Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

INFERTILITAS DAN KLIMAKSTERIUM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi
dengan dosen pengampu Yuanita Ani Susilowati, M.Kep., Ns.Sp. Kep. Mat

Disusun oleh :
Julius Panji Satrio Utomo (30120121010)
Stevani Silvi Restiyani (30120121015)
Petrus Andi Andana (30120121016)
Murni Elisabeth Silalahi (30120121026)
Sharon Kenneth M (30120121042)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SANTO BORROMEUS

Jalan Parahyangan Kav. 8 Blok B/1 Kota Baru Parahyangan


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjuduli Infertilitas dan klimaksterium.
Makalah Infertilitasdan klimaksterium disusun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi Universitas St Borromeus. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang kesehatan pada
sistem reproduksi dalam keperawatan. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Yuanita Ani Susilowati, M.Kep., Ns.Sp. Kep. Mat selaku dosen mata kuliah. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 7 April 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Maslah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................1
BAB II ISI...........................................................................................................2
2.1 Pengertian Infertilitas...................................................................................2
2.1 Klasifikasi Infertilitas....................................................................................2
2.3 Faktor Risiko Infertilitas................................................................................2
2.4 Pencegahan dan Penanganan Interfilitas.......................................................4
2.5 Faktor Penyebab Infertilitas..........................................................................4
2.6 Klasifikasi Kompetensi Klinis Dalam Penanganan Infertilitasi....................5
2.7 Pembagian Penanganan Kasus Berdasarkan Kompetensi
Klinis dan Fasilitas Pelayanan .......................................................................7
2.8 Pengertian Klimaksterium.............................................................................9
2.9 Tanda-Tanda Awal Klimaksterium.............................................................10
2.10Etiologi Klimasktrium................................................................................11
2.11Kondisi Fisik Klimaksterium.....................................................................12
2.12Kondisi Psikologis Klimaksterium ............................................................12
2.13Beberapa Gangguan Perilaku Pada Fase Klimakterium.............................13
2.14Kehidupan Seks Pada Masa Klimakterium................................................14
2.15Pencegahan Beberapa Dampak Masa Klimakterium.................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................16
3.2 Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUTAKA..........................................................................................17 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infertilitas merupakan ketidakmampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi
hidup setelah satu tahun melakukan hubungan seksual yang teratur dan tidak menggunakan
alat kontrasepsi apapun/setelah memutuskan untuk mempunyai anak. Jenis infertilitas terbagi
menjadi dua, yakni infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Banyak faktor yang
mempengaruhi kejadian infertilitas baik primer maupun sekunder dari segi pria, wanita,
maupun faktor lain. Dari segi wanita masalah pada serviks, tuba, ovarium, vagina, uterus dan
gangguan ovulasi. Dari segi pria masalah seperti faktor koitus, ejakulasi, pekerjaan dan faktor
lain dapat menyebabkan kejadian infertilitas. Faktor usia dan gaya hidup juga tak luput dari
penyebab infertilitas sekunder.Konsultasi kepada dokter kandungan sangatlah penting bagi
pasangan yang belum mendapatkan anak setelah minimal satu tahun menikah.
Berkembang biak adalah salah satu fungsi luhur dari makhluk hidup, termasuk
manusia. Seluruh makhluk hidup, termasuk manusia berkeinginan untuk menjaga
kelangsungan garis keturunannya dengan cara berkembang biak. Salah satu gangguan
kesehatan reproduksi yang terjadi ada usia subur adalah infertilitas. Infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi hidup setelah satu tahun
melakukan hubungan seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun
atau setelah memutuskan untuk mempunyai anak.Kegagalan pasangan suami istri (pasutri)
dalam memperoleh keturunan, disebabkan oleh masalah pada pria dan atau wanita. 40 persen
kesulitan mempunyai anak terdapat pada wanita, 40 persen pada pria, dan 30 persen pada
keduanya. Anggapan bahwa kaum wanitalah yang lebih bertanggungjawab terhadap kesulitan
mendapatkan anak adalah kurang tepat.
Periode klimakterium adalah salah satu fase krusial dalam perjalanan hidup seorang
wanita. Dalam fase ini, Anda akan mengalami berbagai perubahan yang alamiah dan tidak
terhindarkan, termasuk penurunan kondisi kesehatan. Klimakterium adalah periode
kehidupan wanita yang dimulai ketika fungsi rahim mengalami penurunan dan berakhir
ketika rahim benar-benar tidak berfungsi lagi secara alamiah. Mayoritas orang mengenal
periode ini dengan sebutan ‘masa menopause’, padahal menopause sendiri merupakan salah
satu tahapan dalam klimakterium. Berdasarkan definisinya, periode klimakterium terbagi atas
3 tahap, yakni faseprameopeuse menopause, dan pascamenopause. Masing-masing tahapan
klimakterium memiliki ciri yang khas dan kadang kala dibarengi dengan munculnya masalah
kesehatan, seperti osteoporosis

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada diatas dapat dirumuskan terkait dengan apa saja yang
menjadi faktor penyebab dari infrtilitas dan klimaksterium bagaimana pennganannya.
1.3 Tujuan Masalah
Untuk mengetahui faktor penyebab dari infertilitas dan klimaksterium.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Infrtilitas


Infertilitas adalah ketidakmampuan sepsang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3x/ minggu
tanpa memakai metode pencegah selama 12 bulan.
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan suami istri untuk
mendapatkan kehamilan secara alamiah setelah selama satu tahun menjalani hubungan
seksual tanpa kontrasepsi.
Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan
sekurang kurangnya selama 12 bulan berhubungna seksual secara teratur tanpa kontrasepsi,
atau bisa disebut juga sebagai infertilitas primer. Infertilitas sekunder adalah
ketidakmampuan seseoran memiliki anak atau mempertahankan kehamilannya.
Padaperempuan diatas 35 tahun, evaluasi dan pengobatan dapat dilakukan setelah 6 bulan
pernikahan. Infertilitas idiopatik mengacu pada pasangan infertil yang telah menjalani
pemeriksaan standar meliuti tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil normal
4-6. Fekunditas merupakan kemampuan seorang perempuan untuk hamil. Data dari studi
telah dilakukan pada populasi, kemungkinan seorang perempuan hamil tiap bulannya adala
sekitar 20-25%.
2.2 Klasifikasi Infertilitas
Menurut pembagiannya, infertilitas dapat dikasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Infertilitas primer adalah pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infrtilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini blum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan
seksual sebanya 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontarasepsi
dalam bentuk apa pun.
2.3 Faktor Risiko Infertilitas
A. Faktor Risiko Pada Wanita
1. Gangguan ovulasi
Gangguan yang paling sering dialami perempuan infertil adalah gangguan ovulasi.
Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan adasel telur yang dibuahi. Salah satu
tanda wanita mengalami gangguan ovulasi adalah gangguan haid yang tidak teratur
atau tidak haid sama sekali.
2. Sindrom ovarium polikistik
Adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh gangguan sistem endokrin.
Kelainan ini anyak ditemukan pada wanita usia reproduksi. Gejala yang
ditimbulkan antara lain infertilita kaena siklus anovulator, ologo sampai amenore,
obesitas dan hirsutisme. Sindrom ovarium polikistik ini menimbulkan perubahan
hormonal-biokimia seperti peningkatan Luteinising hormone (LH) serum, rasio
LH/FSH (follice simulating hormone) yang meningkat, adanya rtensi insulin dan
peningkatan endorgen plasma. Sindrom polikistik menyebabkan 5-10% wanita
usia reproduksi menjadi infertil.
3. Masalah tuba
Faktortuba ini paling sering ditemukan dalam infertilitas pada wanita yaitu sekitar
25-50%. Oleh karena itu, penilaian potensi tuba dianggap sebagai salah satu
pemeriksaan terpenting dalam pengelolaan infertilitas.
4. Masalah uterus
Spermatozoan dapat ditemikan dituba falopi sekitar 5 menit setelah inseminasi.
Kontraksi vagina dan uterus mempengaruh dalam transportasi spermatozoa.
Kontrasksi yang terjadi karena pengaruh prostaglandin dalam airmani dapat
membuat uterus berkontraksi secara ritnik. Prostaglandin berpengaruh dalam
transport spermatozoa ke dalam uterus dan melewati penyempitan batas uterus
dengan tuba. Uterus sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase sekresi,
sehingga apabila porostaglandin kurang dalam mani dapat menyebabkan masalah
inferrtilitas.
Kelainan pada uterus bisa disebabkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuan fetus (janin). Mioma uteri dan adhesi uterus menyebabkan terjadinya
gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus sehingga akhirnya terjadi
abortus berulang.
5. Peningkatan usia
Prevalensi infertilita meningkat apabila terjadi peningkatan usia. Wanita dengan
rentan usia 19-26 tahun memiliki kesempatan hamil dua kali lebih besar daripada
wanita usia 35-39 tahun. Bertambahnya usia maka kadar FSH meningkat, fase
folikuler semakin pendek, kadar LH dan durasi fase luteal tidak berubah, siklus
menstruasi mengalami penurunan. Jumlah sisa folikel ovarium teru menurun
dengan bertambahnya usia, semakin cepat setelah usia 38 tahun dan folikel
menjadi kurang peka terhadap stimulasi gonadotropin sehingga terjadi penurunan
kesuburan wanita dengan meningkatnya usia.
6. Berat badan
Terdapat faktor yang mempengaruhi infertilitas, salah satunya adalah berat badan
yang terlalu kurus atau badan yang terlalu gemuk.
7. Stres
Pada wanita stres dapat mempengaruhi antara otak, hipfisis, dan ovarium. Stres
dapat memicu hormon kortisol secara berlebih yang mempengaruhi pengaturan
hormon reproduksi. Stres mempengaruhi maturisasi pematangan sel telur pada
ovarium. Sat stres terjadi perubahan suatu neurokimia didalam tubuh yang dapat
mengubah maturasi dan pelepasan sel telur. Contohnya, disaat wanita dalam
keadaan sters, spasme dapat terjadi pada tuba falopi dan uterus, hal ini dapat
mempengaruhi pergerakan dan implantasi pada sel telur yang sudah matang.
8. Infeksi organ reproduksi
Infeksi apabila terjadi pada vagina akan menyebabkan kadar keasamaan dalam
vagina meningkat, sehingga menyebabkan sperma mati sebelum sempat membuahi
sel telur. Infeksi organ reproduksi wanita dibagi menjadi infeksi rendah dari vulva,
vahgina, ampai servik dan infeksi tinggi dari uterus, tuba falopi, ovarium,
parametrium, peritonium, bisa disebut pelvic inflammatory disease (PID). Infeksi
rndah dan tinggi sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan dan juga dapat
mnimbulkan infertilitas.
9. Gaya hidup
Kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, penguaan obat-obatan, serta
kurangnya olahraga juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infertilitas.

B. Faktor Risiko Infrtilitas Pada Pria


Faktor risiko pada pria yaitu gangguan pada spermatogenesis, mengakibatkan sel
sperma yang dihasilkan sedikit atau tidak ada sama sekali, gangguan sel sperma untuk
mencapai sel telur dan membuahinya, umur, peminum alkohol, pengguna narkoba,
merokok dan paparan radiasi.
2.4 Pencegahan dan Penanganan Interfilitas
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari atau menurunkan faktor risiko
terjadinya infertilitas, diantaranya adalah:
1. Mengobati infeksi yang terjadi pada organ reproduksi, Diketahui bahwa infeksi yang
terjadi pada prostat maupun saluran sperma, dapat menyebabkan infertilitas pada laki-
laki.
2. Mengobati penyebab infertilitas pada perempuan
3. Menghindari bahan-bahan yang menyebabkan penurunan kualitas dan jumlah dari
sperma dan sel telur seperti rokok dan alkohol
4. Berperilaku hidup sehat
2.5 Faktor Penyebab Infertilitas
Penyebab infertilitas secara umum dapat dibagi sebagai berikut:
A. Faktor Perempuan
Penyebab infertilitas pada wanita dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Gangguan ovulasi
Seperti SPOK, gangguan pada siklus haid, insufiensi ovarium primer infertilitas yang
disebabkan oleh gangguan ovulasi dapat di klasifikassikan berdasarkan siklus haid,
yaitu amenore primer atau sekunder, namun tidak semua pasien infertilitas dengan
gangguan ovulassi memiliki gejala klinis amenorea, beberapa diantaranya
menunjukan gejala oligomenorea.
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 3 kelas, yaitu:
 Kelas 1 : kegagalan pada hipotalamus hipofisis ( hipogonadotropin
hipogonadsm) karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang rendah,
prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekita 10% dari
seluruh kelainan ovulasi
 Kelas 2 : gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin-normogonadsm)
kearakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun
estradiol normal. Anovulai kelas 2 terjadi sekitar 85% dari seluruh kasus
kelainan ovulasi. Manifestasi klinis kelainan kelompok ini adalah
oligomenorea atau amenorea yang banyak terjadi pada kasus sindrom ovarium
polikistik (SPOK). 80 – 90 % pasien SPOK akan mengalami oligomenorea
dan 30% akan mengalami amenorea.
 Kelas 3 : kegagalan ovarium (hipergonadotropin – hipogonadism)
karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan kadar
estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5% dari seluruh gangguan ovulasi
 Hipoprolaktimenia
2. Gangguan Tuba dan Pelvis
Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi ( Clamidia, Gonorhoea, TBC) maupun
endometriosis, Endometriosis merupakan penyakit kronik yang umum dijumpai.
Gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan endometriosis adalah nyeri
panggul, infertilitas dan ditemukan pembesaran pada adneksa. Dari studi yang telah
dilakukan, endometriosis terdapat pada 20-50% perempuan, dan 30% sampai 50%
mengalami infertilitass. Hipotesis yang menjelaskan endometriosis dapat
menyebabkan infertilitas atau penurunan fekunditas masih belum jelas, namun ada
beberapa mekanisme pada endometriosis seperti terjadinya perlekatan dan distorsi
anatomi panggul yang dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan. Perlekatan
pelvis pada endometriosis dapat mengganggu pelepasan oosit dari ovarium serta
menghambat penangkapan maupun transportasi oosit.
3. Gangguan Uterus
Termasuk mioma submukosum, polip endometrium, leiomyomas, sindrom asherman.

B. Faktor Laki-Laki
Infertilitas dapat juga disebabkan oleh faktor laki-laki, setidaknya sebesar 30-40%
dari inferttilitas disebabkan oleh faktor laki-laki, sehingga pemeriksaab pada laki-laki
penting dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan infertilitass. Fertilitas laki-laki
dapat menurun akibat dari:
 Kelainan urogenital kongenital atau didapat
 Infeksi saluran urogenital
 Suhu skrotum yang meningkat ( contoh nya akibat dari varikokel)
 Kelainan endokrin
 Kelainan genetik
 Fakttor imunologi
Kualitas semen yang terganggu, azoospermia dan cara senggama yang salah, merupakan
faktor yang berkontribusi 50% pasangan infertilitas. Infertilitas laki-laki idiopatik dapat
dijelaskan karena beberapa faktor, termasuk disrupsi endokrin yang diakibatkann karena
polusi lingkungan, radikal bebas, atau kelinan genetik.
2.6 Klasifikasi Kompetensi Klinis Dalam Penanganan Infertilitasi
Klasifikasi kompetensi klinis dalam penanganan infertilitas 56
Strata penanganan infertilitas dapat dibagi menjadi 3 level:
a) Layanan primer (level I): dokter umum
b) Layanan sekunder (level II): spesialis obstetri / ginekologi, spesialis uro-andrologi
c) Layanan tersier (level III): subspesialis

1. Level I
Kriteria pasien:
 Lama infertilitas < 24 bulan
 Umur pasangan perempuan < 30 tahun
 Tidak terdapat faktor risiko patologi pelvik atau abnormalitas reproduksi laki-laki
 Riwayat pengobatan < 4 bulan
Kompetensi:
 Kompeten dalam memberikan konsultasi dan edukasi pada pasangan dengan
infertilitas
Kegiatan:
 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasangan dengan infertilitas
 Melakukan interpretasi analisis semen dan mengkonfirmasi adanya ovulasi
 Merujuk pasangan infertil dengan komplikasi

2. Level II
Kriteria pasien:
 Lama infertilitas < 36 bulan
 Umur istri < 35 tahun
 Pasangan tidak memenuhi kriteria inklusi pelayanan level I

3. Level III
Kriteria pasien:
 Pasangan suami istri yang tidak memenuhi kriteria inklusi pelayanan level I dan II
 Bila dibutuhkan teknologi reproduksi berbantu (TRB) dalam penanganan pasangan
dengan infertilitas.
Kompetensi:
 Memenuhi kriteria kompetensi level I dan II
 Mempunyai sertifikasi atau pengalaman melakukan prosedur TRB, endokrinologi
reproduksi atau urologi / andrologi
 Mampu melakukan konseling pada pasangan infertilitas
 Kegiatan:
 Melakukan penanganan pasien anovulasi, endometriosis dan kelainan tuba dengan
 komplikasi
 Melakukan penanganan masalah infertilitas laki-laki dengan komplikasi
 Mempunyai akses untuk melakukan pelayanan bedah mikro baik laki-laki maupun
perempuan serta TRB pemberi layanan yang kompeten pada level III juga dapat
memberikan layanan level I dan II

2.7 Pembagian Penanganan Kasus Berdasarkan Kompetensi Klinis dan Fasilitas


Pelayanan
2.8 Pengertian Klimaksterium

Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa
senium dan terjadi pada Wanita berumur 40-65 tahun. Fase klimakterium adalah masa
peralihan yang dilalui seseorang Wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif.
Tanda, gejala atau keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini di
sebut tanda atu gejala menopause. Periode ini dapat berlangsung antara 5 sebelum dan
sesudah menopause. Pada fase ini reproduksi Wanita menurun.

Berikut ini pembagian fase klimakterium dibagi menjadi empat fase, yaitu :

a. Premenopause

Fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium.
Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dengan perdarahan yang
memanjang dan jumlah darah haid yang relatif tidak banyak dan kadang-kadang disertai
nyeri haid.

b. Perimenopause

Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause dan pasca menopause.


Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Sebanyak 40 % wanita siklus
haidnya anovulatorik. Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai keluhan
klimakterik.

c. Menopause

Fase ketiga ditandai dengan berhentinya haid atau haid yang terakhir akibat menurunnya
fungsi estrogen dalam tubuh. Menopause biasanya terjadi sekitar umur 50 tahun.)

d. Pasca menopause

Fase ini merupakan fase dimana seorang wanita tidak mengalami haid selama 12 bulan
setelah menopause.
2.9 Tanda-tanda Awal Klimakterium

Tanda-tanda awal masa klimakterium meliputi:

Praklimakterium merupakan mirip dengan pra pubertas, dimana pada pubertas kedua
muncul tingkah laku yang lucu-lucu. aneh-aneh, janggal dan tidak pada tempatnya.
Mislanya,wanita usia lebih dari 50 tahun pada siang hari menggunakan rok panjang
merah, dengan perhiasan emas warna-warni, make up berlebihan. Kemudian,
meningkatkan rangsangan. seksual I yang menimbulkan nafsu yang besar untuk
berhubungan seksual dan kegairahan yang menyala-nyala. Mengingkari ketuaannya agar
tampak masih remaja.

Manifestasi individual periode klimakterium dipengaruhi oleh kepribadian masing-


masing individu. Struktur kepribadian yang terintegrasi dengan baik akan mampu
mengkompensasi gangguan fisiologis dan psikis dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang
intelek yaitu mampu mengendalikan diri dan mampu mengatasi gangguan psikosomatis
dengan menyalurkan pada perbuatan yang inteligen, produktif dan kreatif.

Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif yaitu:
a. Terjadi perubahan pada ovariumseperti sclerosis pembuluh darah. berkurangnya jumlah
folikel dan menurunnyasintesis steroid seks. Lalu henti haid.
b. Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran
gonadotropin.
Gangguan - gangguan pada klimakterium:
a. Gangguan neurovegetatif, yang disebut juga gangguan vasomotorik dapat muncul
sebagai gejolak panas (hot flushes), keringat banyak.rasa kedinginan. sakit kepala, desing
dalam telinga, tekanan darah yang goyah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi
dan gangguan usus,
b. Gangguan psikis muncul dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan. semangat
berkurang, dan susah tidur.
c. Gangguan somatic, selain gangguan haid atau amenorea, mencakup pulakolpitis
atrofikans ektropium treter. aterosklerosis.sclerosis koroner, dan adipositas. osteoporosis.
atritis.
d. Gangguan organik infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis, osteoporosi, afipositas,
kolpitis, disuria, dispareumia artritis, gejala endokrinium berupa hipertirosis
defeminisasi, virilasi dan gangguan libido.

2.10 Etiologi Klimakterium

Menurut Kasdu (2002) beberapa faktor mempengaruhi menopause yaitu:

1) Usia saat haid pertama sekali


Semakin muda seseorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama ia
memasuki masa menopause
2) Faktor psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja di duga mempengaruhi perkembangan psikis
seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause
lebih muda, dibandingkan yang menikah dan bekerja.
3) Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan, maka
saemakin tua mereka memasuki masa menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan
persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga
memperlambat penuaan tubuh.
2.11 Kondisi Fisik Klimakterium

Pada perubahan fisik seorang wanita mengalami:


a) perubahan kulit Lemak dibawah kulit menghilang sehingga kulit mengendor,
sehingga jatuh dan lembek. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan
pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit muncul bintik hitam, kelenjar kulit kurang
berfungsi sehingga kulit menjadi kering dan keriput.
b) Karena menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus menjadi
lambat, dan mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus halus yang
semakin berkurang maka akan menimbulkan gangguan buang air besar berupa
obstipasi.
c) Perubahan yang terjadi pada alat genitalia meliputi, liang senggama terasa kering,
lapisan sel liang senggama menipis yang menyebabkan mudah terjadi (infeksi
kandung kemih dan liang senggama). Daerah sensitif makin sulit untuk dirangsang.
Saat berhubungan seksual dapat mejadi nyeri.
d) Perubahan pada tulang terjadi oleh karena kombinasi rendahnya hoemon paratiroid.
Tulang mengalami pengapuran, artinya kalium menurun sehingga tulang keropos dan
mudah terjadi patah tulang.

2.12 Kondisi Psikologis Klimaksterium

a) Mudah Tersinggung
Wanita lebih sensitif ketika sedang membahas proses penuaan dibandingkan dengan
laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa ketidakstabilan emosional yang dirasaakan
wanita saat menjadi tua. Ini sering diwujudkan dengan meningkatnya perasaan
sensitif dimana lebih membutuhkan perhatian dan juga rasa takut kehilangan orang-
orang disekitarnya.
b) Cemas
Wanita dengan rentang umur 52-58 tahun mengalami kecemasan, gugup dan tegang.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa akibat dari timbulnya perubahan fisik tersebut,
yaitu timbulnya perasaan tidak berharga yang dapat memicu berbagai kekhawatiran,
seperti khawatir bahwa orang- orang yang dicintai akan berpaling dan
meninggalkannya, perasaan ini lah yang dirasakan oleh wanita menopause.
c) Penurunan Daya Ingat
Wanita menopause mengalami penurunan daya ingat sebanyak 48%. Hal ini
disebabkan karena penurunan estrogen dalam sistem saraf pusat, dimana estrogen
berpotensi mempengaruhi fungsi kognitif yang berarti akan berpengaruh terhadap
fungsi otak. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa konsentrasi estrogen lebih tinggi
pada wanita usia subur dibandingkan dengan wanita menopause. Dengan demikian
jika kadar estrogen berkurang maka fungsi kognitif seseorang akan terpengaruh
seperti dalam memori dan pembelajaran.
d) Depresi
Krena kehilangan kemampuan berproduksi, karena kehilangan kesempatan memiliki
anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan
seluruh perannya sebagai wanita yang harus menghadapi masa tuanya

2.13 Beberapa Gangguan Perilaku Pada Fase Klimakterium

Beberapa gangguan perilaku pada fase klimakterium antara lain:

a. Depresi menstrual, yang merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan kekecewaan
sebagai wanita yang tidak lengakp lagi

b. Perubahan kehidupan seksual, akan terjadi kegairahan seksual yang luar biasa hingga
kemungkinan melakukan masturbasi. Dan dapat juga bersikap dingin

c. Obsesi untuk hamil lagi, yaitu ingin mempertahankan kapasitas reproduksi dan
kemudaannya

d. Ilusi, yaitu mempertanyakan apakah suaminya masih cukup berharga, sehingga tidak
segan-segan bergaul dengan anak-anak muda (tante girang) terjadi pada wanita yang tidak
mampu mengendalikan diri.

2.14 Kehidupan Seks Pada Masa Klimakterium


Saat seorang wanita akan memasuki fase klimakterium, banyak sekali gejala atau tanda-tanda
yang akan muncul dalam diri mereka. Tanda tersebut meliputi gangguan kesehatan tubuh dan
juga perubahan psikologis. Beberapa gejala klimakterium adalah
1. Menstruasi Tidak Teratur
Saat usia sudah berada di atas 45 tahun, pada umumnya wanita sudah mengalami
masalah tidak teraturnya menstruasi. Hal ini sangat wajar karena pada usia tersebut
wanita sudah memasuki fase premenopause yang mana hal tersebut adalah bagian dari
tanda-tanda terjadinya klimakterium atau berkurangnya fungsi normal rahim.
2. Mengalami Gangguan Tidur
Gangguan tidur dan seluruh tubuh sering terasa panas juga merupakan salah satu
gejala dari klimakterium. Pada saat itu produksi hormon estrogen sudah berkurang
dan ovulasi di dalam rahim juga berkurang.
3. Mengalami Bad Mood
Saat usia menjelang menopause, emosi wanita cenderung tidak stabil. Mereka akan
mudah tersinggung dan marah karena sebab yang sepele. Oleh sebab itu, dalam fase
ini wanita harus mendapatkan perhatian yang lebih khususnya pada kondisi psikologis
mereka.
4. Rendah Gairah Seksual
Saat masa klimakterium ini, gairah seksual wanita akan menurun sehingga mereka
akan cenderung malas untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan. Ini
disebabkan karena hormon progesteron yang memicu gairah seksual mereka hanya
diproduksi sedikit saja. Jika wanita mengalami penurunan gairah seks ini, sebaiknya
pasangan harus mendukung, menghibur, dan jangan memaksa mereka untuk
melakukan hubungan intim karena dikhawatirkan mereka akan merasa tertekan.
2.15 Pencegahan Beberapa Dampak Masa Klimakterium
1. Tidur Cukup
Tidur cukup selama 7-9 jam sehari dapat membantu mengurangi gangguan tidur, sakit kepala, dan
mood.
2. Hindari Minuman Berkafein dan Beralkohol
Mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol dapat mencegah ngantuk atau membuat Anda
terjaga saat malam hari.
3. Konsumsi Makanan Bergizi
Perbanyaklah konsumsi makanan yang bernutrisi seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Wanita
menopause juga dapat mengonsumsi susu kedelai. Sebab susu kedelai mengandung estrogen alami
yang dibutuhkan tubuh
4. Jaga Berat Badan Tetap Ideal
Cara menghadapi menopause berikutnya adalah dengan menjaga berat badan ideal. Tak hanya itu,
mengurangi berat badan dapat membantu mengatasi keluhan menopause seperti rasa panas akibat
penumpukan lemak di dalam tubuh.
5. Gunakan Lubrikan Saat Berhubungan Seksual
Untuk mencegah nyeri vagina saat berhubungan seksual, gunakan lubrikan yang berbahan dasar air.
Anda juga dapat menggunakan pelembap khusus vagina supaya organ kewanitaan lebih lembap.
6. Olahraga Rutin
Olahraga aerobik, yoga, jogging, dan berenang juga dipercaya sebagai cara mengatasi gejala
menopause. Anda bisa melakukan olahraga tersebut 3-5 kali dalam sepekan.
7. Obat-Obatan
Untuk mengatasi gejala menopause, dokter dapat memberikan beberapa terapi dan obat-obatan.
Dokter dapat memberikan terapi hormon, antidepresan, vaginal estrogen, dan gabapentin.
8. Minum cukup air putih
Selama menopause, kulit akan menjadi lebih kering. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penurunan
kadar estrogen dalam tubuh. Minum 8-12 gelas air sehari dapat membantu meredakan gejala kulit
kering. Minum air putih juga dapat mengurangi gejala kembung yang terjadi akibat perubahan
hormonal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat simpulkan bahwa Infertilitas didefinisikan sebagai
ketidakmampuan pasangan suami istri untuk mendapatkan kehamilan secara alamiah
setelah selama satu tahun menjalani hubungan seksual tanpa kontrasepsi. Sedangkan
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal
masa senium dan terjadi pada Wanita berumur 40-65 tahun. Fase klimakterium adalah
masa peralihan yang dilalui seseorang Wanita dari periode reproduktif ke periode non
reproduktif.
3.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banya kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu kami mohon diberikan sarannya
agar bisa membuatmakalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

maria, s. (2021). klimaksterium dan menopause. STIKes syedza saintika padang.


rosita, a. t. (2020). Infertilitas dalam kebidanan. STIKes Dharma Husada Bandung.
http://responsitory.unimas .ac.id/1388/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai