Disusunoleh :
KELOMPOK A3
i
Kata pengantar
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga laporan
tentang Infertilitas ini bisa selesai pada wakunya.
Kami berharap semoga makalah Infertilitas yang kami susun bisa menambahkan
pengetahuan pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah Infertilitas
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengaharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
(Penulis)
ii
Daftar Isi
Sampul……………………………………………………………………………………………………………………………….. 1
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………. 2
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………. 2
A.Pengertian Infertilitas…………………………………………………………………………………………………. 3
B.Jenis Infertilitas………………………………………………………………………………………………………….. 3
C. Etiologi Infertilitas……………………………………………………………………………………………………….. 3
D Patofisiologi ………………………………………………………………………………………………………………. 7
E. Pathway …………………………………………………………………………………………………………………….. 9
A. KASUS ……………………………………………………………………………………………………………………… 10
E . Implementasi ……………………………………………………………………………………………………………. 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………. 16
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infertilitas adalah suatu kondisi tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah
berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur dalam waktu satu tahun.
Infertilitas terjadi lebih dari 20% pada populasi di indonesia, dan dari kasus tersebut terdapat
40% pada wanita, 40% pada pria dan 20% pada keduanya dan ini yang menyebabkan
pasangan suami istri tidak mendapat keturunan. Diperkirakan 85-90% pasangan yang sehat
akan mendapat pembuahan dalam 1 tahun. (DepKes, 2006).
Populasi obesitas tertinggi di dunia adalah Amerika Serikat yakni sebesar 26% dan
terendah ialah Asia Tenggara yakni sebesar 3% (WHO, 2017). Sedangkan di Indonesia
penderita obesitas mencapai 11 juta penduduk atau 6,8% dari populasi dewasa (Latif, 2014).
WHO (2017) juga mengatakan bahwa di semua wilayah WHO perempuan cenderung lebih
berisiko mengalami obesitas daripada laki-laki. Di daerah Afrika, Timur Tengah dan Asia
Tenggara, perempuan memiliki kira-kira dua kali lipat prevalensi obesitas dibandingkan
dengan laki-laki.
1
wanita normal. Menurut beberapa studi penelitian polysyclic ovarium syndrome dapat
dicegah dengan cara memodifikasi gaya hidup salah satunya yaitu melakukan pengurangan
berat badan dan lemak perut dengan cara mengurangi asupan kalori. Hal ini terbukti dapat
menurunkan kadar androgen, mengurangi resistensi insulin sehingga diharapkan dapat
mengembalikan frekuensi dan amplitude LH dalam jumlah normal sehingga siklus
menstruasi dapat berjalan secara normal sehingga diharapkan dapat mengurangi risiko
infertilitas pada polycystic ovarium syndrome (PCOS).
B. RUMUSAN MASALAH
3. Penatalaksanaan pada kasus infertilitas pada ibu dengan usia 25 tahun dan belum memiliki
keturunan setelah 1 tahun menikah.
C. TUJUAN
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau enam bulan pada
wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi dan melakukan hubungan
seksual aktif (Kusmiran, 2013).
Infertilitas memberikan dampak bagi pasangan suami istri yang mengalaminya, selain
menyebabkan masalah medis, juga berdampak pada masalah psikologis bahkan
perekonomian. Secara garis besar, pasangan yang mengalami infertilitas akan menjalani
proses panjang, di mana proses ini dapat menjadi beban fisik dan psikologis bagi pasangan
infertilitas (Koes, 2014).
B. Jenis Infertilitas
Infertilitas ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu infertilitas primer dan
sekunder. Infertilitas primer adalah ketika Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah
menikah lebih dari satu tahun melakukan hubungan seksual secara aktif tanpa usaha
pencegahan, tetapi belum juga terjadi kehamilan, atau belum pernah melahirkan anak
hidup dan infertilitas sekunder adalah jika istri pernah hamil, namun kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi. Sementara itu,
hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 83 responden, sebagian besar (77,1 persen)
mengalami infertilitas primer.
C. Etiologi Infertilitas
3
Faktor penyebab infertilas pada pria
Penyebab infertilitas pada pria di bagi menjadi 3 kategori utama yaitu :
a. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis primer
( hipergonadotropik hipogonadisme) yang disebabkan oleh faktor genetik
(sindrome Klinefelter, mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan langsung
lainnya terkait anatomi (crytorchidism,varikokel), infeksi (mumps orchitis), atau
gonadotoksin. Stimulasi gonadotropin yang tidak adekuat yang disebabkan
karena faktor genetik (isolated gonadotropin deficiency), efek langsung maupun
tidak langsung dari tumor hipotalamus atau pituitari, atau penggunaan androgen
eksogen, misalnya Danazol, Metiltestoteron (penekanan pada sekresi
gonadotropin) merupakan penyebab lain dari produksi sperma yang buruk.
b. Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi antisperma, radang saluran
genital (prostatitis), varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan
biokimia, atau gangguan dengan perlengketan sperma ( ke zona pelusida) atau
penetrasi.
c. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas deferens
bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat (acquired) pada epididimis
atau duktus ejakulatorius (penanganan interil).
Faktor infertilitas pada wanita
A. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi jumlahnya sekitar 30-40% dari seluruh kasus infertilitas
wanita. Gangguan-gangguan ini umumnya sangat mudah didiagnosis menjadi
penyebab infertilitas. Karena ovulasi sangat berperan dalam konsepsi, ovulasi harus
dicatat sebagai bagian dari penilaian dasar pasangan infertil. Terjadinya anovulasi
dapat disebabkan tidak ada atau sedikitnya produksi gonadotropin releasing hormon
(GnRH) oleh hipotalamus ( 40 % kasus), sekresi hormon prolaktin oleh tumor
hipopise (20 % kasus), PCOS ( 30 % kasus), kegagalan ovarium dini (10%). 7
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas diantaranya :
Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise (hipogonadotropin
hipogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang rendah,
prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10 %
dari seluruh kelainan ovulasi.
Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropinnormogonadism).
Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun
estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85 % dari seluruh kasus
kelainan ovulasi. Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah
oligomenorea atau amenorea yang banyak terjadi pada kasus PCOS. Delapan
puluh sampai sembilan puluh persen pasien PCOS akan mengalami
oligomenorea dan 30 % akan mengalami amenorea.
Kelas 3 : Kegagalan ovarium ( hipogonadotropin hipogonadism).
Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan
kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh gangguan
4
ovulasi.Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat gangguan
cadangan ovarium (premature ovarian failure/diminisshed ovarian reserved).
Kelas 4 : Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat
disfungsi ovarium, memiliki kadar prolaktin yang tinggi (hiperprolaktinemia).
B. Kelainan Anatomis
Kelainan anatomis yang sering ditemukan berhubungan dengan infertilitas yaitu :
a. Infertilitas faktor tuba dan peritoneum
Selama 20 tahun terakhir terdapat pergeseran penyebab infertilitas, dari faktor
ovarium dan uterus mengarah ke faktor tuba. Faktor tuba dan peritoneum menjadi
penyebab kasus infertilitas yang cukup banyak dan merupakan diagnosis primer
pada 30-40% pasangan infertil. Faktor tuba mencakup kerusakan atau obstruksi
tuba fallopii, biasanya berhubungan dengan penyakit peradangan panggul,
pembedahan panggul atau tuba sebelumnya. Adanya riwayat PID, abortus septik,
ruptur apendiks, pembedahan tuba, atau kehamilan ektopik sebelumnya menjadi
faktor resiko besar untuk terjadinya kerusakan tuba.
b. Kelainan Serviks
Kelainan serviks yang dapat menyebabkan infertilitas adalah:
1. Perkembangan serviks yang abnormal sehingga dapat mencegah migrasi
sperma
2. Tumor serviks (polip,mioma) dapat menutupi saluran sperma atau
menimbulkan discharge yang mengganggu spermatozoa. atau tidak mampu
mempertahankan produk kehamilan
3. Servisitis yang menghasilkan asam atau sekresi purulen yang bersifat toksin
terhadap spermatozoa. Streptococcus,staphylococcus,gonococcus, tricomonas dan
infeksi campuran merupakan penyebab terbanyak.
c. factor penyakit
factor penyakit merupakan penyebab inferlitas seperti :
Mioma uteri, mkhususnya mioma submukosa mungkin mempengaruhi
transportasi gamet dengan cara menghalangi ostium tuba. Pembesaran
dari rahim dan distorsi dari kontur uterus mungkin mempengaruhi
implantasi, menyebabkan disfungsional kontraktilitas uterus.
Kelainan endometrium, seperti adanya polip, endometritis, hiperplasia
dan perlengketean intrauterin (Sindroma Asherman)
Endometriosis klasik tampak sebagai pigmen hitam-kebiruan seperti
lesi( “powder-burn”) pada permukaan kandung kemih, ovarium, tuba
falopi, kantong rekto-uterina, dan usus besar. Endometriosis non klasik
tampak seperti lesi dan vesikel merah, coklat atau putih. Endometriosis
berat dengan kerusakan tuba falopi dan ovarium menyebabkan adhesi
atau munculnya endometrioma, merupakan penyebab infertilitas.
5
Faktor yang mempengaruhi Infertilitas
Yang menyebabkan terjadi nya Infertilitas di antara lain :
1. Kelompok Usia
Fase reproduksi merupakan waktu bereproduksi sehingga dapat mempunyai
kemampuan untuk hamil yang dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase
menopause. Pada fase reproduksi, wanita mempunyai 400 sel telur. Semenjak
wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi
secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami
menstruasi sampai sekitar 400 kali. Diatas umur 35 tahun, kemampuan reproduksi
wanita menurun drastis. Simpanan sel telur mulai berkurang pada umur 35 tahun
dikarenakan mulai terjadi ketidakseimbangan hormon sehingga kesempatan
wanita untuk bisa hamil menurun drastis dan kualitas sel telur yang dihasilkan pun
menurun. Hal ini mengakibatkan tingkat keguguran meningkat. Pada kisaran umur
45 tahun sel telur sudah tidak berproduksi sehingga tidak terjadi menstruasi lagi
dan kesempatan hamil sudah jauh meningkat (Aizid, 2012).
2. Kebiasan Merokok
Kebiasaan merokok merupakan salah satu gaya hidup yang akan semakin
menambah radikal bebas dalam tubuh sehingga lebih rentan mengalami
infertilitas. Mitokondria dan plasma merupakan tempat produksi radikal bebas
dalam tubuh. Proses produksi ini melibatkan enzim kreatinin kinase dan
diaphorase. Radikal bebas menyebabkan kerusakan DNA dan akhirnya apopotosis
sel sperma.
Pada wanita yang mengonsumsi rokok, ditemukan kadar estradiol yang rendah
dalam darah dan cairan folikular. Respons ovarium terhadap clomifen pada wanita
yang merokok juga rendah, selain menyebabkan infertilitas juga menyebabkan
aborsi dan angka keberhasilan kehamilan rendah.
3. Konsumsi Alkohol
Alkohol dapat mengganggu fungsi sel Leydig dengan sintesis testosteron
sehingga menyebabkan kerusakan pada membran basalis. Alkohol juga dapat
memperburuk kualitas sperma, jumlah sperma rendah, encer, morfologi sperma
6
abnormal serta menurunkan kadar zinc yang berguna untuk membentuk lapisan
luar dan ekor sperma serta melindungi dari kerusakan oxidative dan membantu
menghentikan aglutinasi dan jika dalam jumlah banyak dapat menurunkan fungsi
seksual melalui penghambatan biosintesis (Ambarwati, 2009).
4. Obesitas
Faktor risiko kejadian infertilitas lainnya adalah obesitas. Hasil penelitian
menunjukkan 59 persen responden tidak mengalami obesitas. Selanjutnya
kelompok usia yang paling banyak mengalami obesitas adalah di atas 25 tahun.
Andon (2015), menjelaskan bahwa obesitas pada wanita memiliki risiko 78 persen
lebih besar mengalami infertilitas dibandingkan dengan wanita yang tidak
obesitas. Pria obesitas memiliki risiko 49 persen lebih tinggi dibandingkan yang
berat badan normal sedangkan pasangan usia subur yang keduanya obesitas
memiliki risiko 2.74 kali untuk mengalami infertilitas dibandingkan pasangan
subur yang tidak obesitas.
Merupakan salah satu faktor pada infertilitas.Jika seorang memiliki berat
badan yang berlebih (over weight) atau memiliki lemak tubuh 10-15% dari
persentase lemak tubuh normal atau mengalami obesitas, maka seseorang tersebut
kemungkinan besar akan menderita gangguan keseimbangan hormon dan
pertumbuhan folikel di ovarium meningkat yang disebut Polycistic Ovarium
Syndrome (PCOS).
Pada wanita yang memiliki persentase lemak tubuh tinggi terjadi peningkatan
produksi androstenedion yang merupakan androgen yang berfungsi sebagai
prekusor hormon reproduksi. Androgen digunakan untuk memproduksi estrogen
di dalam tubuh dengan bantuan enzim aromatase. Proses aromatisasi androgen
menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan lemak. Semakin
banyak persentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak pula estrogen yang
terbentuk yang kemudian dapat mengganggu keseimbangan hormon di dalam
tubuh sehingga menyebabkan gangguan menstruasi.
D. Patofisiologi
a. Infertilasi pada pria
infertilitas pada pria dapat mencakup satu atau lebih kelainan pada berbagai
proses yang terlibat dalam menentukan jumlah dan fungsi sperma yang baik. Setiap
proses mulai dari aksis hipotalamus-pituitari-gonad (HPG) hingga faktor-faktor yang
7
mempengaruhi pergerakan sperma di dalam vagina untuk membuahi ovum dapat
berpeluang menyebabkan infertilitas pria.
Hormon luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH)
yang diproduksi oleh kelenjar pituitari berperan dalam mengatur spermatogenesis. LH
memberikan sinyal pada sel Leydig untuk melakukan steroidogenesis, sedangkan FSH
mengatur spermatogenesis oleh sel Sertoli. Segala hambatan intrinsik maupun
ekstrinsik terhadap kerja LH atau FSH dapat mempengaruhi spermatogenesis secara
bermakna.
Kelainan yang mempengaruhi kerja gonadotropin tersebut memiliki spektrum
yang luas mulai dari hipoandrogenisme parsial hingga hipogonadisme
hipogonadotropik yang berkaitan dengan sindrom tertentu seperti sindrom Kallman.
Selain itu, faktor ekstrinsik seperti trauma kepala, riwayat radiasi sinar pengion pada
area kepala, penyalahgunaan alkohol, penyakit sistemik, dan hemokromatosis juga
patut dipertimbangkan sebagai penyebab hipogonadisme pada kasus infertilitas pria.
Infertilitas pria juga dapat disebabkan oleh varikokel. Sebagian besar pria
dengan varikokel biasanya memiliki jumlah sperma yang masih baik dalam analisis
semen. Meski demikian, varikokel diduga berperan dalam kejadian infertilitas pria
akibat dampaknya terhadap peningkatan suhu intratestikuler akibat gangguan pada
sistem pertukaran panas antara pleksus pampiniformis dengan sistem arteri sentral dan
vena di sekitarnya.
Infertilitas pria juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit yang
mempengaruhi kompartemen testis. Gangguan testikuler yang berkontribusi pada
infertilitas pria terjadi biasanya melibatkan kelainan pada produksi sperma di epitel
tubulus seminiferus, sintesis testosteron oleh sel Leydig, maupun sumbatan
mikroduktal pada sistem transportasi sperma ke duktus ejakulatorius
Selain itu, infertilitas juga dapat disebabkan oleh berbagai bentuk gangguan
ejakulasi akibat kelainan anatomi, fungsional, dan neurologis.
8
E. Pathway
Ketidakseimbangan
Mempengaruhi Hormon Hormonal
dalam tubuh (produksi
hormon tidak seimbang)
Fungsi Ketidaknyamanan
Pembentukan Testis untuk ejakulasi
FSH dan LH
Produksi Mempengaruhi
Sperma faktor
Terjadi ganguan psikologis
pada pembentukan
folikel di ovarium
Bentuk Sperma
menjadi MK : Ansietas
abnormal
Gangguan bentuk
antomi system Abnormalitas
reproduksi Serviks MK : Gangguan
rasa Nyaman
9
MK.Ansietas
Gangguan Harga Diri MK : HDR
BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS
Seorang ibu yang bernama Ny.R (26 tahun ) dan suaminya datang ke Rumah sakit
PKU Muhammadiyah Gamping pada hari Senin 16 Desember 2019 pukul 10.00 WIB, Ny.R
datang ke poli kandungan dan mengeluh belum memiliki ketrurunan, sangat ketakutan di
ceraikan suami karena tidak bisa hamil, gelisah, siklus haid tidak teratur namun pola seksual
teratur ( 1 minggu 1X) , dan tidak pernah memakai alat kontrasepsi selama hidupnya, Ny.R
sudah menikah satu tahun yang lalu,dan belum pernah hamil sebelumnya, malu dan merasa
bersalah kepada suaminya, tidak ada riwayat mandul dalam keluarga Ny.R maupun keluarga
suaminya, suaminya juga tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman keras, dan pernah
melakukan pemeriksaan sperma di salah satu RS dengan hasil spermanya normal (baik),
namun dokter menyarankan untuk merubah pola makan Ny.R karena beresiko mengalami
Kelebihan berat badan,dan Ny.R sekarang tidak pernah menimbang berat badannya, namun
Ny. R mengatakan cemas karena merasa tubuhnya semakin besar dan berat. setelah di kaji di
dapatkan hasil , tekanan darah : 120/90, Nadi : 120X/menit, Respirasi : 28X/menit, Suhu
Tubuh : 37,5 °C. Hasil pemeriksaan antopometri, berat badan : 70 kg, Tinggi badan : 150 cm,
LILA: 30 cm.
Klasifikasi IMT yang dipakai pada penelitian ini berdasarkan klasifikasi IMT dari
Depkes RI, yaitu :
1. Pengkajian
A. Identitas diri klien
Nama : Ny. R Suku : Jawa
Umur : 35 tahun Pendidikan : SMA
10
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : IRT
Alamat : Bantul, kasihan Lama bekerja : --
Tanggal masuk RS: 16 desember 2019 tanggal pengkajian: 16 desember 2019
Agama : Islam sumber informasi: klien, dan suami
B. Riwayat Penyakit
Keluhan utama saat masuk RS:
Nyt.R mengeluh belum memiliki ketrurunan, sangat ketakutan di ceraikan
suami karena tidak bisa hamil, gelisah, siklus haid tidak teratur.
Riwayat penyakit sekarang: Belum memiliki keturunan
Riwayat penyakit keluarga: -
Riwayat penyakit dahulu : -
C. Pengkajian saat ini (mulai saat pertama sauadara merawar klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya dan tidak mengetahui
bagaimana perawatannya.
2. Nutrisi
Klien makan tidak teratur kadang 5 kali sehari dengan nasi, lauk
(daging ) dan sayur, makan buah kurang lebih 3 hari sekali dan suka
makanan cemilan seperti coklat. Klien minum teh manis 3 kali sehari (
450 cc), air putih kurang lebih 4 sampai 5 gelas kurang lebih 1000 cc
sehari.
D. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis,
Tekanan darah : 120/90mmHg
Nadi : 120X/menit,
Suhu : 37,5 °C
Pernafasan : 28X/menit
Berat badan : 70 kg,
Tinggi badan : 150 cm,
Lingkar lengan atas : 30 cm.
IMT : 31,1
11
B. PEMBAHASAN KASUS
1. ANALISA DATA
12
2. Harga Diri Rendah Kronik b.d Gangguan Psikiatri( ansietas karena belum
memiliki keturunan )
D. Rencana Keperawatan
4. Dengarkan klien
5. Ciptakan
atmosfer rasa
aman untuk
meningkatan
kepercayaan
6. Anjurkan pasien
untuk merubah
gaya hidup dan
pola makannya
(resika
infertilitas dapat
dicegah melalui
penurunan berat
badan pada
wanita obesitas)
Label NIC :
2 Harga diri: rendah kronik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan harga diri
13
b.d gangguan psikiatrik selama 1 X 60 menit. Diharapkan
(ansietas karena belum masalah harga diri : rendah kronik pada 1. Bantu pasien
meliki keturunan) klien berkurang. untuk
Dengan kriteria hasil : menemukan
Label NOC : Harga diri penerimaan diri.
2. Bantu pasien
Indikator awal akhir untuk
Penerimaan 4 2 mengidentifikasi
terhadap respon positif
keterbatasan dari orang lain.
diri
3. Jangan
Perasaan 3 2 mengkritisi
tentang nilai (pasien) secara
diri negatife.
4. Bantu untuk
mengatur tujuan
yang realistis
dalam rangka
mencapai harga
diri yang lebih
tinggi.
E. IMPLEMENTASI
NO. Dx.Keperawatan Implentasi
1. Ansietas b.d stesor 1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan
(belum memiliki meyakinkan.
keturunan/infertilitas primer)
2. Memahami situasi krisis yang terjadi dari
perspektif klien.
4. Mendengarkan klien
14
gangguan psikiatrik (ansietas penerimaan diri.
karena belum meliki
keturunan) 2. Membantu pasien untuk mengidentifikasi
respon positif dari orang lain.
F. KESIMPULAN KASUS
PCOS adalah gangguan kompleks yang bisa disebabkan oleh resistensi insulin
dan kelebihan berat badan yang berhubungan dengan hormon androgen. Perawatan
PCOS dapat berupa perubahan faktor gaya hidup termasuk diet dan olahraga.
Sehingga diperlukan penurunn berat badan untuk mengurangi jumlah lemak sentral
yang bertujuan untuk mengurangi resistensi insulin dan menurunkan jumlah hormon
androgen yang produksinya berkaitan dengan kondisi obesitas. Untuk mencapai
penurunan berat badan harus dilakukan pembatasan asupan Untuk mengurangi
kekhawatiran akan berat badan dan kecemasan karena belum memiliki keturunan.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun melakukan hubungan seksual tanpa kondom atau melakukan
hubungan seksual aktif yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi. Dan
klasifikasi infertilitas memiliki dua primer dan sekunder. Penyebab infertilitas ini dapat
dilihat oleh wanita dan pria. Jika dari wanita itu dapat dilihat sebagai akibat dari penyakit
dan faktor fungsional. Di sisi lain, dapat dilihat pada pria bias dilihat dari kelainan alat
kelamin dan kegagalan fungsional. Namun, bisa juga dilihat dari penyebab pasangan suami
istri seperti gangguan seksual dan psikologis.
B. Saran
Apabila ada pasangan itu sudah menikah lama dan tidak memiliki anak maka bisa
langsung konsultasi atau periksa ke dokter untuk segera menentukan penyebabnya. Karena
jika sudah berusaha, tetapi tidak berhasil, pasti terjadi infertilitasi yang bisa disebabkan oleh
pria, wanita atau hubungan pasangan suami istri tersebut
16
Daftar Pustaka
17