DISUSUN OLEH:
ICHA NASYWA NATHANIA (P07124120013)
SALSABILA ZUHRA (P07124120025)
SAUFA FAHIRA (P07124120026)
Laporan ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh di Poli Kebidanan pada tanggal
18 Januari-14 Februari 2023 dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Dengan Plasenta Akreta Di Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh”
Preseptor Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur Kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul
“ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DENGAN PLASENTA AKRETA
DI POLI KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH ”.
Laporan ini kami susun berdasarkan data yang kami dapatkan selama Praktik
Lapangan di Poli Kebidanan. Dalam menyusun laporan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Pembimbing dan Preseptor yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mengucapkan terima kasih
banyak kepada dosen pembimbing dan preseptor. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi kami dan mahasiswa dimasa yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang
didalam rahimnya terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat
masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari
ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi
43 minggu. Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan
normal juga dapat berubah menjadi kehamilan patologis Patologi pada
kehamilan merupakan suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang
menyertai ibu saat kondisi hamil (Kemenkes RI, 2018).
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan
akut yang dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan
kematian. Sebanyak 50% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada
awal kehamilan dan kehamilan lanjut. Hal ini tentu akan menimbulkan
ketidak berdayaan dari wanita sehingga ditinjau dari suatu kesehatan akan
sangat ditanggulangi untuk meningkatkan keberdayaan seorang wanita. Ada
beberapa keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan pada awal kehamilan
seperti imlantasi ovum, karsinoma servik, abortus, mola hidatidosa, dan
kehamilan ektopik. Sedangkan pada kehamilan lanjut perdarahan bisa terjadi
berupa sulosio plasenta, plasenta previa dan plasenta akreta.
Penyebab kematian terbesar ibu di Indonesia adalah karena adanya
komplikasi dalam kahamilan, salah satu komplikasi tersebut yaitu perdarahan
pada hamil lanjut yang disebabkan oleh plasenta akreta. Kehamilan yang
berulang umur ibu < 20 dan > 35 tahun,paritas jarak kehamilan, pekerjaan,
beresiko 2 kali mengalami plasenta akreta. Plasenta akreta lebih sering terjadi
pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali
melahirkan (Primipara). semakin tua umur ibu kemungkinan untuk
v
mendapatkan plasenta akreta semakin besar. pada ibu yang melahirkan pada
usia > 35 tahun beresiko untuk terjadinya plasenta akreta (Nugroho, 2017 ).
Plasenta akreta adalah invasi dari trofoblas yang abnormal baik itu
sebagian maupun keseluruhan dari plasenta yang masuk ke dalam lapisan
miometrium di dinding rahim. Proses implantasi yang abnormal plasenta pada
dinding rahim merupakan suatu komplikasi kehamilan sebesar 0,9%. Faktor
risiko terjadinya plasenta akreta adalah adanya plasenta previa dan riwayat
pembedahan rahim sebelumnya, seperti persalinan secara sesar. Insiden
plasenta akreta meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah persalinan
secara sesar. Insidensi terjadinya plasenta akreta pada pasien dengan plasenta
previa adalah sebesar 25-50%. Plasenta akreta menyebabkan 7-10% dari
kasus kematian ibu di dunia. Pasien dengan riwayat seksio sesarea dan operasi
intrauterin lainnya merupakan faktor risiko yang paling umum untuk
terjadinya plasenta akreta. Management terhadap pasien dengan plasenta
akreta adalah histerektomi (Qatrunnada, 2018).
Terdapat beberapa faktor risiko plasenta akreta, seperti riwayat SC,
plasenta previa, in vitro fertilization (IVF), usia, paritas, riwayat kuretase,
riwayat operasi uterus lainnya seperti miomektomi, merokok, Asherman’s
syndrome, dan hipertensi. Penegakkan diagnosis dapat dilakukan melalui
pemeriksaan ultrasonography (USG) dengan sensitivitas 77−87% dan
spesifisitas 96−98%. Placenta Accreta Index (PAI) merupakan sebuah
prediktor untuk memperkirakan probabilitas terjadinya plasenta akreta dengan
parameter pemeriksaan USG, yaitu riwayat SC ≥2 kali, lakuna, ketebalan
miometrium, plasenta previa anterior, dan bridging vessels. Semakin tinggi
skor PAI, maka semakin tinggi kemungkinan ibu mengalami plasenta akreta
(Qatrunnada, 2018).
Di indonesia diketahui prevelensi persalinan sectio caesarea
berdasarkan kemenkes RI 2019 mencapai 23 % dari keseluruhan total
vi
persalinan yaitu sekitar 927.000 dari 4.030.000 persalinan dan menyebabkan
angka peningkatan pada resiko terjadinya plasenta akreta.
Angka kejadian plasenta akreta terus meningkat di Indonesia sejak
tahun 2016 yaitu 2% dan akan terus meningkat, hal ini berdampak pada
peningkatan angka kematian dan kesakitan ibu hamil di Indonesia. Sementara
Provinsi Aceh sendiri belum memiliki data yang cukup signifikan untuk
prevalensi plasenta akreta. RSUD Dr Zainoel Abidin memperoleh data survei
awal kejadian Plasenta akreta sebanyak 36 kasus pada tahun 2018 sampai
April 2020 (Yeni et al., 2022)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasentan
akreta di poli kebidanan RSUDZA.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan data subjektif pada ibu Ny. S dengan
kehamilan plasenta akreta.
vii
b. Mampu mengumpulkan data objektif pada Ny. S dengan kehamilan
plasenta akreta.
c. Mampu menegakkan analisa pada Ny. S dengan kehamilan plasenta
akreta.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny. S dengan kehamilan
plasenta akreta.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu hamil dengan
plasenta akreta sesuai ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan
kebidanan.
2. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai masukan dalam memberikan pelayanan ANC (Antenatal Care)
pada ibu hamil dengan Plasenta Akreta Di Poli Kebidanan RSUZA.
3. Bagi pasien/klien
Dapat memahami tentang kehamilan yang dialaminya dan mampu
mengenali tanda tanda bahaya yang dijelaskan oleh petugas kesehatan atau
bidan.
viii
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KEHAMILAN
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses yang fisiologis dan alamiah,
dimana setiap perempuan yang memiliki organ reproduksi sehat, telah
mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang
pria yang sehat maka besar kemungkinan akan mengalami. Kehamilan
juga dikenal sebagai gravida atau gestasi adalah waktu dimana satu atau
lebih bayi berkembang di dalam diri seorang wanita. Kehamilan dapat
terjadi melalui hubungan seksual atau teknologi reproduksi bantuan (Leny,
2021).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Pada keadaan normal, ibu hamil akan
melahirkan pada saat bayi telah aterm (mampu hidup diluar rahim) yaitu
saat usia kehamilan 37-42 minggu, tetapi kadang-kadang kehamilan justru
berakhir sebelum janin mencapai aterm. Kehamilan dapat pula melewati
batas waktu yang normal lewat dari 42 minggu (Leny, 2021).
ix
pertama dapat dibagi lagi menjadi periode embrionik dan janin.
Periode embrio dimulai pada saat pembuahan (usia perkembangan)
atau pada usia kehamilan 2 sampai 10 minggu. Periode embrionik
adalah tahap di mana organogenesis terjadi dan periode waktu di mana
embrio paling sensitif terhadap teratogen. Akhir periode embrionik
dan awal periode janin terjadi 8 minggu setelah pembuahan (usia
perkembangan) atau 10 minggu setelah dimulainya periode menstruasi
terakhir.
b. Trimester Dua (13-28 minggu)
Trimester kedua adalah dari minggu ke-13 hingga ke- 28. Sekitar
pertengahan trimester kedua, pergerakan janin bisa terasa. Pada
minggu ke-28, lebih dari 90% bayi dapat bertahan hidup di luar rahim
jika diberikan perawatan medis berkualitas tinggi. Pada akhir trimester
dua janin dapat bernapas, menelan dan mengatur suhu, surfactan
terbentuk didalam paru paru, mata mulai membuka dan menutup, dan
ukuran janin 2/3 pada saat lahir.
c. Trimester Tiga (29-40 minggu)
Trimester ketiga adalah dari 29 minggu sampai kira- kira 40 minggu
dan diakhiri dengan bayi lahir. Pada trimester tiga seluruh uterus terisi
oleh bayi sehingga tidak bebas bergerak/berputar banyak. Simpanan
lemak cokelat berkembang dibawah kulit untuk persiapan pemisahan
bayi setelah lahir, antibody ibu ditransfer ke janin, janin mulai
menyimpan zat besi, kalsium, dan fosfor. Sementara ibu merasakan
ketidaknyamanan seperti sering buang air kecil, kaki bengkak, sakit
punggung dan susah tidur. Braxton hick meningkat karena serviks dan
segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan. (Leny, 2021).
x
Tanda dan gejala kehamilan menurut Manuaba (2013), yaitu
sebagai berikut:
xi
a)Tanda Hegar yaitu perubahan pada isthmus uteri (Rahim)
menjadi lebih panjang dan lunak sehingga seolah-olah kedua jari
dapat saling bersentuhan. (Romauli, 2011)
b) Tanda Chadwicks yaitu peningkatan aliran darah ke uterus dan
limfe akan menyebabkan odema serta kongesti panggul, sehingga
uterus dan serviks, termasuk isthmus akan menjadi lunak dan
seviks akan menjadi kebiruan. (Astuti dkk, 2017)
c) Tanda Piscaseck yaitu pembesaran pada uterus yang tidak
merata sehingga dapat terlihat dan menonjol. Kondisi ini membuat
bagian uterus dalam keadaan hamil tumbuh lebih cepat pada
tempat implantasinya. (Manuaba, 2013)
3) Kontraksi Braxton Hicks yaitu kontraksi yang bersifat tidak teratur
dan tidak menimbulkan nyeri, hal ini dikarenakan adanya
peregangan sel otot uterus serta peningkatan kadar aktomiosin
dalam sel otot. (Astuti dkk, 2017)
4) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
c. Tanda Pasti Hamil
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Terlihat, teraba gerakan dan bagian-bagian janin
3) Denyut Jantung Janin Dapat didengar dengan stetoskop laenec, alat
kardiotografi, alat Doppler dan dilihat dengan ultrasonografi.
(Marmi, 2014)
xii
Menurut (Catur et al., 2021) dalam bukunya menjelaskan tanda
bahaya yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil dan kader Kesehatan yaitu
diantaranya :
a. Tanda – tanda Dini Bahaya Komplikasi Ibu dan janin Masa Kehamilan
Muda
1) Perdarahan pervaginam
Sekitar 20-40% wanita hamil akan mengalami perdarahan pervaginam
pada trimester pertama. Penyebab utamanya adalah keguguran dan
kehamilan ektopik seringkali tidak terjadi perdarahan, namun
ditemukan nyeri pada perut bagian bawah. Penyakit tofoblastik
gestasional juga perlu dipertimbangkan sebagai salah satu penyebab
perdarahan pada kehamilan usia mua, terutama jika ditemukan serum
HCG yang tinggi dan hasil pemeriksaan USG yang mencurigakan.
Anamnesa dan pemeriksaan usia kehamilan sangat penting. Jika
mengalami perdarahan pada trimester awal kehamilan segera bawa ibu
ke puskesmas, bidan atau dokter terdekat didampingi suami dan
keluarga.
2) Mual muntah berlebihan
Pada trimester pertama kehamilan merupakan hal yang normal jika
terjadi mual dan muntah yang disebut dengan morning sickness.
Sebagian besar wanita mengalami hal tersebut. Namun, jika mual dan
muntah intensitassnya melebihi mual dan muntah normal,
menyebabkan penderitaan bagi ibu atau mengakibatkan dehidrasi,
penurunan berat badan dan ketonemia, maka hal ini sudah tergolong
hyperemesis gravidarum:
a) Muntah hebat
b) Nafsu makan berkurang
c) Asupan makanan buruk
xiii
d) Penurunan berat badan
e) Dehidrasi
f) Ketidakseimbangan elektrolit
g) Respon yang berlebihan terhadap masalah psikososial yang
mendasar
b. Tanda – tanda Dini Bahaya/Komplikasi Ibu dan Janin Masa kehamilan
Lanjut
1) Penglihatan kabur
Penglihatan kabur yaitu masalah visual yang mengidentifikasikan
keadaan yang mengancam jiwa, adanya perubahan visual
(penglihatan) yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau
bayangan. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit
kepala yang hebat dan mungkin suatu tanda dari preeklampsia.
2) Bengkak pada wajah dan jari-jari tangan
Edema ialah penimbuhan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan
serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema pretibial yang
ringan ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak seberapa
penting untuk penentuan diagnosis preeklamsia. Selain itu, kenaikan
BB ½ kg setiap minggunya dalam kehamilan masih dianggap normal,
tetapi bila kenaikan 1 kg semminggu beberapa kali maka perlu
kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia.
3) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3. Cairan
pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak berupa perdarahan
banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis penyebab
terbesar persalinan premature adalah ketuban pecah sebelum
waktunya. Insidensi ketuban pecah dini 10% mendekati dari semua
persalinan dan 4% pada kehamilan kurang 34 mg.
xiv
4) Gerakan janin tidak teraba
Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia
kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan
melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru
pertama kali hamil). Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan
dalam 12 jam). Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring/beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
5) Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan adalah
tidak normal. Nyeri abdomen yang mengidintifikasi mengancam jiwa
adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat,
kadang-kadang dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir
5. Prognosis Kehamilan
Prognosis berarti meramalkan, memprediksi, atau memperkirakan
kemungkinan/resiko seseorang mengembangkan keadaan kesehatan
tertentu selama waktu tertentu, berdasarkan profil klinis dan non klinisnya.
Prognosis pada kehamilan yaitu prediksi pejalanan kehamilan,
penatalaksanaan, sampai hasil persalinan yang ditentukan dari kondisi ibu
dan janin. Prognosis mengikuti hasil diagnosa, dan tergantung pada
penanganannya. Bila diagnosis dibuat awal dan dilakukan penanganan
yang memadai maka hasilnya akan baik. Sebagai contoh: prognosis pada
kehamilan ektopik, dengan diagnosis yang dini dan tatalaksana yang tepat,
umumnya baik. Kehamilan normal dengan kondisi ibu dan janin baik
maka prognosisnya akan baik juga(Leny, 2021).
6. Diagnosis Kehamilan
xv
Cara yang dapat dilakukan untuk menegakkan keadaan seseorang
dalam kondisi hamil meliputi kehamilan, kondisi janin dan masalah yang
menyertai kehamilannya adalah diagnose kehamilan. Bidan dapat
menegakkan diagnosa kehamilan dengan melihat tanda gejala kehamilan,
pemeriksaan hormonal dan pemeriksaan penujang lain (Leny, 2021).
B. PLASENTA AKRETA
1. Pengertian Plasenta Akreta
xvi
2. Patofisiologi
xvii
kaitannya dengan plasenta previa, yang merupakan faktor risiko terkuat
untuk plasenta akreta. Meskipun jarang, presentasi berpotensi bencana
adalah bahwa sakit perut akut dan sion hipotensi karena syok hipovolemik
dari rahim pecah detikondary ke plasenta percreta. Skenario kritis ini
dapat terjadi kapan saja selama kehamilan dari trimester pertama yang
penuh-kehamilan istilah dalam ketiadaan tenaga kerja.
Tanda dan Gejala lain yang dapat di temukan pada pasien plasenta
akreta yaitu :
a. plasenta gagal terlepas setelah 30 menit setelah bayi lahir
b. perdarahan hebat bisa terjadi bergantung pada bagian plasenta
yang terkena
c. histerektomi cesarian.
d. ruptura uteri spontan pada trimester kedua dan ketiga,
e. perdarahan intraperitoneal, yang bisa menimbulkan kematian.
Plasenta akreta derajat ringan dapat terjadi dandapat menimbulkan
perdarahan postpartum hebat, tetapi tidak membutuhkan
manajemen yang agresif yang diperlukan pada plasenta akreta
derajat berat.
f. perdarahan vagina selama trimester terakhir serta plasenta previa
yang telah didiagnosis melalui USG atau MRI adalah gejala yang
menunjukkan bahwa akreta plasenta juga mungkin. Kadang-
kadang lebih histerektomi juga diperlukan. Namun, gejala akreta
plasenta mungkin tidak sebatas itu.
g. Untuk bayi, kelahiran prematur dan masalah menyusul adalah
perhatian yang paling penting bagi para ibu yang didiagnosis
dengan plasenta akreta. Pendarahan selama pengiriman dan
memisahkan plasenta dari dinding uterus adalah masalah
xviii
mengancam kehidupan bagi ibu dengan plasenta akreta dan kasus
yang lebih rumit seperti plasenta inkreta dan percreta.
5. Diagnosis
Diagnosis plasenta akreta ditegakkan berdasarkan adanya
spesimen patologis yang diperoleh dari proses histerektomi. Diagnosis ini
tergantung pada visualisasi vili khorionik yang menginvasi kedalam
miometrium tanpa didapatinya lapisan desidua. Diagnosis plasenta akreta
juga dapat ditegakkan berdasarkan hasil USG (ultrasonography) dan MRI
(magnetic resonance imaging) (Baldwin HJ et al., 2018).
xix
Gambaran plasenta akreta dapat terlihat dengan ultrasonografi
pada trimester pertama namun kebanyakan wanita didiagnosis pada
trimester kedua dan ketiga. Idealnya, wanita dengan faktor risiko plasenta
akreta, seperti plasenta previa dan Riwayat persalinan sesar sebelumnya,
harus dievaluasi oleh dokter kandungan ginekolog atau penyedia layanan
kesehatan lainnya dengan pengalaman dan keahlian dalam mendiagnosis
plasenta akreta dengan ultrasonografi.
Temuan pada pemeriksaan ultrasonografi yang paling penting
adalah ada atau tidaknya plasenta previa, yang mana diketahui lebih dari
80% plasenta akreta ditemukan adanya plasenta previa. Selain itu
ditemukannya lakuna vaskular di dalam plasenta, hilangnya Zona
hipoekoik normal antara plasenta dan miometrium, penurunan ketebalan
miometrium retroplasenta (kurang dari 1 mm), kelainan pada lapisan
serosa uterus di sekitar kandung kemih, dan ekstensi plasenta ke dalam
miometrium, serosa, atau kandung kemih juga merupakan tanda- tanda
telah terjadinya plasenta akreta pada pasien tersebut (Baldwin HJ et al.,
2018).
Ultrasonografi pada plasenta akreta dapat kita lihat seperti berikut ini :
Trimester Pertama
1. Didapati kantung kehamilan yang terletak di segmen bawah rahim
yang berhubungan dengan meningkatnya insiden plasenta akreta pada
kehamilan trimester ketiga.
2. Terdapat beberapa pembuluh darah yang tidak teratur pada placental
bed pada trimester pertama juga meningkatkan angka kejadian plasenta
akreta.
3. Proses implantasi kantung kehamilan pada parut bekas luka bekas
operasi caesar merupakan temuan yang penting. Dari pemeriksaan
sonografi pada bekas luka caesar didapatkan kantung kehamilan
berimplantasi kedalam bekas luka operasi sampai ke kandung kemih. Jika
xx
tidak ditangani, implantasi pada bekas luka caesar dapat menyebabkan
terjadinya plasenta akreta, perkreta, dan inkreta. Penanganannya berupa
pemberian injeksi methotrexate secara langsung pada kantung kehamilan
dengan bimbingan dari USG.
Laporan kasus terjadinya plasenta akreta pada trimester pertama atau
pada saat abortus usia kehamilan < 20 minggu pernah di laporkan,namun
keakuratan USG pada trimester pertama untuk diagnosis ini masih belum
jelas diketahui. USG pada trimester pertama tidak boleh digunakan secara
rutin untuk menegakkan atau mengecualikan diagnosis plasenta akreta.
Atau, karena hubungan dengan terjadinya plasenta akreta, wanita dengan
plasenta previa atau "plasenta letak rendah " yang melewati bekas luka
pada uterus di awal kehamilan harus menjalani pemeriksaan secara
berkelanjutan pada trimester ketiga karena terdapatnya kemungkinan
terjadinya plasenta akreta (Dewi, 2021).
Trimester kedua dan ketiga
1. Beberapa vascular lacunae dalam plasenta memiliki tingkat sensitivitas
yang tinggi (80% -90%) dan tingkat positif palsu yang rendah untuk
terjadinya plasenta akreta. Tetapi ditemukannya Placenta lacunae pada
trimester kedua memiliki sensitivitas dan positive predictive value sangat
tinggi dibandingkan penanda lain untuk mendeteksi plasenta akreta.
2. Tidak ditemukannya zona hipoekhoik retroplasenta yang normal, atau
hilangnya ruang yang jelas antara plasenta dan rahim, merupakan salah
satu tanda terjadinya plasenta akreta . Temuan sonografi ini memiliki
nilai keakuratan sekitar 93% dengan sensitivitas 52% dan spesifisitas
57%. Nilai rata-rata false positive 21% atau lebih tinggi.namun hal ini
sangat tergantung pada sudut pengambilan saat pemeriksaan USG dan
ada tidaknya plasenta dibagian anterior.
3. Kelainan pada serosa uterus dengan kandung kemih dapat berupa
gangguan garis, penebalan garis, ketidakteraturan garis, dan peningkatan
xxi
vaskularisasi dapat dilihat dari pencitraan warna saat pemeriksaan USG
Doppler. Normalnya, permukaan antara serosa uterus dengan kandung
kemih berupa garis tipis yang lebar dan halus tanpa ireguleritas atau
vaskularisasi yang meningkat. Kelainan permukaan antara serosa uterus
dengan kandung kemih ini meliputi penebalan, ireguleritas, peningkatan
vaskularisasi, seperti varises dan bulging atau penonjolan plasenta ke
dalam dinding posterior dari kandung kemih.
4. Ekstension atau perpanjangan dari vili ke dalam miometrium, serosa,
atau kandung kemih merupakan penanda terjadinya plasenta akreta.
5. myometrium dari retroplasenta yang memiliki ketebalan kurang dari 1
mm merupakan temuan yang khas untuk plasenta akreta.
6. Adanya turbulensi aliran darah yang melalui lacunae pada Doppler
sonografi terkait dengan plasenta akreta.
6. Penatalaksanaan
Wanita dengan plasenta akreta biasanya melahirkan dengan sc.
Tim multidisiplin harus mencakup ahli beda ginekologi yang
berpengalaman dalam operasi panggul, tim bank darah siap untuk
mengelola beberapa komponen darah, tenaga anastesiologi
berpengalaman yang ahli dalam anastesi obstetric, ahli urologi jika
reseksi dan perbaikan kandung kemih mungkin diperlukan, ahli intensivis
untuk perawatan pasca persalinan dan neonatalogis (Fitri & Hanna, 2017)
a. Plasenta akreta sebagian/fokal
Membuang jaringan plasenta sebanyak mungkin. Kontraksi uterus
yang efektif dan hemostatis yang baik dapat dicapai dengan pemberian
oksitosin. Jika uterus gagal untuk berkontraksi, keputusan untuk
histerektomi dapat diambil dan lebih dianjurkan pada wanita
b. Plasenta akreta total
xxii
Histerektomi merupakan indikasi pada wanita dengan plasenta
akreta total. Hal ini dilakukan dengan cara menginsisi uterus diatas tempat
perlekatan plasenta dan klem dan gunting tali pusat sedekat mungkin
dengan dasar plasenta. Percobaan untuk memisahkan plasenta beresiko
besar mengalami perdarahan hebat dan akan berakhir dengan histerektomi.
Pada plasenta akreta yang sudah menginvasi kandung kemih, maka dapat
dilakukan histerektomi dan kistetomi sebagian
xxiii
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pemeriksaan TTV :
TD : 130/76 mmHg BB : 73 kg
N : 90 x/m TB : 155 cm
P : 25 x/m Lila : 30 cm
xxiv
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Abdomen :
Palpasi :
TFU : 28 cm
Pemeriksaan Penunjang :
Hb : 12 gr/dL
Pemeriksaan Ultrasonografi :
xxv
a. Posisi Janin : Memanjang
P :
xxvi
d. Memberitahu ibu tanda bahaya plasenta akreta pada
kehamilan yang berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini
menyebabkan seorang wanita mengalami pendarahan hebat
hingga membuatnya kehilangan 3-5 liter darah saat
melahirkan.
xxvii
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan plasenta akreta di
poli kebidanan dan kandungan RSUDZA diperoleh data subjektif Ibu mengeluh
sering sakit pada panggul, dan sempat keluar darah dari jalan lahir. Ibu
mengatakan ini kehamilan ke empatnya, dan pernah keguguran 2 kali, persalinan
yang lalu operasi dan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan. Data objektif
Keadaan Umum: Baik, Kesadaran : Compos Mentis, TD: 130/76 mmHg, N: 90
x/m, P: 25 x/m S: 36,7 ºC, TTP: 27-03-2023, adapun pemeriksaan abdomen
diperoleh terdapat bekas operasi, TFU: 28 cm, L1: 3 jari diatas pusat, L2: Teraba
keras, datar seperti papan yaitu punggung janin berada disebelah kanan ibu
(PUKA), L3: Bagian terendah janin teraba bulat, lunak, tidak melenting
(Bokong), L4: Bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul (Divergen),
DJJ : 146 x/m, Tbbj: 2.635 gram. Berdasarkan data di atas maka dapat
ditegakkan analisa data yaitu G4P1A2 usia kehamilan 31 minggu dengan plasenta
akreta. Keadaan Umum Baik. Asuhan yang dapat diberikan berupa konseling
kepada ibu, penjelasan mengenai persalinan dan jadwal perencanaan persalinan.
B. Saran
a. Bagi Mahasiswa Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan plasenta akreta secara tepat dan terampil.
b. Bagi petugas Dapat lebih mendeteksi secara dini masalah yang terjadi pada
kehamilan agar kelahiran dapat berjalan dengan normal
xxviii
DAFTAR PUSTAKA
Qatrunnada, A. 2018. Faktor Risiko dan Luaran Maternal Plasenta Akreta di RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Obgynia, Volume 1 Nomor 2 September 2018.
World Health Organization (WHO). 2017. Angka Penyebab Kematian Ibu dan Anak.
Baldwin HJ, Patterson JA, Nippita TA, Torvaldsen S, Ibiebele I, Simpson JM, et al.
Antecedents of abnormally invasive placenta in primiparous women: risk
associated with gynecologic procedures. Obstet Gynecol 2018;131:227–33.
Yeni, C. M., Handayani, H., Nasir, A., Indirayani, I., & Razali, R. (2022). The
Association betweeen Cesarean Section and Placenta Accreta. Indonesian
Journal of Obstetrics and Gynecology, 10(3), 127–132.
xxix