Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA PERSALINAN

Mata Kuliah Gawat Darurat Maternal Dan Neonatal

Disusun oleh:

Kelompok 7 (Kelas IIIA)

1) Ai Sulastri (P3.73.24.2.18.002)
2) Fadhilah Aini Reska (P3.73.24.2.18.013)
3) Putri Febriyanti Ludin (P3.73.24.2.18.027)
4) Sabrina Ai’sah Fitria (P3.73.24.2.18.032)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

TAHUN 2020/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Teknologi Tepat Guna tentang “Penanganan Awal Kegawatdaruratan pada
persalinan”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing karena dengan
adanya tugas ini dapat menambah pengetahuan kami.

Demikianlah makalah ini kami susun. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dari makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah ini kedepannya.

Bekasi, 7 Juli 2020

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................................1

B. Rumusan masalah …………………………………………………………………………...1

C. Tujuan......................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2

A. Prinsip Dasar Ratensio Placenta.............................................................................................2

B. Etiologi Ratensio Placenta......................................................................................................2

C. Penilaian Klinik Ratensio Placenta ........................................................................................4

D. Diagnosa Banding Ratensio Plasenta.....................................................................................6

E. Penangan Umum Ratensio Plasenta........................................................................................7

F. Penanganan Retentio Plasenta Dengan Manual......................................................................8

G. Gejala dan Tanda Ratensio Placenta....................................................................................10

H. Komplikasi Ratensio Placenta..............................................................................................11

I. Pencegahan Ratensio Placenta...............................................................................................12

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13

Kesimpulan....................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang
kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi d ASEAN dan Indonesia. Persalinan
merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan setelah
melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami perdarahan yang begitu
hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi penyebab kematian pada ibu.
Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh terhambatnya kelahiran plasenta
melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam
uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat.

Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat
implantasinya. Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh
darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut dengan retensio plasenta.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Retensio Plasenta ?
2. Apa Penyebab Retensio plasenta ?
3. Bagaiman penatalaksanaan Retensio Plasenta ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui apa saja
1. Mengetahui retensio plasenta
2. Untuk mengetahui penyebab retensio plasenta.
3. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan palsenta manual

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar Ratentio Placenta

Retensio plasenta adalah keadaan tidak lahirnya plasenta dalam waktu > 30 menit
setelah bayi lahir. Sehinggan sisa plasenta dan ketuban msih tertinggal dalam rongga rahim.
lepas plasenta tidak bersamaan sehingga masih melekat pada tempat implantasi,
menyebabkan retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap
terbuka serta menimbulkan perdarahan Penyakit ini merupakan keadaan yang dapat
meningkatkan risiko perdarahan menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan
pospartum lambat (6-10 hari) pasca postpartum , infeksi, dan syok, sehingga dapat
mengancam nyawa pasien

Patofisiologi terjadinya retensio plasenta berkaitan dengan adanya plasentasi invasif,


hipoperfusi plasenta, dan kontraksi miometrium yang inadekuat. Spektrum retensio plasenta
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu plasenta trapped atau inkarserata, adherens, dan akreta.

B. Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan retensio plasenta diantaranya :
a. Faktor maternal: gravida tua dan multiparitas.
b. Faktor uterus: bekas section caesarea, bekas pembedahan uterus, tidak efektifnya
kontraksi uterus, bekas kuretase uterus, bekas pengeluaran manual plasenta, dan
sebagainya.
c. Faktor plasenta: plasenta previa, implantasi corneal, plasenta akreta dan kelainan bentuk
plasenta.

Menurut Rustam Muchtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri (1998) penyebab


rentensio plasenta adalah :
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam.
Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium.
Berdasarkan tingkat perlekatannya dibagi menjadi :

2
a. Plasenta adhesive / Plasenta adfherens (60 %), yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
a. Plasentaa akreta, implantasi jonjot khorion memasuki sebagian miometriun
b. Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga miometriun
c. Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim
2. Plasenta sudah lepas tapi belum keluar, karena :
a. Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi setelah bayi lahir.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan yang banyak
b. Adanya lingkaran kontriksi pada bagian rahim akibat kesalahan penanganan kala III
sehingga menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata)

Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta dapat
menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonika tidak tepat pada
waktunya juga akan dapat menyebabkan serviks berkontraksi dan menahan plasenta.
Selain itu pemberian anastesi yang dapat melemahkan kontraksi uterus juga akan
menghambat pelepasan plasenta.Pembentukkan lingkaran kontriksi ini juga berhubungan
dengan his. His yang tidak efektif yaitu his yang tidak ada relaksasinya maka segmen
bawah rahim akan tegang terus sehingga plasenta tidak dapat keluar karena tertahan
segmen bawah rahim tersebut.

Penyebab retensio plasenta bias disebabkan oleh faktor penyebab berikut ini,
yaitu penyebab fungsional, penyebab patologi-anatomi dan penyebab lain.

a. Penyebab fungsional
Penyebab fungsional dari retensio plasenta adalah lemahnya his dan juga plasenta
adhesiva, yaitu plasenta yang sukar lepas karena tempatnya (insersi pada sudut tuba),
bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis), maupun ukurannya (plasenta
sangat kecil).
b. Penyebab patologi-anatomi
Penyebab patologi-anatomi dari retensio plasenta adalah implementasi dari plasenta
yang terlalu dalam. Normalnya plasenta melekat pada endometrium, namun pada
kasus ini plasenta lebih dalam, yaitu pada lapisan miometrium, bahkan lapisan serosa
dari uterus.

3
c. Penyebab lain
Kandung kemih penuh atau rectum penuh. Hal ini akan memenuhi ruang pelvis
sehingga dapat menghalangi terjadinya kontraksi uterus yang efisien. Karena itu
keduanya harus dikosongkan. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi
perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini
merupakan indikasi untuk segera dikeluarkan.

C. Penilaian Klinik

Diagnosis retensio plasenta dapat ditegakkan dengan penemuan plasenta yang tidak
lahir dalam waktu lebih dari 30 menit. Apabila plasenta tidak dilahirkan dalam 30 menit,
maka risiko perdarahan akan meningkat. Pemeriksaan ultrasonografi diperlukan apabila
diagnosis spektrum retensio sulit ditentukan

1. Anamnesis
Gejala utama pasien retensio plasenta adalah tertahannya plasenta dalam rahim
selama lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Selain itu, beberapa gejala lain seperti
demam, perdarahan hebat, nyeri hebat, vagina berbau, dan tampak jaringan pada
vagina, juga bisa ditemukan.
Status obstetrik dan ginekologi pasien secara lengkap juga harus ditanyakan.
Penemuan riwayat sectio caesarea akan meningkatkan risiko terjadinya plasenta akreta
pada pasien. Faktor risiko lainnya, seperti riwayat retensio plasenta, abortus,
preeklampsia, penggunaan ergometrin, dan stillbirth juga harus digali.
4
2. Pemeriksaan Fisik
Perdarahan umumnya terjadi pada pasien retensio plasenta sehingga evaluasi
syok harus dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan vagina dan uterus. Diagnosis
plasenta trapped, adherens, dan akreta juga dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik.
a. Evaluasi Syok
Pasien retensio plasenta sering kali memiliki perdarahan hebat sehingga status
hemodinamik pasien harus diperhatikan terlebih dahulu. Tanda-tanda syok
hipovolemik, seperti takikardia, hipotensi, penurunan urine output, akral dingin,
dan penurunan kesadaran harus dipantau.
b. Pemeriksaan Vagina dan Uterus
Apabila bayi sudah lahir dan plasenta belum dilahirkan setelah lebih dari 30 menit,
maka diagnosis retensio plasenta dapat ditegakkan. Pada pasien retensio plasenta
akan ditemukan plasenta yang masih berada di dalam uterus dengan sebagian korda
umbilikus pada orifisium serviks.
Membedakan plasenta trapped dengan plasenta adherens dan akreta adalah melalui
terdapatnya tanda-tanda pelepasan plasenta. Pada saat klinisi melakukan traksi tali
pusat terkendali awasi tanda-tanda pelepasan plasenta dari dinding uterus, yaitu:
1) Korda umbilikal yang memanjang
2) Semburan darah mendadak dan singkat
3) Perubahan tinggi dan dan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular
4) Meningginya tinggi fundus uterus
5) Kontraksi fundus

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang umumnya tidak rutin dilakukan pada pasien retensio
plasenta. Akan tetapi, apabila diagnosis tipe plasenta adherens belum dapat
ditentukan melalui pemeriksaan fisik, maka USG dapat dilakukan.
a. Tes Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal,
dan fungsi hati dapat dilakukan untuk menentukan keadaan dan komplikasi syok

5
hipovolemik pada pasien. Pada pasien perdarahan hebat, umumnya akan
ditemukan penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Tes golongan darah dan
rhesus dilakukan secepatnya guna mempersiapkan apabila transfusi
darah diperlukan.

b. Radiologi
Pemeriksaan radiologi jarang dilakukan dan hanya dilakukan apabila tipe
retensio plasenta belum dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
radiologi yang dapat dilakukan pada pasien retensio uterus adalah USG.
USG pada pasien plasenta trapped umumnya memiliki gambaran penebalan
pada miometrium di seluruh area uterus dan plasenta akan terlihat berada di
segmen bawah uterus dalam keadaan sudah terlepas dari dinding uterus. Pada
plasenta adherens, miometrium akan terlihat menebal di seluruh area uterus
kecuali tempat perlekatan plasenta yang terlihat sangat tipis atau dapat tidak
terlihat. Pada plasenta adherens, juga tidak akan ditemukan adanya plasenta yang
terlepas dari dinding uterus.

c. Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan patologi plasenta merupakan pemeriksaan tambahan yang dapat
dilakukan dan umumnya dilakukan untuk tujuan penelitian. Gambaran
makroskopik plasenta pada keadaan retensio plasenta umumnya memiliki luas
permukaan yang lebih kecil dan berbentuk lebih lonjong dibandingkan plasenta
non retensio plasenta. Selain itu, histologi plasenta pada pasien retensio plasenta
juga dapat menunjukkan tanda kurang perfusi maternal, seperti tanda infark
plasenta, sel giant trophoblastic multinucleated, chorangiosis, kista septal, dan
vilus fibrotik.

D. Diagnosis Banding
Diagnosis retensio plasenta umumnya mudah ditegakkan dan sangat mudah
dibedakan dengan perdarahan postpartum lainnya. Akan tetapi, atonia uterus terkadang
dapat sulit dibedakan atau dapat terjadi bersamaan dengan retensio plasenta.

6
Atonia uterus merupakan keadaan di mana uterus gagal berkontraksi setelah
lahirnya bayi. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah perdarahan hebat, nyeri
abdomen, dan gangguan hemodinamik. Tanda dan gejala atonia uterus dapat juga
ditemukan pada pasien retensio plasenta. Hal ini dikarenakan atonia uterus dapat menjadi
salah satu penyebab terjadinya retensio plasenta.
Yang membedakan antara atonia uterus atau retensio plasenta adalah tidak adanya
kontraksi uterus dengan plasenta yang sudah berhasil dilahirkan.
Apabila terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta dan plasenta teraba pada ujung
orifisium serviks, akan tetapi plasenta tidak dapat dikeluarkan, maka diagnosis
plasenta trapped dapat ditegakkan. Plasenta akreta dan adherens umumnya tidak memiliki
tanda-tanda pelepasan plasenta. Diagnosis plasenta akreta dan adherens dapat dibedakan
hanya dengan tindakan manual plasenta. Apabila seluruh plasenta dan desidua dapat
dilepaskan dengan bersih dari dinding uterus, maka diagnosis plasenta adherens dapat
ditegakkan. Pada plasenta akreta, umumnya sudah terjadi invasi ke miometrium, sehingga
plasenta akan sulit dilepaskan dari dinding uterus melalui tindakan manual plasenta.

E. Penanganan umum

Terhambatnya plasenta yang keluar dapat beresiko mengakibatkan pendarahan pada


ibu.  Apabila terjadi retensio plasenta setelah lahir, penanganan dini harus segera dilakukan.
Berikut tahap-tahap retensio plasenta yang dilakukan untuk menyelamatkan jiwa ibu dan
bayi.
1. Mencegah Hipovolemik
Syok hipovolemik terjadi akibat pendarahan akut yang terus keluar segera setelah
plasenta lepas dari dinding rahim. Maka dari itu pemberian infus cepat diberikan agar
tekanan darah, nadi, dan oksigen selau ada dalam angka stabil
2. Meningkatkan Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus harus ditingkatkan agar plasenta lebih cepat keluar berkat bantuan
kontraksi uterus. Dokter akan memberikan oksitosin (35 unit syntocinon) yang
bersamaan dengan cairan infus.
3. Persiapan transfusi

7
Transfusi darah disiapkan apabila timbul pendarahan kronis yang membutuhkan
transfusi darah segera guna melancarkan pengeluaran plasenta tanpa membahayakan
jiwa ibu.
4. Manual Plasenta
Metode manual plasenta dilakukan dengan melepaskan plasenta secara manual dengan
bantuan tangan sedangkan tahan lain menahan dinding rahim dari luar. Syarat yang
perlu diperhatikan sebelum melakukan plasenta manual adalah bayi sudah lahir
sepenuhnya, pendarahan kurang dari 400 cc, dan plasenta tertahan di dalam uterus lebih
dari 30 menit.
5. Kuret
Kuretase atau kuret dilakukan setelah plasenta keluar seutuhnya oleh bantuan tangan
atau masih ada jaringan sisa plasenta yang belum keluar seluruhnya. Kuretase dilakukan
di rumah sakit oleh dokter spesialis kandungan yang berpengalaman. Kesalahan dalam
kuretase malah dapat beresiko merusak dinding rahim yang tipis dan dapat memicu
pendarahan kembali dari rahim
6. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik bagi ibu bertujuan untuk mencegah infeksi paska persalinan dan
paska penanganan retensio plasenta.
7. Histerektomi
Operasi ini bertujuan untuk melakukan pengangkatan plasenta pada dinding rahim yang
kemungkinan berakibat pada pengangkatan rahim sehingga ibu tidak bisa hamil lagi.

F. Penanganan Retensio Plasenta dengan Manual Plasenta


1. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan.
2. Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan kateterisasi kandung
kemih.
3. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM. Jika belum dilakukan pada
penanganan aktif kala III.
4. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa
berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali.

8
5. Jika penarikan tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk melakukakan
pengeluaran plasenta secara manual.
 Pasang sarung tangan DTT.
 Jepit tali pusat dengan kokher dan tegangkan sejajar lantai.
 Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri bagian bawah tali pusat,
seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 2.2 Memasukkan tangan menyusuri tali
puasat (Saifuddin AB, 2002 : P-42)

 Tangan sebelah menyusuri tali pusat masuk ke dalam kavum uteri, sementara itu
tangan yang sebelah lagi menahan fundus uteri, sekaligus untuk mencegah inversio
uteri. Gambar 2.3 Menahan fundus sewaktu melepas plasenta (Saifuddin AB,
2002 :P-43)

 Dengan bagian lateral jari-jari tangan mencari insersi pinggir plasenta.


 Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam, jari-jari dirapatkan.
 Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.
 Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua
permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

9
 Jika plasenta dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta akreta,
dan siapkan laparotomi untuk histerektomi supravaginal.
 Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta. Gambar 2.4 Mengeluarkan
tangan dari uterus (Saifuddin A.B, 2002 :P-43)

 Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus saat plasenta


dikeluarkan.
 Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada
dinding uterus.
 Beri oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) 60
tetes/menit dan masase uterus untuk merangsang kontraksi.

10
G. Tanda dan Gejala Retensio Plasenta
Menurut (Saiffudin AB, 2001 ; h.178) ada beberapa tanda dan gejala dari retension
plasenta antara lain :

1. Tanda dan gejala yang selalu ada :


a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit
b. Perdarahan segera
c. Kontraksi uterus baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang
2. Tanda dan gejala yang kadang – kadang ada :
a. Tali pusat putus akibat tarikan yang berlebihan
b. Inversion uterus akibat tarikan
c. Perdarahan lanjutan

H. Komplikasi Retensio Plasenta


Retensi plasenta menyebabkan pembuluh darah yang melekat pada plasenta terus
mengalirkan darah. Selain itu, rahim tidak dapat menutup sempurna, sehingga tidak bisa
menghentikan perdarahan. Bila plasenta tidak keluar hingga 30 menit setelah persalinan,
akan terjadi perdarahan yang signifikan dan dapat mengancam nyawa pasien.
Komplikasi yang terjadi pada retention plasenta menurut (Manuba IGB, 1998: 302-3)
sebagai berikut :
1. Terjadi Perforasi Uterus
Perforasi uterus adalah komplikasi potensial dari setiap prosedur intrauterin . Ini
mungkin terkait dengan cedera pada pembuluh darah di sekitarnya atau visera
seperti kandung kemih atau usus . Jika tidak didiagnosis pada saat prosedur, kadang-
kadang dapat menyebabkan perdarahan masif atau sepsis
2. Terjadi Infeksi
Infeksi penatalaksanaan retensio plasenta dengan manual plasenta meningkatkan risiko
terjadinya endometritis.
3. Terjadi Perdarahan Karena Atonia Uteri
Retensio plasenta menyebabkan pembuluh darah yang melekat pada plasenta terus
mengalirkan darah. Selain itu, rahim tidak dapat menutup sempurna, sehingga tidak

11
bisa menghentikan perdarahan. Bila plasenta tidak keluar hingga 30 menit setelah
persalinan, akan terjadi perdarahan yang signifikan dan dapat mengancam nyawa
pasien. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endler et al menyatakan bahwa
retensio plasenta berhubungan dengan kehilangan darah sebesar ≥500 ml.

I. Pencegahan pada Retentio Placenta


Meski retensi plasenta merupakan kondisi serius yang dapat disebabkan dan dipicu
oleh berbagai hal, beberapa cara berikut dapat dilakukan untuk mencegah ataupun
mengantisipasi komplikasi yang mungkin ditimbulkan.
1. Menghindari Faktor Risiko
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah retensi plasenta adalah sebisa
mungkin menghindari faktor-faktor risiko yang dapat memicunya. Beberapa hal terkait
kehamilan yang dapat menjadi faktor risiko retensi plasenta adalah sebagai berikut:
a. Hamil saat berusia di atas 30 tahun.
b. Melahirkan di bawah usia kehamilan 34 minggu (kelahiran prematur).
c. Mengalami proses persalinan kala 1 atau kala 2 yang terlalu lama.
d. Persalinan dengan janin mati dalam kandungan
2. Pemberian Obat-Obatan
Obat-obatan seperti oksitosin diperlukan untuk merangsang kontraksi rahim dan
mengeluarkan plasenta. Pemberian obat-obatan ini dilakukan dokter sebagai tindakan
antisipasi selama tahap atau kala 3 persalinan.
3. Menjalankan Prosedur Controlled Cord Traction (CCT)
Prosedur yang dilakukan setelah ari-ari berhasil terlepas dari rahim ini dilakukan dengan
menjepit, kemudian menarik tali pusar bayi sambil menekan perut ibu.
4. Melakukan Pijatan Ringan di Area Rahim Sesudah Bayi Lahir
Hal ini dilakukan untuk mengembalikan ukuran rahim, merangsang kontraksi, dan
membantu menghentikan perdarahan.
5. Konsumsi obat suplemen kehamilan agar kondisi kehamilan sehat sesuai harapan,
6. Konsumsi makanan bergizi mengandung kaya protein, DHA, asam folat, lemak baik,
multivitamin, dan omega-3.
7. Istirahat yang cukup, hindari stres dan mampu mengelola faktor penyebab stres.

12
8. Tangani penyakit-penyakit penyerta bila ada seperti hipertensi dan preeklampsia.
9. Periksa ke dokter kandungan secara rutin dan melakukan USG sesuai anjuran dokter.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut maka ada beberapa hal yang dapat di simpulkan yaitu
sebagai berikut. Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta tidak lahir selama dalam
waktu atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Ada dua keadaan yang menyebabkan
terjadinya retensio placenta yaitu :
1) Placenta belum lepas dari dinding rahim dikarenakan placenta tumbuh melekat lebih
dalam dan,
2) Placenta telah terlepas akan tetapi belum dapat dikeluarkan. (masih ada sisa-sisa
potongan plasenta di rahim) masalah yang terjadi akibat dari retensio plasenta adalah
perdarahan bahkan bisa berakibat syok.

B. SARAN
Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO) adalah perdarahan, semoga dalam
makalah ini dapat memberikan wawasan sehingga dapat mencegah terjadinya kematian karena
perdarahan akibat dari retensio plasenta. Penulis menyarankan agar pembaca dapat mencari
referensi lain tentang retensio plasenta pada kehamilan dan juga perdarahan untuk diaplikasikan
sehingga dapat mencegah dan menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jilid II. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/retensio-plasenta/ di akses pada


Minggu, 5 Juli 2020 pukul 07.15 WIB

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Persalinan-dan-BBL-Komprehensif.pdf diakses pada Senin, tanggal 6 Juli 2020 pukul 13.30
WIB

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/modul-bahan-ajar-tenaga-kesehatan/ diakses pada


Minggu, 05 Juli 2020 pukul 12.12 WIB

https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/retensio-plasenta/diagnosis
diakses pada Minggu, 05 Juli 2020 pukul 14.12 WIB

https://slideplayer.info/slide/13903871/ diakses pada Minggu, 05 Juli 2020 pukul 10.12 WIB

https://www.honestdocs.id/retensio-plasenta diakses pada Minggu, 05 Juli 2020 pukul 12.32


WIB

https://doktersehat.com/mengenal-retensio-plasenta-saat-plasenta-tertahan-di-dalam-perut/
diakses pada Minggu, 05 Juli 2020 pukul 12.12 WIB

https://www.alodokter.com/retensi-plasenta diakses pada Minggu, 05 Juli 2020 pukul 12.12 WIB

https://www.halodoc.com/inilah-penyebab-dan-gejala-retensio-plasenta diakses pada 5 Juli 2020


pukul 10.00 WIB
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/ diakses pada 5 Juli 2020 pukul 10.12 WIB
http://repository.unimus.ac.id/ diakses pada 5 juli 2020 pukul 10.30 WIB

https://www.popmama.com/pregnancy/third-trimester/vidya-diassuryaningrum/penyebab-cara-
mencegah-dan-penanganan-plasenta-lengket/4 diakses pada Minggu, 05 Juli 2020 pukul 12.12
WIB
15
16

Anda mungkin juga menyukai