Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

KESEHATAN WANITA PADA MASA USIA SUBUR : INFERTILITAS

Untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Diane Amelia Sisca
Diani Nurhayati
Meli Mariam
Rani Lastriani

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Kesehatan Wanita Pada Masa Reproduksi : Infertilitas”.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih sangat banyak
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan. Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca
dapat memberikan peningkatan pelayanan keperawatan dimasa mendatang.

Bandung, Mei 2023

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan


kegagalan mengalami kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan telah melakukan
hubungan sanggama tanpa kontrasepsi secara teratur (Cavallini & Beretta, 2015).
Infertilitas dapat dibagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas
sekunder. Infertilitas primer adalah jika seorang wanita belum pernah memiliki
anak karena tidak pernah terjadi kehamilan atau pernah mengalami kehamilan
tetapi tidak pernah terjadi kelahiran hidup. Sedangkan infertilitas sekunder jika
seorang wanita tidak mampu untuk memiliki anak yang disebabkan karena tidak
terjadinya kehamilan atau pernah mengalami kehamilan tetapi tidak terjadi
kelahiran hidup dengan syarat sebelumnya wanita tersebut pernah mengalami
kehamilan atau pernah terjadi kelahiran hidup ((Mascarenhas et al., 2012).
Infertilitas tidak hanya merupakan suatu masalah kesehatan, tetapi juga
suatu masalah sosial. Masalah infertilitas dapat mempengaruhi hubungan
interpersonal, perkawinan dan sosial, serta dapat menyebabkan gangguan secara
emosional dan psikologis yang signifikan (Karimi et al., 2015).
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi Infertilitas
Menurut beberapa ahli infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami
istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa
kontrasepsi selama satu tahun, Djuwantono (2008). Infertilitas (ketidaksuburan)
merupakan suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki
anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu
dalam kurun waktu satu tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis
apapun. Atau infertilitas merupakan ketidakmampuan untuk menghasilkan
keturunan.

2. Jenis – Jenis Infertilitas


Munurut Djuwantono (2008) Secara medis infertil terbagi menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Infertil Primer
Yaitu pasangan suami istri yang belum mampu dan belum pernah
memliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertil sekunder
Yaitu pasangan suami istri yang telah memiliki anak sebelumnya tetapi
saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan
seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Sebanyak 60% - 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak
pada satu tahun usia pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak
pada tahun ke-2 pernikahan mereka. Sebanyak 10% - 20% sisanya akan
memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak akan memiliki anak,
Djuwantono (2008).

3. Ciri-ciri Pasangan yang Mengalami Infertilitas


Pasangan yang mengalami infertilitas memiliki ciri-ciri berikut:
a. Pasangan tersebut memiliki keinginan untuk memiliki anak.
b. Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, isteri belum
mendapatkan kehamilan
c. Melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam seminggu dalam kurun waktu
satu tahun
d. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat ataupun metode
kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk
mencegah kehamilan.

4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Infertilitas

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita adalah


karena terjadinya beberapa gangguan, yaitu :
a. Gangguan Organ Reproduksi
1) Terjadinya infeksi pada vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina
yang akan membunuh sperma, serta pengkerutan vagina yang akan
menyebabkan terhambatnya transportasi sperma ke vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mucus yang berada di
serviks sedikit, maka perjalanan sperma ke dalam rahim akan terganggu.
Selain itu bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga
dapat menutup serviks sehingga sperma tidak bias masuk ke dalam rahim.
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi
yang menyebabkan adhesi tuba falopii dan terjadi abstruksi sehingga
ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
b. Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki
pengaruh besar terhadap ovulasi.Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor
cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipotalamus dan hipofise.Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
c. Kegagalan Implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan
dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan
proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak
berkembang dengan baik dan terjadilah abortus.
1) Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
2) Faktor lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas anastesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

Adapun pada pria, faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas yaitu karena


adanya beberapa kelainan umum :
a. Abnormalitas sperma ; morfologi dan motilitas.
b. Abnormalitas ejakulasi ; ejakulasi retrograde dan hipospadia.
c. Abnormalitas ereksi
d. Abnormalitas cairan semenperubahan PH dan perubahan komposisi kimiawi.
e. Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jarinagn parut sehingga
terjadi penyempitan obstruksi pada saluran genital
f. Lingkungan : radiasi, zat kimia dan obat-obatan.

5. Manifestasi klinis
a. Wanita
1) Terjadi kelainan system endokrin
2) Hipomenore dan amenore
3) Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi
genetic
4) Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang
tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
5) Wanita infertil dapat memiliki uterus
6) Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor
7) Traktus reproduksi internal yang abnormal
b. Pria
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid
4) Tumor hipofisis atau prolactinoma
5) Disfungsi ereksi berat
6) Ejakulasi retrograt
7) Hypo/epispadias
8) Mikropenis
9) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
10) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas
sperma)
11) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
12) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
13) Abnormalitas cairan semen

6. Patofisiologi
a. Wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita


diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan
pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam
pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng
mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem
reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba
dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil
konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas
servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang
mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang
dengan baik.

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi


imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa
bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada
akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada
abortus.
b. Pria

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi


hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang
berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi
alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya
pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas
spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan
sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan
komposisi sperma terganggu.

7. Penanganan Infertilitas
a. Penanganan infertilitas pada wanita
1) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan
waktu yang tepat untuk coital
2) Pemberian terapi obat, seperti;
 Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian TSH.
 Terapi penggantian hormon
 Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
 Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
 GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
 Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara
luas
 Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate
 Pengangkatan tumor atau fibroid
 Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
b. Penanganan infertilitas pada pria
1) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat.
2) Testosteron Enantat dan testosteron spionat untuk stimulasi kejantanan.
3) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
4) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
5) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma.
6) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat.
7) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida
8. Pencegahan Infertilitas
Ada beberapa cara pencegahan infertilitas menurut Steven R.B (2002).
Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi
prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu setiap infeksi didaerah
tersebut harus ditangani serius.
a. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitian menunjukkan
pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma.
b. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar
hormone testosterone yang tentunya akan mengganggu pertumbuhan
sperma.
c. Berperilaku dan pola hidup sehat
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

Data Demografis meliputi : identitas klien termasuk data etnis, budaya dan agama.
a. Pengkajian Anamnesa

1) Pengkajian Anamnesa pada Wanita

1. Riwayat Kesehatan Dahulu


Biasanya memiliki riwayat terpajan benda ‐ benda mutan yang
membahayakan reproduksi di rumah, riwayat infeksi
genitorurinaria, hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme,
infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama, tumor hipofisis atau
prolaktinoma, riwayat penyakit menular seksual, riwayat kista.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi Endometriosis dan endometrits, vaginismus (kejang
pada otot vagina), gangguan ovulasi, abnormalitas tuba falopi,
ovarium, uterus, dan servik, dan autoimun.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
4. Riwayat Obstetri
Umumnya keluhan yang dialami tidak hamil dan melahirkan
selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi, mengalami aborsi
berulang, sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu
tahun tanpa alat kontrasepsi.
2) Pengkajian pada Pria

1. Riwayat Kesehatan Dahulu meliputi : riwayat terpajan benda ‐


benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,
rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2. Riwayat infeksi genitorurinaria, Hipertiroidisme dan
hipotiroid, Tumor hipofisis atau Prolactinoma
3. Riwayat trauma, kecelakan sehinga testis rusak
4. Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
5. Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ
reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran
kemih
6. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi disfungsi ereksi berat, ejakulasi retrograt,
hypo/epispadia, mikropenis, andesensus testis (testis masih
dalam perut/dalam liat paha), gangguan spermatogenesis
(kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma), saluran sperma
yang tersumbat, hernia scrotalis (hernia berat sampai ke
kantong testis), varikhokel (varises pembuluh balik darah
testis), abnormalitas cairan semen
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
b. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Penunjang pada Wanita

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang pada wanita yaitu, deteksi


ovulasi, analisa hormone, sitologi vagina, uji pasca senggama, biopsy
endometrium terjadwal, histerosalpinografi, laparoskopi, pemeriksaan
pelvis ultrasound.
2) Pemeriksaan Penunjang pada Pria Analisa Semen, dengan parameter :
• Warna Putih keruh
• Bau Bunga akasia
• PH 7,2 - 7,8
• Volume 2 - 5 ml
• Viskositas 1,6 ‐ 6,6 centipose
• Jumlah sperma 20 juta / ml
• Sperma motil > 50%
• Bentuk normal > 60%
• Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
• Persentase gerak sperma motil > 60%
• Aglutinasi Tidak ada
• Sel ‐ sel Sedikit,tidak ada
• Uji fruktosa 150-650 mg/dl
• Pemeriksaan endokrin
• USG
• Biopsi testis
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (efek test
diagnostic). (D.0077)
b. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan
pada citra tubuh (D.0087)
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi,
ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic. (D.0080)
d. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap
prognosis. (D.0092)
e. Resiko ketidakmampuan koping induvidu/keluarga berhubungan
dengan kondisi klinis infertilitas.
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….x…. Manajemen Nyeri ( I.08238)
agen pencedera fisik (efek test diharapkan nyeri akut dapat teratasi (L.08066) Observasi
diagnostic). (D.0077) Kriteria hasil : 2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
• Keluhan nyeri menurun
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• Meringis menurun

• Sikap protektif menurun


3. Identifikasi skala nyeri
• Gelisah menurun 4. Identifikasi respons nyeri non verbal
• Kesulitan tidur menurun

• Diaforesis menurun
5. Identifikasi faktor yang memperberat dan
• Anoreksia menurun
memperingan nyeri
• Frekuensi nadi membaik 6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
• Tekanan darah membaik Teraupetik :
• Pola tidur membaik
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non farmakologo untuk
mengurangi nyeri
Kolaboasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Harga diri rendah situasional Setelah dilakukan asuhan keperawata Dalam Dukungan emosional (I.09256)
berhubungan dengan perubahan waktu ...x..., diharapkan harga diri Rendah Observasi
pada citra tubuh (D.0087) yang dialami pasien teratasi. (L.09069) 1. Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk
Kriteria :
bagi pasien
• Penilian diri psotif meningkat

• Menerima penilaian positif terhadap


2. Identifikasi hal yang memicu emosi.
diri sendiri Terapeutik
• Perasaan memiliki kelebihan atau 1. Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah,
kemampuan positif meningkat. dan sedih
2. Buat pernyataan suportif atau empati selama
fase berduka
3. Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan
4. Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah.
Edukasi
1. Anjurkan mengungkapkan peraaan yang
dialami
2. Ajarkan menggunakan mekanisme pertahanan
yang tepat
Kaloborasi
1. Rujuk konseling, jika perlu
3. Ansietas berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Reduksi Ansietas (I.09314)
kurang terpapar informasi, ...x..., diharapkan ansietas dan berkurang atau Observasi :
ketidaktahuan tentang akhir proses teratasi 2. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
diagnostik (D.0080) Tingkat ansietas (L.0909)) Kondisi, waktu, stressor
• Verbalisasi kebingungan menurun
• Verbalisasi khawtir terhadap 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
kebingungan menurun Teraupetik :
- Perilaku gelisah menurun 1. Ciptakan suasana
• Perilaku tegang menurun terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untukmengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi :
1. informasikan secara faktual mengenai diadnosis,
pegobatan, prognosis
2. anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
3. Latih kegiatan pengalih untuk mengurangi ketegangan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
Ketidak berdayaan berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Promosi harapan (I.09307)
dengan kurang kontrol terhadap selama ...x..., diharapkan ketidakberdayaan Observasi :
prognosis. (D.0092) pasien teratasi. 1. Identifikasi harapan pasien dalam mencapai hidup
Kriteria : Teraupetik :
Keberdayaan (L.09071) 1. Pandu mengingat kembali kenangn yang
• Pernyataan mampu melakukan
menyenangkan
aktifitas
• Pernyataan
2. Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
keyakinan tentangkinerja peran 3. Ciptakan lingkungan yng memudahkan
• Berpartisipasi dalam perawatan mempraktikan kebutuhan spiritual
4. Berikan kesempatan kepada pasien terlibat
dalam dukungan
kelompok
Edukasi :
1. Anjurkan mengungkap perasaan terhadap
kondisi dengan realistis.
2. Anjurkan mempertahankan hubungn (mis.
Menyebutkan nama yang dicintai)
3. Latih cara mengembangkan spiritual diri
Resiko ketidakmampuan koping Setelah diberikan asuhan keperawatan Dukungan Koing Keluarga (I.09260)
induvidu/kelua rga berhubungan selama ...x..., diharapkan resiko Observasi
dengan kondisi klinis infertilitas ketidakmampuan koping induvidu/keluarga 1. Identifikasi respon
pasien emosional terhadap kondisi saat ini
tidak terjadi dan meningkatnya koping 2. Identifikasi beban
pasien/keluarga, prognosis secara psikologis
kriteria : 3. Identifikasi kesesuaian
Status koping keluarga (L.09088) antara harapan psien, keluarga, dantenaga
• Perasaan tertekan menurun kesehatn
• Perasaan diabaikan menurun Terapeutik
Perilaku menolak perawatan menurun a. Dengarkan masalah, perasaan
• Perilaku bermusuhan menurun dan pertanyaan keluarga/pasien
b. D i s k u s i k a n r e n c a n a m e d i s
dan pengobatan
c. Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien,
keluarga atau antar anggota keluarga
d. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
digunakan
e. Berikan kesempatang berkunjung bagi anggota
keluarga
Edukasi
1. Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang
tersedia

Kaloborasi
1. Rujuk untuk terapi keluarga, jika
perlu

1) Deteksi Ovulasi
2) Analisa hormon
3) Sitologi vagina
4) Uji pasca senggama
5) Biopsy endometrium terjadwal
6) Histerosalpinografi
7) Laparoskopi
8) Pemeriksaan pelvis ultrasound
b. Pria
Analisa Semen:
Parameter
1) Warna Putih keruh
2) Bau Bunga akasia
3) PH 7,2 - 7,8
4) Jumlah sperma 20 juta / ml
5) Sperma motil > 50%
6) Pemeriksaan endokrin
7) USG
8) Biopsi testis
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
a. Tindakan keperawatan mandiri
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri). Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani,
2013):
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data
sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011).
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
a. Masalah teratasi, apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku
dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Masalah sebagian teratasi, apabila pasien menunjukkan perubahan
dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak
menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau
bahkan timbul masalah yang baru.

Anda mungkin juga menyukai