Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOLOGI REPRODUKSI DAN GENETIKA DASAR

PEMERIKSAAN FERTILITAS DAN INFERTILITAS PADA PRIA DAN WANITA

Dosen Pengampu :
Ervi Husni. S.Kep.Ns., Amd.Keb., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 8 Reg A Tk 1 :


Alfina Melani (P27824423009)
Andini Nur Azizah Rahman (P27824423018)
Arnasyifa Asiyah Taqvia (P27824423026)
Ashiva Firdina Ilah Muhaimin (P27824423027)
Carissa Nala Elvaretta (P27824423031)
Delya Enjelita Permatasari (P27824423039)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah


SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyeleseikan pembuatan makalah berjudul “Pemeriksaan Fertilitas dan
Infertilitas pada Pria dan Wanita” yang disusun untuk memenuhi penugasan pada
Semester II progam studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekes Kemenkes
Surabaya.
Dalam penyusunan Makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bimbingan,
arahan, dan masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb,. Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Surabaya
2. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., Bdn., M.Kes., Ketua Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya
3. Siti Alfiah, S.Kep.Ns., M.Kes., Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Biologi
Reproduksi dan Genetika Dasar
4. Ervi Husni. S.Kep.Ns., Amd.Keb., M.Kes., Dosen Pengampu Mata Kuliah
Biologi Reproduksi dan Genetika Dasar
5. Dan seluruh pihak yang turut membantu dalam menyeleseikan makalah ini.
Akhir kata, penyusun berharap kepada Allah SWT membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata dalam penulisan. Kami memohon kritik dan saran untuk
perbaikan makalah ini.

Surabaya, 18 Januari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.3.1 Manfaat bagi Pembaca ....................................................................... 3
1.3.2 Manfaat bagi Penulis .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
2.1 Pengertian Fertilitas dan Infertilitas .............................................................. 4
2.2 Macam-Macam Infertilitas ............................................................................ 4
2.3 Pemeriksaan Fertilitas Pada Pria ................................................................... 5
2.3.1 Penilaian Hasil Pemeriksaan Semen .................................................. 5
2.4 Pemeriksaan Infertilitas Pada Pria ................................................................. 7
2.5 Pemeriksaan Fertilitas Pada Wanita ............................................................ 10
2.5.1 Suhu Basal........................................................................................ 10
2.6 Pemeriksaan Infertilitas Pada Wanita ......................................................... 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
3.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fertilitas berasal dari kata fertil yang berarti subur. Dalam hal ini fertilitas pria
diartikan sebagai kemampuan untuk dapat menghamili wanita. Pertemuan antara
spermatozoa dan ovum, akan terjadi bila koitus berlangsung pada saat ovulasi. Syarat suatu
sperma yang baik/normal adalah sesuai dengan parameter spermatozoa normal. Dalam
keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi
wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jilka ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah
koitus berlangsung. Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu 1x24
jam, sehingga bila kiotus dilakukan pada waktu tersebut. Kemungkinan besar bisa terjadi
pembuahan. Bila bagian besar parameter tersebut (terutama jumlah dan motilitas
spermatozoa) tidak sesuai, maka spermatozoa tidak akan dapat membuahi sel telur.
Keadaan seperti ini disebut infertilitas.
Infertilitas telah menjadi masalah utama di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena
hampir 15% pasangan suami-istri mendapat kesulitan untuk memiliki keturunan. Infertilitas
di Indonesia sendiri saat ini masih menjadi masalah yang cukup menarik untuk dibicarakan,
Infertilitas dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan pasangan pria dan wanita (suami
dan istri) dalam menghasilkan keturunan setelah 1 tahun usia pernikahan dengan hubungan
seksual normal dan tanpa menggunakan metode kontrasepsi apapun atau setelah enam
bulan menikah bila pasangan suami istri telah berusia diatas 35 tahun. Definisi lain
menyebutkan, bahwa infertilitas juga mencakup bahwa pada kondisi hamil, akan tetapi
janin yang dikandung tidak bisa diselamatkan. Kehamilan ini belum sampai disebut sebagai
bayi namun sudah mengalami keguguran.
Penyebab dari infertilitas itu sendiri diketahui bahwa sekitar 61% sebabnya datang
dari istri dan 36% dari pihak suami. Dari istri sebabnya adalah faktor tuba, ovulasi,
endometriosis, vagina. serviks. korpus dan endometrium, psikogeni. Sedangkan dari suami
istri sebab endrokinologik dalam infertilitas adalah sebesar 20% dan sebab imunologik
cukup rendah, sekitar 2%. Sekitar 10% pasangan usia subur yang telah menikah menderita
infertilitas primer, 10% lainnya telah 1101 mempunyai anak satu atau dua dan tidak berhasil
untuk hamil lagi (Hastiara, 2017).

1
Pasangan suami istri yang mengalami infertilitas biasanya akan mengalami proses
yang panjang dalam evaluasi dan pengobatan infertilitas yang dideritanya sehingga selain
menimbulkan dampak medis juga akan menimbulkan dampak ekonomi dan psikologis.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kasus infertilitas
perempuan sebesar 40% -60% kasus, sedangkan laki-laki sebesar 30% dan penyebab lain
sekitar 20% -30% dari pasangan suami istri tersebut. Angka infertilitas di Indonesia telah
meningkat sebanyak 15-25% dari semua pasangan. Menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS) di Indonesia pada tahun 2013, kejadian infertil mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Infertilitas idiopatik mengacu pada pasangan infertil yang telah menjalani
pemeriksaan standar meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil
normal +6 . Fekunditas merupakan kemampuan seorang perempuan untuk hamil. Data dari
studi yang telah dilakukan pada populas, kemungkinan seorang perempuan hamil tiap
bulannya adalah sekitar 20 sampai 25%.
Upaya kebijakan pemerintah dalam dunia kesehatan, dalam penanganan masalah
infertilitas dilakukan dengan berbagai cara dan pendekatan. Pilihan terakhir untuk
membantu pasangan suami istri dengan masalah infertilitas dan sangat menginginkan
keturunan adalah melalui teknologi yang dikenal sebagai assisted reproduction. Assisted
reproduction merupakan istilah umum untuk berbagai metode yang bertujuan untuk
menghasilkan kehamilan pada seorang perempuan melalui cara-cara di luar cara alami.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan fertilitas dan infertilitas?
b. ⁠Apa saja macam-macam infertilitas?
c. Bagaimana pemeriksaan fertilitas pada pria?
d. Bagaimana pemeriksaan infertilitas pada pria?
e. Bagaimana pemeriksaan fertilitas pada wanita?
f. Bagaimana pemeriksaan infertilitas pada wanita?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Disusunnya Makalah yang berjudul “Pemeriksaan Fertilitas dan Infertilitas Pada
Pria dan Wanita” bertujuan untuk memahami dan mengetahui pemeriksaan
Fertilitas dan Infertilitas pada Pria dan Wanita.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian fertilitas dan
infertilitas
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam-macam infertilitas
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan fertilitas pada
pria
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan infertilitas pada
pria
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan fertilitas pada
wanita
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan infertilitas pada
wanita
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat bagi Pembaca
a. Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang fertilitas dan infertilitas
b. Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang macam-macam infertilitas
c. Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan fertilitas dan
infertilitas pada pria
d. Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan fertilitas dan
infertilitas pada wanita
1.4.2 Manfaat bagi Penulis
a. Melatih penulis agar mampu menyusun makalah dengan baik dan benar
b. Memperluas wawasan dan pengetahuan terkait fertilitas dan infertilitas
c. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang macam-macam infertilitas
d. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pemeriksaan fertilitas dan
infertilitas pada pria
e. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pemeriksaan fertilitas dan
infertilitas pada wanita

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fertilitas dan Infertilitas


Fertilitas merupakan kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan
dengan kesuburan wanita. Fertilitas didapatkan dengan menggunakan variabel bulan
lahir, tahun lahir, tahun nikah, yang kemudian diubah menjadi variabel baru yaitu usia
nikah. Kemudian digabungkan dengan data jumlah anak untuk mendapatkan data hasil
riset fertilitas. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa jumlah anak berpengaruh
signifikan terhadap partisipasi kerja perempuan di Indonesia. Ketika fertilitas yang
terjadi semakin tinggi maka kemungkinan untuk bekerja akan semakin rendah.
Kemudian sebaliknya, ketika fertilitas yang terjadi semakin rendah maka peluang untuk
bekerja akan semakin tinggi, sehingga jumlah anak dinyatakan berpengaruh pada status
kerja. (Khusnul Febryla Novia, 2022).
Fertilitas merupakan suatu hasil dari reproduksi wanita atau dapat dikatakan
sebagai banyaknya bayi yang lahir. Fertilitas adalah salah satu bagian dari proses
demografi disamping adanya kematian penduduk dan perpindahan penduduk (Kartika
dan Sari 2020).
Menurut World Health Organization (2012), infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil, ketidakmampuan mempertahankan kehamilan,
ketidakmampuan untuk membawa kehamilan kepada kelahiran hidup. Infertilitas dapat
bersifat primer dimana pasangan yang gagal untuk mendapatkan kehamilan sekurang-
kurangnya dalam satu tahun berhubungan seksual secara teratur tanpa
kontrasepsidengan angka kejadian sebanyak 62,0% dan infertilitas sekunder yaitu
ketidakmampuan seseorang memiliki anak atau mempertahankan kehamilannya dengan
angka kejadian sebanyak 38,0% (Alhassan et al., 2014).
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali
seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dalam bentuk apapun (Purwoastuti dan Walyani, 2015)
2.2 Macam Macam Infertilitas
Secara gasris besar infertilitas dapat di bagi dua yaitu:

4
1. Infertilitas primer
Suatu pasangan dimana istri belum hamil walau telah berusaha selama satu tahun
atau lebih dengan hubungan seksual yang teratur dan tanpa kontrasepsi.
2. Infertilitas sekunder
Bila suatu pasangan dimana sebelumnya istri telah hamil, tapi kemudian tidak hamil
lagi walau telah berusaha untuk memperoleh kehamilan satu tahun atau lebih dan
pasangan tersebut telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa
kontrasepsi. Pada infertilitas sekunder ini sebagian telah mempunyai anak, tapi ada
keinginan untuk menambah anak, baik karena anaknya masih satu atau karena jenis
kelamin yang diinginkan belum didapatkan. Dan sebagian lagi memang istri telah
pernah hamil mungkin anak yang lahir meninggal atau mengalami keguguran dan
sebagainya.
2.3 Pemeriksaan Fertilitas Pada Pria
Fertilitas merupakan kemampuan organ reproduksi yang optimal untuk
pembuahan. Pemeriksaan tambahan fertilitas sangat penting untuk menilai apakah ada
gangguan kesuburan atau tidak sehingga dapat yang tepat. Beberapa ditentukan
pengobatan pemeriksaan tambahan untuk fertilitas meliputi penilaian hasil pemeriksaan
semen, suhu basal, pemeriksaan mucus serviks, test fem, uji pasca koitus.

2.3.1 Penilaian Hasil Pemeriksaan Semen


Analisis air mani adalah tes laboratorium untuk menentukan kualitas air mani
pria. Analisis air mani dapat menentukan total kuantitas dan gerakan sperma. Tes ini
merupakan tahapan awal dalam mengevaluasi apakah seorang laki laki memiliki
masalah kesuburan atau infertilitas. Lebih dari 1/3 pasangan yang infertil memiliki
masalah dengan kualitas semen.
1. Persiapan sebelum pengambilan sampel:
a. Hindari melakukan hubungan seksual dalam kurun waktu 2-5 hari sebelum
sampel diambil. Hal ini untuk memastikan bahwa analisis dilakukan dalam
keadaan yang optimal.
b. Tidak menghindari hubungan seksual dalam kurun waktu lebih dari 1-2 minggu
sebelum pengambilan sampel.
c. Periode tidak aktif/tidak ejakulasi yang berkepanjangan dapat mengurangi
jumlah dan motilitas sperma.

5
2. Prosedur pengambilan sampel:
a. Kumpulkan sperma ke dalam tabung sampel (steril dan bersih) dengan cara
masturbasi.
b. Klinik biasanya menyediakan kamar yang bersebelahan dengan ruang
pemeriksaan.
c. Simpan sampel pada tempat yang tidak terpapar sinar matahari langsung. Suhu
sampel mendekati suhu tubuh rata-rata (tidak menyimpan sampel sperma di
lemari es).
3. Standar analisis semen meliputi:
a. Normal: 1,5 hingga 5 mililiter (mL) per ejakulasi (0,0015 hingga 0,005 L/SI
unit).
b. Waktu pencairan: Sperma kental seperti gel ketika ejakulasi, tetapi mencair
dalam waktu ± 20 menit sesudah ejakulasi. Waktu yang dibutuhkan semen untuk
menjadi encer disebut sebagai waktu leleh, yang normalnya berlangsung selama
20 sampai 30 menit sesudah ejakulasi.
c. Ketika ejakulasi, jumlah sperma mencapai 15 juta per milliliter atau 39 juta
sperma per ejakulasi.
d. Morfologi sperma, penilaian morfologi didasarkan pada gambaran kepala,
daerah leher, dan ekor. Sperma dianggap tidak normal jika mempunyai dua
kepala, kepala berukuran kecil atau bulat, leher menebal, dua ekor atau
berukuran pendek, bulat, atau ukurannya lebih panjang dari biasanya. Bentuk
sperma yang tidak normal membuatnya lambat, tidak bergerak, dan sulit
membuahi sel telur dengan baik. Bentuk sperma yang tidak normal sering terjadi
pada analisis air mani.
e. Motilitas sperma
Normal: 32% atau lebih sperma bergerak secara progresif setelah 1 jam.
Normal: pH 7.1 sampai 8.0.
f. White blood cell count
Normal: leukosit tidak ditemukan.
g. Tingkat karbohidrat
Karbohidrat berperan sebagai sumber energi untuk semen.
4. Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil evaluasi semen adalah ketepatan hasil
evaluasi semen akan lebih rendah jika:

6
a. Mengonsumsi kapsul yang mampu mengurangi zat sperma, contohnya
ketersediaan hormon testosteron, hormon estrogen, sulfasalazine, nitrofurantoin,
sebagian kapsul kemoterapi dan lain-lain.
b. Minum alkohol, kafein, kokain, ganja, atau tembakau.
c. Penggunaan pengobatan obat alami yang dampaknya terhadap hormon atau
produksi sperma belum sepenuhnya diketahui.
d. Pola semen berubah menjadi dingin sebelum dilakukan pemeriksaan,
kemampuan bergerak sperma dapat menurun dan salah jika pola air mani dalam
keadaan terbuka hingga dingin.
e. Orang yang terkena radiasi beberapa bahan kimia (bersama dengan insektisida
atau spermisida tertentu), atau panas yang berkepanjangan.
f. Pola semen yang tidak sempurna. Tidak semua semen terkumpul dalam tabung
selama pengambilan sampel (contoh: ejakulasi yang tidak lengkap atau dalam
keadaan tumpah).
2.4 Pemeriksaan Infertilitas Pada Pria
Penanganan kasus infertilitas pada laki-laki meliputi:
1. Anamnesis
• Anamnesis ditujukan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan kebiasaan hidup
pasien yang dapat secara bermakna mempengaruhi fertilitas pria. Anamnesis
meliputi:
a. riwayat medis dan riwayat operasi sebelumnya
b. riwayat penggunaan obat-obatan (dengan atau tanpa resep) dan alergi
c. gaya hidup dan riwayat gangguan sistemik
d. riwayat penggunaan alat kontrasepsi
e. riwayat infeksi sebelumnya, misalnya penyakit menular seksual dan infeksi
saluran nafas.
Tabel 1. Komponen anamnesis pada penanganan infertilitas laki-laki

Komponen Anamnesis Pada Penanganan Infertilitas Laki-Laki

Riwayat Medis

Kelainan fisik
Penyakit sistematik – diabetes melitus, kanker, infeksi
Kelainan genetic – fibrosis kistik, sindrom klinefelter

Riwayat Pembedahan

7
Underscended testis
Hernia
Trauma testis, torsio testis
Bedah pelvis, retroperitoneal, kandung kemih

Riwayat Fertilitas

Kehamilan sebelumnya – dengan. Pasangan saat ini atau sebelumnya


Lama infertilitas
Penanganan infertilitas sebelumnya

Riwayat sexual

Ereksi atau masalah ejakulasi


Frekuensi hubungan seksual

Pengobatan

Nitrofurantoin, simetidin,sulfasalazin, spironolakton, -alfablockers,


metotreksat, kolkisin, amiodaron, antidepresan, kemoterapi

Riwayat Sosial

Alkohol, rokok, penggunaan steroid


Paparan radiasi dan panas
Pestisida

2. Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik pada laki-laki penting untuk mengidentifikasi adanya
penyakit tertentu yang berhubungan dengan infertilitas. Penampilan umum
harus diperhatikan, meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada tubuh atau
ginekomastia yang menunjukkan adanya defisiensi androgen. Tinggi badan,
berat badan, IMT, dan tekanan darah harus diketahui.
• Palpasi skrotum saat pasien berdiri diperlukan untuk menentukan ukuran dan
konsistensi testis. Apabila skrotum tidak terpalpasi pada salah satu sisi,
pemeriksaan inguinal harus dilakukan. Orkidometer dapat digunakan untuk
mengukur volume testis. Ukuran rata-rata testis orang dewasa yang dianggap
normal adalah 20 ml.
• Konsistensi testis dapat dibagi menjadi kenyal, lunak, dan keras. Konsistensi
normal adalah konsistensi yang kenyal. Testis yang lunak dan kecil dapat
mengindikasikan spermatogenesis yang terganggu.

8
• Palpasi epididimis diperlukan untuk melihat adanya distensi atau indurasi.
Varikokel sering ditemukan pada sisi sebelah kiri dan berhubungan dengan
atrofi testis kiri. Adanya perbedaan ukuran testis dan sensasi seperti meraba
"sekantung ulat" pada tes valsava merupakan tanda-tanda kemungkinan adanya
varikokel.
• Pemeriksaan kemungkinan kelainan pada penis dan prostat juga harus
dilakukan. Kelainan pada penis seperti mikropenis atau hipospadia dapat
mengganggu proses transportasi sperma mencapai bagian proksimal vagina.
Pemeriksaan colok dubur dapat mengidentifikasi pembesaran prostat dan
vesikula seminalis.
3. Analisis Sperma
• Penapisan antiboxli antisperma tidak dianjurkan karena tidak ada bukti
pengobatan yang dapat meningkatkan fertilitas
• Jika pemeriksaan analisis sperma dikatakan abnormal, pemeriksaan ulang untuk
konfirmasi sebaiknya dilakukan
• Analisis sperma ulang untuk mengkonfirmasi pemeriksaan sperma yang
abnormal, dapat dilakukan 3 bulan pasca pemeriksaan sebelumnya sehingga
proses siklus pembentukan spermatozoa dapat terjadi secara sempurna. Namun
jika ditemukan azoospermia atau oligozoospermia berat pemeriksaan untuk
konfirmasi harus dilakukan secepatnya.
• Pemeriksaan Computer-Aided Sperm Analysis (CASA)
• Untuk melihat jumlah, motilitas dan morfologi sperma, pemeriksaan ini tidak
dianjurkan untuk dilakukan karena tidak memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan pemeriksaan secara manual
• Pemeriksaan fungsi endokrinologi.
- Dilakukan pada pasien dengan konsentrasi sperma < 10 juta/ml
- Bila secara klinik ditemukan bahwa pasien menderita kelainan endokrinologi.
Pada kelainan ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan hormon testosteron dan
FSH serum
• Penilaian antibodi antisperma merupakan bagaian standar analisis semen.
Menurut kriteria WHO, pemeriksaan ini dilakukan dengan pemeriksaan
imunologi atau dengan cara melihat reaksi antiglobulin. Namun saat ini
pemeriksaan antibodi antisperma tidak direkomendasikan untuk dilakukan

9
sebagai penapisan awal karena tidak ada terapi khusus yang efektif untuk
mengatasi masalah ini.
2.5 Pemeriksaan Fertilitas Pada Wanita
2.5.1 Suhu Basal
Suhu basal tubuh adalah suhu tubuh sebelum bangun di pagi hari. Perubahan suhu basal
tubuh terjadi setelah ovulasi atau sekitar 12-24 jam setelah masa subur. Pengukuran
suhu tubuh basal saat akan melakukan program hamil, maka dapat menentukan apakah
ovulasi berlangsung normal atau tidak.
1. Mendeteksi ovulasi dengan mengukur suhu basal tubuh
a. Suhu tubuh wanita ketika tidak berovulasi yaitu pada 35,5 °C 36 °C, tetapi ini
tergantung pada suhu di mana mereka tinggal.
b. Ketika sel telur dilepaskan dari ovarium, suhu basal tubuh rata-rata wanita naik
sekitar 0,5°C. Karena setelah ovulasi (peristiwa pelepasan sel telur oleh indung
telur yang disebut masa subur), indung telur mengeluarkan hormon progesteron.
c. Hormon ini mempersiapkan lapisan rahim untuk kemungkinan kehamilan.
d. Suhu basal tubuh terus meningkat, meningkat sekitar 0.5°C hingga sesaat
sebelum menstruasi, dan kembali normal.
e. Selama kehamilan, suhu tubuh tetap tinggi sepanjang trimester pertama.
f. Jika suhu tubuh tidak mengikuti pola perubahan ini, masalah ovulasi dan
kesuburan dapat terjadi.
2. Teknik pengukuran
a. Karena perbedaan suhu tubuh selama masa ovulasi dan masa subur sangat kecil,
maka perlu pengukuran menggunakan termometer special suhu basal tubuh
1) Termometer suhu basal tubuh mengukur kenaikan suhu tubuh lebih. akurat
daripada termometer biasa.
2) Pilih thermometer Merkuri atau Termometer Digital. biasa, kecuali
perbedaan secara oral atau rektal.
3) Termometer merkuri mirip dengan termometer derajatnya lebih besar dan
lebih mudah dibaca. Termometer jenis ini dapat digunakan.
4) Termometer basal digital juga mirip dengan termometer demam digital.
Biasanya digunakan hanya secara oral.

10
b. Siapkan grafik yang diperoleh dari dokter kandungan atau buat sendiri.
1) Untuk membuat grafik perubahan suhu tubuh secara akurat, perlu dilakukan
pengukuran suhu segera setelah bangun tidur di pagi hari sebaiknya pada
waktu yang sama dengan suhu basal tubuh.
a) Cara: Atur suhu tubuh basal di samping tempat tidur. Ukur sebelum
bangun, berbicara, makan, minum atau berhubungan seks.
b) Termometer suhu basal digunakan pada mulut atau rektum selama 5
menit.
c) Hasil pengukuran dicatat pada grafik suhu tubuh basal setiap hari pada
interval 0,1°C (tabel dapat dibuat di atas kertas tebal).
d) Grafik ini menunjukkan pola perubahan suhu tubuh selama siklus
menstruasi dan masa subur.
e) Beberapa orang mengalami kenaikan suhu tubuh yang cepat sementara
ada beberapa orang juga mengalami kenaikan bertahap. Pola ini dapat
bervariasi dari siklus ke siklus.
c. Tanda terjadi Ovulasi
1) Jika suhu tubuh meningkat dari suhu yang diukur dalam enam hari terakhir.
2) Suhu tubuh tetap atau dalam kurun waktu tiga hari meningkat lagi.
3) Setelah melewati tahap ini, berarti terjadi ovulasi.
4) Suhu tubuh minimum dicapai pada saat ovulasi, dan kenaikan suhu tubuh
1°C terjadi setelah ovulasi. Jika suhu ovulasi tidak meningkat setelah
beberapa siklus, segera lakukan tes darah.
d. Faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh dan dapat mempengaruhi
keakuratan
1) Kurang tidur atau terganggu
2) Bangun pada waktu yang berbeda
3) Sakit atau lelahy
4) Ketidakstabilan emosi
5) Merokok
6) Minum alkohol
2.6 Pemeriksaan Infertilitas Pada Wanita
Gangguan ovulasi terjadi pada sekitar 15% pasangan infertilitas dan
menyumbang sekitar 40% infertilitas pada perempuan. Pemeriksaan infertilitas yang
dapat dilakukan diantaranya:

11
1. Pemeriksaan ovulasi
- Frekuensi dan keteraturan menstuasi harus ditanyakan kepada seorang
perempuan. Perempuan yang mempunyai siklus dan frekuensi haid yang teratur
setiap bulannya, kemungkinan mengalami ovulasi.
- Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami infertilitas
selama 1 tahun, dianjurkan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan
cara mengukur kadar progesteron serum fase luteal madya (hari ke 21-28).
- Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada perempuan yang
memiliki siklus haid panjang (oligomenorea). Pemeriksaan dilakukan pada
akhir siklus (hari ke 28- 35) dan dapat diulang tiap minggu sampai siklus haid
berikutnya terjadi Pengukuran temperatur basal tubuh tidak direkomendasikan
untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi.
- Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur disarankan untuk melakukan
pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).
- Pemeriksaan kadar hormon prolaktin dapat dilakukan untuk melihat apakah ada
gangguan ovulasi, galaktorea, atau tumor hipofisis.
- Penilaian cadangan ovarium menggunakan inhibin B tidak direkomendasikan
- Pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien dengan infertilitas hanya dilakukan jika
pasien memiliki gejala.
- Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal sebagai bagian dari
pemeriksaan infertilitas tidak direkomendasikan karena tidak terdapat bukti
bahwa pemeriksaan ini akan meningkatkan kehamilan.

Tabel 2. Pemeriksaan untuk melihat ovulasi dan cadangan varium


Ovulasi Cadangan Ovarium

- Riwayat Menstruasi - Kadar AMH


- Progesteron Serum - Hitung folikel antral
- Ultrasonogravi - FSH dan estradiol
Transvaginal hari ke 3
- Temperatur Basal
- LH Urin
- Biopsi Endrometrium

12
Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang dapat digunakan adalah
AMH dan folikel antral basal (FAB). Berikut nilai AMH dan FAB yang dapat
digunakan:

1. Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6 ng/ml


2. Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2-4.6 ng/ml)
3. Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH <1.2 ng/ml)
2. Pemeriksaan Chlamydia trachomatis
- Sebelum dilakukan pemeriksaan uterus, pemeriksaan untuk Chlamydia
trachomatis sebaiknya dilakukan dengan teknik yang sensitif.
- Jika tes Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan pasangan seksualnya
sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan pengobatan
- Antibiotika profilaksis sebaiknya dipertimbangkan sebelum melakukan periksa
dalam jika pemeriksaan awal Chlamydia trachomatis belum dilakukan.
3. Penilaian kelainan uterus
- Pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan apabila tidak terdapat indikasi,
karena efektifitas pembedahan sebagai terapi kelainan uterus untuk
meningkatkan angka kehamilan belum dapat ditegakkan.

Tabel 3. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam penilaian uterus


HSG USG-TV SIS HISTEROSKOPI

Sensivitas dan PPV Dapat PPV dan NPV Metode definitive


rendah untuk mendeteksi tinggi, untuk invasif
mendeteksi patologi patologi mendeteksi
intrakavum uteri endometrium patologi intra
dan kavum uteri.
myometrium

4. Penilaian lendir serviks pasca senggama


- Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan infertilitas dibawah 3
tahun.
- Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki masalah fertilitas
tidak dianjurkan karena tidak dapat meramalkan terjadinya kehamilan.
5. Penilaian kelainan tuba
- Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit radang panggul (PID),
kehamilan ektopik atau endometriosis, disarankan untuk melakukan

13
histerosalpingografi (HSG) untuk melihat adanya oklusi tuba. Pemeriksaan ini
tidak invasif dan lebih efisien dibandingkan laparaskopi.
- Pemeriksaan oklusi tuba menggunakan sono-histerosalpingografi dapat
dipertimbangkan karena merupakan alternatif yang efektif
- Tindakan laparoskopi kromotubasi untuk menilai patensi tuba, dianjurkan
untuk dilakukan pada perempuan yang diketahui memiliki riwayat penyakit
radang panggul.

Tabel 4. Beberapa teknik pemeriksaan yang dapat dilakukan


Teknik Keuntungan Kelemahan

HSG o Visualisasi seluruh panjang o Paparan radiasi


tuba dapat menggambarkan o Reaksi terhadap zat
patologi seperti kontras Peralatan
hidrosalping dan SIN efek dan staf khusus
terapeutik o Kurang dapat
menggambarkan
adhesi pelvis

Saline Infusion o Visualisasi ovarium, uterus o Pelatihan khusus


Sonografi dan tuba o Efek terapeutik
belum terbukti

Laparaskopi o Visualisasi langsung o Invasif Biaya tinggi


Kromotubasi seluruh organ reproduksi
interna
o Memungkinkan dilakukan
terapi sekaligus

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fertilisasi adalah proses penyatuan sel telur dan sel sperma, yang menghasilkan zigot
yang akan berkembang menjadi embrio dan kemudian janin. Infertilitas, atau
ketidaksuburan, adalah keadaan kurang normal dari distribusi efisiensi reproduksi atau
abnormal dari fungsi sperma atau oosit. Dalam makalah tentang fertilisasi dan infertilitas,
dapat disimpulkan bahwa fertilisasi adalah tahap kunci dalam reproduksi seksual, baik pada
manusia maupun tumbuhan, yang melibatkan penyatuan sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina untuk membentuk zigot atau biji sebagai langkah awal dari pembentukan embrio atau
keturunan baru. Infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti usia menarche,
status gizi, siklus menstruasi, penyakit penyerta, dan faktor pada pria.
3.2 Saran
1. Bagi wanita dan pria yang menginginkan program kehamilan disarankan agar berupaya
mencegah terjadinya infertelitas pada wanita. Dengan cara rutin mendapatkan informasi
atau penyuluhan tentang kesehatan khususnya masalah kesuburan pada wanita dan pria.
2. Bagi wanita usia subur agar mengonsumsi makanan yang bergizi sehingga kebutuhan
akan zat gizi dapat terpenuhi.
3. Bagi pria yang mengalami infertilitas, perlu melakukan periksa dan pemeriksaan
kesehatan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi infertilitas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Reproduksi, Himpunan Endokrinologi, et al. "Konsensus Penanganan Infertilitas."


Edited by A. Hestiantoro et al (2013).

Noni Nurhayati, N. N. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian


infertilitas pada wanita usia subur Di rsud ulin banjarmasin.

Khaidir, M. (2006). Penilaian tingkat fertilitas dan penatalaksanaannya pada pria. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 1(1), 30-34.

UNTUK FERTILITAS, Pemeriksaan Tambahan; SEMEN, Penilaian Hasil


Pemeriksaan. PEMERIKSAAN TAMBAHAN UNTUK FERTILITAS. ASUHAN
KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI, 23

Lutfiyah, Izzahtul dan Muhid Maksum (2020). Makna ChildfreeDalam Rangka


Mengurangi Fertilitas Pada Pasangan Siap Menikah.

Triana Sari (2021) Literature Review Gambaran Karakteristik Infertilitas Primer Pada
Wanita Usia Subur

Devi Rahmadiani (2021) Ekstrak Pollen Kurma (Phoenix dactylifera L) Sebagai Terapi
Infertilitas Pada Pria

Ni Luh Putu Melani Cintia Dewi, I Komang Lindayani, Ni Komang Yuni Rahyani
(2022) Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas Dan Tingkat Keberhasilan Program
Bayi Tabung Yang Diikuti Oleh Pasangan Usia Subur

Andon Hestiantoro (2021) Peran Keilmuan Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas


terhadap Perlindungan Kesehatan Reproduksi Perempuan

Aidil Akbar (2020) Gambaran Faktor Penyebab Infertilitas Pria di Indonesia

iv

Anda mungkin juga menyukai