥ 35 tahun dengan paritas 2-4 sebesar 62,06%,
sebanyak 37 orang (Dinkes Profil diikuti oleh ibu-ibu dengan paritas ≥ 5
Kesehatan Prov. Sulsel, 2015). sebesar 28%. Hal ini tidak sesuai
Data Survey Kesehatan Rumah dengan penelitian
Tangga (SKRT) pada tahun 2001, Prawirohardjo di Rumah Sakit Umum
menunjukka 3 penyebab utama Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
kematian ibu di Indonesia adalah dan penelitian Pritchard di Parkland
perdarahan (28%), keracunan Memorial Hospital yang menyatakan
kehamilan atau eklampsia (24%) dan semakin tinggi paritas ibu maka semakin
infeksi (11%). Perdarahan pada ibu besar kemungkinan menderita solusio
hamil dibedakan atas perdarahan plasenta. Namun hal ini sesuai dengan
antepartum (perdarahan sebelum janin penelitian yang dilakukan Blumenfelt
lahir) dan perdarahan postpartum (apabila pengelompokkan paritas
(setelah janin lahir) (Surtiningsih, 2008). dijadikan 2 (dua) kelompok saja yaitu
Perdarahan Antepartum primipara dan multipara) yang
merupakan perdarahan jalan lahir menyatakan solusio plasenta lebih
setelah kehamilan usia 20 minggu banyak ditemukan pada ibu-ibu yang
dengan insiden 2-5%. Perdarahan multipara dibandingkan dengan ibu- ibu
obstetric yang terjadi pada kehamilan yang primipara (Prawirohardjo, 2007
trimester ketiga dan yang terjadi dalam Jaya, 2010).
setelah anak plasenta lahir pada Berdasarkan hasil laporan RSUD
umumnya adalah perdarahan yang Syech Yusuf Gowa pada tahun 2017
berat, dan jika tidak segera jumlah ibu hamil sebanyak 413 dan
mendapatkan penanganan yang cepat jumlah ibu hamil yang mengalami
bisa mendatangkan syok yang fatal. solusio plasenta sebanyak 12 orang
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan (2,90%), pada bulan Januari sampai
muda disebut abortus sedangkan pada dengan April 2018 jumlah ibu hamil
kehamilan tua disebut perdarahan sebanyak 204 dan jumlah ibu hamil
antepartum. Yang termasuk perdarahan yang mengalami solusio plasenta
antepartum adalah plasenta previa, sebanyak 2 orang (5,9%) ( (Med. Rec.
solusio plasenta, rupture uteri RSUD Syech Yusuf ).
(Brahmadhi dan Kartika, 2016).
Solusio plasenta merupakan
terlepasnya sebagian atau
Metode Penelitian
keseluruhan plasenta dari implantasi Penelitian ini menggunakan
normalnya (korpus uteri) setelah metode analitik dengan pendekatan
kehamilan 20 minggu dan sebelum Cross Sectional Study untuk mengetahui
hubungan paritas ibu
(primipara dan multipara) terhadap penelitian ini adalah semua ibu hamil
kejadian solusio plasenta di RSUD Syech pada bulan Januari sampai dengan April
Yusuf Gowa pada bulan Januari sampai 2018 di RSUD Syech Yusuf Gowa
dengan April 2018. sebanyak 204 orang, teknik
pengambilan sampel dengan
Lokasi dan Waktu Penelitian menggunakan teknik Nonprobability,
Penelitian ini di laksanakan di RSUD yaitu sampel jenuh atau sering disebut
Syech Yusuf Gowa, pada tanggal 15 total sampling.
sampai dengan 18 Juli
2018. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian
Populasi dan Sampel pada bulan Januari sampai dengan April
Populasi dalam penelitian ini 2018 di RSUD Syech Yusuf Gowa, maka
adalah seluruh ibu hamil di RSUD syech data yang dapat disajikan dalam bentuk
Yusuf Gowa pada bulan Januari sampai tabel yaitu:
dengan April 2018 sebanyak 204 orang.
Sampel dalam
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSUD Syech Yusuf Gowa Tahun 2018

Umur n %
< 20 Tahun 14 6,9
20-35 Tahun 162 79,4
> 35 Tahun 28 13,7
Total 204 100

Sumber : Data Sekunder


Tabel 4.1 Menunjukkan distribusi
responden berdasarkan umur. Sebagian
besar responden berumur 20-35 tahun
yaitu sebanyak 162 orang (79,4 %) dan
sebagian kecil umur < 20 tahun
sebanyak 14 orang (6,9 %)
a. Pendidikan Responden
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasark Pendidikan di RSUD Syekh Yusuf GowaTahun
2018
Pendidikan n %
SD 90 44,1
SMP 44 21,6
SMA 61 29,9
Sarjana 9 4,4
Total 204 100
Sumber : Data Sekunder Tabel
4.2 Menunjukkan pendidikan. Sebagian besar
distribusi responden berdasrkan responden berpendidikan SD yaitu
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia September 2018 Vol 2. No.1

sebanyak 90 orang (41,1 %) dan berpendidikan sarjana sebanyak 9 orang


sebagian kecil responden (4,4 %).
b. Pekerjaan Responden
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan
Pekerjaan diRSUD Syech Yusuf
Gowa
Pekerjaan N
IRT 178
Wiraswasta 20
PNS 6
T Total 204
a
Sumber : data IRT sebanyak
Sekunder 178 orang (87,3
%) dan
Tabel 4.3 sebagian kecil
Menunjukkan pekerjaan
distribusi responden PNS
responden sebanyak 6
berdasarkan orang (2,9 %).
pekerjaan.
Sebagian besar
pekerjaan
responden Tabel 4.4
1. Variabel
Penelitian
a. Paritas
Respond
en
Distribusi Responden
Berdasarkan Paritas di RSUD
Syech Yusuf Gowa Tahun 2018
Paritas n
Primipara 54
Multipara 150
Total 204
S
u
m
b
e
r

D
a
t
a
53
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia September 2018 Vol 2. No.1

b
S e
e r
k d
u a
n s
d a
e r
r k
a
T n
a
b p
e a
l r
i
4 t
. a
4 s
.
M
e S
n e
u b
n a
j g
u i
k a
k n
a
n b
e
d s
i a
s r
t
r b
i e
b r
u d
s a
i s
r a
e r
s k
p a
o n
n
d p
e a
n r
i
53
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia September 2018 Vol 2. No.1

t d
a a
s n

r s
e e
s b
p a
o g
n i
d a
e n
n
k
m e
u c
l i
t l
i
p p
a a
r r
a i
t
s a
e s
b
a r
n e
y s
a p
k o
n
1 d
5 e
0 n

o p
r r
a i
n m
g i
p
( a
7 r
3 a
,
5 s
e
% b
) a
n
53
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia September 2018 Vol 2. No.1

y solusio plasenta
a
k sebanyak 2
orang (1,3 %) mengalami
5 dan ibu yang solusio plasenta.
4 tidak

o mengalami
r
Pembahasan
solusio
a plasenta
n Hubungan
sebanyak
g 148
Paritas Ibu
orang dengan
( (98,7%).
2 Sedangkan Solusio plasenta
6 dengan paritas Berdasarka
, primipara n Hasil dari
5 pengelolaan dan
mengalami penyajian data
% solusio yang telah
) Dari hasil uji dilakukan dengan
. statistik dengan variabel yang
2. Hasil Analisa Hubungan Paritas menggunakan diteliti, yaitu
a. Hubungan paritas dengan Chi-Square Hubungan Paritas
kejadian solusio plasenta (Fisher) Ibu dengan
Tabel 4.5 diperoleh nilai ρ Solusio Plasenta.
Hubungan paritas dengan (1,000) > nilai α Pada
(0,05). Maka H0 penelitian yang
kejadian solusio plasenta
diterima dan Ha dilakukan di RSUD
di RSUD Syech Yusuf Gowa Syech Yusuf Gowa
ditolak, artinya
bahwa tidak ada pada bulan
hubungan antara Januari sampai
Solusio Plasenta
Paritas Ibu Tidak Mengalami paritas ibu Total denganUji April 2018
chihasil
terhadap diperoleh
Mengalami square
bahwa ibu yang
n % n kejadian
% solusio n %mengalami
plasenta di
Primipara 54 100 0 0,0 54 100 ρ = 1,000
kejadian solusio
RSUD Syech
Multipara 148 98,7 2 1,3 150 100
plasenta pada
Yusuf
Total
T 202 99,0 2 1,0 204 100
kelompok paritas
T Gowa.
Tabel dengan Dengan primipara
4.5 kejadian demikian dapat sebanyak 0 orang
Menunjukkan ditarik atau tidak ada
solusio (0,0
hasil analisis kesimpulan
hubungan plasenta. bahwa ibu %) dan multipara
antara paritas Ibu dengan dengan paritas yaitu sejumlah 2
paritas multipara dan orang (1,3 %).
Jumlah ibu hamil
multipara yang mengalami
primipara
yang tidak solusio plasenta
mengalami memiliki dengan paritas
kemungkinan multipara lebih
untuk besar di
53
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia September 2018 Vol 2. No.1

bandingkan ibu plasenta solusio persalinan


dengan paritas plasenta tidak 0,23%. Oleh
primipara. sebnayak 0 jelas. Namun, karena itu
Berdasar orang (0.0 beberapa tingginya
kan uraian %) dan penelitian paritas juga
diatas bahwa yang tidak mengemukana mempengaruhi
ibu dengan adanya tingginya
paritas mengalami hubungan kejadian solusio
primipara dan solusio antara paritas plasenta (Jaya,
multipara tidak plasenta 54 dan solusio 2010).
mempunyai orang (100 plasenta. Studi
kemungkinan lain Kesimpulan
risiko untuk %). mengunkapka peneliti
terjadinya n peningkatan anmenunjukkan
solusio solusio bahwa tidak
plasenta, plasenta ada hubungan
namun risiko ditemukan paritas ibu
berpeda terjadinya pada terhadap
dengan hasil solusio masyarakat kejadian solusio
penetian sosial ekonomi plasenta di
plasenta dan
Bintan Deman rendah, RSUD Syech
Jaya (2010), risiko multipara dan Yusuf Gowa
yang terjadinya peningkatan dengan nilai ρ
menyatakan solusio usia. (1,000) > α
bahwa Frekuen (0,05), ini
plasenta
semakin tinggi si solusio berarti H0
paritas maka tergolong plasenta juga diterima dan Ha
semakin tinggi pada paritas meningkat ditolak.
untuk ibu dengan dengan
mengalami meningkatnya
multipara
paritas ibu. Di
Saran
dan Di
RSUD
harapkan
grandemulti Moewardi
kepada tenaga
para. Surakarta
kesehatan
frekuensi
RSUD Syech
Menuru tertinggi
Yusuf Gowa
t Brahmandhi terdapat pada
dapat
dan Krtika ibu dengan
memberikan
(2016) pada paritas 7 atau
penyuluhan
ibu dengan lebih yaitu 3
paritas dari 257
multipara persalinan
merupakan 1,19%,
salah satu sedangkan
faktor risiko frekuensi
dari solusio terendah
plasenta. ditemukan
Implikasi pada ibu
antara paritas dengan paritas
dan 0 (nullipara)
peningkatan yaitu 4 orang
kejadian dari 1682
53
secara berkala terhadap ibu hamil jurnal Voice of midwifery,
tentang betapa pentingnya
pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi Vol.7 No.9.
dini faktor resiko dalam kehamilan
dengan bahasa yang sederhana dan
menggunakan alat bantu seperti brosur, Dinkes Profil Kesehatan Prov. Sulsel
poster dan leaflet dalam pemberian 2015. Provil kesehatan
penyuluhan kepada ibu hamil yang provinsi sulawesi selatan.
berkunjung ke RSUD Syech Yusuf Gowa
Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan, Makassar.
Daftar Pustaka
Arneliwati, Lestari, W dan Mariantari, Y
2014. Jaya, B. 2010. Gambaran Kejadian
Hubungan Dukungan Solusio Plasenta pada
Suami, Usia Ibu dan Gravida
Primipara dan Multipara Di
Terhadap Kejadian Emesis
Gravidarum, JOM PSIK. Vol.1 RS PKU Muhammadiah
No.2. Surakarta. Surakarta,

Basuki, H, Jayanti, K, dan Wibowo, A Fakultas Kedokteran


2016. Faktor Yang Universitas Muhammadiah
Mempengaruri Kematian Ibu Surakarta.
Studi Kasus Di Kota Surabaya.
Jurnal Wiyata, Vol.3 No.1. Lestari, H 2009. Hubungan antara
Paritas Dengan Kejadian
Brahmandhi dan Kartika 2016.
Perdarahan Antepartum.
Hubungan Antara Multipara
Terhadap Terjadinya Surakarta, Program Studi
perdarahan Antepartum Di DVII Kebidanan Fakultas
RSIA Aprillia Cilacap. Sainteks. Kedokteran Universitas
Vol.13 No.1.
Sebelas Maret.
Buhari, I, Hutagaol, E, dan Kundre, R
2015. Hubungan Tingkat
Leveno, K 2016. Manual Williams
Pengetahuan Dengan
Mobilisasi Dini Pada Ibu Nifas Komplikasi Kehamilan, Buku
Di Puskesmas Lingkupang Kedokteran EGC, Jakarta.
Timur.
Ejournal Keperawatan (e- Kp),
Vol.3 No 1. Manuaba 2009, Memahami
Kesehatan Reproduksi
Dahlan, A dan Umrah, A 2017, Faktor
Wanita, Buku Kedokteran
Yang Berhubungan Pada Ibu
Hamil Primipara Dalam EGC. Jakarta.
Pengenalan Tanda Dan Bahaya
Kehamilan, Nugroho, T 2012, Patologi
Kebidanan, Nuha Medika,
Yogyakarta.

54
Nugroho, T dan Utama 2014.
Askeb I Kebidanan,

Pustaka Nuhamedika,
Yogyakarta.

Oktavia, L 2016. Kejadian Hiperemesis


Gravidarum ditinjau dari
Jarak Kehamilan dan Paritas.
Jurnal Ilmu Kesehatan.
Vol.01 No.2.

55
Saminem 2009. Seri Asuhan
Kebidanan

Kehamilan Normal.
Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Simanullang, D 2017. Asuhan


Kebidanan Pada Ny.T
Masa Hamil Trimester
III Sampai Dengan

Keluarga BerencanaDi

Rumah Bersalin Dina


Bromo Ujung. Medan,
Politeknik Kesehatan

Kemenkes Medan.

Sugiyono 2013, Metode


Penelitian Bisnis, CV
Alfabeta, Bandung.

Sulistiyani, C 2017 Hubungan


Paritas Dan Umur Ibu
Dengan

Kejadian Perdarahan
Post Pertum,
Semarang, Program
Studi D IV Bidan
Pendidik politeknik
Kesehatan Depkes
Semarang.

Suririnah 2008. Kehamilan dan


Persalinan, PT
Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Surtiningsih 2008, Karakteristik


Kejadian Solusio Plasenta
Di RSUD Purbalingga.
Viva Medika, Vol.1 No.1.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya


sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental
haemorage. Keadaan klien dengan solution plasenta memiliki beberapa macam
berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume
perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat. Trauma langsung
abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu
aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain
diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta.

Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri
didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau
dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solution plasenta.

Adapun komplikasi dari nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas
vagina). pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia
kehamilan dan lamanya nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).
berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok
dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada
keselamatan dari ibu dan janin.

Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan secara konservatif


dan secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi
keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.
B.     Saran

Dengan adanya makalah ini diharapakan pembaca khususnya mahasisa keperawatan


mampu memahami dan mendalami tentang solution plasenta. Sehingga mahasiswa
dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik
secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.
Dan juga diharapkan perawat maupun tenaga kesehatan lainnya mampu
meminimalkan faktor resiko dari solution plasenta demi mempertahankan dan
meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif, dkk . 2001. “Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.Fk UI”.
Jakarta

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. “Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2”.


Jakarta: EGC.

Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. “Gawat-darurat obstetri-ginekologi &


obstetriginekologi sosial untuk profesi bidan”. Jakarta: EGC.

Wong, Dona L, dkk,. 2002. “Maternal child nursing care 2nd edition”. Santa Luis:
Mosby Inc.

kuliahperawat.wordpress.com/2015/07/16/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
solusio-plasenta-puspita-nadya-pekanbaru-16-juli-2015/

Anda mungkin juga menyukai