Dosen Pengampu :
Ervi Husni. S.Kep.Ns., Amd.Keb., M.Kes
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pasangan suami istri yang mengalami infertilitas biasanya akan mengalami proses
yang panjang dalam evaluasi dan pengobatan infertilitas yang dideritanya sehingga selain
menimbulkan dampak medis juga akan menimbulkan dampak ekonomi dan psikologis.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kasus infertilitas
perempuan sebesar 40% -60% kasus, sedangkan laki-laki sebesar 30% dan penyebab lain
sekitar 20% -30% dari pasangan suami istri tersebut. Angka infertilitas di Indonesia telah
meningkat sebanyak 15-25% dari semua pasangan. Menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS) di Indonesia pada tahun 2013, kejadian infertil mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Infertilitas idiopatik mengacu pada pasangan infertil yang telah menjalani
pemeriksaan standar meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil
normal +6 . Fekunditas merupakan kemampuan seorang perempuan untuk hamil. Data dari
studi yang telah dilakukan pada populas, kemungkinan seorang perempuan hamil tiap
bulannya adalah sekitar 20 sampai 25%.
Upaya kebijakan pemerintah dalam dunia kesehatan, dalam penanganan masalah
infertilitas dilakukan dengan berbagai cara dan pendekatan. Pilihan terakhir untuk
membantu pasangan suami istri dengan masalah infertilitas dan sangat menginginkan
keturunan adalah melalui teknologi yang dikenal sebagai assisted reproduction. Assisted
reproduction merupakan istilah umum untuk berbagai metode yang bertujuan untuk
menghasilkan kehamilan pada seorang perempuan melalui cara-cara di luar cara alami.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian fertilitas dan
infertilitas
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam-macam infertilitas
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan fertilitas pada
pria
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan infertilitas pada
pria
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan fertilitas pada
wanita
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan infertilitas pada
wanita
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat bagi Pembaca
a. Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang fertilitas dan infertilitas
b. Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang macam-macam infertilitas
c. Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan fertilitas dan
infertilitas pada pria
d. Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan fertilitas dan
infertilitas pada wanita
1.4.2 Manfaat bagi Penulis
a. Melatih penulis agar mampu menyusun makalah dengan baik dan benar
b. Memperluas wawasan dan pengetahuan terkait fertilitas dan infertilitas
c. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang macam-macam infertilitas
d. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pemeriksaan fertilitas dan
infertilitas pada pria
e. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pemeriksaan fertilitas dan
infertilitas pada wanita
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
1. Infertilitas primer
Suatu pasangan dimana istri belum hamil walau telah berusaha selama satu tahun
atau lebih dengan hubungan seksual yang teratur dan tanpa kontrasepsi.
2. Infertilitas sekunder
Bila suatu pasangan dimana sebelumnya istri telah hamil, tapi kemudian tidak hamil
lagi walau telah berusaha untuk memperoleh kehamilan satu tahun atau lebih dan
pasangan tersebut telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa
kontrasepsi. Pada infertilitas sekunder ini sebagian telah mempunyai anak, tapi ada
keinginan untuk menambah anak, baik karena anaknya masih satu atau karena jenis
kelamin yang diinginkan belum didapatkan. Dan sebagian lagi memang istri telah
pernah hamil mungkin anak yang lahir meninggal atau mengalami keguguran dan
sebagainya.
2.3 Pemeriksaan Fertilitas Pada Pria
Fertilitas merupakan kemampuan organ reproduksi yang optimal untuk
pembuahan. Pemeriksaan tambahan fertilitas sangat penting untuk menilai apakah ada
gangguan kesuburan atau tidak sehingga dapat yang tepat. Beberapa ditentukan
pengobatan pemeriksaan tambahan untuk fertilitas meliputi penilaian hasil pemeriksaan
semen, suhu basal, pemeriksaan mucus serviks, test fem, uji pasca koitus.
5
2. Prosedur pengambilan sampel:
a. Kumpulkan sperma ke dalam tabung sampel (steril dan bersih) dengan cara
masturbasi.
b. Klinik biasanya menyediakan kamar yang bersebelahan dengan ruang
pemeriksaan.
c. Simpan sampel pada tempat yang tidak terpapar sinar matahari langsung. Suhu
sampel mendekati suhu tubuh rata-rata (tidak menyimpan sampel sperma di
lemari es).
3. Standar analisis semen meliputi:
a. Normal: 1,5 hingga 5 mililiter (mL) per ejakulasi (0,0015 hingga 0,005 L/SI
unit).
b. Waktu pencairan: Sperma kental seperti gel ketika ejakulasi, tetapi mencair
dalam waktu ± 20 menit sesudah ejakulasi. Waktu yang dibutuhkan semen untuk
menjadi encer disebut sebagai waktu leleh, yang normalnya berlangsung selama
20 sampai 30 menit sesudah ejakulasi.
c. Ketika ejakulasi, jumlah sperma mencapai 15 juta per milliliter atau 39 juta
sperma per ejakulasi.
d. Morfologi sperma, penilaian morfologi didasarkan pada gambaran kepala,
daerah leher, dan ekor. Sperma dianggap tidak normal jika mempunyai dua
kepala, kepala berukuran kecil atau bulat, leher menebal, dua ekor atau
berukuran pendek, bulat, atau ukurannya lebih panjang dari biasanya. Bentuk
sperma yang tidak normal membuatnya lambat, tidak bergerak, dan sulit
membuahi sel telur dengan baik. Bentuk sperma yang tidak normal sering terjadi
pada analisis air mani.
e. Motilitas sperma
Normal: 32% atau lebih sperma bergerak secara progresif setelah 1 jam.
Normal: pH 7.1 sampai 8.0.
f. White blood cell count
Normal: leukosit tidak ditemukan.
g. Tingkat karbohidrat
Karbohidrat berperan sebagai sumber energi untuk semen.
4. Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil evaluasi semen adalah ketepatan hasil
evaluasi semen akan lebih rendah jika:
6
a. Mengonsumsi kapsul yang mampu mengurangi zat sperma, contohnya
ketersediaan hormon testosteron, hormon estrogen, sulfasalazine, nitrofurantoin,
sebagian kapsul kemoterapi dan lain-lain.
b. Minum alkohol, kafein, kokain, ganja, atau tembakau.
c. Penggunaan pengobatan obat alami yang dampaknya terhadap hormon atau
produksi sperma belum sepenuhnya diketahui.
d. Pola semen berubah menjadi dingin sebelum dilakukan pemeriksaan,
kemampuan bergerak sperma dapat menurun dan salah jika pola air mani dalam
keadaan terbuka hingga dingin.
e. Orang yang terkena radiasi beberapa bahan kimia (bersama dengan insektisida
atau spermisida tertentu), atau panas yang berkepanjangan.
f. Pola semen yang tidak sempurna. Tidak semua semen terkumpul dalam tabung
selama pengambilan sampel (contoh: ejakulasi yang tidak lengkap atau dalam
keadaan tumpah).
2.4 Pemeriksaan Infertilitas Pada Pria
Penanganan kasus infertilitas pada laki-laki meliputi:
1. Anamnesis
• Anamnesis ditujukan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan kebiasaan hidup
pasien yang dapat secara bermakna mempengaruhi fertilitas pria. Anamnesis
meliputi:
a. riwayat medis dan riwayat operasi sebelumnya
b. riwayat penggunaan obat-obatan (dengan atau tanpa resep) dan alergi
c. gaya hidup dan riwayat gangguan sistemik
d. riwayat penggunaan alat kontrasepsi
e. riwayat infeksi sebelumnya, misalnya penyakit menular seksual dan infeksi
saluran nafas.
Tabel 1. Komponen anamnesis pada penanganan infertilitas laki-laki
Riwayat Medis
Kelainan fisik
Penyakit sistematik – diabetes melitus, kanker, infeksi
Kelainan genetic – fibrosis kistik, sindrom klinefelter
Riwayat Pembedahan
7
Underscended testis
Hernia
Trauma testis, torsio testis
Bedah pelvis, retroperitoneal, kandung kemih
Riwayat Fertilitas
Riwayat sexual
Pengobatan
Riwayat Sosial
2. Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik pada laki-laki penting untuk mengidentifikasi adanya
penyakit tertentu yang berhubungan dengan infertilitas. Penampilan umum
harus diperhatikan, meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada tubuh atau
ginekomastia yang menunjukkan adanya defisiensi androgen. Tinggi badan,
berat badan, IMT, dan tekanan darah harus diketahui.
• Palpasi skrotum saat pasien berdiri diperlukan untuk menentukan ukuran dan
konsistensi testis. Apabila skrotum tidak terpalpasi pada salah satu sisi,
pemeriksaan inguinal harus dilakukan. Orkidometer dapat digunakan untuk
mengukur volume testis. Ukuran rata-rata testis orang dewasa yang dianggap
normal adalah 20 ml.
• Konsistensi testis dapat dibagi menjadi kenyal, lunak, dan keras. Konsistensi
normal adalah konsistensi yang kenyal. Testis yang lunak dan kecil dapat
mengindikasikan spermatogenesis yang terganggu.
8
• Palpasi epididimis diperlukan untuk melihat adanya distensi atau indurasi.
Varikokel sering ditemukan pada sisi sebelah kiri dan berhubungan dengan
atrofi testis kiri. Adanya perbedaan ukuran testis dan sensasi seperti meraba
"sekantung ulat" pada tes valsava merupakan tanda-tanda kemungkinan adanya
varikokel.
• Pemeriksaan kemungkinan kelainan pada penis dan prostat juga harus
dilakukan. Kelainan pada penis seperti mikropenis atau hipospadia dapat
mengganggu proses transportasi sperma mencapai bagian proksimal vagina.
Pemeriksaan colok dubur dapat mengidentifikasi pembesaran prostat dan
vesikula seminalis.
3. Analisis Sperma
• Penapisan antiboxli antisperma tidak dianjurkan karena tidak ada bukti
pengobatan yang dapat meningkatkan fertilitas
• Jika pemeriksaan analisis sperma dikatakan abnormal, pemeriksaan ulang untuk
konfirmasi sebaiknya dilakukan
• Analisis sperma ulang untuk mengkonfirmasi pemeriksaan sperma yang
abnormal, dapat dilakukan 3 bulan pasca pemeriksaan sebelumnya sehingga
proses siklus pembentukan spermatozoa dapat terjadi secara sempurna. Namun
jika ditemukan azoospermia atau oligozoospermia berat pemeriksaan untuk
konfirmasi harus dilakukan secepatnya.
• Pemeriksaan Computer-Aided Sperm Analysis (CASA)
• Untuk melihat jumlah, motilitas dan morfologi sperma, pemeriksaan ini tidak
dianjurkan untuk dilakukan karena tidak memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan pemeriksaan secara manual
• Pemeriksaan fungsi endokrinologi.
- Dilakukan pada pasien dengan konsentrasi sperma < 10 juta/ml
- Bila secara klinik ditemukan bahwa pasien menderita kelainan endokrinologi.
Pada kelainan ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan hormon testosteron dan
FSH serum
• Penilaian antibodi antisperma merupakan bagaian standar analisis semen.
Menurut kriteria WHO, pemeriksaan ini dilakukan dengan pemeriksaan
imunologi atau dengan cara melihat reaksi antiglobulin. Namun saat ini
pemeriksaan antibodi antisperma tidak direkomendasikan untuk dilakukan
9
sebagai penapisan awal karena tidak ada terapi khusus yang efektif untuk
mengatasi masalah ini.
2.5 Pemeriksaan Fertilitas Pada Wanita
2.5.1 Suhu Basal
Suhu basal tubuh adalah suhu tubuh sebelum bangun di pagi hari. Perubahan suhu basal
tubuh terjadi setelah ovulasi atau sekitar 12-24 jam setelah masa subur. Pengukuran
suhu tubuh basal saat akan melakukan program hamil, maka dapat menentukan apakah
ovulasi berlangsung normal atau tidak.
1. Mendeteksi ovulasi dengan mengukur suhu basal tubuh
a. Suhu tubuh wanita ketika tidak berovulasi yaitu pada 35,5 °C 36 °C, tetapi ini
tergantung pada suhu di mana mereka tinggal.
b. Ketika sel telur dilepaskan dari ovarium, suhu basal tubuh rata-rata wanita naik
sekitar 0,5°C. Karena setelah ovulasi (peristiwa pelepasan sel telur oleh indung
telur yang disebut masa subur), indung telur mengeluarkan hormon progesteron.
c. Hormon ini mempersiapkan lapisan rahim untuk kemungkinan kehamilan.
d. Suhu basal tubuh terus meningkat, meningkat sekitar 0.5°C hingga sesaat
sebelum menstruasi, dan kembali normal.
e. Selama kehamilan, suhu tubuh tetap tinggi sepanjang trimester pertama.
f. Jika suhu tubuh tidak mengikuti pola perubahan ini, masalah ovulasi dan
kesuburan dapat terjadi.
2. Teknik pengukuran
a. Karena perbedaan suhu tubuh selama masa ovulasi dan masa subur sangat kecil,
maka perlu pengukuran menggunakan termometer special suhu basal tubuh
1) Termometer suhu basal tubuh mengukur kenaikan suhu tubuh lebih. akurat
daripada termometer biasa.
2) Pilih thermometer Merkuri atau Termometer Digital. biasa, kecuali
perbedaan secara oral atau rektal.
3) Termometer merkuri mirip dengan termometer derajatnya lebih besar dan
lebih mudah dibaca. Termometer jenis ini dapat digunakan.
4) Termometer basal digital juga mirip dengan termometer demam digital.
Biasanya digunakan hanya secara oral.
10
b. Siapkan grafik yang diperoleh dari dokter kandungan atau buat sendiri.
1) Untuk membuat grafik perubahan suhu tubuh secara akurat, perlu dilakukan
pengukuran suhu segera setelah bangun tidur di pagi hari sebaiknya pada
waktu yang sama dengan suhu basal tubuh.
a) Cara: Atur suhu tubuh basal di samping tempat tidur. Ukur sebelum
bangun, berbicara, makan, minum atau berhubungan seks.
b) Termometer suhu basal digunakan pada mulut atau rektum selama 5
menit.
c) Hasil pengukuran dicatat pada grafik suhu tubuh basal setiap hari pada
interval 0,1°C (tabel dapat dibuat di atas kertas tebal).
d) Grafik ini menunjukkan pola perubahan suhu tubuh selama siklus
menstruasi dan masa subur.
e) Beberapa orang mengalami kenaikan suhu tubuh yang cepat sementara
ada beberapa orang juga mengalami kenaikan bertahap. Pola ini dapat
bervariasi dari siklus ke siklus.
c. Tanda terjadi Ovulasi
1) Jika suhu tubuh meningkat dari suhu yang diukur dalam enam hari terakhir.
2) Suhu tubuh tetap atau dalam kurun waktu tiga hari meningkat lagi.
3) Setelah melewati tahap ini, berarti terjadi ovulasi.
4) Suhu tubuh minimum dicapai pada saat ovulasi, dan kenaikan suhu tubuh
1°C terjadi setelah ovulasi. Jika suhu ovulasi tidak meningkat setelah
beberapa siklus, segera lakukan tes darah.
d. Faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh dan dapat mempengaruhi
keakuratan
1) Kurang tidur atau terganggu
2) Bangun pada waktu yang berbeda
3) Sakit atau lelahy
4) Ketidakstabilan emosi
5) Merokok
6) Minum alkohol
2.6 Pemeriksaan Infertilitas Pada Wanita
Gangguan ovulasi terjadi pada sekitar 15% pasangan infertilitas dan
menyumbang sekitar 40% infertilitas pada perempuan. Pemeriksaan infertilitas yang
dapat dilakukan diantaranya:
11
1. Pemeriksaan ovulasi
- Frekuensi dan keteraturan menstuasi harus ditanyakan kepada seorang
perempuan. Perempuan yang mempunyai siklus dan frekuensi haid yang teratur
setiap bulannya, kemungkinan mengalami ovulasi.
- Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami infertilitas
selama 1 tahun, dianjurkan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan
cara mengukur kadar progesteron serum fase luteal madya (hari ke 21-28).
- Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada perempuan yang
memiliki siklus haid panjang (oligomenorea). Pemeriksaan dilakukan pada
akhir siklus (hari ke 28- 35) dan dapat diulang tiap minggu sampai siklus haid
berikutnya terjadi Pengukuran temperatur basal tubuh tidak direkomendasikan
untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi.
- Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur disarankan untuk melakukan
pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).
- Pemeriksaan kadar hormon prolaktin dapat dilakukan untuk melihat apakah ada
gangguan ovulasi, galaktorea, atau tumor hipofisis.
- Penilaian cadangan ovarium menggunakan inhibin B tidak direkomendasikan
- Pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien dengan infertilitas hanya dilakukan jika
pasien memiliki gejala.
- Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal sebagai bagian dari
pemeriksaan infertilitas tidak direkomendasikan karena tidak terdapat bukti
bahwa pemeriksaan ini akan meningkatkan kehamilan.
12
Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang dapat digunakan adalah
AMH dan folikel antral basal (FAB). Berikut nilai AMH dan FAB yang dapat
digunakan:
13
histerosalpingografi (HSG) untuk melihat adanya oklusi tuba. Pemeriksaan ini
tidak invasif dan lebih efisien dibandingkan laparaskopi.
- Pemeriksaan oklusi tuba menggunakan sono-histerosalpingografi dapat
dipertimbangkan karena merupakan alternatif yang efektif
- Tindakan laparoskopi kromotubasi untuk menilai patensi tuba, dianjurkan
untuk dilakukan pada perempuan yang diketahui memiliki riwayat penyakit
radang panggul.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fertilisasi adalah proses penyatuan sel telur dan sel sperma, yang menghasilkan zigot
yang akan berkembang menjadi embrio dan kemudian janin. Infertilitas, atau
ketidaksuburan, adalah keadaan kurang normal dari distribusi efisiensi reproduksi atau
abnormal dari fungsi sperma atau oosit. Dalam makalah tentang fertilisasi dan infertilitas,
dapat disimpulkan bahwa fertilisasi adalah tahap kunci dalam reproduksi seksual, baik pada
manusia maupun tumbuhan, yang melibatkan penyatuan sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina untuk membentuk zigot atau biji sebagai langkah awal dari pembentukan embrio atau
keturunan baru. Infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti usia menarche,
status gizi, siklus menstruasi, penyakit penyerta, dan faktor pada pria.
3.2 Saran
1. Bagi wanita dan pria yang menginginkan program kehamilan disarankan agar berupaya
mencegah terjadinya infertelitas pada wanita. Dengan cara rutin mendapatkan informasi
atau penyuluhan tentang kesehatan khususnya masalah kesuburan pada wanita dan pria.
2. Bagi wanita usia subur agar mengonsumsi makanan yang bergizi sehingga kebutuhan
akan zat gizi dapat terpenuhi.
3. Bagi pria yang mengalami infertilitas, perlu melakukan periksa dan pemeriksaan
kesehatan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi infertilitas.
15
DAFTAR PUSTAKA
Khaidir, M. (2006). Penilaian tingkat fertilitas dan penatalaksanaannya pada pria. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 1(1), 30-34.
Triana Sari (2021) Literature Review Gambaran Karakteristik Infertilitas Primer Pada
Wanita Usia Subur
Devi Rahmadiani (2021) Ekstrak Pollen Kurma (Phoenix dactylifera L) Sebagai Terapi
Infertilitas Pada Pria
Ni Luh Putu Melani Cintia Dewi, I Komang Lindayani, Ni Komang Yuni Rahyani
(2022) Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas Dan Tingkat Keberhasilan Program
Bayi Tabung Yang Diikuti Oleh Pasangan Usia Subur
iv