Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTILITAS

MATA KULIAH ASKEB KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen pengampu : Sri Winarsih, S.Pd, S.SiT, M.Kes

Disusun oleh :

1. Herdian Tusy Prastiwi P1337424518018


2. Rahma Putri Hariyanti P1337424518034
3. Shely Indah Fitriani P1337424518043
4. Salsabila Ayu Shalekha P1337424518050
5. Retno Sumilir P1337424518005

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG

POLITEKNIK KESEHTAN KEMENTRAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan setelah 12
bulan atau lebih menikah melalui hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan
alat kontrasepsi. Infertilitas diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu primer dan
sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika keadaan istri belum pernah hamil sama
sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada istri yang pernah hamil.
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di
salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau
”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai
kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti
sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada
organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.

II. Rumusan Masalah


Bagaimana penyusunan tinjauan teori askeb pada pasien dengan gangguan reproduksi
infertilitas yang bener ?

III. Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui cara penyusunan tinjauan teori askeb pada pasien dengan
gangguan reproduksi infertilitas dengan benar.

IV. Manfaat Penulisan


a. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam
penyusunan askeb tinjauan teori asuhan kebidanan pada pasien infertil dengan
benar.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan asuhan kebidanan pada ibu dengan
gangguan reproduksi.
c. Bagi Klien dan Keluarga
Klien dapat mengetahui dan memahami gangguan reproduksi yang dialami serta
penatalaksanaan yang dibutuhkan.

BAB II
TINJAUAN TEORI INFERTILITAS

A. TINJAUAN TEORI INFERTILTAS


1. Pengertian
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami
istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. (Prijatni ida, 2016, h.49)
Infertilitas atau ketidaksuburan di definisikan sebagai kegagalan pasangan
untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur
selama dua belas bulan atau lebih tanpa memakai alat kontrasepsi. (FT pasaribu,
2020, h.6)

2. Klasifikasi
a. Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum
pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki
anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1
tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan
alat kontrasepsi dalamn benwtuk apapun.
(Prijatni ida, 2016, h.49)

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Infertilitas


- Faktor non-organik
i) Usia, usia istri sangat menentukan kehamilan. Dimana, adanya hubungan
terbalik antara bertambahnya usia istri dengan penurunan kemungkinan untuk
mengalami kehamilan.
ii) Frekuensi sanggama, kemungkinan terjadinya kehamilan ketika pasangan
suami istri melakukan sanggama dengan frekuensi 2-3 kali dalam seminggu.
iii) Pola hidup (alkohol, merokok, berat badan), pada perempuan, minum alkohol
tidak ada hubungannya dengan peningkatan risiko kejadian infertil tetapi pada
lelaki terdapat sebuah laporan bahwa minum alkohol dalam jumlah banyak dapat
menurunkan kualitas sperma. Dari beberapa penelitian bahwa merokok dapat
menurunkan fertilitas perempuan. Sehingga dianjurkan untuk menghentikan
kebiasaan merokok. Perempuan dengan indeks massa tubuh >29 kg/m2 atau
tergolong obesitas terbukti mengalami keterlambatan kehamilan.
- Faktor organik
i. Masalah vagina, masalah vagina yang memiliki kaitan erat dengan peningkatan
kejadian infertilitas adalah sebagai berikut : dispareunia, ditandai dengan rasa
tidak nyaman atau rasa nyeri saat melakukan sanggama; vaginismus, ditandai
dengan rasa nyeri saat penis akan melakukan penetrasi ke dalam vagina; vaginitis,
infeksi kuman seperti Klamidiatrakomatis, Nisemia gonore dan bakterial
vaginosis seringkali tidak menimbulkan gejala klinik sama sekali.
ii. Masalah uterus, faktor uterus yang memiliki kaitan erat dengan kejadian
infertilitas adalah serviks, kavumuteri dan korpusuteri.
iii. Masalah tuba, tuba fallopii memiliki peran yang besar di dalam proses
fertilitas, karena tuba berperan di dalam proses transpor sperma, kapasitas sperma
proses fertilitas dan transpor embrio. Kelainan tuba yang seringkali dijumpai pada
penderita infertilitas adalah sumbatan tuba baik pada pangkal, bagian tengah
maupun ujung distal dari tuba.
a. Pada Pria
1) Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis primer yang
disebabkan oleh faktor genetik (Klinefelter syndrome), mikrodelesi
kromosom Y atau kerusakan langsung lainnya terkait anatomi (varikokel),
infeksi, atau endotoksin. Stimulasi gonadotropin yang tidak adekuat yang
disebabkan karena faktor genetik, efek langsung maupun tidak langsung
dari tumor hipotalamus atau pituitary, atau penggunaan androgen eksogen
misalnya Danazol, Metiltestosteron (penekanan pada sekresi
gonadotropin) merupakan penyebab lain dari produksi sperma yang buruk.
2) Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi, antisperma, radang
saluran genital, varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan
biokimia, atau gangguan dengan perlengketan sperma (ke zona pelusida)
atau penetrasi.
3) Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas
deferens bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat (acquired)
pada epididimis atau duktus ejakulatorius (penanganan infertil).
(FT pasaribu, 2020, h. 7-8)
b. Pada Wanita
Faktor yang menyebabkan infertilitas dari pihak istri di antaranya
adalah usia wanita, lama waktu mencoba mengandung, masalah medis yang
disebabkan oleh gangguan ovulasi, kelainan mekanis yang mengganggu
pembuahan, dan kelainan anatomis. Fertilitas cukup stabil hingga seorang
perempuan mencapai usia 35 tahun. Sesudah itu, terjadi penurunan fertilitas
secara bertahap. Saat menginjak usia 40 tahun, fertilitas menurun drastis.
Perempuan sehat yang melakukan hubungan badan secara teratur hanya
memiliki peluang gagal untuk mengalami kehamilan sebesar 20 - 40% selama
siklus tertentu (Tara dan Alice, 2007).
Penyebab infertilitas wanita akibat masalah medis pada seorang wanita
sebaiknya diperiksa mulai dari organ luar sampai dengan indung telur.
Masalah yang dapat dialami oleh wanita dapat berupa gangguan ovulasi,
misalnya gangguan ovarium dan hormonal (Lanshen, 2007).
Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor
pada indung telur, dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat
masak. Gangguan hormonal disebabkan oleh bagian otak (hipotalamus dan
hipofisis) tidak memproduksi hormon reproduksi seperti Folicel Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) (Lanshen, 2007; Alan dan
Micah, 2010).
Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan juga dapat
menyebabkan infertilitas, kelainan tersebut meliputi kelainan tuba,
endometriosis, stenosis kanalis servikalis atau hymen, fluor albus, dan
kelainan rahim. Kelainan anatomis seperti kelainan pada tuba, disebabkan
adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba
(Lanshen, 2007; Ursula et al., 2011). Kelainan rahim diakibatkan kelainan
bawaan rahim, bentuknya yang tidak normal maupun ada penyekat, serta
endometriosis berat dapat menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium, dan
peritoneum (Alan dan Micah, 2010)
Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan juga dapat
menyebabkan infertilitas, kelainan tersebut meliputi kelainan tuba,
endometriosis, stenosis kanalis servikalis atau hymen, fluor albus, dan
kelainan rahim. Kelainan anatomis seperti kelainan pada tuba, disebabkan
adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba
(Lanshen, 2007; Ursula et al., 2011). Kelainan rahim diakibatkan kelainan
bawaan rahim, bentuknya yang tidak normal maupun ada penyekat, serta
endometriosis berat dapat menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium, dan
peritoneum (Alan dan Micah, 2010)

4. Faktor Risiko
a. Faktor Risiko Infertilitas Pada Wanita
1) Gangguan ovulasi
Gangguan yang paling sering dialami perempuan infertil adalah gangguan
ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa
dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah
haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.

2) Sindrom Ovarium Polikistik


Sindroma ovarium polikistik merupakan suatu kumpulan gejala yang
diakibatkan oleh gangguan sistem endokrin. Kelainan ini banyak
ditemukan pada wanita usia reproduksi. Gejala tersering yang
ditimbulkannya antara lain infertilitas karena siklus yang anovulatoar,
oligo sampai amenore, obesitas dan hirsutisme.
Sindrom ovarium polikistik ini menimbulkan perubahan hormonal-
biokimia seperti peningkatan luteinising hormone (LH) serum, rasio
LH/FSH (follicle stimulating hormone) yang meningkat, adanya resistensi
insulin dan peningkatan androgen plasma. Sindrom ovarium polikistik
menyebabkan 5-10% wanita usia reproduksi menjadi infertile.
3) Masalah Tuba
Peranan faktor tuba paling sering ditemukan dalam infertilitas pada
wanita yaitu sekitar 25-50%. Oleh karena itu, penilaian potensi tuba
dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolaan
infertilitas.
4) Masalah Uterus
Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba falopii sekitar 5 menit
setelah inseminasi. Gerakan spermatozoa untuk masuk ke dalam uterus
tidak hanya di lakukan sendiri. Kontraksi vagina dan uterus mempengaruhi
dalam transportasi spermatozoa. Kontraksi yang terjadi karena pengaruh
prostaglandin dalam air mani dapat membuat uterus berkontraksi secara
ritmik. Prostaglandin berpengaruh dalam transport spermatozoa ke dalam
uterus dan melewati penyempitan batas uterus dengan tuba. Uterus sangat
sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan
fase sekresi, sehingga apabila prostaglandin kurang dalam mani dapat
menyebabkan masalah infertilitas.
Kelainan pada uterus bisa disebabkan oleh malformasi uterus yang
menggangu pertumbuhan fetus (janin). Mioma uteri dan adhesi uterus
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
sehingga akhirnya terjadi abortus berulang.
5) Peningkatan Usia
Prevalensi infertilitas meningkat bila terjadi peningkatan usia.
Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia pada
wanita. Wanita dengan rentan usia 19-26 tahun memiliki kesempatan
untuk hamil dua kali lebih besar daripada wanita dengan rentan usia 35-39
tahun.
Bertambahnya usia maka kadar FSH meningkat, fase folikuler semakin
pendek, kadar LH dan durasi fase luteal tidak berubah, siklus menstruasi
mengalami penurunan. Jumlah sisa folikel ovarium terus menurun dengan
bertambahnya usia, semakin cepat setelah usia 38 tahun dan folikel
menjadi kurang peka terhadap stimulasi gonadotropin sehingga terjadi
penurunan kesuburan wanita dengan meningkatnya usia.

6) Berat Badan
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas, salah satunya
adalah badan yang terlalu kurus atau badan yang terlalu gemuk.
7) Stress
Stress pada wanita dapat mempengaruhi komunikasi antara otak,
hipofisis, dan ovarium. Stress dapat memicu pengeluaran hormon kortisol
yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi.
Stress mempengaruhi maturisasi pematangan sel telur pada ovarium.
Saat stress terjadi perubahan suatu neurokimia di dalam tubuh yang dapat
mengubah maturasi dan pengelepasan sel telur. Contohnya, di saat wanita
dalam keadaan stress, spasme dapat terjadi pada tuba falopi dan uterus,
dimana hal itu dapat mempengaruhi pergerakan dan implantasi pada sel
telur yang sudah matang.
8) Infeksi Organ Reproduksi
Rongga perut pada wanita diperantarai organ reproduksi wanita yang
langsung berhubungan dengan dunia luar. Infeksi rongga perut jarang
terjadi disebabkan karena sifat baktericide dari vagina yang mempunyai
pH rendah dan lendir yang kental pada canalis cervikalis yang
menghalangi masuknya kuman. Infeksi organ reproduksi sering terjadi di
negara tropis karena hygine kurang, perawatan persalinan dan abortus
belum sempurna. Infeksi organ reproduksi dapat menurunkan fertilitas,
mempengaruhi keadaan umum dan kehidupan sex.
Infeksi apabila terjadi pada vagina akan menyebabkan kadar
keasamaan dalam vagina meningkat, sehingga menyebabkan sperma mati
sebelum sempat membuahi sel telur.
Infeksi organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua pembagian yaitu
infeksi rendah dari vulva, vagina sampai servik dan infeksi tinggidari
uterus, tuba, ovarium, parametrium, peritonium, bisa disebut pelvic
inflammatory disease (PID). Infeksi rendah dan tinggi sangat besar
pengaruhnya pada kesehatan karena dapat menimbulkan infertilitas.
Infeksi organ reproduksi wanita bisa didiagnosis dengan gejala fisik/
manifestasi klinis yang timbul dan dikeluhkan oleh penderita.
9) Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual mempengaruhi fertilitas pada wanita.
Penyakit menular seksual yang paling sering dialami wanita adalah herpes
kelamin, gonorrhoea, sifilis, klamidia, kutil alat kelamin, dan HIV/AIDS.
Penyakit menular seksual mudah dicegah dengan pasangan suami istri
tersebut hanya punya satu pasangan seksual.
(D Diatri, 2015)
b. Faktor Risiko Infertilitas Pada Pria
Faktor risiko infertil pada pria yaitu gangguan pada spermatogenesis,
mengakibatkan sel sperma dihasilkan sedikit atau tidak sama sekali, gangguan
pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya, umur, peminum
alkohol,penguna narkoba, merokok dan paparan radiasi. (D Diatri, 2015)
5. Syarat-Syarat Pemerikasaan Infertilitas
Kesulitan memiliki keturunan tidak hanya disebabkan oleh pihak
wanita (istri) namun juga dapat disebabkan oleh kelainan dari pihak lakilaki
(suami). Infertilitas yang disebabkan oleh pihak suami dapat disebabkan oleh
gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia,
hipospermia, nekrospermia. Kelainan mekanis juga berperan dalam
menyebabkan infertilitas pada laki-laki, misalnya impotensi, ejaculatio precox,
penutupan ductus deferens, hipospadia, dan phymosis. Infertilitas yang
disebabkan oleh pria sekitar terjadi antara 35 - 40% kejadian. Sebab-sebab
kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan,
disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens) (Lanshen, 2007).
Setiap pasangan infertil diperlakukan sebagai satu kesatuan dalam
pemeriksaan terhadap masalah infertilitas sehingga baik suami maupun istri
keduanya harus diperiksa.
Syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah:
a. Istri yang berumur antara 20 - 30 tahun diperiksa setelah berusaha untuk
mendapat anak selama 12 bulan.
b. Istri yang berumur antara 31 - 35 tahun diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan tersebut datang ke dokter.
c. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36 - 40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaan infertilitas apabila belum mempunyai anak dari perkawinan
tersebut. d. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil
yang mengidap penyakit.
(Sumapraja, 2008).

6. Dagnosis Infertil Pada Wanita


Diagnosis infertil dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan identitas
pasangan suami istri meliputi umur, pekerjaan, lama menikah dan evaluasi
dari pasien wanita mengenai ketidakteraturan siklus haid, dismenorea, infeksi
organ reproduksi yang pernah dialami, riwayat adanya bedah pelvis, riwayat
sanggama, frekuensi sanggama, dispareunia, riwayat komplikasi pascapartum,
abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir, konstrasepsi yang pernah
digunakan, pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya, riwayat
penyakit sistematik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid), pengobatan radiasi,
sitostatika, alkoholisme.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendiagnosis infertil adalah :
1) Vital Sign
Pemeriksaan vital sign yang terdiri dari tekanan darah, nadi, respiratory
rate, suhu badan.
2) Penghitungan BMI
Penghitungan indeks massa tubuh (body mass index (BMI)) dihitung dari
tinggi dan berat badan (kg/m2 ), kisaran normal BMI adalah 20-25 kg/m2.
Wanita dengan tampilan overweight atau obesitas mengalami kelainan
berupa resistensi insulin atau bahkan sindroma metabolik. Wanita dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin
saja berhubungan dengan diagnosis sindrom ovarium polikistik.
3) Pemeriksaan gangguan endokrin
Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat memberikan petunjuk
mengenai penyakit sistemik ataupun masalah endokrin. Keberadaan ciri-ciri
seksual sekunder normal sebaiknya diamati. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan untuk mencari penyebab dari gangguan endokrin seperti jerawat,
hirsutisme, kebotakan, acanthosis nigrican, virilisasi, gangguan lapang
pandang, gondok, dan adanya ciri penyakit tiroid.
4) Pemeriksaan pelvis
Pemeriksaan pelvis sebaiknya dilakukan untuk mencari dugaan
endometriosis yang ditandai dengan adanya nodul pada vagina, penebalan
forniks posterior, nyeri tekan, nyeri pada organ-organ pelvis. Jika saat
pemeriksaan muncul rasa nyeri, sebaiknya diwaspadai adanya kemungkinan
patologi pelvis.
c. Pemeriksaan Penunjang Infertilitas
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendiagnosis infertilitas
pada wanita, yaitu biopsi endometrium pada hari pertama menstruasi,
histerosalfingorafi, histeroskopi, laparaskopi atau laparatomi. Tujuan
pemeriksaan penunjang infertilitas adalah mengetahui keadaan ovarium yaitu
folikel graaf atau korpus luteum, mengetahui faktor peritonium, melepaskan
perlekatan, dan tuboplasti-melepaskan fimosis fimbrie tuba
(D Diatri, 2015)

7. Pemeriksaan Riwayat Infertilitas

a. Anamnesis

Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab


infertilitas pada wanita. Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas
yang harus ditanyakan kepada pasien adalah mengenai usia pasien, riwayat
kehamilan sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat penyakit sebelumnya dan
sekarang, riwayat operasi, frekuensi koitus dan waktu koitus. Memperoleh data
apakah pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan merokok
atau minum, minuman beralkohol. Data tentang terapi khusus seperti hipertensi,
kartikosteroid dan sitostatika. Siklus haid merupakan variabel yang sangat
penting. Perlu dilakukan anamnesis terkait dengan frekuensi sanggama.
(FT pasaribu, 2020)

b. Pemeriksaan Fisik

Penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dari tinggi dan


berat badan (kg/m2) – kisaran normal IMT adalah 20-25 kg/m2.
Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat memberikan petunjuk
mengenai penyakit sistemik ataupun masalah endokrin.17 Wanita dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja
berhubungan dengan diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK). Pada
umumnya wanita dengan tampilan overweight atau obesitas mengalami
kelainan berupa resistensi insulin atau bahkan sindroma metabolik.
Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal sebaiknya diamati.(FT pasaribu,
2020)

c. Penilaian Ovulasi

Penentuan penyebab infertilitas merupakan kunci pengobatan karena hal


tersebut akan menghasilkan laju kehamilan kumulatif yang menyerupai laju
kehamilan pada wanita normal di usia yang sama. Sangatlah penting untuk
memastikan apakah ovulasi terjadi. Cara yang optimal untuk mengukur
ovulasi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur adalah
dengan mengkombinasikan serangkaian pemindaian ultrasound dan
pengukuran konsentrasi serum FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) pada fase folikular dan progesteron pada fase luteal.
(FT pasaribu, 2020)

d. Uji Pasca Senggama (UPS)

Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi dapat memberi


informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks. UPS
dilakukan 2 – 3 hari sebelum perkiraan ovulasi dimana “spin barkeit” (getah
serviks) mencapai 5 cm atau lebih. Pengambilan getah serviks dari kanalis
endo-serviks dilakukan setelah 2 – 12 jam senggama. Pemeriksaan dilakukan
di bawah mikroskop. UPS dikatakan positif, bila ditemukan paling sedikit 5
sperma perlapangan pandang besar (LPB). UPS dapat16 memberikan
gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah serviks dan keramahan getah
serviks terhadap sperma. (FT pasaribu, 2020)

e. Pemeriksaan Penunjang

Penilaian kadar progesteron pada fase luteal madia yang kurang lebih 7
hari sebelum perkiraan datangnnya haid. Penilaian kadar progesteron pada fase
luteal madia menjadi tidak memiliki nilai diagnostik yang baik jika terdapat
siklus haid yang tidak normal. pemeriksaan kadar TSH dan prolaktinhanyak
dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak berevolusi, terdapat
kekuhangalatore atau kelainannkelenjer tiroid. Pemeriksaan kadar LH dan
FSH dilakukan pada fase proliferasi awal (hari ke 3-5) terutama jika
dipertimbangkan terdapat peningkatan LH atau FSH pada kasus sindrom
ovarium polikistik (SOPK).

Anda mungkin juga menyukai