Dosen Pengampu:
Sulistiyah, S.SiT., M.Kes
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat
serta salam kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di yamul qiyamah nanti. Amin ya robbal alamin.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Asuham Kebidanan Nifas dan Menyusui”. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Ketidak Nyamanan
Gangguan Hubungan Seksual Dan Masalah Infeksi Yang Terjadi Pada Ibu
Masa Nifas Dan Cara Mengatasinya” bagi para pembaca dan juga penyusun.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sulistiyah, S.SiT., M.Kes selaku
dosen pembimbing mata kuliah “Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui” yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
sesuai dengan mata kuliah yang sedang saya pelajari.
Saya menyadari, bahwa makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya harap adanya kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas sering disebut dengan istilah masa post partum atau masa
puerporium. Masa nifas adalah masa setelah persalinan terhitung sesudah
plasenta lahir, selaput janin sampai kembalinya organ-organ reproduksi pada
kondisi sebelum hamil atau biasanya selama 6 minggu setelah persalinan.
Periode masa nifas disebut masa kritis yang mungkin akan mengalami
berbagai macam infeksi yang disebut infeksi masa nifas. Infeksi nifas
mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-kuman
kedalam alat genetalia pada waktu persalinan atau nifas. Menurut John
Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat), definisi morbiditas
puerperalis adalah kenaikan suhu sampai 38℃ atau lebih selama 2 hari dalam
10 hari pertama post partum dengan mengecualikan hari pertama. Suhu harus
diukur setidaknya 4 kali sehari.
1.4 Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Kegunaan teoritis yang diperoleh dari penulisan ini akan
memberikan wawasan keilmuan tentang ketidak nyamanan pada gangguan
hubungan seksual dan masalah infeksi masa nifas.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi
Penulisan ini dapat menjadi tambahan teori yang sudah ada
mengenai ketidak nyamanan pada gangguan hubungan seksual dan
masalah infeksi masa nifas.
2. Bagi mahasiswa kebidanan
Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan bidan tentang
ketidak nyamanan pada gangguan hubungan seksual dan masalah
infeksi masa nifas untuk mewujudkan pelayanan kebidanan dan juga
menjadikan referensi bagi mahasiswa terutama mahasiswa sarjana
terapan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Kontribusi psikologis
Ketika dihadapkan pada kemungkinan untuk melakukan
hubungan seksual,individu yang disfungsional cenderung membuat
perkiraan yang terburuk dan menganggap situasinya relative negative dan
kurang menyenangkan. Mereka menghindari sejauh mungkin agar dirinya
tidak menyadari adanya stimulus seksual dan oleh karenanya tidak sadar
seberapa jauh mereka terangsang secara fisik, sehingga mereka membuat
laporan yang terlalu rendah ketika dimintai informasi tentang
keterangsangannya & Orang-orang yang fungsi seksualnya normal
bereaksi terhadap situasi seksual secara positif. mereka memfokuskan
perhatiannya pada stimulus-stimulus erotis dan tidak menjadi terdistraksi.
ketika mereka menjadi terangsang, mereka semakin memfokuskan diri
pada stimulus-stimulus seksual dan erotis tersebut dan membiarkan dirinya
menjadi semakin terangsang secara seksual.
2.1.2 Waktu yang baik dilakukan hubungan suami istri pada masa nifas
Hubungan seksual setelah persalinan, sering kali menimbulkan
berbagai pertanyaan dan masalah diantaranya, kapan mulai lagi? dan
mengapa gairah untuk berhubungan sesksual menghilang? dan sebagainya.
Sebenarnya hal itu bukan masalah lagi asalkan tahu kondisi tubuh sendiri
dan secara psikis sudah siap (Kasdu, 2006).
a. Perubahan Fisik
1. Kelelahan dari ibu nifas dalam merawat bayi yang baru
lahir dapat terjadi
2. Nyeri / sensitivitas dari episiotomi, bagian sensitif dan dari trauma
lainnya dari tenaga kerja bisa berlangsung 6 minggu atau lebih.
3. Penurunan lubrikasi vagina dapat berlangsung hingga 6 bulan dan
saat menyusui.
4. Bocor ASI mungkin terjadi selama hubungan seksual.
5. Reaksi Wanita terhadap rangsangan seksual mungkin tidak kuat atau
cepat sampai 3 bulan setelah melahirkan.
b. Perubahan psikologis
Menurut Canadian (2003) faktor perubahan psikologis antara lain:
1. Takut nyeri selama hubungan seksual.
2. Takut kehamilan.
3. Kurangnya keinginan untuk seks selama beberapa minggu setelah
melahirkan sampai satu tahun.
4. Stres dari perubahan dalam rutinitas sehari-hari dan responsiblities
tambahan / peran.
5. Wanita mungkin tidak merasa menarik.
6. Peningkatan keinginan untuk seks setelah melahirkan dapat terjadi
pada beberapa wanita.
Kecemasan dan kelelahan mengurus bayi baru lahir sering kali
membuat gairah bercinta pasangan suami istri (pasutri) surut, terutama pada
wanita. Bila trauma dikelola dengan baik, kehidupan seks bisa kembali
berjalan dengan baik seperti semula. Menurunnya gairah seksual disebabkan
oleh trauma psikis maupun fisik. Ditinjau dari segi fisik, wanita mengalami
perubahan sangat drastis di dalam tubuh. Mengandung dan melahirkan
normal maupun caesar dapat menyebabkan trauma pada wanita. Trauma
fisik bisa terjadi saat melahirkan. Rasa sakit akibat pengguntingan bagian
dalam vagina (episiotomi) untuk melancarkan jalan lahir untuk menghindari
terjadinya perobekan yang berat. Tentu saja, tindakan ini membutuhkan
waktu untuk penyembuhan (Admin,2011).
Jika pasangan ingin lebih cepat melakukan hubungan dari yang disarankan
yaitu enam minggu pasca melahirkan, maka dapat menyarankan pada pasangan
untuk memakai pelumas atau jelly. Bila saat berhubungan masih terasa sakit, ibu
sebaiknya mengatakan dengan jujur kepada pasangan. Jangan takut untuk berterus
terang kepada pasangan. Pastikan jika luka episiotomi sudah pulih atau kering.
Ibu serta pasangan juga dapat melakukan konsultasi kepada dokter kandungan
atau bidan jika dirasa perlu. Bila sudah siap untuk melakukan hubungan seks,
bukan berarti „seks pertama‟ ini bisa dilakukan seperti sebelum melahirkan. Lagi-
lagi Anda harumemberitahukan pasangan Anda bahwa semuanya harus berjalan
dengan sangat lembut dan perlahan. Penetrasi yang kasar dapat membahayakan
vagina (Bahiyatun,2009).
Berhubungan seksual selama masa nifas berbahaya apabila pada saat itu
mulut Rahim masih terbuka maka akan berisiko. Mudah terkena infeksi kuman
yang hidup di luar akibat hubungan seksual ketika mulut rahim masih terbuka,
bisa tersedot masuk kedalam rongga rahim dan menyebabkan infeksi. Sudden
Death atau mati mendadak setelah berhubungan seksual bisa terjadi karena
pergerakan teknis dalam hubungan seksual di vagina bisa menyebabkan udara
masuk ke dalam rahim karena mulut rahim masih terbuka. Pada masa nifas
banyak pembuluh darah dalam rahim yang masih terbuka dan terluka. Dalam
kondisi ini pembuluh darah bisa menyedot udara yang masuk, dan membawanya
ke jantung. Udara yang masuk ke jantung dapat menyebabkan kematian
mendadak (Herianda, 2013).
Periode masa nifas disebut masa kritis yang mungkin akan mengalami
berbagai macam infeksi yang disebut infeksi masa nifas. Infeksi nifas mencakup
semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-kuman kedalam alat
genetalia pada waktu persalinan atau nifas. Menurut John Committee on Maternal
Welfare (Amerika Serikat), definisi morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu
sampai 38℃ atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum dengan
mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur setidaknya 4 kali sehari.
a. Vulvitis kandidiasis
Vulvitis kandidiasis merupakan vulvitis yang disebabkan
oleh infeksi jamur jenis Candida, terutama spesies Candida
albicans. Kelompok wanita yang rentan mengalami Infeksi ini
adalah mereka yang terutama sedang dalam kondisi hamil,
menggunakan kontrasepsi hormonal (terutama pil KB), menderita
HIV/ AIDS, sudah menopause, atau memiliki diabetes hormon
yang tidak terkontrol kadar gula darahnya.
b. Vulvovaginitis atrofik
Jenis ini terjadi akibat kadar hormon estrogen yang amat
rendah di dalam tubuh. Hal ini umumnya ditemukan pada
perempuan post-menopause, pernah menjalani operasi
pengangkatan indung telur, atau pernah menjalani radiasi di
daerah vagina akibat jenis kanker tertentu.
c. Vestibulitis vulva
Pada vestibulitis vulva, peradangan terutama terjadi pada
‘pintu masuk’ vagina. Penyakit ini bisa disebabkan karena infeksi
kuman (terutama jamur Candida dan Human Papilloma Virus),
atau bisa juga karena penyebab lain seperti efek samping obat
vagina, penggunaan produk kewanitaan, atau kekerasan seksual.
d. Dermatitis kontak
Vulvitis akibat dermatitis kontak merupakan vulvitis yang
disebabkan karena reaksi alergi atau iritasi terhadap zat tertentu
yang mengenai daerah vulva dan/ atau vagina. Zat tersebut bisa
berupa cairan vagina, air seni, sabun pembersih vagina, kondom,
sabun, pembalut, celana dalam, dan sebagainya.
b. Vaginitis
Penyebab Vaginitis
Gejala Vaginitis
Gejala vaginitis sangat beragam, tetapi yang sering kali muncul
adalah:
Pengobatan Vaginitis
Pengobatan vaginitis tergantung pada penyebab yang
mendasarinya. Secara umum, pengobatan tersebut meliputi:
a. Pemberian obat antibiotic
Metronidazole dan clindamycin adalah jenis antibiotik yang
paling sering digunakan pada vaginitis yang disebabkan oleh
bakteri.
a. Serviks
Serviks atau leher rahim adalah bagian ujung rahim yang menyempit
dengan ujung inferior (bawah) mengarah ke vagina pada sistem reproduksi
wanita. Panjang serviks kira-kira 2.5-3,5 cm dan berbentuk silinder dan
disebut kanalis servikalis. Serviks adalah struktur yang menghubungkan mulut
rahim dengan vagina. Fungsi kanalis servikalis ini adalah sebagai jalur tempat
lewatnya sperma saat berhubungan intim dan bayi saat proses persalinan dan
tempat keluarnya darah menstruasi.
a. Fungsi Serviks
b. Infeksi Serviks
1. Servisitis
• Servisitis akut
• Servisitis Kronis
c. Gejala Servitis
Cara Mencegah
B. Endometrium
Kemudian pada bagian ini juga ialah merupakan salah satu bagian dari
endometrium yang digunakan sebagai sebuah wadah atau tempat untuk
membuahi telur (atau disebut dengan blastokista) akan akan segera
ditanamkan apabila berlangsunya sebuah proses pembuahan. Untuk penyusun
atas Endometrium ialah epitel prismatik tunggal berlapis dengan ataupu bisa
juga tanpa silia hal tersebut (tergantung dengan seberapa panjangnya siklus
menstruasi berlangsung) dan kemudian peranan lamina yang basal, kelenjar
rahim, dan, jaringan khusus yang kaya sel ikat (stroma) yang berisi pasokan
yang kaya pembuluh darah sangat dibutuhkan.
b. Gangguan Endometrium
1. Endometriosis
Mengatasi Endometriosis
Pencegahan
2. Kanker Endometrium
Kemoterapi
Pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi
merupakan terapisistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan
mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke
tempat lain.
Kemoterapi bertujuan untuk :
• Membunuh sel-sel kanker.
• Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
• Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun
C. Payudara
Payudara (bahasa Latin: mamma) adalah organ tubuh bagian atas dada
dari spesies mamalia, termasuk manusia. Berbeda dengan yang jantan,
payudara mamalia betina memiliki kelenjar susu yang berfungsi untuk
memompa susu bagi bayinya.
Ada dua jenis mastitis yaitu, mastitis non infeksi dan mastitis infeksi.
Mastitis non infeksi yang biasanya disebabkan oleh stasis susu (susu
diproduksi, tetapi tetap di payudara). Ibu yang mengalami mastitis non infeksi
biasanya merasakan payudara terasa nyeri, bengkak dan ketidak nyaman
Mastitis Infeksi
Gejala yang timbul dari mastitis infeksi biasanya ditandai
adanya respon inflamasi dan rusaknya jaringan puting puting
menjadi pecah-pecah sehingga dengan mudah bakteri untuk masuk.
Mastitis Non Infeski
Tanda dan gejala mastitis non-infeksi payudara mengalami:
• pembengkakan yang upnormal payudara yang mengeras
• terasa sakit apabila disentuh
• terasa tegang dikarenakan kurangnya waktu menyusui untuk
bayi (Walker,2009).
Gejala Mastitis
1. Bengkak dan nyeri.
2. Payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat tertentu.
3. Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol.
4. Ada demam dan rasa sakit umum.
Penanganan Mastitis
1. Payudara dikompres dengan air hangat.
2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan
analgetika.
3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
4. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
5. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya.
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
istirahat cukup.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan dari makalah ini, maka dapat di tarik beberapa
kesimpulan, diantaranya:
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Neal, C. M., Kus, L. H., Eckert, L. O., & Peipert, J. F. 2019. Non-Candidal
Vaginitis: A Comprehensive Approach to Diagnosis & Management.
American Journal of Obstetrics and Gynecology.
Sulistyawati, Ari. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Utami, Luh Putu, dan Wahyuni, Ni Putu. 2021. Infeksi pada Vagina. Ganesha
Medicina Journal, Vol 1 No.1
Widjaja, Eveline, dan Singgih, Rendy. 2021. Vulvitis: Gambaran Klinis, Etiologi,
dan Pilihan Pengobatan. Gowa