INFERTILITAS
Dosen pengampu : Ns. Inez, M.Kep.
Kelompok 5 :
Kelompok 5 :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Infertilitas”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Kesehatan Reproduksi di Program Studi Sarjana Keperawatan Program Alih
Kredit Angkatan 18 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada
Surakarta.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................36
B. Saran...................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri
selalu dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan
mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai
wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
1
Pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan pada tingkat
dunia mencapai 10-15%, dari jumlah tersebut 90% diketahui penyebabnya,
sekitar 40% diantaranya berasal dari faktor wanita (Hadibroto, 2007).
Kejadian infertilitas di Amerika Serikat sebesar 12%, ternyata fertilitas
menurun setelah usia 35 tahun, kejadian infertilitas pada wanita umur 16-20
tahun sebesar 4,5%, umur 35-40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40 tahun
sebesar 70% (Infertilitas, 2008)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian infertilitas?
2. Bagaimana etiologi infertilitas?
3. Bagaimana manifestasi klinis infertilitas?
4. Bagaimana patofisiologi infertilitas?
5. Apa saja klasifikasi infertilitas?
6. Bagaimana pencegahan infertilitas?
7. Bagaimana penatalaksanaan infertilitas?
8. Bagaimana cara pengobatan infertilitas?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari infertilitas?
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai apa itu
gangguan infertilitas.
b. Dapat memecah masalah yang timbul dengan menggunakan proses
keperawatan.
c. Memperoleh informasi atau gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan masalah infertilitas.
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mampu malakukan pengkajian pada pasien dengan
gangguan infertilitas.
b. Agar mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada
pasien gangguan infertilitas.
c. Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
pasien dengan gangguan infertilitas.
3
BAB II
KONSEP TEORI & PEMBAHASAN
A. Pengertian
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 2018). Infertilitas
adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer
bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.
(Siswandi, 2016).Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi
biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dankelahiranbayihidup.
B. Etiologi
4
infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada
sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat
berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau
berbau.
5
sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan
ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi
biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal
memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc
dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi
di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke
dokter.
b. Faktor fungsional
6
mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan
rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka
gerakan sperma melambat. Di dalam saluran inilah sel telur
bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam
saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur.
Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis,
radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.Kelainan pada uterus,
misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.Kelainan
tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii
dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu.
7
4) Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak
turun
b. Kegagalan fungsional
8
disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang memengaruhi tulang
belakang.
8) Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat
mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
C. Manifestasi Klinis
1. Wanita
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetik
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara
yang tidak berkembang, dan gonatnya abnormal
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal
2. Pria
a. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu
c. Riwayat infeksi genitorurinaria
d. Hipertiroidisme dan hipotiroid
e. Tumor hipofisis atau prolactinoma
f. Disfungsi ereksi berat
g. Ejakulasi retrograt
h. Hypo/epispadia
i. Mikropenis
j. Andesensus testis (testis masih dalam perut)
9
k. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas
sperma)
l. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
m. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
n. Abnormalitas cairan semen
D. Patofisiologi
1. Wanita
2. Pria
10
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma tergan
11
E. Pathway
Pada Wanita Pada Pria
Ketidakseimbangan hormonal
Mempengaruhi hormon
dalam tubuh (produksi
hormon tidak seimbang) Fungsi testis Obstruksi Ketidakmamp
menurun duktus & uan untuk
Pembentukan FSH dan LH tubulus koitus
Produksi /ejakulasi
sperma
Terjadi gg. Pada inflamasi
menurun Mempengaruhi
pembentukan folikel di
ovarium faktor
Bentuk sperma MK: psikologis
Gg. Bentuk anatomi sistem menjadi abnormal Resiko
reproduksi Infeksi MK: Ansietas
12
F. Klasifikasi
G. Pencegahan
13
H. Penatalaksanaan
1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak
dan waktu yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, sepertiStimulant ovulasi, baik untuk
gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan
kadar prolaktin, pemberian tsh .
c. Terapi penggantian hormon
d. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
e. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
f. GIFT ( gemete intrafallopian transfer)
g. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas
h. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
i. Pengangkatan tumor atau fibroid
j. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
1 Laki-laki
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah anti bodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
14
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas
dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida
K. Pengobatan
1. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki gangguan infeksi
traktus genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak jaringan
testis.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang
tersumbat.Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat
meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan
pembedahan untuk mengatasinya.
3. Terapi
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi
endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri,
pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif
4. Tindakan pembedahan/operasi Varikokel.
Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi
berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut.
Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan
pada 66 % penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan,
dibandingkan dengan hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi.
5. Memberikan suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah
bermakna karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa
pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil
menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di
tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya
menjadi titik harapan di masa datang.
15
6. Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat
diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan
ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar.
7. Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma.
8. Menjalani teknik reproduksi bantuan
Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi tabung.
Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang
sangat sedikit atau akibat masalah antobodi di mulut rahim. Pria dengan
jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba
inseminasibuatan
L. Pemeriksaan Diagnostik
1 Pemeriksaan fisik
a. Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
b. Pembesaran kel tiroid
c. Galaktorea
d. Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
2 Pemeriksaan penunjang
a. Analisis sperma
Pengeluaran sperma dapat dilakukan di laboratorium yang
menyedian tempat untuk pasien mengeluarkan sperma. Pengeluaran
juga dapat dilakukan dirumah bila pasien bisa membawa specimen
dari waktu dikeluwarkan sampai dilaboratorium kurang dari 30
menit. Pasien diminta untuk menahan ejakulasi kurang lebih 3 hari
sebelum pemeriksaan. Hasil pemeriksaan normal analisis sperma
menurut WHO adalah sebagai berikut:Volume 2-5 cc, Jumlah > 20
juta/ml; Motilitas > 50%; Morfologi > 40% normal; likuefaksi: 15-30
menit.Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang
baik, maka biasanya diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu
sesudahnya pada keadaan yang lebih sehat/ nyaman guna
16
mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun hasil analis
sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan
pemilihan penatalaksanaan infertilitas.
b. Deteksi ovulasi
- Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi
teratursiklus ovulatoar
- Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1⁰C setelah
ovulasi : Bifasik - Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat
sebelum ovulasi : lendir serviks encer, daya membenang lebih
panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol
meningkat
3) Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan
tentang sebab infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk
mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan hipofise
dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (follicle
stimulation hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone
(estrogen dan progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini
diharapkan dapat menerangkan kemungkinan infertilitas dari
kegagalannya melepaskan telur (ovulasi). Demikian rancangan
pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga siklus
menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena
itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan
sehingga kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal
pengobatan selanjutnya.
4) Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan
epitel vagina
17
5) Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lender serviks. Caranya
dianjurkan melakukan hubungan seks dirumah dan setelah dua jam,
dating kerumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviksdimbil dan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang
dijumpai dilendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar
perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12. 13, dan 14 dengan
perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama. Hasilnya
masih belum mendapat kesepakatan para ahli.
7) Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi
kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga
uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses
radang. Dilakukan secara terjadwal.
8) Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
9) Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya
untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas
folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri 1
18
sperma dapat diambil melalui masturbasi untuk
kemudian dimasukkan ke dalam container steril juga
dapat dikumpulkan selama persenggamaan dengan
menggunakan kondom khusus.
- Persiapan khusus yang harus dilakukan untuk
pemeriksaan ini adalah tidak melakukan aktivitas
seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari
sebelum tes. Tes ini pentin untuk mengevaluasi
fertilitas seorang pria. Dengan tes ini dapat
ditentukan apakah permasalahannya karena gangguan
reproduksi atau kualitas sperma yang menyebabkan
infertilitas. Selain itu pemeriksaan kesuburan, tes ini
juga bisa dilakukan setelah vasektomi untuk
memastikan bahwa tidak ada sperma dalam semen.
19
12) USG transvaginal
Secara serial: adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi. Ovulasi:
ukuran volikel 18-24m
13) Biopsi testis
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
INFERTILITAS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama,
status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Wanita
1) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
Tumor hipofisis atau prolaktinoma
Riwayat penyakit menular seksual
Riwayat kista
2) Riwayat kesehatan sekarang
Endometriosis dan endometrits
Vaginismus (kejang pada otot vagina)
Gangguan ovulasi
Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
Autoimun
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
21
4) Riwayat Obstetri
Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
Mengalami aborsi berulang
Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun
tanpa alat kontrasepsi
b. Pria
1) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan
vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid
Tumor hipofisis atau prolactinoma
Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ
reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran
kemih
Riwayat vasektomi
2) Riwayat kesehatan sekarang
Disfungsi ereksi berat
Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan
motilitas sperma)
Saluran sperma yang tersumbat
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen
22
3) Riawayat kesehatan keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
B. PEMERKSAAN FISIK
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
1. Pemeriksaan vagina
Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air
mani ke dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan
atau perolehan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebuah alat
yang disebut spekulum, yang dipakai untuk menahan agar vagina
terbuka. Kemudian mengambil cairan vagina untuk dianalisa di
laboratorium. Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring
terlentang dengan lutut terbuka, atau tidur miring dengan lutut
ditarik. Pemeriksaan ini tidak memberikan rasa sakit, sehingga
pasien dapat santai. Hal itu memungkinkan untuk mengetahui
secara jelas apakah ada masalah pada vagina, misalnya bekas
infeksi, fibroid, kista indung telur, atau gangguan lain
Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP
Smear (smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada
setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina
dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim
diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa,
jangan melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan
produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
2. Pemeriksaan pria
Pemeriksan kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran
rambut dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa
menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik
23
lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah
kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotum yang dapat
mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas)
sperma. Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti
memperkecil kemampuan produksi sperma.
Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung
kedalam botol gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum),
setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan
dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah
dikeluarkan.
C. PEMEREKSAAN PENUNJANG
1. Wanita
Deteksi Ovulasi
Analisa hormone
Sitologi vagina
Uji pasca senggama
Biopsy endometrium terjadwal
Histerosalpinografi
Laparoskopi
Pemeriksaan pelvis ultrasound
2. Laki-laki
a. Analisa Semen
- Parameter
- Warna Putih keruh
- Bau Bunga akasia
- PH 7,2 - 7,8
- Volume 2 - 5 ml
- Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
- Jumlah sperma 20 juta / ml
- Sperma motil> 50% Bentuk norma
- > 60% Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
24
- persentase gerak sperma motil
- > 60% Sel – sel Sedikit,tidak ada
- Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b. Pemeriksaan endokrin
c. USG
d. Biopsi testis
e. Uji penetrasi sperma
f. Uji hemizona
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses
diagnostic
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap
prognosis
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga
berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
E. INTERFENSI KEPERAWATAN
25
b. Klien depresi, dan marah
memperlihatkan Rasional: Biarkan pasien /
adanya peningkatan orang terdekat mengetahui
kontrol diri terhadap ini sebagai reaksi yang
diagnosa infertile c. normal
Klien mampu 3. Perasaan tidak
mengekspresikan diekspresikan dapat
perasaan tentang menimbulkan kekacauan
infertile internal dan efek
gambaran diri
4. Dorong keluarga untuk
menganggap pasien
seperti sebelumnya
Rasional : Meyakinkan
bahwa peran dalam
keluarga dan kerja tidak
berubah
5. Kolaborasi : berikan
sedative, tranquilizer
sesuai indikasi
Rasional: Mungkin
diperlukan untuk
membantu pasien rileks
sampai secara fisik
mampu untuk membuat
startegi koping adekuat
26
Diri pengakuan personal
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi orang
a. Klien mampu terdekat dari siapa pasien
mengekspresikan memperoleh kenyaman
perasaan tentang dan siapa yang harus
infertile b. Terjalin memberitahuakan jika
kontak mata saat terjadi keadaan bahaya
berkomunikasi Rasional:Memungkinkan
c. Mengidentifikasi privasi untuk hubungan
aspek positif diri personal khusus, untuk
mengunjungi atau untuk
tetap dekat dan
menyediakan kebutuhan
dukungan bagi pasien
3. Dengarkan dengan aktif
masalah dan ketakutan
pasien
Rasional:
Menyampaikan perhatian
dan dapat dengan lebih
efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah
serta strategi koping
pasien dan seberapa
efektif
4. Dorong mengungkapkan
perasaan, menerima apa
yang dikatakannya
Rasional: Membantu
pasien / orang terdekat
untuk memulai
menerima perubahan dan
mengurangi ansietas
27
mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup
5. Diskusikan pandangan
pasien terhadap citra diri
dan efek yang
ditimbulkan dari
penyakit /
kondisiPersepsi pasien
mengenai perubahan
pada citra diri mungkin
terjadi secara tiba- tiba
atau kemudian
28
akan memberikan pilihan
intervensi yang sesuai
pada waktu induvidu
menghadapi rasa berduka
dalam berbagai cara yang
berbeda
3. Dengarkan dengan aktif
pandangan pasien dan
selalu sedia untuk
membantu jika diperlukan
Proses berduka tidak
berjalan dalam cara yang
teratur, tetapi
fluktuasainya dengan
berbagai aspek dari
berbagai tingkat yang
muncul pada suatu
kesempatan yang lain.
4. Identifikasi dan solusi
pemecahan masalah untuk
keberadaan respon –
respon fisik, misalnya
makan, tidur, tingkat
aktivitas dan hasrat seksual
Rasional : Mungkin
dibutuhkan tambahan
bantuan untuk berhadapan
dengan aspek – aspek fisik
dari rasa berduka
29
masalah – masalah
berduka disfungsional
akan mengidentifikasi
intervensi individual
6. Kolaborasi : rujuk
sumber – sumber lainnya
misalnya konseling,
psikoterapi sesuai petunjuk
Rasional : Mungkin
dibutuhkan bantuan
tambahan untuk mengatasi
rasa berduka, membuat
rencana, dan menghadapi
masa depan
30
gelisah, merintih
Rasional : Untuk
menentukan intervensi
selanjutnya
3. Jelaskan penyebab nyeri
dan pentingnya
melaporkan ke staff
terhadap karakteristik
nyeri
Rasional : Memberikan
kesempatan untuk
pemberian analgesik sesuai
waktu
4.Berikan tindakan
relaksasi, contoh pijatan,
lingkungan istirahat
Menurunkan tegangan otot
dan meningkatan koping
efektif
Rasional : Bantu atau
dorong penggunaan nafas
efektif Mengarahkan
kembali perhatian dan
membantu dalam relaksasi
otot
5.Bimbingan imajinasi
Rasional : Mengontrol
aktivitas terapeutik
31
dengan kurang kemandirian pasien melaukan kebutuhan sehari
kontrol terhadap Kriteria Hasil: – hari
prognosis a.Mendemonstrasikan Rasional : Membantu
teknik / perubahan dalam mengantisipasi /
gaya hidup untuk merencanakan pemenuhan
memenuhi kebutuhan kebutuhan secara
perawatan diri individual
b. Melakukan 2. Hindari melakukan
aktivitas perawatan sesuatu untuk pasien yang
diri sesuai tingkat dapat dilakukan pasien
kemampuan sendiri sendiri, tetapi berikan
c. Mengidentifikasi bantuan sesuai kebutuhan
sumber pribadi dan Rasional : Pasien ini
komunitas dalam mungkin menjadi sangat
memberikan bantuan ketakutan dan sangat
sesuai kebutuhan tergantung dan meskipun
bantuan yang diberikan
bermamfaat dalam
mencegah frustasi, adalah
penting bagi pasien untuk
diri sendiri untuk
mempertahankan harga
diri
3. Sadari perilaku /
aktivitas impulsif karena
gangguan dalam
mengambil keputusan
Rasional : Dapat
menunjukan kebutuhan
intervensi dan pengawasan
tambahan untuk
meningkatakan keamanan
32
pasien
4. Pertahankan dukungan,
sikap yang tegas, beri
pasien waktu yang cukup
untuk mengerjakan
tugasnya
Rasional : Pasien akan
memerlukan empati tetapi
perlu untuk mengetahui
pemberi asuhan yang akan
membantu pasien secara
konsisten
33
identifikasi pilihan mengatasinya
dan pengguanaan Rasional : Pengenalan
sumber – sumber terhadap stressor adalah
d. Membuat langkah pertama dalam
keputusan dan mengubah respons
menunjukan seseorang terhadap stressor
kepuasaan dengan 4. Libatkan pasien dalam
pilihan yang diambil. perencanaan perawatan
dan beri dorongan
partisipasi maksimal dalam
rencana pengobatan
Rasional : Keterlibatan
memberikan pasien
perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan,
memperbaiki keterampilan
koping dan dapat
meningkatkan kerjasama
dalam regimen terapeutik
5. Dorong pasien untuk
mengevaluasi prioritas /
tujuan hidup
Rasional : Fokus perhatian
pasien pada realitas situasi
yang ada.
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan
hidup yang perlu
Rasional : Perubahan yang
perlu harus diprioritaskan
secara realisti untuk
menghindari rasa tidak
34
menentu dan tidak berdaya
F. IMPLEMENTASI KEPERAWAATAN
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam tindakan
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat
yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara
didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus
menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka
validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya. (Amin
Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).
G. EVALUASI
Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015). Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk mngukur keberhasilan
dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien, bila masalah tidak
dapat dipecahkan atau timbul masalah baru amak perawat harus bersama
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah yang ada.
35
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang
telahmenikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memilki anak (Sarwono,
2000).
Etiologi :
1. Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor penyakit
1) Endometriosis
2) Infeksi Panggul
3) Mioma Uteri
4) Polip
5) Kista
b. Faktor fungsional
1) Gangguan sistem hormon wanita
2) Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
3) Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi
(saluran telur)
c. Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim Penyebab pada
laki-laki (suami)
d. Kelainan pada alat testis
1. Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal
antaralain pada permukaan testis.
2. Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk
kedalam kandung kemih.
3. Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah
menujubauh zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan
kemampuan gerakspermatozoa berkurang yang berarti
mengurangi kemampuannyauntuk menimbulkan kehamilan.
4. Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga
tidakturun
e. Kegagalan fungsional
1) Kemampuan ereksi kurang
2) Kelainan pembentukan spermatozoa.
3) Gangguan pada sperma.
36
B. SARAN
Agar pasangan suami istri terhindar dari gangguan infertilitas ada beberapa
cara untuk mengoptimalkan peluang hamil yaitu:
1. Olahraga moderat. Tidak berolahraga akan menyebabkan
periodemenstruasi yang panjang atau bahkan tidak terjadi.
2. Hindari kelebihan berat badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) yang optimal
adalah mulai dari 20 dan dibawah 27.
3. Hindari alkohol, rokok dan obat-obatan.
4. Hindari mengonsumsi kafein terlalu banyak. Jangan minum lebi dari satu
cangkir kopi setiap hari.
5. Tanyakan kembali obat-obat yang Anda konsumsi dengan dokter
Beberapa jenis obat bisa mempengaruhi kemampuan Anda untuk hamil
atau bisa mempengaruhi kehamilan normal.
6. Diet kesuburan. Diet kesuburan berikut ini dinilai akan membantu
meningkatkan kesuburan:
Hindari lemak trans (periksa pada setiap label makanan)
a. Makan kacang-kacangan atau protein nabati lebih banyak
b. Konsumsi gandum
c. Hindari minuman soda
d. Minum susu setiap hari.
Di samping cara di atas pasangan suami istri harus tetap
memperhatikan kesehatan reproduksinya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 1.
Jogyakarta: Mediaction
38