Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI

INFERTILITAS
Dosen pengampu : Ns. Inez, M.Kep.

Kelompok 5 :

1. AlfiAldisa M.R (ST221002)


2. Dwi yati (ST221008)
3. Novita Siti F (ST221017)
4. Oktaphiana Saputri (ST221019)
5. Yuli Artha Prihat S (ST221023)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI
INFERTILITAS
Dosen pengampu : Ns. Inez, M.Kep.

Kelompok 5 :

1. AlfiAldisa M.R (ST221002)


2. Dwi yati (ST221008)
3. Novita Siti F (ST221017)
4. Oktaphiana Saputri (ST221019)
5. Yuli Artha Prihat S (ST221023)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Infertilitas”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Kesehatan Reproduksi di Program Studi Sarjana Keperawatan Program Alih
Kredit Angkatan 18 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada
Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis
dalam penyusunan makalah ini baik dari segi moril dan materil. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Surakarta, 09 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................3

BAB II KONSEP DASAR TEORI


A. Pengertian...........................................................................4
B. Etiologi...............................................................................4
C. Manifestasi Klinis..............................................................9
D. Patofisiologi.......................................................................10
E. Pathway..............................................................................12
F. Klasifikasi..........................................................................13
G. Pencegahan.........................................................................13
H. Penatalaksanaan.................................................................14
I. Pengobatan.........................................................................15
J. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


INFERTILITAS
A. Pengkajian..........................................................................21
B. Diagnosa.............................................................................25
C. Intervensi............................................................................25
D. Implementasi......................................................................35
E. Evaluasi..............................................................................35

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................36
B. Saran...................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri
selalu dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan
mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai
wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).

Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah


kehidupan seksual normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih
bercerai karena salah satu dari mereka tidak dapat memberi keturunan.
Ancaman terjadinya perceraian ini mencapai 43% dari masalah dalam
sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan bahwa peran mereka
sebagai orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak dalam
kehidupan perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organic atau
fisiologik yang menjadi sebab. Akan tetapi, sekarang telah menjadi
pendapat umum bahwa ketidakseimbangan jiwa dan ketakutan yang
berlebihan (emotional stress) dapat pula menurunkan kesuburan wanita
(Prawirohardjo, 2005).

Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti


dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan
dinyatakan sehat jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila
suami benar-benar sehat dan kemampuan menunaikan tugas dengan
baik, suami menyumbang 40% dari angka kejadian infertil, sedangkan
sisanya ada pada istri. Pada wanita dikemukakan beberapa sebab infertilitas
idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya baik tetapi pasangan
tersebut belum dapat hamil (Manuaba, 1999). Pendidikan agama yang
terlampau kolot, yang menganggap segala yang berhubungan dengan seks
itu tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan (Prawirohardjo,
2005).

1
Pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan pada tingkat
dunia mencapai 10-15%, dari jumlah tersebut 90% diketahui penyebabnya,
sekitar 40% diantaranya berasal dari faktor wanita (Hadibroto, 2007).
Kejadian infertilitas di Amerika Serikat sebesar 12%, ternyata fertilitas
menurun setelah usia 35 tahun, kejadian infertilitas pada wanita umur 16-20
tahun sebesar 4,5%, umur 35-40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40 tahun
sebesar 70% (Infertilitas, 2008)

Di Indonesia Infertilitas masih menjadi permasalahan bagi 15% pasangan


suami istri. Faktor infertilitas pria memegang peranan 50% dari keseluruhan
kasus. Dan dari keseluruhan kasus tersebut, dinyatakan bahwa 5%
disebabkan oleh kualitas sperma yang tidak baik dan berkurangnya jumlah
sperma (Umami, 2009).
Menurut penelitian Mashuri, 2006, 93 pasangan infertile di Rumah Sakit
Umum dr. Pirngadi Medan, data yang diperoleh,49,46% infertilitas berasal
dari pihak istri, 43,01% dari pihak suami dan 7,34% dari keduanya hasil
penelitian menunjukkan bahwa infertilitas paling banyak diderita oleh
perempuan dan paling banyak ditemukan kasus infertilitas primer sebanyak
90,32%. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kejadian
infertilitas masih tinggi, serta pentingnya pengetahuan dan sikap pasutri
tentang kesehatan reproduksi khususnya infertilitas. Melihat fenomena di atas,
penulis tertarik untuk membuat konsep asuhan keperawatan klien dengan
infertilitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian infertilitas?
2. Bagaimana etiologi infertilitas?
3. Bagaimana manifestasi klinis infertilitas?
4. Bagaimana patofisiologi infertilitas?
5. Apa saja klasifikasi infertilitas?
6. Bagaimana pencegahan infertilitas?
7. Bagaimana penatalaksanaan infertilitas?
8. Bagaimana cara pengobatan infertilitas?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari infertilitas?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai apa itu
gangguan infertilitas.
b. Dapat memecah masalah yang timbul dengan menggunakan proses
keperawatan.
c. Memperoleh informasi atau gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan masalah infertilitas.
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mampu malakukan pengkajian pada pasien dengan
gangguan infertilitas.
b. Agar mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada
pasien gangguan infertilitas.
c. Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
pasien dengan gangguan infertilitas.

3
BAB II
KONSEP TEORI & PEMBAHASAN

A. Pengertian

Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk


mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung
(Keperawatan Medikal Bedah).Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan
suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan
hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki
anak.(Sarwono, 2020).

Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 2018). Infertilitas
adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer
bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.
(Siswandi, 2016).Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi
biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dankelahiranbayihidup.

B. Etiologi

1. Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri)


a. Faktor penyakit

1) Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya


berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium)
terletak dan tumbuh di tempat lain. Gejala umum penyakit
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul
terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja
infertilitas.

2) Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran


reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran
telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum

4
infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada
sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat
berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau
berbau.

3) Mioma Uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan


otot yang ada di rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di
lapisan dalam (lapisan endometrium).

4) Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang


biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan
teremasremas oleh kontraksi rahim. Polip menyebabkan pertemuan
sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal
janin akan susah tumbuh.

5) Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput


(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia. Jenis kista yang paling sering menyebabkan
infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut
ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang
berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal),
obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur.

6) Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa


bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias
tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen
(sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.

7) Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang


umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan

5
sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan
ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi
biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal
memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc
dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi
di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke
dokter.

b. Faktor fungsional

1) Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan


bawaan (immunologis). Apabila embrio memiliki antigen yang
berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai
respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan
abortus spontan pada wanita hamil.

2) Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses


pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan
hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang
normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon
androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang
berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan
mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik,
sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.

3) Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi


(saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu,
maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam
rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang

6
mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan
rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka
gerakan sperma melambat. Di dalam saluran inilah sel telur
bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam
saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur.
Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis,
radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.Kelainan pada uterus,
misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.Kelainan
tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii
dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu.

4) Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur


dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio,
selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium.
Perempuan yang memiliki kadar hormon proges teron rendah,
cenderung mengalami gangguan pembuahan.

2. Penyebab Infertilitas pada Pria


a. Kelainan pada alat kelamin

1) Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara


lain pada permukaan testis.
2) Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam
kandung kemih.
3) Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju
bauh zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak
spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya
untuk menimbulkan kehamilan.

7
4) Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak
turun
b. Kegagalan fungsional

1) Kemampuan ereksi kurang.


2) Kelainan pembentukan spermatozoa
3) Gangguan pada sperma
4) Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan
biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut
mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron,
akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi
spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa
dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi
hormone.
5) Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu
bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga
terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik,
sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses
produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang
lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu
tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–
3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.
6) Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi
di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan
lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi
bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis
(Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja.
7) Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan
sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka
sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya

8
disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang memengaruhi tulang
belakang.
8) Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat
mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

C. Manifestasi Klinis

1. Wanita
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetik
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara
yang tidak berkembang, dan gonatnya abnormal
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal

2. Pria
a. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu
c. Riwayat infeksi genitorurinaria
d. Hipertiroidisme dan hipotiroid
e. Tumor hipofisis atau prolactinoma
f. Disfungsi ereksi berat
g. Ejakulasi retrograt
h. Hypo/epispadia
i. Mikropenis
j. Andesensus testis (testis masih dalam perut)

9
k. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas
sperma)
l. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
m. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
n. Abnormalitas cairan semen

D. Patofisiologi

1. Wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita


diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang
mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi
gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu
radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan
bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,
diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat
lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk
uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun
sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi
pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses
pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah
aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap
sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.

Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan


reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma
tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut
perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot
yang berujung pada abortus

2. Pria

10
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma tergan

11
E. Pathway
Pada Wanita Pada Pria

Gg. Hipoalamamus dan hipofisis, Disfungsi hipotalamus dan hipofisis. Gaya


terpapar radiasi, toksik, gaya hidup hidup, terpapar radiasi, toksik

Ketidakseimbangan hormonal
Mempengaruhi hormon
dalam tubuh (produksi
hormon tidak seimbang) Fungsi testis Obstruksi Ketidakmamp
menurun duktus & uan untuk
Pembentukan FSH dan LH tubulus koitus
Produksi /ejakulasi
sperma
Terjadi gg. Pada inflamasi
menurun Mempengaruhi
pembentukan folikel di
ovarium faktor
Bentuk sperma MK: psikologis
Gg. Bentuk anatomi sistem menjadi abnormal Resiko
reproduksi Infeksi MK: Ansietas

Bentuk tuba falopi yang Abnormalitas Serviks


tidak sesuai akibat cedera /
invfeksi
Mempengaruhi proses
Sperma tidak dapat lewat pemasukan
dan tidak terjadi fertilisasi
dari ovum dan sperma

Hasil konsepsi tidak


berkembang normal

Tidak kunjung hamil Timbul rasa malu dan


tidak berguna

MK: Ansietas Gg. Harga diri MK: Harga Diri Rendah

12
F. Klasifikasi

Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :

1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun


bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun
bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan berturut- turut.

G. Pencegahan

Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :

1. Mengobati infeksi di organ ada berbagai jenis infeksi


diketahuimenyebabkan infertilitas seperti infeksi prostat, testis / buah
zakar, maupun saluran sperma.
2. Menghindari rokok karena rokok mengandung zat-zat yang dapat
meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma.

3. Menghindari alcohol dan zat adiktif.


4. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar
hormon testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan sperma.
Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan
pertumbuhan sperma.
5. Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti obat darah
tinggi.

13
H. Penatalaksanaan
1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak
dan waktu yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, sepertiStimulant ovulasi, baik untuk
gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan
kadar prolaktin, pemberian tsh .
c. Terapi penggantian hormon
d. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
e. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
f. GIFT ( gemete intrafallopian transfer)
g. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas
h. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
i. Pengangkatan tumor atau fibroid
j. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

1 Laki-laki
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah anti bodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma

14
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas
dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida
K. Pengobatan
1. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki gangguan infeksi
traktus genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak jaringan
testis.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang
tersumbat.Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat
meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan
pembedahan untuk mengatasinya.
3. Terapi
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi
endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri,
pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif
4. Tindakan pembedahan/operasi Varikokel.
Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi
berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut.
Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan
pada 66 % penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan,
dibandingkan dengan hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi.
5. Memberikan suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah
bermakna karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa
pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil
menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di
tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya
menjadi titik harapan di masa datang.

15
6. Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat
diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan
ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar.
7. Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma.
8. Menjalani teknik reproduksi bantuan
Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi tabung.
Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang
sangat sedikit atau akibat masalah antobodi di mulut rahim. Pria dengan
jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba
inseminasibuatan

L. Pemeriksaan Diagnostik

1 Pemeriksaan fisik
a. Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
b. Pembesaran kel tiroid
c. Galaktorea
d. Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus

e. PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa

2 Pemeriksaan penunjang
a. Analisis sperma
Pengeluaran sperma dapat dilakukan di laboratorium yang
menyedian tempat untuk pasien mengeluarkan sperma. Pengeluaran
juga dapat dilakukan dirumah bila pasien bisa membawa specimen
dari waktu dikeluwarkan sampai dilaboratorium kurang dari 30
menit. Pasien diminta untuk menahan ejakulasi kurang lebih 3 hari
sebelum pemeriksaan. Hasil pemeriksaan normal analisis sperma
menurut WHO adalah sebagai berikut:Volume 2-5 cc, Jumlah > 20
juta/ml; Motilitas > 50%; Morfologi > 40% normal; likuefaksi: 15-30
menit.Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang
baik, maka biasanya diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu
sesudahnya pada keadaan yang lebih sehat/ nyaman guna

16
mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun hasil analis
sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan
pemilihan penatalaksanaan infertilitas.
b. Deteksi ovulasi
- Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi
teratursiklus ovulatoar
- Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1⁰C setelah
ovulasi : Bifasik - Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat
sebelum ovulasi : lendir serviks encer, daya membenang lebih
panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol
meningkat
3) Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan
tentang sebab infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk
mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan hipofise
dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (follicle
stimulation hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone
(estrogen dan progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini
diharapkan dapat menerangkan kemungkinan infertilitas dari
kegagalannya melepaskan telur (ovulasi). Demikian rancangan
pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga siklus
menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena
itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan
sehingga kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal
pengobatan selanjutnya.

4) Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan
epitel vagina

17
5) Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lender serviks. Caranya
dianjurkan melakukan hubungan seks dirumah dan setelah dua jam,
dating kerumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviksdimbil dan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang
dijumpai dilendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar
perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12. 13, dan 14 dengan
perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama. Hasilnya
masih belum mendapat kesepakatan para ahli.

6) Biopsy endometrium terjadwal


Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan
sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.

7) Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi
kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga
uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses
radang. Dilakukan secara terjadwal.

8) Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
9) Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya
untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas
folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri 1

10. Analisa Semen


- Analisis semen merupakan tes untuk mengukur
jumlah semen dan sperma seorang pria. Semen
merupakan cairan berwarna putih kental berisis
sperma yang dilepaskan saat ejakulasi. Pengumpulan

18
sperma dapat diambil melalui masturbasi untuk
kemudian dimasukkan ke dalam container steril juga
dapat dikumpulkan selama persenggamaan dengan
menggunakan kondom khusus.
- Persiapan khusus yang harus dilakukan untuk
pemeriksaan ini adalah tidak melakukan aktivitas
seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari
sebelum tes. Tes ini pentin untuk mengevaluasi
fertilitas seorang pria. Dengan tes ini dapat
ditentukan apakah permasalahannya karena gangguan
reproduksi atau kualitas sperma yang menyebabkan
infertilitas. Selain itu pemeriksaan kesuburan, tes ini
juga bisa dilakukan setelah vasektomi untuk
memastikan bahwa tidak ada sperma dalam semen.

- Parameter Warna Putih keruh


- PH 7,2 - 7,8
- Volume 2 - 5 ml
- Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
- Jumlah sperma 20 juta / ml
- Sperma motil > 50%
- Bentuk normal > 60%
- Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
- persentase gerak sperma motil > 60%
- Aglutasi Tidak ada
- Sel-sel Sedikit,tidak ada
- Uji fruktosa 150-650 mg/dl

11) Pemeriksaan endokrin


Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi
hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai
penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk
menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.

19
12) USG transvaginal
Secara serial: adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi. Ovulasi:
ukuran volikel 18-24m
13) Biopsi testis

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan


testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya
kelainan patologi

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
INFERTILITAS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama,
status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Wanita
1) Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah
 Riwayat infeksi genitorurinaria
 Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
 Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
 Tumor hipofisis atau prolaktinoma
 Riwayat penyakit menular seksual
 Riwayat kista
2) Riwayat kesehatan sekarang
 Endometriosis dan endometrits
 Vaginismus (kejang pada otot vagina)
 Gangguan ovulasi
 Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
 Autoimun
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

21
4) Riwayat Obstetri
 Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
 Mengalami aborsi berulang
 Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun
tanpa alat kontrasepsi
b. Pria
1) Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan
vitamin tertentu
 Riwayat infeksi genitorurinaria
 Hipertiroidisme dan hipotiroid
 Tumor hipofisis atau prolactinoma
 Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
 Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
 Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ
reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran
kemih
 Riwayat vasektomi
2) Riwayat kesehatan sekarang
 Disfungsi ereksi berat
 Ejakulasi retrograt
 Hypo/epispadia
 Mikropenis
 Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan
motilitas sperma)
 Saluran sperma yang tersumbat
 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
 Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
 Abnormalitas cairan semen

22
3) Riawayat kesehatan keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

B. PEMERKSAAN FISIK
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
1. Pemeriksaan vagina
 Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air
mani ke dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan
atau perolehan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebuah alat
yang disebut spekulum, yang dipakai untuk menahan agar vagina
terbuka. Kemudian mengambil cairan vagina untuk dianalisa di
laboratorium. Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring
terlentang dengan lutut terbuka, atau tidur miring dengan lutut
ditarik. Pemeriksaan ini tidak memberikan rasa sakit, sehingga
pasien dapat santai. Hal itu memungkinkan untuk mengetahui
secara jelas apakah ada masalah pada vagina, misalnya bekas
infeksi, fibroid, kista indung telur, atau gangguan lain
 Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP
Smear (smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada
setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina
dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim
diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa,
jangan melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan
produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
2. Pemeriksaan pria
 Pemeriksan kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran
rambut dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa
menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik

23
lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah
kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotum yang dapat
mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas)
sperma. Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti
memperkecil kemampuan produksi sperma.
 Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung
kedalam botol gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum),
setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan
dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah
dikeluarkan.

C. PEMEREKSAAN PENUNJANG
1. Wanita
 Deteksi Ovulasi
 Analisa hormone
 Sitologi vagina
 Uji pasca senggama
 Biopsy endometrium terjadwal
 Histerosalpinografi
 Laparoskopi
 Pemeriksaan pelvis ultrasound
2. Laki-laki
a. Analisa Semen
- Parameter
- Warna Putih keruh
- Bau Bunga akasia
- PH 7,2 - 7,8
- Volume 2 - 5 ml
- Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
- Jumlah sperma 20 juta / ml
- Sperma motil> 50% Bentuk norma
- > 60% Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik

24
- persentase gerak sperma motil
- > 60% Sel – sel Sedikit,tidak ada
- Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b. Pemeriksaan endokrin
c. USG
d. Biopsi testis
e. Uji penetrasi sperma
f. Uji hemizona

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses
diagnostic
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap
prognosis
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga
berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
E. INTERFENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Dx krteria hasil

1 Ansietas Tujuan : Mengurangi 1.Jelaskan tujuan test dan


berhubungan ansietas / rasa takut prosedur
dengan Kriteria Hasil: Rasional: Menurunkan
ketidaktahuan a. Klien mampu cemas dan takut terhadap
tentang akhir mengungkapkan diagnosis dan prognosis
proses diagnostic tentang infertilitas 2.Tingkatkan ekspresi
dan bagaimana perasaan dan takut,
treatmentnya contoh: menolak,

25
b. Klien depresi, dan marah
memperlihatkan Rasional: Biarkan pasien /
adanya peningkatan orang terdekat mengetahui
kontrol diri terhadap ini sebagai reaksi yang
diagnosa infertile c. normal
Klien mampu 3. Perasaan tidak
mengekspresikan diekspresikan dapat
perasaan tentang menimbulkan kekacauan
infertile internal dan efek
gambaran diri
4. Dorong keluarga untuk
menganggap pasien
seperti sebelumnya
Rasional : Meyakinkan
bahwa peran dalam
keluarga dan kerja tidak
berubah
5. Kolaborasi : berikan
sedative, tranquilizer
sesuai indikasi
Rasional: Mungkin
diperlukan untuk
membantu pasien rileks
sampai secara fisik
mampu untuk membuat
startegi koping adekuat

2 Gangguan konsep Tujuan : 1. Tanyakan dengan nama


diri ; harga diri Memfasilitasi apa pasien ingin
rendah integritas diri konsep dipanggil
berhubungan pribadi dan Rasional: Menunjukan
dengan gangguan perubahan gambaran kesopan santunan /
fertilitas penghargaan dan

26
Diri pengakuan personal
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi orang
a. Klien mampu terdekat dari siapa pasien
mengekspresikan memperoleh kenyaman
perasaan tentang dan siapa yang harus
infertile b. Terjalin memberitahuakan jika
kontak mata saat terjadi keadaan bahaya
berkomunikasi Rasional:Memungkinkan
c. Mengidentifikasi privasi untuk hubungan
aspek positif diri personal khusus, untuk
mengunjungi atau untuk
tetap dekat dan
menyediakan kebutuhan
dukungan bagi pasien
3. Dengarkan dengan aktif
masalah dan ketakutan
pasien
Rasional:
Menyampaikan perhatian
dan dapat dengan lebih
efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah
serta strategi koping
pasien dan seberapa
efektif
4. Dorong mengungkapkan
perasaan, menerima apa
yang dikatakannya
Rasional: Membantu
pasien / orang terdekat
untuk memulai
menerima perubahan dan
mengurangi ansietas

27
mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup
5. Diskusikan pandangan
pasien terhadap citra diri
dan efek yang
ditimbulkan dari
penyakit /
kondisiPersepsi pasien
mengenai perubahan
pada citra diri mungkin
terjadi secara tiba- tiba
atau kemudian

3 Berduka dan Tujuan : 1. Berikan lingkungan


antisipasi Memfasilitasi proses yang terbuka pasien
berhubungan berduka Kriteria merasa bebas untuk dapat
dengan prognosis Hasil: mendiskusikan perasaan
yang buruk a. Menunjukan rasa dan masalah secara realitas
pergerakan kearah kemampuan komunikasi
resolusi dan rasa terapeutik seperti aktif
berduka dan harapan mendengarkan, diam,
untuk masa depan selalu bersedia, dan
b. Klien pemahaman dapat
menunjukkan fungsi memberikan pasien
pada tingkat adekuat, kesempatan untuk
ikut serta dalam berbicara secara bebas dan
pekerjaan berhadapan dengan
perasaan
2. Identifikasi tingkat rasa
duka / disfungsi :
penyangkalan, marah,
tawar – menawar, depresi,
penerimaan Kecermatan

28
akan memberikan pilihan
intervensi yang sesuai
pada waktu induvidu
menghadapi rasa berduka
dalam berbagai cara yang
berbeda
3. Dengarkan dengan aktif
pandangan pasien dan
selalu sedia untuk
membantu jika diperlukan
Proses berduka tidak
berjalan dalam cara yang
teratur, tetapi
fluktuasainya dengan
berbagai aspek dari
berbagai tingkat yang
muncul pada suatu
kesempatan yang lain.
4. Identifikasi dan solusi
pemecahan masalah untuk
keberadaan respon –
respon fisik, misalnya
makan, tidur, tingkat
aktivitas dan hasrat seksual
Rasional : Mungkin
dibutuhkan tambahan
bantuan untuk berhadapan
dengan aspek – aspek fisik
dari rasa berduka

5. Kaji kebutuhan orang


terdekat dan bantu sesuai
petunjuk Identifikasi dari

29
masalah – masalah
berduka disfungsional
akan mengidentifikasi
intervensi individual
6. Kolaborasi : rujuk
sumber – sumber lainnya
misalnya konseling,
psikoterapi sesuai petunjuk
Rasional : Mungkin
dibutuhkan bantuan
tambahan untuk mengatasi
rasa berduka, membuat
rencana, dan menghadapi
masa depan

4 Nyeri akut Tujuan : nyeri dapat 1. Lakukan komunikasi


berhubungan teratasi terapeutik kemampuan
dengan efek test Kriteria Hasil: komunikasi terapeutik
diagnostic a. Ekspresi klien seperti aktif
terlihat tenang mendengarkan, diam,
b. Napas klien teratur selalu bersedia, dan
pemahaman dapat
memberikan pasien
kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan
berhadapan dengan
perasaan
2. Pantau lokasi, lamanya
intensitas dan penyebaran
(PQRST) Perhatikan tanda
nonverbal, contoh
peningkatan TD dan nadi,

30
gelisah, merintih
Rasional : Untuk
menentukan intervensi
selanjutnya
3. Jelaskan penyebab nyeri
dan pentingnya
melaporkan ke staff
terhadap karakteristik
nyeri
Rasional : Memberikan
kesempatan untuk
pemberian analgesik sesuai
waktu
4.Berikan tindakan
relaksasi, contoh pijatan,
lingkungan istirahat
Menurunkan tegangan otot
dan meningkatan koping
efektif
Rasional : Bantu atau
dorong penggunaan nafas
efektif Mengarahkan
kembali perhatian dan
membantu dalam relaksasi
otot
5.Bimbingan imajinasi
Rasional : Mengontrol
aktivitas terapeutik

5 Ketidakberdayaan Tujuan : 1. Kaji kemampuan dan


berhubungan mengembalikan tingkat kekurangan untuk

31
dengan kurang kemandirian pasien melaukan kebutuhan sehari
kontrol terhadap Kriteria Hasil: – hari
prognosis a.Mendemonstrasikan Rasional : Membantu
teknik / perubahan dalam mengantisipasi /
gaya hidup untuk merencanakan pemenuhan
memenuhi kebutuhan kebutuhan secara
perawatan diri individual
b. Melakukan 2. Hindari melakukan
aktivitas perawatan sesuatu untuk pasien yang
diri sesuai tingkat dapat dilakukan pasien
kemampuan sendiri sendiri, tetapi berikan
c. Mengidentifikasi bantuan sesuai kebutuhan
sumber pribadi dan Rasional : Pasien ini
komunitas dalam mungkin menjadi sangat
memberikan bantuan ketakutan dan sangat
sesuai kebutuhan tergantung dan meskipun
bantuan yang diberikan
bermamfaat dalam
mencegah frustasi, adalah
penting bagi pasien untuk
diri sendiri untuk
mempertahankan harga
diri
3. Sadari perilaku /
aktivitas impulsif karena
gangguan dalam
mengambil keputusan
Rasional : Dapat
menunjukan kebutuhan
intervensi dan pengawasan
tambahan untuk
meningkatakan keamanan

32
pasien
4. Pertahankan dukungan,
sikap yang tegas, beri
pasien waktu yang cukup
untuk mengerjakan
tugasnya
Rasional : Pasien akan
memerlukan empati tetapi
perlu untuk mengetahui
pemberi asuhan yang akan
membantu pasien secara
konsisten

6 Resiko tinggi Tujuan : Mendorong 1. Kaji keefektifan strategi


terhadap kemampuan koping koping dengan
kerusakan koping yang efektif dari mengobservasi prilaku
induvidu / pasien / keluarga kemampuan menyatakan
keluarga Kriteria Hasil: perasaan dan perhatian,
berhubungan a. Mengidentifikasi keinginan berpartisipasi
dengan metode tingkah laku koping dalam rencana pengobatan
yang digunakan yang tidak efektif dan 2. Kembangkan
dalam investigasi konsekuensi mekanisme adaptif
fertilitas b.Menunjukan mengubah pola hidup
kewaspadaan dari seseorang, mengatasi
koping pribadi / hipertensi kronik, dan
kemampuan mengintegrasikan terapi
memecahkan masalah yang diharuskan kedalam
c. Memenuhi kehidupan sehari – hari
kebutuhan psikologis 3. Bantu klien untuk
yang ditunjukan mengidentifikasi stresor
dengan spesifik dan kemungkinan
mengekspresikan strategi untuk
perasaan yang sesuai,

33
identifikasi pilihan mengatasinya
dan pengguanaan Rasional : Pengenalan
sumber – sumber terhadap stressor adalah
d. Membuat langkah pertama dalam
keputusan dan mengubah respons
menunjukan seseorang terhadap stressor
kepuasaan dengan 4. Libatkan pasien dalam
pilihan yang diambil. perencanaan perawatan
dan beri dorongan
partisipasi maksimal dalam
rencana pengobatan
Rasional : Keterlibatan
memberikan pasien
perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan,
memperbaiki keterampilan
koping dan dapat
meningkatkan kerjasama
dalam regimen terapeutik
5. Dorong pasien untuk
mengevaluasi prioritas /
tujuan hidup
Rasional : Fokus perhatian
pasien pada realitas situasi
yang ada.
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan
hidup yang perlu
Rasional : Perubahan yang
perlu harus diprioritaskan
secara realisti untuk
menghindari rasa tidak

34
menentu dan tidak berdaya

F. IMPLEMENTASI KEPERAWAATAN
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam tindakan
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat
yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara
didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus
menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka
validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya. (Amin
Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).
G. EVALUASI
Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015). Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk mngukur keberhasilan
dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien, bila masalah tidak
dapat dipecahkan atau timbul masalah baru amak perawat harus bersama
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah yang ada.

35
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang
telahmenikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memilki anak (Sarwono,
2000).
Etiologi :
1. Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor penyakit
1) Endometriosis
2) Infeksi Panggul
3) Mioma Uteri
4) Polip
5) Kista
b. Faktor fungsional
1) Gangguan sistem hormon wanita
2) Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
3) Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi
(saluran telur)
c. Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim Penyebab pada
laki-laki (suami)
d. Kelainan pada alat testis
1. Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal
antaralain pada permukaan testis.
2. Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk
kedalam kandung kemih.
3. Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah
menujubauh zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan
kemampuan gerakspermatozoa berkurang yang berarti
mengurangi kemampuannyauntuk menimbulkan kehamilan.
4. Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga
tidakturun

e. Kegagalan fungsional
1) Kemampuan ereksi kurang
2) Kelainan pembentukan spermatozoa.
3) Gangguan pada sperma.

36
B. SARAN
Agar pasangan suami istri terhindar dari gangguan infertilitas ada beberapa
cara untuk mengoptimalkan peluang hamil yaitu:
1. Olahraga moderat. Tidak berolahraga akan menyebabkan
periodemenstruasi yang panjang atau bahkan tidak terjadi.
2. Hindari kelebihan berat badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) yang optimal
adalah mulai dari 20 dan dibawah 27.
3. Hindari alkohol, rokok dan obat-obatan.
4. Hindari mengonsumsi kafein terlalu banyak. Jangan minum lebi dari satu
cangkir kopi setiap hari.
5. Tanyakan kembali obat-obat yang Anda konsumsi dengan dokter
Beberapa jenis obat bisa mempengaruhi kemampuan Anda untuk hamil
atau bisa mempengaruhi kehamilan normal.
6. Diet kesuburan. Diet kesuburan berikut ini dinilai akan membantu
meningkatkan kesuburan:
Hindari lemak trans (periksa pada setiap label makanan)
a. Makan kacang-kacangan atau protein nabati lebih banyak
b. Konsumsi gandum
c. Hindari minuman soda
d. Minum susu setiap hari.
Di samping cara di atas pasangan suami istri harus tetap
memperhatikan kesehatan reproduksinya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC


Manuaba. IBG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi Dan KB. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 1.
Jogyakarta: Mediaction

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Menelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Sarwono, 2000. Teori-teori
Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

https://www.scribd.com/doc/81049455/ASKEP-INFERTILITAS (diakses pada


hari Selasa, tanggal 29 Maret 2016, jam 17.17 Wita).

https://www.scribd.com/doc/290840893/askep-in-bab-1 (diakses pada hari Selasa,


tanggal 29 Maret 2016, jam 18.28 Wita).

https://www.scribd.com/doc/123479073/referat-infertilitas (diakses pada hari


Selasa, tanggal 29 Maret 2016, jam 18.30).

38

Anda mungkin juga menyukai