KEPERAWATAN MATERNITAS
“Asuhan Keperawatan Retensio Plasenta”
Di susun untuk memenuhi salah satu tugas
Dosen Pembimbing : Ibu Sri Siska,S.Kep.N.S
Di susun oleh :
Kelompok 3
1. Angga Wijaya (18201610)
2. Deka Ekawati (18201610)
3. Nadia Fitriani (1820161)
4. Septiana Andini (1820161)
5. Uswatun Khasanah (1820161124)
Penyusun
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3. Tujuan.................................................................................................................................5
1.4. Manfaat...............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Denifisi..................................................................................................................................6
2.2 Etiologi..................................................................................................................................7
2.3 Patofisiologi..........................................................................................................................8
2.4 Pathway..................................................................................................................................9
2.5 Tanda dan Gejala.................................................................................................................9
2.6 Klasifikasi.........................................................................................................................10
2.7 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................11
2.8 Penatalaksanaan...................................................................................................................11
2.9 Asuhan Keperawatan Retensio Plasenta..............................................................................14
BAB III..........................................................................................................................................19
Penutup..........................................................................................................................................19
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................19
3.2. Saran..................................................................................................................................19
Daftar Pustaka................................................................................................................................20
BAB I
Pendahuluan
1.4. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan informasi kepada mahasiswa
tentang retensio plasenta sampai asuhan keperawatan pasien dengan retensio plasenta sehingga
memungkinkan mahasiswa mampu mengaplikasikannya pada pasien dengan kasus retensio
plasenta.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Denifisi
Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta Hingga atau
lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. (Taufan Nugroho, 2011:158).
Retensio Plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30 menit (Manuaba, 2007)
Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir ½ jam sesudah bayi lahir
(Sastrawinata, 2008).
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam.
Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banya, artinya hanya sebagian plasenta yang telah
lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta
tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive,
plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta (Manuaba (2008).
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan
tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan
plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada
kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu
vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari
desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di
desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air
mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-
kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan
dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa
metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta
penyalur berbagai antibodi ke janin.
2.2 Etiologi
Pada sebagian besar kasus plasenta terlepas secara spontan dari tempat implantasinya
dalam waktu beberapa menit setelah janin lahir. Penyebab pasti tertundanya pelepasan setelah
waktu ini tidak selalu jelas, tetapi tampaknya cukup sering adalah gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
Plasenta yang sudah lepas tetapi belum dilahirkan juga merupakan salah satu penyebab
dari retensio plasenta. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia uteri dan dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat
disebabkan karena penanganan kala III yang keliru/salah dan terjadinya kontraksi pada bagian
bawah uterus yang menghalangi placenta (placenta inkaserata).
Berikut ini merupakan klasifikasi Retensio Plasenta menurut tingkat perlekatanya :
1) Plasenta Akreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke dinding uterus terlalu
kuat, vilus/ jonjot korion plasenta melekat ke miometrium.
2) Plasenta inkreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke dinding uterus terlalu
kuat, vilus plasenta benar-benar menginvasi miometrium.
3) Plasenta perkreta adalah implantasi plasenta yang perlekatannya ke dinding uterus terlalu
kuat, vilus plasenta menembus miometrium.
4) Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
mengakibatkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis
5) Plasenta Inkarserata adalah tertahannya pllasenta di dalam kavum uteri, disebabkan
kontriksi ostitum uteri
2.4 Pathway
2.5 Tanda dan Gejala
1. Plasenta Akreta Parsial / Separasi
a. Konsistensi uterus kenyal
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedang – banyak
e. Tali pusat terjulur sebagian
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta lepas sebagian
h. Syok sering
2. Plasenta Inkarserata
a. Konsistensi uterus keras
b. TFU 2 jari bawah pusat
c. Bentuk uterus globular
d. Perdarahan sedang
e. Tali pusat terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta sudah lepas
h. Syok jarang
3. Plasenta Inkreta
a. Konsistensi uterus cukup
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedikit / tidak ada
e. Tali pusat tidak terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta melekat seluruhnya
h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat
(Prawirohardjo, S: 2005).
i.
2.6 Klasifikasi
2.8 Penatalaksanaan
a) Retensio plasenta dengan sparasi parsial
1) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi tidak terjadi, coba traksi
terkontrol tali pusat.
2) Beri drips oksitosin dalam infuse NS/RL. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol per
rectal. (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat
menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri)
3) Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-
hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan. Lakukan trasnfusi darah
apabila di perlukan.
4) Beri antibiotika profilaksis (ampisilin IV/ oral + metronidazol supositoria/ oral)
5) Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi syok neurogenik.
b) Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi terhadap deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
butuhkan untuk pengiriman oksigen/ nutrient ke sel.
c. Risiko sepsis berhubungan dengan infeksi pada pengambilan placenta.
d. Gangguan aktifitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi, kelemahan.
e. Kecemasan berhubungan dengan tindakan invasive.
c) Intervensi
a. Diagnosa 1 : Risiko tinggi terhadap deficit volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
Tujuan : Agar tidak terjadi deficit volume cairan, seimbang antara inteks dan
output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
a) Kaji kondisi status hemodinamika,
R/ Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan
penggantian.
b) Pantau pemasukan dan pengeluaran ciran harian
R/ Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume
perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.
c) Observasi nadi dan tekanan darah
R/ Hal ini dapat menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan
darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%.
Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
d) Berikan diet makanan berstektur halus
R/ mudah untuk diabsorbsi sistem pencernaan sehingga tidak membutuhkan energi
banyak untuk metabolisme.
e) nilai hasil lab HB/HT
R/ Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5mgHb.
f) Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
R/ untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
b. Diagnosa 2 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di butuhkan untuk pengiriman oksigen/ nutrient ke sel.
Tujuan : Agar tidak terjadi perubahan perfusi jaringan selama perawatan perdarahan
Intervensi :
a) kaji tanda vital, warna kulit dan ujung jari.
R/ memastikan bahwa tidak adanya perfusi jaringan
b) Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh.
R/ Suhu lingkungan dan tubuh berpengaruh dalam vascular, apabila suhu tubuh rendah
maka akan membuat vascular kontriksi sehingga dapat menghambat distribusi nutrient
dan oksigen
c) Nilai hasil lab hb/ ht dan jumlah sel darah merah.
R/ Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak system imun
d) Berikan sel darah merah dan tambahan o2 sesuai indikasi.
R/ penggantian sel darah merah yang hilang dan memaksimalkan ketersediaan oksigen
untuk transpor sirkulasi kejaringan.
c. Diagnosa 3 : Risiko sepsis berhubungan dengan infeksi pada pengambilan placenta.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dirumah sakit di
harapkan tidak terjadi peningkatan suhu
Intervensi :
a) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab panas
R/ Klien dan keluarga mengerti tentang penyebab panas
b) Anjurkan kompres air hangat
R/ Air hangat bias mendilatasi pori – pori
c) Anjurkan klien memakai pakaian yang tipis
R/ Pakaian yang tipis bias meningkatkan evaporasi
d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic
R/ Antibiotic akan membunuh bakteri dan kuman
d. Diagnosa 4 : Gangguan aktifitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi, kelemahan.
Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
a) kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktifitas
b) kaji pengaruh aktifitas terhadap kondisi uterus
c) bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari
d) bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai kondisi klien
e) evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktifitas
Penutup
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut maka ada beberapa hal yang dapat di simpulkan yaitu sebagai
berikut. Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak lahir selama dalam waktu atau
lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Ada dua keadaan yang menyebabkan terjadinya retensio
placenta yaitu :
1) Placenta belum lepas dari dinding rahim dikarenakan placenta tumbuh melekat lebih dalam
dan.
2) Placenta telah terlepas akan tetapi belum dapat dikeluarkan. (masih ada sisa-sisa potongan
plasenta di rahim)
Masalah yang terjadi akibat dari retensio plasenta adalah perdarahan bahkan bisa berakibat syok.
3.2. Saran
Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO) adalah perdarahan, semoga dalam
makalah ini dapat memberikan wawasan sehingga dapat mencegah terjadinya kematian karena
perdarahan akibat dari retensio plasenta.
Penulis menyarankan agar pembaca dapat mencari referensi lain tentang retensio plasenta
pada kehamilan dan juga perdarahan untuk diaplikasikan sehingga dapat mencegah dan
menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.
Daftar Pustaka