Disusun Oleh :
Saufa Fahira
P07124120026
Pembimbing :
Adri Idiana, S.SiT, MPH
Preseptor :
Suriyani, Amd.Keb
Preseptor Pembimbing
Alhamdulillah puji dan Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Individu yang
berjudul "Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV)".
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender
Internasional. Kehamilan merupakan hal fisiologis yang terjadi pada seorang
wanita. Meskipun demikian, semua jenis kehamilan memiliki resiko terjadinya
komplikasi pada masa persalinan atau bahkan masa kehamilan itu sendiri.
(Catur et al., 2021).
Berdasarkan data dari Kemenkes RI, jumlah kasus HIV dan AIDS di
Indonesia pada tahun 2019 mencapai 50.282. Kasus ini mengalami peningkatan
signifikan pada Juni 2022, dimana kasusnya telah mencapai 522.674 .
Sehingga, terjadi kenaikan kasus sebanyak 13% dalam 3 tahun (Kemenkes RI,
2022).
Prevalensi kasus HIV dan AIDS di Provinsi Aceh tahun 2020 pada laki-
laki 79% dan perempuan 21%. Kasus HIV sebanyak 63 kasus dan AIDS 79
kasus, angka ini meningkat pada tahun 2021 untuk kasus HIV 100 kasus dan
AIDS sebanyak 55 kasus dengan kasus terbanyak terdapat di Kota Banda Aceh
sebanyak 35 kasus HIV/AIDS. Selain itu juga terdapat 2% anak usia kurang
dari 4 tahun yang positif HIV/AIDS, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak yang ditunjukkan adanya penemuan
kasus HIV pada kelompok usia di bawah 4 tahun (Dinkes Provinsi, 2021).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh tahun 2021
jumlah ibu hamil sebanyak 5.556 jiwa yang melakukan tes HIV sebanyak 4.472
orang. Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2020 sebanyak 5 orang dan meningkat
pada tahun 2021 sebanyak 35 orang (Dinkes Kota Banda Aceh, 2021).
Ibu hamil merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap penyakit,
ibu hamil dengan HIV positif akan mengancam keselamatan ibu dan juga bayi
yang dikandung. Bayi yang dikandung bukan hanya akan tertular HIV saja,
namun juga berisiko terhadap kematian. Kurangnya kemauan ibu hamil
melakukan tes HIV masih menjadi permasalahan sampai saat ini, karena jika
ibu tidak melakukan tes HIV maka status HIV pada ibu tidak diketahui, dan ibu
tidak mendapatkan terapi ARV (antiretroviral) yang merupakan obat HIV yang
harus dikonsumsi oleh ibu selama masa kehamilan. Hal ini akan meningkatkan
risiko penularan HIV dari ibu ke bayi semakin tinggi (Febriyeni, 2021)
Dari data diatas penulis tertarik untuk membuat laporan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
3) Bagian bagian janin Bagian – bagian janin yaitu bagian besar janin (
kepala dan bokong) serta bagian kecil janin ( lengan dan kaki ) dapat
diraba dengann jelas pada usia kehamilan lebih tua ( trimester akhir).
Bagiaan janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi dengan
menggunakan USG.
a. Tanda – tanda Dini Bahaya Komplikasi Ibu dan janin Masa Kehamilan
Muda
1. Perdarahan pervaginam
Sekitar 20-40% wanita hamil akan mengalami perdarahan
pervaginam pada trimester pertama. Penyebab utamanya adalah
keguguran dan kehamilan ektopik seringkali tidak terjadi
perdarahan, namun ditemukan nyeri pada perut bagian bawah.
Penyakit tofoblastik gestasional juga perlu dipertimbangkan sebagai
salah satu penyebab perdarahan pada kehamilan usia mua, terutama
jika ditemukan serum HCG yang tinggi dan hasil pemeriksaan USG
yang mencurigakan. Anamnesa dan pemeriksaan usia kehamilan
sangat penting. Jika mengalami perdarahan pada trimester awal
kehamilan segera bawa ibu ke puskesmas, bidan atau dokter terdekat
didampingi suami dan keluarga.
2. Mual muntah berlebihan
Pada trimester pertama kehamilan merupakan hal yang normal jika
terjadi mual dan muntah yang disebut dengan morning sickness.
Sebagian besar wanita mengalami hal tersebut. Namun, jika mual
dan muntah intensitassnya melebihi mual dan muntah normal,
menyebabkan penderitaan bagi ibu atau mengakibatkan dehidrasi,
penurunan berat badan dan ketonemia, maka hal ini sudah tergolong
hyperemesis gravidarum:
a) Muntah hebat
b) Nafsu makan berkurang
c) Asupan makanan buruk
d) Penurunan berat badan
e) Dehidrasi
f) Ketidakseimbangan elektrolit
g) Respon yang berlebihan terhadap masalah psikososial yang
mendasar
h) Muntah yang tidak dapat diatasi dengan tindakan untuk
menangani morning sickness
3. Demam tinggi
Suhu badan di atas 38ºC pada ibu hamil, merupakan hal yang serius.
Hal ini dapat merupakan suatu penanda adanya infeksi yang
mempengaruhi bayi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme,
terutama mikroorgannisme yang masuk dalam kategori berikut ini:
virus, bakteri, jamur, riketsia protozoa dan hewan parasit. Demam
pada masa kehamilan yang disertai dengan ruam dan nnyeri dapat
menjadi penanda adanya infeksi cytomegalovirus, toxoplasma dan
parvovirus, cytomegalovirus merupakan penyebab paling umum
terjadi ketulian kongenetal.
b. Tanda – tanda Dini Bahaya/Komplikasi Ibu dan Janin Masa kehamilan
Lanjut
1. Penglihatan kabur
Penglihatan kabur yaitu masalah visual yang mengidentifikasikan
keadaan yang mengancam jiwa, adanya perubahan visual
(penglihatan) yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau
bayangan. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit
kepala yang hebat dan mungkin suatu tanda dari pre-eklampsia.
2. Bengkak pada wajah dan jari-jari tangan
Edema ialah penimbuhan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan
serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema pretibial
yang ringan ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak
seberapa penting untuk penentuan diagnosis preeklamsia. Selain itu,
kenaikan BB ½ kg setiap minggunya dalam kehamilan masih
dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg semminggu beberapa kali
maka perlu kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia.
3. Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3. Cairan
pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak berupa
perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis
penyebab terbesar persalinan premature adalah ketuban pecah
sebelum waktunya. Insidensi ketuban pecah dini 10% mendekati
dari semua persalinan dan 4% pada kehamilan kurang 34 mg.
4. Gerakan janin tidak teraba
Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia
kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan
melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru
pertama kali hamil). Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan
dalam 12 jam). Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring/beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
5. Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan adalah
tidak normal. Nyeri abdomen yang mengidintifikasi mengancam
jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat, kadang-kadang dapat disertai dengan perdarahan lewat
jalan lahir.
2. Etiologi HIV
3. Patofisiologis HIV
c. Stadium ketiga
4. Manifestasi Klinis
a. Transmisi Seksual
Penularan HIV melalui hubungan seksual baik heteroseksual maupun
homoseksual merupakan penularan yang sering terjadi.
1) Transmisi virus HIV pada homoseksual: Cara hubungan seksual
anogenital merupakan perilaku seksual dengan risiko tinggi bagi
penularan HIV. Khususnya bagi mitra seks yang pasif menerima
ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini disebabkan
mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah mengalami perlukaan
pada saat berhubungan seksual secara anogenital. Di Amerika
Serikat lebih dari 50% pria homoseksual di daerah urban tertular
HIV melalui hubungan seks anogenital tanpa pelindung.
2) Transmisi virus HIV pada heteroseksual: Penularan heteroseksual
dapat terjadi dari laki-laki ke perempuan atau sebaliknya. Di Negara
Afrika penderita HIV/AIDS mendapat infeksi melalui hubungan
heteroseksual tanpa kondom. Transmisi dari laki-laki pengidap
HIV/AIDS ke perempuan pasangannya lebih sering terjadi
dibandingkan dengan perempuan pengidap HIV ke pria
pasangannya.
b. Transmisi Non Seksual
1) Tranmisi Parenteral
Transmisi ini terjadi akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk
lainnya (alat tindik) yang tidak steril atau telah terkontaminasi
seperti pada penyalahgunaan narkotika suntik yang menggunakan
jarum suntik secara bersama-sama. Risiko- tertular transmisi secara
parenteral kurang dari 1% dapat terjadi pada penggunaan jarum
suntik yang terkontaminasi kontak dengan kulit yang lecet, sekret
atau bahan yang terinfeksi.
2) Transmisi Transplasenta
Penularan dari ibu yang mengidap HIV positif kepada janin yang
dikandungnya. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan
dan waktu menyusui.
3) Transmisi melalui darah atau produk darah
4) Transplantasi organ dan jaringan tubuh yang terinfeksi HIV.
Transplantasi organ potensial meningkatkan HIV/AIDS yang telah
dicangkokkan pada orang yang sehat, maka virus HIV akan
menyebar ke seluruh tubuh.
6. Masa Inkubasi
a. Faktor Ibu
1) Jumlah virus (viral load) Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat
menjelang atau saat persalinan dan jumlah virus dalam air susu ibu
ketika ibu menyusui bayinya sangat mempengaruhi penularan HIV
dari ibu ke anak. Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika
kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml) dan sebaliknya jika
kadar HIV di atas 100.000 kopi/ml.
2) Jumlah Sel CD4 Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko
menularkan HIV ke bayinya. Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko
penularan HIV semakin besar.
3) Status gizi selama hamil Berat badan rendah serta kekurangan
asupan seperti asam folat, vitamin D, kalsium, zat besi, mineral
selama hamil berdampak bagi kesehatan ibu dan janin akibatntya
dapat meningkatkan risiko ibu untuk menderita penyakit infeksi
yang dapat meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV ke
bayi.
4) Penyakit infeksi selama hamil
Penyakit infeksi seperti sifilis, infeksi menular seksual,infeksi
saluran reproduksi lainnya, malaria,dan tuberkulosis, berisiko
meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV ke bayi.
5) Gangguan pada payudara
Gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain, seperti mastitis,
abses, dan luka di puting payudara dapat meningkatkan risiko
penularan HIV melalui ASI sehingga tidak sarankan untuk
memberikan ASI kepada bayinya dan bayi dapat disarankan
diberikan susu formula untuk asupan nutrisinya.
b. Faktor Bayi
1) Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir
Bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih
rentan tertular HIV karena sistem organ dan sistem kekebalan
tubuhnya belum berkembang dengan baik.
2) Periode pemberian ASI
Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan HIV ke bayi akan
semakin besar.
3) Adanya luka dimulut bayi
Bayi dengan luka di mulutnya lebih berisiko tertular HIV ketika
diberikan ASI.
c. Faktor obstetrik
Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan
lahir. Faktor obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV
dari ibu ke anak selama persalinan adalah :
1) Jenis persalinan
Risiko penularan persalinan per vagina lebih besar daripada
persalinan melalui bedah sesar (seksio sesaria).
2) Lama persalinan
Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV
dari ibu ke anak semakin tinggi, karena semakin lama terjadinya
kontak antara bayi dengan darah dan lendir ibu.
3) Ketuban pecah lebih dari 4 Jam sebelum persalinan meningkatkan
risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban
pecah kurang dari 4 jam.
4) Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forceps meningkatkan
risiko penularan HIV karena berpotensi melukai ibu.
Tabel 1. Faktor yang berperan dalam penularan HIV dari ibu ke bayi.
Pada saat hamil, sirkulasi darah janin dan sirkulasi darah ibu
dipisahkan oleh beberapa lapis sel yang terdapat di plasenta. Plasenta
melindungi janin dari infeksi HIV. Tetapi, jika terjadi peradangan, infeksi
ataupun kerusakan pada plasenta, maka HIV bisa menembus plasenta,
sehingga terjadi penularan HIV dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke
anak pada umumnya terjadi pada saat persalinan dan pada saat menyusui.
Risiko penularan HIV pada ibu yang tidak mendapatkan penanganan PPIA
saat hamil diperkirakan sekitar 15-45%. Risiko penularan 15-30% terjadi
pada saat hamil dan bersalin, sedangkan peningkatan risiko transmisi HIV
sebesar 10-20% dapat terjadi pada masa nifas dan menyusui (Setiarto et al.,
2021).
Waktu Resiko
Selama hamil 5 – 10%
Bersalin 10 – 20%
Menyusui (ASI) 5 – 20%
Resiko penularan keseluruhan 20 – 50%
Apabila ibu tidak menyusui bayinya, risiko penularan HIV menjadi 20-
30% dan akan berkurang jika ibu mendapatkan pengobatan anti retrovirus
(ARV). Pemberian ARV jangka pendek dan ASI eksklusif memiliki risiko
penularan HIV sebesar 15-25% dan risiko penularan sebesar 5-15% apabila ibu
tidak menyusui. Akan tetapi, dengan terapi antiretroviral jangka panjang, risiko
penularan HIV dari ibu ke anak dapat diturunkan lagi hingga 1-5%, dan ibu
yang menyusui secara eksklusif memiliki risiko yang sama untuk menularkan
HIV ke anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui (Setiarto et al.,
2021).
Tabel 3.. Resiko penularan HIV dari ibu ke anak saat hamil, bersalin dan
menyusui
HPHT : 18-07-2022
TTV
N : 85 x/m BB : 65 kg
P : 24 x/m LILA : 33 cm
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Abdomen :
Palpasi :
Pemeriksaan Penunjung :
Hb : 12,3 g/dL
Hematokrit : 33%
Eritrosit : 2,8%
His : Positif
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pengumpulan data di ruang bersalin RSUDZA di
dapatkan Ny. I Berumur 33 tahun dengan keluhan mules-mules sejak 1 hari lalu.
Lendir darah dirasakan keluar dari pagi, gerakan janin aktif. Pasien mengaku
ANC ke dokter SPOG setiap bulan dengan hasil USG terakhir didapatkan janin
dengan keaadan baik. Ibu memiliki riwayat HIV sejak 6 tahun lalu dan
menggunakan ARV rutin. Hasil pemeriksaan di dapatkan tanda-tanda vital
dalam batas normal. Ibu G2P0A1 usia kehamilan 35-36 minggu dengan HIV
reaktif. Diberikan penetalaksanaan ibu dianjurkan untuk bedrest, ibu akan
dilakukan tindakan vagina wash/hari, melanjutkan terapi sesuai intruksi, pasien
dijadwal kan untuk SC pada tanggal 26 Maret 2023 pukul 21.00 WIB. Bayi lahir
secara SC, BB : 2400 gr, TB : 45 cm, JK : Laki-laki, bayi dirawat di ruang NICU
terpisah dengan ibu, bayi direncanakan untuk memeriksa resiko tertular HIV.
B. Saran
1. Bagi Pasien
2. Bagi institusi
Dinkes Kota Banda Aceh. (2021). Penyakit Menular Seksual. Laporan Tahunan.
Setiarto, H. B., Karo, M. B., & Tambaip, T. (2021). Virus HIV/AIDS. CV BUDI
UTAMA.
Sekar, A., Erlinawati, Fauzzia, Fitri, A., Iis, A., Milda, H., Martini, Suci, rahayu
fitri, Nelly, M., Esme, A., Mirawati, Septi, W., & Syukrianti, S.
(2021). kehamilan sehat mewujudkan generasi berkualitas di masa
new normal (Yuhanah & Yusriani (eds.)).
Rostina, pohan afrida. (2022). pengantar asuhan kebidanan. IPI ( PT inovasi
Pratama Internasional ).
Hartanto dan, & Marianto. (2019). Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dalam Kehamilan. Cdk-276, 46(5), 346–350. Setiarto, H. B., Karo,
M. B., & Tambaip, T. (2021). Virus HIV/AIDS. CV BUDI UTAMA.