Anda di halaman 1dari 70

PELAYANAN KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

MASALAH MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI YANG SERING TERJADI

DOSEN PEMBIMBING :
Sri Wahyuni, S. ST., S.Pd., M.Kes

DISUSUN OLEH :
Allisya Rafaela Cantika
Anisya Silvita Febryanti
Dhea Nur Fadillah
Jesy Agleysia
Julian Hadi Steffany
Kisatul Ulya Kasanah

PRODI D3 KEBIDANAN BOJONEGORO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan karunia
dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai “Masalah Masalah Kesehatan
Reproduksi Yang Sering Terjadi” dengan baik walau pun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Serta kami juga berterima kasih kepada IbuSri Wahyuni, S.ST., S.Pd., M.Kes. selaku dosen mata
kuliah Pelayanan Kb Dan Kesehatan Reproduksiyang sudah memberikan kepercayaan
menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
juga wawasan kita mengenai Fleksibel dalam kehidupan, disiplin dan tepat waktu. Kami pun
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang sudah kami buat di masa yang sudah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri ataupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah
ini di saat yang akan datang.

Bojonegoro, 02 Agustus 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………….……………………………………………3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………3
1.3 Tujuan……………………………………………………….……………………………….3
BAB II Pembahasan
2.1 Infertilitas …………………………………………………………….…………………..... 5
2.2 Seksual Trasmiled Deseases (STD)/ Infeksi menular Seksual(IMS)…………………........9
2.3 GangguanHaid ………………………………………………………………… ………......... 17
2.4Pelvic inflkamatry Deseases(PID)……………………………………………………....... 19
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan……………………………………..………………………………………….22
3.2 Kata Penutup…………………………………….………………………………………….22
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..23

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan suatu hak asasi manusia yang, seperti semua hak
asasi manusia lainnya.Guna mewujudkan hak tersebut, wanita yang terkena dampak harus
memiliki akses ke informasi dan layanan kesehatan reproduksi komprehensif sehingga
mereka bebas membuat pilihan berdasarkan informasi terkait kesehatan serta
kesejahteraanmereka.
Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia telah menjadi masalah global termasuk
di Indonesia.Risiko penularan infeksi menular seksual dan HIV-AIDS masih kurang
disadari oleh kelompok berisiko, ditambah kesadaran yang rendah untuk memeriksakan
HIV sehingga masih banyak kasus AIDS yang ditemukan pada stadium lanjut di rumah
sakit.Dalam rangka memperkuat upaya pengendalian HIV- AIDS di Indonesia, sangat
penting untuk memadukan upaya pencegahan dengan perawatan, karena keduanya
merupakan komponen penting yang saling melengkapi.Infeksi menular seksual merupakan
salah satu penyebab masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara
sertamerupakansalahsatupintumasukHIV.Keberadaaninfeksimenularseksualtelah
menimbulkan pengaruh besar dalam pengendalian HIVAIDS. Pada saat yang sama, timbul
peningkatan kejadian resistensi kuman penyebab infeksi menular seksual terhadap beberapa
antimikroba, yang akan menambah masalah dalam pengobatan infeksi menular seksual.
Maka dari itu, pada makalah kita kali ini akan membahas mengenai masalah
kesehatan reproduksi yang sering terjadi agar pembaca dapat memahami masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Infertilitas
1. Pengertian
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu
tahun(Sarwono,497).
Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan
menghasilkan keturunan (Elizbeth, 639).
Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3
kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi
jenisapapun
2. JenisInfertilitas
a. Infertileprimer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah
satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan
alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertilesekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat
ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual
sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi
jenis apapun.
3. Etiologi
Sebanyak 60% – 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun
pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia
pernikahannya. Sebanyak 10% - 20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau
lebih atau tidak pernah memiliki anak.
Walaupun pasangan suami istri dianggap infertile bukan tidak mungkin kondisi infertile
sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat
dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya
seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah:

5
a. Suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) kedalam organ
reproduksiistri
b. Istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atauovarium).(Djuwantono,2008,2)
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-
55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
4. Faktor Penyebab
a. Padawanita
1) Gangguan organ reproduksi:
a) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma kevagina.
b) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk kerahim
c) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan
fetus dan akhirnya terjadi abortusberulang.
d) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak
dapatbertemu.
e) Gangguan ovulasi, gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi
hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi.
Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumorcranial, stress, dan
pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormone

6
ini. Maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada
gangguan ovulasi.
f) Kegagalan implantasi, wanita dengan kadar progesteron yang rendah
mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi.
Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan
terjadilahabortus.

2) Endometriosis
a) Faktor immunologis, apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari
ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda
asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanitahamil.
b) Lingkungan, paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas
ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh
bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhikesuburan.
b. Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
1) Abnormalitas sperma; morfologi,motilitas
2) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde,hipospadia
3) Abnormalitasereksi
4) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
5) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
6) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan antikanker.

5. Faktor-Faktor Infertilitas Yang SeringDitemukan


Factor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan sangat tergantung pada keadaan
local, populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.
a. Faktor koituspria
Riwayat dari pasangan pria harus mencakup setiap kehamilan yang sebenarnya, setiap
riwayat infeksi saluran genital, misalnya prostates, pembedahan atau cidera pada
genital pria atau daerah inguinal, dan setiap paparan terhadap timbel, cadmium,radiasi

7
atau obat kematerapeutik. Kelebihan konsumsi alcohol atau rokok atau paparan yang
luar biasa terhadap panas lingkungan harusdicari.
b. Faktorovulasi
Sebagian besar wanita dengan haid teratur (setiap 22 – 35hari) mengalami ovulasi,
terutama kalau mereka mengalami miolimina prahaid (misalnya perubahan payudara,
kembung, dan perubahan suasana hati).
c. Faktorserviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lender encer yang
banyak yang bereksudasi keluar dari serviks untuk berkontak dengan ejakulat semen.
Untuk menilai kualitasnya, pasien harus diperiksa selama fase menjelang pra ovulasi
(hari ke-12 sampai 14 dari siklus 28hari).
d. Faktortuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae, pertengahan segmen,
atau pada istmus kornu. Penyumbatan fimbriae sajauh ini adalah yang banyak
ditemukan.Salpingitis yang sebelumnya dan penggunaan spiral adalah penyebab yang
lazim, meskipun sekitar separohnya tidak berkaitan dengan riwayat semacam itu.
Penyumbatan pertengahan segmen hamper selalu diakibatkan oleh sterilisasi tuba.
Penyumbatan semacam itu, bila tak ada riwayat ini, menunjukan
tuberculosis.Penyumbatan istmus kornu dapat bersifat bawaan atau akibat
endometriosis, adenomiosis tuba atau infeksi sebelumnya.Pada 90% kasus,
penyumbatan terletak pada istmus dekat tanduk (kornu) atau dapat melibatkan bagian
dangkal dari lumen tuba didalam dinding organ.
e. Faktorperitoneum
Laparoskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka sebelumnya pada 30
sampai 50% wanita dengan infertilitas yang tak dapat diterangkan.
Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim.Perlekatan perianeksa dapat
ditemukan, yang dapat menjauhkan fimbriae dari permukaan ovarium atau menjebak
oosit yangdilepaskan.
6. PenatalaksanaanInfertilitas
a. Wanita
1) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan
waktu yang tepat untukcoital
2) Pemberian terapi obat,seperti

8
3) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh.
4) Terapi penggantianhormon
5) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasiadrenal
6) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan danpenatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
7) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
8) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara
luas
9) Bedah plastic misalnya penyatuan uterusbikonuate,
10) Pengangkatan tumor atau fibroid
11) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika ataukemoterapi
b. Pria
1) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas spermameningkat agenantimikroba
2) Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasikejantanan
3) HCG secara i.m memperbaikihipoganadisme
4) FSH dan HCG untuk menyelesaikanspermatogenesis
5) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
6) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitasidiopatik
7) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitassperma
8) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan
ketat
9) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida.
7. Solusi Infertilisasi Dengan Inseminasi Buatan
Metode bayi tabung populer sebagai solusi untuk mengatasi masalah
infertilitas atau gangguan kesuburan pada pasangan suami istri.Namun, biayanya
yang mahal kadang menjadi kendala.Adakah alternatif solusi lainnya?
"Metode penanganan infertilitas ada beberapa, selain bayi tabung juga ada
metode inseminasi buatan.Bayi tabung lebih ditujukan untuk kasus infertilitas yang

9
sangat sulit.Untuk yang lebih ringan bisa menggunakan inseminasi buatan,
biayanya lebih murah," ujar dokter spesialis ginekologi dan onkologi dari Rumah
Sakit Pondok Indah-Pondok Indah, Jakarta, Yassin Yanuar, pada acara temu media
beberapa waktu lalu.Ia menjelaskan perbedaan metode bayi tabung berbeda
dengan inseminasi buatan.
Pada bayi tabung, sel sperma dari suami dan sel telur dari istri dipertemukan
di laboratorium agar terjadi pembuahan.Embrio yang dihasilkan selanjutnya
ditanam dalam rahim istri.Adapun pada inseminasi buatan, sel sperma suami yang
sudah diseleksi disemprotkan ke dalam rongga rahim istri pada masa subur dengan
tujuan memperpendek jarak tempuh sperma untuk mencapai sel telur."Jadi,
pembuahan untuk menghasilkan embrio terjadi secara alami.

B. Seksual Trasmiled Deseases (STD)/ Infeksi menular Seksual(IMS)


1. Pengertian
STD adalah sexually transmitted diseases atau penyakit menular seksual (PMS). STD
adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual.
Penyebab STD dilansir dari MedLinePlus, meliputi bakteri, parasit dan virus.
Adapun jenis-jenis STD termasuk chlamydia, gonore, HIV/AIDS, HPV, sipilis,
trikomoniasis.
Penyakit menular seksual ini bisa memengaruhi pria dan wanita. Tetapi, kebanyakan
kasus masalah kesehatan yang ditimbulkannya lebih parah pada wanita.
Jika wanita hamil menderita sexually transmitted diseases, penyakit ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius bagi bayi.
Apabila STD disebabkan oleh bakteri atau parasit, kondisi ini masih bisa diobati dengan
antibiotik. Sementara itu, PMS akibat virus masih belum ada obatnya.
2. Macam-Macam Penyakit Seksual Trasmiled Deseases (STD)
A) Yang Disebabkan Oleh Infeksi Bakteri
1) Neisseria gonorrhoeae
a. Pengertian
Neisseria gonorrhoeae (gonococci) merupakan bakteri utama penyebab
infeksi menular seksual yaitu gonore yang ditularkan melaluji hubungan
seksual. Bakteri ini biasa menyerang epitel kuboid atau kolumnar pada
permukaan membran mukosa seperti yang terdapat pada uretra, vagina,

10
rektum, dan faring. Manusia merupakan satu-
satunya host bagi bakteri ini (Leboffe dan Pierce, 2011).
b. Gejala
Pada laki-laki:  keluarnya cairan kuning kental disertai peradangan hebat
di muara saluran kencing, frekuensi buang air kecil meningkat, nyeri pada
alat kelamin, terutama saat buang air kecil dan saat berhubungan seksual,
bengkak pada testis.
Pada perempuan: gejala mirip keputihan biasa, kadang-kadang disertai
gangguan siklus menstruasi atau pembengkakan vulva. Tak jarang rasa
nyeri menjalar ke bagian perut bawah atau panggul.
Pada pasien yang melakukan seks oral,  tenggorokan dapat terinfeksi
ditandai dengan rasa terbakar di saluran tenggorok.
Gonore harus diobati. Jika tidak, gonore dapat menyebabkan komplikasi
berupa gangguan kesehatan reproduksi atau kesuburan, bahkan dapat
menyebabkan kelainan kulit berupa ruam dan nyeri sendi.
c. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bakteri bervariasi, dari 3 hingga 7 hari sebelum gejala
muncul.Disebut kencing nanah karena gejala paling umum yang
dirasakan adalah keluarnya cairan kental seperti nanah berwarna kuning
atau kehijauan dari alat kelamin laki-laki saat berkemih, yang disertai rasa
perih atau panas.
d. Pencegahan
Untuk mengurangi risiko infeksi penyakit kelamin ini, Anda bisa
melakukan beberapa pencegahan berikut ini:
(1) Gunakan kondom dengan benar setiap kali Anda berhubungan seks.
(2) Hindari bergonta-ganti pasangan seks.
(3) Batasi kontak seksual dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
(4) Cegah dengan melakukan vaksin HPV sebelum berusia 26 tahun.
(5) Bila Anda merasa terinfeksi, hindari kontak seksual apa pun dan
segera periksakan diri ke dokter.
Gejala pada organ kelamin sebaiknya menjadi tanda untuk berhenti
melakukan seks dan konsultasi dengan dokter segera.

11
Ambil contohnya Anda merasa gejala seperti keputihan, rasa panas
selama buang air kecil, nyeri, serta ruam.
Bila Anda didiagnosis mengalami kencing nanah atau penyakit menular
seksual lain dan sedang menjalani pengobatan, sebaiknya beri tahu
pasangan Anda.
Dengan begitu, pasangan Anda bisa segera memeriksakan diri ke dokter
dan mendapatkan pengobatan segera.
e. PENGOBATAN
Pengobatan utama untuk penyakit gonore adalah pemberian antibiotik,
karena penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Perlu diingat bahwa
tidak hanya penderita saja yang perlu diobati, tetapi pasangan seksual dari
penderita juga perlu diobati, karena kemungkinan besar juga menderita
gonore. Setelah sembuh dari gonore, tidak tertutup kemungkinan
seseorang bisa terkena gonore lagi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan agar penderita gonore
juga diberikan obat untuk memberantas infeksi klamidia—sejenis kuman
yang menyebabkan infeksi kelamin nonspesifik—karena klamidia sering
ditemukan bersama dengan gonore.
Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonore, di
antaranya cefixim, levofloksasin, dan tiamfenikol. Dosis dan penggunaan
obat tersebut harus berdasarkan petunjuk dokter.
Sangat dianjurkan juga agar pasangan penderita turut diperiksa dan
diobati, agar kelak tidak terjadi infeksi bergantian. Hal ini berlaku untuk
pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual terakhir
bila selama dua bulan ini tidak ada aktivitas seksual.
Untuk penanganan di rumah, hindari menggaruk, menggosok, atau
menyabuni kelamin berlebihan untuk mencegah iritasi lebih lanjut. Tidak
dianjurkan untuk mengobati diri sendiri tanpa petunjuk dokter, terutama
antibiotik, karena dikhawatirkan terjadi resistensi gonore terhadap obat.
Di Indonesia, pengobatan gonore dapat ditanggung oleh asuransi BPJS.

2) Chlamydia Trachomalis
a. Pengertian

12
Chlamydia trachomatis merupakan bakteri tersering yang ditularkan dari
hubungan seksual terutama di negara berkembang yang menyebabkan
penyakit pada genitalia, rektal dan okular. Chlamydia trachomatis
awalnya dianggap sebagai virus karena ukurannya yang sangat kecil dan
siklus hidupnya yang bersifat patogen intraseluler (Fan and Zhong, 2015;
Harryman et al., 2014)
b. Masa Inkubasi
Chlamydia trachomatis memiliki siklus perkembangan bifasik yang unik
sama seperti Chlamydia lainnya, yang mana mengandung 2 bentuk sel
yang bertukar-tukar yaitu EB dan RB. EB merupakan sel yang tidak
membelah, infeksius dan berproliferasi, sedangkan RB merupakan sel
yang tidak infeksius dan memiliki ukuran diameter yang besar sekitar
300-400nm. (Fan and Zhong, 2015)
Elementary body merupakan bentuk disperse dan analog dengan
spora, stabil terhadap lingkungan. EB memiliki diameter ±0,3μm dengan
nuclear yang pada electron dan menginduksi endositosisnya sendiri bila
terpapar dengan sel target. EB memiliki afinitas tinggi
terhadap sel host dan dengan cepat dapat menginfiltrasi sel host. Adesi
potensial yang lain terdiri dari major outer membrane protein (MOMP),
protein membrane luar yang utama, glycosylated MOMP dan protein
permukaan. Sesudah EB memasuki sel host ikatan disulfide dari protein
membrane EB. Saat di dalam endosome, glikogen diproduksi dan EB
berubah menjadi RB yang berukuran lebih besar yaitu sekitar 0,5-1 μm
dan tanpa nukleoid yang padat electron. RB bertambah besar ukurannya
dan membagi berulang-ulang dengan cara pembelahan biner setiap 2 jam
hingga 3 jam setiap generasi. RB mempunyai masa inkubasi 7-21 hari
pada host, tidak mempunyai dinding sel dan dideteksi sebagai suatu
inklusi sel. (Brooks et al., 2010; Fan and Zhong, 2015)
c. TANDA GEJALA
Gejala yang dapat mengarahkan kecurigaan infeksi Chlamydia
trachomatis adalah:(Fritz and Speroff, 2011; Zenilman et al., 2013)
(1) Riwayat penyakit menular seksual
(2) Dysuria
(3) Keluarnya cairan mukopurulent dari uretra
13
(4) Vaginal discharge
(5) Nyeri perut bagian bawah
(6) Adanya tegang pada perut bagian bawah
(7) Keluarnya cairan yang mukopurulen dari rectum
d. Pencegahan
Hal yang dapat dianjurkan kepada pasien sebagi pencegahan,
yaitu:(Marrazzo et al., 2013)
(1) Gunakan kondom sebagai proteksi selama melakukan aktivitas
seksual.
(2) Semua kontak seksual untuk dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan.
(3) Melakukan pemeriksaan penyakit menular seksual lainnya.
e. Pengobatan
Chlamydia dapat diobati dengan antibiotik, seperti azithromycin atau
doxycycline. Penderita chlamydia perlu minum antibiotik selama 7 hari,
atau cukup minum antibiotik dosis tunggal, sesuai anjuran dokter.
Penderita chlamydia tidak boleh melakukan hubungan seksual sampai 7
hari setelah pengobatan selesai.
Ibu hamil penderita chlamydia perlu segera diobati dengan antibiotik,
agar tidak menularkan kepada janin dan bisa melahirkan secara normal.
Pengobatan chlamydia pada ibu hamil baru dimulai setelah diagnosanya
dipastikan lewat pemeriksaan laboratorium.
Jika ibu hamil tetap berisiko terkena chlamydia, akan dilakukan
pemeriksaan ulang pada trimester ketiga kehamilan. Bila hasilnya
kembali positif, ibu hamil akan diobati lagi.
Jika ibu hamil masih menderita chlamydia saat mendekati waktu
persalinan, maka dokter akan menyarankan persalinan dengan operasi
caesar. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko penularan chlamydia
pada bayi yang dilahirkan.

3) Chlamydia Trachomatis Tipe L1, L2, Dan L3.


a. Pengertian
Chlamydia trachomatis tipe L1, L2, dan L3. Menyebabkan infeksi bakteri
Lymphogranuloma venereum (LGV) . Infeksi bakteri C. trachomatis pada
14
LGV menyerang sistem limfatik (getah bening). Infeksi ini dapat menular
lewat kontak langsung dengan ulkus, yaitu luka seperti borok yang cukup
dalam, pada kulit penderita. Umumnya, penularan terjadi saat
berhubungan seksual.
b. Tanda Gejala
Gejala LGV terbagi menjadi 3 tahap sesuai urutan kejadiannya, yaitu:
- Tahap 1
Gejala tahap 1 dapat muncul sekitar 10–14 hari setelah seseorang
terinfeksi. Gejala pada tahap satu adalah luka ulkus kecil yang
dangkal pada area kelamin atau mulut tempat terjadinya kontak
dengan bakteri penyebab infeksi.
Luka tersebut juga dapat berkumpul sehingga sering diduga herpes.
Luka ini tidak menimbulkan rasa sakit dan dapat menghilang dalam
beberapa hari. Akibatnya, gejala tahap 1 LGV sering tidak disadari.
- Tahap 2
Gejala tahap 2 terjadi sekitar 2–6 minggu setelah gejala tahap 1.
Gejala tahap 2 dapat berupa:
(1) Pembengkakan kelenjar getah bening di pangkal paha (buboes)
dan pada kelenjar getah bening di leher bila penularan
dilakukan secara oral
(2) Gangguan pada area anus dan dubur, seperti nyeri pada anus,
nyeri saat BAK dan BAB, sembelit, terjadi perdarahan di
dubur, hingga BAB seperti belum tuntas (tenesmus)
(3) Gangguan umum, seperti sakit kepala, tidak enak badan,
demam, mual, muntah, hingga nyeri sendi
Pada tahap ini, sebagian pasien bisa saja tidak menyadari terjadinya
LGV karena gejala di atas bisa mirip dengan beberapa penyakit
lain. Misalnya, gangguan pada area anus mirip dengan gejala kolitis
ulseratif.
- Tahap 3
Gejala tahap 3 biasanya baru muncul ketika infeksi tidak kunjung
diatasi. Jeda kemunculan gejala tahap 3 sangat beragam, bahkan

15
bisa baru muncul hingga 20 tahun setelah penderita pertama kali
terinfeksi LGV.
Gejala pada tahap 3 dapat berupa:
(1) Abses atau kumpulan nanah pada area infeksi
(2) Fistula ani
(3) Edema atau pembengkakan pada kelenjar getah bening dan area
kelamin
(4) Kematian jaringan dan pecahnya kelenjar getah bening
(5) Perubahan bentuk kelamin
(6) Infertilitas atau kemandulan
c. Pencegahan
(1) Tidak berganti-ganti pasangan
(2) Menggunakan alat pengaman, seperti kondom, saat berhubungan
seksual
(3) Membersihkan alat kelamin sebelum dan sesudah berhubungan
seksual
(4) Tidak berbagi penggunaan barang pribadi, seperti handuk atau
pakaian
(5) Melakukan skrining infeksi menular seksual secara berkala bila
sudah pernah didiagnosis atau berisiko mengalaminya
d. Pengobatan
Pengobatan lymphogranuloma venereum bertujuan untuk mengatasi
infeksi bakteri dan mencegah komplikasi. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara berikut.
(1) Pemberian obat antibiotik. Beberapa jenis obat antibiotik yang dapat
membasmi bakteri untuk menangani LGV adalah. Doxycycline dapat
diberikan dengan dosis 100 mg sebanyak 2 kali sehari selama 21 hari.
Erythromycin dapat diberikan dengan dosis 500 mg sebanyak 4 kali sehari
selama 21 hari. Azithromycin dapat diberikan dengan dosis 1 gram sekali
seminggu selama 3 minggu. Moxifloxacin, biasanya diberikan bila pasien
resisten terhadap doxyxcycline. Antibiotik lain mungkin diberikan bila
pasien juga mengalami infeksi bakteri lain, seperti sifilis atau gonorrhea.
(2) Pengeluaran nanah. Prosedur ini dilakukan bila pembengkakan kelenjar
getah bening berisi nanah atau sering kambuh. Prosedur dilakukan dengan

16
membuat sayatan kecil pada area kulit yang membengkak dan menyedot
atau mengalirkan nanah di dalamnya.
(3) Prosedur operasi. Operasi dapat dilakukan bila pasien telah mengalami
gejala berat, seperti fistula ani dan perubahan bentuk (deformitas)
kelamin. Operasi juga bisa menjadi pilihan jika gejala tidak bisa diatasi
dengan antibiotik. Pada kondisi berat, operasi pengangkatan kelenjar
getah bening juga dapat dilakukan.

4. Haemophilus Ducreyi
a. Pengertian
Haemophilusducreyimerupakanbakterigramnegatifanaerobikfakul
tatif, berbentuk  batangpendekdenganujungbulat, tidakbergerak,
tidak membentukspora.
b. Tanda Gejala
Pada penderita pria keluhan utama berhubungan dengan ulkus dan
inguinal yang menyertainya.Lesi awal berupa papul kecil dengan eritema
ringan. Bagian sentral papul akan berpustulasi dan cepat mengalami erosi,
dan dalam 48 jam akan membentuk ulkus yang diliputi eksudat nekrotik
kuning keabuan.
Ulkus ini bersifat multipel, sangat nyeri bila terkena pakaian atau urin,
tepi tidak rata atau bergaung, berbatas tegas dikelilingi eritema
ringan.Dasar ulkus kotor, rapuh, mudah berdarah dan nekrotik.Pada
wanita, ulkus mole sering tidak memberikan gejala karena tidak disadari
sehingga baru datang berobat setelah penyakit dalam keadaan
lanjut.Keluhan pada wanita kadang tidak berhubungan dengan ulkusnya
seperti disuria, dispareunia, duh vagina, nyeri saat defekasi.Lesi tidak
senyeri pada pria dan dapat menyebar ke intravaginal, serviks, perineum,
anorektum, orofaring, conjunctiva, mammae, digiti.
c. Masa Inkubasi
Masa inkubasi penyakit pada pria antara 2-35 hari, dengan rata-rata waktu
7 hari.Sedangkan pada wanita sulit ditentukan karena sering
asimptomatik.Penyakit lebih sering mengenai pria heteroseksual
dibandingkan homoseksual.
d. Pencegahan
17
Karena penyakit kelamin (chancroid) ini adalah infeksi bakteri yang
ditularkan melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi, maka
satu-satunya upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan
menghindari segala bentuk aktivitas seksual dengan pasangan yang
berbeda-beda.
e. Pengobatan
Infeksi bakteri Haemophilus ducreyi yang menjadi penyebab penyakit
chancroid bisa disembuhkan dengan antibiotik tertentu, seperti
azitromisin, ceftriaxone, ciprofloxacin, dan eritromisin

5. Klebsiella (Calymmatobacterium) Granulomatis


a. Pengertian
Donovanosis disebut juga Granuloma inguinale atau Granuloma
venereum, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Calymmatobacterium granulomatis.Donovanosis sering tidak terdeteksi
pada saat melakukan tes kesehatan.Penyakit ini biasanya ditemui pada
daerah yang tropis dan subtropis.Donovanosis memiliki karakteristik
yaitu luka yang perih pada daerah genital.
Pria memiliki kemungkinan lebih besar terjangkit penyakit ini di
bandingkandengan wanita, di mana kebanyakan orang tersebut berumur
sekitar 20 - 40 tahun.Penyakit Donovanosis jarang ditemukan pada anak-
anak atau yang seumuran (sekitar5-10tahun).Penularan penyakit ini
kebanyakan dikarenakan melakukan anal intercourse (berhubungan intim
melalui anus).Sehingga 50% wanita atau pria yang terkenal infeksi
bakteri ini mengalami luka yang perih pada daerah anus.
b. Tanda Gejala
Gejala terkena penyakit ini akan muncul setelah 10-40 hari terinfeksi
bakteri Calymmatobacterium granulomatis yang ditandai dengan
munculnya nodul subkutan yang berdaging (benjolan-benjolan) yang
akan membentuk luka di kulit pada bagian kemaluan yang akan
menyebar. Infeksi bakteri akan berlanjut hingga merusak
danmenghancurkan jaringan yang bisa menyebabkan kerusakan berat
pada organ-organ kemaluan. Pada lelaki luka dapat terjadi di daerah anus,

18
penis, srotum (buah zakar), danatau pada glans (kepala/ujung penis). Pada
wanita luka dapat terjadi di daerah anus, bibir vagina (labia minora),
dinding vagina, jaringan lemak di bagian luar vagina (mons veneris), dan
atau pada leher rahim (cervix).
c. Pencegahan
(1) Menjaga kesehatan dan kebersihat alat kelamin dan daerah
sekitarnya
(2) Safe sex (sex yang aman)
(3) Hindari berganti-ganti pasangan dalam berhubungan intim
(4) Melakukan pemeriksaan rutin, untuk mengetahui tingkat kesehatan
d. Pengobatan
Pengobatan harus segera dilakuakan ketika pasien sudah menunjukan
gejala penyakit Donovanosis. Pengobatan yang dapat dilakuakan
diantaranya adalah :
- Antibiotik terapi
(1) Trimethoprim/sulfamethoxazole (Bactrim IV, Bactrim SS,
Bactrim DS, Septra)
Sulfamethoxazole mencegah terjadinya sintesis asam
dihidrofilik, sehinggamencegah terbentuknya asam
tetrahidrofilik.
(2) Doxycycline (Adoxa, Doryx, Vibramycin, Periostat)
Doxycycline menghambat terjadinya sintesis protein, sehingga
mencegah terbentuknya ikatan 30S dan 50S ribosom yang akan
berpengaruh bagi pertumbuhan bakteri.
(3) Ciprofloxacin (Cipro)
Ciprofloxacin akan menghambat terbentuknya enzim
topoisomerase II (DNA gyrase) dan topoisomerase IV, sehingga
pada sel bakteri tidak terjadi transkripsi DNA, translasi, serta
penata-ulangan DNA.
(4) Erythromycin (E-Mycin, Ery-Tab, Eryc)
Erythromycin menghambat sintesis protein dalam pembentukan
ikatan 50S ribosom yang akan mencegah pertumbuhan dari
bakteri.

19
(5) Azithromycin (Zithromax) Azithromycin akan menghambat
sintesis protein dalam pembentukan ikatan 50S ribosom yang
akan mencegah pertumbuhan dari bakteri.

- Parenteral terapi
Parenteral terapi dilakukan ketika luka atau penyakit tidak
menunjukan perubahan (tidak ada kemajuan). Parenteral terapi ini
dilakukan dengan penambahan Aminoglycoside (Gentamicin, I
mg/kg IV)

6. Ureaplasma Urealyticum
a. Pengertian
Ureaplasma urealyticum merupakan jenis bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi dari saluran kemih dan vaginanya . Ini dapat
ditularkan dari ibu ke bayi saat lahir, atau ditularkan secara
seksual .Ureaplasma urealyticum dapat ditemukan pada sebagian besar
orang yang aktif secara seksual, kebanyakan dari mereka tidak
menunjukkan gejala. Ini juga dapat ditemukan dalam kultur dalam
kasus penyakit radang panggul . Ini bukan komensal dari rahim
yang sehat atau mikrobioma ketuban .Infeksi U. Urealyticumdapat
berkontribusi pada infeksi neonatal dan hasil kelahiran yang negatif.
b. Tanda Gejala
- Adanya cairan berwarna putih keabuan homogen dan berbau amis
pada vagina. Bau amis ini disebabkan karena adanya produksi
amine oleh bakteri anaerob. Produksi amine meningkat bila pH
meningkat, sehingga pasien merasa gejala bertambah setelah
berhubungan seksual (oleh karena adanya semen) tanpa
menggunakan kondom dan saat haid (oleh karena adanya darah)
- 1% wanita ditemukan tanpa gejala.
- Selain itu, pada wanita bakteri Ureaplasma urealyticum dapat
menyebabkan peradangan panggul, infertilitas, endometritis,
korioamnionitis, kelahiran prematur, kematian janin.
c. Masa Inkubasi

20
Bakteri ini dapat ditemukan pada vagina normal, tumbuh dalam waktu 1-
4 hari memetabolisme arginine dan membentuk koloni.
d. Pencegahan
Satu-satunya cara untuk mencegah infeksi Ureaplasma dengan mengatasi
penyebabnya. Mempraktikkan seks aman, secara signifikan dapat
mengurangi terjadinya resiko infeksi penyakit menular seksual (IMS)
lainnya.Penggunaan obat kontrasepsi tidak dapat mencegah terjadinya
infeksi menular seksual. Anda harus menggunakan metode KB lain
seperti kondom untuk membantu mencegah infeksi tersebut.
e. Pengobatan
Pengobatan antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi Ureaplasma.
Namun, hanya antibiotik tertentu yang efektif melawan bakteri tersebut.
Antibiotik yang dipilih tergantung pada masalah kesehatan yang
ditangani, dan siapa yang akan mendapatkan pengobatan
tersebut. Beberapa obat Antibiotik tertentu tidak aman jika diberikan pada
wanita hamil atau bayi yang baru lahir.
Infeksi Saluran kemih atau infeksi genital yang disebabkan oleh
Ureaplasma dapat diobati dengan azitromisin atau doksisiklin. Jika
bakteri tidak merespons dengan obat-obatan tersebut,
obat eritromisin atau fluoroquinolon dapat digunakan.
Bayi yang baru lahir dengan masalah paru-paru yang disebabkan oleh
Ureaplasma dapat diobati dengan obat eritromisin. Wanita hamil yang
mengalami ketuban pecah dini juga dapat diobati dengan antibiotik
makrolida. 
Obat-obatan makrolida termasuk klaritromisin, azitromisin, dan
eritromisin. Pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi risiko infeksi
Ureaplasma pada bayi yang baru lahir

B) Yang Disebabkan Oleh Virus


1. HIV dan AIDS
a. Pengertian

21
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh
melawan infeksi dan penyakit.Obat atau metode penanganan HIV belum
ditemukan.Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa
memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa
menjalani hidup dengan normal.AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi
akhir.Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi
memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.
b. Gejala HIV dan AIDS
- Tahap Pertama:
(1) Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa
minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
(2) Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
(3) Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan
kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.
- Tahap Kedua:
(1) Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama
bertahun-tahun.
(2) Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
(3) Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang
lain.
(4) Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
- Tahap Ketiga:
(1) Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan
berlanjut menjadi AIDS.
(2) Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
(3) Merasa lelah setiap saat.
(4) Sulit bernapas.
(5) Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
(6) Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
(7) Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
(8) Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.

22
c. Masa inkubasi HIV untuk berubah menjadi AIDS?
Waktu yang dibutuhkan oleh virus HIV untuk menjadi AIDS pada tubuh
manusia bergantung dari kondisi masing-masing individu. Jika Anda
sudah merasakan gejala awal masa inkubasi HIV, tapi tidak melakukan
apa-apa, virus itu bisa menyebabkan AIDS dalam kurun 10 tahun hingga
15 tahun setelah Anda pertama kali terjangkit.Meski memiliki rentang
yang cukup lama, jangan tunggu hingga HIV berubah menjadi AIDS
untuk menjalani pengobatan. Sebaliknya, kenali gejala Anda terkena virus
HIV sejak dini dan jalani pengobatan sesuai rekomendasi dokter.
(a)Masa inkubasi HIV tahap awal
Kebanyakan orang yang terkena HIV tidak menyadari bahwa mereka
mengidap virus yang menyerang sistem imun ini.Gejala pada awal
masa inkubasi HIV ini memang biasanya baru muncul 2-6 minggu
setelah Anda terkena virus. Gejala tersebut meliputi:
(1) Sakit kepala
(2) Kelelahan
(3) Nyeri otot
(4) Radang tenggorokan
(5) Kelenjar getah bening membengkak
(6) Bercak merah yang tidak gatal, biasanya di dada
(7) Demam.
Gejala ini mirip dengan flu, bukan? Untuk memastikan bahwa Anda
terkena HIV atau bukan, coba ingat apakah Anda melakukan kontak
dengan orang yang terinfeksi HIV dalam 2-6 minggu belakangan
sebelum gejala ini muncul, kemudian periksakan diri ke dokter untuk
menjalani tes darah.Selain itu, jika Anda termasuk ke dalam orang-
orang berisiko HIV, segera lakukan tes HIV. Anda bisa menjalani tes
antibodi, yang merupakan tes paling cepat untuk mendeteksi infeksi
sekitar tiga atau empat minggu.Meski Anda merasa melakukan
kontak dengan penderita HIV, namun tidak muncul gejala di atas,
tidak ada salahnya memeriksakan diri di dokter. Pasalnya pada masa
inkubasi HIV tahap awal ini, kandungan virus dalam tubuh Anda
cukup tinggi sehingga mudah dideteksi, tapi sekaligus sangat mudah

23
menular ke orang lain.Dokter akan merekomendasikan Anda
mengonsumsi serangkaian pengobatan, seperti obat HIV dan terapi
antiretroviral. Tujuannya adalah melawan virus HIV, menjaga sistem
imun Anda tetap sehat, dan mencegah virus  masuk ke dalam tubuh
orang lain. Jika Anda terus mengonsumsi obat, menjalani terapi, dan
melakukan pola hidup sehat, HIV tidak akan berkembang menjadi
lebih parah.
(b)Masa inkubasi HIV tahap kedua (HIV kronis)
Ketika gejala HIV di masa inkubasi awal tidak diobati, Anda
memang akan merasa lebih baik karena gejala mirip flu itu hilang
dengan sendirinya. Tetapi, justru kondisi itu mencerminkan sistem
imun Anda sudah kalah oleh virus HIV sehingga kondisi ‘tenang’ ini
disebut juga dengan periode asimtomastis atau infeksi HIV
kronis.Meski demikian, belum terlambat jika Anda ingin memulai
pengobatan HIV. Jika Anda menjalani terapi antiretroviral, Anda bisa
berada di fase ini selama beberapa dekade. Anda masih bisa
menularkan virus kepada orang lain, tapi kasusnya sangat jarang
terjadi jika Anda rutin mengonsumsi obat HIV.
(c)Masa inkubasi HIV tahap akhir (AIDS)
Ketika Anda mengidap HIV, sangat penting untuk melakukan kontrol
ke dokter karena dokter juga akan terus memantau level CD4 di
dalam darah Anda.Ketika level CD4 ini berada di bawah 200 sel per
milimeter kubik darah (normalnya 500-1.600 sel/milimeter kubik),
maka itu adalah pertanda Anda tengah memasuki masa inkubasi HIV
tahap akhir atau AIDS.Kadang kala, AIDS juga menimbulkan gejala
fisik yang Anda rasakan, misalnya:
(1) Demam tinggi dengan suhu di atas 37,8 derajat celcius yang
tidak sembuh-sembuh
(2) Berat badan turun drastis
(3) Menggigil disertai keringat dingin
(4) Sakit kepala yang tidak mereda
(5) Muncul bercak putih pada mulut
(6) Rasa kebas di area kemaluan atau anus

24
(7) Kelelahan yang parah
(8) Bercak yang bisa berwarna pink, merah, ungu, atau cokelat
(9) Batuk terus-menerus dan susah bernapas
(10) Mudah lupa
(11) Pneumonia.

Ketika terkena AIDS, Anda akan sangat rentan terkena infeksi.


Kondisi ini bisa mengancam nyawa mengingat sistem imun Anda
sudah tidak berfungsi lagi sehingga tubuh tidak bisa melawan bakteri
atau virus penyebab infeksi tersebut sehingga Anda nyaris selalu
membutuhkan pertolongan medis.Tanpa pengobatan, penderita AIDS
diprediksi hanya dapat bertahan hidup selama 3 tahun, bahkan bisa
lebih pendek jika kondisi penyakitnya sudah parah. Oleh karena itu,
jangan tunggu Anda tiba pada masa inkubasi HIV terakhir ini
sebelum mencari pertolongan dokter.
d. Pencegahan HIV dan AIDS
Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan
HIV dan AIDS, antara lain:
(1) Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik
hubungan intim vaginal maupun anal.
(2) Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
(3) Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar
pasangan juga menjalani tes HIV.
(4) Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil,
mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan,
untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
(5) Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
(6) Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti
setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka
harus segera ke dokter. Agar bisa mendapatkan obat post-exposure
prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3
obat antiretroviral.
e. Pengobatan HIV dan AIDS

25
Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV,
namun ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan
virus.Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV).ARV bekerja dengan
menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan
diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Beberapa jenis
obat ARV, antara lain:
(1) Efavirenz
(2) Etravirine
(3) Nevirapine
(4) Lamivudin
(5) Zidovudin
Pengobatan HIV juga bisa digunakan untuk mencegah penularan HIV
dari ibu ke bayi. Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan
memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pasien
terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3-6 bulan.
Sedangkan pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pengobatan,
dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama masa pengobatan.
Pasien harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis menderita
HIV, agar perkembangan virus HIV dapat dikendalikan. Menunda
pengobatan hanya akan membuat virus terus merusak sistem kekebalan
tubuh dan meningkatkan risiko penderita HIV terserang AIDS. Selain itu,
penting bagi pasien untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter.
Melewatkan konsumsi obat akan membuat virus HIV berkembang lebih
cepat dan memperburuk kondisi pasien.
Bila pasien melewatkan jadwal konsumsi obat, segera minum begitu
ingat, dan tetap ikuti jadwal berikutnya.Namun bila dosis yang terlewat
cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter.Dokter dapat mengganti
resep atau dosis obat sesuai kondisi pasien saat itu.
Pasien HIV juga dapat mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.
Karena itu, pasien perlu mengetahui efek samping yang timbul akibat
konsumsi obat ini, di antaranya:
(1) Diare.
(2) Mual dan muntah.

26
(3) Mulut kering.
(4) Kerapuhan tulang.
(5) Kadar gula darah tinggi.
(6) Kadar kolesterol abnormal.
(7) Kerusakan jaringan otot (rhabdomyolysis).
(8) Penyakit jantung.
(9) Pusing.
(10)Sakit kepala.
(11)Sulit tidur.
(12)Tubuh terasa lelah.
Pengobatan HIV perlu dilakukan secara bertahap dan berlangsung dalam
durasi yang cukup lama.Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk
memiliki asuransi kesehatan saat berobat. Dengan begitu, Anda tidak
perlu memikirkan biaya pengobatan dan proses pengobatan bisa lebih
optimal.

2. Herpes simplex virus type 1 dan 2


A) Herpes simplex virus type 1 (HSV 1)
a. Pengertian
HSV 1 merupakan jenis virus herpes yang sering menyebabkan
herpes oral (mulut) atau herpes labial (bibir).Akan tetapi, HSV 1 juga
dapat menyebar dari mulut ke alat kelamin dan menyebabkan
terjadinya herpes kelamin (genital) pada orang yang menerima seks
oral dari penderita herpes oral.
HSV 1 dapat menyebar melalui kontak langsung dari penderita
herpes ke orang yang sehat.Contohnya adalah lewat berciuman,
berbagi pakai peralatan makan, atau berbagi kosmetik bibir, seperti
lipstik.
HSV 1 juga dapat ditularkan dari penderita HSV 1 yang tidak
mengalami gejala.Faktanya, sebagian besar penderita HSV 1 tertular
oleh penderita yang tidak mengalami gejala. Namun, risiko penularan
akan lebih tinggi jika terjadi kontak dengan penderita yang
mengalami luka terbuka akibat HSV 1.

27
b. Gejala
Pada infeksi HSV 1 atau herpes oral, gejala akan timbul pada mulut
dan area di sekitarnya. Gejala yang dapat muncul adalah:
(1) Nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi
(2) Blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh berukuran kecil dan
berwarna abu kemerahan yang dapat pecah dan mengering dalam
beberapa hari
(3) Blister yang pecah dapat menimbulkan luka dengan rasa nyeri
sehingga bisa mengganggu proses makan
B) Herpes simplex virustype 2 (HSV 2)
a. Pengertian
HSV 2 merupakan penyebab utama penyakit herpes genital. Infeksi
virus ini bisa kambuh, frekuensi kekambuhannya akan bervariasi
pada tiap penderitanya.
Virus HSV 2 menyebar melalui kontak langsung dengan luka yang
dimiliki penderita herpes, misalnya saat hubungan seksual.Selain itu,
HSV 2 juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya pada saat
persalinan. 
b. Gejala
Untuk penderita infeksi HSV 2 atau herpes genital, beberapa gejala
yang umumnya dialami adalah:
(1) Pembengkakan pada kulit kelamin atau area di sekitarnya yang
terasa gatal, nyeri, dan disertai sensasi terbakar
(2) Luka yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau paha
(3) Sakit pada saat buang air kecil
(4) Keluarnya cairan dari vagina
(5) Kulit penis kering, perih, dan gatal   
c. Pencegahan Herpes 
(1) Untuk mencegah penyebaran virus herpes ke orang lain, dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
(2) Sebisa mungkin hindari kontak fisik dengan orang lain, terutama
yang memiliki luka terbuka.
(3) Selalu cuci tangan secara rutin.

28
(4) Jika diberikan obat oles untuk mengatasi ruam, oleskan obat
dengan menggunakan kapas agar kulit tangan tidak menyentuh
daerah yang terinfeksi virus herpes.
(5) Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan
virus, seperti gelas, cangkir, handuk, pakaian, dan peralatan
makeup.
(6) Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual
lainnya, selama munculnya gejala penyakit herpes.
Khusus bagi penderita herpes genital, segala bentuk aktivitas
seksual selama masa munculnya gejala herpes harus
dihindari.Perlu diingat bahwa meskipun sudah menggunakan
kondom, virus herpes tetap dapat menyebar melalui kontak kulit
yang tidak terlindungi kondom.
d. Pengobatan Herpes 
Pada umumnya, luka dan lepuhan akibat herpes dapat sembuh
dengan sendirinya dalam waktu 2–4 minggu.Hanya saja, virus masih
mungkin tetap ada di dalam tubuh penderita tanpa menimbulkan
keluhan atau gejala.Hingga kini, belum ada metode pengobatan yang
dapat menghilangkan virus herpes dari dalam tubuh.
Fokus pengobatan herpes adalah untuk membantu meredakan
keluhan, mencegah penyebaran herpes, serta menurunkan risiko
terjadinya komplikasi Beberapa obat-obatan antivirus dapat
digunakan untuk mengatasi infeksi virus herpes adalah:
(1) Acyclovir
(2) Valacyclovir
(3) Famciclovir
Selain obat antivirus, ada beberapa hal yang bisa Anda dilakukan
untuk meredakan keluhan dan mempercepat pemulihan akibat infeksi
virus herpes, yaitu:
(1) Konsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.
(2) Gunakan air suam kuku untuk mandi.
(3) Kompres ruam kulit dengan air hangat atau atau air dingin.
(4) Gunakan pakaian dalam berbahan katun.

29
(5) Gunakan pakaian longgar.
(6) Jaga area luka tetap kering dan bersih.
e. Komplikasi Herpes 
Secara umum, infeksi akibat virus herpes jarang menimbulkan
komplikasi serius.Komplikasi infeksi virus herpes umumnya terjadi
pada kondisi tertentu.Misalnya, penderita herpes simpleks yang juga
menderita HIV biasanya mengalami gejala herpes yang lebih parah
dan lebih sering kambuh.
Komplikasi akibat infeksi virus herpes juga bisa tergantung pada
jenis virus yang menginfeksi. Saat terinfeksi virus herpes simpleks,
berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa timbul:
(1) Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain
(2) Hepatitis
(3) Radang paru-paru
(4) Radang otak dan selaput otak
(5) Esofagitis
(6) Kematian jaringan retina mata
Pada cacar air, risiko terjaidinya komplikasi umumnya akan
meningkat pada anak-anak, lansia, wanita hamil, atau orang yang
sistem kekebalan tubuhnya lemah. Beberapa komplikasi yang bisa
terjadi akibat cacar air adalah:
(1) Ruam menyebar ke bagian mata
(2) Ruam yang diikuti oleh sesak napas dan sakit kepala
(3) Ruam yang diikuti dengan infeksi bakteri sekunder pada daerah
yang terinfeksi
Jika dialami oleh ibu hamil, cacar air yang tidak ditangani dengan
benar dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada bayi yang
dikandungnya.Gangguan tersebut bisa berupa gangguan penglihatan,
retardasi mental, pertumbuhan lambat, atau kepala yang memiliki
ukuran lebih kecil.
Sementara itu, komplikasi yang bisa terjadi saat mengalami herpes
zoster adalah:

30
(1) Post herpetic neuralgia, yaitu nyeri yang masih dirasakan
walaupun lesi pada kulit sudah menghilang
(2) Infeksi bakteri pada lokasi ruam
(3) Nyeri dan ruam yang menjalar hingga ke mata
(4) Sindrom Ramsay-Hunt, yaitu kondisi yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada wajah dan gangguan pendengaran

3. Human papillomavirus (HPV)


a. Pengertian HPV
Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang menyebabkan kutil
kelamin dan kanker, serta menyebar lewat hubungan intim.HPV dapat
menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita.Virus HPV sering dialami
oleh remaja dan orang dewasa muda yang aktif berhubungan intim, yaitu
pada pria berumur 20-24 tahun dan wanita berumur 16-19 tahun.
b. Gejala HPV
HPV dapat sembuh tanpa pengobatan, tetapi dapat juga menyebabkan
kutil atau kanker pada alat kelamin.Kutil pada alat kelamin dapat berawal
dari semacam luka kecil, yang kemudian terbuka dan berdarah, menjadi
kutil, akhirnya mengering dan sembuh setelah beberapa hari.Kebanyakan
kasus kanker karena HPV adalah kanker serviks, kanker tenggorokan, dan
kanker lidah. Beberapa gejala kanker serviks, antara lain:
(1) Nyeri perut bagian bawah atau area panggul pada saat berhubungan intim.
(2) Pendarahan atau keluarnya cairan dari dalam Miss V.
(3) Pendarahan di antara periode setelah hubungan intim.
(4) Pendarahan saat menopause.
c. Masa Inkubasi
Estimasi rentang masa inkubasi virus ini dari sejak masuknya infeksi
hingga muncul kutil kelamin adalah sekitar 2 minggu hingga 8
bulan.Pada sebagian besar kasus kutil kelamin muncul sekitar 2-3 bulan
setelah infeksi HPV.Melihat rentang masa inkubasi tersebut, maka kutil
kelamin bisa sudah terlihat bisa juga belum setelah 4 bulan.
d. Pencegahan HPV
Beberapa upaya pencegahan infeksi HPV, antara lain:

31
(1) Vaksinasi untuk membantu mencegah kutil kelamin serta kanker
serviks. Vaksin ini dianjurkan bagi remaja perempuan dan dapat
diberikan sejak usia 10 tahun hingga 26 tahun.
(2) Hindari menyentuh kutil secara langsung.
(3) Segera mencuci tangan dengan sabun apabila tidak sengaja
menyentuh kutil.
(4) Hindari berganti-ganti pasangan dan setialah pada pasangan.
(5) Gunakan kondom setiap kali berhubungan intim.
(6) Menjaga kebersihan, misalnya mengenakan alas kaki di tempat
umum yang lembap dan memakai kaus kaki yang bersih.
(7) Hindari berbagi pemakaian barang pribadi, seperti pisau cukur atau
gunting kuku.
e. Pengobatan HPV
Sebagian besar kasus HPV dapat hilang dengan sendirinya tanpa diobati.
Namun bagi yang telah terdiagnosis mengalami infeksi HPV, terutama
wanita yang mengalami kutil kelamin, dokter kandunganakan
menganjurkan penderita untuk melakukan tes kembali dalam waktu 1
tahun.
Kunjungan ulang ke dokter ini bertujuan untuk mengetahui apakah
penderita masih terinfeksi HPV dan adakah perubahan sel pada serviks
(leher rahim), yang berisiko menimbulkan kanker serviks.
Sedangkan untuk mengobati kutil yang muncul akibat infeksi HPV,
tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter adalah:
(1) Pemberian obat oles
Untuk kutil di kulit, dokter dapat memberikan obat oles yang berisi
asam salisilat.Asam salisilat berfungsi mengikis lapisan kutil secara
bertahap.
(2) Pengangkatan kutil
Jika obat oles tidak berhasil menghilangkan kutil, dokter dapat
melakukan pengangkatan kutil dengan cara:
(a) Krioterapi, yaitu membekukan kutil dengan cairan nitrogen.
(b) Kauter, yaitu pembakaran kutil dengan aliran listrik.
(c) Operasi.

32
(d) Sinar laser.
Berbagai penanganan terhadap kutilini tidak dapat membunuh virus
HPV,  sehingga kutil dapat tumbuh kembali selama virus masih ada di
dalam tubuh. Hingga saat ini tidak ada pengobatan yang dapat membunuh
HPV.HPV dapat hilang dengan sistem kekebalan tubuh yang baik.
f. Komplikasi HPV
Meski demikian, upaya penanganan wajib dilakukan. Karena jika tidak
ditangani dengan baik, infeksi HPV dapat menyebabkan komplikasi
berupa:
(1) Luka pada mulut dan saluran pernapasan atas. Luka ini dapat
timbul di lidah, tenggorokan, laring, atau hidung.
(2) Kanker
Beberapa jenis kanker yang dapat timbul adalah kanker serviks,
kanker anus, dan kanker pada saluran pernapasan atas. Gejala
kanker serviks pada stadium awal biasanya tidak khas, bahkan bisa
tidak bergejala sama sekali.
(3) Gangguan kehamilan dan persalinan. Komplikasi ini bisa terjadi
pada wanita hamil yang menderita infeksi HPV dengan kutil
kelamin. Selain itu, terkadang infeksi HPV juga bisa menimbulkan
kondisi lain, seperti erosi serviks.
Perubahan hormon dapat membuat kutil kelamin menyebar dan
menghalangi jalan lahir.Pada beberapa kasus, kutil tersebut juga
dapat mengalami perdarahan dan menularkan infeksi HPV ke bayi
saat dilahirkan.

4. Hepatitis Virus
a. Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver.Hepatitis bisa disebabkan
oleh infeksi virus, bisa juga disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain,
seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan
tertentu, atau penyakit autoimun.Jika disebabkan oleh infeksi virus,
hepatitis bisa menular.

33
Hepatitis ditandai dengan munculnya gejala berupa demam, nyeri sendi,
nyeri perut kanan, dan penyakit kuning.Hepatitis dapat bersifat akut
(cepat dan tiba-tiba) maupun kronis (perlahan dan bertahap).Jika tidak
ditangani dengan baik, hepatitis dapat menimbulkan komplikasi, seperti
gagal hati, sirosis, atau kanker hati (hepatocellular carcinoma).
b. Penyebab Hepatitis
Hepatitis bisa disebabkan oleh beragam kondisi dan penyakit.Namun,
penyebab yang paling sering adalah infeksi virus. Berikut adalah
beberapa jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus:
- Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A
(HAV).Hepatitis A ditularkan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi feses penderita hepatitis A yang mengandung virus
hepatitis A.
- Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B
(HBV).Hepatitis B dapat  ditularkan melalui kontak langsung
dengan cairan tubuh penderita hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat
menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina,
dan air mani.
- Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C
(HCV).Hepatitis C juga ditularkan melalui cairan tubuh.Penularan
bisa terjadi saat berhubungan seksual tanpa kondom atau
menggunakan jarum suntik bekas penderita hepatitis C. Jika ibu
hamil menderita hepatitis C, bayinya dapat tertular penyakit ini saat
melewati jalan lahir ketika persalinan.
- Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D
(HDV).Hepatitis D merupakan jenis hepatitis yang jarang terjadi,
tetapi bisa bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang
biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D
ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
- Hepatitis E
34
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E
(HEV).Hepatitis E mudah menular pada lingkungan yang memiliki
sanitasi yang buruk.Salah satunya melalui kontaminasinya pada
sumber air.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh
beberapa hal kondisi berikut:
- Konsumsi alkohol secara berlebihan
Konsumsi alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan
pada hati (hepatitis) dan menimbulkan kerusakan permanen pada
sel-sel hati, sehingga fungsi hati akan terganggu. Jika dibiarkan,
kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal hati dan sirosis.
- Obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga
dapat menyebabkan peradangan pada hati.Kondisi ini disebut toxic
hepatitis.
- Penyakit autoimun
Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem
imun tubuh secara keliru menyerang sel-sel hati sehingga
menimbulkan peradangan dan kerusakan sel.
c. Gejala Hepatitis
Pada tahap awal, penderita hepatitis biasanya tidak merasakan gejala apa
pun, sampai akhirnya penyakit ini menyebabkan kerusakan dan gangguan
fungsi hati. Pada hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus, gejala
hepatitisakan muncul setelah penderita melewati masa inkubasi. Masa
inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda, yaitu sekitar 2 minggu
sampai 6 bulan.
Berikut adalah beberapa gejala umum yang muncul pada penderita
hepatitis:
(1) Mual
(2) Muntah
(3) Demam
(4) Kelelahan
(5) Feses berwarna pucat

35
(6) Urine berwarna gelap
(7) Nyeri perut
(8) Nyeri sendi
(9) Kehilangan nafsu makan
(10) Penurunan berat badan
(11) Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan atau penyakit
kuning
d. Pengobatan Hepatitis
Pengobatan hepatitis akan disesuaikan dengan jenis hepatitis, tingkat
keparahan infeksi, serta kondisi pasien. Hepatitis akibat infeksi virus bisa
sembuh dengan sendirinya jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh
yang baik.Pengobatan hepatitis akibat infeksi virus bertujuan untuk
mengatasi infeksi, meredakan gejala, dan mencegah terjadinya
komplikasi.
Secara umum, pengobatan yang dilakukan meliputi:
1). Pemberian obat interferon
Meski beberapa jenis hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan
sendirinya, pemberian obat-obatan perlu dilakukan ketika jumlah virus
penyebab hepatitis cukup banyak. Dokter akan memberikan obat
interferon untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegahnya
kambuh. Obat ini biasanya diberikan melalui infus setiap minggu selama
1 tahun.
2). Pemberian obat imunosupresan
Untuk mengatasi hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun,
dokter dapat memberikan obat imunosupresan, terutama golongan
kortikosteroid, seperti prednisone dan budesonide.Selain itu, pasien
penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine,
mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.
3). Pemberian obat antivirus
Pada beberapa kondisi, misalnya pada hepatitis B atau hepatitis C yang
kronis, dokter juga bisa memberikan obat antivirus, seperti entecavir,
famciclovir, lamivudine,  ritonavir, ribavirin, atau tenofovir. Obat-obatan

36
ini bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan virus dengan
mekanisme yang berbeda-beda.
4). Transplantasi hati
Bila hepatitis sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, dokter
mungkin akan menyarankan transplantasi hati atau penggantian hati.
Melalui prosedur ini, hati penderita hepatitis yang rusak akan diganti
dengan hati yang sehat dari pendonor.
Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan hepatitis
sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan baik.
Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari selama masa
penyembuhan hingga gejala mereda.
Selain itu, penderita hepatitis tidak boleh mengonsumsi alkohol, terutama
jika hepatitisnya disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih. Jika
penyebabnya adalah penggunaan obat-obatan tertentu, dokter akan
melakukan penghentian atau penggantian obat agar peradangan hati tidak
semakin parah.
e. Pencegahan Hepatitis
Anda dapat menurunkan risiko terjadinya hepatitis dengan melakukan
beberapa langkah berikut:
(1) Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, terutama setelah
beraktivitas di luar ruangan dan sebelum makan.
(2) Lakukan hubungan seks yang aman, misalnya dengan
menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan.
(3) Hindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat
gigi atau handuk, termasuk juga peralatan makan.
(4) Jaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan
bergizi, berolahraga secara teratur, dan beristirahat yang cukup.
(5) Jangan mengonsumsi alkohol dan NAPZA.
(6) Hindari mengonsumsi makanan yang belum dimasak hingga
matang dan air minum yang tidak terjamin kebersihannya atau
belum direbus hingga mendidih.
(7) Lakukan vaksinasi hepatitis sesuai jadwal yang diberikan oleh
dokter.

37
C) Infeksi Protozoa
1. TRICHOMONAS VAGINALIS
a) Pengertian
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
parasit Trichomonas vaginalis.Trikomoniasis dapat dicegah dengan
perilaku seksual yang aman, yaitu tidak bergonta-ganti pasangan seksual
dan menggunakan kondom.
Trikomoniasis menular melalui hubungan seksual. Selain hubungan
seksual, berbagi pakai alat bantu seks dengan penderita trikomoniasis juga
dapat menularkan penyakit ini. Penyakit trikomoniasis sering kali tidak
menimbulkan gejala. Walaupun tanpa gejala, seseorang yang menderita
trikomoniasis tetap dapat menularkannya kepada orang lain.
b) Penyebab
Penyebab Trikomoniasis
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis, yang
menyebar melalui hubungan seksual. Parasit ini juga bisa menular lewat
berbagi pakai alat bantu seks yang tidak dibersihkan terlebih dahulu.
Risiko trikomoniasis akan meningkat pada seseorang yang:
1. Sering bergonti-ganti pasangan seksual.
2. Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
3. Pernah menderita trikomoniasis.
4. Pernah menderita penyakit menular seksual.
5. Parasit ini tidak bisa menular melalui seks oral, seks anal, ciuman,
dudukan kloset, atau berbagi pakai alat makan.
c) Gejala Trikomoniasis
Kebanyakan penderita trikomoniasis tidak merasakan gejala apapun.
Meski begitu, penderita tetap bisa menularkan trikomoniasis ke orang lain.
Bila terdapat gejala, biasanya keluhan akan muncul 5-28 hari setelah
terinfeksi.
Pada wanita, trikomoniasis dapat ditandai dengan gejala berikut:
1.Keputihan yang banyak dan berbau amis.

38
2.Keputihan berwarna kuning kehijauan, bisa kental atau encer, serta
berbusa.
3.Gatal yang disertai rasa terbakar dan kemerahan di area vagina.
4.Nyeri saat berhubungan seksual atau saat buang air kecil.
Pada pria, gejala trikomoniasis yang muncul dapat berupa:
1.Sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung penis.
2.Keluar cairan putih dari penis.
3.Nyeri saat buang air kecil atau setelah ejakulasi.
4.Lebih sering buang air kecil dari biasanya.
d) Pengobatan
Untuk mengobati trikomoniasis, dokter akan meresepkan metronidazole.
Obat dapat diminum sebagai dosis tunggal dan besar, atau dikonsumsi 2
kali sehari, selama 5-7 hari, dengan dosis yang lebih kecil.
Selama masa pengobatan, pasien dilarang berhubungan seksual sampai
dinyatakan sembuh oleh dokter. Pasien juga harus menghindari konsumsi
minuman beralkohol 24 jam setelah mengonsumsi metronidazole, karena
bisa menyebabkan mual dan muntah.
Trikomoniasis biasanya sembuh dalam tujuh hari. Meski demikian,
penderita perlu periksa kembali ke dokter dalam 3 minggu hingga 3 bulan
setelah pengobatan, untuk memastikan dirinya tidak terinfeksi kembali.
e) Pencegahan Trikomoniasis
1. Guna mengurangi risiko terinfeksi trikomoniasis dan penyakit
menular seksual lainnya, lakukanlah beberapa langkah di bawah
ini:
2. Tidak bergonta-ganti pasangan seksual.
3. Menggunakan kondom saat berhubungan intim.
4. Tidak berbagi pakai alat bantu seks, dan membersihkannya setiap
selesai digunakan
D) Infeksi Jamur
1. CANDIDA ALBICANS
a) Pengertian
Candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh
jamur Candida albicans.Infeksi jamur ini biasanya terjadi di kulit, mulut,

39
dan organ intim.Jika tidak mendapatkan penanganan, infeksi akibat jamur
ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain, seperti usus, ginjal, jantung, dan
otak.
b) Gejala Candidiasis
Penderita candidiasis memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada
lokasi infeksinya. Berikut adalah beberapa gejala candidiasis yang dibagi
berdasarkan bagian tubuh yang terserang:
1.Candidiasis mulut (thrush)
- Bercak putih atau kuning di lidah, bibir, gusi, langit-langit mulut, dan
pipi bagian dalam
- Kemerahan di mulut dan tenggorokan
- Kulit pecah-pecah di sudut mulut
- Rasa nyeri saat menelan
2. Candidiasis vulvovaginal
- Rasa gatal yang ekstrem di vagina
- Rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil
- Rasa tidak nyaman selama berhubungan seks
- Pembengkakan pada vagina dan vulva
- Keputihan yang menggumpal
3. Candidiasis kulit (cutaneous candidiasis)
- Ruam yang gatal di lipatan kulit, seperti ketiak, selangkangan, sela
jari, atau di bawah payudara
- Kulit yang kering dan pecah-pecah
- jika terjadi infeksi sekunder (infeksi kuman lain termasuk bakteri
pada area kulit)
c) Penyebab dan Faktor Risiko Candidiasis
Pada keadaan normal, jamur candida memang hidup di kulit dan beberapa
bagian tubuh, seperti mulut, tenggorokan, saluran cerna, dan vagina, tanpa
menyebabkan gangguan kesehatan.
Namun, jika jamur candida berkembang biak tanpa terkontrol atau masuk
aliran darah, ginjal, jantung, dan otak, hal ini dapat berbahaya bagi tubuh.

40
Pertumbuhan dan perkembangan jamur candida yang tidak terkendali
paling sering disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Beberapa kondisi yang bisa melemahkan daya tahan tubuh adalah:
1. Menderita diabetes, HIV/AIDS, kanker, atau menjalani kemoterapi
2. Menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka yang lama
3. Menggunakan antibiotik dalam jangka waktu yang lama
4. Menderita obesitas atau malnutrisi
Selain itu, beberapa faktor berikut juga bisa meningkatkan risiko
terjadinya candidiasis pada kulit dan area kelamin:
1. Cuaca yang hangat dan lembap
2. Kebiasaan jarang mengganti pakaian dalam
3. Kebiasaan menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat
4. Kebersihan pribadi yang buruk
d)Pengobatan dan Pencegahan Candidiasis
Tujuan pengobatan candidiasis adalah untuk mengatasi infeksi dan
mencegah terjadinya komplikasi. Saat sudah didiagnosis mengalami
candidiasis, dokter akan memberikan obat antijamur, sesuai dengan lokasi
dan tingkat keparahan infeksi.
e) Pencegahan Candidiasis
Candidiasis dapat dicegah dengan menjaga kebersihan pribadi dan sistem
kekebalan tubuh. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:
1.Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan rutin menggosok gigi dan
melakukan pemeriksaan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali
2. Hentikan kebiasaan merokok.
3. Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat
4. Ganti pakaian, pakaian dalam, dan kaos kaku, secara teratur.
5. Ganti pembalut secara rutin saat menstruasi.
6. Konsumsi makanan bergizi seimbang dan probiotik.
7. Bersihkan area vagina dengan air mengalir, serta hindari
penggunaan panty liner dan sabun pembersih kewanitaan tanpa
anjuran dokter.

41
8. Lakukan kontrol rutin ke dokter, jika Anda menderita penyakit yang
bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes, kanker,
atau HIV/AIDS.
9. Kontrol rutin juga perlu dilakukan bila Anda menjalani kemoterapi
atau menggunakan obat kortikosteroid untuk waktu yang lama.
10. Jangan menggunakan obat kortikosteroid dan antibiotik di luar
anjuran dokter.

E) Infeksi Parasit
1. PTHIRUS PUBIS
a) pengertian
Kutu kemaluan atau Pthirus pubis adalah serangga parasit kecil yang dapat
menempati area berambut di tubuh manusia, terutama di rambut kemaluan.
Parasit ini hidup dengan cara menghisap darah melalui kulit dan dapat
menimbulkan rasa gatal pada area yang dijangkitinya.
b) Penyebab Kutu Kemaluan
Kutu kemaluan umumnya menular melalui kontak langsung dengan orang
yang terjangkit, terutama kontak langsung yang intim, seperti hubungan
seksual.Selain itu, kutu kemaluan juga dapat menular melalui barang-
barang yang terkontaminasi, seperti seprai, selimut, handuk, dan pakaian.
Pada anak-anak, penularan kutu kemaluan dapat terjadi ketika anak tidur
di atas kasur yang sudah terpapar parasit ini dari orang yang terjangkit.
Karena rambut kemaluan belum tumbuh, umumnya kutu kemaluan pada
anak-anak bersarang di bulu mata dan alis.
Kutu kemaluan harus hidup pada kulit manusia dan tidak akan menular
dengan meloncat ke tubuh orang lain. Jika terlepas atau jatuh dari rambut,
kutu kemaluan akan mati dalam waktu 1–2 hari.
c) Gejala Kutu Kemaluan
Gejala akibat terjangkit kutu kemaluan biasanya mulai muncul setelah 5
hari kutu menempati area tubuh. Gejala yang dapat muncul antara lain:
 Rasa gatal pada kulit, terutama pada malam hari, akibat
reaksi alergi terhadap air liur kutu
 Bintik kecil berwarna biru keunguan pada kulit bekas gigitan kutu

42
 Bintik cokelat pada pakaian dalam, yang merupakan kotoran kutu
kemaluan
 Telur kutu pada pangkal rambut atau kutu pada rambut-rambut terlihat
 Demam ringan
d) Pencegahan Kutu Kemaluan
Berikut ini adalah beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk
mengurangi risiko tertular kutu kemaluan:
 Hindari berbagi penggunaan barang pribadi, seperti handuk dan
pakaian.
 Hindari melakukan hubungan seksual yang tidak sehat, seperti sering
berganti-ganti pasangan.
 Cuci seprai, handuk, dan pakaian dengan air panas secara berkala,
idealnya 1–2 minggu sekali.
 Bersihkan kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi, dan area di
rumah yang sering ditempati secara rutin.
 Jika terjangkit kutu kemaluan, jangan dulu berhubungan seksual
hingga dinyatakan sembuh oleh dokter, dan ajak pasangan untuk
memeriksakan diri ke dokter.
2. SARCOPTES SCABIEI
a) Pengertian
Kudis adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya rasa sangat gatal di
kulit, terutama pada malam hari, disertai dengan timbulnya ruam bintik-
bintik menyerupai jerawat atau lepuhan kecil bersisik.Kondisi ini
merupakan dampak dari adanya tungau yang hidup dan bersarang di kulit.
Jumlah tungau yang terdapat di kulit penderita kudis berkisar 10-15 ekor,
dan dapat berkembang biak hingga berjumlah jutaan, dan menyebar ke
bagian tubuh lain, jika tidak mendapatkan penanganan tepat, tungau.
Kudis merupakan penyakit yang mudah menular, baik secara kontak
langsung atau tidak.Maka dari itu, jika telah merasakan gejala-gejala
kudis, dianjurkan untuk segera menemui dokter.
b) Penyebab Kudis
Kudis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau tersebut
membuat lubang menyerupai terowongan pada kulit untuk dijadikan

43
sarang. Mereka bertahan hidup dengan menjadi benalu di kulit manusia,
dan akan mati dalam beberapa hari tanpa manusia.
Penularan tungau Sarcoptes scabiei terjadi melalui 2 cara, yaitu:
 Kontak langsung, seperti melalui pelukan atau berhubungan seksual.
Berjabat tangan hanya memiliki potensi kecil menularkan tungau.
 Tidak langsung, misalnya berbagi peggunaan pakaian atau tempat
tidur dengan orang yang menderita kudis.
c) Gejala Kudis
Kudis ditandai dengan munculnya rasa gatal hebat, terutama saat malam
hari, disertai timbulnya ruam bintik-bintik menyerupai jerawat.Ruam yang
muncul juga dapat berupa lepuhan kecil dan bersisik.
d) Pengobatan Kudis
Penting untuk diketahui bahwa gejala dapat terasa memburuk di awal
pengobatan.Hal itu tergolong wajar. Gejala akan mulai berkurang setelah
satu minggu pengobatan, dan sembuh sepenuhnya setelah 4 minggu
pengobatan.
Pasien dapat melakukan perawatan sederhana di rumah guna mengurangi
rasa gatal yang timbul akibat kudis. Di antaranya:
 Berendam di air dingin, atau menempelkan kain basah pada area kulit
yang bermasalah.
 Menggunakan losion kalamin. Namun, konsultasikan terlebih dahulu
mengenai penggunaannya dengan dokter.
e) Pencegahan Kudis
Cara paling ampuh untuk mencegah kudis adalah dengan menjaga diri
agar tidak terpapar tungau Sarcoptes scabiei, baik melalui kontak
langsung dengan penderita atau secara tidak langsung.
Sedangkan bagi penderita, lakukanlah hal-hal berikut ini untuk mencegah
kudis menulari orang lain:
 Bersihkan semua pakaian atau barang pribadi menggunakan sabun dan
air hangat. Lalu, keringkan di udara yang panas.
 Bungkus dengan plastik barang yang berpotensi terkontaminasi
tungau, namun tidak bisa dicuci. Lalu, letakkan di tempat yang jauh

44
dari jangkauan. Tungau yang terdapat di barang tersebut akan mati
dalam beberapa hari
2. CANDIDA ALBICANS
a) Pengertian
Candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh
jamur Candida albicans.Infeksi jamur ini biasanya terjadi di kulit, mulut,
dan organ intim.Jika tidak mendapatkan penanganan, infeksi akibat jamur
ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain, seperti usus, ginjal, jantung, dan
otak.
Candidiasis dapat dialami oleh siapa saja.Namun, orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah lebih berisiko terkena infeksi ini.Beberapa
penyakit yang bisa menyebabkan turunnya kekebalan tubuh adalah
diabetes, kanker, dan HIV/AIDS.
b) Gejala Candidiasis
Penderita candidiasis memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada
lokasi infeksinya.Berikut adalah beberapa gejala candidiasis yang dibagi
berdasarkan bagian tubuh yang terserang.
1.Candidiasis mulut (thrush)
a. Bercak putih atau kuning di lidah, bibir, gusi, langit-langit mulut,
dan pipi bagian dalam
b. Kemerahan di mulut dan tenggorokan
c. Kulit pecah-pecah di sudut mulut
d. Rasa nyeri saat menelan
2. Candidiasis vulvovaginal
a. Rasa gatal yang ekstrem di vagina
b. Rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil
c. Rasa tidak nyaman selama berhubungan seks
d. Pembengkakan pada vagina dan vulva
e. Keputihan yang menggumpal
3. Candidiasis kulit (cutaneous candidiasis)
a. Ruam yang gatal di lipatan kulit, seperti ketiak, selangkangan, sela
jari, atau di bawah payudara
b. Kulit yang kering dan pecah-pecah

45
c. jika terjadi infeksi sekunder (infeksi kuman lain termasuk bakteri
pada area kulit)
c) Penyebab dan Faktor Risiko Candidiasis
Pada keadaan normal, jamur candida memang hidup di kulit dan
beberapa bagian tubuh, seperti mulut, tenggorokan, saluran cerna, dan
vagina, tanpa menyebabkan gangguan kesehatan.
Namun, jika jamur candida berkembang biak tanpa terkontrol atau
masuk aliran darah, ginjal, jantung, dan otak, hal ini dapat berbahaya
bagi tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan jamur candida yang tidak terkendali
paling sering disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Beberapa kondisi yang bisa melemahkan daya tahan tubuh adalah:
1. Menderita diabetes, HIV/AIDS, kanker, atau menjalani kemoterapi
2. Menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka yang lama
3. Menggunakan antibiotik dalam jangka waktu yang lama
4. Menderita obesitas atau malnutrisi
Selain itu, beberapa faktor berikut juga bisa meningkatkan risiko
terjadinya candidiasis pada kulit dan area kelamin:
1. Cuaca yang hangat dan lembap
2. Kebiasaan jarang mengganti pakaian dalam
3. Kebiasaan menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat
4. Kebersihan pribadi yang bur
d) Pengobatan dan Pencegahan Candidiasis
Tujuan pengobatan candidiasis adalah untuk mengatasi infeksi dan
mencegah terjadinya komplikasi. Saat sudah didiagnosis mengalami
candidiasis, dokter akan memberikan obat antijamur, sesuai dengan lokasi
dan tingkat keparahan infeksi.
e) Pencegahan Candidiasis
Candidiasis dapat dicegah dengan menjaga kebersihan pribadi dan sistem
kekebalan tubuh. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:
1. Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan rutin menggosok gigi dan
melakukan pemeriksaan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali
2. Hentikan kebiasaan merokok.

46
3. Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat
4. Ganti pakaian, pakaian dalam, dan kaos kaku, secara teratur.
5. Ganti pembalut secara rutin saat menstruasi.
6. Konsumsi makanan bergizi seimbang dan probiotik.
7. Bersihkan area vagina dengan air mengalir, serta hindari penggunaan
panty liner dan sabun pembersih kewanitaan tanpa anjuran dokter.
8. Lakukan kontrol rutin ke dokter, jika Anda menderita penyakit yang bisa
melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes, kanker, atau
HIV/AIDS.
9. Kontrol rutin juga perlu dilakukan bila Anda menjalani kemoterapi atau
menggunakan obat kortikosteroid untuk waktu yang lama.
10. Jangan menggunakan obat kortikosteroid dan antibiotik di luar anjuran dokter.

F) Infestasi Parasit
1. PTHIRUS PUBIS
a) pengertian
Kutu kemaluan atau Pthirus pubis adalah serangga parasit kecil yang dapat
menempati area berambut di tubuh manusia, terutama di rambut kemaluan.
Parasit ini hidup dengan cara menghisap darah melalui kulit dan dapat
menimbulkan rasa gatal pada area yang dijangkitinya.
b) Penyebab Kutu Kemaluan
Kutu kemaluan umumnya menular melalui kontak langsung dengan orang
yang terjangkit, terutama kontak langsung yang intim, seperti hubungan
seksual.Selain itu, kutu kemaluan juga dapat menular melalui barang-
barang yang terkontaminasi, seperti seprai, selimut, handuk, dan pakaian.
Pada anak-anak, penularan kutu kemaluan dapat terjadi ketika anak tidur
di atas kasur yang sudah terpapar parasit ini dari orang yang terjangkit.
Karena rambut kemaluan belum tumbuh, umumnya kutu kemaluan pada
anak-anak bersarang di bulu mata dan alis.
Kutu kemaluan harus hidup pada kulit manusia dan tidak akan menular
dengan meloncat ke tubuh orang lain. Jika terlepas atau jatuh dari rambut,
kutu kemaluan akan mati dalam waktu 1–2 hari.
c) Gejala Kutu Kemaluan

47
Gejala akibat terjangkit kutu kemaluan biasanya mulai muncul setelah 5
hari kutu menempati area tubuh. Gejala yang dapat muncul antara lain:
 Rasa gatal pada kulit, terutama pada malam hari, akibat
reaksi alergi terhadap air liur kutu
 Bintik kecil berwarna biru keunguan pada kulit bekas gigitan kutu
 Bintik cokelat pada pakaian dalam, yang merupakan kotoran kutu
kemaluan
 Telur kutu pada pangkal rambut atau kutu pada rambut-rambut terlihat
 Demam ringan
d) Pencegahan Kutu Kemaluan
Berikut ini adalah beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk
mengurangi risiko tertular kutu kemaluan:
 Hindari berbagi penggunaan barang pribadi, seperti handuk dan
pakaian.
 Hindari melakukan hubungan seksual yang tidak sehat, seperti sering
berganti-ganti pasangan.
 Cuci seprai, handuk, dan pakaian dengan air panas secara berkala,
idealnya 1–2 minggu sekali.
 Bersihkan kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi, dan area di
rumah yang sering ditempati secara rutin.
 Jika terjangkit kutu kemaluan, jangan dulu berhubungan seksual
hingga dinyatakan sembuh oleh dokter, dan ajak pasangan untuk
memeriksakan diri ke dokter.
2. SARCOPTES SCABIEI
a) Pengertian
Kudis adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya rasa sangat gatal di
kulit, terutama pada malam hari, disertai dengan timbulnya ruam bintik-
bintik menyerupai jerawat atau lepuhan kecil bersisik.Kondisi ini
merupakan dampak dari adanya tungau yang hidup dan bersarang di kulit.
Jumlah tungau yang terdapat di kulit penderita kudis berkisar 10-15 ekor,
dan dapat berkembang biak hingga berjumlah jutaan, dan menyebar ke
bagian tubuh lain, jika tidak mendapatkan penanganan tepat, tungau.

48
Kudis merupakan penyakit yang mudah menular, baik secara kontak
langsung atau tidak.Maka dari itu, jika telah merasakan gejala-gejala
kudis, dianjurkan untuk segera menemui dokter.
b) Penyebab Kudis
Kudis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau tersebut
membuat lubang menyerupai terowongan pada kulit untuk dijadikan
sarang. Mereka bertahan hidup dengan menjadi benalu di kulit manusia,
dan akan mati dalam beberapa hari tanpa manusia.
Penularan tungau Sarcoptes scabiei terjadi melalui 2 cara, yaitu:
 Kontak langsung, seperti melalui pelukan atau berhubungan seksual.
Berjabat tangan hanya memiliki potensi kecil menularkan tungau.
 Tidak langsung, misalnya berbagi peggunaan pakaian atau tempat
tidur dengan orang yang menderita kudis.
c) Gejala Kudis
Kudis ditandai dengan munculnya rasa gatal hebat, terutama saat malam
hari, disertai timbulnya ruam bintik-bintik menyerupai jerawat.Ruam yang
muncul juga dapat berupa lepuhan kecil dan bersisik.
d) Pengobatan Kudis
Penting untuk diketahui bahwa gejala dapat terasa memburuk di awal
pengobatan.Hal itu tergolong wajar. Gejala akan mulai berkurang setelah
satu minggu pengobatan, dan sembuh sepenuhnya setelah 4 minggu
pengobatan.
Pasien dapat melakukan perawatan sederhana di rumah guna mengurangi
rasa gatal yang timbul akibat kudis. Di antaranya:
 Berendam di air dingin, atau menempelkan kain basah pada area kulit
yang bermasalah.
 Menggunakan losion kalamin. Namun, konsultasikan terlebih dahulu
mengenai penggunaannya dengan dokter.
e) Pencegahan Kudis
Cara paling ampuh untuk mencegah kudis adalah dengan menjaga diri
agar tidak terpapar tungau Sarcoptes scabiei, baik melalui kontak
langsung dengan penderita atau secara tidak langsung.

49
Sedangkan bagi penderita, lakukanlah hal-hal berikut ini untuk mencegah
kudis menulari orang lain:
 Bersihkan semua pakaian atau barang pribadi menggunakan sabun dan
air hangat. Lalu, keringkan di udara yang panas.
 Bungkus dengan plastik barang yang berpotensi terkontaminasi
tungau, namun tidak bisa dicuci. Lalu, letakkan di tempat yang jauh
dari jangkauan. Tungau yang terdapat di barang tersebut akan mati
dalam beberapa hari
1. Patogen Penyebab dan Jenis IMS yangDisebabkan

No PATOGEN MANIFESTASI KLINIS DAN


. PENYAKIT YANG
DITIMBULKAN
Infeksi Bakteri
a. Neisseria GONORE
gonorrhoeae Laki-laki: uretritis,
epididimitis, orkitis,
kemandulan Perempuan:
servisitis, endometritis,
salpingitis, bartolinitis,
penyakitradang panggul,
kemandulan, ketuban pecah
dini, perihepatitis
Laki-laki & perempuan:
proktitis, faringitis, infeksi
gonokokus diseminata
Neonatus: konjungtivitis,
kebutaan
b. Chlamydia KLAMIDIOSIS (INFEKSI
trachomatis KLAMIDIA)
Laki-laki: uretritis,
epididimitis, orkitis,
kemandulan Perempuan:

50
servisitis, endometritis,
salpingitis, penyakit radang
panggul,
kemandulan, ketuban
pecah dini, perihepatitis,
umumnya asimtomatik
Laki-laki & perempuan:
proktitis, faringitis, sindrom
Reiter
Neonatus: konjungtivitis,
pneumonia
c. Chlamydia LIMFOGRANULOMA
trachomatis VENEREUM
(galur L1- Laki-laki & perempuan:
L3) ulkus, bubo inguinalis,
proktitis
d. Treponema SIFILIS
pallidum Laki-laki & perempuan: ulkus
durum dengan pembesaran
kelenjar getah bening lokal,
erupsi kulit, kondiloma lata,
kerusakan tulang,
kardiovaskular dan neurologis
Perempuan: abortus, bayi lahir
mati, kelahiran prematur
Neonatus: lahir mati, sifilis
kongenital
e. Haemophilus CHANCROID (ULKUS
ducreyi MOLE)
Laki-laki & perempuan:
ulkus genitalis yang nyeri,
dapat disertai dengan Bubo
f. Klebsiella GRANULOMA INGUINALE

51
(Calymmatob (DONOVANOSIS)
acterium) Laki-laki & perempuan:
granulomatis pembengkakan kelenjar
getah bening dan lesi
ulseratif didaerah
inguinal, genitalia dan
anus.
g. Mycoplasma Laki-laki: duh tubuh uretra
genitalium (uretritis non-gonore)
Perempuan: servisitis
dan uretritis non-gonore,
mungkin penyakit
radang Panggul

h. Ure Laki-laki: duh tubuh uretra


apl (uretritis non-gonokokus)
as Perempuan: servisitis dan
ma uretritis non-gonokokus,
ure mungkin penyakit
alyt radang panggul
icu
m
INFEKSI VIRUS
i. Human INFEKSI HIV /
Immunede ACQUIRED
ficiency IMMUNEDEFICIENCY
Virus SYNDROME (AIDS)
(HIV) Laki-laki & perempuan:
penyakit yang berkaitan
dengan infeksi HIV, AIDS
j. Herpes HERPES GENITALIS
simplex Laki-laki & perempuan: lesi
virus (HSV) vesikular dan/atau ulseratif
52
tipe2 dan tipe 1 didaerah genitalia
dan anus
Neonatus: herpes neonates
k. Human KUTIL KELAMIN
papillomaviru Laki-laki: kutil di
s (HPV) daerah penis dan anus,
kanker penis dan anus
Perempuan: kutil di
daerah vulva, vagina,
anus, dan serviks; kanker
serviks,
vulva, dan anus
Neonatus: papiloma larings
l. Virus hepatitis B HEPATITIS VIRUS
Laki-laki & perempuan:
hepatitis akut, sirosis
hati, kanker hati
m. Virus MOLUSKUM
molusku KONTAGIOSUM
m Laki-laki &
kontagi perempuan: papul
osum multipel, diskret,
berumbilikasi di
daerah
genitalia atau generalisata
INFEKSI PROTOZOA
n. Trichomonas TRIKOMONIASIS
vaginalis Laki-laki: uretritis non-
gonokokus, seringkali
asimtomatik
Perempuan: vaginitis
dengan duh tubuh
yangbanyak danberbusa,

53
kelahiran prematur
Neonatus: bayi dengan berat
badan lahir rendah
INFEKSI JAMUR
o. Candida KANDIDIASIS
albicans Laki-laki: infeksi di daerah
glans penis
Perempuan: vulvo-vaginitis
dengan duh tubuh vagina
bergumpal, disertai
rasa gatal & terbakar di
daerah vulva
p. INFESTASI
PARASIT
q. Phthirus pubis PEDIKULOSIS PUBIS
Laki-laki &
perempuan: papul
eritematosa,gatal,
terdapat kutu dan telur
di
rambut pubis
r. Sarcoptes SKABIES
scabiei Papul gatal, di tempat
predileksi, terutama
malamhari

2. Penanganan KasusIMS
Penanganan kasus IMS merupakan layanan pada seorang dengan
sindrom yang berhubungan dengan IMS, atau dengan hasil positif pada
pemeriksaan laboratorium untuk satu atau lebih IMS. Komponen
penanganan kasus IMS harus dilakukan secara paripurna meliputi:
anamnesis, pemeriksaan klinis, diagnosis yang tepat, pengobatan dini

54
dan efektif, edukasi pasien, penyediaan dan anjuran untuk menggunaan
kondom, notifikasi dan penanganan pasangan seksnya.
Dengan demikian, penanganan kasus yang efektif, tidak hanya terdiri
dari terapi antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan mengurangi
penularan, namun secara menyeluruh dan meliputi layanan terhadap
kesehatan reproduksi pasien.
3. Pemeriksaan Pasien IMS
Penatalaksanaan pasien IMS yang efektif, tidak terbatas hanya pada
pengobatan antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan
menurunkan tingkat penularan namun juga memberikan pelayanan
paripurna yang dibutuhkan untuk mencapai derajat kesehatan reproduksi
yang baik. Komponen penatalaksanaan IMSmeliputi:
a. anamnesis tentang riwayat infeksi/penyakit
Untuk menggali faktor risiko perlu ditanyakan beberapa hal tersebut
di bawah ini. Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO (World
Health Organization) di beberapa negara (di Indonesia masih belum
diteliti), pasien akan dianggap berperilaku berisiko tinggi bila terdapat
jawaban “ya” untuk satu atau lebih pertanyaan di bawah ini:
1. Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulanterakhir
2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulanterakhir
3. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulanterakhir.
4. Perilaku pasangan seksual berisikotinggi.
Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien:
1. Keluhanutama
2. Keluhantambahan
3. Riwayat perjalananpenyakit
4. Siapa menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria penjaja seks,
teman, pacar,suami/isteri
5. Kapan kontak seksual tersangkadilakukan
6. Jenis kelamin pasanganseksual
7. Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital,anogenital)
8. Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu)
9. Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukandokter/sendiri)

55
10. Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya – menjelang/sesudahhaid;
11. kelelahan fisik/psikis; penyakit: diabetes, tumor, keganasan,lain-lain);
12. penggunaan obat: antibiotika, kortikosteroid, kontrasepsi); pemakaianalat
13. kontrasepssi dalam rahim (AKDR); rangsangan seksual; kehamilan;
kontak seksual
14. Riwayat IMS sebelumnya danpengobatannya
15. Hari terakhirhaid
16. Nyeri perut bagianbawah
17. Cara kontrasepsi yang digunakan dan mulaikapan
b. pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan,
Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan
sekitarnya, yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup
terang .Lampu sorot tambahan diperlukan untuk pemeriksaan pasien
perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan
terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedic
perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki- laki, dapat
didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri
penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan:
1) Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya,
pemeriksa harus selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa
mencuci tangan sebelum dan sesudahmemeriksa.
2) Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan
pemeriksaan genitalia (pada keadaan tertentu, kadang–kadang pasien
harus membuka seluruh pakaiannya secarabertahap).
3) Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik
dalam posisilitotomi.
4) Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan palpasi
mons pubis, labia, dan perineum Periksa daerah genitalia luar dengan
memisahkan ke dualabia,
5) perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa,
atau duh tubuh

56
Pasien perempuan dengan duh tubuh vagina
a. Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan
dengan spekulum serta pengambilanspesimen
1) Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan
agar pasien tidak merasatakut
2) Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi
larutanNaCl
3) Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril
(sesuaikan ukuran spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam),
swab atau sengkelit steril
4) Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi
tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian
putar pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal.
Buka spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks.
Kunci spekulum pada posisi itu sehingga serviksterfiksasi,
5) Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan
spesimen
a) Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian
ambil spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron™
steril untuk pembuatan sediaan hapus, dengan swab Dacron™ yang lain
dibuat sediaan biakan,
b) Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk
pembuatan sediaan basah, dan lakukan tesamin
c) Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan
hapus,
d) Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaanhapus
6) Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga
speculum dalam posisi tertutup, putar spekulum 90o sehingga daun
spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan spekulum perlahan-lahan.
b. Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan
pemeriksaan dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya
sehingga bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari
vagina dan uretra. Untuk pasien perempuan yang belum menikah namun

57
sudah aktif berhubungan seksual, diperlukan informed consent sebelum
melakukan pemeriksaan dengan spekulum. Namun bila pasien menolak
pemeriksaan dengan spekulum, pasien ditangani menggunakan bagan
alur tanpa spekulum.
c. diagnosis yang tepat,
d. pengobatan yangefektif,
e. nasehat yang berkaitan dengan perilakuseksual,
Pemeriksaan Sperma Luar
Semua spesimen semen merupakan reservoir yang potensial untuk virus
HIV dan hepatitis, dan tindakan pencegahan standar harus diamati setiap
saat selama analisis.
Spesimen dibuang sebagai limbah biohazard.Analisis semen untuk evaluasi
fertilitas terdiri dari pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. Parameter
yang dilaporkan meliputi penampilan, volum, viskositas, pH, konsentrasi
dan jumlah sperma, motilitas, dan morfologi (Strasinger KS, Lorenzo SM.
2014)
Upaya KIE tentang IMS penting dilakukan, mengingat salah satu
tujuan program penanggulangan HIV/AIDS ialah perubahan perilaku
yang berhubungan erat dengan penyebaran IMS.Untuk melakukan
kegiatan ini perlu disediakan satu ruangan khusus yang dapat
merahasiakan pembicaraan antara pasien dan penyuluh atau
konselor.Tujuan konseling adalah untuk membantu pasien mengatasi
masalah yang dihadapi pasien sehubungan dengan IMS yang dideritanya,
sedangkan KIE bertujuan agar pasien mau mengubah perilaku seksual
berisiko menjadi perilaku seksual aman.Kedua pengertian ini perlu
dipahami denganbenar.
Pada umumnya pasien IMS, membutuhkan penjelasan tentang
penyakit, jenis obat yang digunakan, dan pesan-pesan lain yang bersifat
umum.Penjelasan dokter diharapkan dapat mendorong pasien untuk mau
menuntaskan pengobatan dengan benar.Dalam memberikan penjelasan,
dokter atau perawat sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dan dimengerti oleh pasien, dan bila dianggap perlu dapat
digunakan istilah-istilah setempat.

58
c. Beberapa pesan KIE IMS yang perlu disampaikan:
1) Mengobati sendiri cukupberbahaya
2) IMS umumnya ditularkan melalui hubunganseksual.
3) IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularanHIV.
4) IMS harus diobati secara paripurna dantuntas.
5) Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS danHIV.
6) Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS denganobat.
7) Komplikasi IMS dapat membahayakanpasien.
d. Rincian Penjelasan Kepada Pasien IMS IMS yang diderita dan
Pengobatannya
1) menjelaskan kepada pasien tentang IMS yang diderita dan
pengobatan yang diperlukan, termasuk nama obat, dosis, serta cara
penggunaannya. Bila perlu dituliskan secara rinci untuk panduanpasien
2) memberitahu tentang efek sampingpengobatan
3) menjelaskan tentang komplikasi dan akibatlanjutnya
4) menganjurkan agar pasien mematuhipengobatan
5) menganjurkan agar tidak mengobati sendiri, harus berobat kedokter
6) menjelaskan agar pasien tidak melakukandouching
e. Menilai Tingkat Risiko
Perilaku seksual pribadi, tanyakan tentang:
1) jumlah pasangan seksual dalam 1 tahun terakhir?
2) hubungan seksual dengan pasangan baru berbeda dalam 3 bulan
terakhir?
3) pernah menderita IMS lain dalam 1 tahun terakhir?
4) apakah hubungan seksual dilakukan untuk mendapatkan
uang, barang atau obat terlarang (baik yang memberi maupun
yangmenerima)?
5) pemakaian napza atau obat lain (sebutkan) sebelum atau
selama berhubungan seksual?
Perilaku seksual pasangan, menanyakan apakah pasangan pasien:
1) berhubungan seksual dengan orang lain?
2) juga menderita IMS?
3) mengidap HIV?

59
4) penyalah guna Napza suntik?
5) untuk pria, apakah berhubungan seksual dengan sesama pria?
Perilaku yang melindungi pasien:
1. Apayang dilakukan pasien untuk melindungi diri terhadap
IMS/HIV?
2. Pemakaian kondom? Bilamana dan cara pemakaiannya?
Jarang/sering/selalu digunakan?
3. Jenis aktivitas seks aman yang dilakukan pasien ? Seberapa sering?
Dengansiapadan mengapa ?
f. Penyediaan kondom dan anjuranpemakaiannya
Pasien perlu diberi penjelasan mengenai manfaat, cara pemakaian yang
benar serta berberapa hal yang harus diperhatikan.
Manfaat kondom
1) Mencegah penularan IMS termasukHIV.
2) Membantu mencegahkehamilan.
3) Memberikan rasa nyaman, wanita tidak terlalu merasa basah di
dalamvaginanya.
4) Memberikan rasa aman, terhadap kemungkinan tertular atauhamil.
5) Menghemat dana untuk perawatan dan obat-obatan bila seseorang tertular
IMS
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
1) Tunjukkan tanggal pembuatan, tanggal kadaluwarsa, terangkan
bahwa kondom tidak boleh rusak, berbau, keras, atau sukar
dibukagulungannya.
2) Terangkan cara membuka kemasan secara hati-hati yang dimulai dari
ujung yang dapatdisobek
3) Tunjukkan sisi kondom yang berada di sebelah dalam, dan
jelaskan bahwa kondom tidak akan terbuka gulungannya bila
terbalikmembukanya.
4) Tunjukkan cara memegang ujung kondom untuk mengeluarkan
udara di dalamnya sebelum membukanya pada penis yang
tengah ereksi. Terangkan bahwa kondom harus dibuka segera
setelah penis mulai berkurang ereksinya, dan bahwa kondom

60
harus dipegang sedemikian rupa agar isinya tidak tumpah pada
waktumembukanya.
5) Jelaskan cara untuk melepaskan kondom denganaman.
6) Jangan pernah menggunakan pelumas dari bahan minyak,
misalnya petreolum jelly yang dapat merusak kondom lateks.
Pelumas dengan bahan dasar air lebih aman, misalnya gliserin, K-
Y jelly atau busaspermisidal
7) Jangan memakai ulang kondom bekaspakai.
8) Kondom harus disimpan di tempat yang sejuk, gelap dan kering. Jangan
menyimpan kondom di dompet, sebab dompet terlalu panas untuk
menyimpan kondom dalam waktu yang lama.
g. Penatalaksanaan mitraseksual,
h. Pencatatan dan pelaporan kasus,dan
i. Tindak lanjut klinis secaratepat.

C. Gangguan Haid
1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya perdarahanHaid
a. Hipermenorea(Menoragia)
Perdarahan Haid Yang Lebih Banyak Dari Normal Atau Lebih Lama (lebih dari 8
Hari)
Penyebab : Mioma Uteri, Polip endometrium, irregular endrometrial shedding.
b. Hipomenorea
Perdarahan Haid yang lebih pendek dan/atau kurang dari biasanya Penyebab : Pasca
Miomektomi, gangguan endokrin
2. Kelainan Dalam siklusHaid
a. Polimenorea
Siklus Haid lebih pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari)
Penyebab : Gangguan Hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi,
peradangan, endometriosis
b. Oligomenorea
Siklus Haid lebih panjang dari biasanya (lebih dari 35 hari)
Penyebab : Gangguan Hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, peradangan
c. Amenorea

61
Keadaan tidak datang haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut Klasifikasi :
Amenore Primer : Usia 18th/lebih belumhaid
Penyebab : Adanya kelainan congenital contoh : Hymen imperforate, septum vagina,
kelainan genetic
Amenore Sekunder : Penderita pernah Haid, kemudian tidak haid
Penyebab : Gangguan gizi, tumor, infeksi, hamil, masa laktasi, menopause
3. Perdarahan DiluarHaid
Metrorargia adalah Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid
Penyebab :
1. Pada Servik (polip, erosio, ulkus, karsinomaservik)
2. Pada Korpus Uteri ( polip, abortus, mola, koriokarsinoma,
subinvolusio, karsinoma,mioma)
3. Pada Tuba ( KET, Radang,Tumor)
4. Pada Ovarium ( Radang, Kista,Tumor)
4. Gangguan Lain Dalam Hubungan DenganHaid
a. Dismenorea
Adalah Nyeri Pada Saat Haid Klasifikasi :
1). DismenoreaPrimer
Adalah Nyeri Haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang
nyata (Biasanya mulai terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya
setelah 12 bulan atau lebih)
Ciri :
Nyeri berupa kejang berjangkit-jangkit, terbatas pada perut bawah, dapat
menyebar ke daerah pinggang dan paha. Biasanya disertai rasa mual, muntah,
sakit kepala, diare,iritabilitas.Dsb
2). DismenoreaSekunder
Adalah Adalah Nyeri Haid yang dijumpai karena gangguan ekstrinsik)
Penyebab :Salpingitis, endometriosis, stenosis servisitisuteri
b. Premenstual Tension (tegangan PraHaid)
Adalah Keluhan-keluhan yang biasanya mulai pada satu minggu sampai
beberrapa hari sebelum datangnya haid. Adakalanya terus berlangsung sampai
haid berhenti
Gejala :

62
Keluhan-keluhan yang biasanya mulai pada satu minggu sampai beberrapa hari
sebelum datangnya haid. Adakalanya terus berlangsung sampai haid berhenti
Gejala Pada Kasus Yang Lebih Berat : Depresi, rasa
ketakutan, gangguankonsentrasi.
c. ViccariousMenstruation
Adalah Keadaan Dimana Terjadi Perdarahan Ekstragenital Dengan Interval
Periodik Yang Sesuai Dengan Siklus Haid
Gejala :
Terjadi Perdarahan Pada Mukosa Hidung, Lambung, Usus, Paru-paru, Mamae,
Kulit.
Penyebab :
Peningkatan Kadar estrogen yang dapat menyebabkan edema dan kongesti pada
alat-alat lain di luar alat-alat genital
d. Mittelschmerz Dan Perdarahan Ovulasi
Adalah Keadaan Dimana Terjadi Nyeri antara haid sekitar pertengahan siklus
haid, atau saat ovulasi. Rasa Nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan
perdarahan
Gejala : Nyeri tidak mengejang, tidak menjalar dan tidak disertai mual dan
muntah.
Biasanya hanya terjadi beberapa Jam, tetapi pada beberapa kasus lain dapat
terjadi sampai 2-3 hari.
e. Mastalgia
Adalah Rasa Nyeri dan Pembesaran Mammae sebelum Haid
Penyebab : Adanya Edema & Hyperemia karena peningkatan relatif dan
kadar estrogen.
D. Pelvic inflkamatry Deseases(PID)
1. Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit
tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba,
indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul.
Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari penyakit Menular
Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul
yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16- 25 tahun. Lebih

63
buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami
komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau
kehamilan abnormal. Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade
terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasukdiantaranya adalah
peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus
penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret,
histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan
pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.
2. Penyebab
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital
bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam
hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang
panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga
menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi
daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan
endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta
menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
3. Faktor Risiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk
mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan
hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang
berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang
tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea),
namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:
1. Riwayat penyakit radang panggulsebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30
hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebabPMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam

64
sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
Risiko tertinggi adalahsaatpemasangan spiral dan 3 minggu setelah
pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran
reproduksi sebelumnya.
4. Tanda danGejala
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul.Nyeri ini
umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah
menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau
sanggama.Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa
wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali.
Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina,
demam nyeri saat sanggama, dan menggigil.
5. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih yang
menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG
abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat
reproduksi lainnya.Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya
infeksi.Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera
melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secara langsung organ di
dalam panggul apabila terdapat kelainan.
6. Terapi
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang
dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta
pencegahan dari infeksi kronik. Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik
maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama.Kontrol
setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan
perkembangan daripengobatan.
Pasangan seksual juga harus diobati.Wanita dengan penyakit radang panggul
mungkin memiliki pasangan yang menderita gonorea atau infeksi chlamydia yang
dapat menyebabkan penyakit ini.Seseorang dapat menderita penyakit menular
seksual meskipun tidak memiliki gejala.Untuk mengurangi risiko terkena penyakit

65
radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati
apabila memiliki PMS.
7. Komplikasi
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam
kandungan seperti nyeri berkepanjangan, infertilitas dan kehamilan
abnormal.Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran
tuba.Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga
menyebabkan infertilitas.Parut juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat
melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan ektopik.
8. Pencegahan
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri
dari penyakit menular seksual.Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat
mengurangi kejadian penyakit radang panggul.Apabila mengalami infeksi saluran
genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar
hingga ke saluran reproduksi bagian atas.Terapi untuk pasangan seksual sangat
dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi seperti:
1. Infertilitas

66
2. Seksual Trasmiled Deseases (STD)/ Infeksi menular Seksual(IMS)
3. GangguanHaid
4. Pelvic inflkamatry Deseases(PID)
B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan adalah :

Diharapkan para pembaca makalah ini dapat memberikan saran dan praktik dalam
pembuatan makalah ini.

Hendaknya pembaca dapat mengambil hikmah dari isi makalah ini sebagai salah
satu acuan alternatif dalam pembuatan makalah. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu kritik dan saran para
pembaca, akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini
dimasa yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ruswana. Diagnostik klinik dan penilaian Infertilitas. Subbagian fertilitas dan
endokrinologi reproduksi bagian obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran unpad.
2005. Bandung

67
Kebijakan dan Strategi NasionalKesehatan Reproduksi di indonesia.2005. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanganan Penyakit Menular Seksual. 2011.
Jakarta

Romauli, Suryati. 2012. Kesehatan Reproduksi. Nuhamedika. Yogyakarta


Wahyudi,R, Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. MCR-PKBI

68
69
70

Anda mungkin juga menyukai