SURYA USMAN
B.22.06.455
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak yang kurang
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi......................................................................................
B. Angka Kejadian Kasus..............................................................
C. Angka Kematian dan Kesakitan Kasus.....................................
D. Plasentasi...................................................................................
E. Mekanisme Kala III...................................................................
F. Jenis Retensio Plasenta ..........................................................
G. Etiologi......................................................................................
H. Faktor predisposisi....................................................................
I. Patogenesis................................................................................
J. Diagnosis...................................................................................
K. Penanganan...............................................................................
L. Komplikasi................................................................................
M. Pencegahan................................................................................
N. Prognosis ..................................................................................
BAB III SOAP ASKEB .........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terjadi segera setelah persalinan dan menjadi faktor penyumbang kematian ibu di
indonesia. Apabila retensio plasenta ini tidak ditangani dengan cepat dan tidak
mendapatkan perawatan medis yang tepat, Maka akan sangat berbahaya bagi
kondisi ibu, Bahkan dapat mengancam jiwa ibu bersalin. Retensio plasenta akan
semakin beresiko apabila terjadi pada multipara, grandemultiparitas dan usia ibu
yang lebih dari 35 tahun, Hal ini berhubungan dengan menurunnya kualitas dari
tempat implantasi, Selain pada usia dan paritas, Retensio plasenta juga semakin
maternal, faktor uterus dan faktor plasenta. Faktor maternal terdiri dari gravida tua
dan multiparitas, faktor uterus terdiri dari bekas section caesarea, bekas
pembedahan uterus, tidak efektifnya kontraksi uterus, bekas kuretase uterus, dan
bekas pengeluaran manual plasenta, sedangkan untuk yang faktor plasenta terdiri
dari plasenta previa, implantasi corneal, plasenta akreta dan kelainan bentuk
plasenta.
bersalin dan sangat beresiko bagi kondisi ibu yang mengalaminya. Apabila
plasenta yang tertahan didalam rahim tidak juga dikeluarkan, Maka pembuluh
1
darah tempat melekatnya organ tersebut akan terus mengalami perdarahan. Rahim
juga tidak dapat menutup dengan sempurna, Sehingga sulit untuk menghentikan
kehilangan banyak darah, bahkan mungkin disertai dengan infeksi. Saat ini belum
ada tindakan yang benarbenar bisa dilakukan untuk mencegah plasenta yang
tertinggal didalam rahim. Apalagi jika ibu pernah mengalami hal sebelumnya,
bersalin, yaitu melalui pendidikan kesehatan, asuhan yang diberikan, dan deteksi
yang dapat bidan terapkan yaitu dengan menerapkan model asuhan kebidanan
yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita
dan bidan, Tujuan COC yaitu untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
5. Untuk mengetahui mekanisme kala III retensio plasenta
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
pelepasan plasenta disertai sedikit perdarahan (kira-kira 100 – 200 cc). Bila
plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim, maka uterus akan
belum mendapat jawaban yang pasti adalah berapa lama waktu berlalu pada
Bidang obstetri secara tradisional membuat batas-batas durasi kala tiga secara
plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros (1991) meneliti 12.275 persalinan
pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala tiga adalah 6 menit, dan
3,3 persen berlangsung lebih dari 30 menit. Jadi istilah retensio plasenta
Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa AKI di Jawa Barat tahun 2018
yaitu 700 kasus. Penyebab terbanyak kematian ibu di Jawa barat adalah Hipertensi
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan laserasi jalan lahir 26 % kasus dan
4
infeksi 5 % kasus, gangguan darah 17 % kasus, gangguan metabolik 1 % kasus
Tasikmalaya, Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2019 yaitu 45 kasus. Penyebab
(4,4%) dan gangguan sistem peredaran darah 8 kasus (17,7%) dan lain-lain ada 6
kasus (13,3%).
persalinan pada tahun 2017. AKI di negara berpenghasilan rendah pada tahun
2017 adalah 462 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan 11 per 100.000
(SDG) memiliki target baru untuk mempercepat penurunan kematian ibu pada
tahun 2030 yaitu mengurangi AKI global menjadi kurang dari 70 per 100.000
kelahiran, bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya
adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Data The ASEAN Secretariat di beberapa
negara ASEAN tahun 2015 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia menduduki angka tertinggi nomor dua setelah Laos. AKI di Indonesia
tahun 2015 yaitu 305/100.000 kelahiran hidup, Laos 357/100.000 kelahiran hidup,
5
Brunei Darussalam 60/100.000 kelahiran hidup, Thailand 25/100.000 kelahiran
hidup.
salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk menilai derajat
Development Goals (SDGs). Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada
tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan AKI di Indonesia sebesar
305 per 100.000 kelahiran hidup. Perdarahan yang disebabkan oleh rentensio
plasenta merupakan penyebab kematian nomor satu (40% - 60%) kematian ibu
melahirkan di Indonesia.
postpartum primer yaitu perdarahan yang terjadi 24 jam pertama salah satu
pada 2% dari semua kelahiran hidup dengan angka kematian hampir mencapai
10% di daerah pedesaan. Menurut studi lain, insidensi dari retensio plasenta
6
berkisar antara 1-2 % dari kelahiran hidup. Pada studi tersebut retensio plasenta
lebih sering muncul pada pasien yang lebih muda dengan multiparitas.
hingga 1 dari 7000 persalinan. Plasenta akreta meliputi 80% dari keseluruhan
ini meningkat tajam dalam dua dekade terakhir, sejalan dengan angka seksio
cesarean.
D. Plasentasi
adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell
ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.
Nidasi (implantasi) diatur oleh suatu proses yang kompleks antara trofoblas dan
yakni:
7
2. Vili – sel sitotrofoblas berproliferasi dan bergabung membentuk sel
janin.
yaitu trophouteronectin.
Endometrium atau sel desidua dimana terjadi nidasi menjadi pucat dan
oleh sel trofoblas. Reaksi desidua ini agaknya merupakan proses untuk
juga sel-sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel ini
ini.
8
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai dan
hasil konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke arteri spiralis pada
nidasi) telah terjadi invasi terhadap 40-60 arteri spiralis di daerah desidua basalis
yaitu ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh darah yang dihancurkan.
korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta.
Plasenta berbentuk bundar atau oval; ukuran diameter 15-20 cm, tebal 2-3
cm, berat 500-600 gram. Biasanya plasenta atau uri akan berbentuk lengkap pada
rongga rahim. Letak plasenta yang normal umumnya pada corpus uteri bagian
depan atau belakang agak kearah fundus uteri. Plasenta normal menanamkan diri
1) Bagian janin (fetal portion). Bagian janin terdiri dari korion frondosum dan
- Vili korialis
berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua basalis. Pada sistole, darah
9
dipompa dengan tekanan 70-80 mmHg kedalam ruang interviler sampai
- Pada bagian permukaan janin uri diliputi oleh amnion yang licin, dibawah
lapisan amnion ini berjalan cabang-cabang pembuluh darah tali pusat. Tali
terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah). Desidua basalis
pada uri yang matang disebut lempeng korionik (basal) dimana sirkulasi utero-
3) Tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan janin.
Panjangnya rata-rata 50-55 cm, sebesar jari (diameter 1- 2.5 cm), strukturnya
terdiri atas 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis serta jelly wharton.
10
Gambar 2.2 Struktur plasenta
darah dari ibu ke janin dan pembuangan limbah metabolisme ke sirkulasi ibu.
a. Nutrisasi, yakni alat pemberi makanan pada janin yang berasal dari sekitar
plasenta
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Lama kala tiga pada persalinan normal
ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Segera setelah bayi lahir, tinggi fundus
uteri dan konsistensinya hendaknya dipastikan. Selama uterus tetap kencang dan
tidak ada perdarahan yang luar biasa, menunggu dengan waspada sampai plasenta
11
terlepas biasa dilakukan. Jangan lakukan masase; tangan hanya diletakkan di atas
fundus untuk memastikan bahwa organ tersebut tidak menjadi atonik dan terisi
1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas dari plasenta,
Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan, rongga uterus berupa suatu
massa otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa sentimeter di atas segmen
bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang terletak di bawah batas ketinggian
umbilikus. Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini selalu disertai dengan
yang paling lemah- lapisan spongiosa, atau desidua spongiosa- mengalah, dan
12
Pemisahan plasenta amat dipermudah oleh sifat struktur desidua spongiosa
plasenta yang sedang terpisah dan desidua yang tersisa (hematoma retroplasenta).
- Setelah bayi lahir, klem tali pusat mendekati vulva. Palpasi uterus
dengan satu tangan, dan jari tangan lainnya pada abdomen, dan tekan
- Setelah fundus terangkat, lakukan traksi lembut pada tali pusat, dan
13
Gambar 2.3 Teknik Brandt-Andrews
diperlukan untuk mencegah membran supaya tidak terputus dan tertinggal. Jika
membran mulai robek, pegang robekan dengan klem dan tarik perlahan.
1) Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
14
3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miometrium.
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. Plasenta sudah lepas tetapi belum
plasenta keluar.
Bila plasenta belum lepas sama sekali maka tidak akan terjadi perdarahan,
tapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan dan ini
tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh karena itu keduanya
harus dikosongkan.
G. Etiologi
1. Fungsional
15
bawah rahim (ostium uteri) akibat kesalahan penanganan kala III, yang
2. Patologi-anatomi
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh
dan Nitabuch layer. Pada jenis ini plasenta melekat langsung pada
miometrium.
perimetrium.
melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika
hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding
rahim. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan perkreta jarang terjadi.
16
Gambar 2.4 Jenis-jenis perlengketan plasenta
H. Faktor predisposisi
rahim (plasenta previa), di atas jaringan parut SC atau insisi uterus lainnya;
atau setelah kuretase uterus dan multiparitas, kelahiran preterm, serta induksi
I. Patogenesis
jelas, tetapi tampaknya cukup sering disebabkan oleh kontraksi uterus yang
17
tidak adekuat. Penyebab dari disfungsi kontraksi ini belum diketahui pasti.
Kecuali pada fibroid uterus, dimana sumber distensi uterus tidak dapat
adekuat muncul. Namun, uterus tidak harus mengalami distensi selama kala
kelahiran bayi, dan dengan demikian keduanya menjadi faktor risiko lain
baik karena penetrasi berlebihan dari trofoblas maupun desidua basalis yang
sedikit (tipis) atau tidak ada sama sekali dan kelainan perkembangan lapisan
fibrinoid (lapisan Nitabuch) secara parsial atau total, sehingga tidak terdapat
atau lebih kotiledon melekat erat ke desidua basalis yang cacat atau bahkan
implantasi segmen bawah rahim, murni terjadi karena otot segmen bawah
rahim tidak memadai untuk berkontraksi. Dalam kasus plasenta previa dan
plasenta akreta, segmen bawah rahim terlihat lebih tipis dari lapisan normal.
18
Peneliti berhipotesis bahwa sifat kontraktil otot segmen bawah rahim, yang
sudah lebih kecil dari segmen atas, selanjutnya diturunkan oleh kehadiran
plasenta. Ini berarti bahwa implantasi sendiri memiliki efek buruk pada
miometrium segmen bawah. Selain itu, ada bukti yang bersifat anekdot yang
desidua yang sedikit (tipis), termasuk implantasi pada bekas luka dan
Patofisiologi retensio plasenta ini juga bisa berarti plasenta telah terpisah
akan tetapi masih tertinggal akibat ketegangan tali plasenta atau leher rahim
yang tertutup. Faktor ini dapat muncul akibat kesalahan penanganan kala III
J. Diagnosis
1. Gejala Klinis
19
Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda Lain Diagnosa Kerja
lahir Menggigil
Uterus berkontraksi
dan keras
Plasenta lengkap
20
Perdarahan segera
massa
lahir)
Perdarahan sekunder
Lokhia mukopurulen
dan berbau
21
Perdarahan Sedang- banyak Sedang Sedikit/ tidak ada
plasenta
pusat
2. Pemeriksaan pervaginam
servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. Pada
pemeriksaan plasenta yang lahir menunjukkan bahwa ada bagian tidak ada atau
3. Pemeriksaan Penunjang
b. USG
22
perkreta vena-vena subplasenta terlihat berada di bagian dinding kandung
kemih.
Cox dkk. (1988) melaporkan satu kasus plasenta previa dengan plasenta
c. MRI
mudah ditegakkan jika tidak ada pendataran antara plasenta atau bagian
d. Histologi
plasenta akreta tidak dapat ditegakkan hanya dari plasenta saja melainkan
K. Penanganan
23
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan
Juga kalau perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbekken, sebaiknya
meskipun kala III belum lewat setengah jam. Plasenta mungkin pula tidak
keluar karena kandung kemih atau rektum penuh, karena itu keduanya harus
dikosongkan.
dengan ekspresi. Syaratnya yaitu uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria
kosong
Pelaksanaan :
24
Gambar 2.5 Perasat Crede
2. Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu
jari terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada
fundus dan permukaan belakang. Bila ibu gemuk hal ini tidak dapat
ke arah jalan lahir. Gerakan jari-jari seperti memeras jeruk. Perasat Crede’
25
tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak dilakukan pada uterus yang
manual.
plasenta dan perdarahan banyak pada kala III yang tidak dapat dihentikan
dengan uterotonika dan masase, suspek ruptur uterus, dan retensi sisa
plasenta
Pelaksanaan :
26
a. Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam narkosis,
memakai sarung tangan dan disinfeksi tangan dan vulva, termasuk daerah
terus ke lokasi plasenta; tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar tidak
c. Supaya tali pusat mudah teraba, dapat diregangkan oleh asisten. Setelah
plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk menentukan
sudah terlepas dan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan
dikeluarkan.
27
bimanual uterus dan disuntikkan ergometrin 0,2 mg IM atau IV sampai
kontraksi uterus baik. Pada retensio plasenta, risiko atonia uteri tinggi oleh
lingkaran konstriksi, yang hanya dapat dilalui dengan dilatasi oleh tangan
plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar dilepaskan
5. Kuretase
6. Tindakan bedah
yang akan berakhir dengan histerktomi. Pada kasus plasenta akreta kompleta,
28
tindakan terbaik ialah histerektomi. Jika perlengketan tidak terdiagnosis
terjadi resorpsi spontan dari plasenta setelah 6 bulan embolisasi arteri uterina.
daerah invasi ketika sebagian plasenta dilepaskan karena tidak adanya ligasi
kasus ini ditemukan saat operasi caesar maka hemostasis dapat dicapai
melalui jahitan pada miometrium, atau melalui ligasi arteri uterina maupun
29
7. Bila perdarahan banyak berikan transfusi darah
8. Terapi konservatif
dan USG dan atau MRI), kasus dibahas dalam pertemuan obstetrik harian
dan terapi konservatif disarankan kepada pasien. Pada kasus ini tindakan
10 hari.
30
dibiarkan in situ jika tidak ada perdarahan. Kadar β-HCG diperiksa dan
dapat digunakan pada situasi ini. Dalam penelitian lain mengemukakan bahwa
4 minggu.
Dosis dan cara IV : 20 IU dalam 1 L IM atau IV (lambat) : Oral atau rektal 400
IM : 10 IU
dengan 40 tetes/menit
Dosis maksimal Tidak lebih dari 3 L larutan Total 1 mg atau 5 Total 1200 μg atau
Retensio plasenta
Penanganan umum :
Infus transfusi darah
Pertimbangkan untuk rujuk RSU C
31
L. Komplikasi
32
Plasenta yang terlalu melekat, walaupun jarang dijumpai, memiliki makna
klinis yang cukup penting karena morbiditas dan, kadang - kadang mortalitas
a. Perforasi uterus
b. Infeksi
c. Inversio uteri
d. Syok (hipovolemik)
e. Perdarahan postpartum
f. Subinvolution
g. Histerektomi
M. Pencegahan
segera setelah bayi lahir ( untuk mencegah retensio plasenta dapat disuntikkan
0,2 mg methergin i.v. atau 10 IU pitosin i.m. waktu bahu bayi lahir ), dan
1. Menyuntikkan oksitosin
10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).
33
Jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi
- Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di
atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus
kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan yang lain
pusat terkendali.
tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri
dilahirkan.
tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk
34
diletakkan dalam wadah secara lembut, lalu lahirkan selaput ketuban
secara perlahan.
- Letakkan telapak tangan pada fundus uteri, anjurkan ibu untuk menarik
N. Prognosis
sangat penting.
35
BAB III
Ibu mengatakan tidak merasa mulas, ibu khawatir plasentanya belum juga
lahir
2. Kesadaran : composmentis
3. Pemeriksaan fisik
C. ANALISA (A)
D. PENATALAKSANAAN
36
5. Memberikan analgetik kaltrofen supp 100 mg. Analgetik sudah diberikan.
dekontaminasi.
10. Inform consent untuk tindakan yang akan dilakukan kepada ibu. Ibu
bersedia.
11. Melakukan manual plasenta. Membilas vagina ibu dan tangan yang akan
bagian bawah tali pusat. Tangan kiri menahan fundus uteri dan tangan kanan
berada di dalam menyusuri tali pusat hingga ke kavum uteri hingga mencapai
tangan dalam ke kiri dan kanan sambil bergeser dengan menggunakan sisi
dahulu lalu memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada
plasenta.
37
13. Mengecek kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap. kotiledon lengkap,
15. Memeriksa robekan jalan lahir. Terdapat robekan pada mukosa vagina, otot
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
belum lahir ½ jam sesudah anak lahir. Retensio plasenta kemungkinan terjadi
karena plasenta terperangkap oleh cervix yang menutup sebagian atau karena
plasenta masih melekat pada dinding uterus serta penyebab trsering yaitu
baik karena penetrasi berlebihan dari trofoblas maupun desidua basalis yang
sedikit (tipis) atau tidak ada sama sekali dan kelainan perkembangan lapisan
fibrinoid (lapisan Nitabuch) secara parsial atau total, sehingga tidak terdapat
atau lebih kotiledon melekat erat ke desidua basalis yang cacat atau bahkan ke
miometrium. Patofisiologi retensio plasenta ini juga bisa berarti plasenta telah
terpisah akan tetapi masih tertinggal akibat ketegangan tali plasenta atau leher
rahim yang tertutup. Faktor ini dapat muncul akibat kesalahan penanganan
39
dan histerektomi), terapi konservatif, transfusi darah, serta pemberian
segera setelah bayi lahir dan melakukan manajemen aktif kala III.
sangat penting.
B. Saran
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran plasenta (kala III) cukup
40
DAFTAR PUSTAKA
Mayo Clinic. Pregnancy week by week ; Placenta: How it works, what's normal.
Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER); 2019. dari
http://www.mayoclinic.com/health/placenta/MY01945
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LG, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Volume 1 Edisi 21. Jakarta: EGC; 2018.
Weeks AD. The Retained Placenta. USA: National Center for Biotechnology
Information, U.S. National Library of Medicine from African Health Sciences
Makerere Medical School; 2019. dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2704447/
Memon SR, Talpur NN, Korejo RK. Rawal Medical Journal Volume 36 Number
4 : Outcome of Patients Presenting With Retained Placenta. Pakistan:
Departemen of Obstetrics and Ginecology; 2020. dari
www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=12733
41
Mayo Clinic. Placenta Accreta. Mayo Foundation for Medical Education and
Research (MFMER); 2018.
Saifuddin, A. B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G., H., Waspodo, G. (ed), 2019,
Perdarahan Setelah Bayi Lahir dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR – POGI bekerjasama
dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
42