Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEBIDANAN
PADA INFERTILITAS
Mata kuliah : ASKEB KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI
Dosen pengampu : Sri Winarsih, S.Pd, S.SiT, M.Kes
KELOMPOK 2
 Herdian Tusy Prastiwi P1337424518018
 Rahma Putri Hariyanti P1337424518034
 Shely Indah Fitriani P1337424518043
 Salsabila Ayu Shalekha P1337424518050
 Retno Sumilir P1337424518005
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih
menikah melalui hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas
diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu primer dan sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika keadaan istri
belum pernah hamil sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada istri yang pernah hamil.
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.Namun sampai
saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di
masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau
”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan
pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki
keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktor
Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak
diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh
gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.
 Rumusan Masalah

Bagaimana penyusunan tinjauan teori askeb pada pasien dengan gangguan reproduksi infertilitas yang
bener ?

 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui cara penyusunan tinjauan teori askeb pada pasien dengan gangguan reproduksi
infertilitas dengan benar.

 Manfaat Penulisan

Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam penyusunan askeb
tinjauan teori asuhan kebidanan pada pasien infertil dengan benar.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan reproduksi.
Bagi Klien dan Keluarga
Klien dapat mengetahui dan memahami gangguan reproduksi yang dialami serta penatalaksanaan yang
dibutuhkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
INFERTILITAS
A. TINJAUAN TEORI INFERTILTAS
 Pengertian

Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali
seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun. (Prijatni ida, 2016, h.49)
Infertilitas atau ketidaksuburan di definisikan sebagai kegagalan pasangan untuk
mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur selama dua belas
bulan atau lebih tanpa memakai alat kontrasepsi. (FT pasaribu, 2020, h.6)
 Klasifikasi

Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan
alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan
seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalamn benwtuk
apapun.
(Prijatni ida, 2016, h.49)
 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Infertilitas

- Faktor non-organik
i) Usia, usia istri sangat menentukan kehamilan. Dimana, adanya hubungan terbalik antara
bertambahnya usia istri dengan penurunan kemungkinan untuk mengalami kehamilan.
ii) Frekuensi sanggama, kemungkinan terjadinya kehamilan ketika pasangan suami istri
melakukan sanggama dengan frekuensi 2-3 kali dalam seminggu.
iii) Pola hidup (alkohol, merokok, berat badan), pada perempuan, minum alkohol tidak ada
hubungannya dengan peningkatan risiko kejadian infertil tetapi pada lelaki terdapat sebuah
laporan bahwa minum alkohol dalam jumlah banyak dapat menurunkan kualitas sperma. Dari
beberapa penelitian bahwa merokok dapat menurunkan fertilitas perempuan. Sehingga
dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok. Perempuan dengan indeks massa tubuh
>29 kg/m2 atau tergolong obesitas terbukti mengalami keterlambatan kehamilan.
- Faktor organik
i. Masalah vagina, masalah vagina yang memiliki kaitan erat dengan peningkatan kejadian
infertilitas adalah sebagai berikut : dispareunia, ditandai dengan rasa tidak nyaman atau rasa
nyeri saat melakukan sanggama; vaginismus, ditandai dengan rasa nyeri saat penis akan
melakukan penetrasi ke dalam vagina; vaginitis, infeksi kuman seperti Klamidiatrakomatis,
Nisemia gonore dan bakterial vaginosis seringkali tidak menimbulkan gejala klinik sama sekali.
ii. Masalah uterus, faktor uterus yang memiliki kaitan erat dengan kejadian infertilitas adalah
serviks, kavumuteri dan korpusuteri.
iii. Masalah tuba, tuba fallopii memiliki peran yang besar di dalam proses fertilitas, karena
tuba berperan di dalam proses transpor sperma, kapasitas sperma proses fertilitas dan transpor
embrio. Kelainan tuba yang seringkali dijumpai pada penderita infertilitas adalah sumbatan tuba
baik pada pangkal, bagian tengah maupun ujung distal dari tuba.
Pada Pria
Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis primer yang disebabkan oleh
faktor genetik (Klinefelter syndrome), mikrodelesi kromosom Y atau kerusakan langsung
lainnya terkait anatomi (varikokel), infeksi, atau endotoksin. Stimulasi gonadotropin yang tidak
adekuat yang disebabkan karena faktor genetik, efek langsung maupun tidak langsung dari
tumor hipotalamus atau pituitary, atau penggunaan androgen eksogen misalnya Danazol,
Metiltestosteron (penekanan pada sekresi gonadotropin) merupakan penyebab lain dari produksi
sperma yang buruk.
Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi, antisperma, radang saluran genital,
varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan biokimia, atau gangguan dengan
perlengketan sperma (ke zona pelusida) atau penetrasi.
Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas deferens bilateral, atau
sumbatan kongenital atau yang didapat (acquired) pada epididimis atau duktus ejakulatorius
(penanganan infertil).
(FT pasaribu, 2020, h. 7-8)
 Pada Wanita
Faktor yang menyebabkan infertilitas dari pihak istri di antaranya adalah usia wanita, lama
waktu mencoba mengandung, masalah medis yang disebabkan oleh gangguan ovulasi, kelainan
mekanis yang mengganggu pembuahan, dan kelainan anatomis. Fertilitas cukup stabil hingga
seorang perempuan mencapai usia 35 tahun. Sesudah itu, terjadi penurunan fertilitas secara
bertahap. Saat menginjak usia 40 tahun, fertilitas menurun drastis. Perempuan sehat yang
melakukan hubungan badan secara teratur hanya memiliki peluang gagal untuk mengalami
kehamilan sebesar 20 - 40% selama siklus tertentu (Tara dan Alice, 2007).
Penyebab infertilitas wanita akibat masalah medis pada seorang wanita sebaiknya diperiksa
mulai dari organ luar sampai dengan indung telur. Masalah yang dapat dialami oleh wanita dapat
berupa gangguan ovulasi, misalnya gangguan ovarium dan hormonal (Lanshen, 2007).
Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada indung telur, dan
gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak. Gangguan hormonal disebabkan
oleh bagian otak (hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon reproduksi seperti
Folicel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) (Lanshen, 2007; Alan dan
Micah, 2010).
Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan juga dapat menyebabkan infertilitas,
kelainan tersebut meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis kanalis servikalis atau hymen,
fluor albus, dan kelainan rahim. Kelainan anatomis seperti kelainan pada tuba, disebabkan
adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba (Lanshen, 2007;
Ursula et al., 2011). Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak
normal maupun ada penyekat, serta endometriosis berat dapat menyebabkan gangguan pada
tuba, ovarium, dan peritoneum (Alan dan Micah, 2010)
Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan juga dapat menyebabkan infertilitas,
kelainan tersebut meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis kanalis servikalis atau hymen,
fluor albus, dan kelainan rahim. Kelainan anatomis seperti kelainan pada tuba, disebabkan
adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba (Lanshen, 2007;
Ursula et al., 2011). Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak
normal maupun ada penyekat, serta endometriosis berat dapat menyebabkan gangguan pada
tuba, ovarium, dan peritoneum (Alan dan Micah, 2010)
 Faktor Risiko
Faktor Risiko Infertilitas Pada Wanita
 Gangguan ovulasi

Gangguan yang paling sering dialami perempuan infertil adalah gangguan ovulasi. Bila
ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu tanda wanita
yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama
sekali.

 Sindrom Ovarium Polikistik

Sindroma ovarium polikistik merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh
gangguan sistem endokrin. Kelainan ini banyak ditemukan pada wanita usia reproduksi. Gejala
tersering yang ditimbulkannya antara lain infertilitas karena siklus yang anovulatoar, oligo
sampai amenore, obesitas dan hirsutisme.
Sindrom ovarium polikistik ini menimbulkan perubahan hormonal-biokimia seperti
peningkatan luteinising hormone (LH) serum, rasio LH/FSH (follicle stimulating hormone)
yang meningkat, adanya resistensi insulin dan peningkatan androgen plasma. Sindrom ovarium
polikistik menyebabkan 5-10% wanita usia reproduksi menjadi infertile.
 Masalah Tuba

Peranan faktor tuba paling sering ditemukan dalam infertilitas pada wanita yaitu sekitar 25-
50%. Oleh karena itu, penilaian potensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting
dalam pengelolaan infertilitas.
 Masalah Uterus

Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba falopii sekitar 5 menit setelah inseminasi.
Gerakan spermatozoa untuk masuk ke dalam uterus tidak hanya di lakukan sendiri. Kontraksi
vagina dan uterus mempengaruhi dalam transportasi spermatozoa. Kontraksi yang terjadi karena
pengaruh prostaglandin dalam air mani dapat membuat uterus berkontraksi secara ritmik.
Prostaglandin berpengaruh dalam transport spermatozoa ke dalam uterus dan melewati
penyempitan batas uterus dengan tuba. Uterus sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir
fase proliferasi dan permulaan fase sekresi, sehingga apabila prostaglandin kurang dalam mani
dapat menyebabkan masalah infertilitas.
Kelainan pada uterus bisa disebabkan oleh malformasi uterus yang menggangu
pertumbuhan fetus (janin). Mioma uteri dan adhesi uterus menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus sehingga akhirnya terjadi abortus berulang.
 Peningkatan Usia

Prevalensi infertilitas meningkat bila terjadi peningkatan usia. Kejadian infertilitas


berbanding lurus dengan pertambahan usia pada wanita. Wanita dengan rentan usia 19-26 tahun
memiliki kesempatan untuk hamil dua kali lebih besar daripada wanita dengan rentan usia 35-39
tahun.
Bertambahnya usia maka kadar FSH meningkat, fase folikuler semakin pendek, kadar LH
dan durasi fase luteal tidak berubah, siklus menstruasi mengalami penurunan. Jumlah sisa
folikel ovarium terus menurun dengan bertambahnya usia, semakin cepat setelah usia 38 tahun
dan folikel menjadi kurang peka terhadap stimulasi gonadotropin sehingga terjadi penurunan
kesuburan wanita dengan meningkatnya usia.

 Berat Badan

Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas, salah satunya adalah badan yang
terlalu kurus atau badan yang terlalu gemuk
 Stress

Stress pada wanita dapat mempengaruhi komunikasi antara otak, hipofisis, dan ovarium.
Stress dapat memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon
reproduksi.
Stress mempengaruhi maturisasi pematangan sel telur pada ovarium. Saat stress terjadi
perubahan suatu neurokimia di dalam tubuh yang dapat mengubah maturasi dan pengelepasan
sel telur. Contohnya, di saat wanita dalam keadaan stress, spasme dapat terjadi pada tuba falopi
dan uterus, dimana hal itu dapat mempengaruhi pergerakan dan implantasi pada sel telur yang
sudah matang.
 Infeksi Organ Reproduksi

Rongga perut pada wanita diperantarai organ reproduksi wanita yang langsung
berhubungan dengan dunia luar. Infeksi rongga perut jarang terjadi disebabkan karena sifat
baktericide dari vagina yang mempunyai pH rendah dan lendir yang kental pada canalis
cervikalis yang menghalangi masuknya kuman. Infeksi organ reproduksi sering terjadi di negara
tropis karena hygine kurang, perawatan persalinan dan abortus belum sempurna. Infeksi organ
reproduksi dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan kehidupan sex.
 Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual mempengaruhi fertilitas pada wanita. Penyakit menular seksual
yang paling sering dialami wanita adalah herpes kelamin, gonorrhoea, sifilis, klamidia, kutil alat
kelamin, dan HIV/AIDS. Penyakit menular seksual mudah dicegah dengan pasangan suami istri
tersebut hanya punya satu pasangan seksual.
(D Diatri, 2015)

 Faktor Risiko Infertilitas Pada Pria

Faktor risiko infertil pada pria yaitu gangguan pada spermatogenesis, mengakibatkan sel
sperma dihasilkan sedikit atau tidak sama sekali, gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel
telur dan membuahinya, umur, peminum alkohol,penguna narkoba, merokok dan paparan
radiasi. (D Diatri, 2015)
 Syarat-Syarat Pemerikasaan Infertilitas

Kesulitan memiliki keturunan tidak hanya disebabkan oleh pihak wanita (istri) namun juga
dapat disebabkan oleh kelainan dari pihak lakilaki (suami). Infertilitas yang disebabkan oleh
pihak suami dapat disebabkan oleh gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis),
misal: aspermia, hipospermia, nekrospermia. Kelainan mekanis juga berperan dalam
menyebabkan infertilitas pada laki-laki, misalnya impotensi, ejaculatio precox, penutupan
ductus deferens, hipospadia, dan phymosis. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar terjadi
antara 35 - 40% kejadian. Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan
metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens) (Lanshen,
2007).
 Istri yang berumur antara 20 - 30 tahun diperiksa setelah berusaha untuk mendapat anak selama 12
bulan.
 Istri yang berumur antara 31 - 35 tahun diperiksa pada kesempatan pertama pasangan tersebut datang
ke dokter.
 Istri pasangan infertil yang berumur antara 36 - 40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas
apabila belum mempunyai anak dari perkawinan tersebut. d. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan
pada pasangan infertil yang mengidap penyakit.
(Sumapraja, 2008).
Diagnosis Infertil Pada Wanita
 Anamnesis

Anamnesis dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan identitas pasangan suami istri meliputi umur,
pekerjaan, lama menikah dan evaluasi dari pasien wanita mengenai ketidakteraturan siklus haid, dismenorea,
infeksi organ reproduksi yang pernah dialami, riwayat adanya bedah pelvis, riwayat sanggama, frekuensi
sanggama, dispareunia, riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir,
konstrasepsi yang pernah digunakan, pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit
sistematik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid), pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme.
 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendiagnosis infertil adalah :


Vital Sign

Pemeriksaan vital sign yang terdiri dari tekanan darah, nadi, respiratory rate, suhu badan.
Penghitungan BMI

Penghitungan indeks massa tubuh (body mass index (BMI)) dihitung dari tinggi dan berat badan (kg/m2 ),
kisaran normal BMI adalah 20-25 kg/m2.
Wanita dengan tampilan overweight atau obesitas mengalami kelainan berupa resistensi insulin atau bahkan
sindroma metabolik. Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin
saja berhubungan dengan diagnosis sindrom ovarium polikistik.
Pemeriksaan gangguan endokrin

Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat memberikan petunjuk mengenai penyakit


sistemik ataupun masalah endokrin. Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal sebaiknya
diamati. Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mencari penyebab dari gangguan endokrin
seperti jerawat, hirsutisme, kebotakan, acanthosis nigrican, virilisasi, gangguan lapang pandang,
gondok, dan adanya ciri penyakit tiroid.
Pemeriksaan pelvis

Pemeriksaan pelvis sebaiknya dilakukan untuk mencari dugaan endometriosis yang ditandai
dengan adanya nodul pada vagina, penebalan forniks posterior, nyeri tekan, nyeri pada organ-
organ pelvis. Jika saat pemeriksaan muncul rasa nyeri, sebaiknya diwaspadai adanya kemungkinan
patologi pelvis.
 Pemeriksaan Penunjang Infertilitas

Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendiagnosis infertilitas pada wanita, yaitu biopsi
endometrium pada hari pertama menstruasi, histerosalfingorafi, histeroskopi, laparaskopi atau
laparatomi. Tujuan pemeriksaan penunjang infertilitas adalah mengetahui keadaan ovarium yaitu
folikel graaf atau korpus luteum, mengetahui faktor peritonium, melepaskan perlekatan, dan
tuboplasti-melepaskan fimosis fimbrie tuba
(D Diatri, 2015)
Pemeriksaan Riwayat Infertilitas
 Anamnesis

Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita.
Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas yang harus ditanyakan kepada pasien
adalah mengenai usia pasien, riwayat kehamilan sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat
penyakit sebelumnya dan sekarang, riwayat operasi, frekuensi koitus dan waktu koitus.
Memperoleh data apakah pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan merokok
atau minum, minuman beralkohol. Data tentang terapi khusus seperti hipertensi, kartikosteroid
dan sitostatika. Siklus haid merupakan variabel yang sangat penting. Perlu dilakukan anamnesis
terkait dengan frekuensi sanggama.
(FT pasaribu, 2020)
 Pemeriksaan Fisik

Penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dari tinggi dan berat badan (kg/m2) –
kisaran normal IMT adalah 20-25 kg/m2. Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat
memberikan petunjuk mengenai penyakit sistemik ataupun masalah endokrin.17 Wanita dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja berhubungan
dengan diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK). Pada umumnya wanita dengan tampilan
overweight atau obesitas mengalami kelainan berupa resistensi insulin atau bahkan sindroma
metabolik. Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal sebaiknya diamati.
(FT pasaribu, 2020)
 Penilaian Ovulasi

Penentuan penyebab infertilitas merupakan kunci pengobatan karena hal tersebut akan
menghasilkan laju kehamilan kumulatif yang menyerupai laju kehamilan pada wanita normal di
usia yang sama. Sangatlah penting untuk memastikan apakah ovulasi terjadi. Cara yang optimal
untuk mengukur ovulasi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur adalah
dengan mengkombinasikan serangkaian pemindaian ultrasound dan pengukuran konsentrasi
serum FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada fase folikular
dan progesteron pada fase luteal.(FT pasaribu, 2020)
 Uji Pasca Senggama (UPS)

Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi dapat memberi informasi tentang
interaksi antara sperma dengan getah serviks. UPS dilakukan 2 – 3 hari sebelum perkiraan
ovulasi dimana “spin barkeit” (getah serviks) mencapai 5 cm atau lebih. Pengambilan getah
serviks dari kanalis endo-serviks dilakukan setelah 2 – 12 jam senggama. Pemeriksaan
dilakukan di bawah mikroskop. UPS dikatakan positif, bila ditemukan paling sedikit 5 sperma
perlapangan pandang besar (LPB). UPS dapat16 memberikan gambaran tentang kualitas sperma,
fungsi getah serviks dan keramahan getah serviks terhadap sperma. (FT pasaribu, 2020)
 Pemeriksaan Penunjang

Penilaian kadar progesteron pada fase luteal madia yang kurang lebih 7 hari sebelum
perkiraan datangnnya haid. Penilaian kadar progesteron pada fase luteal madia menjadi tidak
memiliki nilai diagnostik yang baik jika terdapat siklus haid yang tidak normal. pemeriksaan
kadar TSH dan prolaktinhanyak dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak
berevolusi, terdapat kekuhangalatore atau kelainannkelenjer tiroid. Pemeriksaan kadar LH dan
FSH dilakukan pada fase proliferasi awal (hari ke 3-5) terutama jika dipertimbangkan terdapat
peningkatan LH atau FSH pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK).
-SELESAI-

Anda mungkin juga menyukai