Anda di halaman 1dari 30

ABORTUS INSIPIENS

Makalah ini disusun


Untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal

Dosen Pengampu:
Ina Indriati, S.ST.,M.Keb

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Renata Reinka Faradisa ( 216012 )


2. Risa Nuraisah ( 216026 )
3. Dhea Monica Rahardika ( 216034 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN
KESDAM V/BRAWIJAYA
MALANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat
serta salam kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di yamul qiyamah nanti. Amin ya robbal alamin.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Asuham Kebidanan Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal ”.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Abortus
Insipiens” bagi para pembaca dan juga penyusun.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ina Indriati, S.ST.,M.Keb selaku
dosen pembimbing mata kuliah “Asuham Kebidanan Kegawat Daruratan
Maternal dan Neonatal” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan mata kuliah yang sedang saya
pelajari.
Saya menyadari, bahwa makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya harap adanya kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, Februari 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................i

KATA PENGANTA.............................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4

1.1 Latar Belakang......................................................................................4


1.3 Rumusan Masalah.................................................................................6
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................6
1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................6

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................7

2.1 Konsep Dasar Abortus...............................................................................7


2.1.1 pengertian abortus..............................................................................7
2.1.2 macam-macam abortus......................................................................9
2.2 Konsep Teori Abortus Insipiens...............................................................10
2.2.1 pengertian.........................................................................................10
2.2.2 etiologi..............................................................................................10
2.2.3 patofisiologi......................................................................................11
2.2.4 komplikasi........................................................................................12
2.2.5 diagnosis...........................................................................................12
2.2.6 penatalaksanaan................................................................................13
2.2.7 pengobatan........................................................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................16

BAB IV PENUTUP ............................................................................................29

3.1 Simpulan..............................................................................................29
3.2 Saran ...................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan
dampak pada kesakiatan dan kematian ibu. Salah satu penyebab utama kematian
ibu adalah perdarahan berupa komplikasi yang disebabkan oleh abortus. Angka
Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia yaitu satu dari 8 kematian ibu, di
perkirakan bahwa diseluruh dunia, hampir 80.000 wanita meninggal tiap tahun
akibat komplikasi setelah abortus. Di perkirakan bahwa di antara 10% dan 50%
dari seluruh wanita yang mengalami aborsi yang tidak aman memerlukan
pelayanan medis akibat komplikasi. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah aborsi inkmplit, sepsis, hemoragi, dan cedera intra abdomen
(Rosmanengsi, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014 persentase
kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi yaitu 15-50 %. Di Amerika
Serikat angka kejadian abortus secara nasional berkisar antara 10-20 %.
Kejadian abortus di Asia Tenggara diperkirakan 4,2 juta dilakukan setiap tahun
dengan perincian 1,3 juta di Vietnam dan Singapura, 750.000-1,5 juta di
Indonesia, 155.000- 750.000 di Filiphina dan 300.000-900.000 juta di Thailand.
Satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan abortus. Di dunia angka
kematian ibu dan bayi yang tertinggi adalah di Asia Tenggara. Hasil studi
Abortion Icidence and Service Avaibility in United States pada tahun 2016
menyatakan tingkat abortus telah menurun secara signifikan sejak tahun 1990
di Negara maju tapi tidak di Negara berkembang.
Berdasarkan Standar Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 AKI telah
menurun yaitu mencapai 305 per 100.000. Penyebab langsung kematian ibu

4
adalah perdarahan 30,3 %, hipertensi 27,1 %, infeksi 7,3 %, partus lama 0 %,
abortus 0 %, lain-lain 40,8 % (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarka Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2016, jumlah
kematian ibu dilaporkan tercatat sebanyak 85 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kematian ibu disebabkan perdarahan 60 %, infeksi 25 %,
gestosis 15 % dan abortus termasuk di dalamnya yang diawali perdarahan pada
hamil muda. Angka tersebut jauh berbeda dan diperkirakan belum
menggambarkan angkakematian ibu yang sebenarnya pada populasi, terutama
bila dibandingkan dari hasil sensus penduduk 2010 (Agustama, 2017).
Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin
dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO,
abortus berarti keluarnya janin dengan berat janin < 500 gram atau usia
kehamilan < 22 minggu. Mengingat kondisi penanganan bayi baru lahir
berbeda-beda di berbagai Negara, usia kehamilan seperti pada defenisi abortus
dapat berbeda-beda pula. Di Negara maju, oleh karena teknologi ilmu
kedokteran yang canggih, abortus saat ini diartikan sebagai keluarnya hasil
konsepsi ketika usia kehamilan < 20 minggu atau berat badan janin < 400 gram.
Abortus merupakan salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan
perdarahan, apabila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan angka
kematian pada ibu (AKI). Abortus insipiens adalah abortus yang sedang
mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran. Dalam kasus ini salah satu penyebab abortus insipiens pada
ibu adalah karena kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dan dapat
mengakibatkan kematian atau dilahirkannya hasil konsepsi dalam keadaan
cacat dan juga ibu memiliki riwayat abortus. Saat ini abortus menjadi salah satu
masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka abortus yang kian
meningkat dari tahun ketahun (Martaadisoebrata, 2013).
Tindakan abortus di Indonesia dilarang, kecuali dalam kondisi tertentu,
maka upaya yang dapat dilakukan adalah yang bersifat preventif. Melalui fungsi
pengawasan yang dimiliki, DPR perlu terus mendorong pemerintah untuk
meningkatkan implementasi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

5
Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi, khususnya yang terkait dengan upaya preventif untuk mencegah
terjadinya aborsi yang tidak aman, sehingga pada akhirnya AKI dapat
diturunkan dan target dapat diwujudkan (Susiana Sali, 2016 : 9).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah pada kasus ini
adalah “Bagaiman Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Abortus
Insipiens?”.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien


dengan Abortus Insipiens secara optimal.

1.4 Manfaat

a. Manfaat Teoritis
Kegunaan teoritis yang diperoleh dari penulisan ini akan memberikan
wawasan keilmuan tentang abortus insipiens pada kehamilan.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi
Penulisan ini dapat menjadi tambahan teori yang sudah ada mengenai
ketidak nyamanan pada abortus insipiens saat kehamilan.
2. Bagi mahasiswa kebidanan
Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan bidan tentang
abortus insipiens pada kehamilan untuk mewujudkan pelayanan
kebidanan dan juga menjadikan referensi bagi mahasiswa terutama
mahasiswa sarjana kebidanan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Abortus


2.1.1 Pengertian Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang batasannya adalah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat badan janin kurang dari 500 gram. Abortus spontan adalah abortus
yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri
kehamilan tersebut. Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran
atau miscarriage. Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Terminologi
umum untuk keadaan ini adalah pengguguran aborsi atau abortus provokatus.
Menurut Manuaba 2001 dalam GetX Press 2020 abortus adalah kegagalan
kehamilan sebelum usia kehamilan 28 minggu atau berat janin kurang dari
1000.
a. Diagnosis dan Masalah Abortus
Diagnosis dari abortus terdiri dari :
1. Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak
2. Perut nyeri dan kaku
3. Pengeluaran sebagian produk konsepsi
4. Serviks dapat tertutup maupun terbuka
5. Ukuran uterus lebih kecil dari seharusnya
6. Diagnosis ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan ultrasonografi
(Kemenkes 2013 Buku Saku)
Komplikasi Abortus :
Kita mengenal adanya “trias komplication” yaitu :
1. Perdarahan
2. Kerusakan alat genetalia
3. Infeksi berakhir dengan infertilitas dan peningkatan hamil ektopik
b. Faktor penyebab abortus

7
 Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
pada abortus dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat
kromosom
 Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau
halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uters, misalnya
fibroid, malformasi kongnital prolapsus atau retrovesio uteri
 Kerusakan pada serviks akibat robekan yang dalam pda saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi amputasi)
 Penyakit-penyakit maternal penggunaan obat: penyakit mencakup
infeksi virus akut, panas tinggi dan inikulasi, misalnya vaksinasi
pada penyakit cacar. Gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia
janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan
untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin,
onat-obat tertentu.
c. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana umum
1) Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien
(gawat darurat, komplikasi berat atau cukup stabil) periksa
tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmhg). Jika terdapat syok lakukan tatalaksana awal syok.
2) Bila terdapat tanda- tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan kombinasi angibiotika sampai ibu bebas
demam untuk 48 jam :
a. Ancipillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
b. Gentamicin 5mg/kg BB IV setiap 24 jam
c. Metronidazol 500mg IV setiap 8 jam
3) Segera rujuk ibu ke rumah sakit
4) Semua ibu yang abortus perlu mendapatkan dukungan
5) Emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran
6) Lakukan tatalaksana sesuai jenis abortus

8
2.1.2 Macam Macam Abortus
Abortus Imminens Abortus Insipiens
 Perdarahan Pervaginam Sedikit  Perdarahan ( kadang
 Hasil konsepsi masih di dalam menggumpal )
uterus  Hasil konsepsi masih di dalam
 Tidak ada pembukaan ostium uterus
uteri internum (OUI )  Terdapat pembukaan serviks
 Nyeri memilin / kram perut  Uterus sesuai dengan usia
bawah kehamilan
 Uterus sesuai dengan usia  Mules / nyeri sering dan kuat
kehamilan
 Uterus lunak
 Tes hamil (+)
Abortus InKomplit Abortus Komplit
 Pengeluaran hasil sebagian  Semua hasil konsepsi sudah di
konsepsi keluarkan
 Masih ada sisa dalam uterus  Ostium sudah menutup
 Terdapat pembukaan ostium uteri  Perdarahan sedikit
internum ( OUI ) dan teraba sisa  Uerus lebih kecil
 Perdarahan tidak berhanti jika
hasil konsepsi belum keluar
semua
 Bisa sampai syok bila perdarahan
sangat banyak
Abortus Tertunda Abortus Habitulasi
( Missed Abortion )
 Buah kehamilan tertahan dalam  Abortus spontan
rahim selama 8 minggu atau lebih  Terjadi 3 kali berturut turut
 Perdarahan bisa ada / tidak  Kelainan genetik ( kromosom )
 Tanpa rasa nyeri  Kelainan hormonal

9
 Hilangnya tanda kehamilan  Kelainan anatomis
 Uterus tidak membesar atau
TFU< Umur kehamilan

2.2 Konsep Teori Abortus Insipiens


2.2.1 Pengertian
Abortus Insipiens merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan
lagi ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Pada
keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik yang hebat.
Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi ostium serviks dengan bagian
kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung
janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-
5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah (Norma, dkk,
2013).

2.2.2 Etiologi

Menurut (Manuaba, dkk, 2013) Penyebab keguguran sebagian besar tidak


diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut:

1) Faktor pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi


dapat terjadi karena :
a) Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom termasuk kromosom seks.
b) Faktor lingkungan endometrium
• Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
• Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu
• pendek.
• Pengaruh luar
• Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
• konsepsi.

10
• •Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan

pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.


2) Kelaianan pada Plasenta
a) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab,sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi. Gangguan pembuluh darah plasenta diantaranya
diabetes melitus.
b) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.

Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin


dalam kandungan melalui plasenta.

a) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan


sifilis.
b) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran O2
menuju sirkulasi retroplasenter.
c) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
dan penyakit diabetes melitus kelainan yang terdapat dalam rahim.
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks, dan robekan serviks
pada postpartum .

2.2.3 Patofisiologis

Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau


seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan
seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai
penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena
kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau
sebagian hasil konsepsi. Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya : sedikit-
sedikit dan berlangsung lama, sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai

11
gumpalan, akibat perdarahan dapat ditimbulkan syok. Nadi meningkat, tekanan
darah turun, tampak anemis dan bagian akral dingin (Sukarni, dkk, 2017).

2.2.4 Diagnosis

Dasar diagnosis abortus insipiens adalah :

1. anamesis, perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim

2. pemeriksaan dalan , ostium terbuka buah kehamilan masih dalam


rahim, dan ketuban utuh (mungkin menonjol).

Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula
terdapat rasa mulas. Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan ditentukannya
kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara
biologis atau imunologi. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan,
pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina
(Norma, dkk, 2013).

2.2.5 Komplikasi

Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus yang tidak
aman walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan. Komplikasi
dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan
infeksi sepsis (Norma, dkk, 2013).

1) Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil


konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.

2) Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati
dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi,

12
dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka atau perlu
perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus.

3) Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus
tetapibiasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat
dengan suatu abortus yang tidak aman.

4) Syok

Syok pada abortus terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan


karena infeksi berat (syok endomestik). Pemeriksaan penunjang yaitu tes
kehamilan positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus. Yang kedua pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan
apakah janin masih hidup dan pemeriksaan fibrinogen darah pada missed
abortion (Norma, dkk, 2013).

2.2.6 Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan abortus berulang dibutuhkan anamnesis yang


terarah mengenai riwayat suami istri dan pemeriksaan ibu baik secara anatomis
maupun laboratorik. Apakah abortus terjadi pada trimester pertama atau kedua
penting untuk diperhatikan. Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak
faktor yang harus dicari sesuai dengan kemungkinan etiologi atau mekanisme
terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka faktor-faktor
penyebab lain cenderung pada faktor anatomis terjadinya inkompetensia serviks
dan adanya tumor mioma uteri serta infeksi yang berat pada uterus atau serviks.
Menurut (Norma, dkk, 2013) tahap-tahap penatalaksaan tersebut meliputi :

1) Riwayat Penyakit Dahulu

a. Kapan abortus terjadi, apakah pada trimester pertama atau trimester


berikutnya, adakah penyebab mekanis yang menonjol.

13
b. Mencari kemungkinan adanya toksin lingkungan atau pecandu obat
terlarang.
c. Infeksi ginekologi dan obstetri.
d. Faktor genetika antara suami istri.
e. Riwayat keluarga yang pernah mengalami abortus berulang dan
sindrom yang berkaitan denga kejadian abortus atau partus prematur
yang kemudian meninggal.
f. Pemeriksaan diagnostik yang terkai dan pengobatan yang pernnah
didapat.

2) Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan fisik secara umum


b. Pemeriksaan ginekologi
c. Pemeriksaan laboratorium

2.2.7 Pengobatan

Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi


baru pada ibu dengan riwayat abortus berulang maka support psikologis untuk
pertumbuhan embrio intrauterin yang baik perlu diberikan pada ibu. Kenali
terjadinya antipospolifit sindrom atau mencegah terjadinya infeksi intrauterin.

Pemeriksaan kadar β-HCG secara periodik pada awal kehamilan dapat

membantu pemantauan kelangsungan kehamilan sampai pemeriksaan USG


dapat dikerjakan. Gold standard untuk memonitoring kehamilan dini adalah
pemeriksaan USG dikerjakan setiap dua minggu sampai kehamilan ini tidak
mengalami abortus. Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung janin
maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemeriksaan kariotik jaringan hasil
konsepsi tersebut.

Bila belum terjadi kehamilan pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil


penilaian yang ada. Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur
atau spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan endoktrin, infeksi dan berbagai
variasi hasil pemeriksaan reaksi imunologi. Pengobatan pada penderita yang

14
mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga
akan membantu.

Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan


secara intensif harus dikerjakan secara bertahap baik perbaikan kromosom,
anomali anatomi, kelainan endoktrin, infeksi, faktor imunologi, antipospolitif
sindrom, terapi imunoklobulin perlu diberikan secara berurutan. Hal ini
merupakan suatupekerjaan yang besar dan memerlukan pengamatan yang
memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Norma, dkk, 2013).

15
BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN


ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA
TGL 26 APRIL 2017

No Registrasi: 469xxx
Tanggal Masuk: 8 Juni 2015; Jam 02.15 WIB
Tanggal pengkajian: 8 Juni 2015; Jam 02.15 WIB
I. LANGKAH I: IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Identitas Istri/ Suami
Nama klien : Lestari Nama Suami : Andi
Umur : 19 tahun Umur : 24 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMS
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sungai Raya Alamat : Sungai Raya
B. Data Biologis Fisiologis
1. Keluhan Utama: perdarahan pervaginam
2. Riwayat keluhan utama
a. Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak sabtu sore 2
hari yang lalu yakni tanggal 6 Juni 2015, awalnya sedikit
kemudian keluar gumpalan darah segar, perutnya teras amulas
dan ibu merasa lemah serta cemas sampai hari ini pada tanggal 8
Juni 2015
b. Tidak ada riwayat hubungan seksual sebelum terjadi perdarahan
c. Ibu mengatakan tidak pernah terjatuh atau mengangkat beban
terlalu berat
d. Ibu mengatakan tidak pernah meminum obat- obatan atau jamu
yang dapat membahayakan janin
C. Riwayat Kesehatan yang lalu
1. Tidak ada riwayat penyakit menular dan menurun
2. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, paru- paru, diabetes
militus (DM) dan hipertensi
3. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat- obatan
4. Tidak ada riwayat ketergantungan obat- obat terlarang, alkohol
ataupun rokok.

16
D. Riwayat penyakit keluarga
 Jantung : tidak ada
 Hipertensi : tidak ada
 D.M : tidak ada
 Asma : tidak ada
 Lain-lain : tidak ada
E. Riwayat Reproduksi
1. Riwayat haid
Menarche : Umur 12 Tahun
Siklus : 28 Hari
Banyaknya : 4 kali ganti pembalut
Dismenorrhe : ada
Teratur/ tidak teratur : teratur
Lamanya : 7 hari
Konsentrasi darah : cair
2. Riwayat kehamilan ini G: 1 P: 0 A: 0
 HPHT : 04-03-2015
 HPL : 11-12-2015
 Keluhan- keluhan pada
Trimester I : mual, muntah
Trimester II :-
Trimester III :-
 Imunisasi TT : -
 Kontrasepsi yang digunakan :-
 Pergerakan anak pertama kali :-
 Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan)
a. Rasa lelah : ada
b. Mual dan muntah yang lama : tidak ada
c. Nyeri perut : ada
d. Panas, menggigil : tidak ada
e. Sakit kepala berat/ terus- menerus: tidak ada
f. Penglihatan kabur : tidak ada
g. Rasa nyeri/ panas waktu BAK: tidak ada
h. Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : -
i. Pengeluaran cairan pervaginam: ada

17
j. Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai: -
k. Oedema :-
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
G: 1 P: 0 A: 0
 Pernah keguguran : Tidak
 Pernah dikuret : Tidak
 Keguguran terakhir :-
 Jarak antara kehamilan :-
 Pernah imunisasi TT : Belum
 Komplikasi pada waktu hamil :-
 Persalinan yang lalu dibantu oleh :-
 Tempat persalinan :-
 Komplikasi persalinan pada waktu yang lalu : Tidak ada
4. Riwayat ginekologi
Ibu tidak pernah menderita penyakit PMS (penyakit menular
seksual), dan tumor.
5. Riwayat keluarga berencana (KB)
Ibu belum pernah menjadi akseptor KB.
F. Riwayat Sosial
 Perkawinan : kawin
 Status perkawinan : kawin sah
o Kawin I: Umur: 19 tahun, dengan Suami umur: 24 tahun
Lamanya :7 bulan Anak: - orang
G. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan nutrisi
 Makan: 4x sehari (sering tapi dengan porsi sedikit- sedikit)
 Minum: 8 gelas/ hari (gelas ukuran 250ml)
 Perubahan makan yang dialami (termasuk ngidam, nafsu
makan dan lain-lain): lebih sering mengemil daripada sebelum
hamil.
2. Pola eliminasi

18
 BAB: 1x/ hari (warna kuning agak hitam dengan konsistensi
padat)
 BAK: 4x/ hari (bauk khas amoniak, warna kuning jernih)
3. Pola istirahat dan personal hygiene
Ibu mengatakan tidur siang selama 2 jam, dan 8 jam pada malam
hari. Namun beberapa hari belakangan ibu mengatakan tidur tidak
nyenyak karena merasa nyeri pada perut bagian bawah. Saat
sedang beres- beres rumah lebih sering istirahat jika sudah merasa
kelelahan.
Ibu mengatakan mandi dan sikat gigi sebanyak 2x sehari tiap
pagi dan sore dan selalu mengganti pakaian setiap habis mandi.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : cemas, lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda- tanda vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Denyut nadi : 78x/ menit
 Pernafasan : 22x/ menit
 Suhu : 36,80c
 BB : 55 kg
 Lila : 24 cm
 TB : 153cm
 BB sebelum hamil : 52 kg
2. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala: rambut bersih, gelombang, ada rontok dan tidak ada
massa,benjolan dan nyeri tekan.
b. Wajah: tidak ada oedema dan kloasma
c. Mata: kongjungtiva pucat dan sklera putih
d. Telinga: tidak ada serumen
e. Hidung: tidak ada polip

19
f. Mulut dan gigi: bibir pucat, tidak ada sariawan, mulut dan gigi
bersih.
g. Leher: tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe
dan vena jugularis.
h. Dada: payudara simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol
dan terbentuk, hiperpigmentasi pada areola mammae, dan tidak
ada massa benjolan dan nyeri tekan.
i. Abdomen: tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai
dengan UK, tidak ada oedema, TFU 3 jari diatas simpisis.
j. Ekstremitas: simetris kiri dan kanan, tidak ada varices dan tidak
ada oedema
k. Genetalia: tidak ada varices, tidak ada kelainan pada vulva,
nampak pengeluaran darah dari vagina.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
 HB : 13,0 gr%
 Haematocryt : 40,0 %
 Leucocyte : 17.000
 Thrombocyte : 258.000
 Golda :B
b. Pemeriksaan USG
Hasil USG: kesan sangat mungkin abortus insipiens
II. LANGKAH II: IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
AKTUAL
Diagnosa aktual: Ny. L G1P0A0 dengan usia kehamilan 13 minggu 4
hari dengan abortus insipiens
Masalah aktual: perdarahan pervaginam
Kebutuhan: 1. Pemasangan infuse
2. Perbaikan kondisi ibu yang cemas
3. Persiapan pengeluaran sisa hasil konsepsi
4. Jaga Personal hygiene ibu
5. Nutrisi dan cairan

20
A. G1P0A0
1. Data subjektif
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama
2. Data objektif
Tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai dengan UK,
tidak ada oedema, TFU 3 jari diatas simpisis.
3. Analisa dan intepretasi data
Pada usia kehamilan 12 minggu panjang fetus 9 cm, dengan
tinggi fundus uteri belum teraba namun diakhir bulan ketiga fundus
uteri berada 1- 2 jari diatas simpisis. Perkembangan pada janin daun
telinga lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai terbentuk,
genetalia eksterna terbentuk tetapi belum berdiferensiasi (Mochtar,
2013).
B. Gestasi 13 minggu 4 hari
1. Data subjektif
Ibu mengatakan HPHT tanggal 04 Maret 2015
2. Data objektif
a. HPL tanggal 11 Desember 2015
b. Pengkajian tanggal 8 Juni 2015
3. Analisis dan intepretasi data
Dari HPHT 04 Maret 2015 sampai tanggal 8 Juni 2015 maka
umur kehamilan diperoleh 13 minggu 4 hari.
C. Abortus insipiens
1. Data subjektif
Ibu mengatakan mengalami pendarahan pervaginam sejak
06 Juni 2015 lalu, awalnya sedikit kemudian keluar gumpalan darah
terus keluar sampai tanggal 08 juni 2015, dan nyeri di perut bagian
bawah.
2. Data objektif
a. Tampak pengeluaran darah dari vagina
b. Adanya nyeri perut bagian bawah
c. Pemeriksaan obstetrik TFU setinggi 3 jari di atas simpisis

21
3. Analisis dan intepretasi data
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan
dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
berada di dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih
sering dan kuat perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum,
disusul dengan kerokan. Pada abortus insipiens, kemungkinan
terjadi pengeluaran sebagian atau seluruh hasil konsepsi dengan
cepat.
III. LANGKAH III: IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
POTENSIAL
1. Data subjektif
Ibu mengatakan mengalami pendarahan pervaginam sejak
06 Juni 2015 lalu, awalnya sedikit kemudian keluar gumpalan darah
terus keluar sampai tanggal 08 juni 2015, dan nyeri di perut bagian
bawah.
2. Data objektif
Keadaan umum : cemas, lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda- tanda vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Denyut nadi : 78x/ menit
 Pernafasan : 22x/ menit
 Suhu : 36,80c
 BB : 55 kg
 Lila : 24 cm
 TB : 153cm
 BB sebelum hamil: 52 kg
3. Analisis dan interpretasi data
a. Antisipasi terjadi infeksi pada jalan lahir

22
Terbukanya jalan lahir dan adanya perdarahan merupakan
media perkembangannya mikroorganisme pathogen yang dapat
menyebabkan infeksi. Infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat
terjadi disetiap abortus tetapi biasanya ditemukan pada abortus
inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan
tanpa memperhatikan asepsisi dan antisepsis (Irianti Bayu dkk,
2014: 77).
b. Antisipasi terjadi anemia
Anemia pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (Irianti
Bayu dkk, 2014:78).
c. Antisipasi perforasi karena Tindakan kuret
Perforasi uterus pada korban dapat terjadi pada uterus dalam
posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu
diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
IV. LANGKAH IV: TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI
A. Kolaborasi dengan dokter untuk Tindakan selanjutnya
1. Penatalaksanaan pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes/ menit.
2. Rencana kuret tanggal 09 Juni 2015, pukul 03.10 WIB
B. Penataklasanaan pemberian obat
1. Antibiotik (ceftriaxone IV/12 jam).
2. Analgetik (Asam Mefenamat 3x1).
3. Penambah darah (SF 1x1).
4. Misoprostol 2 tablet/vagina.
V. LANGKAH V: RENCANA/ INTERVENSI
1. Diagnosa aktual: Ny. L G1P0A0 dengan usia kehamilan 13 minggu 4
hari dengan abortus insipiens
2. Masalah aktual: perdarahan pervaginam
3. Masalah potensial:

23
a. Antisipasi terjadinya infeksi jalan lahir
b. Antisipasi terjadinya anemia
c. Antisipasi syok perdarahan atau syok endoseptik
d. Antisipasi perforasi karena Tindakan kuret
4. Tujuan:
a. Abortus inkomplit dapat teratasi
b. Nyeri perut dapat teratasi
c. Keadaan ibu baik
d. Infeksi tidak terjadi
e. Anemia tidak terjadi
f. perforasi tidak terjadi
g. syok tidak terjadi
5. Kriteria:
a. Perdarahan pervaginam berhenti
b. Ibu tidak mengeluh nyeri dan tidak ada nyeri tekan pada perut
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal
 TD: sistole 90-120 mmHg, diastole 60-90 mmHg
 N: 60-90 kali/ menit
 S: 36,5-37,50c
 P: 16-24 kali/ menit
6. Rencana Tindakan
Tanggal: 09 Juni 2015
Pukul: 03.00 WIB
1. Observasi keadaan umum ibu
2. Jelaskan kepada ibu tentang keadaannya saat ini
Rasional: dengan menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu,
ibu dapat mengerti tentang keadaannya dan dapat mengurangi
kecemasan ibu
3. Observasi tanda-tanda vital setiap 1 jam
Rasional: tanda-tanda vital merupakan indikator dari keadaan
umum klien dan menentukan intervensi selanjutnya.
4. Beri informasi kepada klien tentang penyebab perdarahan

24
Rasional: agar ibu mengerti tentang keadaanya sekarang
5. Beritahu keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Rasional: dengan penjelasan kepada klien/keluarganya
diharapkan dapat menyetujui rencana tindakan kuret dan ibu
dapat menyiapkan fisik dan fsikis.
6. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase
Rasional: sebagai pernyataan persetujuan dari ibu/keluarga
untuk tindakan dan sebagai perlindungan hukum bagi dokter
dan bidan dalam melakukan tindakan.
7. Pasang infuse
Rasional: agar ibu tidak kehilangan banyak cairan
8. Anjurkan ibu unuk bedrest total.
9. Anjurkan ibu untuk berpuasa sebelum dilakukan tindakan
kuretase
Rasional; agar perut ibu dalam keadaan kosong sehingga
kuretase berjalan dengan lancer.
10. Persiapkan peralatan curet
Rasional: dengan persiapan yang dilakukan yakni dengan
persiapan alat, penolong dan persiapan pasien maka akan
memudahkan dalam melakukan prosedur kerja sesuai dengan
protap.
11. Kaji tingkat nyeri
Rasional: mengkaji tingkat nyeri dapat membantu menentukan
tindakan selanjutnya.
12. Berikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian
bawah yang dirasakan oleh ibu
Rasional: agar ibu dapat mengerti bahwa nyeri yang dirasakan
akibat dari kontraksi uterus sehingga ibu dapat menerima
keadaannya sebagai hal yang fisiologis.
13. Anjurkan tekhnik relaksasi jika timbul rasa nyeri
Rasional: teknik relaksasi merupakan salah satu upaya untuk
menghilangkan perhatian klien terhadap nyeri yang dirasakan

25
dan meningkatkan suplai oksigen yang masuk kedalam tubuh
diteruskan keotak yang akan menghambat/ mengurangi
rangsangan nyeri yang timbul.
14. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Rasional: dengan mengungkapkan perasaannya dan
mendengarkan keluhannya klien akan merasa diperhatikan
sehingga ia akan lebih tenang.
15. Berikan dukungan mental kepada ibu
Rasional: dengan dorongan spiritual memberikan ketenangan
hati bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses
penyembuhan dan tetap berdoa kepada yang maha kuasa.
16. Anjurkan ibu untuk mengganti duk/pembalut jika sudah penuh
serta menjaga kebersihan diri
Rasional: dengan menjaga kebersihan diri akan memberi rasa
nyaman dan mencegah berkembannya kuman pathogen
penyebab infeksi.
17. Bekerja secara septik dan antiseptik selama melakukan
perawatan pada klien.
Rasional: untuk mencegah infeksi silang/kontaminasi dengan
benda- benda tidak steril.
18. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik dan antibiotik
Rasional: analgetik (asam mefenamat 3x1) akan membantu
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu dan antibiotic
(ceftriaxone IV/12 jam) akan membantu mencegah terjadinya
infeksi.
VI. LANGKAH VI: IMPLEMENTASI
Tanggal: 09 Juni 2015
Pukul: 03.10 WIB
1. Mengobservasi tanda-tanda vital:
K/U: lemah
TD: 110/70 mmhg Denyut nadi : 78 x/menit

26
RR: 22 x/menit Suhu : 36,8 0C
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelaskan keadaan
yang dialaminya.
Hasil: ibu memahami dan mengerti dengan keadaanya.
3. Menjelaskan pada klien/keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret
jika klien setuju maka akan dilakukan tindakan kuretase pada tanggal 9
Juni 2015, pukul 03. 10 WIB.
Hasil: ibu/ keluarga mengerti dan setuju, maka akan dilakukan tindakan
kuretase.
4. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase
Hasil: suami setuju dan telah menandatangani persetujuan tindakan
kuret, rencana kuret tanggal 9 Juni 2015, pukul 03. 10 WIB.
5. Memasang infus RL dengan 20 tetes/ menit
Hasil: kebutuhan cairan ibu mulai membaik
6. Menganjurkan ibu untuk istrahat dan berpuasa selama 6 jam sebelum
dikuret
Hasil: ibu mengerti dan melakukannya.
7. Mempersiapkan peralatan kuretase, yaitu :
a. Spekulum 1 pasang
b. Tenakulum 1 buah
c. Tampon tang 1 buah
d. Sonde uterus 1 buah
e. Sendok curet 2 buah
f. Abortus tang 1 buah
g. Busi 4 buah
h. Handscoon steril 1 pasang
i. Kassa steril
j. Kom berisi betadine
8. Memberikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian
bawah yang dirasakan oleh ibu
Hasil: ibu mengerti dengan keadaanya sekarang
9. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan klien

27
Hasil: ibu merasa nyaman dengan posisinya sekarang
10. Mengajarkan teknik relaksasi bila timbul rasa nyeri
Hasil: ibu melakukan tekhnik relaksasi dengan menarik nafas dalam
melalui hidung dan menghembuskan secara perlahan- lahan lewat
mulut.
11. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Hasil: ibu meraa tenang telah mengungkapkan perasaannya.
12. Memberikan dorongan spiritual kepada ibu
Hasil: ibu mengerti dan tampak mulai berdoa.
13. Menganjurkan pada ibu untuk meningkatkan kebersihan diri dengan
mengganti doek atau pembalut setiap kali basah
Hasil: ibu mengerti dan melakukannya.
14. Bekerja secara septik selama melakukan perawatan pada klien
15. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik dan antibiotic
Hasil: Ceftriaxone IV/12 jam, Asam mefenamat 3x1, dan SF 1x1.
VII. LANGKAH VII: EVALUASI
1. Nyeri perut bagian bawah telah teratasi
a. Ibu mengatakan sudah tidak ada nyeri perut
b. Ekspresi wajah ibu tidak meringis bila bergerak
2. Abortus insipiens teratasi ditandai dengan
Telah dilakukan tindakan kuretase
Perdarahan pervaginam berkurang
3. Keadaan ibu baik ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal
 TD: 100/ 70 mmHg
 P: 20x/ menit
 N: 76x/ menit
 S: 36,60c
4. Infeksi jalan lahir belum dapat diintervensi
5. Anemia tidak terjadi ditandai dengan
 Kesadaran komposmentis
 TTV dalam batas
 Hemoglobin (Hb) 11,5 gr%

28
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan kasus diatas maka dapat simpulkan bahwa kasus yang


terjadi pada Ny. L adalah Ny.L mengalami abortus insipens dengan tanda-
tanda Ny.L mengalami nyeri pada perutnya, keluar darah segar dan
menggumpal dari kemaluannya dan serviks yang terbuka.
Asuhan yang diberikan pada Ny.L adalah memeriksa keadaan ibu
seperti memeriksa tanda-tanda vital, memasang infuse dengan cairan Ringer
Laktat 20 tetes/menit, menganjurkan ibu untuk bedrest total agar ibu tidak
mudah lelah dan menjaga kestabilan keadaan fisik ibu, memberitahu
keluarga untuk dilakukan tindakan kuretase pada ibu yang tujuannya untuk
mengeluarkan sisa perdarahan, karena ibu mengalami abortus insipien dan
kehamilan ibu tidak dapat dipertahankan lagi sehingga untuk mengeluarkan
sisa jaringan tersebut harus dilakukan tindakan kuretase, memberikan
dukungan mental kepada ibu.

1.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam
memberi pelayanan dan melakukan asuhan pada klien dengan abortus
insipiens.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan lebih kompeten dalam memberi pelayanan sesuai dengan
prosedur dan harapan klien.
3. Bagi Pasien
Diharapkan/ hendaknya melaksanakan dan menyetujui anjuran yang
diberikan oleh tenaga kesehatan agar abortus insipiens dapat segera
teratasi dan kondisi klien segera membaik

29
DAFTAR PUSTAKA

Dina dewi A, dkk. 2022.Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal.Sumatra Barat : global eksekutif teknologi

Hasliana Haslan.2020.Asuhan Kebidanan Kehamilan Terintegrasi.Penerbit: Insan


Cendikia Mandiri

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Standar Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)


: Kemenkes RI.

Martaadisoebrata, dkk. 2013. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : EGC

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk.2013.Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan,


KB.Jakarta : EGC

Noer, R.I&Afdal.2016.karakteristik ibu pada penderita abortus dan tidak abortus di


RS Dr M Djamil Padang.Jurnal lesehatan andalas

Norma Nita, dkk.2013.Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan


Kasus.Yogyakarta : Nuha Medika

Rosmanengsih. 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Dengan Abortus


Inkomplit. RSUD Syekh Yusuf Gowa

Sukarni Icesmi, dkk.2017.Kehamilan, Persalinan, dan Nifas.Yogyakarta : Nuha


Medika

Susiana, Sali. 2016. Aborsi dan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan. Undang-
undang Nomor 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2014.

WHO. 2014. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Abortus.
Jakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai