Oleh :
Kelompok 5
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam, karena berkat rakhmat dan hidayah-
Nyalah saya telah berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Solusio Plasenta”.
Shalawat dan sallam tak lupa selalu kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad
Rasulullah SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, para tabi'in, para tabi'ut tabi'in, serta
kita semua umatnya hingga akhir zaman. Penulisan makalah ini untuk mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, saya menyadari bahwa penulisan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Pada kesempatan ini pula saya mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangun demi untuk memperbaiki dan meningkatkan agar
penulisan makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Akhir kata saya hanya bisa berdo'a
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin amin ya Robbal alamin.
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI................................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………. 3
A. Latar Belakang………………………………………………………………… 3
B. Tujuan………………………………………………………………….............. 3
BAB II
PEMBAHASAN………………………………….………………………………….. 4
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………….
A. Kesimpulan………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpusuteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang
terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta
sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka
kematian perinatal sebesar 25 %. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih
berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang
tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang
membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali
perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan
ibu berada dalam keadaan syok
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula
oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio
plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
B. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien dengan solusio
plasenta.
3
- Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
Untuk mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.
Untuk mengetahui dan memahami patologi dan etiologi dari solusio plasenta
Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan dari solusio
plasenta.
Untuk mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien solusio plasenta.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis
perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus
dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak
keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta menyebabkan
perdarahan yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.
a. Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta
kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di raba.
Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.
b. Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga
bagian dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang danbagian janin sulit di
raba. Janin sudah mengalami gawat janin berat sampaiIUFD. Pemeriksaan dalam
menunjukkan ketuban tegang. Tanda persalinantelah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar
2 jam.
Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian.
Perut nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut sepertipapan. Janin sudah
mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban tampak
tegang. Darah dapat masuk otot rahim, uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri
serta perdarahan pasca partus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang
dari100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai nampak.
5
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih
150 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat janin
atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian ataukeseluruhan.
· Preeklamsia/eklamsia
· Tindakan memecah ketuban (hamil biasa, pada hidramnion, setelah anak pertama hamil
ganda)
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardiorenovaskuler
· Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa dari 83
kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan 18
pada primipara. Pengalaman diRSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio
plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi
paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai
dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya.
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta
adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini padakehamilan berikutnya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu hamillainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
sebelumnya.
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uteruspada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanyakehamilan, dan lain-lain.
2.4 Patologi
Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua kemudian terpisah,
meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat keendometrium. Akibatnya, proses ini pada
tahapnya yang paling awal memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang
menyebabkan pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya.
Pada tahap awal mungkin belum ada gejala klinis.
Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga menyebabkan
hematom retroplasenta, yang sewaktu membesar semakin banyak pembuluh darah dan
plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang memisah dengan cepat meluas dan mencapai
tepi plasenta. Karena masih teregang oleh hasil konsepsi, uterus tidak dapat berkontraksi
untuk menjepit pembuluh darah yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta.
Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya
muncul sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap tertahan dalam uterus.
Plasenta telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat
timbul perlahan seperti pada solution plasenta ringan atau mendadak dengan gejala sakit
perut terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukardi raba., BJA sukar di raba dengan
stetoskop biasa. Sudah dapat terjadi kelainan pembekuan darah atau ginjal.
Plasenta telah lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba,ibu syok janin
meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tidak
sesuai dengan keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi gangguan pembekuan
darah dan ginjal.
2.6 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu :
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah,
kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita
belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan
darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada
dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya
terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan
penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan
intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks
ginjal mendadak. Oleh karena itu, oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran
pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan
gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi
hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan
darah.
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadipembekuan darah, disebut
disseminated intravasculer clotting.Akibatnya ialah peredaran darah kapiler (mikrosirkulasi)
terganggu.Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan karenapemakaian zat
tersebut, maka fase I disebut jugacoagulopathi consumptive. Diduga bahwa hematom
subkhorionik mengeluarkan tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler
tersebut.Akibat gangguan mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakanjaringan pada
alat-alat yang penting karena hipoksia dan kerusakanginjal yang dapat menyebabkan
oliguria/anuria.
b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untukmembuka kembali
peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha inidilaksanakan dengan fibrinolisis.
Fibrinolisis yang berlebihan malahberakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga
terjadiperdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuandarah harus
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun diklinik pengamatan pembekuan darah
merupakan cara pemeriksaanyang terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya
memerlukanwaktu terlalu lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaanpenderita saat
itu.
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahimdan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.Perdarahan ini menyebabkan
gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa
disebutUterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada
kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan. Komplikasi yang dapat terjadi
pada janin:
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
4. Kematian
2.7 Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai contoh,
perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum begitu luas
sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi perdarahan eksternal
tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat
langsung dari keadaan ini.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh
lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih
tinggi, namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian
transfusi sering tidak memadai atau terlambat. Menurut penelitian retrospektif yang
dilakukan Hurd dan kawan-kawan pada 59 kasus solusio plasenta dilaporkan
Solusio plasenta klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya
cepat disertai uterus yang tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan
syok, denyut jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui
kesulitan dalam meraba bagian-bagian janin. Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan
diagnosis solusio plasenta antara lain :
1. Anamnesis.
· Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi).
· Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.Ibu terlihat anemis
yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluarpervaginam.
· Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi.
· Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik
waktu his maupun di luar his.
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengarbiasanya di atas 140,
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilangbila plasenta yang terlepas lebih dari satu
per tiga bagian.
5. Pemeriksaan Dalam
· Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his
maupun di luar his.
· Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke
bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan
plasenta previa.
6. Pemeriksaan Umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit
vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuhdalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan
filiformis.
7. Pemeriksaan Laboratorium
· Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
· Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada
solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka
diperiksakan pula COT(Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen
(fiberindex),dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).
8. Pemeriksaan Plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya
menempel di belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter.
· Darah.
· Tepian plasenta.
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala
klinis, yaitu:
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan
berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang,janin hidup) dengan tirah baring dan observasi
ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada
pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus
segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi
disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah sakit
meliputi transfusi darah, amniotomi, infusoksitosin dan jika perlu seksio sesaria.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telahterjadi sekurang-
kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan
merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga
dapat mengurangi perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya
tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor
pembekuan dari hematom subkhorionik dan terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-
mana.
Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang terjadi adalah
nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat tertolong dengan penanganan
yang baik. Tetapi bila telah terjadi nekrosiskorteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada
tahap oliguria, keadaan umum penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya
dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara rutin
dilakukan pada penderita solusio plasenta sedang dan berat, apalagi yang disertai hipertensi
menahun dan preeklamsia. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang,
pemberantasan infeksi yangmungkin terjadi, mengatasi hipovolemia, menyelesaikan
persalinan secepatmungkin dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika
itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka
satu-satunya cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria.
2.8 Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya
perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai selesainya persalinan.
Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar
kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada
literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada
kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta
yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan.
Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus
tertentu tindakan seksio sesaria dapat mengurangi angka kematian janin
2.9 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermamfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta
hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine
aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan
hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis
harus dianggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis
2. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria
kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia beratdan koagulopati
konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin
meninggal lebih dianjurkan persalinan pervagina kecuali apabila perdarahannya sedemikian
deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau
terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.
BAB III
Tetapi disini hanya lima langkah saja yang akan di bahas yaitu dari pengumpulan data
sampai pada Perencanaan asuhan.
A. Langkah I (Pengkajian)
1. DATA SUBJEKTIF
a) Istri
· Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
· Umur
· Alamat
· Pekerjaan
· Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
· Pendidikan
· Status Perkawinan
· Suku/Ras
b) Suami
· Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
· Umur
· Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak.
Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi suami pasien/klien.
· Pekerjaan
· Pendidikan
· Status Perkawinan
· Suku/Ras
2) Riwayat pasien
a) Keluhan utama
kehitamandisertai
nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak aktif
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien datang kepada bidan
Untuk mengetahui keluhan utama tersebut pertanyaan yang diajukan oleh bidan adalah
sebagai berikut: “Apa yang ibu rasakan, sehingga ibu datang kemari?”
b) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien.
c) Menarche
d) Siklus Menstruasi
Untuk mengetahui jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam
hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
e) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan
kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya digunakan criteria
banyak, sedang, sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif,
namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya
sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
f) Keluhan
Untuk mengetahui prediksi waktu mengenai kapan menstruasi yang akan datang.
h) Dismenorhea
Untuk mengetahui ketika haid terjadi nyeri atau sulit. Dismenorhea ditandai oleh nyeri mirip
kram yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadang-kadang oleh sakit kepala, keadaan
mudah tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah.
i) Keteraturan Menstruasi
Untuk mengetahui pada umumnya adanya cairan di dalam vagina bertambah dalam
kehamilan tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering menimbulkan keluhan. Ganococcus
menyebabkan flour seperti nanah, Trichomonasvaginalis menyebabkan flour yang putih
berbau, sedangkan candida albicans menyebabkan flour dengan gumpalan putih atau kuning
dan menyebabkan gatal yang sangat.
Untuk mengetahui gangguan apa saja yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,misalnya
nyeri hebat,sakit kepala sampai pingsan, atau keadaan mudak tersinggung (emosional
meningkat). Gangguan yang dialami pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
3) Riwayat perkawinan
Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien mengenai riwayat perkawinannya adalah :
1. Kawin : …………………..kali
3. Status Perkawinan
4. Lama Pernikahan
Data ini digunakan untuk mengetahui riwayat kehamilan dan kelahiran pasien.
· Golongan Darah
Data ini menjelaskan golongan darah pasien, hal ini dilakukan untuk sumber informasi jika
ketika kehamilan atau persalinan mengalami pendarahan penanganan penggantian darah yang
keluar melalui transfusi darah lebih cepat dilakukan.
· Riwayat persalinan
Mencakup jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara
melahirkan. Dengan mengetahui riwayat persalinan, melihat kemungkinan yang dapat terjadi
pada ibu hamil saat persalinan sekarang dan mengupayakan pencegahannya dan
penanggulangannya. Jika persalinan dahulu terdapat penyulit seperti perdarahan, sectio
saesaria, solusio plasenta, plasenta previa kemungkinan dapat terjadi atau timbul pada
persalinan sekarang.
· Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan
Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, jika terdapat penyulit diupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
5) Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang lalu (perdarahan,
feloris).
Untuk mengetahui kondisi bayi apakah sehat atau mengalami trauma lahir dimana hal ini
terjadi karena trauma pada bayi akibat tekanan mekanik (seperti kompresi dan traksi) selama
preses persalianan. Kejadian ini terjadi pada berat badan bayi lebih dari 4.500 gram.
Untuk dapat segera melakukan tindakan preventif pada bayi agar tidak memperparah kondisi.
7) Riwayat Ginekologi
Data ini sangat penting karena akan memberikan petunjuk tentang organ reproduksi pasien.
Mencakup: infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker sistem reproduksi, operasi
ginekologi. Jika didapatkan adanya salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat
reproduksi, maka harus waspada akan adanya kemungkinan gangguan kesehatan alat
reproduksi pada masa postpartum.
Untuk mengetahui apakah ada efek samping setelah penggunaan kontrasepsi, lamanya
menggunakan alat kontrasepsi, alasan pemakaian serta pemberhentian kontrasepsi (bila tidak
memakai lagi), serta keluhan selama memakai alat kontrasepsi.
Mencakup waktu mendapat haid terakhir, siklus haid, perdarahan pervaginam, fluor,
mual/muntah, masalah kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu.
Anamnesa haid serta siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau
perkembangan kehamilannya serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan segera
adanya kelainan / masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan segera.
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita pasien/klien. Informasi ini penting
untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan
pencegahannya dan penanggulangannya.
misal:
Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan dan
kemungkinan bisa menyebabkan transient hipertension.
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan ibu dan janinnya. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan
mencakup penyakit kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal, jiwa, kelainan dibawa lahir,
kehamilan kembar atau lebih, TBC, epilepsy, penyakit darah, alergi, penyakit yang
menyebabkan kematian bagi bapak atau ibu yang telah meninggal.
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan antara lain :
Kemungkinan pasien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik dan
memudahkan kita dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan kepercayaan klien.
Kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan dan
persalinan yang ini. Keungkinan pasien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan
kehamilan ini. Atau kemungkina klien cemas, takut dan gelisah dengan kehamilan ini.
1) Ibu mengatakan keluhan nyeri pada bagian perut, perut terasa sesak hanya karena
tekanan dan kadang-kadang perutnya tegang.
2. DATA OBJEKTIF
a) Pemeriksaan umum
Secara teoritis kemungkinan di temukan gambaran keadaan umum pasien baik, yang
mencakup kesadaran, tekanan darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan dan keadaan umum.
b) Pemeriksaan khusus
Yang dinilai ialah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka,
conjunctiva, skelera, hidung dan telinga, mulut, apakah ada caries dentis, stomatitis, karang
gigi, leher apakah ada pembesaran kelenjar gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan,
keadaan putting susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak, perut membesar sesuai
dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada varises atau
tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Anus apakah ada haemorhoid, extremitas atas
dan bawah apakah ada kelainan.
Hasil yang mungkin timbul dari anamnesa pada kasus ibu dengan solusio plasenta :
Leopold I : tinggi fundu uteri dalam cm, tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai
dengan tuanya kehamilan
Leopold II :pada dinding perut sebelah kanan atau kiri ibu kemungkinan teraba
punggung, anggota gerak atau bokong, kepala.
3) Secara auskultasi
Kemungkinan dapat terdengar bunyi jantng janin, frekuensinya, teratur atau tidak tetapi
biasanya sulit dilakukan pada kehamilan dengan solusio plasenta.
4) Secara perkusi
Kemudian ditambah 375 untuk lingkaran abdomen yang lebih dari 100cm.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laboratorium
Urine : kemungkinan ditemui protein aceton, dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.
b) USG
Kemungkinan keadaan janin hidup dan dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
kesejahteraan janin.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau detak jantung janin, hasil pemantauan detak
jantung janin, tergantung dari klasifikasi dan cepatnya plasenta terlepas sehingga dapat
mempengaruhi sirkulasi retroplasenter yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi
dari pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah ;
a. Diagnosa Kebidanan
Ibu hamil G…, P…, A…, H….usia kehamilan…,janin intra atau ekstrauterine, janin hidup
atau mati, letak anak, anak tunggal/kembar, keadaan jalan lahir, keadaan umum ibu, dengan
solusio plasenta.
Dasar :
3. Leopold II : Puki, Puka atau lainnya (letak sungsang atau letak lintang)
4. Leopold III: bisa kepala, bokong, letak lintang ataupun letak sungsang
b. Masalah
Masalah yang kemungkinan timbul adalah kecemasan dan ganggauan rasa nyaman.
Dasar : Ibu mengeluh perut terasa tegang, keluar bercak darah dan nyeri perut kiri bagian
bawah.
c. Kebutuhan
2) Dukungan psikologi
3) Kebersihan vulva
Dasar : pencegahan infeksi dan rasa nyaman
4) Hidrasi
Dasar : kebutuhan cairan dan nutrisi sangat penting apalagi jika ibu anemia
5) Rasa nyaman
Dasar : karena Ibu mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan
tegang.
Dasar : karena plasenta yang lepas sebelum waktunya, karena terputusnya hubungan antara
janin dan ibu sehingga dapat mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
Dasar : karena terputunya hubungan antara janin dan ibu sehingga dapat mempengaruhi
nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
1. Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat
Adapun rencana asuhan yang dibutuhkan pasien dalam kasus ini yaitu:
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir
diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan
solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat
keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga
berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat,
janin terlalu aktif sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-
lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi
faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik
dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat
mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu
dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio
plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok
dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari
ibu dan janin.
3.2 Saran
Penulis harapkan semoga dimasa yang akan datang, para tenaga kesehatan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien kasus solusio plasenta. Dan harapan
penulis kepada para pembaca semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
menambah keterampilan kita dalam memberi pelayanan kesehatan.
Contoh Kasus
Ny. T berusia 23 tahun, G1P0A0 hamil 40 minggu mengatakan merasakan kesakitan,
perutnya mules, kenceng-kenceng yang terlalu kuat, nyeri pada jalan lahir dan keluar darah
dari jalan lahir berbentuk gumpalan-gumpalan kecil berwarna kehitaman. Datang ketempat
bidan Sholechah untuk memeriksakan kehamilannya. Pemeriksaan bidan diketahui hasil TD :
100/70 mmHg, suhu : 37,3 0C, RR : 25 x/menit, Nadi : 70 x/menit.
I. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
1. Identitas
Istri Suami/ penanggungjawab
Nama : Ny. T : Tn. B
Umur : 23 Tahun : 25 Tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja : Swasta
Alamat : Bangetayu 02/01 : Bangetayu 02/01
2. Keluhan utama : Ibu mengatakan merasakan kesakitan, perutnya kenceng-kenceng
keluar darah dari jalan lahir berbentuk gumpalan kecil berwarna hitam.
3. Alasan datang : Ingin bersalin
4. Riwayat Obsetri
a. Riwayat haid
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Banyak : sedang (3 kali ganti pembalut/hari)
Warna : Merah kehitaman
Bau : Khas
Disminore : Tidak
Flour Albus : Tidak ada
Pola eliminasi
o BAK terakhir : pukul 03.00 WIB
o BAB terakhir : pukul 03.00 WIB
1 Hamil ini
5. Riwayat kesehatan
Penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan tidak pernah menderita:
a. Penyakit menular : hepatitis, AIDS, TBC, dll
b. Penyakit keturunan : DM, jantung dan TD tinggi, Dll
Penyakit keluarga
Dikeluarga ibu tidak ada yang menderita
a. Penyakit menular : hepatitis, AIDS, TBC, dll
b. Pnyakit keturunan : Dm, TD tinggi dan jantung, dll
Kesehatan ibu sekarang
Ibu tidak sedang menderita
a. Penyakit menular : hepatitis, AIDS, TBC,dll
b. Penyakit keturunan : DM, TD tinggi, jantung, dll
6. Riwayat perkawinan
Menikah pada usia : 22 tahun
Menkah : 1 kali
Lama menikah : 1 tahun
7. Pegambilan keputusan
Pengabilan keputusan dilakukan oleh suami dan keluarga besar atas persetujuan ibu
c. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum pasien: pucat
b. Tanda-tanda vital:
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 70x/menit
RR : 25x/menit
c. Tinggi badan : 155 cm
d. Berat badan : 55 kg
e. Status present :
Kepala : Mesochepal,kulit kepala bersih,tidak
rontok
Muka : Tidak bengkak, pucat
Mata : Konjungtiva pucat,sklera tidak
ikterik
Hidung : Bersih,tidak ada polip
Mulut : Bersih,lidah bersih,tidak ada caries gigi
Telinga : Simetris,tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan
kelenjar tiroid
Ketiak : Tidak ada pembesaran limfe
Dada : Simetris,pengembangan rongga dada
normal
Perut : Tidak ada bekas operasi
Genetelia : Bersih,tidak ada oedema,tidak ada
penyakit kelamin
Ekstremitas : Bersih,tidak bengkak,tidak ada trombo
Flebitis
2. Status Obstretikus
a. Inspeksi
Muka : Tidak bengkak
Mamae : Puting menonjol,hiperpigmentasi areola
mamae,kolostrum blum keluar
Abdomen : Membesar sesuai kehamilan,terdapat strie
gravidarum dan linea nigra
Genetalia : Bersih,tidak ada penyakit kelamin
PPV : Pengeluaran darah dari jalan lahir, berbentuk gumpalan
Gumpalan kecil berwarna hitam.
b. Palpasi
Leopold 1 : Tidak dilakukan
Leopold 2 : Tidak dilakukan
Leopold 3 : Tidak dilakukan
Leopold 4 : Tidak dilakukan
c. Auskultasi
DJJ = Tidak dilakukan
d. Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri = +
3. Pemeriksaan penunjang
Hb : 7 gr%
Usg : -
Rontgen : -
II. Interpretasi data
Diagnosa
Ny. T, 23 tahun, G1P0A0, hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri, letak membujur,
punggung kanan, presentasi kepala, KK (+), inpartu kala I suspect solusio plasenta.
Data dasar :
Data subjektif
1. Ibu mengatakan sekarang berusia 23 tahun
2. Ibu mengatakan ini adalah anak pertama
3. Ibu mengatakan bahwa ibu belum pernah melahirkan dan belum pernah keguguran
Data objektif
1. Keadaan Umum pasien: pucat
a. Tanda-tanda vital:
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 70x/menit
RR : 25x/menit
b. Tinggi badan : 155 cm
c. Berat badan : 55 kg
2. Palpasi
Leopold 1 : Tidak dilakukan
Leopold 2 : Tidak dilakukan
Leopold 3 : Tidak dilakukan
Leopold 4 : Tidak dilakukan
3. Auskultasi
DJJ = Tidak dilakukan
4. Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri = +
III. Diagnosa potensial
1. Potensial terjadinya fetal distres pada janin
2. Syok hipovolemik pada ibu
IV. Antisipasi segera
1. Pasang infus dan beri oksigen
2. Persiapan rujukan
V. Perencanaan
Tanggal : 14 April 2014
Waktu : 09.00 WIB
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2. Pasang infus.
3. Pantau adanya tanda dan gejala syok hipovelemik
4. Lakukan informed consent
5. Lakukan rujukan
6. Dokumentasi
VI. Implementasi
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu saat ini sangat lemah
karena ibu kehilangan darah sangat banyak
2. Melakukan pemasangan infus untuk menambah cairan kepada ibu.
3. Memantau adanya tanda-tanda dan gejala syok hipovolemik
4. Melakukan informed consent kepada keluarga
5. Melakukan rujukan
6. Melakukan dokumentasi secara tepat dan benar
VII. Evaluasi
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang keadaan ibu saat ini
2. Ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan tindakan pemasangan infus dan informed consent
untuk persiapan rujukan.
3. Pendokumentasian sudah dilakukan secara tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-
plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak.
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.