Disusun oleh:
1) Ai Sulastri (P3.73.24.2.18.002)
2) Fadhilah Aini Reska (P3.73.24.2.18.013)
3) Putri Febriyanti Ludin (P3.73.24.2.18.027)
4) Sabrina Ai’sah Fitria (P3.73.24.2.18.032)
TAHUN 2020/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Teknologi Tepat Guna tentang “Penanganan Awal Kegawatdaruratan pada
persalinan”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing karena dengan
adanya tugas ini dapat menambah pengetahuan kami.
Demikianlah makalah ini kami susun. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dari makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah ini kedepannya.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2
Kesimpulan....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang
kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi d ASEAN dan Indonesia. Persalinan
merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan setelah
melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami perdarahan yang begitu
hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu.
Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta
melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam
uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat
implantasinya. Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh
darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut dengan retensio plasenta.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Retensio Plasenta ?
2. Apa Penyebab Retensio plasenta ?
3. Bagaiman penatalaksanaan Retensio Plasenta ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui apa saja
1. Mengetahui retensio plasenta
2. Untuk mengetahui penyebab retensio plasenta.
3. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan palsenta manual
1
BAB II
PEMBAHASAN
Retensio plasenta adalah keadaan tidak lahirnya plasenta dalam waktu > 30 menit
setelah bayi lahir. Sehinggan sisa plasenta dan ketuban msih tertinggal dalam rongga rahim.
lepas plasenta tidak bersamaan sehingga masih melekat pada tempat implantasi,
menyebabkan retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap
terbuka serta menimbulkan perdarahan Penyakit ini merupakan keadaan yang dapat
meningkatkan risiko perdarahan menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan
pospartum lambat (6-10 hari) pasca postpartum , infeksi, dan syok, sehingga dapat
mengancam nyawa pasien
B. Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan retensio plasenta diantaranya :
a. Faktor maternal: gravida tua dan multiparitas.
b. Faktor uterus: bekas section caesarea, bekas pembedahan uterus, tidak efektifnya
kontraksi uterus, bekas kuretase uterus, bekas pengeluaran manual plasenta, dan
sebagainya.
c. Faktor plasenta: plasenta previa, implantasi corneal, plasenta akreta dan kelainan bentuk
plasenta.
2
a. Plasenta adhesive / Plasenta adfherens (60 %), yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
a. Plasentaa akreta, implantasi jonjot khorion memasuki sebagian miometriun
b. Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga miometriun
c. Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim
2. Plasenta sudah lepas tapi belum keluar, karena :
a. Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi setelah bayi lahir.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan yang banyak
b. Adanya lingkaran kontriksi pada bagian rahim akibat kesalahan penanganan kala III
sehingga menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata)
Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta dapat
menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonika tidak tepat pada
waktunya juga akan dapat menyebabkan serviks berkontraksi dan menahan plasenta.
Selain itu pemberian anastesi yang dapat melemahkan kontraksi uterus juga akan
menghambat pelepasan plasenta.Pembentukkan lingkaran kontriksi ini juga berhubungan
dengan his. His yang tidak efektif yaitu his yang tidak ada relaksasinya maka segmen
bawah rahim akan tegang terus sehingga plasenta tidak dapat keluar karena tertahan
segmen bawah rahim tersebut.
Penyebab retensio plasenta bias disebabkan oleh faktor penyebab berikut ini,
yaitu penyebab fungsional, penyebab patologi-anatomi dan penyebab lain.
a. Penyebab fungsional
Penyebab fungsional dari retensio plasenta adalah lemahnya his dan juga plasenta
adhesiva, yaitu plasenta yang sukar lepas karena tempatnya (insersi pada sudut tuba),
bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis), maupun ukurannya (plasenta
sangat kecil).
b. Penyebab patologi-anatomi
Penyebab patologi-anatomi dari retensio plasenta adalah implementasi dari plasenta
yang terlalu dalam. Normalnya plasenta melekat pada endometrium, namun pada
kasus ini plasenta lebih dalam, yaitu pada lapisan miometrium, bahkan lapisan serosa
dari uterus.
3
c. Penyebab lain
Kandung kemih penuh atau rectum penuh. Hal ini akan memenuhi ruang pelvis
sehingga dapat menghalangi terjadinya kontraksi uterus yang efisien. Karena itu
keduanya harus dikosongkan. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi
perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini
merupakan indikasi untuk segera dikeluarkan.
C. Penilaian Klinik
Diagnosis retensio plasenta dapat ditegakkan dengan penemuan plasenta yang tidak
lahir dalam waktu lebih dari 30 menit. Apabila plasenta tidak dilahirkan dalam 30 menit,
maka risiko perdarahan akan meningkat. Pemeriksaan ultrasonografi diperlukan apabila
diagnosis spektrum retensio sulit ditentukan
1. Anamnesis
Gejala utama pasien retensio plasenta adalah tertahannya plasenta dalam rahim
selama lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Selain itu, beberapa gejala lain seperti
demam, perdarahan hebat, nyeri hebat, vagina berbau, dan tampak jaringan pada
vagina, juga bisa ditemukan.
Status obstetrik dan ginekologi pasien secara lengkap juga harus ditanyakan.
Penemuan riwayat sectio caesarea akan meningkatkan risiko terjadinya plasenta akreta
pada pasien. Faktor risiko lainnya, seperti riwayat retensio plasenta, abortus,
preeklampsia, penggunaan ergometrin, dan stillbirth juga harus digali.
4
2. Pemeriksaan Fisik
Perdarahan umumnya terjadi pada pasien retensio plasenta sehingga evaluasi
syok harus dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan vagina dan uterus. Diagnosis
plasenta trapped, adherens, dan akreta juga dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik.
a. Evaluasi Syok
Pasien retensio plasenta sering kali memiliki perdarahan hebat sehingga status
hemodinamik pasien harus diperhatikan terlebih dahulu. Tanda-tanda syok
hipovolemik, seperti takikardia, hipotensi, penurunan urine output, akral dingin,
dan penurunan kesadaran harus dipantau.
b. Pemeriksaan Vagina dan Uterus
Apabila bayi sudah lahir dan plasenta belum dilahirkan setelah lebih dari 30 menit,
maka diagnosis retensio plasenta dapat ditegakkan. Pada pasien retensio plasenta
akan ditemukan plasenta yang masih berada di dalam uterus dengan sebagian korda
umbilikus pada orifisium serviks.
Membedakan plasenta trapped dengan plasenta adherens dan akreta adalah melalui
terdapatnya tanda-tanda pelepasan plasenta. Pada saat klinisi melakukan traksi tali
pusat terkendali awasi tanda-tanda pelepasan plasenta dari dinding uterus, yaitu:
1) Korda umbilikal yang memanjang
2) Semburan darah mendadak dan singkat
3) Perubahan tinggi dan dan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular
4) Meningginya tinggi fundus uterus
5) Kontraksi fundus
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang umumnya tidak rutin dilakukan pada pasien retensio
plasenta. Akan tetapi, apabila diagnosis tipe plasenta adherens belum dapat
ditentukan melalui pemeriksaan fisik, maka USG dapat dilakukan.
a. Tes Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal,
dan fungsi hati dapat dilakukan untuk menentukan keadaan dan komplikasi syok
5
hipovolemik pada pasien. Pada pasien perdarahan hebat, umumnya akan
ditemukan penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Tes golongan darah dan
rhesus dilakukan secepatnya guna mempersiapkan apabila transfusi
darah diperlukan.
b. Radiologi
Pemeriksaan radiologi jarang dilakukan dan hanya dilakukan apabila tipe
retensio plasenta belum dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
radiologi yang dapat dilakukan pada pasien retensio uterus adalah USG.
USG pada pasien plasenta trapped umumnya memiliki gambaran penebalan
pada miometrium di seluruh area uterus dan plasenta akan terlihat berada di
segmen bawah uterus dalam keadaan sudah terlepas dari dinding uterus. Pada
plasenta adherens, miometrium akan terlihat menebal di seluruh area uterus
kecuali tempat perlekatan plasenta yang terlihat sangat tipis atau dapat tidak
terlihat. Pada plasenta adherens, juga tidak akan ditemukan adanya plasenta yang
terlepas dari dinding uterus.
c. Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan patologi plasenta merupakan pemeriksaan tambahan yang dapat
dilakukan dan umumnya dilakukan untuk tujuan penelitian. Gambaran
makroskopik plasenta pada keadaan retensio plasenta umumnya memiliki luas
permukaan yang lebih kecil dan berbentuk lebih lonjong dibandingkan plasenta
non retensio plasenta. Selain itu, histologi plasenta pada pasien retensio plasenta
juga dapat menunjukkan tanda kurang perfusi maternal, seperti tanda infark
plasenta, sel giant trophoblastic multinucleated, chorangiosis, kista septal, dan
vilus fibrotik.
D. Diagnosis Banding
Diagnosis retensio plasenta umumnya mudah ditegakkan dan sangat mudah
dibedakan dengan perdarahan postpartum lainnya. Akan tetapi, atonia uterus terkadang
dapat sulit dibedakan atau dapat terjadi bersamaan dengan retensio plasenta.
6
Atonia uterus merupakan keadaan di mana uterus gagal berkontraksi setelah
lahirnya bayi. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah perdarahan hebat, nyeri
abdomen, dan gangguan hemodinamik. Tanda dan gejala atonia uterus dapat juga
ditemukan pada pasien retensio plasenta. Hal ini dikarenakan atonia uterus dapat menjadi
salah satu penyebab terjadinya retensio plasenta.
Yang membedakan antara atonia uterus atau retensio plasenta adalah tidak adanya
kontraksi uterus dengan plasenta yang sudah berhasil dilahirkan.
Apabila terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta dan plasenta teraba pada ujung
orifisium serviks, akan tetapi plasenta tidak dapat dikeluarkan, maka diagnosis
plasenta trapped dapat ditegakkan. Plasenta akreta dan adherens umumnya tidak memiliki
tanda-tanda pelepasan plasenta. Diagnosis plasenta akreta dan adherens dapat dibedakan
hanya dengan tindakan manual plasenta. Apabila seluruh plasenta dan desidua dapat
dilepaskan dengan bersih dari dinding uterus, maka diagnosis plasenta adherens dapat
ditegakkan. Pada plasenta akreta, umumnya sudah terjadi invasi ke miometrium, sehingga
plasenta akan sulit dilepaskan dari dinding uterus melalui tindakan manual plasenta.
E. Penanganan umum
7
Transfusi darah disiapkan apabila timbul pendarahan kronis yang membutuhkan
transfusi darah segera guna melancarkan pengeluaran plasenta tanpa membahayakan
jiwa ibu.
4. Manual Plasenta
Metode manual plasenta dilakukan dengan melepaskan plasenta secara manual dengan
bantuan tangan sedangkan tahan lain menahan dinding rahim dari luar. Syarat yang
perlu diperhatikan sebelum melakukan plasenta manual adalah bayi sudah lahir
sepenuhnya, pendarahan kurang dari 400 cc, dan plasenta tertahan di dalam uterus lebih
dari 30 menit.
5. Kuret
Kuretase atau kuret dilakukan setelah plasenta keluar seutuhnya oleh bantuan tangan
atau masih ada jaringan sisa plasenta yang belum keluar seluruhnya. Kuretase dilakukan
di rumah sakit oleh dokter spesialis kandungan yang berpengalaman. Kesalahan dalam
kuretase malah dapat beresiko merusak dinding rahim yang tipis dan dapat memicu
pendarahan kembali dari rahim
6. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik bagi ibu bertujuan untuk mencegah infeksi paska persalinan dan
paska penanganan retensio plasenta.
7. Histerektomi
Operasi ini bertujuan untuk melakukan pengangkatan plasenta pada dinding rahim yang
kemungkinan berakibat pada pengangkatan rahim sehingga ibu tidak bisa hamil lagi.
8
5. Jika penarikan tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk melakukakan
pengeluaran plasenta secara manual.
Pasang sarung tangan DTT.
Jepit tali pusat dengan kokher dan tegangkan sejajar lantai.
Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri bagian bawah tali pusat,
seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 2.2 Memasukkan tangan menyusuri tali
puasat (Saifuddin AB, 2002 : P-42)
Tangan sebelah menyusuri tali pusat masuk ke dalam kavum uteri, sementara itu
tangan yang sebelah lagi menahan fundus uteri, sekaligus untuk mencegah inversio
uteri. Gambar 2.3 Menahan fundus sewaktu melepas plasenta (Saifuddin AB,
2002 :P-43)
9
Jika plasenta dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta akreta,
dan siapkan laparotomi untuk histerektomi supravaginal.
Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta. Gambar 2.4 Mengeluarkan
tangan dari uterus (Saifuddin A.B, 2002 :P-43)
10
G. Tanda dan Gejala Retensio Plasenta
Menurut (Saiffudin AB, 2001 ; h.178) ada beberapa tanda dan gejala dari retension
plasenta antara lain :
11
bisa menghentikan perdarahan. Bila plasenta tidak keluar hingga 30 menit setelah
persalinan, akan terjadi perdarahan yang signifikan dan dapat mengancam nyawa
pasien. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endler et al menyatakan bahwa
retensio plasenta berhubungan dengan kehilangan darah sebesar ≥500 ml.
12
8. Tangani penyakit-penyakit penyerta bila ada seperti hipertensi dan preeklampsia.
9. Periksa ke dokter kandungan secara rutin dan melakukan USG sesuai anjuran dokter.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut maka ada beberapa hal yang dapat di simpulkan yaitu
sebagai berikut. Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak lahir selama dalam
waktu atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Ada dua keadaan yang menyebabkan
terjadinya retensio placenta yaitu :
1) Placenta belum lepas dari dinding rahim dikarenakan placenta tumbuh melekat lebih
dalam dan,
2) Placenta telah terlepas akan tetapi belum dapat dikeluarkan. (masih ada sisa-sisa
potongan plasenta di rahim) masalah yang terjadi akibat dari retensio plasenta adalah
perdarahan bahkan bisa berakibat syok.
B. SARAN
Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO) adalah perdarahan, semoga dalam
makalah ini dapat memberikan wawasan sehingga dapat mencegah terjadinya kematian karena
perdarahan akibat dari retensio plasenta. Penulis menyarankan agar pembaca dapat mencari
referensi lain tentang retensio plasenta pada kehamilan dan juga perdarahan untuk diaplikasikan
sehingga dapat mencegah dan menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jilid II. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Persalinan-dan-BBL-Komprehensif.pdf diakses pada Senin, tanggal 6 Juli 2020 pukul 13.30
WIB
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/retensio-plasenta/diagnosis
diakses pada Minggu, 05 Juli 2020 pukul 14.12 WIB
https://doktersehat.com/mengenal-retensio-plasenta-saat-plasenta-tertahan-di-dalam-perut/
diakses pada Minggu, 05 Juli 2020 pukul 12.12 WIB
https://www.popmama.com/pregnancy/third-trimester/vidya-diassuryaningrum/penyebab-cara-
mencegah-dan-penanganan-plasenta-lengket/4 diakses pada Minggu, 05 Juli 2020 pukul 12.12
WIB
15
16