Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN

SOLUSIO PLASENTA

DI SUSUN OLEH :

Alma Tiana 20010020 Dara Nadira 20010017

Aulia Safitri 20010007 Fika Fitriani 20010002

Ayi Andila 20010006 Hayatun Nupus 20010011

Ayu Safira 20010026 Mulyaneza 20010019

Cut Riska 20010009 Muna Fadillah 20010014

Afifah Salsabila 20010022

Dosen Pengampu : Ns. Lisna Wati Rahayu S.Kep

STIKES MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI


TAHUN AJARAN

2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya Makalah ini berisikan informasi tentang Asuhan keperawatan solusio
plasenta .

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi tentang Asuhan keperawatan


solusio plasenta . Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir, dan juga rasa terima kasih kami kepeda
dosen pengampu yaitu Ns. Lisna Wati Rahayu S.Kep yang telah bersedia membimbing kami
hingga makalah ini dapat kami selesaikan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................1


B. Rumusan Masala..............................................................................................2
C. Tujuan .............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3

A. Definisi solusio plasenta.................................................................................3


B. Etiologi solusio plasenta.................................................................................3
C. Klasifikasi solusio plasenta. ...........................................................................4
D. Patofisiologi solusio plasenta.........................................................................5
E. Manifestasi Klinis solusio plasenta................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang solusio plasenta.......................................................7
G. Penatalaksanaan solusio plasenta...................................................................7
H. Komplikasi solusio plasenta...........................................................................8
I. Pencegahan solusio plasenta...........................................................................9
J. Phatway solusio plasenta..............................................................................10
K. Konsep asuhan keperawatan solusio plasenta..............................................11
1. Pengkajian ..............................................................................................11
2. Diagnosa .................................................................................................13
3. Intervensi ................................................................................................13
4. Implementasi...........................................................................................17
5. Evaluasi ..................................................................................................17

BAB III PENUTUP.......................................................................................................19

A. Kesimpulan ...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta/ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus(korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika
plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan pendarahan yang hebat.
Pendarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta
previa oleh karena pada kejadiam tertentu pendarahan yang tampak keluar melalui vagina
hamper tidak ada/ tidak sebanding dengan pendarahan yang berlangsung internal yang
sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian sering kali perkiraan jumlah,
dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus kasus
berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vascular menahun, 15,5% disetai
pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya
solusio plasentas adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan
prematur idopatik, sampai kemuadian terjadi gawat janin, pendarahan hebat, kontaksi
uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala gelaja ini dapat ditemukan
sebagai gelaja tunggal tetapi lrbih sering berupa gejala kombinasi. Solusio plasenta
merupakan penyakit kehamilan yang relative umum dan dapat secara serius
membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta,
mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya.
Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada
janin dan bayi baru lahir.

1
B. Rumusan Masalah
a. Definisi solusio plasenta.
b. Etiologi solusio plasenta.
c. Klasifikasi solusio plasenta.
d. Patofisiologi solusio plasenta.
e. Manifestasi Klinis solusio plasenta.
f. Pemeriksaan Penunjang solusio plasenta.
g. Penatalaksanaan solusio plasenta.
h. Komplikasi solusio plasenta.
i. Pencegahan solusio plasenta.
j. Phatway solusio plasenta.
k. Konsep asuhan keperawatan solusio plasenta.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
kasus solusio plasenta.

b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien solusio
plasenta.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien solusio
plasenta.
3. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada pasien solusio
plasenta.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan pada pasien solusio plasenta.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien solusio
plasenta.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Solusio Plasenta


Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,dimana plasenta
yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas atau terlepas
sebelum kala III (Achadiat, 2004).Sinonim dari solusio plasenta adalah Abrupsion
plasenta.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempatvimplantasinya yang
normal dari uterus, sebelum janin dilahirkan.Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan
usia kehamilan (masagestasi) di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr. Proses
solusiovplasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang
menyebabkan hematoma retroplasenter (Saefuddin AB, 2006)
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus
uteri sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya
plasenta dapat sebagian (parsialis), atau seluruhnya (totalis) atau hanya rupture pada
tepinya (rupture sinus marginalis) (dr.Handayo,dkk, 2010).

B. Etiologi Solusio Plasenta


Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian, beberapa hal di bawah ini diduga merupakan faktor-faktor yang
berpengaruh pada Solusio Plasenta ,antara lain sebagai berikut :
1. Hipertensi esensial atau pre eklampsi.
2. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3. Trauma abdomen seperti terjatuh tertelungkup, tendangan anak yangsedang di
gendong.
4. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5. Uterus yang sangat kecil.
6. Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun)
7. Ketuban pecah sebelum waktunya.
8. Mioma uteri.

3
9. Defisiensi asam folat.
10. Merokok, alkohol, dan kokain.
11. Perdarahan retroplasenta.
12. Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
13. Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
14. Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gameli.(Sarwono Prawirohardjo,
2009)

C. Klasifikasi Solusio Plasenta.


1. Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.
b. Solusio plasenta totalis (komplek) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari
tempat perlengketannya.
c. Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba
pada pemeriksaan dalam.
2. Solusio plasenta dibagi menurut tingkat gejala klinik yaitu :
a. Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau
daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga
dimasukkan dalam kategori ini
b. Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.Solusio plasenta
ringan yaitu rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta
yang tidak berdarah banyak sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau
janinnya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitamhitaman dan sedikit sekali
bahkan tidak ada, perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang, tekanan
darah dan denyut jantung maternal normal, tidak ada koagulopati, dan tidak
ditemukan tanda-tanda fetal distress.

4
c. Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.Solusio plasenta
sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai
dua pertiga luas permukaannya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitamhitaman, perut mendadak
sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan
pervaginam walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan
di dalam, di dinding uterus teraba terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian
bagian janin sulit diraba, apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar di dengar
dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic, terdapat fetal distress,
dan hipofibrinogenemi (150 – 250 % mg/dl).

d. Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.Solusio plasenta berat,
plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya, terjadinya sangat tiba-tiba biasanya
ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal.
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok, dan kemungkinan janin telah
meninggal, uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, perdarahan
pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, perdarahan
pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar kemungkinan telah terjadi
kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal, hipofibrinogenemi (< 150
mg/dl)
3. Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
a. Solusio plasenta ringan.
b. Solusio plasenta sedang.
c. Solusio plasenta berat.

D. Patofisologis Solusio Plasenta


Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta,

5
perdarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun
belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang
telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput
ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-
serabut otot uterus.
Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar
antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga
terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar,
tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan
semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi. Solusio plasenta
dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas karena seluruh
perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya lebih berbahaya
karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan
pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu, namun dapat juga berasal dari anak.

E. Manifestsi Klinis Solusio Plasenta


1. Anamnesis
Pendarahan biasanya pada trimester ketiga,pendarahan pervaginan berwarna
kehitam hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai
nyeri perut, uterus tegang pendsrahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin
intra uterin.

2. Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukan tanda syok

6
3. Pemeriksaan obstetric
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian bagian janin yang sekar dinilai, denyut jantung
janin sulit dinilai/tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.

F. Pemeriksaan Penunjang Solusio Plasenta


1. Pemeriksaan Darah :
Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
2. USG ( Ultrasonografi )
USG untuk mengetahui letak dan lokasi plasenta untuk menyingkirkan terjadinya
komplikasi , usia gestasi, keadaan janin.

G. Penatalaksanaan Solusio Plasenta


1. Penatalaksanaan pasien solusio plasenta, yaitu :
a. Harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas operasi.
b. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total menghadap kekiri, tidak
melakukan senggama, menghindari tingkatan tekanan rongga perut.
c. Pasang infus cairan Nacl fisiologi. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peroral.
d. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi/syok akibat pendarahan dan pantau pergerakan janin
e. Bila terdapat renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah, bila tidak
teratasi, upayakan penyelamatan optimal dan bila teratasi perhatikan keadaan janin.
f. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan sebab seksio sesarea bila janin masih hidup
atau persalinan pervaginan diperkirakan akan berlangsung lama, bila renjatan tidak
dapat diatasi, upayakan tindakan penyelamatan optimal.
g. Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan, bila lebih dari 6 cm pecahkan
ketuban lalu infus oksitosin, bila kurang 6 cm lakukan seksio sesarea.
h. Bila tidak terdapatn renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu/taksiran berat
janin luring dari 2.500 gr.

2. Penganganan Pasien solusio Plasenta berdasarkan berat/ringannya penyakit yaitu :


a. Solusio plasenta ringan

7
 Ekspektatif, bila ada perbaikan (pendarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada,
janin hidup) dengan baring atasi anemia, USG dan KTG serial, lalu tunggu
persalinan spontan.
 Aktif, bila ada perburukan ( pendarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi,
dapat mengancam ibu/janin) usahakan partus pervaginam dengan
amnintomi/infus oksitosin bila memungkinkan, jika teruspendarahan skor pelvik
kurang dari 5 / persalinan masih lama, lakukan seksio sesarea.
b. Solusio plasenta sedang/berat
 Resusitasi cairan
 Atasi anemia dengan pemberian transfuse darah
 Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam6 jam perabdominan
bila tidak dapat renjatan, usia gestasi 37 minggu/lebih/taksiran berat janin
2.500gr/lebih, pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam
diperkirakan berlangsung lama.

H. Komplikasi Solusio Plasenta


Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan kriteria :
1. Komplikasi pada ibu.
a. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah sampai
keadaan syok, perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai syok,
kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.
b. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah
menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis, terjadinya
penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan
darah.
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi
infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan
menimbulkan perdarahan karena atonia uteri, kegagalan pembekuan darah
menambah bertanya perdarahan.

8
e. Koagulopati konsumtif, DIC: solusio plasenta merupakan penyebab
koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
f. Ruptur uteri.

2. Komplikasi pada janin


a. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin, karena perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah
janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
tergantung pada beberapa sebagian plasenta telah lepas dari implantasinya di
fundus uteri.
b. Kelainan susunan sistem saraf pusat
c. Retardasi pertumbuhan
d. Anemia

I. Pencegahan Solusio Plasenta


Solusio plasenta atau abruptio plasenta tidak dapat dicegah. Kendati demikian,
ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko dan mengantisipasi
lepasnya plasenta. Upaya tersebut antara lain:

1. Tidak merokok dan tidak mengonsumsi narkoba, terutama saat hamil.


2. Menghindari aktivitas fisik berat saat hamil.
3. Rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan selama hamil, apalagi jika hamil di
atas usia 40 tahun.
4. Mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi yang seimbang.

9
J. Phatway Solusio Plasenta

10
K. Konsep Asuhan Keperawatan Solusio Plasenta
1. Pengkajian
 Data diri pasien
a. Indentitas Pasien secara lengkap
b. Aktifitas atau Istirahat
c. Sirkulasi
d. Integritas ego pasien
e. Eliminasi
f. Makanan dan cairan
g. Higiens
h. Neurosensori
i. Nyeri/ketidaknyamanan
j. Seksual
k. Interaksi Sosial

 Data Pemeriksaan
a. Anamnesis.
 Perasaan sakit saan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien
dapat menunju menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit.
 Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat da sekonyongkonyong
(non-recurrent) terdiri dari darah dari darah segar dan segar dan bekuan-
bekuan darah yang berwarna kehitaman.
 Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
(anak tidak bergerak lagi).
 Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.Ibu
terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar
pervaginam.
 Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

b. Inspeksi
 Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

11
 Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
 Terlihat darah keluar erlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

c. Palpasi
 Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
 Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus inbois
 (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.
 Nyeri tekan di plasenta terlepas
 Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

d. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar
biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang, bila
plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.
e. Pemeriksaan dalam
 Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
 Kalau sudah terbuka maka Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat
teraba menonjol dan tegang,baik sewaktu his maupun di luar his.
 Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini
akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolap
prolapsus placenta, sus placenta, ini sering meragukan dengan ini sering
meragukan dengan plasenta previa.

f. Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam
dalam keadaan syok., Nadi cepat, kecil dan filiformis.
g. Pemeriksaan Laboratorium
 Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan
silinder dan leukosit.

12
 Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-matchtest.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT(Clot Observation test)
tiap l jam

h. Pemeriksaan Palsenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau
darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta yangdisebut
hematoma retroplacenter.
i. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:
 Terlihat daerah daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu.
 Darah.
 Tepian plasenta.

2. Diagnosa
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan ditandai dengan
congjungtiva anemis, acral dingin, Hb turun, muka pucat dan lemas.
b. Resiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke
plasenta berkurang.
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai terjadi
distress/pengerasan uterus, nyeri tekan uterus.
d. Gangguan psikologi (cemas) berhubungan dengan keadaan yang dialami.
e. Potensial terjadinya hypovelemik syok berhubungan dengan pendarahan.
f. Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya
berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan ditandai dengan
conjunctiva anemis, acrar dingin,Hb turun, muka pucat,lemas

13
- Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
- Kriteria hasil
- Intervensi :
 Bina hubungan saling percaya dengan pasien
rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan
 Jelaskan penyebab terjadi pendarahan
rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami
 Monitor tanda tanda vital
rasional : tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan gangguan sirkulasi darah.
 Kajian tingkat pendarah 15 - 30 menit
rasional : mengantisipasi terjadinya syok
 Catat intake dan output
rasional : produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukan
penurunan fungsi ginjal.
 Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
rasional : cairan infus isotonikdapat menggsnti volume darah yang
hilang akibat pendarahan
 Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang
akibat pendarahan .

b. Resiko tinggi terjadinya fetal distres behubungan dengan perfusi darah keplasenta
- Tujuan : tidak terjadi fetal distres
- Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar bisa berkoordinaasi, adanya
pergerakan bayi, bayi lahir selamat.
- Intervensi:
 Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
rasional : kooperatif pada tindaakan
 Hindari tidur dan anjurkan tidur ke posisi kiri

14
rasional : tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung
menurun sehingga terjadi perfusi jaringan
 Obsevasi tekan darah dan nadi klien
rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pada sindrom
vena cafa sehingga klien harus dimonitor secara teliti
 Observasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin
rasional : penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen
dalam janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin
 Berikan 02 10 -12 liter dengan masker jika terjadinya tanda tanda
fetak distres
rasional : meningkat oksigen pada janin.

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uteres ditandai


terjadi distrensi uterus, nyeri tekan uterus.
- Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri
- Kriteria Hasil :
 Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
 Klien kooperatif dengan tindakannyang dilakukan
- Intervensi :
 Jelaskan penyebab nyeri pada klien.
Rasional : Dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif
terhadap tindakan.
 Kaji tingkat nyeri
Rasional : Menentukan tindakan leperawatan selanjutnya.
 Bantu dan ajarkan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri. Tarik nafas
panjang (dalam) melalui hidung dan menghembuskan pelan pelan
melalui mulut.
Rasional : Dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang
dirasakan.
 Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri/kanan).
Rasional : Posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.

15
 Berikan massage pada perut dan penekanan pada punggung.
Rasional : Memberi dukungan mental pada klien.
d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan keadaan yang dialami.
- Tujuan : Klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya.
- Kriteria Hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klien tidak
gelisah.
- Intervensi:
 Anjurkan klien untuk mengemukakan hal hal yang dicemaskan
Rasional : dengan mengungkapkan perasaannya akan mengurangi
beban pikiran klien.
 Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin.
Rasional : Mengurangi kecemasan klien tentang kondisi janin.
 Beri penjelasan tentang kondisi janin
Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi/keadaan janin.
 Beri informasi tentang kondisi klien.
Rasional : mengembalikan kepercayaan klien
 Anjurkan untuk mengadirkan orang orang terdekat.
Rasional : dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi klien.
 Anjurkan klien berdoa kepada Tuhan.
Rasional : dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang
kondisi yang dialami.
 Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Rasional : penderita kooperatif.
e. Potensi terjadinya hypovelemik syok berhubungan dengan pendarahan.
- Tujuan : Syok hipovolemik tidak terjadi
- Kriteria Hasil :
 Pendarahan berkurang.
 Tanda tanda vital normal
 Kesadaran kompos metit
- Intervensi :
 Kaji pendarahan setiap 15-30 m3nit
Rasional : Mengetahui adanya gelaja syok sedini mungkin.
 Monitorntekanan darah, nadi, pernafasan setiap 15 menit, bila
16
normal observasi dilakukan setiap 30 menit.
Rasional : Mengetahui keadaan pasien
 Awasi adanya tanda tanda syok, pucat, menguap, keringat
dingin,dan kepala pusing.
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya dan mencegah syok
sedini mungkin.
 Kaji konsistensi abdomen dan tinggi fundur uteri.
Rasional : Mengetahui peedarahan yang tersembunyi.
 Catat intake dan output
Rasional : Produksi urine yang berkurang dari 30ml/jam
merupakan penurunan fungsi ginjal.
 Berikan cairan sesuai dengan program terapi.
Rasional : Mempertahankan volume cairan sehingga sirkulasi bias
adekuat dan sebagian persiapan bila diperlukan tranfusi darah.

4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan
pada perawat untuk membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh
karena itu rencan tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari implemetasi
keperawatan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pemulihan (Nursalam,2001). Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan
intervensidan disesuikan dengan kondisi pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
yang sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan
17
pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan
dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang
telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam,2001). Pendekatan yang dilakukan
dengan pendekatan S.O.A.P (Subjectif, Objectif, Assessment, Planning).
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaianhasil yang
diharapkan (yang dikembangkan dalam fase perencanaan dan di dokumentasikan
dalam rencana keperawatan) adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase
evaluasi perlu untuk menentukan seberapa baik rencana asuhan tersebut berjalan dan
bagaimanan selama proses terus menerus. Revisi rencana keperawatan adalah
komponen penting dalam evaluasi.
Pengkajian ulang adalah ajian ulang adalah proses evaluasi terus menerus yang
terus menerus yang terjadi tidak hanya hasil yang diharapkan terjadi pada klien di
tinjau ulang atau bila keputusan dibutuhkan apakah klien siap atau dibutuhkan apakah
klien siap atau tidak untuk pulan tidak untuk pulang. (Doengos, 2001:15). g.
(Doengos, 2001:15).
Evaluasi adalah proses berkelanjutan. Perawat dapat mengasumsikan perawatan
tersebut perawatan tersebut telah efektif telah efektif saat hasil saat hasil yang
diharapkan untuk perawatan yang diharapkan untuk perawatan dapat terjadi. terjadi.
(Wong, 2002:366).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Solusio plasenta atau di sebut abruption placenta / Amblasi palsenta separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehemilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir . Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika
plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan pendarahan yang hebat .
pendarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya dari pada palsenta
previa oleh karena pada kejadian tertentu pendarahan yang tampak keluar melalui vagina
hamper tidak ada / tidak sebanding dengan pendarahan yang berlangsung internal yang
sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah
darah yang telah keluar sukar di perhitungkan , padahal janin telah mati dan ibu berada
dalam kondisi shok .
Penyebab solusio plasenta tidak di ketahui dengan pasti , tetapi pada kasus-kasus
berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vascular menahun ,
15.5%disertipula oleh preklamsia . Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab
terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia
ibu .
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam , sehingga sulit untuk
menegakkan diagnosisnya dengan tepat . Dari kasus solusio plasenta di diagnosis dengan
persalinan premature idiopatik sampai kemudian terjadi gawat janin, pendarahan hebat ,
kontraksi uterus yang hebat , hipertomi uterus yang menetap . Gejala-gejala ini dapat di
temukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi .

19
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas (Edisi 4). Jakarta : EGC.

Chalik, T.M.A. (2008). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.


Jakarta : EGC.

emenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta : Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Lao, T.T., Sahota, D.S., Cheng, Y.K.Y., Law, L.W., & Leung, T.Y. (2014).Advanced
Maternal Age and Postpartum Hemorrhage Risk Factor or Red Herring. The Journal
of Maternal Fetal Neonatal Medicine, 27 (3), 243–246.

20

Anda mungkin juga menyukai