INFERTILITAS
Oleh :
Dewi Meliyani Ramadlana Suleman (70700120021)
Namirah (70700120017)
Pembimbing :
DR. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes
dr. Nurwana, M.Si
Pembimbing Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu dari fungsi luhur dari makhluk hidup termasuk manusia
adalah berkembang biak, demi menjaga kelangsungan garis keturunannya.
Untuk melangsungkan perkembang biakan, diperlukan Kesehatan reproduksi
yang baik. Salah satu gangguan kesehatan reproduksi yang terjadi ada usia
subur adalah infertilitas. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk
mengandung sampai melahirkan bayi hidup setelah satu tahun melakukan
hubungan seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi
apapun atau setelah memutuskan untuk mempunyai anak. Kegagalan
pasangan suami istri (pasutri) dalam memperoleh keturunan, dapat
disebabkan oleh masalah pada pria dan atau pada wanita (1).
B. Epidemiologi
Secara global, infertilitas mempengaruhi 13-15% pasangan usia
reproduksi (4). WHO memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dari 7
pasangan) memiliki masalah infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2
juta pasangan infertile (1).
Terdapat peningkatan kasus infertilitas dari tahun 1990 ke tahun 2017.
Data sebuah penelitian menunjukkanm prevalensi infertilitas wanita
berdasarkan usia meningkat sebanyak 14,962% dari 1366,85 per 100.000
pada tahun 1990 menjadi 1571,35 per 100.000 pada tahun 2017. Sedangkan
untuk angka prevalensi infertilitas laki-laki meningkat 8,224% dari 710,19
per 100.000 pada tahun 1990 menjadi 768,59 per 100.000 pada tahun 2017.
Di antara mereka yang berusia 15-44 tahun pada tahun 2017, kelompok usia
35-39 memiliki tingkat prevalensi tertinggi, dan kelompok usia 15-19
memiliki yang terendah (4).
Prevalensi infertilitas tertinggi di Asia Selatan, Afrika Sub-Sahara,
Afrika Utara / Timur Tengah, dan Eropa Tengah / Timur dan Asia Tengah
(6). Di asia, prevalensi infertilitas idiopatik bervariasi antara 22-28 % (5).
Prevalensi infertilitas sangat bervariasi. Negara-negara maju cenderung
memili angka prevlensi yang lebih kecil (1 dari pasangan mengalami
infertilitas), dibandingkan negara-negara yang sedang berkembang karena
negera berkembang cenderung memiliki keterbatasan sumber daya untuk
investigasi dan terapi infertilitas (3).
Peluang untuk mendapatkan kehamilan per siklus reproduksi pada
pasangan muda yang sehat adalah sekitar 20-50%. Peluang kumulatif
terjadinya kehamilan dalam waktu 6 bulan pertama adalah 60%, 84% dalam
kurun waktu tahun pertama, dan 92% dalam kurun waktu 2 tahun dengan
aktivitas seksual yang teratur (3).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 kejadian
infertil di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun. Prevalensi
pasangan infertil di Indonesia tahun 2013 adalah 15-25% dari seluruh
pasangan yang ada (2). Dari sebuah penelitian yang dilakukan di Rumah
Sakit BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, diketahui bahwa selama
periode 2006 sampai dengan 2010 terdapat 98 kasus wanita infertil di
Perawatan Ginekologi Rumah Sakit BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo, dengan
90 (91,8%) kasus infertil primer dan 8 (8,2%) kasus infertil sekunder (7).
C. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Reproduksi Interna pada Wanita
a. Ovarium
Ovarium terletak di atas rongga pervis dan bersandar di
cekungan dangkal dinding lateral pelvis. Ovarium terikat dengan
ligamentum latum oleh mesovarium. Ligamentum uteroovarium
meluas dari bagian lateral dan posterior uterus, tepat di bawah insersi
tuba, ke kutub uterus ovarium. Ovarium di tutupi oleh peritoneum
dan terdiri dari otot dan serat jaringan ikat. Ligamentum
infundibulopelvic atau ligamentum suspensorium ovary meluas dari
bagian atas atau kutub tuba ke dinding pelvis; yang terdapat
pembuluh darah dan saraf ovarium di dalamnya (8).
b. Tuba Fallopi
Penonjolan berbentuk tubular dari uterus ini panjangnya
bervariasi dari 8 sampai 14 cm, dan masing-masing tuba terbagi
menjadi bagian interstisial, isthmus, ampula, dan infundibulum.
Bagian interstisial menyatu di dalam dinding otot uterus. Isthmus,
atau bagian sempit bagian yang lebih lebar di lateral, atau ampula.
Infundibulum atau ujung-ujung fimbria, adalah muara berbentuk
corong di ujung distal tuba uterine (8).
c. Uterus
Uterus yang tidak hamil terletak di rongga pelvis di antara
kandung kemih di anterior dan rectum di posterior. Uterus
digambarkan berbentuk piriformis atau berbentuk buah pir yang rata.
Uterus terbagi menjadi dua bagian utama tetapi tidak seimbang;
bagian segitiga atas yaitu corpus dan bagian silindris bawah yaitu
serviks, yang masuk ke dalam vagina. Isthmus adalah bagian ostium
uteri internum dan cavitas uteri. Fundus adalah segmen atas yang
cembung di antara tempat insersi tuba uterine (8).
d. Cervix
Serviks uteri berbentuk fusiformis dan membuka di tiap
ujungnya melalui lubang kecil ostium uteri internum dan eksternum.
Di anterior, batas atas serviks adalah ostium internum, yang
bersesuaian dengan level peritoneum melekat ke vesika urinaria.
Segmen atas serviks-portio supravaginalis, terletak di atas perlekatan
vagina ke serviks. Bagian vagina bawah serviks disebut portio
vaginalis (8).
e. Vagina
Struktur muskulomembranosa ini memanjang dari uterus ke
vulva dan terletak di antara kandung kemih dan rectum di anterior
dan posterior. Ujung atas kubah vagina terbagi oleh serviks menjadi
anterior, posterior, dan dua fornix di lateral. Dinding anterior dan
posterior vagina terdapat banyak krista transversal tipis, disebut
rugae (8).
3. Fisiologi Kehamilan
a. Pembuahan (fertilisasi)
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-
mikrofilamen fimbria infundibulum tuba ke arah ostium tuba
abdominalis, dan disalurkan terus ke arah medial (10).
Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan di
sekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu
spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya
beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampula tuba di mana
spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi.
Hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi)
untuk membuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan
konsentrasi DNA di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah
menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan
hyaluronidase (10).
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit
sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula
tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi
spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya
satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu
melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk mencapai ovum,
spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel di luar
ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular),
yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami
fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul komplemen
khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3
glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom
melepaskan enzim yang membantu spermarozoa menembus zona
pelusida (10).
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi
korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder)
berfusi dengan membran plasma sel, sehingga enzim di dalam
granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona peIusida. Hal
ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama
lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus
oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum dibuahi lebih dari satu
sperma (10).
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma
ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera
setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya
berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok
sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium
morula. Morula disalurkan terus ke pars ismika dan pars
interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus
disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada
permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba (10).
b. Nidasi (Implantasi)
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai
stadium blastula disebut blastokista (blastocyst), suatu bentuk yang
di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut
massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan
trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian,
blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas.
Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait
dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon
kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah
maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas
terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan
menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio (10).
Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan
mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi,
dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini besar-besar dan
mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh
trofoblas. Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara
trofoblas dan endometrium. Di satu sisi trofoblas mempunyai
kemampuan invasif yang kuat, di sisi lain endometrium mengontrol
invasi trofoblas dengan menyekresikan faktor-faktor yang aktif
setempat (lokal) yaitu inhibitor cytohines dan protease. Keberhasilan
nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil keseimbangan proses
antara trofoblas dan endometrium (10).
Dalam perkembangan diferensiasi trofoblas, sitotrofoblas yang
belum berdiferensiasi dapat berkembang dan berdiferensiasi menjadi
3 jenis, yaitu (1) sinsisiotrofoblas yang aktif menghasilkan hormon,
(2) trofoblas jangkar ekstravili yang akan menempel pada
endometrium, dan (3) trofoblas yang invasive (10).
Invasi trofoblas diatur oleh pengaturan kadar hCG.
Sinsisiotrofoblas menghasilkan hCG yang akan mengubah
sitotrofoblas menyekresikan hormon yang noninvasif. Trofobias
yang semakin dekat dengan endometrium menghasilkan kadar hCG
yang semakin rendah, dan membuat trofoblas berdiferensiasi dalam
sel-sel jangkar yang menghasilkan protein perekat plasenta yaitu
trophouteronectin. Trofoblas-trofoblas invasif lain yang lepas dan
bermigrasi ke dalam endometrium dan miometrium akan
menghasilkan protease dan inhibitor protease yang diduga
memfasilitasi proses invasi ke dalam jaringan maternal (10).
Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain menghasilkan
hormon human chorionic gonadotropin. Produksi human cborionic
gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari ke-60 kehamilan
untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah
mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus, dan
menghasilkan terus progesteron, sampai plasenta dapat membuat
cukup progesteron sendiri. Hormon korionik gonadotropin inilah
yang khas untuk menentukan ada tidaknya kehamilan. Hormon
tersebut dapat ditemukan di dalam air kemih ibu hamil (10).
Blastokista dengan bagian yang mengandung massa inner-cell
aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua
kemudian menutup kembali. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni
masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada luka
desidua (tanda Hartman) (10).
Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan
bertumbuh dan berkembang di dalam endometrium. Embrio ini
selalu terpisahkan dari darah dan jaringan ibu oleh suatu lapisan
sitotrofoblas (mononuclear trophoblast) di sisi bagian dalam dan
sinsisiotrofoblas (multinuclear trophoblast) di sisi bagian luar.
Kondisi ini kritis tidak hanya untuk pertukaran nutrisi, tetapi juga
untuk melindungi janin yang bertumbuh dan berkembang dari
serangan imunologik maternal. Bila nidasi telah terjadi, mulailah
diferensiasi sel-sel blastokista. Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat
pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac,
sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan
membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam blastokista terdapat
suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni
ruang amnion dan yolk sac (10).
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang
selanjutnya terdiri atas tiga unsur lapisan, yakni sel-sel ektoderm,
mesoderm, dan entoderm. Sementara itu, ruang amnion tumbuh
dengan cepat dan mendesak eksoselom, akhirnya dinding ruang
amnion mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion dan
embrio menjadi padat, dinamakan body stalk, dan merupakan
hubungan antara embrio dan dinding trofoblas. Body stalk, menjadi
tali pusat. Yolk sac dan alantois pada manusia tidak tumbuh terus,
dan sisa-sisanya dapat ditemukan dalam tali pusat (10).
c. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis
plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi
dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12 - 18
minggu setelah fertilisasi (10).
Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi,
trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah
endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-
ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah
yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul
ruangan-ruangan interviler di mana vili korialis seolah-olah
terapung-apung di antara ruangan-ruangan tersebut sampai
terbentuknya plasenta (10).
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat
diidentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah
janin ini berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) di dalam vili
korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal
yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena
uterina. Vili korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa
jaringan yaitu plasenta (10).
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum
uteri disebut desidua kapsularis, yang terletak antari hasil konsepsi
dan dinding uterus disebut desidua basalis, di situ plasenta akan
dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah
desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-
joniot yang dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Sel-
sel fibrolas mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula
sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic
membrane yang kelak rnenjadi korion. Selain itu, vili korialis yang
berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang
dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Yang
berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan,
karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga
lambat-laun menghilang, korion yang gundul ini disebut korion leave
(10).
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh
darah janin dan lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan
plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak ada percampuran darah
antara darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel desidua yang tidak
dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk
lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses
melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan
Nitabuch ini (10).
D. Etiologi dan Faktor Risiko
Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak wanita, pria, maupun keduanya.
Akan tetapi, dari jumlah pasangan infertil yang ada, sebagian besar
penyebabnya berasal dari faktor wanita. Sebuah penelitian menyebutkan
bahwa kondisi yang menyebabkan infertilitas dari faktor wanita sebesar 65%,
faktor pria 20%, kondisi lain-lain dan tidak diketahui 15% (2).
1. Infertilitas pada wanita
Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh kondisi medis yang
mendasari yang dapat merusak saluran tuba fallopi, ovulasi, atau
menyebabkan komplikasi hormonal. Kondisi medis ini termasuk penyakit
radang panggul, endometriosis, polycystic ovarian syndrome, kegagalan
ovarium prematur, fibroid uterus, dan faktor lingkungan. Penyebab lain
dari ketidaksuburan pada wanita termasuk masalah ovulasi, penyumbatan
tuba, faktor terkait usia, masalah rahim, ligasi tuba sebelumnya dan
ketidakseimbangan hormon (11).
a. Faktor Lingkungan
Racun seperti lem, pelarut organik yang mudah menguap atau
silikon, zat fisik, debu kimiawi, dan pestisida terlibat dalam penyebab
kemandulan. Paparan lingkungan kerja yang berpotensi membahayakan
lainnya seperti hidrokarbon terklorinasi dan fumisida juga telah
ditemukan terkait dengan peningkatan hubungan keguguran spontan
pada wanita. Oleh karena itu, individu yang memiliki kontak langsung
dengan atau terpapar bahan kimia tersebut memiliki peluang tinggi
untuk terjadi infertilitas primer atau sekunder tergantung pada kasusnya
(11).
b. Perubahan berat badan
Disfungsi ovarium bisa disebabkan oleh penurunan berat badan
dan penambahan berat badan yang berlebihan. Indeks massa tubuh
(IMT) lebih dari 27 kg / m2 dikaitkan dengan infertilitas. Estrogen
diproduksi oleh sel-sel lemak. Dengan demikian, lemak tubuh yang
banyak atau obesitas menyebabkan peningkatan produksi estrogen yang
ditafsirkan tubuh sebagai pengendalian kelahiran. Selain itu, terlalu
sedikit lemak tubuh menyebabkan produksi estrogen yang tidak
mencukupi dan karenanya terjadi gangguan siklus menstruasi, yang
berhubungan dengan siklus anovulasi (11).
c. Usia
Kesuburan menurun seiring bertambahnya usia. Kesuburan
wanita mencapai puncaknya antara usia 18-24 tahun, sementara itu
mulai menurun setelah usia 27 dan turun pada tingkat yang lebih besar
setelah usia 35 tahun (11).
d. Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alkohol berkontribusi untuk infertilitas.
Merokok dapat mengganggu folikulogenesis (nikotin dan bahan kimia
berbahaya lainnya dalam rokok mengganggu sintesis estrogen),
transportasi embrio, penerimaan endometrium, angiogenesis
endometrium, dan aliran darah uterus. Beberapa kerusakan tidak dapat
dipulihkan, tetapi berhenti merokok dapat mencegahnya kerusakan
lebih lanjut. Perokok 60% lebih mungkin mandul dibandingkan non-
perokok. Asupan alkohol, di sisi lain, dikaitkan dengan peningkatan
kadar estrogen dan peningkatan kadar estrogen ini mengurangi sekresi
FSH yang kemudian menekan folikulogenesis dan menghasilkan
anovulasi (11).
e. Ketidakseimbangan hormonal
Hipotalamus, melalui pelepasan gonadotrophin releasing
hormone, mengontrol kelenjar pituitari yang secara langsung atau tidak
langsung mengontrol sebagian besar kelenjar hormonal lain dalam
tubuh manusia. Jadi, perubahan kimiawi sinyal dari hipotalamus dapat
mempengaruhi kelenjar pituitari, ovarium, tiroid, kelenjar susu dan
karenanya mengakibatkan kelainan hormonal. Kelainan hormonal yang
mempengaruhi ovulasi termasuk hipertiroidisme, hipotiroidisme,
polycystic ovarian syndrome dan hiperprolaktinemia.
Ketidakseimbangan hormonal adalah penyebab penting anovulasi.
Perubahan keseimbangan hormonal dari sumbu hipotalamo-hipofisis-
adrenal (sumbu HPA) bisa disebabkan oleh stres (11).
f. Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia menyebabkan kemandulan dengan
meningkatkan pelepasan dopamin yang menghambat hipotalamus
Gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) dan dengan demikian
mengakibatkan steroidogenesis gonad dan akhirnya kemandulan (11).
g. Gangguan fungsi ovarium
Infertilitas akibat disfungsi ovarium bisa karena tidak adanya sel
telur di dalam ovarium atau karena penyumbatan ovarium secara total.
Distrofi ovarium (kerusakan fisik pada ovarium, atau ovarium dengan
banyak kista) dan luteinized unruptured follicle syndrome (LUFS),
dalam hal ini sel telur mungkin telah matang dengan baik tetapi folikel
gagal pecah atau bahkan pecah tanpa melepaskan telur dapat terjadi dan
menyebabkan siklus anovulasi. Polycystic ovarian syndrome (PCOS)
biasanya merupakan masalah keturunan dan menyebabkan hingga 90%
kasus anovulasi (11).
h. Faktor tuba fallopi
Faktor tuba yang penting dalam infertilitas termasuk
endometriosis, adhesi panggul, penyakit radang panggul (biasanya
karena Chlamidia), oklusi tuba dan disfungsi tuba. Endometriosis
adalah kondisi non-kanker dan dapat menyebabkannya adhesi antara
rahim, ovarium, dan tuba falopi, sehingga mencegah transfer sel telur
ke tuba dan terjadi infertilitas (11).
i. Faktor uterus
Faktor uterus meliputi malformasi uterus seperti bentuk uterus
yang abnormal dan septum intrauterin; polip, leiomioma, dan sindrom
Asherman. Fibroid jinak di rahim sangat umum terjadi pada wanita
berusia 30-an. Fibroid besar dapat menyebabkan kemandulan dengan
merusak lapisan rahim, menghalangi saluran tuba, mendistorsi bentuk
rongga rahim atau mengubah posisi serviks (11).
j. Penyakit tiroid
Hipertiroidisme di sisi lain ditandai dengan TSH serum yang
tertekan dan peningkatan tiroksin (T4), triiodothyronine (T3), atau
keduanya. Dalam penelitian Krassas dkk, insiden hipertiroidisme yang
lebih tinggi dikaitkan dengan siklus haid tidak teratur mulai dari
hypomenorrhea, polymenorrhea, dan oligomenorrhea, hingga
hypermenorrhea (11).
k. Sexually transmitted disease (STD)/Penyakit Menular Sexual
(PMS)
Penyakit menular sexual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
dari salah satu jenis kelamin melalui aktivitas seksual dengan pasangan
yang terinfeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau
mikroorganisme parasit. PMS adalah penyebab utama kemandulan,
sering asimtomatik tetapi mungkin menunjukkan sedikit gejala.
Beberapa PMS yang teridentifikasi (seperti sifilis, trikomoniasis,
chancroid, Chlamydia, gonorrhea, herpes simplex virus, human
papilloma virus, HIV, lymphogranuloma venerum) dapat diobati
sementara banyak yang tidak Virus HIV menjadi infeksi menular
seksual yang paling serius karena pada akhirnya menyebabkan
kematian (11).
l. Pelvic inflammatory disease (PID)
Pelvic inflammatory disease (PID) terdiri dari berbagai infeksi
yang mempengaruhi organ panggul yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang berbeda seperti bakteri dan kondisi peradangan
pada bagian saluran cerna yang terletak di daerah panggul seperti
salpingitis akibat aborsi septik atau infeksi asendens. PID bisa
disebabkan penyakit menular sexual dari Chlamydia trachomatis dan
Gonorrhea dan pada akhirnya dapat menyebabkan pembentukan abses,
adhesi, jaringan parut, blokade tuba, kerusakan tuba, kehamilan ektopik
dan dengan demikian infertilitas (11).
m. Obstruksi structural
Kelainan bawaan yang mempengaruhi saluran genital dapat
menyebabkan kemandulan. Contohnya seperti agenesis Mullerian,
vagina atau kegagalan perkembangan rahim menyebabkan infertilitas.
Selain itu juga pasca pembedahan panggul yang menyebabkan adanya
jaringan parut dapat membatasi pergerakan ovarium dan tuba falopi dan
menyebabkan kemandulan. Sindrom Asherman akibat cedera berulang
pada lapisan rahim dari dilatasi multipel dan kuretase uterus dapat
menyebabkan obstruksi dan amenore sekunder (11).
n. Kemoterapi
Penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah folikel antral
menurun setelah kemoterapi. Obat dengan risiko infertilitas tinggi
termasuk procarbazine, siklofosfamid, ifosfamid, busulfan, melphalan,
klorambusil dan klormetin; obat-obatan seperti doksorubisin, cisplatin
dan karboplatin memiliki risiko sedang (11).
2. Infertilitas pada pria
a. Pre-testikular
Yang dimaksud dengan gangguan pre-testikular merupakan
sebuah kondisi yang mengakibatkan tidak adanya dukungan terhadap
berfungsinya testis secara optimal, seperti situasi hormonal yang buruk,
kesehatan umum yang buruk termasuk hipogonadisme; obat-obatan
seperti simetidin dan spironolakton yang menurunkan folikel
stimulating hormone (FSH), dan nitrofurantoin yang menurunkan
motilitas sperma; gaya hidup yang tidak baik (kronis alkoholisme,
merokok); dan aktivitas berat berat (12).
b. Testikular
Yang dimaksud dengan testikular faktor adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas dan kuantitas air mani yang diproduksi oleh
testis dan termasuk usia, cacat genetik dari kromosom Y (sindrom
Klinefelter), neoplasma mis. seminoma, kriptorkidisme, varikokel,
infeksi virus gondongan dan mungkin idiopatik yang menyumbang dari
infertilitas pria (12).
c. Post-testikular
Faktor post testis yang mempengaruhi kesuburan pria seperti
cacat pada saluran genital pasca testis dan masalah ejakulasi: mis.
impotensi, obstruksi vas deferens, infeksi misalnya prostitis, gangguan
saluran ejakulasi dan hipospadia (12).
d. Hypothalamic-pituitary
Kondisi yang mempengaruhi sumbu hipotalamus-hipofisis pada
akhirnya akan mempengaruhi Gonadotropin releasing hormone (GRh)
dan karenanya akan mempengaruhi tingkat FSH, LH dan hormon
prolaktin. Hiperprolaktinemia dapat menyebabkan hipogonadisme,
disfungsi ereksi, penurunan libido, ginekomastia dan infertilitas (12).
e. Lingkungan
Radiasi dan panas yang berlebihan pada alat kelamin memiliki
efek merusak pada testis. Karenanya individu yang memiliki kontak
langsung memiliki kemungkinan tinggi untuk mengalami primer atau
infertilitas sekunder seperti kasusnya. Selain itu, paparan ftalat dapat
terjadi melalui konsumsi makanan, penyerapan atau penghirupan kulit
dan telah dikaitkan dengan gangguan spermatogenesis dan
meningkatkan kerusakan DNA sperma (12).
f. Gaya Hidup
Merokok dapat merusak DNA sperma. Perokok mengalami
penurunan tingkat antioksidan seperti Vitamin E dan Vitamin C,
sehingga mempunyai risiko untuk terjadinya kerusakan spermatozoa
oleh zat oksidatif (12).
g. Sexually transmitted disease (STD) / Penyakit Menular Sexual
(PMS)
Penyakit menular sexual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
dari salah satu jenis kelamin melalui aktivitas seksual dengan pasangan
yang terinfeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau
mikroorganisme parasit. PMS adalah penyebab utama kemandulan,
sering asimtomatik tetapi mungkin menunjukkan sedikit gejala (12).
h. Infeksi saluran kemih
Saluran kemih memiliki hubungan anatomis relatif dengan
saluran reproduksi. Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
terkenal sebagai organisme gram negatif dan gram positif yang paling
umum terlibat dalam ISK (12).
i. Obstruksi structural
Vas deferens dan obstruksi saluran ejakulasi bisa menjadi
penyebab penting kemandulan karena mempengaruhi ejakulasi.
Hipospadia mungkin juga memiliki kontribusi penting dalam terjadinya
infertilitas. Kondisi yang menyebabkan obstruksi seperti vasektomi
sebelumnya; patologi duktus epididimis, vassal, atau ejakulasi yang
berkaitan dengan infeksi genitourinari; cedera iatrogenik selama operasi
inguinal atau skrotum dan anomali kongenital (12).
j. Spermatozoa
Azoospermia, abnormalitas morfologi spermatozoa, dan motilitas
sperma yang rendah biasanya merupakan kondisi asimtomatik bagi
kebanyakan pria tetapi sangat penting secara etiologis dalam terjadinya
infertilitas pria. Sebagian besar kasus, jumlah sperma rendah adalah
"idiopatik" tetapi mungkin berhubungan dengan varikokel dan penyakit
testis kronis. Kualitas dan jumlah total spermatozoa adalah cerminan
dari keadaan testis, dan tingkat hormon testosteron plasma (12).
k. Mikroorganisme
Infeksi mikroba telah dilaporkan mengurangi viabilitas sperma.
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan organisme
yang paling banyak menyebabkan infertilitas primer pria. Epididimitis
kronis akibat infeksi Chlamydia trachomatis telah terbukti menyumbat
epididimis dan dengan demikian menyebabkan azoospermia obstruktif.
Infeksi menyebabkan leukositospermia dan akibatnya menyebabkan
kerusakan sperma, menurunkan jumlah sperma dan selalu terjadi
gangguan motilitas sperma (12).
menggambarkan Kontras
patologi seperti Peralatan dan staf
hidrosalping dan SIN khusus
efek Terapeutik Kurang dapat
menggambarkan adhesi
pelvis
Saline Visualisasi ovarium , Pelatihan khusus
infusion uterus dan tuba Efek terapeutik belum
sonography terbukti
Laparoskopi Visualisasi langsung Invasif
kromotubasi seluruh organ Biaya tinggi
reproduksi interna
Memungkinkan
dilakukan terapi
sekaligus
5) Pemeriksaan genital
Mengevaluasi ukuran dan bentuk klitoris, himen, vaginal
introitus, letak, ukuran, bentuk, permukaan, konsistensi, mobilitas
dan arah uterus, apakah terdapat massa adneksa yang berbeda,
cairan dari vagina, ketegangan, penebalan ligamen uterosakral, dan
nodul-nodul dalam cul-de-sac yang menunjukkan endometriosis
atau tuberkolosis melalui pemeriksaan per-vaginal (PV).
b. Pemeriksaan klinis terhadap pasangan pria
1) Pemeriksaan umum
Lakukan pemeriksaan umum yang meliputi: ciri-ciri vital
(terutama tekanan darah), tinggi dan berat badan (indeks massa
tubuh), karakteristik seksual sekunder, dam pemeriksaan kelenjar
tiroid.
2) Pemeriksaan payudara
Untuk mengetahui apakah terdapat ginekomastia.
3) Pemeriksaan abdominal
Mengevaluasi adanya massa abdominal, testis yang tidak
turun, hernia inguinalis, organomegali, atau ascites.
4) Pemeriksaan genital
Evaluasi bentuk dan ukuran penis, kulup penis, letak meatus
urethral eksternal, volume testikular ( menggunakan proder’s
orchidometer, normalnya 25 ml = 3x5 cm), palpasi epididimis dan
vas deferens, ekslusi vericocele atau hydrocele, evaluasilah sensasi
perineum, tekanan spinchter rektum, dan pembesaran prostast
melalui pemeriksaan rektrum (PR)
3. Pemeriksaan Penunjang
I. Prognosis
Infertilitas terkait era dengan waktu, Karena semakin lama infertilitas
pasangan suami istri atau lama infertil lebih dari tiga tahun skan
meningkatkan skor infertilitas dan memberikan prognosis yang buruk (21).
J. Integrasi keislaman
Kehadiran anak dalam rumah tangga merupakan sesuatu yang
diharapkan oleh semua keluarga. Dengan hadirnya anak di lingkungannya
akan dirasa bisa melengkapi kebahagiaan oleh setiap pasangan suami istri,
Namun hal ini berbalik manakala salah satu pihak dalam keluarga tidak
mampu memberikan keturunan. Hal ini tentu saja menimbulkan keresahan
yang sangat beralasan karena semua manusia yang normal merasa gelisah,
apabila tidak menghasilkan keturunan. Rumah tangga akan terasa sepi, hidup
tidak bergairah, karena pada umumnya orang rela bekerja keras untuk
keluarga dan anak cucunya. Penantian panjang sang buah hati pernah di alami
oleh Nabi Allah yakni Nabi Ibrahim As dan Nabi Zakariya As. Di dalam
kisahnya diceritakan bahwa ke dua tokoh tersebut tak henti memanjatkan doa
kepada Allah Agar dikaruniai keturunan. Doa-Doa Nabi Ibrahim As dan Nabi
Zakaria As diabadikan dalam Al-Qur’an (25)
R ِءR اR َعR ُّدRلR اR ُعR يR ِمR َسRك َ Rً ةRَّR يRِّR رR ُذRك
Rَ Rَّ نRِ إRۖ Rً ةRَ بRِّR يRط َ R ْنR ُدRَ لRنRْ R ِمR يRِ لRب Rِّ RرRَ R َلR اRَ قRۖ Rُ هRَّR بR َرR اRَّR يR ِرR َكR َزR اR َعR َدRك
Rْ Rَ هRب َ RِلR اRَ نRُه
Artinya:
Rْ Rَ هRب
R َنR يRحRِ RِلR اRَّRصRلR اRنRَ R ِمR يRِ لRب Rِّ Rَر
Artinya:
RصRعRيRهRك
1.) Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad.
RاRَّ يR ِرR َكRزRَ Rُ هR َدR ْبR َعRك ِ R َمRحRْ RرRَ R ُرR ْكRِذ
Rَ Rِّ بR َرRت
Artinya:
2.) (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan
kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
R اRًّ يRِ فRخRَ R ًءR اR َدRِ نRُهRَّ بR َرRىRٰ R َدRاRَ نR ْذRِإ
Artinya:
3.) yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang
lembut
Rُ R ْأR َّرRلR اR َلR َعRَ تR ْشR اR َوR يRِّ نR ِمR ُمRظ
RنRْ R ُكRَ أR ْمRَ لR َوR اRً بR ْيR َشRس ْ R َعR ْلR اRنRَ Rَ هR َوR يRِّ نRِ إRب Rِّ R َرR َلR اRَق
R اRًّ يRِ قR َشRب
Rِّ RرRَ Rك Rَ RِئR اR َعR ُدRِب
Artinya:
4.) Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan
kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa
dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.
Rْ RَهRَ فR اR ًرRِقR اR َعR يRِتRَ أRرRَ R ْمR اRت
R يRِ لRب ِ RَنR اR َكRوRَ R يRِئR اRرRَ RوRَ RنRْ R ِمR َيRِلR اR َوR َمR ْلR اRت Rُ R ْفR ِخR يRِّ نRِ إRوRَ
R اRًّ يRِ لR َوRك Rَ R ْنR ُدRَ لRنRْ Rِم
Artinya:
5.) Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku
sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul,
maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,
A. Akupuntur
Menurut teori Traditional Chinese Medicine (TCM) infertilitas terjadi
karena adanya defisiensi Yan dan Ying pada ginjal sehingga terjadi gangguan
keseimbangan vital, adanya penyumbatan aliran energi Qi pada liver, jantung
dan limpa, serta dan adanya gangguan sirkulasi darah. Hal ini menyebabkan
terjadinya tiga sindrom, yaitu sindrom defisiensi, sindrom stagnansi, dan heat
syndrome. Keadaan defisiensi akan mengakibatkan terganggunya fungsi
reproduksi dan seksual pada pria dan wanita. Keadaan stagnansi akan
mengakibatkan hilangnya aliran energi dan darah, sehingga sirkulasi pada
organ reproduksi terganggu. Keadaan heat syndrome akan mengakibatkan
proses peradangan terjadi, dan akan berdampak pada kualitas air mani dan
infeksi ginekologi (15,16).
Ketiga sindrom di atas dapat diobati dengan akupuntur. Ketika telah
diketahui sindrom apa yang perlu diobati. Dengan memasukkan jarum kecil
steril pada titik-titik akupuntur tertentu, fungsi tubuh dapat berjalan optimal,
sebab akupunktur merupakan pengobatan yang dapat menyeimbangkan
hormon, memperkuat sistem kekebalan tubuh, mengatur energi dan aliran
darah, menghilangkan stasis serta merangsang sistem saraf. Pada kasus
infertilitas, akupuntur berperan dalam pengeluaran toxin pada liver,
mengalirkan kembali darah yang stagnan, memelihara Qi ginjal, melancarkan
aliran darah, menurunkan stress, dan merangsang seluruh tubuh agar
berfungsi dengan lebih baik. (15).
Titik akupuntur (acupoints) yang digunakan adalah titik-titik meridian
organ ginjal, liver, jantung, dan limpa. Titik-titik akupuntur yang sering
digunakan dalam pengobatan infertilitas baik pada pria dan wanita yaitu :
DU20 (BaiHui), N12 (ZhongWan), RN6 (QiHai), ST26 (WaiLing), RN1
(HuiYin), DU1 (ChangQiang), BL32 (CiLiao), BL28 (PangGuangShu), LI4
(HeGu), PC6 (NeiGuan), ST36 (ZuSanLi), GB34 (YangLingQuan), SP9
(YinLingQuan), SP6 (SanYinJiao), LR3 (TaiChong), KI3 (TaiXi) and KI1
(YongQuan), HN1 (SiShenCong), RN4 (GuanYuan), RN2 (QuGu), ST29
(GuiLai), ST25 (TianShu), GB20 (FengChi), DU14 (DaZhui), BL18
(GanShu), BL19 (DanShu), BL20 (PiShu), BL21 (WeiShu), BL25
DaChangShu) (15,16).
Telah ada banyak penelitian yang membuktikan akupuntur sebagai
pengobatan infertilitas. Zhu et al (2016), dalam penelitiannya terhadap kasus
infertilitas et causa Oligoasthenoteratozoospermia membuktikan bahwa
akupuntur dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sperma melalui jalur
sistem saraf (16). Zhu et al (2018), dalam penelitiannya terhadap sepasang
suami istri yang mengalami infertilitas oleh karena endometriosis pada kedua
ovarium yang dialami pasien wanita. Dalam penelitian ini, setelah pasangan
tersebut menjalani akupuntur selama 30-45 menit, satu kali dalam seminggu,
selama 3 bulan, pasien tersebut berhasil hamil secara spontan (15).
Akupunktur dalam pengobatan yang aman dan efektif, yang dalam
kasus infertilitas menunjukkan hasil yang baik, untuk pria maupun wanita.
Hal ini karena akupuntur dapat memulihkan kesuburan pada pasien, dengan
meningkatkan kualitas sperma dan fungsi ovarium, serta menyeimbangkan
sistem hormon (15,16).
B. Herbal
Pengobatan herbal telah lama digunakan mengatasi masalah infertilitas.
Obat herbal untuk infertilitas ini dibuat dari ekstrak tumbuhan yang diyakini
memiliki efek positif pada organ reproduksi, sistem hormonal, dan dorongan
seks (14).
1. Mandrakes
Mandrake adalah nama umum untuk anggota tumbuhan genus
Mandragora, spesies Mandragora officinarum, famili nightshades
(Solanaceae). Mandrake mengandung alkaloid tropane delirium
halusinogen seperti atropin, skopolamin, apoatropin, dan hyoscyamine,
dan kadang-kadang akar mandrakes berbentuk percabangan yang
menyerupai sosok manusia, akarnya telah lama digunakan dalam ritual
sihir (17).
2. Ashwagandha
Ashwagandha, juga disebut ginseng India, sangat membantu wanita
yang mengalami kesulitan untuk hamil. Tanaman ini efektif dalam
menjaga keseimbangan hormonal dan membantu berfungsinya organ
reproduksi. Herbal ini juga membantu mengencangkan rahim bagi
mereka yang mengalami aborsi berulang (14).
3. Delima
Delima juga meningkatkan kesuburan pada wanita. Delima
membantu meningkatkan aliran darah ke rahim dan menebalkan lapisan
rahim untuk mengurangi kemungkinanckeguguran. Selain itu, delima
dapat menjaga kesehatan perkembangan janin (14).
4. Kayu manis
Kayu manis dapat membantu ovarium berfungsi dengan baik dan
dengan demikian berfungsi efektif dalam fertilitas. Dikatakan bahwa
kayu manis bahkan membantu dalam pengobatan PCOS, salah satu
penyebab utama infertilitas. Selain itu juga digunakan untuk mengobati
masalah seperti endometriosis, fibroid uterus, dan amenore. Selain itu,
kayu manis bisa membantu mencegah infeksi jamur (14).
5. Chasteberry
Jika infertilitas disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal di
dalam tubuh, obat yang efektif adalah chasteberry. Tanaman ini
membantu meningkatkan ovulasi dan membantu menyembuhkan PCOS
(14).
6. Kurma
Kurma mengandung beberapa nutrisi yang dapat membantu
meningkatkan kemampuan pasien untuk mengalami kehamilan. Kurma
kaya akan vitamin A, E dan B serta zat besi dan mineral lainnya yang
penting bagi seorang wanita hamil (14).
7. Akar maca
Ramuan efektif lain yang bisa mengobati infertilitas pada wanita
dan pria adalah akar maca. Ramuan ini meningkatkan produksi hormon
normal dan sangat bermanfaat bagi wanita dengan hipotiroidisme karena
mendukung fungsi tiroid (14).
C. Bekam basah (wet cupping)
Mekanisme efek terapi bekam basah pada infertilitas tidak diketahui
secara pasti, tetapi data yang muncul menunjukkan bahwa terapi ini dapat
meningkatkan hormon reproduksi. Dalam studi Abduljabbar et al. (2016)
melaporkan adanya perubahan signifikan profil hormonal pada wanita tidak
subur setelah mendapatkan terapi bekam basah. Selain itu, studi kasus oleh
Dane dan Osain (2019) menunjukkan bahwa terapi bekam basah dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas sperma pada pria, serta menguatkan
potensi seksual pria (18).
Bekam adalah prosedur terapi yang melibatkan stimulasi pada
permukaan kulit, khususnya oleh tekanan negatif yang dihasilkan oleh cup
dan merangsang pelepasan neuropeptida dari sel Langerhans di epidermis,
yang pada gilirannya menghasilkan transduksi sinyal. Sebagian sinyal
ditransmisikan ke sumsum tulang belakang dan Sebagian lainnya ke SSP
melalui traktus spinotalamikus kontralateral. Terjadi proses imunomodulasi
neuroendokrin, sehingga menciptakan efek terapeutik (19).
D. Gizi
1. Vitamin B
Jenis mikronutrient yang bermanfaat untuk kesuburan adalah asam
folat dan Vitamin B12. Bukti tentang efek folat pada kesuburan masih
kurang jelas. Salah satu studi menunjukkan wanita yang mengonsumsi
suplemen multivitamin pra-konsepsi memiliki persentasi hamil lebih
tinggi dibandingkan wanita yang hanya diberi placebo (24).
Sebuah studi kohort in vitro fertilization (IVF) polandia
menemukan bahwa wanita yang menerima suplemen asam folat memiliki
kualitas oosit yang lebih baik dan tingkat kematangan oosit lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tidak menerima asam folat (24)
2. Vitamin D
Selama dekade terakhir, efek potensial vitamin D pada kesuburan
telah menjadi perhatian penelitian yang besar karena studi in vitro
menemukan bahwa reseptor vitamin D diekspresikan dalam ovarium,
endometrium dan plasenta. Studi pertama tentang vitamin D dan
kesuburan setelah IVF melaporkan bahwa tingkat kehamilan hampir empat
kali lipat lebih tinggi pada wanita yang cukup vitamin D dibandingkan
dengan mereka yang kekurangan vitamin D. Saat ini, sedikit yang dapat
ditarik mengenai manfaat dari hasil vitamin D dan kesuburan. Meskipun
kekurangan vitamin D mungkin merusak kesuburan, tidak jelas apakah
tingkat vitamin D yang lebih tinggi memberikan manfaat tambahan setelah
kecukupan tercapai(24)
3. Asam Lemak
Penelitian in vitro menunjukkan bahwa asam lemk merupakan
subtrat penting pada tahap awal reproduksi termasuk maturasi oosit. Selain
itu, penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa asam
polysaturated fatty acids (PUFAs) secara khusus dapat mempengaruhi
kesuburan melalui efeknya pada kualitas oosit dan implantasi embrio.
Sementara asam lemak trans dapat meningkatkan resistensi insulin yang
dapat berdampak buruk pada fungsi ovulasi. Asupan PUFA yang lebih
tinggi, khususnya asam lemak omega 3 rantai panjang, dan asupan asam
lemak trans yang lebih rendah. Mungkin bermanfaat untuk meningkatkan
kesuburan wanita (24)
4. Produk susu
Makanan olahan susu telah dianggap sebagai racun reproduksi
potensial karena kandungan galaktosa yang tinggi dan potensinya
mengandung estrogen lingkungan dalam jumlah tinggi. studi kasus kontrol
berikutnya menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi tiga gelas susu
atau lebih per hari memiliki risiko kemandulan 70% lebih rendah daripada
wanita yang tidak mengonsumsi susu. 87Dalam NHS-II, kohort prospektif
terbesar hingga saat ini, tidak ada hubungan yang ditemukan antara total
asupan makanan olahan susu dan risiko infertilitas ovulasi (24).
Secara keseluruhan, mengingat temuan yang bertentangan, tidak
ada kesimpulan yang kuat mengenai efek asupan susu ibu terhadap
kesuburan meskipun bukti yang mendukung produk susu sebagai toksikan
reproduktif potensial (mirip dengan penelitian pada hewan) lemah (24).
5. Daging, ikan, dan kedelai
Asupan sumber protein mendapat perhatian dalam konteks
kesuburan terutama karena potensinya mengandung pencemar lingkungan
tingkat tinggi, yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi.
Meskipun daging merah dapat menjadi sumber protein dan nutrisi penting
lainnya yang baik, daging juga mengandung lemak jenuh tingkat tinggi
dan dapat berfungsi sebagai pembawa paparan residu hormonal, antibiotik,
dan polibrominasi difenil eter. Demikian pula, meskipun makanan laut
dikenal sebagai sumber asam lemak omega 3 rantai panjang yang baik,
makanan laut juga dapat menjadi jalur utama paparan organoklorin,
dioksin, dan merkuri. Selain itu, sementara produk berbahan dasar kedelai
umumnya merupakan alternatif sehat untuk protein hewani dalam hal
manfaat kardiovaskular dan metabolik, beberapa telah mengemukakan
kekhawatiran tentang potensi konsekuensi merugikan reproduksi
fyotoestrogen kedelai (24).
Saat ini, ada bukti terbatas tentang hubungan antara asupan daging
merah atau putih dan kesuburan; namun studi yang tersedia menunjukkan
potensi hubungan yang merugikan antara asupan daging merah yang lebih
tinggi dan risiko kemandulan yang lebih tinggi serta perkembangan
embrio yang merugikan. Mengenai ikan, gambarannya lebih rumit karena
tingkat pencemaran lingkungan berpotensi mengubah hubungan ini. Oleh
karena itu, ikan dari perairan dengan tingkat pencemaran lingkungan yang
tinggi serta yang memiliki tingkat merkuri yang tinggi umumnya harus
dihindari karena konsekuensi dari racun lingkungan ini terhadap
kesuburan mungkin lebih besar daripada manfaat kesehatan potensial dari
ikan itu sendiri. Akhirnya, asupan suplemen dan produk kedelai
tampaknya tidak membahayakan kesuburan seperti yang disarankan oleh
penelitian pada hewan (24).
6. Pola Diet
Sampai saat ini, dua penelitian telah meneliti hubungan antara pola
makan pra-konsepsi dan risiko infertilitas. Dalam NHS-II, wanita di
kuintil tertinggi dari skor “diet kesuburan” yang dihasilkan peneliti yang
memprioritaskan asupan protein yang lebih tinggi dari sumber nabati,
makanan olahan susu berlemak penuh, zat besi, rasio MUFA terhadap
lemak trans dan Penggunaan multivitamin yang lebih sering dan asupan
protein yang lebih rendah dari sumber hewani, beban glikemik makanan,
dan makanan olahan susu rendah lemak memiliki risiko kemandulan
gangguan ovulasi sebesar 66% lebih rendah (24).
Dalam proyek Seguimiento Universidad de Navarra (SUN),
menemukan bahwa wanita dengan kepatuhan tertinggi pada diet gaya
Mediterania, ditandai dengan asupan yang lebih tinggi dari sayuran, buah,
ikan, unggas, rendah lemak. Susu dan minyak zaitun, memiliki
kemungkinan 0,56 kali mencari pertolongan medis untuk kesulitan hamil
(24).
Dua studi dari kelompok fertilisasi in vitro lebih lanjut
mengkonfirmasi bahwa pola makan sehat pra-konsepsi mungkin
berdampak positif pada kesuburan. Dalam dua kelompok terpisah,
ditunjukkan bahwa kepatuhan yang lebih tinggi terhadap rekomendasi diet
Belanda (ditandai dengan tingginya asupan biji-bijian, minyak tak jenuh
tunggal atau tak jenuh ganda, sayuran, buah, daging atau pengganti
daging, dan ikan) dan kepatuhan yang lebih tinggi pada “Mediterania
“Diet (ditandai dengan asupan tinggi minyak sayur, ikan, kacang-
kacangan, dan sayuran dan rendahnya asupan makanan ringan) sebelum
pengobatan dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan kehamilan setelah
IVF aOR = 1.65 untuk orang Belanda pola makan dan aOR = 1,4 untuk
pola diet Mediterania (24).
7. Diet ayah
Suplementasi antioksidan untuk pria pada pasangan yang
menjalani perawatan infertilitas menemukan bukti manfaat suplemen
antioksidan dalam meningkatkan kualitas air mani dan tingkat kehamilan
klinis(24).
Pola makan “sehat” (seperti pola makan Mediterania dan pola
makan yang ditandai dengan asupan makanan laut, unggas, biji-bijian,
buah-buahan dan sayuran yang lebih tinggi di negara-negara non-
Mediterania) secara konsisten dikaitkan dengan parameter semen yang
lebih baik, dalam rentang yang luas. Pola makan “tidak sehat” (kaya akan
daging merah dan olahan, kentang, manisan, dan minuman manis)
memiliki hubungan sebaliknya (24).
Ketiga, asupan lemak trans dan lemak jenuh secara konsisten
dikaitkan dengan kualitas semen yang buruk. termasuk testosteron yang
lebih rendah dan volume testis yang lebih rendah (24)
E.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saraswati A. Infertility. J Major. 2015;4:5.
2. Indarwati I, Budihastuti UR, Dewi YLR. Analysis of Factors Influencing
Female Infertility. J Matern Child Heal. 2017;02(02):150–61.
3. Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas Padjajaran. Step By Step
Penanganan Kelainan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Dalam
Praktik Sehari-hari. Tono Djuwantono, Hartanto Bayuaji WP, editor.
Jakarta: Sagung Seto; 2012.
4. Sun H, Gong TT, Jiang YT, Zhang S, Zhao YH, Wu QJ. Global, Regional,
and National Prevalence and Disability-Adjusted Life-Years for Infertility
in 195 Countries and Territories, 1990-2017: Results from a Global Burden
of Disease Study, 2017. Aging (Albany NY). 2019;11(23).
5. HIFERI, PERFITRI, IAUI P. Konsensus Penanganan Infertilitas. In: Andon
Hestianto, Budi Wiweko, Gita Pratama DY, editor. Konsensus penanganan
infertil. 2013.
6. Mascarenhas MN, Flaxman SR, Boerma T, Vanderpoel S, Stevens GA.
National, Regional, and Global Trends in Infertility Prevalence Since 1990:
A Systematic Analysis of 277 Health Surveys. PLoS Med. 2012;9(12):1–
12.
7. M. Hamsah, AM N. Karakteristik Pasangan Infertil di BLU RS Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Green Med J. 2019;1(1):1–14.
8. Cunningham FG, Leveno KJ, Steven BL D. Obstetri Williams. Jakarta:
EGC; 2009. 16–31 p.
9. Daniel S Wibowo WP. Anatomi Tubuh Manusia (Edisi 1). Indonesia:
Graha Ilmu; 2009.
10. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2016. 139 p.
11. Olooto, Wasiu Eniola, Amballi, Adebayo adetola, Banjo TA. A review of
Female Infertility ; important etiological factors and management. J
Microbiol Biotechnol Res. 2012;2(3).
12. Olooto W. Infertility in Male; Risk Factors, Causes and Management- A
Review. J Microbiol Biotechnol Res. 2012;2(4):641–5.
13. Mayo Clinic. Infertility [Internet]. mayoclinic.org. 2021 [cited 2021 Apr
22]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/infertility/symptoms-causes/syc-20354317
14. Kashani L, Akhondzadeh S. Female infertility and herbal medicine. J Med
Plants. 2017;16(61):3–7.
15. Zhu J, Arsovska B, Kozovska K. Acupuncture treatment for fertility. Open
Access Maced J Med Sci. 2018;6(9):1685–7.
16. Zhu J, Arsovska B, Kozovska K. Case Report :
Oligoasthenoteratozoospermia , Treatment with Acupuncture. Imp J
Interdiscip Res. 2016;2(9):1592–4.
17. Ben-Nun L. Treatment of infertility. Vol. 5, American practitioner and
digest of treatment. Israel: B. N. Publication House; 2015.
18. Dane S, Welcome M. A case study: Effects of wet cupping therapy in a
male with primary infertility. J Complement Med Res. 2019;10(4):155.
19. Alshawish E, Habiballah H, Habiballah A, Shellah D. Using of Cupping
Therapy among Palestinian Women in Reproductive Age using a Cross-
Sectional Survey. Insight Med Publ Gr. 2021;18:254–7.
20. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia, Perhimpunan
Fertilisasi In Vitro Indonesia, Ikatan Ahli Urologi Indonesia, Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Konsensus Penangana Infertilitas. 2013.
21. Prakasa N P, Herdiyantini M, Taruna D Researc article: Evaluasi Hasil
Histerosalpingografi Pasien Infertil dengan Nyeri dan Laparoskopi di
Rumkital Dr. ramelan Surabaya. J Medical Hangtuah. 2019; 16(2)
22. Djuwantono T, Bayuaji H, Permadi W. Step By Step Penanganan Kelainan
Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas dalam Praktik Sehari-hari (Cet.1).
CV Sagung Seto;2012
23. Al-Qur'an Terjemahan. Departemen Agama RI. Bandun: CV Darus
Sunnah;2015
24. Gaskins J G, Chavarro J E. A Review: Diet and Fertility. Am J Obstet
Gynecol. 2018; 218 (4); 379-389.
25. Hasan M A. Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta: Siraja
Prenada Media Group;2006.