Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

Disusun Oleh :
1. Furqonul Zaim Al Farisy (201904008)
2. Luqmanul Hakim (201904091)
3. Marelia Nur Laili Istiqomah (201904001)
4. Azza Mahzuroh Andini (201904003)
5. Fenty Maziyyah Mustaziroh (201904009)
6. Nur Saidah (201904017)
7. Diah Aprillia (201904021)
8. Annis Hardiyanti (201904022)
9. Endah Lailatul Hikmah (201904023)
10. Aliffiah Putri Pramesti (201904027)
11. Putri Febriyanti (201904039)
12. Shelliana Intan Eka (201904041)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2021-2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang
sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai
penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan, terabaikan
kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia,
2010).
Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah kehidupan seksual
normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih bercerai karena salah satu dari
mereka tidak dapat memberi keturunan. Ancaman terjadinya perceraian ini mencapai 43%
dari masalah dalam sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan bahwa peran mereka
sebagai orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak dalam kehidupan
perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organic atau fisiologik yang menjadi sebab.
Akan tetapi, sekarang telah menjadi pendapat umum bahwa ketidakseimbangan jiwa dan
ketakutan yang berlebihan (emotional stress) dapat pula menurunkan kesuburan wanita
(Prawirohardjo, 2005).
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti dikemukakan
bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan sehat jasmani dan
rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-benar sehat dan kemampuan
menunaikan tugas dengan baik, suami menyumbang 40% dari angka kejadian infertil,
sedangkan sisanya ada pada istri. Pada wanita dikemukakan beberapa sebab infertilitas
idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya baik tetapi pasangan tersebut
belum dapat hamil (Manuaba, 1999). Pendidikan agama yang terlampau kolot, yang
menganggap segala yang berhubungan dengan seks itu tabu dan prifasi sehingga tidak layak
untuk dibicarakan (Prawirohardjo, 2005).
Pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan pada tingkat dunia
mencapai 10-15%, dari jumlah tersebut 90% diketahui penyebabnya, sekitar 40%
diantaranya berasal dari faktor wanita (Hadibroto, 2007). Kejadian infertilitas di Amerika
Serikat sebesar 12%, ternyata fertilitas menurun setelah usia 35 tahun, kejadian infertilitas
pada wanita umur 16-20 tahun sebesar 4,5%, umur 35-40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40
tahun sebesar 70% (Infertilitas, 2008)
Di Indonesia Infertilitas masih menjadi permasalahan bagi 15% pasangan suami istri.
Faktor infertilitas pria memegang peranan 50% dari keseluruhan kasus. Dan dari keseluruhan
kasus tersebut, dinyatakan bahwa 5% disebabkan oleh kualitas sperma yang tidak baik
dan berkurangnya jumlah sperma (Umami, 2009).
Menurut penelitian Mashuri, 2006, 93 pasangan infertile di Rumah Sakit Umum dr.
Pirngadi Medan, data yang diperoleh,49,46% infertilitas berasal dari pihak istri, 43,01% dari
pihak suami dan 7,34% dari keduanya hasil penelitian menunjukkan bahwa infertilitas paling
banyak diderita oleh perempuan dan paling banyak ditemukan kasus infertilitas primer
sebanyak 90,32%. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kejadian
infertilitas masih tinggi, serta pentingnya pengetahuan dan sikap pasutri tentang kesehatan
reproduksi khususnya infertilitas. Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk membuat
konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas pada bab selanjutnya:
1.      Bagaimana tinjauan teori dari infertilitas?
2.      Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan infertiitas dan
memahami konsep medisnya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Institusi
Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam memahami
ilmu yang telah diberikan khususnya dalam melaksanakan proses keperawatan
dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan pada gangguan system reproduksi dengan
infertilitas.
1.4.2 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan bronchopnemonia serta
dalam melakukan pendokumentasian dan penyusunan makalah
bronchopneumonia.

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal
Bedah). Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha
selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998). Infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer bila pasutri
tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.(Siswandi,
2006).Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak
menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.

2.2 Klasifikasi

Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :

a. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun


bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.
b. Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan penah hamil,
akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut- turut.

2.3 Etiologi

2.3.1 Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri) :

a. Faktor penyakit
 Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di
lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di
tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim
(lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga
terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.
Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada
daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta -
tentu saja-infertilitas.
 Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi
wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung
telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah:
nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada
awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan
cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid,
hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan
pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
 Mioma Uteriadalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot
yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di
lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma
uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang
terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteri biasanya
tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -
saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
 Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh
kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip
menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus
terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
 Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran)
yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia.Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang
berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran
kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi
standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering
menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit
tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut
yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal),
obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi
wanita.
 Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu
dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi
kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur
yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu
semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran
telur.
 Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom
ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan
gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari,
dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid
pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau
memeriksakan diri ke dokter.

b. Faktor fungsional

 Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan


(immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
 Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses
pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan
hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai
salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal.
Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi
dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar
hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa
berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan
terganggu.
 Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang
berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu
dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat
kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat.
Terakhir adalah gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel
telur bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam
saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur. Sumbatan
tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis, radang pada
panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi yang
disebabkan oleh jamur klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya
diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus,
mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi
tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu.
 Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur dibuahi
oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya
terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang
memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami
gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena
struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon
progesteron yang memadai.

2.3.2 Penyebab Infertilitas pada laki-laki (suami)


a. Kelainan pada alat kelamin

 Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain


pada permukaan testis.
 Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam
kandung kemih.
 Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar
terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa
berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan
kehamilan.
 Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun.

b. Kegagalan fungsional

 Kemampuan ereksi kurang.


 Kelainan pembentukan spermatozoa
 Gangguan pada sperma.
 Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya
terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan
hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam
menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat
terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen
Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan
terapi hormon.
 Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu bila
terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi,
selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi
sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik”
sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu
34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh
terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.
 Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di
saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar,
biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak
lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi
yang memang disengaja.
 Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma
dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak
terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit
atau? kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
 Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat
mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

2.3.3 Penyebab Infertilitas pada suami istri

 Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat


menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi
prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti
hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
 Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).
 Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
 Masalah dalam pendidikan
 Emosi karena didahului orang lain hamil.

2.4 Patofisiologi

2.4.1 Patofisiologi pada wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya


gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan
FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan
folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan
gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga
penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan
sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang
normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium,
mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses
pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ
genitalia tidak berkembang dengan baik.

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun


sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa
bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada
akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

2.4.2 Patofisiologi pada pria

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi


hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis.
Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas
dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak
pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran
sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas
spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan
sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan
komposisi sperma terganggu.

2.5 Manifestasi klinis

2.5.1 Pada wanita

 Terjadi kelainan system endokrin


 Hipomenore dan amenore
 Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetik
 Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang
tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
 Wanita infertil dapat memiliki uterus
 Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor

 Traktus reproduksi internal yang abnormal

2.5.2 Pada pria

 Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi


(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
 Hipertiroidisme dan hipotiroid
 Tumor hipofisis atau prolactinoma
 Disfungsi ereksi berat
 Ejakulasi retrograt
 Hypo/epispadia
 Mikropenis
 Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
 Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

 Abnormalitas cairan semen

2.6 Prognosis
Menurut Behman dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan pada pasangan
infertilitas tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan pada
kemungkinan kehamilan  (frekuensi senggama dan lamanya perkawinan).

Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, sementara fertilitas


maksimal pria dicapai pada umur 24 hingga 25 tahun.pengelolaan mutahir terhadap
pasangan infertile dapat membawa kehamilan kepada lebih dari 50% pasangan,
walaupun masih selalu ada 10-20% pasangan yang belum diketahui etiologinya.
Separuhnya lagi terpaksa harus hidup tanpa anak, atau memperoleh anak dengan jalan
lain, umpamanya dengan inseminasi buatan donor, atau mengangkat anak ( adopsi ).

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


2.7.1 Pemeriksaan fisik
 Hirsutisme  diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat
 Pembesaran kel. Tiroid
 Galaktorea
 Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
 PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa

2.7.2 Pemeriksaan penunjang


a) Analisis Sperma :
o Jumlah > 20 juta/ml
o Morfologi > 40 %
o Motilitas > 60 %
b) Deteksi ovulasi :
o Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus
ovulatoar
o Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1 oC setelah ovulasi :
Bifasik
o Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir
serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran
daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
c) Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus
ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus
Anovulatoar
d) Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
o FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
o LH serum : 15 - 60 mIU/ml
o Estradiol : 200 - 600 pg/ml
o Progesteron : 5 - 20 mg/ml
o Prolaktin : 2 - 20 mg/ml
e) USG transvaginal
o Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
o Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
f) Histerosalpinografi
o Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.
Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba
uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara
terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
o Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus,
Duplex), mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
o Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum
perkiraan ovulasi
o Keterbatasan : tidak bisa menilai
o Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
o Fimbria : Fimosis fimbria
o Perlengketan genitalia Int.
o Endometriosis
o Kista ovarium
o Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas
CO2)
g) Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra
uterin.
h) Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :
Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu sanggama
sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti daun
pakis. Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks.
Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
Analisa semen.
• Parameter
• Warna putih keruh
• Bau bunga akasia
• Ph 7,2 – 7,8.
• Volume 2-5 ml
• Vikositas 1,6 – 6,6 centipose
• Jumlah sperma 20 juta / ml
• Sperma motil > 50 %
• Bentuk normal > 60 %
• Kecepatan gerak sperma 0,18 – 1,2 detik
• Persentasi gerak motil > 60 %
• Aglutinasi tidak ada
• Sel – sel sedikit, tidak ada
• Uji fruktosa 150 – 650 mg/dl.
i) Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh. Menilai
faktor :
 Peritoneum/endometriosis
 Perlengketan genitalia Interna
 Tuba : patensi, dinding, fimbria
 Uterus : mioma
 Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif

2.8 Penatalaksanaan Medis


2.8.1 Medikasi
1) Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
Klomifen sitrat
a. Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
b. Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
c. 1 x 50 mg selama 5 hari
d. Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhir
e. Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
f. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/hari
g. 3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 - 10.000 IU
2) Epimestrol
Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 - 10 mg/hari
3) Bromokriptin
Menghambat sintesis & sekresi prolaktin
Indikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore
Dosis sesuai kadar prolaktin :
o Oligomenore 1,25 mg/hari
o Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari
o Gonadotropin
o HMG (Human Menopausal Gonadotropine)
o FSH & LH : 75 IU atau 150 IU
o Untuk memicu pertumbuhan folikel
o Dosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5 siklus haid
4) HCG
5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi
Diameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginal
Mahal, sangat beresiko :
Perlu persyaratan khusus
Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi
Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron
5) Terapi hormonal pada endometriosis
Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi  Endometriosis
6) Danazol
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian
7) Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
8) Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari
9) GnRH agonis
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 3,75 mg/IM/bulan
Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang

2.8.2 Tindakan Operasi Rekontruksi


Koreksi :
o Kelainan Uterus
o Kelainan Tuba : tuba plasti
o Miomektomi
o Kistektomi
o Salpingolisis
o Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis +
infertilitas
o Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan  Operasi Varicokel.

2.8.3 Rekayasa Teknologi Reproduksi


Metode lain tidak berhasil
1. Inseminasi Intra Uterin (IIU)
Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang paling
sederhana. Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi kedalam kavum
uteri saat ovulasi. Syarat : tidak ada hambatan mekanik : kebuntuan tuba 
Falopii, Peritoneum/endometriosis
Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :
a) Serviks
b) Gangguan ovulasi
c) Endometriosis ringan
d) Infertilitas Idiopatik
e) Angka kehamilan 7 - 24 % siklus
2. Fertilisasi Invitro (FIV)
Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini
menjadi alternatif atau pilihan terakhir
Syarat :
a) Uterus & endometrium normal
b) Ovarium mampu menghasilkan sel telur
c) Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml
d) Angka kehamilan : 30 - 35 %
3. Intracytoplasmic Ssperm Injection (ICSI)
Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm injection =
ICSI) merupakan teknik mikromanipulasi yang menyuntikkan satu
spermatozoon ke dalam sitoplasma oosit mature telah digunakan untuk
penanganan infertilitas pria sejak lebih dari satu dekade ini (Palermo et al,
1992).
Segera setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada pria
azoospermia dengan menyuntikkan spermatozoa dari testis dan epididymis.
Teknik ini memberikan harapan yang nyata pada pria infertil dengan oligo-
astheno-teratozoospermia berat maupun azoospermia, dengan penyebab
apapun. Dengan berkembangnya teknologi dimana ICSI dapat dilaksanakan
dengan tidak terlalu rumit, maka ketersediaan sarana yang melaksanakan
ICSI berkembang dengan sangat pesat (Hinting, 2009).
Klinik-klinik diberbagai tempat didunia berkembang terus
melaksanakan ICSI dengan angka keberhasilan yang memuaskan. Kurang
dari 10% oocytes rusak dengan prosedur ini dan angka fertilisasi berkisar
antara 50-75%. Embryo transfer dapat dilaksanakan pada lebih dari 90%
pasangan dan menghasilkan angka kehamilan berkisar antara 25-45%.
Hasil-hasil ini tidak berbeda antara sperma ejakulat, epididymis maupun
testis (Palermo et al, 2001; Hinting et al, 2001).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Data Demografis meliputi : identitas klien termasuk data etnis, budaya dan agama.
3.1.1. Pengkajian Anamnesa
A. Pengkajian Anamnesa pada Wanita
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah
 Riwayat infeksi genitorurinaria
 Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
 Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
 Tumor hipofisis atau prolaktinoma
 Riwayat penyakit menular seksual
 Riwayat kista
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Endometriosis dan endometrits
 Vaginismus (kejang pada otot vagina)
 Gangguan ovulasi
 Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
 Autoimun
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
4. Riwayat Obstetri
 Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
 Mengalami aborsi berulang
 Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa
alat kontrasepsi
B. Pengkajian pada Pria
1. Riwayat Kesehatan Dahulu meliputi : riwayat terpajan benda – benda
mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik,
alkohol, infeksi)
2. Riwayat infeksi genitorurinaria, Hipertiroidisme dan hipotiroid, Tumor
hipofisis atau Prolactinoma
3. Riwayat trauma, kecelakan sehinga testis rusak
4. Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
5. Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi
contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
6. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Disfungsi ereksi berat
 Ejakulasi retrograt
 Hypo/epispadia
 Mikropenis
 Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
 Saluran sperma yang tersumbat
 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
 Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
 Abnormalitas cairan semen
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
3.2 Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Penunjang padaWanita
1. Deteksi Ovulasi
2. Analisa hormone
3. Sitologi vagina
4. Uji pasca senggama
5. Biopsy endometrium terjadwal
6. Histerosalpinografi
7. Laparoskopi
8. Pemeriksaan pelvis ultrasound
B. Pemeriksaan Penunjang pada Pria
Analisa Semen:
Parameter
1. Warna Putih keruh
2. Bau Bunga akasia
3. PH 7,2 - 7,8
4. Volume 2 - 5 ml
5. Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
6. Jumlah sperma 20 juta / ml
7. Sperma motil > 50%
8. Bentuk normal > 60%
9. Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
10. Persentase gerak sperma motil > 60%
11. Aglutinasi Tidak ada
12. Sel – sel Sedikit,tidak ada
13. Uji fruktosa 150-650 mg/dl
14. Pemeriksaan endokrin
15. USG
16. Biopsi testis
17. Uji penetrasi sperma
18. Uji hemizona

3.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan, fungsi peran,
dan konsep diri
NOC : Anxiety control
NIC : Anxiety control
1.  Gunakan pendekatan yang menyenangkan
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang di rasakan selama prosedur
3. Bantu pasien untuk mengenal situasi ayng meimbulkan kecemasan
4. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan , ketakutan , persepsi
5. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fungsional
NOC : Body image, disiturbed
Coping, ineffective
NIC : Body image, disiturbed
- menggunakan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan
masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau
mendukung koping, pemecahan masalah
NIC : Coping, ineffective

1. tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampun pasien untuk menguasai situasi
2. ajarkan keterampilan prilaku yang positif melalui bermain peran, model dan diskusi
3. buat statement positive terhadap pasien
Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit
NOC : anxietyFear leavel
NIC : anxiety Reduction
1. Gunakan pendekatan yang menyenangkan
2. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
3. Identifikasi tingkat kenyamanan
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
1.2.3. Resiko ketidakberdayaan b/d infertilitas
NOC : self esteem situational low
life style , sedentary 
NIC : self esteem situational low
1. Bantu pasien untuk menidentifikasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
ketidakberdayaan
2. Diskusikan dengan pasien tentang pilihan yang relistis dalam perawatan
3. libatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang perawatan
4. beri penjelasan kepada pasien tentang proses penyakit
NIC : life style , sedentary
1. Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien untuk mengatasi situasi
2. Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinya
3. Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negative
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY AYU USIA 27 TAHUN
DENGAN INFERTILITAS PRIMER

TANGGAL    : 9 November 2010


JAM                : 1030 wib

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama istri       : Ayu Sri Julia           Nama suami    : Benny Sitorus
Umur               : 27 tahun          Umur               : 31 tahun
Agama              : Islam    Agama             : Islam
Pendidikan      : DIII  Pendidikan      : SMA
Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia Suku/bangsa    : Batak/Indonesia
Pekerjaan         : wiraswasta Pekerjaan         : Karyawan swasta
Alamat             : jl.mistar Alamat              : jl.mistar
2. Keluhan Utama  / Alasan Kunjungan
Pasien mengatakan datang ke BPS untuk periksa karena belum memiliki anak setelah
menikah 1 1/2 tahun yang lalu dan ingin memiliki anak, padahal hubungan seks dilakukan
secara teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun.
3. Status Perkawinan
Perkawinan ke : 1
Umur kawin 
Iastri :25 tahun
Suami :29 tahu
Lama kawin     : 1 1/2 tahun

4. Riwayat Pasien
a.  Riwayat Menstruasi
Menarche          :12 tahun
Siklus                :tidak teratur
Banyaknya         : 3x ganti douch / hari
Warnanya          : merah
Keluhan : sebelum menikah ibu mengatakan haid teratur, tetapi setelah menikah
hanya mendapat satu kali haid kemudian tidak mendapat haid selama 5 bulan, setelah
itu ibu mengatakan baru mendapat haid kembali tetapi tidak teratur.
Haid terakhir     : 10 september 2013
-  Lamanya      : 6 hari
-  Banyaknya  : 3 douch/hari
-  Warnanya    : merah
-  Keluhan       : tidak ada
b.  Riwayat Kehamilan  Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
Belum pernah hamil
5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Istri.
Hipertensi : tidak ada riwayat
DM : tidak ada riwayat
Jantung : tidak ada riwayat
Suami.
Hipertensi : tidak ada riwayat
DM : tidak ada riwayat
Jantung : tidak ada riwayat
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular ataupun penyakit seperti
DM,hipertensi dan tidak riwayat infertil.
7. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola nutrisi
makan 3 kali/hari, lauk ( tahu, tempe, ikan), sayur, minum air putih 5-6 gelas/hari
b.Pola eliminasi
BAB : normal
BAK : normal
c. Pola aktifitas
berdagang dan melakukan pekerjaan rumah
d. Pola personal hygiene
mandi : 2x / hari
penggunaan cairan pembersih vagina : ya
e. Pola istirahat
Siang : -          
Malam : ± 7 jam/hari
f. Pola seksual
3-4 kali/minggu
g. Merokok
istri : tidak
suami : ya
h. Mengkonsumsi minuman alkohol
istri : tidak
suami : tidak
8. Data Psikososial
Pasien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya sekarang karena setelah sampai saat
ini belum mempunyai anak. Hubungan dengan suami dan anggota keluarga yang lain baik.

9. Data Sosial Budaya


Pasien mengatakan sudah pernah melakukan pengobatan secara slternatih selama 1 tahun
tapi tidak berhasil.

B.   DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a.    Keadaan umum    : Baik
b.    Kesadaran             : Conposmentis
c.    TTV                      : - TD : 110/70 mmHg         - Suhu : 36,4˚C
                                      - Nadi  : 80 x/menit               - RR    : 21 x/menit
d.    TB/BB                  : 160 cm / 69 kg
2. Pemeriksaan FISIK KHUSUS
a. Kepala 
kulit kepala :bersih,
warna rambut :hitam
rontok / tidak : tidak rontok
b. Muka        : tidak pucat, terlihat cemas
c. Mata               
conjungtiva :merah muda,
sklera : putih
d. Hidung  
Kebersihan : bersih
Polip : tidak ada
e. Telinga       : tidak ada kelainan
f. Mulut  
carries gigi : tidak ada
lidah : bersih
g. Leher        
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid : tidak
h. Abdomen                     
Bentuk : simetris,
Pembesaran abdomen : tidak ada
bekas luka opersi : tidak ada
Massa abnormal : tidak ada
i. Genetalia              : tidak ada kelainan, tidak ada pengeluaran cairan per
vaginam, tidak ada condiloma
j. Anus                     : tidak ada varises, tidak ada haemoroid
k. Ekstremitas           : simetris, tidak ada kelainan, reflek patella (+/+)
3 Pemeriksaan Dalam
       - Tidak ada kelainan vagina
       - Tidak ada kelainan servik
       - Bentuk uterus retro fleksi
4 Pemeriksaan Penunjang
       Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA DASAR


a. Diagnosa           : Ny “A” usia 25 tahun dengan infertilitas primer
b. Data subyektif    : Pasien mengatakan belum memiliki anak sejak setelah menikah
2
tahun yang lalu
c. Data obyektif
- Keadaan umum   : baik
- Kesadaran           : composmentis
- TTV                    : - Tensi : 110/70 mmHg         - Suhu : 36,8˚C
                                - Nadi  : 80 x/menit               - RR    : 21 x/menit
- Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi : tidak ada kelainan
- Pemeriksaan dalam : uterus retrofleksi
d. Masalah
- Dasar : cemas
- Data subyektif : pasien mengatakan sangat cemas sengan keadaannya
- Data obyektif
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV  : - Tensi : 110/70 mmHg         - Suhu : 36,5˚C
- Inspeksi : muka terlihat cemas
e. Kebutuhan
- Dukungan spiritual,emosional,dan sosial
- Penkes tentang gizi
- Konseling tentang teknik berhubungan
- Cara mengatasi cemas

III. ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


         Gangguan psikologi (Stress/depressi)
Perceraian pada pasangan suami istri
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
         Kolaborasi dengan dokter Sp.OG

V. PENGEMBANGAN RENCANA
        Diagnosa            : Ny Ayu usia 27 tahun dengan infertilitas primer
Tujuan             : - jangka pendek           : setelah diberi asuhan diharapkan pasien
mengerti dan paham serta dapat mengulang
kembali penjelasan dari petugas.
- jangka panjang       : setalah diberi asuhan selama diharapkan pasien
segera hamil dan mempunyai anak.
- Pasien mengatakan mengerti dan paham dengan penjelasan dari petugas dan dapat
mengulang kembali.
Itervensi dan rasional
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien
R     : agar pasien mengerti keadaannya saat ini
2. Anjurkan pasien berolah raga teratur
R :meningkatkan kesehatan/vitalitas pasien
3. Jelaskan pada pasien tentang kebutuhan nutrisi untuk menambah kesuburan
R    : agar pasien tahu bahwa nitrisi juga berpengaruh terhadar kesuburan
4. Jelaskan pada pasien tentang teknik-teknik berhubungan yang sesuai dengan keadaan
pasien
R    : supaya pasien dapat memilih teknik berhubungan yang sesuai dengan
keadaannya
sekarang sahingga cepat terjadi kehamilan
5. Berikan reinforcement kepada pasutri supaya mereka mempunyai harapan yang
realistis pada setiap sesi pengobatan
R : agar pasien tetap yakin dan berusaha
6. Anjurkan pasien untuk kontrol lagi bila ada masalah
R   : untuk membantu pasien bila keluhan belum teratasi
7. Kolaborasi dengan dokter spesialis
R   : sebagai tugas independent bidan

     Masalah           : cemas
Tujuan              : - jangka pendek          :setelah diberi asuhan selanma 5 menit diharapkan
pasien mengerti serta paham dengan pejelasan
dari petugas.
- Jangka panjang       :setelah diberi asuhan selama 5 menit diharapkan 
pasien dapat mengatasi cemasnya.
Intervensi.
1. Yakinkan pasien bahwa semua masalah pasti ada penyelesaiannya
R        : agar pesien merasa lebih tenang
2. Beri dukungan kepada pasien dalam menghadapi masalah ini
R        : supaya pasien merasa tidak dikucilkan karena tidak memiliki anak
3. Anjurkan pasien untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
R        : jika dekat dengan Tuhan dan atas ijin Tuhan akan mengabulkan permintaan
4. Ajarkan ibu untuk berlapang dada dan membina hubungan yang baik dengan
keluarga.
R : kontrol emosi dari tanggapan terhadap diri ibu dan menghindari konflik di
keluarga

VI. IMPLEMENTASI
Diagnosa / masalah Tanggal Jam Implementasi
Diagnosa : 9 Novenber 10.30 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien agar
Ny Ayu usia 2010 wib pasien bahwa bentuk uterusnya retrofleksi
27tahun dengan sehingga sperma yang masuk sulit bertemu
infertilitas primer. dengan sel telur dan tidak terjadi kehamilan.
2. Menjelaskan kepada pasien pentingnya olah raga
dalam memperoleh vitalitas yang
3. Menjelaskan pada pasien makanan-makanan apa
saja yang dapat meningkatkan kesuburan yaitu
makanan yang banyak mengandung protein
seperti daging serta mengandung vitamin E
contohnya kecambah.
4. Menjelaskan teknik berhubungan yang benar
yang sesuai dengan masalah yang dihadapi
pasien saat ini yaitu saat berhubungan bokong
istri harus diganjal bantal agar sperma yang
masuk bisa sampai ke mulut rahim. Atau dengan
posisi Doggy Style (dari arah belakang)
sehingga sperma tidak akan keluar lagi. Setelah
itu jangan langsung tidur/berdiri, namun tetap
berada dalam posisi sujud sekitar 20-30 menit.
5. Berikan reinforcement kepada pasutri supaya
mereka mempunyai harapan yang realistis pada
setiap sesi pengobatan
6. Menganjurkan pasien datang lagi bila masih ada
keluhan.
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis.
Masalah : cemas 9 november 10.30 1. Meyakinkan pasien bahwa semua masalah pasti
2013 Wib ada solusinya yang penting kita berusaha dan
berdoa.
2. Memberi dukungan kepada pasien. Jika tetap
berusaha dan berdoa InsyaAllah akan bisa
hamil.
3. Menganjurkan agar lebih mendekatkan diri pada
Tuhan Yang Maha Esa.
4. Mengajarkan untuk lebih lapang dada dalam
menerima tanggapan dari keluarga dan tetap
membina hubungan yang baik dengan suami
ataupun keluarga lainnya.

VII. EVALUASI
Tanggal   : 9 November 2010                                        jam      : 9.20 WIB

Diagnosa : Ny “A” usia 25 tahun dengan infertilitas primer


S      : pasien mengatakan mengerti dan paham dengan penjelasan dari petugas.
O      : - pasien dapat mengulang kembali penjelasan petugas.
           - Keadaan umum     : baik
           - Kesadaran             : composmentis
           - TTV : Tensi           : 110/70 mmHg           Suhu    : 36.3˚C
             Nadi           : 78 x/menit                 RR       : 20 x/menit
A       : Ny “A” usia 25 tahun dengan infertilitas primer
P        : kolaborasi dengan dokter spesialis

Masalah  : cemas
S          : pesien mengatakan sudah tidak merasa cemas dengan keadaannya.
O         : muka pasien tampak lebih tenang
A         : masalah teratasi
P          : intervensi dihentikan.
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindungatau suatu kesatuan hasil
interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. Dan
klasifikasi dari infertilitas ada dua yaitu primer dan sekunder. Penyebab dari infertilitas ini
bisa dipandang dari pihak perempuan dal laki-lakinya. Jika dari wanita bisa dilihat dari faktor
penyakit dan fungsional. Sedangkan dari segi laki-laki bisa dilihat dari kelainan alat kelamin
dan kegagalan fungsional. Akan tetapi bisa dilihat juga penyebabnya dari pasangan suami
istri tersebut misalnya gangguan pada hubungan seksual dan psikologisnya.

4.2 SARAN
Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama belum
mempunyai anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter ahli untuk segera
mengetahui penyebabnya. Karena jika sudah melakukan usaha terus-menerus tapi tidak ada
hasilnya, pasti terjadi infertilitas yang bisa disebabkan dari pihak laki-laki, perempuan atau
hubungan dari kedua pasangan suami istri tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius
NANDA., 2013. Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.
2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jilid 2 , Jakarta: Prima Medika.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Prawirohardjo,Sarwono.1994.Ilmu kandungan. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai