Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Konsep Fertilitas dan Infertilitas pada Pria dan Wanita

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pra Nikah & Pra
Konsepsi

Dosen Pengampu : Andi Asrina, S.ST., M. Keb

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Anggun Tismatul Khasanah CBR0190003


Shalsha Dewi Yanti CBR0190019
Siti Nurlela CBR0190021
Sri Novianti CBR0190022

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHARAN KUNINGAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang semoga
kita mendapat syafa’at diakhirat nanti.

Kami ucapkan syukur kepada Allah SWT atas yang telah memberikan nikmat sehat-
Nya baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Pra Nikah & Pra Konsepsi ” Prodi
S1 Kebidanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Konsep Fertilitas dan Infertilitas pada Pria dan Wanita” bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu Andi
Asrina, S.ST., M.Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Remaja & Lansia yang
telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, terimakasih.

Kuningan, 17 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Fertilitas dan Infertilitas................................................................................3
B. Pengukuran Fertilitas......................................................................................................3
C. Jenis-Jenis Infertilitas......................................................................................................6
D. Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas Pada Pria Dan Wanita Serta Diagnosisnya............6
E. Gejala Infertilitas.............................................................................................................9
F. Pencegahan Serta Pengobatan Infertilitas.......................................................................9
G. Bias Gender Terhadap Fertilitas................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran seorang anak merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri
apalagi bagi mereka yang telah lama menikah. Akan tetapi tidak semua pasangan suami
istri bisa mendapatkan keturunan secara biologis dengan mudah. Suatu kondisi dimana
pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan seksual
sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenias apapun disebut dengan infertil (Djuwantono, 2008).
Infertilitas masih merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia.
Kejadian infertil meskipun tidak berpengaruh pada aktivitas fisik dan tidak mengancam
jiwa, bagi banyak pasangan hal ini berdampak besar pada kehidupan keluarga karena
selain menyebabkan masalah medis, infertilitas juga dapat menyebabkan masalah
ekonomi maupun psikologis (Hestiantoro et al., 2013).
Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak pria, wanita, maupun keduanya akan tetapi
jumlah pasangan infertil yang ada, sebagian besar penyebabnya berasal dari faktor
wanita. Kejadian infertilitas dalam suatu lingkungan masyarakat atau dalam kehidupan
sosial budaya masih mengandung bias gender yang kuat dimana wanita merupakan pihak
yang paling sering disalahkan pada pasangan suami istri yang tidak mempunyai
keturunan secara biologis (Pranata, 2009)
Penyebab seorang pria menjadi infertil juga dapat disebabkan oleh faktor risiko yang
meningkat yaitu gaya hidup yang tidak terkontrol yang diterapkan sejak usia remaja.
Faktor-faktor tersebut adalah usia, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, stres, diet
yang buruk, olahraga berat, mengalami kelebihan berat badan ataupun kurang gizi,
penyakit seksual menular, keadaan lingkungan yang buruk (polusi udara & air), juga
masalah kesehatan yang berhubungan dengan perubahan hormon (Puscheck, 2011).
Fertilitas atau kesuburan seseorang selain dipengaruhi oleh genetik, keturunan, dan
usia juga dipengaruhi oleh status pekerjaan. Fertilitas atau kesuburan wanita akan
menurun secara bertahap hingga usia 37 tahun, setelah kondisi sebelumnya mengalami
naik turun (Evers, 2002).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fertilitas dan infertilitas?
2. Apa saja pengukuran fertilitas
3. Apa saja jenis-jenis infertilitas?
4. Apa faktor-faktor penyebab infertilitas pada pria dan wanita serta diagnosisnya?
5. Bagaimana gejala infertilitas?
6. Bagimana pencegahan serta pengobatan infertilitas?
7. Bagaimana bias gender terhadap infertilitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fetilitas dan infertilitas
2. Untuk mengetahui pengukuran fertilitas
3. Untuk mengetahui jenis-jenis infertilitas
4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab infertilitas pada wanita dan pria serta
diagnosisnya
5. Untuk mengetahui gejala infertilitas
6. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan infertilitas
7. Untuk mengetahui bias gender terhadap infertilitas

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fertilitas dan Infertilitas


Fertilitas barasal dari kata fertil yang berarti subur. Dalam hal ini fertilitas pria
diartikan sebagai kemampuan untuk dapat menghamili wanita. Syarat suatu sperma yang
baik / normal adalah sesuai dengan parameter spermatozoa normal. Bila bagian besar
tersebut (terutama jumlah dan motilitas spermatozoa) tidak sesuai, maka spermatozoa
tidak akan dapat membuahi sel talur. Keadaan seperti ini disebut infertilitas.
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x /
minggu, tanpa memakai metode pencegahan selama 12 bulan.
Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa memiliki anak apabila suami
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan
menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan istri
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel
kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki
rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia
cukup bulan dan dilahirkan. Dua faktor yang telah disebutkan tersebut apabila tida
dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak
atau infertil.
B. Pengukuran Fertilitas
Angka fertilitas diukur berdasarkan jumlah kejadian dibagi dengan penduduk yang
menanggung risiko melahirkan ( exposed to risk). Ada beberapa persoalan yang dihadapi
dalam pengukuran fertilitas :
 Angka fertilitas menunjukkan dua pilihan –jangka waktu pendek (1 th) dan –
jumlah kelahiran selama masa reproduksi.
 Berdasarkan sifat ibu saja
 Sulit menentukan exposed to risk
 Sulit membedakan lahir hidup dan lahir mati
 Pilihan melahirkan

Indikator/Ukuran-ukuran Dasar

3
 Ada dua pendekatan :

1. Yang berbasis ukuran “kerat lintang/ cross sectional” umumnya satu tahunan atau
lima tahunan(yearly performance)-current fertility. Ukuran ini mencerminkan ukuran
fertilitas dari suatu kelompok penduduk atau kelompok perempuan dalam suatu waktu
tertentu. Ada enam ukuran current fertility yaitu : CBR, GFR, ASFR, TFR, CEB dan
CWR

a. Crude Birth Rate (CBR)/ Angka Kelahiran Kasar


CBR adalah banyaknya kelahiran dalam satu tahun tertentu per 1000
penduduk pertengahan tahun yang sama.

B
CBR  K
P
 Jumlah bayi yang lahir selama 1 tahun (B)
 Jumlah penduduk pertengahan tahun (P)
 K = Konstanta (1000)
 Kebaikan : sederhana
 Kelemahan : kasar
b. General Fertility Rate (GFR)/Angka Kelahiran Umum
B
GFR = ---------- X K (konstanta =1000)
Pf (15-49)
 B=jumlah bayi lahir pada 1 tahun tertentu,
 Pf (15-49) = jumlah penduduk perempuan (15-49)th pd pertengahan tahun
 Kebaikan : lebih cermat dari CBR, memperhatikan wanita yang exposed to
risk
 Kelemahan : tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai umur
c. Age Specific Fertility Rate (ASFR)/Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur
Bi
ASFRi=------ X K (konstanta=1000)
Pfi
 Bi=jumlah kelahiran pada perempuan kel.umur I pd tahun tertentu
 Pfi=jumlah penduduk kel.umur I pada pertengahan tahun yang sama

4
 ASFRi =banyaknya kelahiran pada th ttt per 1000 perempuan kel umur i pd
pertengahan tahun thn yang sama
d. Total Fertility Rate (TFR)/Angka Kelahiran Total
Angka ini dapat dijadikan ukuran kelahiran untuk seorang perempuan selama
usia reproduksinya (15-49tahun) dan telah memperhitungkan tingkat fertilitas
perempuan pada masing-masing kelompok umur

7
TFR  5 ASFRi
i 1

 i = kelompok umur (15-19) th s/d (45-49)th


 ASFRi =banyaknya kelahiran untuk perempuan kel umur i
 Total Fertility Rate adalah jumlah anak yang akan dipunyai seorang wanita
selama masa reproduksinya
e. Children Ever Born (CEB) /Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup
Anak Lahir Hidup mencerminkan banyaknya kelahiran hidup sekelompok
atau beberapa kelompok wanita pada saat mulai memasuki reproduksi hingga
pada saat pengumpulan data dilakukan. ALH disebut pula ukuran paritas
CEBi
ALHi rata-rata = ---------
Pfi
 ALHi rata-rata= paritas untuk perempuan kelompok umur i
 CEBi= jumlah anak yg dilahirkan hidup oleh perempuan kel.umur i
 Pfi = Banyaknya perempuan pada kel. Umur i
f. Child Women Ratio (CWR)
P (0-4)th P (0-4)th
CWR =---------- X k CWR= ---------- X k
PF(15-44)th PF(15-49)th
Menggunakan kel.umur (0-4)th bukan (0-1)th karena
 data yang tersedia 5 tahunan
 Under emumeration lebih rendah (0-4) tahun ormone dengan (0-1)
 Lebih stabil

5
2. Pendekatan dengan ukuran yang sifatnya “riwayat kelahiran”atau “riwayat
reproduksi” (reproductive history). Ukuran ini mencerminkan sejarah kelahiran
semasa hidup seorang perempuan dari awal sampai akhir masa reproduksi(15-49)th.
Pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan “longitudinal”

C. Jenis-Jenis Infertilitas
Menurut pembagiannya, infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai infertilitas primer
dan infertilitas sekunder.
a. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.

D. Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas Pada Pria Dan Wanita Serta Diagnosisnya


1. Faktor –faktor infertilitas
a. Pada pria : 
 Pretesticular: Penyakit bawaan atau diturunkan dari
hipotalamus, kelenjar  ormone , atau organ perifer yang mengubah poros
hipotalamus-kelenjar ormone .
 Testis: Genetik atau non-genetik yang menyebabkan testis tidak memproduksi
sperma atau sperma yang diproduksi cacat.
 Post-testicular: Faktor bawaan atau diturunkan yang mengganggu
transportasi normal sperma melalui sistem duktus.
b. Pada wanita :
 Serviks: Stenosis atau kelainan interaksi lendir-sperma
 Rahim: Cacat bawaan dapat mempengaruhi endometrium dan ormone yang
dapat dikaitkan dengan infertilitas primer atau kelahiran ormone
 Idung telur (ovarium) : Perubahan frekuensi dan durasi siklus menstruasi.
Kegagalan berovulasi adalah masalah infertilitas yang paling umum.
 Tuba: Kelainan atau kerusakan tuba falopi yang mungkin merupakan kondisi
bawaan atau diturunkan.

6
 Peritoneal: Cacat atau disfungsi fisiologis (mis. Infeksi, adhesi, massa adneksa)
c. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesuburan kedua jenis kelamin meliputi:
 Faktor lingkungan / pekerjaan
 Efek toksik terkait dengan tembakau, ganja, atau obat-obatan lainnya
 Latihan atau berolahraga yang berlebihan
 Diet yang tidak memadai terkait dengan penurunan berat badan atau kenaikan
berat badan
 Usia lanjut
2. Penyebab Infertilitas
a. Pada pria:
 Gangguan Spermatogenesis
Analisis sperma dapat mengungkapkan jumlah spermatozoanormal atau
tidak. Pengambilan spesimen segar dengan cara masturbasi di laboratorium.
Standar untuk spesimen semen normal telah ditetapkan oleh Badan Kesehatan
Dunia (WHO).
 Obstruksi
Obstruksi atau sumbatan merupakan salah satu penyebab infertil pada
pria. Obstruksi dapat terjadi pada duktus atau tubulus yang di sebabkan karena
konginetal dan penyakit peradangan (inflamasi) akut atau kronis yang mengenai
membran basalais atau dinding otot tubulus seminiferus misalnya orkitis, infeksi
prostat, infeksi gonokokus.Obstruksi juga dapat terjadi pada vas deferens.
 Ketidak mampuan koitus atau ejakulasi
Faktor-faktor fisik yang menyebabkan ketidak mampuan koitus dan
ejakulasi, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis seperti priapismus atau
penyakit peyronie.Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi dan kebiasaan pria alkoholisme
kronik.
 Faktor Sederhana
Faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat mandi dengan air
terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan
keadaan luar panas yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma sehat.
3. Diagnosis infertilitas
Diagnosis infertil dilakukan dengan cara :

7
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan identitas
pasangan suami istri meliputi umur, pekerjaan, lama menikah dan evaluasi dari
pasien wanita mengenai ketidakteraturan siklus haid, dismenorea, infeksi organ
reproduksi yang pernah dialami, riwayat adanya bedah pelvis, riwayat sanggama,
frekuensi sanggama, dispareunia, riwayat komplikasi pascapartum, abortus,
kehamilan ektopik, kehamilan terakhir, konstrasepsi yang pernah digunakan,
pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit sistematik
(tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid), pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendiagnosis infertil adalah :
 Vital Sign
Pemeriksaan vital sign yang terdiri dari tekanan darah, nadi, respiratory
rate, suhu badan.
 Penghitungan BMI
Penghitungan indeks massa tubuh (body mass index (BMI)) dihitung dari
tinggi dan berat badan (kg/m), kisaran normal BMI adalah 20-25 kg/m2. Wanita
dengan tampilan overweight atau obesitas mengalami kelainan berupa resistensi
insulin atau bahkan sindroma metabolik.Wanita dengan siklus menstruasi yang
tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja berhubungan dengan
diagnosis sindrom ovarium polikistik.
 Pemeriksaan gangguan endokrin
Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat memberikan petunjuk
mengenai penyakit sistemik ataupun masalah endokrin. Keberadaan ciri-ciri
seksual sekunder normal sebaiknya diamati. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
untuk mencari penyebab dari gangguan endokrin seperti jerawat, hirsutisme,
kebotakan, acanthosis nigrican, virilisasi, gangguan lapang pandang, gondok,
dan adanya ciri penyakit tiroid.
 Pemeriksaan pelvis
Pemeriksaan pelvissebaiknya dilakukan untuk mencari dugaan
endometriosis yang ditandai dengan adanya nodul pada vagina, penebalan
forniks posterior, nyeri tekan, nyeri pada organ-organ pelvis. Jika saat

8
pemeriksaan muncul rasa nyeri, sebaiknya diwaspadai adanya kemungkinan
patologi pelvis.8
 Pemeriksaan Penunjang Infertilitas
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendiagnosis infertilitas pada
wanita, yaitu biopsi endometrium pada hari pertama menstruasi,
histerosalfingorafi, histeroskopi, laparaskopi atau laparatomi. Tujuan
pemeriksaan penunjang infertilitas adalah mengetahui keadaan ovarium yaitu
folikel graaf atau korpus luteum, mengetahui faktor peritonium, melepaskan
perlekatan, dan tuboplasti-melepaskan fimosis fimbrie tuba.
E. Gejala Infertilitas

Gejala utama infertilitas adalah seseorang tidak dapat hamil. Namun umumnya tidak
ada gejala lain yang jelas. Terkadang, seorang wanita yang mengalami infertilitas atau
mandul mungkin memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami
menstruasi. Pada kasus yang jarang, seorang pria yang mandul mungkin memiliki
beberapa masalah pada  ormone, seperti perubahan dalam pertumbuhan rambut atau
fungsi seksual.

F. Pencegahan Serta Pengobatan Infertilitas


1. Pencegahan infertilitas
Beberapa jenis infertilitas tidak dapat dicegah. Tetapi beberapa cara dapat
dilakukan untuk meningkatkan peluang untuk hamil adalah sebagai berikut :
a. Pada pasangan
Lakukanlah hubungan intim secara teratur beberapa kali sekitar waktu ovulasi
atau waktu subur untuk meningkatkan terjadinya kehamilan. Melakukan hubungan
intim dimulai setidaknya 5 hari sebelum dan sampai sehari setelah ovulasi dapat
meningkatkan peluang Anda untuk hamil dan lakukan 2 hari sekali jangan setiap
hari. Sperma perlu waktu 1 hari hingga untuk diproduksi dan disimpan.  Ovulasi
biasanya terjadi pada pertengahan siklus yaitu setengah dari periode menstruasi,
untuk sebagian besar wanita dengan siklus menstruasi sekitar 28 hari.
b. Pada pria

 Hindari penggunaan narkoba, tembakau dan konsumsi alkohol yang berlebihan

9
 Hindari suhu yang tinggi, karena dapat memengaruhi produksi dan motilitas
sperma.
 Hindari paparan racun  ormone atau lingkungan, yang dapat berdampak pada
produksi sperma.
 Batasi obat-obatan yang dapat mempengaruhi kesuburan, baik obat resep
maupun non-resep. Bicarakan dengan dokter Anda tentang obat apapun yang
Anda minum secara teratur.
 Berolahraga secukupnya. Olahraga teratur dapat meningkatkan kualitas sperma
dan meningkatkan peluang untuk mencapai kehamilan.

c. Pada wanita
 Berhenti merokok. Tembakau memiliki banyak efek negatif pada kesuburan,
kesehatan ibu dan kesehatan janin. Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang.
Zat-zat ini dapat mengganggu kemampuan untuk hamil.
 Batasi penggunaan kafein.
 Berolahraga secukupnya. Olahraga teratur itu penting, tetapi berolahraga yang
sangat intens sehingga siklus menstruasi terganggu dan dapat mempengaruhi
kesuburan.
 Hindari berat badan yang ekstrim. Kelebihan berat badan atau kekurangan berat
badan dapat mempengaruhi produksi hormon dan menyebabkan kemandulan.
2. Pengobatan infertilitas
a. Pada pria, pengobatan infertilitas dapat dilakukan dengan cara:

 Pembedahan, jika penyebabnya adalah varicocele (pelebaran pembuluh darah di


skrotum) atau penyumbatan pada vas deferens, tabung yang membawa sperma.
 Antibiotik untuk mengobati infeksi pada organ reproduksi.
 Pengobatan dan konseling untuk mengatasi masalah ereksi atau ejakulasi.
 Pengobatan ormone jika masalahnya adalah tingkat ormone tertentu yang
rendah atau tinggi.

b. Pada wanita, pengobatan infertilitas dapat dilakukan dengan cara:


 Obat kesuburan dan ormone untuk membantu wanita berovulasi atau
mengembalikan kadar ormone

10
 Pembedahan untuk mengangkat jaringan yang menghalangi kesuburan (seperti
endometriosis) atau untuk membuka saluran tuba yang tersumbat.

Infertilitas pada pria dan wanita juga dapat diobati dengan teknologi reproduksi
berbantuan. Ada beberapa jenis teknologi reproduksi bantuan, seperti:

 IUI (intrauterine insemination): Sperma dikumpulkan dan ditempatkan langsung di


dalam rahim wanita saat dia berovulasi.
 IVF (in vitro fertilization): Sperma dan sel telur dikumpulkan dan disatukan di
laboratorium. Telur yang dibuahi tumbuh selama 3 hingga 5 hari hari. Kemudian
embrio ditempatkan di dalam rahim wanita.
 GIFT (gamet intrafallopian transfer) dan ZIFT (zygote intrafallopian transfer):
Sperma dan telur dikumpulkan, disatukan di laboratorium, dan dengan cepat
ditempatkan di tuba falopi. Dengan GIFT, sperma dan sel telur ditempatkan ke
tuba fallopi. Dengan ZIFT, sel telur yang telah dibuahi ditempatkan ke dalam
tabung pada 24 jam.

G. Bias Gender Terhadap Fertilitas


Bias gender terjadi apabila salah satu pihak dirugikan, sehingga mengalami
ketidakadilan. Yang dimaksud ketidakadilan disini adalah apabila salah satu jenis gender
lebih baik keadaan, posisi, dan kedudukannya. Bias gender tersebut bisa saja terjadi pada
laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi khususnya di Indonesia, bias gender ini lebih
dirasakan oleh kaum perempuan. Sebenarnya ketimpangan gender yang merugikan
perempuan itu, secara tidak langsung dapat merugikan masyarakat secara menyeluruh.
Apabila perempuan diposisikan tertinggal, maka perempuan tidak dapat menjadi mitra
sejajar laki-laki, sehingga hubungan kedua pihak akan menjadi timpang. Akibatnya,
terjadilah ketidakserasian dan ketidakharmonisan dalam kehidupan bersama anatara laki-
laki dan perempuan, baik dalam lingkungan kehidupan berkeluarga maupun dalam
lingkungan kehidupan masyarakat secara umum. Lebih jauh lagi dengan semakin
tingginya tuntutan, kesadaran, dan kebutuhan perempuan terhadap pengembangan diri,
timbullah konflik, karena perempuan membutuhkan kesempatan yang sama untuk
meningkatkan kualitas dirinya.
Munculnya bias gender ini (lebih banyak menimpa perempuan) diakibatkan oleh
nilai-nilai dan norma-norma masyarakat yang membatasi gerak langkah perempuan serta

11
pemberian tugas dan peran yang dianggap kurang penting dibandingkan jenis gender
lainnya (laki-laki). Sehingga dalam pengambilan keputusan, kepemimpinan, kedudukan
yang tinggi, dsb. Sedikit sekali diberikan kepada perempuan.
Aspek relasi gender dalam keputusan terkait fertilitas yang dibahas adalah otonomi
dan kuasa perempuan, yakni kuasa perempuan dalam pengambilan keputusan ekonomi
rumah tangga, kuasa perempuan dalam pengambilan keputusan tentang ukuran keluarga,
kebebasan dalam bergerak.
1. Kuasa Perempuan dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi Rumah Tangga dan
Fertilitas Aktual
Perempuan-perempuan dengan kontrol yang lebih besar terhadap keputusan
ekonomi rumah tangga berpengaruh pada kemampuannya untuk mengalokasikan
anggaran bagi pembelian alat kontrasepsi. Perempuan dengan kontrol ekonomi setara
menginginkan pembatasan kelahiran, maka ia dapat mengambil keputusan untuk
mengalokasikan anggaran bagi biaya kontrasepsi. Sementara perempuan tanpa atau
sedikit kontrol terhadap keputusan ekonomi, meskipun ia menginginkan pembatasan
kelahiran, ia akan sulit mengakses kontrasepsi.
2. Kuasa Perempuan dalam Pengambilan Keputusan tentang Ukuran Keluargadan
Fertilitas Aktual
Kuasa perempuan dalam keputusan ukuran keluarga akan berpengaruh terhadap
penggunaan kontrasepsi. Seorang perempuan yang memiliki kuasa dalam keputusan
keluarga, akan mampu mengutarakan ide mengenai desired fertility nya dan kemudian
mampu untuk melakukan pembatasan kelahiran di saat ia merasa sudah
memerlukannya. Sementara seorang perempuan tanpa kuasa dalam keputusan ukuran
keluarga hanya akan menuruti keinginan suami tentang jumlah anak. Si perempuan ini
juga tidak mampu untuk menegosiasikan penggunaan kontrasepsi dengan suami
sehingga pada beberapa kasus ditemukan perempuan-perempuan dengan actual
fertility yang tinggi karena tidak diizinkan oleh sang suami untuk menggunakan
kontrasepsi karena suami menginginkan anak banyak.

3. Kebebasan dalam Bergerak dan Fertilitas Aktual


Dalam kaitannya dengan penggunaan kontrasepsi, perempuan yang lebih bebas
bergerak lebih mampu mengakses layanan bidan dan puskesmas demi memperoleh
informasi dan layanan kontrasepsi. Transfer informasi ini berguna sehingga para

12
perempuan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan terkait desired fertility
nya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
fertilitas pria diartikan sebagai kemampuan untuk dapat menghamili
wanita, syarat suatu sperma yang baik/normal adalah sesuai dengan parameter
spermatozoa normal. Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri
untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah
bersenggama secara teratur. Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa
memiliki anak apabila suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang
sehat sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria
(spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan istri memiliki sistem dan
fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin
wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan
memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio,
hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Djuwantono. 2008. Memahami Infertilitas. Bandung: PT. Refika Aditama.

Evers J. 2002. Female Subfertility. Lancet, 360:151-159

Hendarso Susanti, Emy. 2008. Ketimpangan Gender dan Keti-dakberdayaan Perempuan


Miskin Perkotaan. Surabaya : Insan Cendekia.

Kartono, Mohamad. 2007. Kesehatan Reproduksi Sebagai Hak. Jurnal Perempuan 53,
Kesehatan Reproduksi Andai Perempuan Bisa Memilih. Jakarta : Yayasan Jurnal Perem-
puan.

Naomi Wolf. 1997. Gegar Gender. Yogyakarta: Pustaka Semesta Press.

Pranata S. 2009. Infertilitas di Kalangan Laki-Laki Madura Studi Tentang Permasalahan


Sosial dan Konsekuensi Infertilitas. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.

Rianingsih Djohani. 1996. Dimensi Gender dalam Pengembangan Program Secara


Partisipatif. Bandug: Driya Media Bandung.

14

Anda mungkin juga menyukai