Dosen Pengampu:
Ina Indriati, S.ST.,M.Keb
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat
serta salam kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di yamul qiyamah nanti. Amin ya robbal alamin.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Asuham Kebidanan Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal ”.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Abortus
Insipiens” bagi para pembaca dan juga penyusun.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ina Indriati, S.ST.,M.Keb selaku
dosen pembimbing mata kuliah “Asuham Kebidanan Kegawat Daruratan
Maternal dan Neonatal” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan mata kuliah yang sedang saya
pelajari.
Saya menyadari, bahwa makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya harap adanya kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTA.............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4
3.1 Simpulan..............................................................................................29
3.2 Saran ...................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
adalah perdarahan 30,3 %, hipertensi 27,1 %, infeksi 7,3 %, partus lama 0 %,
abortus 0 %, lain-lain 40,8 % (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarka Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016, jumlah
kematian ibu dilaporkan tercatat sebanyak 85 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kematian ibu disebabkan perdarahan 60 %, infeksi 25 %,
gestosis 15 % dan abortus termasuk di dalamnya yang diawali perdarahan pada
hamil muda. Angka tersebut jauh berbeda dan diperkirakan belum
menggambarkan angkakematian ibu yang sebenarnya pada populasi, terutama
bila dibandingkan dari hasil sensus penduduk 2010 (Agustama, 2017).
Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin
dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO,
abortus berarti keluarnya janin dengan berat janin < 500 gram atau usia
kehamilan < 22 minggu. Mengingat kondisi penanganan bayi baru lahir
berbeda-beda di berbagai Negara, usia kehamilan seperti pada defenisi abortus
dapat berbeda-beda pula. Di Negara maju, oleh karena teknologi ilmu
kedokteran yang canggih, abortus saat ini diartikan sebagai keluarnya hasil
konsepsi ketika usia kehamilan < 20 minggu atau berat badan janin < 400 gram.
Abortus merupakan salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan
perdarahan, apabila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan angka
kematian pada ibu (AKI). Abortus insipiens adalah abortus yang sedang
mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran. Dalam kasus ini salah satu penyebab abortus insipiens pada
ibu adalah karena kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dan dapat
mengakibatkan kematian atau dilahirkannya hasil konsepsi dalam keadaan
cacat dan juga ibu memiliki riwayat abortus. Saat ini abortus menjadi salah satu
masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka abortus yang kian
meningkat dari tahun ketahun (Martaadisoebrata, 2013).
Tindakan abortus di Indonesia dilarang, kecuali dalam kondisi tertentu,
maka upaya yang dapat dilakukan adalah yang bersifat preventif. Melalui fungsi
pengawasan yang dimiliki, DPR perlu terus mendorong pemerintah untuk
meningkatkan implementasi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
5
Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi, khususnya yang terkait dengan upaya preventif untuk mencegah
terjadinya aborsi yang tidak aman, sehingga pada akhirnya AKI dapat
diturunkan dan target dapat diwujudkan (Susiana Sali, 2016 : 9).
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah pada kasus ini
adalah “Bagaiman Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Abortus
Insipiens?”.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Kegunaan teoritis yang diperoleh dari penulisan ini akan memberikan
wawasan keilmuan tentang abortus insipiens pada kehamilan.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi
Penulisan ini dapat menjadi tambahan teori yang sudah ada mengenai
ketidak nyamanan pada abortus insipiens saat kehamilan.
2. Bagi mahasiswa kebidanan
Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan bidan tentang
abortus insipiens pada kehamilan untuk mewujudkan pelayanan
kebidanan dan juga menjadikan referensi bagi mahasiswa terutama
mahasiswa sarjana kebidanan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
pada abortus dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat
kromosom
Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau
halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uters, misalnya
fibroid, malformasi kongnital prolapsus atau retrovesio uteri
Kerusakan pada serviks akibat robekan yang dalam pda saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi amputasi)
Penyakit-penyakit maternal penggunaan obat: penyakit mencakup
infeksi virus akut, panas tinggi dan inikulasi, misalnya vaksinasi
pada penyakit cacar. Gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia
janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan
untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin,
onat-obat tertentu.
c. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana umum
1) Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien
(gawat darurat, komplikasi berat atau cukup stabil) periksa
tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmhg). Jika terdapat syok lakukan tatalaksana awal syok.
2) Bila terdapat tanda- tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan kombinasi angibiotika sampai ibu bebas
demam untuk 48 jam :
a. Ancipillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
b. Gentamicin 5mg/kg BB IV setiap 24 jam
c. Metronidazol 500mg IV setiap 8 jam
3) Segera rujuk ibu ke rumah sakit
4) Semua ibu yang abortus perlu mendapatkan dukungan
5) Emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran
6) Lakukan tatalaksana sesuai jenis abortus
8
2.1.2 Macam Macam Abortus
Abortus Imminens Abortus Insipiens
Perdarahan Pervaginam Sedikit Perdarahan ( kadang
Hasil konsepsi masih di dalam menggumpal )
uterus Hasil konsepsi masih di dalam
Tidak ada pembukaan ostium uterus
uteri internum (OUI ) Terdapat pembukaan serviks
Nyeri memilin / kram perut Uterus sesuai dengan usia
bawah kehamilan
Uterus sesuai dengan usia Mules / nyeri sering dan kuat
kehamilan
Uterus lunak
Tes hamil (+)
Abortus InKomplit Abortus Komplit
Pengeluaran hasil sebagian Semua hasil konsepsi sudah di
konsepsi keluarkan
Masih ada sisa dalam uterus Ostium sudah menutup
Terdapat pembukaan ostium uteri Perdarahan sedikit
internum ( OUI ) dan teraba sisa Uerus lebih kecil
Perdarahan tidak berhanti jika
hasil konsepsi belum keluar
semua
Bisa sampai syok bila perdarahan
sangat banyak
Abortus Tertunda Abortus Habitulasi
( Missed Abortion )
Buah kehamilan tertahan dalam Abortus spontan
rahim selama 8 minggu atau lebih Terjadi 3 kali berturut turut
Perdarahan bisa ada / tidak Kelainan genetik ( kromosom )
Tanpa rasa nyeri Kelainan hormonal
9
Hilangnya tanda kehamilan Kelainan anatomis
Uterus tidak membesar atau
TFU< Umur kehamilan
2.2.2 Etiologi
10
• •Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
2.2.3 Patofisiologis
11
gumpalan, akibat perdarahan dapat ditimbulkan syok. Nadi meningkat, tekanan
darah turun, tampak anemis dan bagian akral dingin (Sukarni, dkk, 2017).
2.2.4 Diagnosis
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula
terdapat rasa mulas. Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan ditentukannya
kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara
biologis atau imunologi. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan,
pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina
(Norma, dkk, 2013).
2.2.5 Komplikasi
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus yang tidak
aman walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan. Komplikasi
dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan
infeksi sepsis (Norma, dkk, 2013).
1) Perdarahan
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati
dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi,
12
dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka atau perlu
perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus.
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus
tetapibiasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat
dengan suatu abortus yang tidak aman.
4) Syok
2.2.6 Penatalaksanaan
13
b. Mencari kemungkinan adanya toksin lingkungan atau pecandu obat
terlarang.
c. Infeksi ginekologi dan obstetri.
d. Faktor genetika antara suami istri.
e. Riwayat keluarga yang pernah mengalami abortus berulang dan
sindrom yang berkaitan denga kejadian abortus atau partus prematur
yang kemudian meninggal.
f. Pemeriksaan diagnostik yang terkai dan pengobatan yang pernnah
didapat.
2) Pemeriksaan Fisik
2.2.7 Pengobatan
14
mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga
akan membantu.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
No Registrasi: 469xxx
Tanggal Masuk: 8 Juni 2015; Jam 02.15 WIB
Tanggal pengkajian: 8 Juni 2015; Jam 02.15 WIB
I. LANGKAH I: IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Identitas Istri/ Suami
Nama klien : Lestari Nama Suami : Andi
Umur : 19 tahun Umur : 24 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMS
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sungai Raya Alamat : Sungai Raya
B. Data Biologis Fisiologis
1. Keluhan Utama: perdarahan pervaginam
2. Riwayat keluhan utama
a. Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak sabtu sore 2
hari yang lalu yakni tanggal 6 Juni 2015, awalnya sedikit
kemudian keluar gumpalan darah segar, perutnya teras amulas
dan ibu merasa lemah serta cemas sampai hari ini pada tanggal 8
Juni 2015
b. Tidak ada riwayat hubungan seksual sebelum terjadi perdarahan
c. Ibu mengatakan tidak pernah terjatuh atau mengangkat beban
terlalu berat
d. Ibu mengatakan tidak pernah meminum obat- obatan atau jamu
yang dapat membahayakan janin
C. Riwayat Kesehatan yang lalu
1. Tidak ada riwayat penyakit menular dan menurun
2. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, paru- paru, diabetes
militus (DM) dan hipertensi
3. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat- obatan
4. Tidak ada riwayat ketergantungan obat- obat terlarang, alkohol
ataupun rokok.
16
D. Riwayat penyakit keluarga
Jantung : tidak ada
Hipertensi : tidak ada
D.M : tidak ada
Asma : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
E. Riwayat Reproduksi
1. Riwayat haid
Menarche : Umur 12 Tahun
Siklus : 28 Hari
Banyaknya : 4 kali ganti pembalut
Dismenorrhe : ada
Teratur/ tidak teratur : teratur
Lamanya : 7 hari
Konsentrasi darah : cair
2. Riwayat kehamilan ini G: 1 P: 0 A: 0
HPHT : 04-03-2015
HPL : 11-12-2015
Keluhan- keluhan pada
Trimester I : mual, muntah
Trimester II :-
Trimester III :-
Imunisasi TT : -
Kontrasepsi yang digunakan :-
Pergerakan anak pertama kali :-
Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan)
a. Rasa lelah : ada
b. Mual dan muntah yang lama : tidak ada
c. Nyeri perut : ada
d. Panas, menggigil : tidak ada
e. Sakit kepala berat/ terus- menerus: tidak ada
f. Penglihatan kabur : tidak ada
g. Rasa nyeri/ panas waktu BAK: tidak ada
h. Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : -
i. Pengeluaran cairan pervaginam: ada
17
j. Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai: -
k. Oedema :-
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
G: 1 P: 0 A: 0
Pernah keguguran : Tidak
Pernah dikuret : Tidak
Keguguran terakhir :-
Jarak antara kehamilan :-
Pernah imunisasi TT : Belum
Komplikasi pada waktu hamil :-
Persalinan yang lalu dibantu oleh :-
Tempat persalinan :-
Komplikasi persalinan pada waktu yang lalu : Tidak ada
4. Riwayat ginekologi
Ibu tidak pernah menderita penyakit PMS (penyakit menular
seksual), dan tumor.
5. Riwayat keluarga berencana (KB)
Ibu belum pernah menjadi akseptor KB.
F. Riwayat Sosial
Perkawinan : kawin
Status perkawinan : kawin sah
o Kawin I: Umur: 19 tahun, dengan Suami umur: 24 tahun
Lamanya :7 bulan Anak: - orang
G. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan nutrisi
Makan: 4x sehari (sering tapi dengan porsi sedikit- sedikit)
Minum: 8 gelas/ hari (gelas ukuran 250ml)
Perubahan makan yang dialami (termasuk ngidam, nafsu
makan dan lain-lain): lebih sering mengemil daripada sebelum
hamil.
2. Pola eliminasi
18
BAB: 1x/ hari (warna kuning agak hitam dengan konsistensi
padat)
BAK: 4x/ hari (bauk khas amoniak, warna kuning jernih)
3. Pola istirahat dan personal hygiene
Ibu mengatakan tidur siang selama 2 jam, dan 8 jam pada malam
hari. Namun beberapa hari belakangan ibu mengatakan tidur tidak
nyenyak karena merasa nyeri pada perut bagian bawah. Saat
sedang beres- beres rumah lebih sering istirahat jika sudah merasa
kelelahan.
Ibu mengatakan mandi dan sikat gigi sebanyak 2x sehari tiap
pagi dan sore dan selalu mengganti pakaian setiap habis mandi.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : cemas, lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda- tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Denyut nadi : 78x/ menit
Pernafasan : 22x/ menit
Suhu : 36,80c
BB : 55 kg
Lila : 24 cm
TB : 153cm
BB sebelum hamil : 52 kg
2. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala: rambut bersih, gelombang, ada rontok dan tidak ada
massa,benjolan dan nyeri tekan.
b. Wajah: tidak ada oedema dan kloasma
c. Mata: kongjungtiva pucat dan sklera putih
d. Telinga: tidak ada serumen
e. Hidung: tidak ada polip
19
f. Mulut dan gigi: bibir pucat, tidak ada sariawan, mulut dan gigi
bersih.
g. Leher: tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe
dan vena jugularis.
h. Dada: payudara simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol
dan terbentuk, hiperpigmentasi pada areola mammae, dan tidak
ada massa benjolan dan nyeri tekan.
i. Abdomen: tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai
dengan UK, tidak ada oedema, TFU 3 jari diatas simpisis.
j. Ekstremitas: simetris kiri dan kanan, tidak ada varices dan tidak
ada oedema
k. Genetalia: tidak ada varices, tidak ada kelainan pada vulva,
nampak pengeluaran darah dari vagina.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 13,0 gr%
Haematocryt : 40,0 %
Leucocyte : 17.000
Thrombocyte : 258.000
Golda :B
b. Pemeriksaan USG
Hasil USG: kesan sangat mungkin abortus insipiens
II. LANGKAH II: IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
AKTUAL
Diagnosa aktual: Ny. L G1P0A0 dengan usia kehamilan 13 minggu 4
hari dengan abortus insipiens
Masalah aktual: perdarahan pervaginam
Kebutuhan: 1. Pemasangan infuse
2. Perbaikan kondisi ibu yang cemas
3. Persiapan pengeluaran sisa hasil konsepsi
4. Jaga Personal hygiene ibu
5. Nutrisi dan cairan
20
A. G1P0A0
1. Data subjektif
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama
2. Data objektif
Tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai dengan UK,
tidak ada oedema, TFU 3 jari diatas simpisis.
3. Analisa dan intepretasi data
Pada usia kehamilan 12 minggu panjang fetus 9 cm, dengan
tinggi fundus uteri belum teraba namun diakhir bulan ketiga fundus
uteri berada 1- 2 jari diatas simpisis. Perkembangan pada janin daun
telinga lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai terbentuk,
genetalia eksterna terbentuk tetapi belum berdiferensiasi (Mochtar,
2013).
B. Gestasi 13 minggu 4 hari
1. Data subjektif
Ibu mengatakan HPHT tanggal 04 Maret 2015
2. Data objektif
a. HPL tanggal 11 Desember 2015
b. Pengkajian tanggal 8 Juni 2015
3. Analisis dan intepretasi data
Dari HPHT 04 Maret 2015 sampai tanggal 8 Juni 2015 maka
umur kehamilan diperoleh 13 minggu 4 hari.
C. Abortus insipiens
1. Data subjektif
Ibu mengatakan mengalami pendarahan pervaginam sejak
06 Juni 2015 lalu, awalnya sedikit kemudian keluar gumpalan darah
terus keluar sampai tanggal 08 juni 2015, dan nyeri di perut bagian
bawah.
2. Data objektif
a. Tampak pengeluaran darah dari vagina
b. Adanya nyeri perut bagian bawah
c. Pemeriksaan obstetrik TFU setinggi 3 jari di atas simpisis
21
3. Analisis dan intepretasi data
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan
dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
berada di dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih
sering dan kuat perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum,
disusul dengan kerokan. Pada abortus insipiens, kemungkinan
terjadi pengeluaran sebagian atau seluruh hasil konsepsi dengan
cepat.
III. LANGKAH III: IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
POTENSIAL
1. Data subjektif
Ibu mengatakan mengalami pendarahan pervaginam sejak
06 Juni 2015 lalu, awalnya sedikit kemudian keluar gumpalan darah
terus keluar sampai tanggal 08 juni 2015, dan nyeri di perut bagian
bawah.
2. Data objektif
Keadaan umum : cemas, lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda- tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Denyut nadi : 78x/ menit
Pernafasan : 22x/ menit
Suhu : 36,80c
BB : 55 kg
Lila : 24 cm
TB : 153cm
BB sebelum hamil: 52 kg
3. Analisis dan interpretasi data
a. Antisipasi terjadi infeksi pada jalan lahir
22
Terbukanya jalan lahir dan adanya perdarahan merupakan
media perkembangannya mikroorganisme pathogen yang dapat
menyebabkan infeksi. Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat
terjadi disetiap abortus tetapi biasanya ditemukan pada abortus
inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan
tanpa memperhatikan asepsisi dan antisepsis (Irianti Bayu dkk,
2014: 77).
b. Antisipasi terjadi anemia
Anemia pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (Irianti
Bayu dkk, 2014:78).
c. Antisipasi perforasi karena Tindakan kuret
Perforasi uterus pada korban dapat terjadi pada uterus dalam
posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu
diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
IV. LANGKAH IV: TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI
A. Kolaborasi dengan dokter untuk Tindakan selanjutnya
1. Penatalaksanaan pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes/ menit.
2. Rencana kuret tanggal 09 Juni 2015, pukul 03.10 WIB
B. Penataklasanaan pemberian obat
1. Antibiotik (ceftriaxone IV/12 jam).
2. Analgetik (Asam Mefenamat 3x1).
3. Penambah darah (SF 1x1).
4. Misoprostol 2 tablet/vagina.
V. LANGKAH V: RENCANA/ INTERVENSI
1. Diagnosa aktual: Ny. L G1P0A0 dengan usia kehamilan 13 minggu 4
hari dengan abortus insipiens
2. Masalah aktual: perdarahan pervaginam
3. Masalah potensial:
23
a. Antisipasi terjadinya infeksi jalan lahir
b. Antisipasi terjadinya anemia
c. Antisipasi syok perdarahan atau syok endoseptik
d. Antisipasi perforasi karena Tindakan kuret
4. Tujuan:
a. Abortus inkomplit dapat teratasi
b. Nyeri perut dapat teratasi
c. Keadaan ibu baik
d. Infeksi tidak terjadi
e. Anemia tidak terjadi
f. perforasi tidak terjadi
g. syok tidak terjadi
5. Kriteria:
a. Perdarahan pervaginam berhenti
b. Ibu tidak mengeluh nyeri dan tidak ada nyeri tekan pada perut
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD: sistole 90-120 mmHg, diastole 60-90 mmHg
N: 60-90 kali/ menit
S: 36,5-37,50c
P: 16-24 kali/ menit
6. Rencana Tindakan
Tanggal: 09 Juni 2015
Pukul: 03.00 WIB
1. Observasi keadaan umum ibu
2. Jelaskan kepada ibu tentang keadaannya saat ini
Rasional: dengan menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu,
ibu dapat mengerti tentang keadaannya dan dapat mengurangi
kecemasan ibu
3. Observasi tanda-tanda vital setiap 1 jam
Rasional: tanda-tanda vital merupakan indikator dari keadaan
umum klien dan menentukan intervensi selanjutnya.
4. Beri informasi kepada klien tentang penyebab perdarahan
24
Rasional: agar ibu mengerti tentang keadaanya sekarang
5. Beritahu keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Rasional: dengan penjelasan kepada klien/keluarganya
diharapkan dapat menyetujui rencana tindakan kuret dan ibu
dapat menyiapkan fisik dan fsikis.
6. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase
Rasional: sebagai pernyataan persetujuan dari ibu/keluarga
untuk tindakan dan sebagai perlindungan hukum bagi dokter
dan bidan dalam melakukan tindakan.
7. Pasang infuse
Rasional: agar ibu tidak kehilangan banyak cairan
8. Anjurkan ibu unuk bedrest total.
9. Anjurkan ibu untuk berpuasa sebelum dilakukan tindakan
kuretase
Rasional; agar perut ibu dalam keadaan kosong sehingga
kuretase berjalan dengan lancer.
10. Persiapkan peralatan curet
Rasional: dengan persiapan yang dilakukan yakni dengan
persiapan alat, penolong dan persiapan pasien maka akan
memudahkan dalam melakukan prosedur kerja sesuai dengan
protap.
11. Kaji tingkat nyeri
Rasional: mengkaji tingkat nyeri dapat membantu menentukan
tindakan selanjutnya.
12. Berikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian
bawah yang dirasakan oleh ibu
Rasional: agar ibu dapat mengerti bahwa nyeri yang dirasakan
akibat dari kontraksi uterus sehingga ibu dapat menerima
keadaannya sebagai hal yang fisiologis.
13. Anjurkan tekhnik relaksasi jika timbul rasa nyeri
Rasional: teknik relaksasi merupakan salah satu upaya untuk
menghilangkan perhatian klien terhadap nyeri yang dirasakan
25
dan meningkatkan suplai oksigen yang masuk kedalam tubuh
diteruskan keotak yang akan menghambat/ mengurangi
rangsangan nyeri yang timbul.
14. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Rasional: dengan mengungkapkan perasaannya dan
mendengarkan keluhannya klien akan merasa diperhatikan
sehingga ia akan lebih tenang.
15. Berikan dukungan mental kepada ibu
Rasional: dengan dorongan spiritual memberikan ketenangan
hati bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses
penyembuhan dan tetap berdoa kepada yang maha kuasa.
16. Anjurkan ibu untuk mengganti duk/pembalut jika sudah penuh
serta menjaga kebersihan diri
Rasional: dengan menjaga kebersihan diri akan memberi rasa
nyaman dan mencegah berkembannya kuman pathogen
penyebab infeksi.
17. Bekerja secara septik dan antiseptik selama melakukan
perawatan pada klien.
Rasional: untuk mencegah infeksi silang/kontaminasi dengan
benda- benda tidak steril.
18. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik dan antibiotik
Rasional: analgetik (asam mefenamat 3x1) akan membantu
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu dan antibiotic
(ceftriaxone IV/12 jam) akan membantu mencegah terjadinya
infeksi.
VI. LANGKAH VI: IMPLEMENTASI
Tanggal: 09 Juni 2015
Pukul: 03.10 WIB
1. Mengobservasi tanda-tanda vital:
K/U: lemah
TD: 110/70 mmhg Denyut nadi : 78 x/menit
26
RR: 22 x/menit Suhu : 36,8 0C
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelaskan keadaan
yang dialaminya.
Hasil: ibu memahami dan mengerti dengan keadaanya.
3. Menjelaskan pada klien/keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret
jika klien setuju maka akan dilakukan tindakan kuretase pada tanggal 9
Juni 2015, pukul 03. 10 WIB.
Hasil: ibu/ keluarga mengerti dan setuju, maka akan dilakukan tindakan
kuretase.
4. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase
Hasil: suami setuju dan telah menandatangani persetujuan tindakan
kuret, rencana kuret tanggal 9 Juni 2015, pukul 03. 10 WIB.
5. Memasang infus RL dengan 20 tetes/ menit
Hasil: kebutuhan cairan ibu mulai membaik
6. Menganjurkan ibu untuk istrahat dan berpuasa selama 6 jam sebelum
dikuret
Hasil: ibu mengerti dan melakukannya.
7. Mempersiapkan peralatan kuretase, yaitu :
a. Spekulum 1 pasang
b. Tenakulum 1 buah
c. Tampon tang 1 buah
d. Sonde uterus 1 buah
e. Sendok curet 2 buah
f. Abortus tang 1 buah
g. Busi 4 buah
h. Handscoon steril 1 pasang
i. Kassa steril
j. Kom berisi betadine
8. Memberikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian
bawah yang dirasakan oleh ibu
Hasil: ibu mengerti dengan keadaanya sekarang
9. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan klien
27
Hasil: ibu merasa nyaman dengan posisinya sekarang
10. Mengajarkan teknik relaksasi bila timbul rasa nyeri
Hasil: ibu melakukan tekhnik relaksasi dengan menarik nafas dalam
melalui hidung dan menghembuskan secara perlahan- lahan lewat
mulut.
11. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Hasil: ibu meraa tenang telah mengungkapkan perasaannya.
12. Memberikan dorongan spiritual kepada ibu
Hasil: ibu mengerti dan tampak mulai berdoa.
13. Menganjurkan pada ibu untuk meningkatkan kebersihan diri dengan
mengganti doek atau pembalut setiap kali basah
Hasil: ibu mengerti dan melakukannya.
14. Bekerja secara septik selama melakukan perawatan pada klien
15. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik dan antibiotic
Hasil: Ceftriaxone IV/12 jam, Asam mefenamat 3x1, dan SF 1x1.
VII. LANGKAH VII: EVALUASI
1. Nyeri perut bagian bawah telah teratasi
a. Ibu mengatakan sudah tidak ada nyeri perut
b. Ekspresi wajah ibu tidak meringis bila bergerak
2. Abortus insipiens teratasi ditandai dengan
Telah dilakukan tindakan kuretase
Perdarahan pervaginam berkurang
3. Keadaan ibu baik ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal
TD: 100/ 70 mmHg
P: 20x/ menit
N: 76x/ menit
S: 36,60c
4. Infeksi jalan lahir belum dapat diintervensi
5. Anemia tidak terjadi ditandai dengan
Kesadaran komposmentis
TTV dalam batas
Hemoglobin (Hb) 11,5 gr%
28
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam
memberi pelayanan dan melakukan asuhan pada klien dengan abortus
insipiens.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan lebih kompeten dalam memberi pelayanan sesuai dengan
prosedur dan harapan klien.
3. Bagi Pasien
Diharapkan/ hendaknya melaksanakan dan menyetujui anjuran yang
diberikan oleh tenaga kesehatan agar abortus insipiens dapat segera
teratasi dan kondisi klien segera membaik
29
DAFTAR PUSTAKA
Susiana, Sali. 2016. Aborsi dan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan. Undang-
undang Nomor 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2014.
WHO. 2014. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Abortus.
Jakarta.
30