Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH SOLUSIO PLASENTA

Dosen Pengampu : Arihta Sembiring SST, M.Kes

Oleh :

Kelompok 5

Nia Vedelina Lumbangaol (P07524119068)

Nur Fadillah Sari (P07524119069)

Nurlia Sinaga (P07524119070)

Oktafiana Haloho (P07524119071)

Putri Rahayu Wijayati (P07524119072)

Ria Agustina (P07524119073)

Trini Silalahi (P07524119081)

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam, karena berkat rakhmat dan hidayah-
Nyalah saya telah berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Solusio Plasenta”.
Shalawat dan sallam tak lupa selalu kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad
Rasulullah SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, para tabi'in, para tabi'ut tabi'in, serta
kita semua umatnya hingga akhir zaman. Penulisan makalah ini untuk mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, saya menyadari bahwa penulisan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Pada kesempatan ini pula saya mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangun demi untuk memperbaiki dan meningkatkan agar
penulisan makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Akhir kata saya hanya bisa berdo'a
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin amin ya Robbal alamin.

Medan, 2 Desember 2020

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI................................................................................................................. 2

BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………………………………. 3

A. Latar Belakang………………………………………………………………… 3
B. Tujuan………………………………………………………………….............. 3

BAB II

PEMBAHASAN………………………………….………………………………….. 4

A. Pengertian plasenta previa.........................................................................


B. Klasifikasi solusio plasenta.......................................................................
C. Penyebab solusio plasenta..........................................................................
D. Patologi......................................................................................................
E. Gambaran klinis..........................................................................................
F. Komplikasi..................................................................................................
G. Diagnosis....................................................................................................
H. Prognosis.....................................................................................................
I. Penatalaksanaan……………………………………………………………

BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpusuteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang
terlepas.

Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta
sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka
kematian perinatal sebesar 25 %. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih
berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang
tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang
membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali
perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan
ibu berada dalam keadaan syok

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula
oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio
plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.

B. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien dengan solusio
plasenta.

3
- Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
 Untuk mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.
 Untuk mengetahui dan memahami patologi dan etiologi dari solusio plasenta
 Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan dari solusio
plasenta.
 Untuk mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien solusio plasenta.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis
perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus
dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak
keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta menyebabkan
perdarahan yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.

B. Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta

a. Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta
kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di raba.
Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.

b. Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga
bagian dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang danbagian janin sulit di
raba. Janin sudah mengalami gawat janin berat sampaiIUFD. Pemeriksaan dalam
menunjukkan ketuban tegang. Tanda persalinantelah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar
2 jam.

Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian.
Perut nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut sepertipapan. Janin sudah
mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban tampak
tegang. Darah dapat masuk otot rahim, uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri
serta perdarahan pasca partus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang
dari100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai nampak.

5
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :

1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih
150 mg%.

2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat janin
atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
120-150 mg%.

3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian ataukeseluruhan.

C. Penyebab Solusio Plasenta

· Trauma langsung Abdomen

· Hipertensi ibu hamil

· Umbilicus pendek atau lilitan tali pusat

· Janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas

· Tekanan pada vena kafa inferior

· Preeklamsia/eklamsia

Tindakan Versi luar

· Tindakan memecah ketuban (hamil biasa, pada hidramnion, setelah anak pertama hamil
ganda)

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
yang menjadi predisposisi :

1. Faktor kardiorenovaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia daneklamsia. Pada


penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensipada separuh kasus solusio
plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit
hipertensi kronik, sisanyahipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2. Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain :

· Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

· Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang

· banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.

· Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

3. Faktor paritas ibu

Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa dari 83
kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan 18
pada primipara. Pengalaman diRSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio
plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi
paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.

4. Faktor usia ibu

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan


kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan
karena makin tua umuribu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.

6. Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan


katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah
uetrus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara
definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar
antara 13-35%.

7. Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai
dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya.

8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta
adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini padakehamilan berikutnya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu hamillainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
sebelumnya.

9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uteruspada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanyakehamilan, dan lain-lain.

2.4 Patologi

Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua kemudian terpisah,
meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat keendometrium. Akibatnya, proses ini pada
tahapnya yang paling awal memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang
menyebabkan pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya.
Pada tahap awal mungkin belum ada gejala klinis.

Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga menyebabkan
hematom retroplasenta, yang sewaktu membesar semakin banyak pembuluh darah dan
plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang memisah dengan cepat meluas dan mencapai
tepi plasenta. Karena masih teregang oleh hasil konsepsi, uterus tidak dapat berkontraksi
untuk menjepit pembuluh darah yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta.
Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya
muncul sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap tertahan dalam uterus.

2.5 Gambaran Klinis

Soluti plasenta ringan

Terjadi rupture sinus masrginalis. Bila terjadi perdarahan pervaginamwarna merah


kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.Tetapi bagian-bagian janin
masih teraba.

Solution plasenta sedang

Plasenta telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat
timbul perlahan seperti pada solution plasenta ringan atau mendadak dengan gejala sakit
perut terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukardi raba., BJA sukar di raba dengan
stetoskop biasa. Sudah dapat terjadi kelainan pembekuan darah atau ginjal.

Solution plasenta berat

Plasenta telah lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba,ibu syok janin
meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tidak
sesuai dengan keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi gangguan pembekuan
darah dan ginjal.

2.6 Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu :

1. Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah,
kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita
belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan
darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat.

2. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada
dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya
terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan
penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan
intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks
ginjal mendadak. Oleh karena itu, oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran
pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan
gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi
hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan
darah.

3. Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh


hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di RSUPNCM
dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang
ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450mg%,
berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka
akan terjadi gangguan pembekuan darah. Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi
melalui dua fase, yaitu:
a. Fase I

Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadipembekuan darah, disebut
disseminated intravasculer clotting.Akibatnya ialah peredaran darah kapiler (mikrosirkulasi)
terganggu.Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan karenapemakaian zat
tersebut, maka fase I disebut jugacoagulopathi consumptive. Diduga bahwa hematom
subkhorionik mengeluarkan tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler
tersebut.Akibat gangguan mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakanjaringan pada
alat-alat yang penting karena hipoksia dan kerusakanginjal yang dapat menyebabkan
oliguria/anuria.

b. Fase II

Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untukmembuka kembali
peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha inidilaksanakan dengan fibrinolisis.
Fibrinolisis yang berlebihan malahberakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga
terjadiperdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuandarah harus
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun diklinik pengamatan pembekuan darah
merupakan cara pemeriksaanyang terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya
memerlukanwaktu terlalu lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaanpenderita saat
itu.

4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahimdan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.Perdarahan ini menyebabkan
gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa
disebutUterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada
kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan. Komplikasi yang dapat terjadi
pada janin:

1. Fetal distress

2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan

3. Hipoksia dan anemia

4. Kematian

2.7 Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai contoh,
perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum begitu luas
sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi perdarahan eksternal
tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat
langsung dari keadaan ini.

Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh
lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih
tinggi, namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian
transfusi sering tidak memadai atau terlambat. Menurut penelitian retrospektif yang
dilakukan Hurd dan kawan-kawan pada 59 kasus solusio plasenta dilaporkan

Solusio plasenta klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya
cepat disertai uterus yang tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan
syok, denyut jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui
kesulitan dalam meraba bagian-bagian janin. Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan
diagnosis solusio plasenta antara lain :

1. Anamnesis.

· Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat menunjukkan


tempat yang dirasa paling sakit.

· Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong(non-


recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuandarah yang berwarna kehitaman.

· Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi).

· Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.Ibu terlihat anemis
yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluarpervaginam.

· Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

2. Inspeksi.

· Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

· Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.

· Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).


3. Palpasi

· Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan

· Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik
waktu his maupun di luar his.

· Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.

· Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4. Auskultasi

Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengarbiasanya di atas 140,
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilangbila plasenta yang terlepas lebih dari satu
per tiga bagian.

5. Pemeriksaan Dalam

Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.

· Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his
maupun di luar his.

· Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke
bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan
plasenta previa.

6. Pemeriksaan Umum

Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit
vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuhdalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan
filiformis.

7. Pemeriksaan Laboratorium

· Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.

· Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada
solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka
diperiksakan pula COT(Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen
(fiberindex),dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).

8. Pemeriksaan Plasenta

Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya
menempel di belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter.

9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:

· Terlihat daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu.

· Darah.

· Tepian plasenta.

Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala
klinis, yaitu:

a. Solusio plasenta ringan

Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan
berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang,janin hidup) dengan tirah baring dan observasi
ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.

Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas, pada
pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus
segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi
disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.

b. Solusio plasenta sedang dan berat

Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah sakit
meliputi transfusi darah, amniotomi, infusoksitosin dan jika perlu seksio sesaria.

Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telahterjadi sekurang-
kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan
merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga
dapat mengurangi perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya
tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor
pembekuan dari hematom subkhorionik dan terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-
mana.

Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang terjadi adalah
nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat tertolong dengan penanganan
yang baik. Tetapi bila telah terjadi nekrosiskorteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada
tahap oliguria, keadaan umum penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya
dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara rutin
dilakukan pada penderita solusio plasenta sedang dan berat, apalagi yang disertai hipertensi
menahun dan preeklamsia. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang,
pemberantasan infeksi yangmungkin terjadi, mengatasi hipovolemia, menyelesaikan
persalinan secepatmungkin dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

Kemungkinan kelainan pembekuan darah harus selalu diawasi dengan pengamatan


pembekuan darah. Pengobatan dengan fibrinogen tidak bebas dari bahaya hepatitis, oleh
karena itu pengobatan dengan fibrinogen hanya pada penderita yang sangat memerlukan, dan
bukan pengobatan rutin. Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat
mencegah kelainan pembekuan darah.

Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika
itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka
satu-satunya cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria.

Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi histerektomi. Akan


tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka
tindakan histerektomi perlu dilakukan.

2.8 Prognosis

Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya
perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai selesainya persalinan.
Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar
kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.

Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada
literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada
kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta
yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan.
Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus
tertentu tindakan seksio sesaria dapat mengurangi angka kematian janin
2.9 Penatalaksanaan

1. Konservatif

Menunda pelahiran mungkin bermamfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta
hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine
aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan
hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis
harus dianggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis

2. Aktif

Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria
kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia beratdan koagulopati
konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin
meninggal lebih dianjurkan persalinan pervagina kecuali apabila perdarahannya sedemikian
deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau
terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.

BAB III

KONSEP MANAJEMENT ASUHAN KEBIDANAN

Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah agar pelayanan


yang komprehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar yang berakhr
dengan evaluasi. Kutujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah-langkah dapat dipecah
menjadi langkah-langkah tertentu dan bias berubah sesuai dengan bagaimana keadaan pasien.

Tetapi disini hanya lima langkah saja yang akan di bahas yaitu dari pengumpulan data
sampai pada Perencanaan asuhan.

Pembahasan dari kelima langkah tersebut adalah :

A. Langkah I (Pengkajian)

1. DATA SUBJEKTIF

1) Biodata atau identitas pasien:

a) Istri

· Nama

Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.

· Umur

Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan


pasien/klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.

· Alamat

Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila


keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat
tinggal pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi
keluarganya, menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan petunjuk
saat kunjungan rumah.

· Pekerjaan

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan


kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan pasien/klien, bidan dapat mengetahui
bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui
apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang
dihisap akan berpengaruh pada janin.

· Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

· Pendidikan

Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi


sikap perilaku kesehatan seseorang.

· Status Perkawinan

Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan


terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa
kalinya.

· Suku/Ras

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan


pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

b) Suami

· Nama

Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.

· Umur

Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan


pasien/klien.

· Alamat

Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak.
Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi suami pasien/klien.

· Pekerjaan

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan suami terhadap


permasalahan kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan suami pasien/klien,
bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan
sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik
rokok, mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada janin.
· Agama

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan


pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

· Pendidikan

Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan suami juga


mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seorang istri.

· Status Perkawinan

Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan


terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa
kalinya.

· Suku/Ras

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan


pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

2) Riwayat pasien

a) Keluhan utama

klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna

kehitamandisertai

nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak aktif

Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien datang kepada bidan

Untuk mengetahui keluhan utama tersebut pertanyaan yang diajukan oleh bidan adalah

sebagai berikut: “Apa yang ibu rasakan, sehingga ibu datang kemari?”
b) Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien.

c) Menarche

Untuk mengethui usia pertama kalinya mengalami menstruasi.

d) Siklus Menstruasi

Untuk mengetahui jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam
hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.

e) Volume

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan
kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya digunakan criteria
banyak, sedang, sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif,
namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya
sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.

f) Keluhan

Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,


misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Keluhan
yang disampaikan oleh pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.

g) Menstruasi yang Terakhir

Untuk mengetahui prediksi waktu mengenai kapan menstruasi yang akan datang.

h) Dismenorhea
Untuk mengetahui ketika haid terjadi nyeri atau sulit. Dismenorhea ditandai oleh nyeri mirip
kram yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadang-kadang oleh sakit kepala, keadaan
mudah tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah.

i) Keteraturan Menstruasi

Untuk mengetahui jarak normal keteraturan menstruasi biasanya 23 sampai 32 hari.


Apabila terjadi ketidak teraturan menstruasi pada pasien dapat segera dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui factor-faktor penyebabnya.

j). Fluor albus

Untuk mengetahui pada umumnya adanya cairan di dalam vagina bertambah dalam
kehamilan tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering menimbulkan keluhan. Ganococcus
menyebabkan flour seperti nanah, Trichomonasvaginalis menyebabkan flour yang putih
berbau, sedangkan candida albicans menyebabkan flour dengan gumpalan putih atau kuning
dan menyebabkan gatal yang sangat.

k) Gangguan sewaktu Menstruasi

Untuk mengetahui gangguan apa saja yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,misalnya
nyeri hebat,sakit kepala sampai pingsan, atau keadaan mudak tersinggung (emosional
meningkat). Gangguan yang dialami pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.

3) Riwayat perkawinan

Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan


kesehatan pasien/klien. Berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk membantu menentukan
bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil sudah lama kawin, nilai anak tentu
besar sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak mahal).

Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien mengenai riwayat perkawinannya adalah :

1. Kawin : …………………..kali

2. Usia Kawin Pertama ………………………tahun

3. Status Perkawinan

4. Lama Pernikahan

4) Riwayat kehamilan dan persalinan


Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan nifas yang lalu.
Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan persalinan yang lampau
adalah hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan. Mencakup :

· Jumlah Kehamilan dan kelahiran: G (gravida), P (para), A (abortus), H (hidup)

Data ini digunakan untuk mengetahui riwayat kehamilan dan kelahiran pasien.

· Golongan Darah

Data ini menjelaskan golongan darah pasien, hal ini dilakukan untuk sumber informasi jika
ketika kehamilan atau persalinan mengalami pendarahan penanganan penggantian darah yang
keluar melalui transfusi darah lebih cepat dilakukan.

· Riwayat persalinan

Mencakup jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara
melahirkan. Dengan mengetahui riwayat persalinan, melihat kemungkinan yang dapat terjadi
pada ibu hamil saat persalinan sekarang dan mengupayakan pencegahannya dan
penanggulangannya. Jika persalinan dahulu terdapat penyulit seperti perdarahan, sectio
saesaria, solusio plasenta, plasenta previa kemungkinan dapat terjadi atau timbul pada
persalinan sekarang.

· Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan

Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, jika terdapat penyulit diupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.

5) Riwayat nifas

Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang lalu (perdarahan,
feloris).

6) Riwayat kelahiran anak

a) Berat bayi sewaktu Lahir

Untuk mengetahui kondisi bayi apakah sehat atau mengalami trauma lahir dimana hal ini
terjadi karena trauma pada bayi akibat tekanan mekanik (seperti kompresi dan traksi) selama
preses persalianan. Kejadian ini terjadi pada berat badan bayi lebih dari 4.500 gram.

b) Kelainan Bawaan Bayi

Untuk dapat segera melakukan tindakan preventif pada bayi agar tidak memperparah kondisi.

c) Jenis Kelamin Bayi


Untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai dokumentasi.

d) Status Bayi yang Dilahirkan: hidup atau mati

Bila bayi hidup, bagaimana keadaannya sekarang,

Bila meninggal, apa penyebab kematiannya.

7) Riwayat Ginekologi

Data ini sangat penting karena akan memberikan petunjuk tentang organ reproduksi pasien.
Mencakup: infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker sistem reproduksi, operasi
ginekologi. Jika didapatkan adanya salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat
reproduksi, maka harus waspada akan adanya kemungkinan gangguan kesehatan alat
reproduksi pada masa postpartum.

8) Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui apakah ada efek samping setelah penggunaan kontrasepsi, lamanya
menggunakan alat kontrasepsi, alasan pemakaian serta pemberhentian kontrasepsi (bila tidak
memakai lagi), serta keluhan selama memakai alat kontrasepsi.

9) Riwayat kehamilan sekarang

Mencakup waktu mendapat haid terakhir, siklus haid, perdarahan pervaginam, fluor,
mual/muntah, masalah kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu.
Anamnesa haid serta siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau
perkembangan kehamilannya serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan segera
adanya kelainan / masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan segera.

10) Riwayat penyakit

Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita pasien/klien. Informasi ini penting
untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan
pencegahannya dan penanggulangannya.

misal:

Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan dan
kemungkinan bisa menyebabkan transient hipertension.

11) Gambaran penyakit yang lalu

Setelah mengetahui riwayat penyakit pasien/klien, bidan perlu mengetahui gambaran


mengenai riwayat penyakit pasien/klien, misal apakah penyakit tersebut parah/tidak, apakah
sudah dilakukan tindakan pada penyakit tersebut, dll. Informasi ini penting untuk melihat
kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahan dan
penanggulangannya.

12) Riwayat penyakit keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan ibu dan janinnya. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan
mencakup penyakit kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal, jiwa, kelainan dibawa lahir,
kehamilan kembar atau lebih, TBC, epilepsy, penyakit darah, alergi, penyakit yang
menyebabkan kematian bagi bapak atau ibu yang telah meninggal.

13) Keadaan sosial budaya, ekonomi, dan budaya

Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan antara lain :

§ Jumlah anggota keluarga

§ Dukungan materiil dan moril yang didapat dari keluarga.

§ Kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.

§ Kebiasaan yang merugikan kesehatan.

14) Riwayat spiritual

Kemungkinan pasien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik dan
memudahkan kita dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan kepercayaan klien.

15) Riwayat pikologis

Kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan dan
persalinan yang ini. Keungkinan pasien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan
kehamilan ini. Atau kemungkina klien cemas, takut dan gelisah dengan kehamilan ini.

16) Kebutuhan dasar

Kemungkinan pemenuhan kebuuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses


eliminasi, aktifitas sehari-hari, istirahat, personan hygiene, dan kebiasaan-kebiasaan yang
dapat mempengaruhi esehatan saat hamil dan bersalin.

Data fokus pada data subjektif adalah :

1) Ibu mengatakan keluhan nyeri pada bagian perut, perut terasa sesak hanya karena
tekanan dan kadang-kadang perutnya tegang.
2. DATA OBJEKTIF

Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.

a) Pemeriksaan umum

Secara teoritis kemungkinan di temukan gambaran keadaan umum pasien baik, yang
mencakup kesadaran, tekanan darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan dan keadaan umum.

b) Pemeriksaan khusus

1) Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara


melihat/memandang dari kepala sampai ujung kaki.

Yang dinilai ialah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka,
conjunctiva, skelera, hidung dan telinga, mulut, apakah ada caries dentis, stomatitis, karang
gigi, leher apakah ada pembesaran kelenjar gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan,
keadaan putting susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak, perut membesar sesuai
dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada varises atau
tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Anus apakah ada haemorhoid, extremitas atas
dan bawah apakah ada kelainan.

Hasil yang mungkin timbul dari anamnesa pada kasus ibu dengan solusio plasenta :

· Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

· Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.

· Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

2) Secara palpasi, yaitu pemeriksaan yangdilihat dengan cara meraba.

Dengan cara menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan ialah :

Leopold I : tinggi fundu uteri dalam cm, tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai
dengan tuanya kehamilan

Leopold II :pada dinding perut sebelah kanan atau kiri ibu kemungkinan teraba
punggung, anggota gerak atau bokong, kepala.

Leopold III :teraba bagian bokong, kepala atau lainnya

Leopold IV :bagian terbawah janin belum masuk PAP.

3) Secara auskultasi

Kemungkinan dapat terdengar bunyi jantng janin, frekuensinya, teratur atau tidak tetapi
biasanya sulit dilakukan pada kehamilan dengan solusio plasenta.
4) Secara perkusi

Kemungkinan refleks patella kiri dan kanan positif.

5) Pemeriksaan ukuran panggul

Kemungkinan normal dengan pengukuran jangka panggul.

6) Pemeriksaan tafiran berat badan janin (TBJ)

Kemungkinan berat janin normal, dengan menggunakan rumus:

(TFU dlm cm – 13) x 155

Kemudian ditambah 375 untuk lingkaran abdomen yang lebih dari 100cm.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Laboratorium

Darah : Hb, Haematokrit, golongan darah, kadar estriol.

Urine : kemungkinan ditemui protein aceton, dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.

b) USG

Kemungkinan keadaan janin hidup dan dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
kesejahteraan janin.

c) Pemeriksaan CTG (kardiografi)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau detak jantung janin, hasil pemantauan detak
jantung janin, tergantung dari klasifikasi dan cepatnya plasenta terlepas sehingga dapat
mempengaruhi sirkulasi retroplasenter yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi
dari pertukaran O2/CO2 intraplasenta.

B. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosadan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah ;

a. Diagnosa Kebidanan

Ibu hamil G…, P…, A…, H….usia kehamilan…,janin intra atau ekstrauterine, janin hidup
atau mati, letak anak, anak tunggal/kembar, keadaan jalan lahir, keadaan umum ibu, dengan
solusio plasenta.

Dasar :

1. Nyeri tekan uterus dan tegang.

2. Leopold I : T Fut, TBBJ

3. Leopold II : Puki, Puka atau lainnya (letak sungsang atau letak lintang)

4. Leopold III: bisa kepala, bokong, letak lintang ataupun letak sungsang

5. Leopold IV: Bagian terbawah janin belum masuk PAP

6. DJJ : kadang tidak terdengar (sulit dinilai)

7. Ibu mengatakan hamil anak...

8. bagian-bagian janin sukar dinilai

9. keluar darah dari pengeluaran pervaginam ibu

b. Masalah

Masalah yang kemungkinan timbul adalah kecemasan dan ganggauan rasa nyaman.

Dasar : Ibu mengeluh perut terasa tegang, keluar bercak darah dan nyeri perut kiri bagian
bawah.

c. Kebutuhan

1) Penyuluhan tentang istirahat ibu

Dasar : dari TTV dan KU ibu

2) Dukungan psikologi

Dasar : karena ibu mengatakan cemas

3) Kebersihan vulva
Dasar : pencegahan infeksi dan rasa nyaman

4) Hidrasi

Dasar : kebutuhan cairan dan nutrisi sangat penting apalagi jika ibu anemia

5) Rasa nyaman

Dasar : karena Ibu mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan
tegang.

6) Penyululuhan tentang resiko persalinan

Dasar : karena agar ibu lebih mempersiapkan persalinannnya.

7) Ajarkan ibu posisi yang benar pada ibu hamil

Dasar : berhubungan dengan rasa nyaman.

C. Langkah III ( Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial)

Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang timbul :

1. Potensial terjadi gawat janin

Dasar : karena plasenta yang lepas sebelum waktunya, karena terputusnya hubungan antara
janin dan ibu sehingga dapat mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.

2. Potensial terjadi hipoksia pada janin

Dasar : karena terputunya hubungan antara janin dan ibu sehingga dapat mempengaruhi
nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.

D. Langkah IV (Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera)

Kemungkinan tindakan segera pada kasus kehamilan/persalinan dengan solusio plasenta


antara lain :

1. Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat

E. Langkah V (Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh)


Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau
merupakan lanjutan dari setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman tentang
apa yang akan terjadi berikutnya, penyuluhan, konseling dan rujukan untuk masalah sosial,
ekonomi, kultural, atau masalah psikologis bila diperlukan. Suatu rencana asuhan harus di
setujui oleh kedua belah pihak baik bidan maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan
dengan efektif. Semua keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta
asumsi yang berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan.

Adapun rencana asuhan yang dibutuhkan pasien dalam kasus ini yaitu:

a. Jelaskan keadaan ibu saat ini

b. Anjurkan ibu untuk melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit

c. Ajarkan pada ibu untuk mengatasi gangguan rasa nyaman

d. Ajarkan pada ibu untuk senam hamil

e. Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu

f. Jelaskan tentang gizi ibu hamil

g. Ajarkan cara minum Fe

h. Jelaskan tanda-tanda persalinan

i. Cara mengurangi rasa sakit

j. Jelaskan pengaruh sering BAK adalah normal

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir
diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan
solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat
keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga
berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat,
janin terlalu aktif sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-
lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi
faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik
dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat
mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu
dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio
plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok
dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari
ibu dan janin.

3.2 Saran

Penulis harapkan semoga dimasa yang akan datang, para tenaga kesehatan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien kasus solusio plasenta. Dan harapan
penulis kepada para pembaca semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
menambah keterampilan kita dalam memberi pelayanan kesehatan.
Contoh Kasus
 Ny. T berusia 23 tahun, G1P0A0 hamil 40 minggu mengatakan merasakan kesakitan,
perutnya mules, kenceng-kenceng yang terlalu kuat, nyeri pada jalan lahir dan keluar darah
dari jalan lahir berbentuk gumpalan-gumpalan kecil berwarna kehitaman. Datang ketempat
bidan Sholechah untuk memeriksakan kehamilannya. Pemeriksaan bidan diketahui hasil TD :
100/70 mmHg, suhu : 37,3 0C, RR : 25 x/menit, Nadi : 70 x/menit.

ASUHAN  KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI


PADA NY T G1P0A0 UMUR 23 TAHUN UK 40 MINGGU
DI BPS SHOLECHAH
BANGETAYU SEMARANG

No. Register                            : 045 / BPS/ BUMIL


Tanggal                                  : 14 April 2014
Waktu                                     : 08.30 WIB
Tempat                                   : BPS Sholechah

I.     PENGKAJIAN
a.    Data Subjektif
1.      Identitas
                          Istri                               Suami/ penanggungjawab
      Nama                 : Ny. T                           : Tn. B
       Umur                : 23 Tahun                     : 25 Tahun                 
      Agama               : Islam                           : Islam           
      Suku/Bangsa     : Jawa/Indonesia           : Jawa/Indonesia       
      Pendidikan        : SMA                           : SMA                       
      Pekerjaan           : Tidak bekerja              : Swasta                                 
      Alamat              : Bangetayu 02/01         : Bangetayu 02/01
2.      Keluhan utama      : Ibu mengatakan merasakan kesakitan, perutnya kenceng-kenceng
  keluar darah dari jalan lahir berbentuk gumpalan kecil berwarna    hitam.
3.      Alasan datang        : Ingin bersalin
4.      Riwayat Obsetri
a.       Riwayat haid
      Menarche             : 12 Tahun
      Siklus                   : 28 hari
      Lama                    : 7 hari
      Banyak                : sedang (3 kali ganti pembalut/hari)
      Warna                  : Merah kehitaman
      Bau                      : Khas
      Disminore            : Tidak
      Flour Albus          : Tidak ada

b.      Riwayat kehamilan sekarang


      G 1 P 0 A 0
      HPHT                  : 07 Juli 2013
      HPL                     : 14 April 2014
      Usia kehamilan sekarang: 10 bulan
      Gerakan janin dirasakan ibu dalam 24 jam terakhir
      ANC                    : 8 kali dibidan
      Imunisasi TT        : 2 kali
      Keluhan selama hamil
  TM I        : Mual muntah
  TM II       : Kram pada kaki
  TM III     : Mudah lelah dan perdarahan
      Ibu mengatakan  tidak memiliki kebiasaan merokok maupun mengkomsumsi minumn keras
      Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi jamu ataupun obat-obatan
      Masalah khusus : Suspect solusio plasenta
      Tanda persalinan
  His                         : Ada
  Sejak                      : 05.30 WIB
  PPV                       : darah bercampur lendir berwarna
                                 merah kehitaman

      Pola eliminasi
o   BAK terakhir  : pukul 03.00 WIB
o   BAB terakhir  : pukul 03.00 WIB

c.       Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu


Persalinan Nifas
Hamil
jenis
ke Tgl UK penolong kompl JK BB Laktasi kompl
prsalinan

1 Hamil ini
5.      Riwayat kesehatan
      Penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan tidak pernah menderita:
a.    Penyakit menular                 : hepatitis, AIDS, TBC, dll
b.    Penyakit keturunan              : DM, jantung dan TD tinggi, Dll
      Penyakit keluarga
Dikeluarga ibu tidak ada yang menderita
a.    Penyakit menular                 : hepatitis, AIDS, TBC, dll
b.    Pnyakit keturunan                : Dm, TD tinggi dan jantung, dll
      Kesehatan ibu sekarang
Ibu tidak sedang menderita
a.    Penyakit menular                 : hepatitis, AIDS, TBC,dll
b.    Penyakit keturunan              : DM, TD tinggi, jantung, dll

6.      Riwayat perkawinan
      Menikah pada usia         : 22 tahun
      Menkah                          : 1 kali
      Lama menikah               : 1 tahun

7.      Pegambilan keputusan
Pengabilan keputusan dilakukan oleh suami dan keluarga besar atas persetujuan ibu

c.       Data objektif
1.      Pemeriksaan Umum
a.    Keadaan Umum pasien:  pucat
b.    Tanda-tanda vital:
         TD                  : 100/70 mmHg
         Nadi                : 70x/menit
         RR                  : 25x/menit
c.       Tinggi badan            : 155 cm
d.      Berat badan             : 55 kg
e.       Status present          :
      Kepala                 : Mesochepal,kulit kepala bersih,tidak
                               rontok
      Muka                   : Tidak bengkak, pucat
      Mata                    : Konjungtiva  pucat,sklera tidak
                               ikterik
      Hidung                : Bersih,tidak ada polip
      Mulut                   : Bersih,lidah bersih,tidak ada caries gigi
      Telinga                 : Simetris,tidak ada serumen
      Leher                   : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan
                               kelenjar tiroid
      Ketiak                  : Tidak ada pembesaran limfe
      Dada                    : Simetris,pengembangan rongga dada
                               normal
      Perut                    : Tidak ada bekas operasi
      Genetelia             : Bersih,tidak ada oedema,tidak ada
                               penyakit kelamin
      Ekstremitas          : Bersih,tidak bengkak,tidak ada trombo
                               Flebitis
2.      Status Obstretikus
a.    Inspeksi
      Muka                      : Tidak bengkak
      Mamae                   : Puting menonjol,hiperpigmentasi areola
                                 mamae,kolostrum blum keluar
      Abdomen               : Membesar sesuai kehamilan,terdapat strie
                                 gravidarum dan  linea nigra
      Genetalia                : Bersih,tidak ada penyakit kelamin
      PPV                       : Pengeluaran darah dari jalan lahir, berbentuk gumpalan
                                 Gumpalan kecil berwarna hitam.
b.      Palpasi
      Leopold 1              : Tidak dilakukan         
      Leopold 2              : Tidak dilakukan
      Leopold 3              : Tidak dilakukan
      Leopold 4              : Tidak dilakukan
                                
c.       Auskultasi
DJJ = Tidak dilakukan

d.      Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri = +
3.      Pemeriksaan penunjang
      Hb                               : 7 gr%
      Usg                             : -
      Rontgen                      : -

4.      Pemeriksaan dalam (VT)


Tidak dilakukan

II.  Interpretasi data
 Diagnosa
Ny. T, 23 tahun, G1P0A0, hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri, letak membujur,
punggung kanan, presentasi  kepala,  KK (+), inpartu kala I suspect solusio plasenta.
      Data dasar :
Data subjektif
1.      Ibu mengatakan sekarang berusia 23 tahun
2.      Ibu mengatakan ini adalah anak pertama
3.      Ibu mengatakan bahwa ibu belum pernah melahirkan dan belum pernah keguguran

Data objektif
1.    Keadaan Umum pasien: pucat
a.       Tanda-tanda vital:
      TD                          : 100/70 mmHg
      Nadi                       : 70x/menit
      RR                         : 25x/menit
b.      Tinggi badan                : 155 cm
c.       Berat badan                 : 55 kg
2.    Palpasi
       Leopold 1              : Tidak dilakukan
       Leopold 2              : Tidak dilakukan
       Leopold 3              : Tidak dilakukan
       Leopold 4              : Tidak dilakukan
                                
3.      Auskultasi
DJJ = Tidak dilakukan
4.      Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri = +

 Masalah               : ibu mengalami perdarahan dan merasakan kesakitan


 Kebutuhan           : kebutuhan rasa aman, nyaman dan dukungan psikologi
                              dari suami dan keluarga

III.             Diagnosa potensial
1.      Potensial terjadinya fetal distres pada janin
2.      Syok hipovolemik pada ibu
IV.             Antisipasi segera
1.      Pasang infus dan beri oksigen
2.      Persiapan rujukan
V.        Perencanaan
       Tanggal             : 14 April 2014
       Waktu               : 09.00 WIB
1.      Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2.      Pasang infus.
3.      Pantau adanya tanda dan gejala syok hipovelemik
4.      Lakukan informed consent
5.      Lakukan rujukan
6.      Dokumentasi

VI.             Implementasi
1.      Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu saat ini sangat lemah
karena ibu kehilangan darah sangat banyak
2.      Melakukan pemasangan infus untuk menambah cairan kepada ibu.
3.      Memantau adanya tanda-tanda dan gejala syok hipovolemik
4.      Melakukan informed consent kepada keluarga
5.      Melakukan rujukan
6.      Melakukan dokumentasi secara tepat dan benar
VII.          Evaluasi
1.      Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang keadaan ibu saat ini
2.      Ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan tindakan pemasangan infus dan informed consent
untuk persiapan rujukan.
3.      Pendokumentasian sudah dilakukan secara tepat dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2.

Jakarta: EGC.

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-

plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-

Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetri-

ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak.
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai