Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DENGAN PLASENTA

AKRETA DI POLI KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

DISUSUN OLEH:
ICHA NASYWA NATHANIA (P07124120013)
SALSABILA ZUHRA (P07124120025)
SAUFA FAHIRA (P07124120026)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEBIDANAN BANDA ACEH
PRODI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh di Poli Kebidanan pada tanggal 18
Januari-14 Februari 2023 dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Dengan
Plasenta Akreta Di Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh”

Laporan ini telah disetujui oleh :

Preseptor Pembimbing

Cut Sulastri, Amd.Keb Cut Nurhasanah, SST, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan Syukur Kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul
“ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DENGAN PLASENTA AKRETA
DI POLI KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH ”.
Laporan ini kami susun berdasarkan data yang kami dapatkan selama Praktik
Lapangan di Poli Kebidanan. Dalam menyusun laporan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Pembimbing dan Preseptor yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mengucapkan terima kasih banyak
kepada dosen pembimbing dan preseptor. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kami
dan mahasiswa dimasa yang akan datang.

Banda Aceh, Januari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
A. Latar Belakang ...............................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................
A. Kehamilan ......................................................................................................
1. Definisi Kehamilan ..................................................................................
2. Pembagian Trimester Kehamilan ...........................................................
3. Tanda Gejala Kehamilan .........................................................................
4. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan ...........................................................
5. Prognosis Kehamilan ...............................................................................
6. Diagnosa Kehamilan ...............................................................................
B. Plasenta Aktreta .............................................................................................
1. Pengertian Plasenta Akreta .....................................................................
2. Patofisiologis ...........................................................................................
3. Tanda dan Gejala .....................................................................................
4. Insiden dan Faktor Resiko .......................................................................
5. Diagnosa ...................................................................................................
6. Penatalaksanaan .......................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................
A. SOAP ..............................................................................................................
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang
didalam rahimnya terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat
masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari
ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi
43 minggu. Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan
normal juga dapat berubah menjadi kehamilan patologis Patologi pada
kehamilan merupakan suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai
ibu saat kondisi hamil (Kemenkes RI, 2018).
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan
akut yang dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan
kematian. Sebanyak 50% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada
awal kehamilan dan kehamilan lanjut. Hal ini tentu akan menimbulkan ketidak
berdayaan dari wanita sehingga ditinjau dari suatu kesehatan akan sangat
ditanggulangi untuk meningkatkan keberdayaan seorang wanita. Ada beberapa
keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan pada awal kehamilan seperti
imlantasi ovum, karsinoma servik, abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan
ektopik. Sedangkan pada kehamilan lanjut perdarahan bisa terjadi berupa
sulosio plasenta, plasenta previa dan plasenta akreta.
Penyebab kematian terbesar ibu di Indonesia adalah karena adanya
komplikasi dalam kahamilan, salah satu komplikasi tersebut yaitu perdarahan
pada hamil lanjut yang disebabkan oleh plasenta akreta. Kehamilan yang
berulang umur ibu < 20 dan > 35 tahun,paritas jarak kehamilan, pekerjaan,
beresiko 2 kali mengalami plasenta akreta. Plasenta akreta lebih sering terjadi
pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali
melahirkan (Primipara). semakin tua umur ibu kemungkinan untuk

1
mendapatkan plasenta akreta semakin besar. pada ibu yang melahirkan pada
usia > 35 tahun beresiko untuk terjadinya plasenta akreta (Nugroho, 2017 ).
Plasenta akreta adalah invasi dari trofoblas yang abnormal baik itu
sebagian maupun keseluruhan dari plasenta yang masuk ke dalam lapisan
miometrium di dinding rahim. Proses implantasi yang abnormal plasenta pada
dinding rahim merupakan suatu komplikasi kehamilan sebesar 0,9%. Faktor
risiko terjadinya plasenta akreta adalah adanya plasenta previa dan riwayat
pembedahan rahim sebelumnya, seperti persalinan secara sesar. Insiden
plasenta akreta meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah persalinan secara
sesar. Insidensi terjadinya plasenta akreta pada pasien dengan plasenta previa
adalah sebesar 25-50%. Plasenta akreta menyebabkan 7-10% dari kasus
kematian ibu di dunia. Pasien dengan riwayat seksio sesarea dan operasi
intrauterin lainnya merupakan faktor risiko yang paling umum untuk terjadinya
plasenta akreta. Management terhadap pasien dengan plasenta akreta adalah
histerektomi (Qatrunnada, 2018).
Terdapat beberapa faktor risiko plasenta akreta, seperti riwayat SC,
plasenta previa, in vitro fertilization (IVF), usia, paritas, riwayat kuretase,
riwayat operasi uterus lainnya seperti miomektomi, merokok, Asherman’s
syndrome, dan hipertensi. Penegakkan diagnosis dapat dilakukan melalui
pemeriksaan ultrasonography (USG) dengan sensitivitas 77−87% dan
spesifisitas 96−98%. Placenta Accreta Index (PAI) merupakan sebuah
prediktor untuk memperkirakan probabilitas terjadinya plasenta akreta dengan
parameter pemeriksaan USG, yaitu riwayat SC ≥2 kali, lakuna, ketebalan
miometrium, plasenta previa anterior, dan bridging vessels. Semakin tinggi
skor PAI, maka semakin tinggi kemungkinan ibu mengalami plasenta akreta
(Qatrunnada, 2018).
Di indonesia diketahui prevelensi persalinan sectio caesarea
berdasarkan kemenkes RI 2019 mencapai 23 % dari keseluruhan total

2
persalinan yaitu sekitar 927.000 dari 4.030.000 persalinan dan menyebabkan
angka peningkatan pada resiko terjadinya plasenta akreta.
Angka kejadian plasenta akreta terus meningkat di Indonesia sejak
tahun 2016 yaitu 2% dan akan terus meningkat, hal ini berdampak pada
peningkatan angka kematian dan kesakitan ibu hamil di Indonesia. Sementara
Provinsi Aceh sendiri belum memiliki data yang cukup signifikan untuk
prevalensi plasenta akreta. RSUD Dr Zainoel Abidin memperoleh data survei
awal kejadian Plasenta akreta sebanyak 36 kasus pada tahun 2018 sampai April
2020 (Yeni et al., 2022)

Berdasarkan penelitian pada tahun 2019 di RSUDZA Banda Aceh


angka kejadian plasenta akreta mencapai 883 kasus (65,3%) dari 1353
persalinan. Sehubung dengan hal ini penting untuk mengidentifikasi ulang
faktor-faktor yang dapat dimodifikasi terkait dengan persalinan yang
menggunakan prosedur operasi sesar agar tidak terjadi peningkatan terus
menerus pada kejadian plasenta akreta (Dewi, T.P, et al., 2021)
Dari data diatas dapat diuraikan bahwa semakin tinggi persalinan secara
sectio ceasaria maka semakin meningkat resiko terjadinya plasenta akreta
tersebut. Maka dari itu penulis tertarik untuk membuat laporan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Dengan Plasenta Akreta”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasentan
akreta di poli kebidanan RSUDZA.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan data subjektif pada ibu Ny. S dengan kehamilan
plasenta akreta.

3
b. Mampu mengumpulkan data objektif pada Ny. S dengan kehamilan
plasenta akreta.
c. Mampu menegakkan analisa pada Ny. S dengan kehamilan plasenta
akreta.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny. S dengan kehamilan
plasenta akreta.

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu hamil dengan
plasenta akreta sesuai ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan kebidanan.
2. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai masukan dalam memberikan pelayanan ANC (Antenatal Care)
pada ibu hamil dengan Plasenta Akreta Di Poli Kebidanan RSUZA.
3. Bagi pasien/klien
Dapat memahami tentang kehamilan yang dialaminya dan mampu
mengenali tanda tanda bahaya yang dijelaskan oleh petugas kesehatan atau
bidan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses yang fisiologis dan alamiah,
dimana setiap perempuan yang memiliki organ reproduksi sehat, telah
mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang
pria yang sehat maka besar kemungkinan akan mengalami. Kehamilan juga
dikenal sebagai gravida atau gestasi adalah waktu dimana satu atau lebih
bayi berkembang di dalam diri seorang wanita. Kehamilan dapat terjadi
melalui hubungan seksual atau teknologi reproduksi bantuan (Leny, 2021).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Pada keadaan normal, ibu hamil akan melahirkan
pada saat bayi telah aterm (mampu hidup diluar rahim) yaitu saat usia
kehamilan 37-42 minggu, tetapi kadang-kadang kehamilan justru berakhir
sebelum janin mencapai aterm. Kehamilan dapat pula melewati batas waktu
yang normal lewat dari 42 minggu (Leny, 2021).

2. Pembagian Trimester Kehamilan


a. Trimester Pertama (1 - 12 minggu)
Trimester pertama adalah dari minggu pertama sampai 12 dan termasuk
pembuahan. Pembuahan adalah ketika sperma membuahi sel telur
kemudian berjalan ke tuba falopi dan menempel ke bagian dalam rahim,
di mana ia mulai membentuk janin dan plasenta. Trimester pertama
dapat dibagi lagi menjadi periode embrionik dan janin. Periode embrio
dimulai pada saat pembuahan (usia perkembangan) atau pada usia

5
kehamilan 2 sampai 10 minggu. Periode embrionik adalah tahap di
mana organogenesis terjadi dan periode waktu di mana embrio paling
sensitif terhadap teratogen. Akhir periode embrionik dan awal periode
janin terjadi 8 minggu setelah pembuahan (usia perkembangan) atau 10
minggu setelah dimulainya periode menstruasi terakhir.
b. Trimester Dua (13-28 minggu)
Trimester kedua adalah dari minggu ke-13 hingga ke- 28. Sekitar
pertengahan trimester kedua, pergerakan janin bisa terasa. Pada minggu
ke-28, lebih dari 90% bayi dapat bertahan hidup di luar rahim jika
diberikan perawatan medis berkualitas tinggi. Pada akhir trimester dua
janin dapat bernapas, menelan dan mengatur suhu, surfactan terbentuk
didalam paru paru, mata mulai membuka dan menutup, dan ukuran
janin 2/3 pada saat lahir.
c. Trimester Tiga (29-40 minggu)
Trimester ketiga adalah dari 29 minggu sampai kira- kira 40 minggu
dan diakhiri dengan bayi lahir. Pada trimester tiga seluruh uterus terisi
oleh bayi sehingga tidak bebas bergerak/berputar banyak. Simpanan
lemak cokelat berkembang dibawah kulit untuk persiapan pemisahan
bayi setelah lahir, antibody ibu ditransfer ke janin, janin mulai
menyimpan zat besi, kalsium, dan fosfor. Sementara ibu merasakan
ketidaknyamanan seperti sering buang air kecil, kaki bengkak, sakit
punggung dan susah tidur. Braxton hick meningkat karena serviks dan
segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan. (Leny, 2021).

3. Tanda Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut Manuaba (2013), yaitu sebagai


berikut:

6
a. Tanda Dugaan Kehamilan
1) Amenorea (terlambat datang bulan) Konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukkan folikel dan ovulasi.
Apabila mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), maka dapat
ditentukan perkiraan persalinan (HPL) dengan perhitungan rumus
Naegle.
2) Mual (Nause) dan muntah (Emesis) Pengaruh esterogen dan
progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang
berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut
morning sickness tetapi dalam batas yang fisiologis, keadaan ini
dapat diatasi. Akibat mual, muntah dan nafsu makan berkurang.
3) Sinkope atau pingsan Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah
kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang
setelah usia kehamilan 16 minggu.
4) Payudara tegang Pengaruh esterogen-progesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada
payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
5) Sering buang air kecil (BAK) Desakan rahim kedepan
menyebabkan kandung kemih sempat terasa penuh dan sering buang
air kecil. Trimester II gejala ini sudah menghilang.
b. Tanda Kemungkinan Hamil
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
2) Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai
a)Tanda Hegar yaitu perubahan pada isthmus uteri (Rahim) menjadi
lebih panjang dan lunak sehingga seolah-olah kedua jari dapat saling
bersentuhan. (Romauli, 2011)

7
b) Tanda Chadwicks yaitu peningkatan aliran darah ke uterus dan
limfe akan menyebabkan odema serta kongesti panggul, sehingga
uterus dan serviks, termasuk isthmus akan menjadi lunak dan seviks
akan menjadi kebiruan. (Astuti dkk, 2017)
c) Tanda Piscaseck yaitu pembesaran pada uterus yang tidak merata
sehingga dapat terlihat dan menonjol. Kondisi ini membuat bagian
uterus dalam keadaan hamil tumbuh lebih cepat pada tempat
implantasinya. (Manuaba, 2013)
3) Kontraksi Braxton Hicks yaitu kontraksi yang bersifat tidak teratur
dan tidak menimbulkan nyeri, hal ini dikarenakan adanya
peregangan sel otot uterus serta peningkatan kadar aktomiosin
dalam sel otot. (Astuti dkk, 2017)
4) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
c. Tanda Pasti Hamil
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Terlihat, teraba gerakan dan bagian-bagian janin
3) Denyut Jantung Janin Dapat didengar dengan stetoskop laenec, alat
kardiotografi, alat Doppler dan dilihat dengan ultrasonografi.
(Marmi, 2014)

4. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukan ibu atau


bayi yang dikandung dalam keadaan bahaya/ mengancam. Umunya
gangguan ini dapat terjadi secara maendadak dan tidak diperkirakan
sebelumnya (Erina, 2019).

Menurut (Catur et al., 2021) dalam bukunya menjelaskan tanda


bahaya yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil dan kader Kesehatan yaitu
diantaranya :

8
a. Tanda – tanda Dini Bahaya Komplikasi Ibu dan janin Masa Kehamilan
Muda
1) Perdarahan pervaginam
Sekitar 20-40% wanita hamil akan mengalami perdarahan pervaginam
pada trimester pertama. Penyebab utamanya adalah keguguran dan
kehamilan ektopik seringkali tidak terjadi perdarahan, namun
ditemukan nyeri pada perut bagian bawah. Penyakit tofoblastik
gestasional juga perlu dipertimbangkan sebagai salah satu penyebab
perdarahan pada kehamilan usia mua, terutama jika ditemukan serum
HCG yang tinggi dan hasil pemeriksaan USG yang mencurigakan.
Anamnesa dan pemeriksaan usia kehamilan sangat penting. Jika
mengalami perdarahan pada trimester awal kehamilan segera bawa ibu
ke puskesmas, bidan atau dokter terdekat didampingi suami dan
keluarga.
2) Mual muntah berlebihan
Pada trimester pertama kehamilan merupakan hal yang normal jika
terjadi mual dan muntah yang disebut dengan morning sickness.
Sebagian besar wanita mengalami hal tersebut. Namun, jika mual dan
muntah intensitassnya melebihi mual dan muntah normal,
menyebabkan penderitaan bagi ibu atau mengakibatkan dehidrasi,
penurunan berat badan dan ketonemia, maka hal ini sudah tergolong
hyperemesis gravidarum:
a) Muntah hebat
b) Nafsu makan berkurang
c) Asupan makanan buruk
d) Penurunan berat badan
e) Dehidrasi
f) Ketidakseimbangan elektrolit
g) Respon yang berlebihan terhadap masalah psikososial yang mendasar

9
b. Tanda – tanda Dini Bahaya/Komplikasi Ibu dan Janin Masa kehamilan
Lanjut
1) Penglihatan kabur
Penglihatan kabur yaitu masalah visual yang mengidentifikasikan
keadaan yang mengancam jiwa, adanya perubahan visual (penglihatan)
yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau bayangan. Perubahan
penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan
mungkin suatu tanda dari preeklampsia.
2) Bengkak pada wajah dan jari-jari tangan
Edema ialah penimbuhan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema pretibial yang ringan
ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak seberapa penting untuk
penentuan diagnosis preeklamsia. Selain itu, kenaikan BB ½ kg setiap
minggunya dalam kehamilan masih dianggap normal, tetapi bila
kenaikan 1 kg semminggu beberapa kali maka perlu kewaspadaan
terhadap timbulnya preeklampsia.
3) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3. Cairan
pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak berupa perdarahan
banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis penyebab terbesar
persalinan premature adalah ketuban pecah sebelum waktunya.
Insidensi ketuban pecah dini 10% mendekati dari semua persalinan dan
4% pada kehamilan kurang 34 mg.
4) Gerakan janin tidak teraba
Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan
16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan melahirkan
sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama kali
hamil). Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak

10
paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam).
Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring/beristirahat
dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
5) Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan adalah tidak
normal. Nyeri abdomen yang mengidintifikasi mengancam jiwa adalah
yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, kadang-
kadang dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir

5. Prognosis Kehamilan
Prognosis berarti meramalkan, memprediksi, atau memperkirakan
kemungkinan/resiko seseorang mengembangkan keadaan kesehatan
tertentu selama waktu tertentu, berdasarkan profil klinis dan non klinisnya.
Prognosis pada kehamilan yaitu prediksi pejalanan kehamilan,
penatalaksanaan, sampai hasil persalinan yang ditentukan dari kondisi ibu
dan janin. Prognosis mengikuti hasil diagnosa, dan tergantung pada
penanganannya. Bila diagnosis dibuat awal dan dilakukan penanganan yang
memadai maka hasilnya akan baik. Sebagai contoh: prognosis pada
kehamilan ektopik, dengan diagnosis yang dini dan tatalaksana yang tepat,
umumnya baik. Kehamilan normal dengan kondisi ibu dan janin baik maka
prognosisnya akan baik juga(Leny, 2021).

6. Diagnosis Kehamilan
Cara yang dapat dilakukan untuk menegakkan keadaan seseorang dalam
kondisi hamil meliputi kehamilan, kondisi janin dan masalah yang
menyertai kehamilannya adalah diagnose kehamilan. Bidan dapat
menegakkan diagnosa kehamilan dengan melihat tanda gejala kehamilan,
pemeriksaan hormonal dan pemeriksaan penujang lain (Leny, 2021).

11
B. PLASENTA AKRETA
1. Pengertian Plasenta Akreta

Plasenta akreta merupakan implantasi jaringan plasenta yang


ditandai dengan penyusupan vili plasenta ke dalam desidua miometrium
karena tidak terbentuknya desidua basalis dan lapisan nitabuch, terjadinya
remodelling pembuluh darah ibu yang tidak normal, maupun invasi
trofoblast yang berlebihan (Dewi, 2021). Kedalaman dari invasi plasenta
merupakan hal yang penting secara klinis karena intervensi yang akan
dilakukan tergantung terhadap hal tersebut. Plasenta akreta dapat dibagi lagi
menjadi plasenta akreta total, plasenta akreta parsial, dan plasenta akreta
fokal berdasarkan jumlah jaringan plasenta yang terlibat dalam invasi ke
myometrium.

2. Patofisiologi

Patogenesis dari plasenta akreta belum jelas. Vaskularisasi


abnormal akibat proses yang terjadi setelah operasi dengan terjadinya
hipoksia yang mengarah pada rusaknya desidualisasi dan invasi yang
berlebihan dari trofoblas merupakan teori patogenesis yang paling diakui

12
saat ini (Desai N et al., 2014). Hipotesis yang lainnya terkait dengan
etiologi plasenta akreta adalah adanya defek dari endometrium dan
myometrium sehingga menyebabkan kegagalan dari desidualisasi di area
bekas luka di dalam rahim, sehingga menyebabkan invasi yang dalam dari
vili penahan plasenta dan infiltrasi berlebihan dari trofoblas. Dari
penelitian menunjukkan bahwa gangguan di dalam rongga rahim
menyebabkan kerusakan lapisan endometrium dan miometrium sehingga
meningkatkan angka kejadian parut didalam rahim, inilah penyebab
meningkatnya angka kejadian plasenta akreta .
Plasenta akreta yang menunjukkan bahwa kegagalan desidualisasi
di area bekas luka rahim dapat berdampak pada implantasi dan plasentasi
pada bekas seksio sesarea. Temuan ini menunjukkan bahwa cacat desidua
setelah terjadinya bekas luka yang memiliki efek yang merugikan pada
proses implantasi awal. Adanya kondisi untuk perlekatan khusus
blastokista ke jaringan parut dan memfasilitasi invasi extravillus
throfoblast yang dalam secara abnormal juga mempengaruhi proses
implantasi tersebut. Apa yang terjadi selama fase awal plasentasi pada
plasenta akreta masih sulit dijelaskan.

3. Tanda Dan Gejala


Kebanyakan pasien dengan plasenta akreta tidak menunjukkan
gejala. Gejala yang terkait dengan plasenta akreta mungkin termasuk
perdarahan vagina dan kram. Temuan ini sebagian besar terlihat dalam
kaitannya dengan plasenta previa, yang merupakan faktor risiko terkuat
untuk plasenta akreta. Meskipun jarang, presentasi berpotensi bencana
adalah bahwa sakit perut akut dan sion hipotensi karena syok hipovolemik
dari rahim pecah detikondary ke plasenta percreta. Skenario kritis ini dapat

13
terjadi kapan saja selama kehamilan dari trimester pertama yang penuh-
kehamilan istilah dalam ketiadaan tenaga kerja.

Tanda dan Gejala lain yang dapat di temukan pada pasien plasenta
akreta yaitu :
a. plasenta gagal terlepas setelah 30 menit setelah bayi lahir
b. perdarahan hebat bisa terjadi bergantung pada bagian plasenta yang
terkena
c. histerektomi cesarian.
d. ruptura uteri spontan pada trimester kedua dan ketiga,
e. perdarahan intraperitoneal, yang bisa menimbulkan kematian.
Plasenta akreta derajat ringan dapat terjadi dandapat menimbulkan
perdarahan postpartum hebat, tetapi tidak membutuhkan
manajemen yang agresif yang diperlukan pada plasenta akreta
derajat berat.
f. perdarahan vagina selama trimester terakhir serta plasenta previa
yang telah didiagnosis melalui USG atau MRI adalah gejala yang
menunjukkan bahwa akreta plasenta juga mungkin. Kadang-kadang
lebih histerektomi juga diperlukan. Namun, gejala akreta plasenta
mungkin tidak sebatas itu.
g. Untuk bayi, kelahiran prematur dan masalah menyusul adalah
perhatian yang paling penting bagi para ibu yang didiagnosis dengan
plasenta akreta. Pendarahan selama pengiriman dan memisahkan
plasenta dari dinding uterus adalah masalah mengancam kehidupan
bagi ibu dengan plasenta akreta dan kasus yang lebih rumit seperti
plasenta inkreta dan percreta.

14
4. Insiden dan Faktor Resiko
Insiden plasenta akreta telah meningkat dan tampaknya berbanding
lurus dengan tingkat kelahiran sesar yang meningkat. Wanita yang paling
berisiko mengalami plasenta akreta adalah mereka yang telah mempunyai
kerusakan miometrium yang disebabkan oleh operasi sesar sebelumnya
dengan baik plasenta previa anterior atau posterior yang melintasi parut
uterus. Para penulis dari sebuah studi menemukan bahwa dengan adanya
suatu plasenta previa, risiko plasenta akreta adalah 3%, 11%, 40%, 61%,
dan 67% untuk pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima atau lebih pada
masing-masing riwayat operasi kelahiran sesar.
Faktor risiko tambahan yang dilaporkan untuk plasenta akreta
meliputi usia ibu dan multiparitas, bedah rahim lain sebelumnya, kuretase
uterus sebelumnya, ablasi endometrium, Asherman syndrome, leiomyoma,
anomali rahim, hipertensi dalam kehamilan, dan merokok. Meskipun ini
dan faktor risiko lain telah dijelaskan, kontribusi nyata akan frekuensi
plasenta akreta tetap belum diketahui.

5. Diagnosis
Diagnosis plasenta akreta ditegakkan berdasarkan adanya spesimen
patologis yang diperoleh dari proses histerektomi. Diagnosis ini tergantung
pada visualisasi vili khorionik yang menginvasi kedalam miometrium
tanpa didapatinya lapisan desidua. Diagnosis plasenta akreta juga dapat
ditegakkan berdasarkan hasil USG (ultrasonography) dan MRI (magnetic
resonance imaging) (Baldwin HJ et al., 2018).
Gambaran plasenta akreta dapat terlihat dengan ultrasonografi pada
trimester pertama namun kebanyakan wanita didiagnosis pada trimester
kedua dan ketiga. Idealnya, wanita dengan faktor risiko plasenta akreta,
seperti plasenta previa dan Riwayat persalinan sesar sebelumnya, harus
dievaluasi oleh dokter kandungan ginekolog atau penyedia layanan

15
kesehatan lainnya dengan pengalaman dan keahlian dalam mendiagnosis
plasenta akreta dengan ultrasonografi.
Temuan pada pemeriksaan ultrasonografi yang paling penting
adalah ada atau tidaknya plasenta previa, yang mana diketahui lebih dari
80% plasenta akreta ditemukan adanya plasenta previa. Selain itu
ditemukannya lakuna vaskular di dalam plasenta, hilangnya Zona
hipoekoik normal antara plasenta dan miometrium, penurunan ketebalan
miometrium retroplasenta (kurang dari 1 mm), kelainan pada lapisan serosa
uterus di sekitar kandung kemih, dan ekstensi plasenta ke dalam
miometrium, serosa, atau kandung kemih juga merupakan tanda- tanda
telah terjadinya plasenta akreta pada pasien tersebut (Baldwin HJ et al.,
2018).
Ultrasonografi pada plasenta akreta dapat kita lihat seperti berikut ini :
Trimester Pertama
1. Didapati kantung kehamilan yang terletak di segmen bawah rahim yang
berhubungan dengan meningkatnya insiden plasenta akreta pada
kehamilan trimester ketiga.
2. Terdapat beberapa pembuluh darah yang tidak teratur pada placental bed
pada trimester pertama juga meningkatkan angka kejadian plasenta akreta.
3. Proses implantasi kantung kehamilan pada parut bekas luka bekas
operasi caesar merupakan temuan yang penting. Dari pemeriksaan
sonografi pada bekas luka caesar didapatkan kantung kehamilan
berimplantasi kedalam bekas luka operasi sampai ke kandung kemih. Jika
tidak ditangani, implantasi pada bekas luka caesar dapat menyebabkan
terjadinya plasenta akreta, perkreta, dan inkreta. Penanganannya berupa
pemberian injeksi methotrexate secara langsung pada kantung kehamilan
dengan bimbingan dari USG.
Laporan kasus terjadinya plasenta akreta pada trimester pertama atau
pada saat abortus usia kehamilan < 20 minggu pernah di laporkan,namun

16
keakuratan USG pada trimester pertama untuk diagnosis ini masih belum
jelas diketahui. USG pada trimester pertama tidak boleh digunakan secara
rutin untuk menegakkan atau mengecualikan diagnosis plasenta akreta.
Atau, karena hubungan dengan terjadinya plasenta akreta, wanita dengan
plasenta previa atau "plasenta letak rendah " yang melewati bekas luka
pada uterus di awal kehamilan harus menjalani pemeriksaan secara
berkelanjutan pada trimester ketiga karena terdapatnya kemungkinan
terjadinya plasenta akreta (Dewi, 2021).
Trimester kedua dan ketiga
1. Beberapa vascular lacunae dalam plasenta memiliki tingkat sensitivitas
yang tinggi (80% -90%) dan tingkat positif palsu yang rendah untuk
terjadinya plasenta akreta. Tetapi ditemukannya Placenta lacunae pada
trimester kedua memiliki sensitivitas dan positive predictive value sangat
tinggi dibandingkan penanda lain untuk mendeteksi plasenta akreta.
2. Tidak ditemukannya zona hipoekhoik retroplasenta yang normal, atau
hilangnya ruang yang jelas antara plasenta dan rahim, merupakan salah satu
tanda terjadinya plasenta akreta . Temuan sonografi ini memiliki nilai
keakuratan sekitar 93% dengan sensitivitas 52% dan spesifisitas 57%. Nilai
rata-rata false positive 21% atau lebih tinggi.namun hal ini sangat
tergantung pada sudut pengambilan saat pemeriksaan USG dan ada
tidaknya plasenta dibagian anterior.
3. Kelainan pada serosa uterus dengan kandung kemih dapat berupa
gangguan garis, penebalan garis, ketidakteraturan garis, dan peningkatan
vaskularisasi dapat dilihat dari pencitraan warna saat pemeriksaan USG
Doppler. Normalnya, permukaan antara serosa uterus dengan kandung
kemih berupa garis tipis yang lebar dan halus tanpa ireguleritas atau
vaskularisasi yang meningkat. Kelainan permukaan antara serosa uterus
dengan kandung kemih ini meliputi penebalan, ireguleritas, peningkatan

17
vaskularisasi, seperti varises dan bulging atau penonjolan plasenta ke
dalam dinding posterior dari kandung kemih.
4. Ekstension atau perpanjangan dari vili ke dalam miometrium, serosa,
atau kandung kemih merupakan penanda terjadinya plasenta akreta.
5. myometrium dari retroplasenta yang memiliki ketebalan kurang dari 1
mm merupakan temuan yang khas untuk plasenta akreta.
6. Adanya turbulensi aliran darah yang melalui lacunae pada Doppler
sonografi terkait dengan plasenta akreta.

6. Penatalaksanaan
Wanita dengan plasenta akreta biasanya melahirkan dengan sc. Tim
multidisiplin harus mencakup ahli beda ginekologi yang berpengalaman
dalam operasi panggul, tim bank darah siap untuk mengelola beberapa
komponen darah, tenaga anastesiologi berpengalaman yang ahli dalam
anastesi obstetric, ahli urologi jika reseksi dan perbaikan kandung kemih
mungkin diperlukan, ahli intensivis untuk perawatan pasca persalinan dan
neonatalogis (Fitri & Hanna, 2017)
a. Plasenta akreta sebagian/fokal
Membuang jaringan plasenta sebanyak mungkin. Kontraksi uterus
yang efektif dan hemostatis yang baik dapat dicapai dengan pemberian
oksitosin. Jika uterus gagal untuk berkontraksi, keputusan untuk
histerektomi dapat diambil dan lebih dianjurkan pada wanita
b. Plasenta akreta total
Histerektomi merupakan indikasi pada wanita dengan plasenta
akreta total. Hal ini dilakukan dengan cara menginsisi uterus diatas tempat
perlekatan plasenta dan klem dan gunting tali pusat sedekat mungkin
dengan dasar plasenta. Percobaan untuk memisahkan plasenta beresiko
besar mengalami perdarahan hebat dan akan berakhir dengan histerektomi.

18
Pada plasenta akreta yang sudah menginvasi kandung kemih, maka dapat
dilakukan histerektomi dan kistetomi sebagian

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Senin/30 Januari 2023

Pukul : 10.30 WIB

Tempat : Ruang Poli Kebidanan dan Kandungan RSUDZA

S : Ny. S berusia 35 tahun datang ke poli kebidanan RSUDZA bersama


suaminya, ibu mengatakan bahwa ia merupakan pasien rujukan dari
Rumah Sakit Cempaka Az-Zahra. Ibu mengeluh sering sakit pada
panggul, dan sempat keluar darah dari jalan lahir. Ibu mengatakan ini
kehamilan ke empatnya, dan pernah keguguran 2 kali, persalinan yang
lalu operasi dan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan. HPHT : 20-
06-2022

O : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Pemeriksaan TTV :

TD : 130/76 mmHg BB : 73 kg

N : 90 x/m TB : 155 cm

P : 25 x/m Lila : 30 cm

S : 36,7 ºC TTP : 27-03-2023

20
Pemeriksaan Fisik :

Wajah : Tidak oedema, tidak pucat

Mata : Konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik

Leher : Tidak ada pembengkakan kalenjar

Payudara : Simetris, tidak ada benjolan

Pemeriksaan Abdomen :

Inspeksi : Terdapat bekas operasi

Palpasi :

TFU : 28 cm

L1 : 3 jari diatas pusat

L2 : Teraba keras, datar seperti papan yaitu punggung janin


berada disebelah kanan ibu (PUKA)

L3 : Bagian terendah janin teraba bulat, lunak, tidak


melenting (Bokong)

L4 : Bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul


(Divergen)

DJJ : 146 x/m

Tbbj : 2.635 gram

Pemeriksaan Penunjang :

Hb : 12 gr/dL

Hematokrit : 38 %

21
Eritrosit : 4,3 10³/mm³

Trombosit : 246 10³/mm³

Leukosit : 10,23 10³/mm³

Glukosa Darah Sewaktu : 96 mg/dL

HbsAg : Non Reaktif

Pemeriksaan Ultrasonografi :

a. Posisi Janin : Memanjang

b. Posisi Plasenta : Posterior

c. Banyak pembuluh darah kohoren melibatkan seluruh pertemuan


antara serosa uterus dengan kandung kemih (basal view)

d. Hipervaskularisasi (lateral view)

A : G4P1A2 usia kehamilan 31 minggu dengan plasenta akreta. Keadaan


ibu dan janin baik

P :

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu kehamilan


dengan plasenta akreta atau kondisi ari-ari atau pembuluh darah pada
plasenta bertumbuh pada dinding rahim terlalu dalam.

2. Memberikan KIE tentang :

a. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga asupan nutrisi, seperti


sumber kalori yang sangat penting untuk plasenta dan pertumbuhan
janin, vitamin A yang dapat mengurangi resiko bayi lahir premature
dan untuk kematangan paru bayi

22
b. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola istirahat tidur pada malam
hari 7-8 jam dan tidur siang 1-2 jam, serta mengurangi aktivitas yang
berlebihan yang dapat menyebabkan kelelahan untuk mencegah
terjadinya perdarahan

c. Memberitahu ibu setiap keluar darah perhatikan seberapa banyak


darah keluar atau memakai pembalut untuk lebih mudah menghitung
seberapa banyak perdarahan keluar.

d. menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene terutama


dibagian genetalia agar terhindar dari penyakit atau keputihan yang
berlebihan

e. Memberitahu ibu tanda bahaya plasenta akreta pada kehamilan


yang berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini menyebabkan
seorang wanita mengalami pendarahan hebat hingga membuatnya
kehilangan 3-5 liter darah saat melahirkan.

f. Memberitahu ibu komplikasi terjadinya plasenta akreta setelah


operasi seperti : Pendarahan hebat setelah melahirkan, yang dapat
menyebabkan kerusakan organ, atau gagal ginjal, dan dapat
membahayakan nyawa.

3. Memberitahu ibu bahwa persalinan harus dilakukan secara operasi


ceaser, dan jadwal persalinan lebih cepat beberapa minggu sebelum hari
perkiraan lahir

4. Memberitahu ibu untuk jadwal konsul ulang pada tanggal 31 januari


2023 untuk dilakukan pemeriksaan lab, dan segera ke fasilitas kesehatan
bila ada keluhan

5. Ibu mengerti dengan penjelasan petugas kesehatan

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan plasenta akreta di
poli kebidanan dan kandungan RSUDZA diperoleh data subjektif Ibu mengeluh
sering sakit pada panggul, dan sempat keluar darah dari jalan lahir. Ibu mengatakan
ini kehamilan ke empatnya, dan pernah keguguran 2 kali, persalinan yang lalu
operasi dan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan. Data objektif Keadaan
Umum: Baik, Kesadaran : Compos Mentis, TD: 130/76 mmHg, N: 90 x/m, P: 25
x/m S: 36,7 ºC, TTP: 27-03-2023, adapun pemeriksaan abdomen diperoleh terdapat
bekas operasi, TFU: 28 cm, L1: 3 jari diatas pusat, L2: Teraba keras, datar seperti
papan yaitu punggung janin berada disebelah kanan ibu (PUKA), L3: Bagian
terendah janin teraba bulat, lunak, tidak melenting (Bokong), L4: Bagian terendah
janin belum masuk pintu atas panggul (Divergen), DJJ : 146 x/m, Tbbj: 2.635
gram. Berdasarkan data di atas maka dapat ditegakkan analisa data yaitu G4P1A2
usia kehamilan 31 minggu dengan plasenta akreta. Keadaan Umum Baik. Asuhan
yang dapat diberikan berupa konseling kepada ibu, penjelasan mengenai persalinan
dan jadwal perencanaan persalinan.

B. Saran
a. Bagi Mahasiswa Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan plasenta akreta secara tepat dan terampil.

b. Bagi petugas Dapat lebih mendeteksi secara dini masalah yang terjadi pada
kehamilan agar kelahiran dapat berjalan dengan normal

24
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun


2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Leny, C. Wulandari. 2021. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Media Sains Indonesia.


Jawa Barat.

Qatrunnada, A. 2018. Faktor Risiko dan Luaran Maternal Plasenta Akreta di RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Obgynia, Volume 1 Nomor 2 September 2018.

World Health Organization (WHO). 2017. Angka Penyebab Kematian Ibu dan Anak.

Dewi, T. P. (2021). Keterlambatan deteksi plasenta akreta pada trimester pertama.


Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 21(1), 54–59.

Wu S, Kocherginsky M, Hibbard JU. Abnormal placentation: twenty-year analysis.


Am J Obstet Gynecol 2005;192: 1458–61.

Desai N, Krantz D, Roman A, Fleischer A, Boulis S, Rochelson B. Elevated first


trimester PAPP–a is associated with increased risk of placenta accreta. Prenat
Diagn 2014;34:159– 62.

Baldwin HJ, Patterson JA, Nippita TA, Torvaldsen S, Ibiebele I, Simpson JM, et al.
Antecedents of abnormally invasive placenta in primiparous women: risk
associated with gynecologic procedures. Obstet Gynecol 2018;131:227–33.
Yeni, C. M., Handayani, H., Nasir, A., Indirayani, I., & Razali, R. (2022). The
Association betweeen Cesarean Section and Placenta Accreta. Indonesian Journal
of Obstetrics and Gynecology, 10(3), 127–132.

25

Anda mungkin juga menyukai