Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN ANTEPARTUM

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah


Keperawatan Maternitas II

Kelompok 2
1. Amanda Cahya (201211757)
2. Aurely Radisti (201211766)
3. Devega Aprilia (201211658)
4. Gitri Yeni (201211661)
5. Indah Shavira (201211666)
6. Lestari Sagita (201211668)
7. Mellany Almelia (201211671)
8. Nadila Madrianti (201211673)
9. Neli Riyani Putri (201211677)
10. Rista Wahyu Ningsih (201211683)

Dosen Pengampu:
Ns. Rini Rahmayanti, M.Kep,Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERCUBAKTIJAYA PADANG 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Perdarahan Antepartum” ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kami tentang “Asuhan Keperawatan
Perdarahan Antepartum” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Padang, 7 April 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................


KATA PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ........................................................................................................
b. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II TINJAUN TEORI


a. Pengertian Perdarahan Antepartum ........................................................................
b. Jenis – Jenis Perdarahan Antepartum .....................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS


a. Kasus ......................................................................................................................
b. Asuhan keperawatan ...............................................................................................

BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan .............................................................................................................
b. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsepsi merupakan suatu proses bertemunya ovum dengan sperma sehingga
terjadilah suatu proses kehamilan, persalinan dan nifas. Suatu proses antepartum,
intrapartum maupun postpartum tidak selamanya berjalan secara normal.
Kadangkala hal ini merupakan jembatan kematian bagi para ibu di Indonesia. Hal
ini disebabkan oleh banyak faktor yang terkadang tidak disadari oleh para ibu hamil
maupun tenaga kesehatan. Ketidaksigapan tenaga kesehatan di indonesia inilah yang
mengakibatkan angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Penyebab
kematian ibu paling banyak disebabkan oleh perdarahan obstetris diantaranya
solusio plasenta 19%, laserasi/ruptur uteri 16%, atonia uteri 15%, koagulopati 14%,
plasenta previa 7%, plasenta akreta/inkreta/perkreta 6%, perdarahan uteri 6%,
retensio plasenta 4% (Chicakli, 1999). Perdarahan obsteri yang tidak dengan cepat
ditangani dengan transfusi darah atau cairan infus dan fasilitas penanggulangan
lainnya (misalnya upaya pencegahan dan/atau mengatasi syok, seksio sesaria, atau
histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai), prognosisnya akan fatal bagi
penderita.

Perdarahan di sini dapat bersifat antepartum atau selama kehamilan seperti pada
plasenta previa dan solusio plasenta atau yang lebih sering lagi terjadi yaitu
perdarahan postpartum akibat dari atonia uteri atau laserasi jalan lahir. Tampak
nyata bahwa perdarahan serius dapat terjadi kapan saja selama kehamilan dan masa
nifas. Waktu terjadinya perdarahan pada kehamilan digunakan untuk
mengklasifikasikan secara luas perdarahan obstetris. Sebagian besar kematian akibat
perdarahan disebabkan oleh beberapa kondisi ibu yang dapat memperparah
perdarahan obstetris, selain itu faktor yang terpenting penyebab perdarahan obstetris
yaitu kurang memadainya fasilitas kesehatan maupun pelayanan kesehatan yan tidak
sesuai dengan standar prosedur.
Secara khusus perdarahan antepartum merupakan suatu perdarahan uterus dari
tempat diatas serviks sebelum melahirkan merupakan suatu hal yang sangat
mengkhawatirkan. Perdarahan dapat disebabkan oleh robeknya sebagian plasenta
yang melekat di dekat kanalis servikalis yang disebut plasenta previa. Perdarahan
juga dapat berasal dari robeknya plasenta dari tempat implantasi sebelum waktunya
yang disebut solusio plasenta. Meskipun sangat jarang perdarahan juga dapat terjadi
akibat insersi velamentosa tali pusar disertai ruptur dan perdarahan dari pembuluh
darah janin pada saaat pecahnya selaput ketuban yang disebut vasa previa.

Sumber perdarahan uterus yang berasal dari daerah di atas serviks tidak selalu
dapat teridentifikasi sejak dini. Pada keadaan ini perdarahan biasanya dimulai
dengan sedikit atau tanpa gejala kemudian berhenti. Perdarahan tersebut selalu
disebabkan oleh robekan marginal plasenta yang sedikit dan tidak meluas.
Kehamilan dengan perdarahan seperti ini tetap beresiko walaupun perdarahan segera
berhenti dan kemungkinan plasenta previa tampaknya telah dapat disingkirkan
dengan USG. Perdarahan dengan plasenta previa biasanya terjadi pada kehamilan
trimester ketiga, stelah bayi lahir maupun setelah plasenta lahir. Oleh sebab itu, hal
ini perlu diantisipasi lebih awal sebelum perdarahan menuju ke tahap yang
membahayakan ibu dan janinnya. Antisipasi dalam perawatan antenatal sangat
memungkinkan karena umumnya keadaan dengan plasenta previa munculnya
perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak
tanda disertai dengan rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tentu tanpa
trauma. Perempuan hamil yang diidentifikasi mengalami plasenta previa harus
segera dirujuk ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam karena
tindakan tersebut dapat menyebabkan perdarahan semakin banyak.

1.2 Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan perdarahan antepartum secara
komprehensif.
b. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah dan diskusi kelompok, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Mengetahui dan memahami pengertian, jenis-jenis, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi, pemeriksaan penunjang
pada pasien dengan perdarahan antepartum.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan perdarahan
antepartum
c. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien
dengan perdarahan antepartum
d. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah
keperawatan pada klien dengan perdarahan antepartum.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan
di mana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari
1000 gram (Manuaba, 2010). Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007),
perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa
kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan. Jadi dapat
disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir
usia kehamilan.

B. Jenis – jenis Perdarahan Antepartum


1. Plasenta Previa
a. Pengertian Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang
letaknya tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada keadaan
normal ari-ari terletak dibagian atas rahim (Wiknjosastro, 2005).
b. Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta atau
ari-ari melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta atau ari- ari.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup
oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari
berada tepat pada pinggir pembukaan jalan ari.
4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen
bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan
lahir (Wiknjosastro, 2005).
c. Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim
tidak selalu jelas. Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di
fundus uteri belum menerima implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding
rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari untuk memberikan
nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di
ketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor
dikemukakan sebagai etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi
yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan,
sedangkan browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah villi
khorialis persisten pada desidua kapsularis.
Faktor-faktor etiologinya :
1. Umur dan Paritas
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari
pada umur di bawah 25 tahun.
b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
c. Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur
muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita
Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium
masih belum matang.
2. Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase dan manual plasenta.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6. Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).
d. Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dan pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering
dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang pula
dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah
rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar
lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau ari-ari
tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim dan
pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat
disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat
itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal, makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi
(Winkjosastro, 2005).
e. Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari
35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan Ibu yang
kehamilan pertamanya berumur kurang dari 25 tahun. Pada Ibu yang
sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35
tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur kurang
dari 25 tahun. (Winkjosastro, 2003)
f. Tanda dan gejala
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan
secara tiba-tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya
tidak banyak sehingga tidak berbahaya tapi perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun
perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi
tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak saat
itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang
terjadi berwarna merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim
yang terobek karena terlepasnya ari-ari dari dinding rahim. Nasib janin
tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan pada waktu
persalinan (Winkjosastro, 2005)
g. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai
bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata
dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis bandingnya meliputi pelepasan
plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya), persalinan prematur
dan vasa previa (Winkjosastro, 2005).
h. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.
Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari
pemeriksaan darah (Winkjosastro, 2005).
i. Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan
antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan
beberapa langkah pemeriksaan.
1. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
2. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber
terjadinya perdarahan
3. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak
plasenta atau ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan
radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.
4. Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat
tentang adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa
dilakukan dengan secara langsung meraba plasenta melalui kanalis
servikalis (Winkjosastro, 2005).
j. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak
terdorong ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-
kesalahan letak janin seperti letak kepala yang mengapung, letak
sungsang atau letak melintang.
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum
waktunya karena adanya rangsangan koagulum darah pada leher rahim.
Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari yang lepas, kadar progesteron
turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari dapat merangsang
kontraksi (Mochtar, 2003)
k. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
1. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan
menjadi tidak normal
2. Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan
dapat menyebabkan terjadinya prolaps funikuli
3. Sering dijumpai inersia primer
4. Perdarahan (Mochtar, 2011)
l. Komplikasi Plasenta Previa
1. Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)
2. Prolaps plasenta
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kerokan
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan setelah kehamilan
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak
7. Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar,
2011)
m. Diagnosis Plasenta Previa
Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat
konservatif, maka angka kesakitan dan angka kematian Ibu dan bayi
tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari seluruh kasus terjadinya
plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari seluruh kasus terjadinya
plasenta previa.
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka
kematian dan kesakitan Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun. Kematian
Ibu menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli
udara dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun
menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps
funikuli dan persalinan buatan (Mochtar, 2003).
n. Penanganan Plasenta Previa
Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22 minggu
harus dianggap penyebabnya adalah plasenta previa sampai ternyata
dugaan itu salah. Penderita harus dibawa ke rumah sakit yang
fasilitasnya cukup.
Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :
1. Terapi ekspektatif atau sikap menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan
tindakan yang dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang
diderita. Penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam
melalui kanalis servikalis.
Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan
belum matang, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu
cukup baik dan bisa dipastikan janin masih hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap,
tirah baring dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan
pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan tempat menempelnya
plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi janin bila ada kontraksi.
Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV, Nifedipin 3 x 20 mg/hari,
betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru-paru
janin.
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada
di sekitar ostium uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi
jelas. Sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk
menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat (Manuaba, 2010).
2. Terapi Aktif atau Tindakan Segera
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktif dan banyak harus segera dilaksanakan secara aktif tanpa
memandang kematangan janin. Bentuk penanganan terapi aktif
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan
Ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai
fasilitas yang cukup.
d. Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang
paling banyak dilakukan (Manuaba, 2010).
2. Solusio Plasenta
a. Pengertian Solusio Plasenta
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat
perlekatannya yang normal pada rahim sebelum janin dilahirkan
(Saifuddin, 2006).
b. Klasifikasi Solusio Plasenta
Menurut derajat lepasnya plasenta
1. Solusio Plasenta Parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari tempat
perletakannya.
2. Solusio Plasenta Totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepasnya dari tempat perlekatannya
3. Prolapsus Plasenta
Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan dalam.
c. Etiologi Solusio Plasenta
Penyebab Solusio Plasenta adalah
1. Trauma langsung terhadap Ibu hamil
a. Terjatuh trauma tertelungkup
b. Tendangan anak yang sedang digendong
c. Atau trauma langsung lainnya
2. Trauma Kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena
tindakan kebidanan yang dilakukan :
a. Setelah versi luar
b. Setelah memecahkan air ketuban
c. Persalinan anak kedua hamil kembar
3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek
faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:
a. Hamil tua
b. Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia
c. Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
d. Tekanan vena kava inferior yang tinggi
e. Kekurangan asam folik (Manuaba, 2010).
d. Patofisiologi Solusio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak
dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil
itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara rahim
dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas.
Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan
bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot
uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma
retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya
seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban
keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam
kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot
rahim.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari
dinding rahim. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia
akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan
gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan
darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya
solusio plasenta, makin hebat terjadinya komplikasi (Manuaba, 2010).
e. Frekuensi Solusio Plasenta
Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan (Winkjosastro,
2005).
f. Tanda dan Gejala Solusio Plasenta
Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan gejala
yang jelas, perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya
terdapat perasaan sakit yang tiba-tiba diperut, kepala terasa pusing,
pergerakan janin awalnya kuat kemudian lambat dan akhirnya berhenti.
Fundus uteri naik, rahim teraba tegang.
g. Diagnosis Solusio Plasenta
Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis
ditemukan perdarahan disertai rasa nyeri, spontan dan dikutip penurunan
sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim.
h. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut, perdarahan,
dari jalan lahir yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah besar dan
bekuan-bekuan darah.
i. Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi solusio
plasenta, pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan fisik secara umum
2. Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi,
pemeriksaan dalam serta ditunjang dengan pemeriksaan
ultrasonogravi.
j. Komplikasi Solusio Plasenta
1. Komplikasi langsung.
Adalah perdarahan, infeksi, emboli dan syok obstetrik
2. Komplikasi tidak langsung
Adalah couvelair rahim, hifofibrinogenemia, nekrosis korteks renalis
yang menyebabkan tidak diproduksinya air urin serta terjadi
kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis dan lain-lain
(Mochtar, 2003).
k. Prognosis Solusio Plasenta
1. Terhadap Ibu
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh
jumlah kasus Solusio plasenta. Hal ini dikarenakan perdarahan
sebelum dan sesudah persalinan, toksemia gravidarum, kerusakan
organ terutama nekrosis korteks ginjal dan infeksi.
2. Terhadap Anak
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh
jumlah kasus solusio plasenta. Hal ini tergantung pada derajat
pelepasan dari pelepasan plasenta, bila yang terlepas lebih dari
sepertiga ari-ari maka kemungkinan kematian anak 100% selain itu
juga tergantung pada prematuritas dan tindakan persalinan.
3. Terhadap Kehamilan Berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio
plasenta yang lebih hebat dengan persalinan prematur (Mochtar,
2011).
l. Penanganan Solusio Plasenta
1. Terapi Konservatif
Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan kemudian
persalinan berlangsung spontan. Sambil menunggu berhentinya
perdarahan kita berikan suntikan morfin subkutan, stimulasi
kardiotonika seperti coramine, cardizol dan pentazol serta transfusi
darah.
2. Terapi aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar
anak segera dilahirkan dan pedarahan berhenti.
Pertolongan persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam,
umumnya dapat bersalin secara normal.
Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup dan
pembukaan belum lengkap, gawat janin tetapi persalinan normal
tidak dapat dilaksanakan dengan segera, persiapan untuk seksio
sesarea, hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi rahim
dan observasi ketat kemungkinan terjadinya perdarahan ulang.
Persalinan pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin,
pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar panggul, janin telah
meninggal dan pembukaan > 2 cm (Saifuddin, 2006).

 Mapping
PERDARAHAN ANTERPATUM

DEFENISI:
ETIOLOGI:
KLASIFIKASI:
Perdarahan anterpatum adalah
perdarahan pervaginam pada  Abortus
 Placenta previa
kehamilan diatas 28 minggu  Kehamilan ektopik
 Mola hidatidosa
 Solutio placenta
atau lebih.

PLACENTA SOLUSIO
PREVIA PLASENTA

DEFENISI:
DEFENISI:
Placenta previa adalah placenta yang
Solution plasenta adalah terlepasnya
letaknya abnormal,yaitu pada segemen
placenta dari tempat implantasinya yang
bawah Rahim sehingga dapat menutupi
normal pada uterus,sebelum janin
sebagian atau seluruh ostium uteri
dilahirkan.
internum.

ETIOLOGI: .ETIOLOGI :

a. Multiparitas dan umur lanjut  Factor trauma


>35 tahun.  Factor kardiorenovaskuler
b. Efek vascularisasi desidua  Factor ibu (usia,paritas
yang kemungkinan terjadi ibu,kebiasaannya)
akibat perubahan atroik dan  Riwayat solution placenta
inflamatorik. sebelumnya
c. Cacat atau jaringan parut pada
endometrium oleh bekas
pembedahan(sc,curettage,dll)
d. Chorion leave persisten
e. Korpus luteum bereaksi KLASIFIKASI:
lambat,dimana endometrium
belum siap menerima hasil  Solution plasenta ringan
konsepsi.  Solution plasenta sedang
f. Konsepsi dan nidasi lambat,  Solution plasenta berat
g. Placenta besar pada kehamilan
ganda/gemelli.
PATOFISIOLOGI: PENATALAKSANAAN:
Placenta previa diawali dengan a. Konservativ: menunda
implantasi embrio (embryonic plate) kelahiran sampai janin
pada bagian bawah (kauda) uterus. matur jika solution
Dengan melekatnya dan placenta derajat ringan.
bertumbuhnya placenta. Placenta b. Aktif: section ceasaria
yang telah berkembang bisa menjadi pilihan utama
menutupi ostium uteri. Hal ini untuk melahirkan janin
diduga terjadi karena vascularisasi secara cepat.
desidua yang jelek,inflamasi,atau
perubahan atropik.

TANDA DAN GEJALA : PENGKAJIAN:

 Perdarahan tanpa rasa nyeri 1. Identitas


dan biasanya berulang. 2. Keluhan utama
 Darah biasanya berwarna 3. Riwayat penyakit sekarang
merah segar. 4. Riwayat penyakit dahulu
 Terjadi saat tidur atau 5. Riwayat penyakit keluarga
melakukan aktivitas. 6. Riwayat perkawinan
 Bagian terendah janin 7. Riwayat obsertri
tinggi 8. Pemeriksaan fisik
 Perdarahan biasanya 9. Pemeriksaan penunjang.
berulang.

DIAGNOSA:1. Gangguan
PEMERIKSAAN perfusi jaringan (plasental)
PENUNJANG : tidak efektif b.d. hipovolemia
karena kehilangan darah
 Pemeriksaan urine (perdarahan).
lengkap
 Pemeriksaan darah 2. Kurang pengetahuan b.d.
lengkap keterbatasan informasi
mengenai plasenta previa

3. Cemas b.d. perubahan yang


menyertai kehamilan
PENATALAKSANAAN:
LUARAN : 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien
1. Penanganan dapat menunjukkan perfusi yang adekuat, dengan kriteria hasil:
ekspektif
Tanda-tanda vital stabil
 Rawat inap dan tirah
baring ·Membrane mukosa berwarna merah muda
 Berikan antibiotic
profilaksi ·Pengisian kapiler normal (<>
 Pemberian cairan
· Haluaran urin adekuat.
parenteral (dextrose
5% atau elektrolit) · Pernapasan adekuat
 Bethamethason
24mg iv untuk 2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, klien dan keluarga mampu
pematangan paru memperoleh pengetahuan mengenai kelainan dalam kehamilan yang ditandai dengan:
janin
 Pemeriksaan USG ·Mengenal kelinan kehamilan yang sedang dialami klien
sebagian
·Mengetahui faktor penyebab atau faktor pencetus
pemantauan kondisi
janin dan posisi ·Mengetahui tanda dan gejala
plasenta
 Monitoring ·Mengetahuikomplikasi dari plesenta previa
perdarahan.
2. Penanganan aktif Mengetahui caraBAB
mencegah
III komplikasi
·Menjelaskan penatalaksanaan plasenta previa.

3. Setelah dilakukan tindakankeperawatan

selam 3x24 jam diharapkan klien

dapat:

·Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

·Mempertahankan tindakan yang mengontrol cemas.

KOMPLIKASI:

f. Placenta
abruption,pemisahan
placenta dari dinding
Rahim
g. Perdarahan sebelum
atau selama
melahirkan yang dapat
menyebabkan
histektomi
h. Placenta
akreta,placenta inkreta
dan placenta perkreta.
i. Premature atau
kelahiran bayi kurang
bulan (<37 minggu)
j. Kecacatan pada bayi.
INTERVENSI : 1. •Kaji penyebab terjadinya perdarahan (abra si plasenta,
plasenta previa, merokok, penggunaan kokain, PIH (pregnance induced
hiertention). • Kaji secara akurat kemunginan harapan hidup janin, kaji
juga kapan menstruasi terakhir ibu, prioritaskan pelaporan yang didapat
dari Ultrasound atau riwayat obstetrik. • Inspeksi keadaan perineum, hitung
jumlah dan karkateristik perdarahan.

•Monitor TTV

•Lakukan persiapan prosedur emergency antepartum, partum, seperti terapi


oksigen, terapi parenteral IV dan mungkin infuse parallel.

•Catat masukan dan pengeluaran makanan dan minuman.

•Elevasikan ekstremitas bawah untuk meningkatkan perfusi ke organ vital


dan fetus.

2. Pembelajaran : kelainan dala kehamilan

•Kaji tingkat pengetahuan klien tentang plasenta previa.

•Jelaskan tanda dan gejala plasenta previa.

•Identifikasi kemungkinan penyebab plasenta previa.

•Berikan informasi tentang kondisi klien. •Berikan informasi tentang hasil


pemeriksaan diagnostik.

•Diskusikan tentang pilihan terapi.

•Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas.

•Jelaskan cara mencegah komplikasi.

•Jelaskan cara penatalaksaan plsaenta previa.

3. Membantu klien mengidentifikasi penyebab cemas yang dialaminya.

• Mengajari klien cara melakukan teknik relaksasi

• Klien dapat menyebutkan penyebab cemas yang sedang di alaminya.

• Memberikan penjelasan
3.1 Pengkajian
a. Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
b. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28
minggu.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan
uterus seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
 Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM,
Hemofilia serta mengalami penyakit menular seperti
hepatitis.
 Kemungkinan pernah mengalami abortus
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
• Perdarahan tanpa rasa nyeri
• Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak
kehamilan 20 minggu.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan
kehamilan lainnya.
 Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
 Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM,
Hemofilia dan penyakit menular.
4. Riwayat Obstetri
 Riwayat Haid/Menstruasi
 Minarche : 12 th
 Siklus : 28 hari
 Lamanya : ± 7 hari
 Baunya : amis
 Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri
haid
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
• Multigravida
• Kemungkinan abortus
• Kemungkinan pernah melakukan curettage
6. Riwayat Nifas
• Lochea Rubra
• Bagaimana baunya, amis
• Banyaknya 2 kali ganti duk besar
• Tentang laktasi
• Colostrum ada
d. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
 Suhu tubuh : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
 Tekanan darah : akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
 Pernapasan : nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
 Nadi : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
e. Pemeriksaan Fisik
 Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
 Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan
pucat.
 Mata biasanya konjugtiva anemis
 Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
 Abdomen
 Inspeksi : terdapat strie gravidarum
 Palpasi :
- Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri
masih rendah.
- Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
- Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating)
atau mengolak diatas pintu atas panggul.
- Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
 Perkusi : Reflek lutut +/+
 Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal
120.160
 Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah
muda
 Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan
akral dingin.
f. Pemeriksaan Penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal
(12-14gr%) leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3).
Trombosit menurun (normal 250 ribu – 500 ribu).
g. Data Sosial Ekonomi
Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada
umumnya terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek
penanaman plasenta pada segmen bawah rahim ( Susan
Martin Tucker,dkk 1988:523)
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan ketidak mampuan merawat diri. Sekunder keharusan
bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3. Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak
ada kuatnya perfusi darah ke plasenta (Lynda Jual
Carpenito,2000: 1127) post seksio.
4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan spasme otot perut (Susan Martin Tucker,dkk
1988 : 624).

3.3 Intervensi dan Rasional


1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek
penanaman plasenta pada segmen bawah rahim.
 Tujuan : Klien tidak mengalami perdarahan berulang
 Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan.
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah
pelepasan plasenta sehingga dapat terjadi perdarahan.
b. Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu).
Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat
diketahui secara dini kemunduran atau kemajuan keadaan
klien.
c. Kontrol perdarahan pervaginam.
Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui
perubahan perfusi jaringan pada plasenta sehingga dapat
melakukan tindakan segera.
d. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-
tanda perdarahan lebih banyak.
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat
membantu dalam melakukan tindakan segera dalam
mengatasi keadaan klien.
e. Monitor bunyi jantung janin.
Rasional : Denyut jantung lebih >160 serta <100 dapat
menunjukkan gawat janin kemungkinan terjadi gangguan
perfusi pada plasenta.
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri
kehamilan.
Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi
perdarahan secara dini.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan ketidakmampuan merawat diri sekunder keharusan
bedres.
 Tujuan : Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari
terpenuhi
 Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien
dengan menggunakan komunikasi therapeutik.
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic
diharapkan klien kooperatif dalam melakukan asuhan
keperawatan.
b. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar
Rasional : Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi,
BAB,BAK,sehingga kebutuhan klien terpenuhi.
c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang
karena dilakukan oleh keluarga sendiri dan klien merasa
diperhatikan.
d. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan
mudah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
e. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk
memberikan bantuan.
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga
kebutuhan klien dapat terpenuhi.
3. Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darak ke plasenta.
 Tujuan : Gawat janin tidak terjadi.
 Intervensi :
a. Istirahatkan klien
Rasional : Melalui istirahat kemungkinan terjadinya
pelepasan plasenta dapat dicegah.
b. Anjurkan klien agar miring kekiri.
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior
oleh uterus dan meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
c. Anjurkan klien untuk nafas dalam.
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi
O2 pada ibu sehingga O2 janin terpenuhi.
d. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen.
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan
konsumsi O2 sehingga konsumsi pada janin meningkat.
e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit.
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel
terutama organ-organ vital pada janin.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan spasme otot perut.
 Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
 Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri
dirasakan oleh klien dapat disajikan sebagai dasar dan
pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan
selanjutnya.
b. Jelaskan pada klien penyebab nyeri.
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien
diharapkan klien dapat beradaptasi dan mampu mengatasi
rasa nyeri yang dirasakan klien.
c. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan
peregangan luka. Rasional : Peregangan luka dapat
meningkatkan rasa nyeri.
d. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak
klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan
klien tidak terpusatkan pada rasa nyeri.
e. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam).
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan
oksigen ke jaringan lancar dengan harapan rasa nyeri dapat
berkurang.
f. Kontrol vital sign klien.
Rasional : Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat
diketahui kemunduran atau kemajuan keadaan klien untuk
mengambil tindakan selanjutnya.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik.
Rasional :Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga
nyeri dapat berkurang.
3.4 Evaluasi
1. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat dideteksi dengan
tepat, serta terapi mulai diberikan.
2. Ibu dan bayi menjalani persalinan dan kelahiran yang aman

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.U DENGAN PERDARAHAN


ANTEPARTUM, PLASENTA PREVIA TOTALIS

I. IDENTITAS
A. PASIEN
1) Nama : Ny U
2) Tempat/tgl lahir/umur : Bumiayu/ 24 Januari 1968/ 41 tahun
3) Agama : Islam
4) Status perkawinan : Menikah
5) Pendidikan terakhir : SMA
6) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
7) Alamat : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu
8) Suku Bangsa : Jawa
9) Diagnosa Medis : Perdarahan antepartum, plasenta previa
totalis.
10) Nomor RM/CM 772552
11) Tanggal Masuk RS : 1 Maret 2015
12) Tanggal/jam pengkajian : 2 Maret 2015/ 10.00 WIB
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Tn S
2. Umur : 41 tahun
3. Pendidikan terakhir : SMA
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu
6. Hubungan dengan pasien : Suami
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Perdarahan saat kehamilan
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang/kiriman dari Rumah Bersalin (RB) Alam Medica pada
tanggal 1 Maret 2015, G3P2A0 dengan plasena previa totalis. rembesan
air tidak ada, perdarahan pervaginam bergumpal sejak tanggal 1 Maret
2015 jam 01.30 .
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti
penyakit jantung, paru, hipertensi, DM.
4. Riwayat obstetrik yang lalu
G3 P2 A0
No Masalah Tipe Keadaan bayi Masalah
kehamilan persalinan pada masa
nifas
1. Tidak ada VE Bayi lahir Tidak ada
aterm, jenis masalah
kelamin laki- selama masa
laki, BBL 4 kg, nifas.
lahir langsung
menangis.
2. Tidak ada VE Bayi lahir Tidak ada
aterm, jenis masalah
kelamin selama masa
perempuan, nifas.
BBL 3,1 kg,
lahir langsung
menangis.

3. Hamil Belum - -
sekarang mengala
ini mi
mengala persalin
mi an.
perdaraha
n
pervagina
m,
placenta
previa
totalis.

5. Riwayat kehamilan saat ini


HPHT : 30-7-2014
HPL : 6-5-2015
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 56 kg Penambahan BB selama hamil : 8 kg Lila: 25
cm
Usia Keluhan TFU Letak DJJ Data lain
gestasi janin/presentasi
30 Perdarahan 28 Presentasi + Punggung
minggu pervaginam cm kepala. (12,11,12) janin di
antepartum bagian
dengan kanan
pasenta (PUKA),
previa. kepala
belum
masuk
PAP.

6. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun, seperti
penyakit jantung, paru, hipertensi, dan DM. Dalam keluarga, tidak ada
anggota keluarga lain yang pernah mengalami penyakit yang serupa
dengan yang diderita oleh klien.
7. Pola kesehatan fungsional ( menurut agaordon, Handerson/modifikasi)
a. Pola nutrisi
Sebelum masuk RS, klien dalam sehari makan 3x sehari dengan
menghabiskan 1 porsi makan. Saat hamil ini terkadang klien merasa
mual, sehingga klien kadang makan tidak teratur yaitu 2x dalam
sehari. Setalah klien masuk RS pola nutrisi klien tidak banyak
mengalami perubahan, yaitu klien tetap makan 3x sehari dengan
menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan dari RS.
b. Pola eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak ada
masalah yaitu dalam sehari klien BAB 1x sehari. Sedangkan elama
hamil untuk BAK, klien mengalami peningkatan frekuensi BAK,
yaitu klien lebih sering BAK tetapi dalam BAK tidak ada keluhan
yang dapat mengganggu klien BAK. Setelah masuk RS pola
eliminasi (BAB dan BAK) klien tidak ada masalah yang dapat
mengganggu dalam proses BAB dan BAK klien.
c. Pola aktivitas, istirahat dan tidur
Saat dirumah, sebelum klien mengalami perdarahan dan masuk RS,
aktivitas klien sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan hariannya hanya
membersihkan rumah dan mengurus suami saja. Namun setelah
hamil aktivitas yang berat-berat saat dirumah sudah dikurangi oleh
klien. Dalam kesehariaanya klien tidur jam 21.00 malam dan bangun
jam 04.00. terkadang klien tidur siang dan terkadang tidak. Tidur
siang biasanya lamanya 2 jam.
d. Pola kebersihan diri
Sebelum sakit klien bisa melakukan ADL secara mandiri, namun
setelah sakit dan dirawat di RS dalam memenuhi ADLnya klien
memerlukan banuan minimal. Dalam hal kebersihandiri, klien bisa
melakukan kebersihan diri secara mandiri.
e. Pola reproduksi seksual:
Menstruasi pertama 12 tahun, lama siklus 7-8 hari, keputihan
terkadang ada, dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama
dan kedua haid, permasalahan dalam hubungan seksual tidak ada
masalah, operasi pada alat reproduksitidak pernah.
f. Aspek mental, intelektual, sosial, spiritual:
 Konsep diri:
Identitas diri:
Klien adalah seorang wanita dengan umur 41 th, pernah hamil 3x,
melahirkan 2x, abortus belum pernah. Pertama haid, klien berumur
12 tahun. Kondisi genetalia klien normal tidak ada masalah.
 Harga diri:
Dalam kesehariannya klien sering berkumpul dengan tetangganya
dirumah, klien juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan
dikampungnya yaitu seperti arisan PKK, pengajian ibu-ibu, kerja
bakti dll. Dalam berhubungan dengan orang lain klien tidak pernah
merasa minder atau malu.
 Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan
kesehatan secara umum):
Menurut klien kesehatan itu merupakan hal yang sangat penting,
sehingga selama hamil klien selalu rutin memeriksakan
kehamilannya di bidan praktek yang ada di kampungnya. Namun
saat klien mengalami perdarahan saat hamil ini klien belum
mengetahui secara jelasmengenai sakit yang dideritanya dan klien
belum paham mengenai penyebab sakit yang dialaminya sekarang.
 Hubungan interpersonal/sosial: hubungan perkawinan, keluarga
dan masyarakat:
Dalam beruhungan dengan anggota keluarga yang lain, hungungan
dengan masyarakat klien tidak ada masalah.
 Mekanisme koping individu:
Dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi sekarang klien
berusaha untuk sabar dan tegar menghadapi sakitnya ini, walaupun
klien terkadang merasa cemas dengan kondisi janin yang ada dalam
rahimnya bila sering terjadi perdarahan.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum: tingkat kesadaran CM status gizi tidak ada masalah,
gizi tercukupi.
2. TTV: suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg,
respirasi 20 x/mnt.
3. Pemeriksaan head to to:
a. Kepala: kesan wajah (chloasma gravidarum) ada dibagian pipi,
kondisi rambut: rambut klien pendek berwarna hitam, kebersihan
rambut agak kotor karena selama masuk RS klien belum pernah
keramas.
b. Mata: kebersihan bersih, discharge tidak ada, refleks terhadap
cahayanormal, konjuctiva normal yaitu tidak pucat, sclera normal
yaitu warna sklera putih tidak ada kemerahan.
c. Hidung: simetris, bersih, discharge tidak ada.
d. Telinga: bentuk normal, kebersihan bersih dan discharge tidak
ada, fungsi pendengaran normal.
e. Mulut dan tenggorokan: kemampuan bicara tidak terdapat
masalah, klien dapat bicara secara normal, kebersihan bersih,
tidak ada sianosis, adakah deviasi tidak ada.
f. Leher: peningkatan JVP tidak ada, tiroid: pembesaran kelenjar
tiroid tidak ada.
g. Tengkuk: kaku kuduk tidak ada.
h. Dada: inspeksi bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak
ada,gerakan nafas tidak ada usaha napas tambahan, palpasi suara
napasvesikuler, suara ronkhi dan wezing tidak ada, nyeri tekan
tidak ada, perkusi bunyi paru dan batas jantung dan paru perkusi
paru sonor, batas antara jantung dan paru jelas, auskultasi suara
paru vesikuler, bunyi jantung (I, II, III) S1 > S2, irama jantung
reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
i. Payudara: bentuk simetris, ukurannya mulai membesar,
kebersihan bersih, aerola terjadi peningkatan pigmentasi, ASI
belum keluar, kolostrumbelum keluar, konsistnsi/massa tidak ada,
putting: menonjol.
j. Abdomen: dinding perut supel, tidak ada pembesaran hati dan
limpa, peristaltik usus normal yaitu 12 x/mnt.
k. Punggung: vertebrae, ginjal dalam batas normal.
l. Panggul: normal
m. Genetalia wanita: edema vulva ada, varises ada, keputihan tidak
ada, kebersihan bersih, condiloma tidak ada, pembesaran kelenjar
Bartolinitidak ada.
n. Anus dan rectum: pembesaran vena tidak ada, haemoroid tidak
ada, massa tidak ada.
o. Ekstremitas atas dan bawah: kelengkapan anggota gerak lengkap
edemabagian kedua kaki, tonus otot normal, varises ada, refleks:
refleks patologis positif dan refleks patologis negatif, turgor kulit
baik (<>
4. Pemeriksaan khusus obstetrik:
Dilakukan pemeriksaan USG abdomen dengan hasil:
a. Tampak janin tunggal hidup intrauteri
b. Tampak plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan
disertai gambaran hipoekoik diantaranya.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan urin lengkap (protein, reduksi, urobilin, bilirubin)
Pemeriksaan urin lengkap tidak dilakukan.
2. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, golongan darah,VDRL- papsmear bila
ada indikasi)
a. Pemeriksaan darah lengkap
1. Hb = 9,1 gr/dL (L = 14-18, P = 13-16 gr/dL)
2. Leukosit = 8.000 / µL (5.000-10.000 / µL)
3. Ht = 28 % (L = 40-48, P = 37-43 %)
4. Eritrosit = 3,61 jt/ µL (L = 4,5 – 5,5 jt/ µL, P = 4-5 jt/ µL)
5. Trombosit = 179.000 / µL (150.000-400.000 / µL)
6. MCV = 77,8 fl (80-97 fl)
7. MCH = 25,2 pgr (26-32 pgr)
8. MCHC = 32,4 % (31-36 %)
b. Pemeriksaan hitung jenis
1) Basofil = 0 % (0-1 %)
2) Eosinofil = 1 % (1-4 %) 3) Batang = 0 % (2-5 %)
4) Segmen = 73 % (40-70 %)
5) Limfosit = 21 % (19-48 %)
6) Monosit = 5 % (3-9 %)
c. Faal hemostasis
1. PT = 13,8 dtk (10,8-14,4 dtk)
2. APTT = 29,7 dtk (24-36 dtk)

V. TERAPI
1. Vicillin 1x1 gr
2. Konservatif s/d aterm
3. Histolan tab 3x1
4. Dexametason 2x6 mg (2 hari)
5. Diit biasa

VI. PERIAPAN PERSALINAN


 Senam hamil: Tidak dilakukan.
 Rencana tempat melahirkan:
 Klien berencana melahirkan di RS.
 Perlengkapan kebutuhan bayi: Sudah dipersiapkan tetapi baru
sedikit.
 Kesiapan mental ibu dan keluarga:
Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini
sebelumnya klien sudah pernah melahirkan 2x.
 Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani
nyeri, proses persalinan:
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda saat akan melahirkan yaitu
terjadi kontraksi di bagian perut bawah, kontraksi makin lama
makin kenceng. Keluar cairan ketuban saat akan melahirkan.
Menurut klien saat persalinan biasanya klien dibimbing oleh
perawat RS atau bidan tempat klien melahirkan untuk melakukan
mengejan dan pengaturan napas pada saat melahirkan. Tetapi
klien belum mengetahui cara menangani nyeri pada saat
persalinan. Klien hanya mengetahui untuk mengurangi nyeeri
saat persalinan yaitu klien diberikan obat.
 Perawatan payudara:
selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari
cara melakukan perawatan payudara agar ASI yang diberikan
untuk bayi bisa keluar.
ANALISIS DATA
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Tgl/jam Data Masalah Etiologi
2 Maret DS: Gangguan perfusi Hipovolemia
2015 Jam ·Klien mengatakan jaringan karena kehilangan
12.00 mengalami perdarahan sejak (plasental) tidak darah(perdarahan).
tanggal 1 Juni 2009 mulai jam efektif.
01.30 WIB.
Klien mengatakan usia
kehamilannya saat ini baru 30
minggu.
·Menurut klien, perdarahan
pertama yang keluar
bentuknya bergumpal.
·Klien mengatakan saat ini
perdarahan yang keluar sudah
agak berkurang dari pada
kemarin.
DO:
·Hasil USG diperoleh
gambaran plasenta previa
menutupi orifisium uteri
interna dengan disertai
gambaran hipoekoik
diantaranya.
· Hb 9,1 gr/dL · Ht 28 % ·
Eritrosit 3,61 jt/ µL
· Konjungtiva klien pucat
· Suhu 37,1 0C, nadi 84
x/mnt, TD 100/70 mmHg, RR
20 X/mnt.
2 Maret DS: Cemas Perubahan yang
2015 Jam ·Klien mengatakan terkadang menyertai
12.00 merasa cemas dengan kondisi kehamilan.
janin yang ada dalam
rahimnya bila sering terjadi
perdarahan.
·Klien mengatakan takut kalu
mengalami keguguran.
DO:
·Klien gelisah dan lebih
sering diam.
·Klien lebih sering melamun.
2 Maret DS: Keterbatasan Keterbatasan
2015 Jam ·Klien mengatakan kurang pengetahuan informasi
12.00 mengetahui tentang kelainan mengenai plasenta
kehamilan yang dialaminya. previa
·Klien mengatakan ingin
mengetahui lebih banyak
mengenai kelainan dalam
kehamilannya saat ini.
DO:
·Klien bingung ketika di
tanya mengenai penyebab
kelainan dalam kehamilannya
saat ini.

Prioritas diagnosis keperawatan:


1. Gangguan perfusi jaringan (plasental) tidak efektif b.d. hipovolemia karena
kehilangan darah (perdarahan).
2. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai plasenta previa.
3. Cemas b.d. perubahan yang menyertai kehamilan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Tgl/ Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Paraf
Jam Keperawatan Hasil Keperawatan &
Nama
2 Maret Gangguan perfusi Setelah dilakukan ·Kaji penyebab
2015 jaringan tindakan keperawatan terjadinya
Jam (plasental) tidak selama 3x24 jam perdarahan (abra si
12.00 efektif b.d. diharapkan pasien plasenta, plasenta
hipovolemia dapat menunjukkan previa, merokok,
karena kehilangan perfusi yang adekuat, penggunaan
darah dengan kriteria hasil: kokain, PIH
(perdarahan). Tanda-tanda vital stabil (pregnance induced
·Membrane mukosa hiertention). · Kaji
berwarna merah muda secara akurat
·Pengisian kapiler kemunginan
normal (<> harapan hidup
· Haluaran urin janin, kaji juga
adekuat. kapan menstruasi
· Pernapasan adekuat terakhir ibu,
prioritaskan
pelaporan yang
didapat dari
Ultrasound atau
riwayat obstetrik. ·
Inspeksi keadaan
perineum, hitung
jumlah dan
karkateristik
perdarahan.
·Monitor TTV
·Lakukan persiapan
prosedur
emergency
antepartum,
partum, seperti
terapi oksigen,
terapi parenteral IV
dan mungkin
infuse parallel.
·Catat masukan
dan pengeluaran
makanan dan
minuman.
·Elevasikan
ekstremitas bawah
untuk
meningkatkan
perfusi ke organ
vital dan fetus.
2 Maret Kurang Setelah dilakukan Pembelajaran :
2015 pengetahuan b.d. tindakan keperawatan kelainan dala
Jam keterbatasan selama 3X24 jam, klien kehamilan
12.00 informasi dan keluarga mampu ·Kaji tingkat
mengenai memperoleh pengetahuan klien
plasenta previa pengetahuan mengenai tentang plasenta
kelainan dalam previa.
kehamilan yang ·Jelaskan tanda dan
ditandai dengan: gejala plasenta
·Mengenal kelinan previa.
kehamilan yang sedang ·Identifikasi
dialami klien kemungkinan
·Mengetahui faktor penyebab plasenta
penyebab atau faktor previa.
pencetus ·Berikan informasi
·Mengetahui tanda dan tentang kondisi
gejala klien. ·Berikan
·Mengetahuikomplikasi informasi tentang
dari plesenta previa hasil pemeriksaan
Mengetahui cara diagnostik.
mencegah komplikasi ·Diskusikan
·Menjelaskan tentang pilihan
penatalaksanaan terapi.
plasenta previa. ·Instruksikan klien
untuk melaporkan
tanda dan gejala
kepada petugas.
·Jelaskan cara
mencegah
komplikasi.
·Jelaskan cara
penatalaksaan
plsaenta previa.
2 Maret Cemas b.d. Setelah dilakukan Membantu klien
2015 perubahan tindakankeperawatan mengidentifikasi
Jam yang menyertai selam 3x24 jam penyebab cemas
12.00 kehamilan diharapkan klien yang dialaminya.
dapat: · Mengajari klien
·Tidak terjadi trauma cara melakukan
fisik selama perawatan. teknik relaksasi
·Mempertahankan · Klien dapat
tindakan yang menyebutkan
mengontrol cemas. penyebab cemas
·Mengidentifikasi yang sedang di
tindakan yang harus alaminya.
diberikan ketika terjadi · Memberikan
cemas. penjelasan
·Memonitor faktor kepada klien
risiko dari lingkungan. mengenai kondisi
penyakit yang
sedang dialaminya.

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
No Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf
Dx &
Nama
2 2 Maret Mengkaji penyebab ·Perdarahan karena
Maret 2015 Jam perdarahan plasenta previa. ·N = 84
2015 14.00 Jam · Memonitor TTV (nadi, x/mnt, S = 360C, TD =
Jam 16.00 Jam suhu, TD, RR). 100/60, RR = 21 x/mnt.
12.00 17.30 Jam ·Memonitor KU klien. ·Klien mengeluh agak
20.30 3 ·Mengobservasi membran lemes dan mengantuk.
Maret mukosa (konjungtiva) klien. KU cukup, kesadaran
2015 Jam ·Memonitor dan CM. ·Konjungtiva klien
08.00 Jam mengobservasi perdarahan. masih agak pucat.
10.30 ·Mengobservasi jumlah dan ·Perdarahan masih
bentuk perdarahan. keluar, dari tadi pagi
· Mengecek suhu klien. sampai sekarang sudah
·Mengganti plabot infus ganti pembalut 2x.
dengan tranfusi set. ·Jumlah perdarahan
· Mengobservasi dalam 2x ganti pembalut
pengeluaran urin. penuh semua.
· Mengecek kapiler revil Perdarahan bentuknya
pada jari tangan. gumpalan dan cair.
· Mengobservasi DJJ janin. ·Suhu klien 36,60C.
·Memposisikan klien yang ·Darah masuk melalui
nyaman. tranfusi set sebanyak
Memonitor TTV ( suhu, 500cc. ·Dalam sehari
nadi, TD). · Memonitor klien sudah BAK 4x,
masukan cairan dan jumlah ± setengah gelas
makanan. ·Observasi Ku belimbing. ·Kapiler revil
klien. ·Mengganti transfusi baik (<> ·DJJ +
set dengan RL. ·Tidur/istirahat dengan
·Mengobservasi posisi fowler/semi
perdarahan. fowler. · S = 36,90C, N
·Mengobservasi KU klien. = 96 x/mnt, TD =
·Mengecek TTV (suhu, 100/70 mmHg. ·Cairan
nadi,TD). ·Mengobservasi infus + RL 500 cc sudah
dan memeriksa warna masuk setengahnya,
konjungtiva klien. tranfusi set (PRC) 500
·Memonitor perdarahan, cc, makanan dari RS
jumlah, bentuk perdarahan. habis, minum sudah ± 5
·Mengobservasi kondisi gelas belimbing. ·KU
janin. ·Mengobservasi klien cukup, kesadaran
kapiler revil. ·Melepas/ aff CM. ·Infus RL masuk.
infus. ·Memberikan ·Perdarahan masih
discharge planning sebelum ada, jumlah mulai
klien pulang meliputi: berkurang dari jam
- Menganjurkan klien untuk 14.00 siang sampai
tetap mengkonsumsi sekarang belum ganti
makanan dengan gizi pembalut lagi. ·Ku klien
seimbang. cukup, kesadaran CM.
- Menganjurkan klien untuk ·S = 360C, N = 84
mengurangi aktifitas/lebih x/mnt, TD = 110/70
banyak istirahat. mmHg. ·Konjungtiva
- Menganjurkan klien untuk klien sudah tidak pucat.
kontrol rutin. - ·Perdarahan yang keluar
Menganjurkan klien untuk hanya bercak-bercak, di
tidak melakukan hubungan pembalut tidak penuh,
sex selama kehamilan ini. dan ganti pembalut baru
1x setelah mandi pagi
tadi. ·DJJ + ·Kapiler
revil baik (<>
·Klien persiapan pulang.
·Klien mau menyimak
discharge planning yang
diberikan.
2 2 Maret Memberikan informasi ·Klien mau
Maret 2015 Jam mengenai plasenta previa mendengarkan dan
2015 14.00 Jam kepada klien. ·Menjelaskan menyimak informasi
Jam 16.00 Jam penyebab, tanda dan gejala, yang diberikan.
12.00 17.30 Jam hasil pemeriksaan USG, ·Sekarang klien
20.30 3 cara mencegah komplikasi mengetahui mengenai
Maret dari plecenta previa. kelainan dalam
2015 Jam ·Menganjurkan klien untuk kehamilannya saat ini
08.00 Jam tidak melakukan hubungan dan kondisi
10.30 sex selama kehamilan ini. kehamilannya. ·Klien
·Menganjurkan klien untuk mau mengikuti saran
lebih banyak istirahat/tidak yang diberikan. ·Klien
banyak melakukan lebih banyak tiduran
aktivitas. ·Mengevaluasi saat diberikan informasi.
dan mengobservasi ·Klien merasa senang
pengetahuan klien karena telah diberi
mengenai cara mencegah penjelasan mengenai
perdarahan yang berulang masalah kehamilannya.
pada plasenta previa. ·Klien bisa menjawab
·Memberikan discharge dengan benar cara
planning sebelum klien mencegah perdarahan
pulang meliputi: berulang pada plasenta
- Menganjurkan klien untuk pervia.
tetap mengkonsumsi ·Klien mau menyimak
makanan dengan gizi discharge planning yang
seimbang. diberikan dan mau
- Menganjurkan klien untuk mengikuti saran yang
mengurangi aktifitas/lebih diberikan.
banyak istirahat.
- Menganjurkan klien untuk
kontrol rutin. -
Menganjurkan klien untuk
tidak melakukan hubungan
sex selama kehamilan ini.
2 2 Maret ·Mengidentifikasi penyebab ·Klien mengatakan
Maret 2015 Jam cemas yang dialami klien. khawatir dengan kondisi
2015 14.00 Jam ·Mengajari klien teknik kehamilannya saat ini.
Jam 16.00 Jam relaksasi dengan cara ·Klien mau diajari cara
12.00 17.30 Jam distraksi dan napas dalam. mengontrol cemas
20.30 3 ·Mengobservasi perasaan dengan distraksi dan
Maret klien. ·Mengobservasi napas dalam. ·Klien
2015 Jam perasaan klien mengenai mengatakan sudah mulai
08.00 Jam kecemasan yang berkurang rasa
10.30 dialaminya. cemasnya. ·Klien
·Mengobservasi teknik merasa sudah tidak
relaksasi yang digunakan cemas. ·Klien
klien untuk mengatasi menggunakan napas
kecemasan. ·Memberikan dalam untuk mengatasi
discharge planning sebelum kecemasan. ·Klien mau
klien pulang meliputi: - menyimak discharge
Menganjurkan klien untuk planning yang diberikan
tetap mengkonsumsi dan mau mengikuti
makanan dengan gizi saran yang diberikan.
seimbang.
- Menganjurkan klien untuk
mengurangi aktifitas/lebih
banyak istirahat.
- Menganjurkan klien untuk
kontrol rutin.
- Menganjurkan klien untuk
tidak melakukan hubungan
sex selama kehamilan ini.
- Menganjurkan klien untuk
tetap menggunakan teknik
relaksasi yang telah
diajarkan untuk mengurangi
perasaan cemas.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan

Tggl/Jam No Status perkembangan masalah klien Paraf &


Dx Nama
2 Maret 1 S:
2015 · Klien mengeluh agak lemes dan mengantuk.
Jam · Klien mengatakan perdarahan masih keluar, dari tadi pagi
21.00 sampai sekarang sudah ganti pembalut
3 Maret 2x.
2015 · Klien mengatakan perdarahan masih ada, jumlahnya mulai
Jam berkurang dari jam 14.00 siang sampai sekarang belum
14.00 ganti pembalut lagi.
O:
· S = 36,90C, N = 96 x/mnt, TD = 100/70 mmHg.
· Cairan infus + RL 500 cc sudah masuk setengahnya,
tranfusi set (PRC) 500 cc, makanan dari RS habis, minum
sudah ± 5 gelas belimbing.KU cukup.
· Konjungtiva klien masih agak pucat.
· Dalam sehari klien sudah BAK 4x, jumlah ± setengah
gelas belimbing.
· Kapiler revil baik (<>
· DJJ +
· Posisi klien tidur/istirahat dengan posisi fowler/semi
fowler.
A:
Masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan KU klien
cukup, kapiler refil baik (<>
P:
Lanjutkan intervensi:
· Observasi perdarahan
· Pantau tanda vital
· Cek Hb
· Berikan injeksi Dexametason 2x5 mg sesuai instruksi
dokter.
S:
· Menurut klien perdarahan yang keluar sekarang hanya
bercak-bercak, di pembalut tidak penuh, dan ganti pembalut
baru 1x setelah mandi pagi tadi.
· Klien persiapan pulang.
· Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan.
O:
· Ku klien cukup, kesadaran CM.
· S = 360C, N = 84 x/mnt, TD = 110/70 mmHg.
· Konjungtiva klien sudah tidak pucat.
· DJJ + Kapiler revil baik (<>
A:
Masalah teratasi sebagian yang ditandai perdarahan yang
keluar saat ini hanya bercakbercak, dan baru ganti pembalut
1x setelah mandi pagi. Dan pasien persiapan untuk pulang.
P:
Memberikan discharge planning sebelum klien pulang
meliputi:
- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang.
- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih
banyak istirahat.
- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.
- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex
selama kehamilan ini.
2 Maret 2 S:
2015 · Klien mengatakan mau mengikuti saran yang
Jam diberikan yaitu tidak malakukan hubungan sex
21.00 selama kehamilannya ini dan banyak beristirahat.
3 Maret · Klien merasa senang karena telah diberi
2015 penjelasan mengenai masalah kehamilannya.
Jam O:
14.00 · Klien mau mendengarkan dan menyimak
informasi yang diberikan.
· Sekarang klien mengetahui mengenai kelainan
dalam kehamilannya saat ini dan kondisi
kehamilannya.
· Klien lebih banyak tiduran saat diberikan
informasi.
A:
Masalah teratasi yang ditandai dengan klien merasa senang
mengenai penjelasan yang telah diberikan, klien mengerti
cara penataksanaan kehamilan dengan placenta previa.
P:
Pertahankan intervensi.
S:
·Klien mengatakan cara-cara mencegah terjadinya
perdarahan berulang pada plasenta previiak boleh
melakukan hubungan sex selama kehamilannya ini.
·Klien mengatakan mau mengikuti saran yang telah
diberikan.
O:
Klien menyimak discharge planning yang diberikan.
A:
Masalah teratasi.
P:
·Memberikan discharge planning sebelum klien pulang
meliputi:
- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang.
- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih
banyak istirahat.
- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.
- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan
hubungan sex selama kehamilan ini.
2 Maret 3 S:
2015 · Klien mengatakan khawatir dengan kondisi kehamilannya
Jam saat ini. Klien mengatakan mau diajari cara mengontrol
21.00 cemas dengan distraksi dan napas dalam.
3 Maret · Klien mengatakan sudah mulai berkurang rasa cemasnya.
2015 O:
Jam · Teknik relaksasi distraksi dan napas dalam telah diajarkan.
14.00 A:
Masalah teratasi sebagian yang ditandai klien sudah
berkurang rasa cemasnya.
P:
Lanjutkan intervensi:
· Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relksasi
distraksi dan napas dalam bila rasa cemasnya muncul.
S:
· Klien merasa sudah tidak cemas.
· Klien mengatakan mau mengikuti saran yang diberikan.
· Klien mengatakan menggunakan napas dalam untuk
mengatasi kecemasan.
O:
· Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan
A:
Masalah teratasi
P:
Memberikan discharge planning sebelum klien pulang
meliputi:
- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang.
Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih
banyak istirahat.
- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.
- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex
selama kehamilan ini.
- Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik
relaksasi yang telah diajarkan untuk mengurangi perasaan
cemas.
BAB IVV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan antepartum merupakan suatu kejadian pathologis berupa
perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Perdarahan
yang terjadi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu perdarahan yang ada hubungannya
dengan kehamilan (plasenta previa, solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis,
dan perdarahan vasa previa) dan perdarahan yang tidak ada hubungannya
dengan kehamilan (pecahnya varises, perlukaan serviks, keganasan serviks, dll).
Perdarahan antepartum yang berhubungan dengan kehamilan harus segera
dilakukan tindakan agar tidak berakibat fatal bagi ibu dan janinnya. Sedangkan
perdarahan antepartum yang tidak berhubungan dengan kehamilan tidak
membahayakan janin tapi hanya memberatkan ibu.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat kita harus mampu mendiagnosis dini
kelainan atau keabnormalan yang terjadi pada ibu masa antepartum, intrapartum
maupun postpartum. Oleh sebab itu kita harus memahami setiap gejala-gejala
yang ditimbulkan dari keabnormalan yang terjadi agar mampu mengambil
keputusan secara cepat, tepat, dan efisien. Secara khusus, seperti pembahasan
dalam maklah ini yaitu tentang perdarahan antepartum.
Sebagai seorang calom perawat di materi keperawatan maternitas, sesuai
judul makalah kita harus memahami apa saja perdarahan antepartum yang bisa
terjadi, gejal yang ditimbulkan, dan mampu memberikan asuhan yang tepat serta
mampu melakukan rujukan secara cepat apabila terjadi suatu kegawatan
obstetris.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk. Pendidikan


Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Hanafi Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Anda mungkin juga menyukai