Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang

telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan senggama teratur, tanpa

menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan. Pada

prinsipnya maalah yang terkait dengan infertilitas ini dapat dibagi berdasarkan

masalah yanga sering dijumpai pada perempuan dan laki-laki. Pendekatan yang

digunakan untuk menilai faktor-faktor yang terkait dengan infertilitas tersebut

digunakan pendekatan organik, yang tentu berbeda antara peremouan dan laki-

laki. Faktor tersebut bisa merupakan kelainan langsung organnya, tetapi dapat

pula disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor infeksi,

hormonal, genetik, dan proses penuaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud infertilitas?

2. Apa penyebab terjadinya infertilitas?

3. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya infertilitas?

4. Bagaimana pemeriksaan pada pasien yang mengalami masalah infertilitas?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan infertilitas.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya infertilitas.

3. Untuk mengetahui faktor penyebebab terjadinya infertilitas.

4. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan masalah infertilitas.

1
D. Manfaat

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan

dan wawasan dalam penerapan ilmu yang di peroleh selama mengerjakan makalah

ini khususnya mengenai definisi, penyebab, faktor-faktor predisposisi, dan

patofisiologis terjadinya infertilitas.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Inftilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang

telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan senggama teratur, tanpa

menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan

(Wiknjosastro,2008). Pada prinsipnya maalah yang terkait dengan infertilitas ini dapat

dibagi berdasarkan masalah yanga sering dijumpai pada perempuan dan laki-laki.

Pendekatan yang digunakan untuk menilai faktor-faktor yang terkait dengan

infertilitas tersebut digunakan pendekatan organik, yang tentu berbeda antara

peremouan dan laki-laki. Faktor tersebut bisa merupakan kelainan langsung organnya,

tetapi dapat pula disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor

infeksi, hormonal, genetik, dan proses penuaan.

Infertilitas dikatakan sebagai infertilitas frimer jika sebelumnya pasangan

suami istri belum pernah mengalami kehamilan. Sedangkan dikatakan ifertilitas

sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk memperolah kehamilan setelah satu

tahun pasca persalinan atau pasca abortus, tanpa menggunakan kontrasepsi apapun.

Delapan puluh empat persen (84%) perempuan akan mengalami kehamilan

dalam kurun waktu satu tahun pertama pernikahan bila mereka melakukan hubungan

suami istri secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi. Angka kehamilan kumulatif

akan meningkat menjadi 92% ketika lama usia pernikahan dua tahun.

(Wiknjosastro,2008)

3
2. ETIOLOGI

Secara garis besar penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu,

faktor tuba dan pelvik (35%), faktor laki-laki (35%), faktor ovulasi (15%), faktor

idiopatik (10%), dan faktor lain (5%). (Wiknjosastro,2008)

Tabel 2.1

Factor penyebab infertilitas

Faktor penyebab infertilitas persen


Faktor tuba dan faktor pelvik (sumbatan atau kerusakan tuba akibat 35
perlekatan atau akibat endometrosis)
Faktor laki-laki ( jumlah abnormalitas, motilitas dan morfologi 35
sperma )
Disfungsi ovulasi ( ovulasi jarang atau tidak ada ovulasi ) 15
Idiopatik 10
Lain-lain ( fibroid, polip endometrium dan kelainan bentuk uterus ) 5

Penelitian yang dilakukan wang (2003), berdsarkan pengamatan terhadap

518 pasang suami istri yang berusia antar 20-34 tahun di jumpai 50% kehamilan

terjadi didalam dua siklus haid pertama dan 90% kehamilan terjadi didalam enam

siklus haid pertama. Wang menemukan bahwa abgka fekunditas perbulan berkisar

antara 30-35%. (Wiknjosastro,2008)

a. Faktor non-organik

 Usia

Faktor usia terutama usia istri sangat menentukan besarnya kesempatan

pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan. Terdapat hubungan yang

terbalik antara bertambahnya usia istri dengan penurunan untuk mengalami

kehamilan. Sembilan puluh empat prsen (94%) perempuan subur di usia 35

4
tahun atau 77% perempuan subur di usia 38 tahun akan mengalami

kehamilan dalam kurun waktu tiga tahunlama pernikahan. Ketika usia istri

mencapai 40 tahun maka kesempatan untuk hamilhanya sebesar lima persen

perbulan dengan kejadian kegagalan sebesar 34-52%.

 Frekuensi senggama

Angka kejadian kehamilan mencapai puncaknya ketika pasangan suami istri

melakukan hubungan suami istri dengan frekuensi 2 – 3 kali dalam satu

minggu. Upanya penyesuaian saat melakukan hubungan suami istri dengan

terjadinya ovulasi , maka akan meningkatkan kejadian stres bagi pasangan

suami istri tersebut.

 Pola hidup

 Alkohol

Pada perempuan tidak terdapatbukti ilmiah yang menyatakan adanya

hubungan antara minuman mengandung alkohol dengan peningkatan

risiko kejadian infertilitas. Namun, pada laki-laki terdapat sebuah laporan

yang menyatakan adanya hubungan antara minuman alkohol dalam

jumlah banyak dengan penurunan mualitas sperma.

 Merokok

Dari beberapa penelitian yang ada, dijumpai fakta bahwa merokok dapat

menurunkan fertilitas perempuan. Oleh karena itu sangat di anjurkan

untuk menghentikan kebiasaan merokokjika perempuan memiliki masalah

infertilitas. Penurunan fertilitas perempuan juga terjadi pada prempuan

5
juga terjadi pada perempuan perokok pasif. Penurunan fertilitas jiga

dialami oleh laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok.

 Berat badan

Perempuan dengan indeks massa tubuh yang lebih daripada 29, yang

termasuk di dalam kelompok obesitas, terbukti mengalami keterlambatan

hamil. Usaha yang paling baik untuk menurunkan berat badan dengan cara

menjalani olahraga teratur setra mengurangi asupan kaloridi dalam

makanan.

b. Faktor organik

 Masalah vagina

Vaina merupakan hal yang paling penting di dalam tata laksana infertilitas.

Terjadinya proses reproduksi manusia sangat terkait dengan kondisi vagina

sehatdan berfungsi normal. Masalah pada vagina yang memiliki kaitan erat

dengan peningkatan kejadian infertilitas adalah sebagai berikut;

 Dispareunia : merupakan masalahkesehatan yang di tandai dengan rasa

tidak nyaman atau rasa nyeri saat melakukan senggama. Dispareunia

dapat di alami perempuan atau laki-laki. Pada perempuan dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, sebagai berikiut ;

 Faktor infeksi, seperti infeksi kandida vagina, infeksi klamidia

trakomatis vagina, infeksi trikomonas vagina, dan pada saluran

berkemih.

 Faktor organik, seperti vaginimus, nodul endometrsosis di

vagina,endometrosis pelvik, atau keganasan vagina

6
Dispareunia pada laki-laki dapat di sebabkan oleh beberapa faktor

berikut:

 Faktor infeksi, seperti uretritis, prostitis, atau sistitis.beberapa

kuman penyebab infeksi antara lain Niseria Gonore

 Faktor organik, seperti prepusium yang terlampau sempit, luka parut

di penis akibat infeksi sebelumnya dan sebagainya.

 Vaginismus : merupakan masalah pada perempuan yang ditandai dengan

adanya rasa nyeri saat penis akan melakukan penetrasi kedalam vagina.

Hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya zat lubrikan atau pelumas

vagina, tetapi trauma disebabkan oleh diameter lubang vagina yang

terlalu sempit, akibat kontraksi refleks otot pubokoksigeus yang terlalu

sensitif, sehingga trjadi kesulitan penetrasi vagina oleh penis.

Penyempitan lubang vagina ini dapat disebabkan oleh faktor psokogenik

atau kelainan anatomik. Faktor anatomi yang terkait dengan dengan

vaginimus dapat disebabkan oleh operasi di vagina sebelumnya seperti

episiotomi atau luka trauma di vagina yang sangat hebat sehingga

meninggalkan jaringan parut.

 Vaginitis : beberapa infeksi kuman seperti klamidia trakomatis, Niseria

Gonore, dan bakterial vaginosis seringkali tidak menimbulkan gejala

klinik sama sekali. Namun, infeksi klamidia trakomatis memiliki kaitan

yang erat dengan infertilitas melalui kerusakan tuba yang dapat

ditimbulkannya.

7
 Masalah uterus

Uterus dapat menjadi penyebab terjadinya infertilitas. Faktor uterus yang

memiliki kaitan erat dengan kejadian infertilitas adalah serviks, kavum uteri,

dankorpus teri.

 Faktor serviks

 Servisitis: memiliki kaitan dengan terjadinya infertilitas. Servisitis

kronis dapat menyebabkan kesulitan bagi sperma untuk melakukan

penetrasi ke dalam kavum uteri. Adanya tanda infeksi klamidia

troomatis di servik seringkali memiliki kaitan dengn peningkatan

risiko kerusakan tuba melaluli reaksi imunologi.

 Trauma pada serviks: tindaakan operatip tertentu pada serviks seperti

konisasi atau upaya abortus profokatus sehingga menyebabkan cacat

pada serviks hal ini yang menyebabkan terjdinya infertilitas.

 Faktor kavum uteri

Faktor yang terkait dengan kavum uteri meliputi kelaian anatomi kavum

uteri dan faktor yang terkait dengan endometrium.

 Adanya septum pada kavum uteri tentu akanmengubah struktur

anatomi dan struktur vaskularisasi endometrium. Kondisi uterus

bikornis atau uterus arkuatus tidak memiliki kaitan yang erat dengan

kejadian infertilisasi.

 Faktor endometritis memiliki kaitan dengan rendahnya ekspresi

integrin endometrium yang sangat berperan didalam proses

implantasi. Faktor ini yang dapat menerangkan tingginya kejadian

penyakit radag panggul subklinik pada perempuan dngan infertilitas.

8
Polip endometrium merupakan pertumbuhan abnormal endometrium

yang seringkali dikaitkan dengan kejdian infertilitas.

 Faktor miometrium mioma uteri merupakan tumor jinak eterus yang

berasal dari peningkatan aktivitas priliperasi sel-sel miometrium.

berdasarkan loksi mioma uteri terhadap miometrium, serviks dan kavum

uteri, maka mioma di bagi menjadi 5 klasifkasi yaitu; mioma

subserosum, mioma intramural, mioma submukosum, mioma serviks,

dan mioma di rongga peritoneum. Pengaruh mioma uteri terhadap

kajadian infrtilitas hanya berkisar ntara 30 – 50. Mioma uteri

mempengaruhi fertilitas kemungkinanterkait dengan sumbatan pada

tuba, sumbatan pada kanalis servikalis, atau mempemgaruhi implantasi.

 Adenomiosis uteri merupakan kelainan pada miometrium berupa

susupan jaringan stroma dan kelenjar yang sangat menyerupai

endometrium.

 Masalah tuba

Tuba fallopi memiliki peran yang besar di dalam proses fertilisasi, karena

tuba berperan dalam prose transpor sperma, kapasitas sperma proses

fertilisasi, dan transport embrio. Adanya kerusakan/kelaianan tuba akan

berpengaruh terhadap angka fertilitas.

Kelainan tuba yang seringkali dijumpai pada penderita infertilitas adalah

sumbatan tuba baik pada pangkal, pada bagian tengah tuba, maupun pada

ujung distal dari tuba. Sumbatan tuba disebabkan oleh infeksi atau dapat

disebabkan oleh endometriosis. Infeksi klamidia trakomatis memiliki kaitan

yang erat untuk terjadinya kerusakan tuba.

9
 Pengkajian faktor Tuba

Tuba palopi tidak hanya sebagai sebuah saluran antara ovarium dan

uterus. Tuba palopi berperan dalam memperoleh kembali ovum dari

folikel ovarium, menyediakan sebuah lingkungan yang dapat menjadi

tempat terjadinya fertilisasi dan sebagai jalan pengiriman telur yang

telah dibuahi untuk masuk kedalam uterus. Masalah yang sering terjadi

adalah jaringan adhesi atau jaringan parut terjadi akibat infeksi, termasuk

salfingitis yang disebabkan oleh gonorea akut,penyakit radang panggul,

infeksi akibat pemakaian IUD, atau peritonitis akibat ruptur apendiks.

 Pemeriksaan diagnostik untuk defek tuba

1. Histerosalpingogram

Merupakan sebuah prosedur yang menggunakan sinar-X untuk

mengkaji adanya sumbatan pada tuba. Zat pewarna di alirkan

kesepanjang tuba falopi untuk menentukan lokasi sumbatan yang

tepat.

2. Laparoskopi diagnostik

Merupakan operasi minor yang dilakukan diunit rawat jalan.

Dengan melihat bagian dalam uterus dengan alat histerokop atau

laparoskop.

 Masalah ovarium

Ovarium memiliki fungsi sebagai penghasil oosit dan penghasil hormon.

Masalah utama yag terkait dengan fertilitas adalah terkait dengan fungsi

ovulasi. Sindrom ovarium polikistik merupakan masalah gangguan ovulasi

utama yang seringkali dijumpai pada kasus infertilitas. Saat ini untuk

10
menegakan diagnosa sindrom ovarium polikistik jika dijumpai dari tiga

gejala dibawah ini.

 Terdapat siklus haid oligoovulasi atauanovulasi

 Terdapat gambaran ovarium polikistik pada peeriksaan ultrasonografi

(USG)

 Terdapat gambaran hiperandrogenisme baik klinis maupun biokimiawi.

Penderita infertilitas dengan obesitas seringkali menunjukan gejala gejala

sindrom ovarium polikistik.

Kista ovarium yang sering dijumpai pada penderita infertilitas adalah kista

endometrium yang sering dikenal dengan istilah kista cokelat. Kista

endometriosis tidak hanya mengganggu fungsi ovulasi, tetapi juga dapat

mempengaruhi fungsi maturasi oosit.

Tindakan operatif untuk pengangkatan kista ovarium jika tidak dilakukan

dengan hati-hati dapat berakibat meningkatnya kejadian kegagalan fungsi

ovarium, yang akan semakin memperburuk frogonisis fertilitasnya.

 Masalah peritoneum

Masalah yang sering dikaitkan antara faktor peritoneum dengan infertilitas

adanya faktorendometriosis dijumpai sebesar 25 - 40% pada perempuan

dengan masalah infertilitas dan dijumpai sebesar 2- 5% pada populasi umum.

Endometriosis dapat tampil dalam bentuk adanya nodul-nodul saja

dipermukaan peritoneum atau berupa jaringan endometriosis yang

berinfiltrasi dalam dibawah lapisan peritoneum. Endometriosis dapat terlihat

dengan mudah dalam bentuk yan khas yaitu nodul hitam, nodul hitam

kebiruan, nodul coklat, nodul putih,nodul kuning, dan nodul merah, yan

seringkali dipenuhi pula oleh sebaran pembuluh darah. Bercak endometriosis

11
juga dapat tampil tersembunyi tipis dibawah lapisan peritoneum yang di

kenal dengan istilah nodul polder burn, dan ada pula bercak endomertriosis

ysng tertanam dalam dibawah lapisan peritoneum (deep infitrating

endometriosis).

3. PEMERIKSAAN DASAR INFERTILITAS

Menurut Wiknjosastro (2008), Pemeriksaan dalam merupakan hal yang

sangat penting dalam tata laksana infertilitas. Dengan melakukan pemeriksaan dasar

yang baik dan lengkap, maka terapi dapat diberikan dengan cepat dan tepat, sehingga

penderita infertilitas dapat terhindar dari keterlambatan tata laksana infertilitas yang

dapat memperburuk progonosis dari pasangan suami istri tersebut.

a. Anamnesis

Pada awal pertemuan penting seklali untuk memperoleh data apakah pasangan

suami istri atau salah satunya memilii kebiasaan meroko atau minum minuman

berakohol. Perlu juga diketahui apakah istri menjalani terapi khusus seperti

antihipertensi, karikosteroid, dan sitostatika.

Siklus haid merupakan variabel yang sangat penting. Dapat dikatakan siklus haid

normal jika berada dalam kisaran antara 21 – 35 hari. Sebagian besar perempuan

dengan siklus haid yang normal akan menunjukan siklus haid yang berovulasi.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasutri dengan masalah infertilitas

adalah pengukuran tinggi badan, penilaian berat badan dan pengukuran lingkar

pinggang. Penentuan indeks massa tubuh perlu dilakukan dengan menggunakan

12
formula berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m 2). Perempuan dengan

indeks massa tubuh (IMT) lebih dari dari 25kg/m 2 termasuk kedalam kelompok

kriteria berat badan lebih. IMT yang kurang dari 19kg sering kali dikaitkan

dengan penampilan pasien yang terlalu kurus dan perlu dipikirkan adanya

penyakit kronis seperti infeksi tuberkulosis (TBC), kanker, atau masalah

kesehatan jiwa seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.

Adanya pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis, jenggot, jambang, bulu

dada yang lebat. Atau pertumbuhan jerawat yang banyak dan tidak normal pada

perempuan, seringkali terkait dengan kondisi hiperandrogenisme, baik klinis

maupun biokimiawi.

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan dasar yang dianjurkan untuk mendeteksi atau mengonfirmasi adanya

ovulasi dalam sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesteron pada fase

luteal media, yaitu kurang dari 7 hari sebelum perkiraan datangnya haid. Adanya

ovulasi dapat ditentukan jika kadar progesteron fase luteal media dijumpai lebih

dijumpai besar dari 9,4 mg/ml (30 nmol/l).

Pemeriksaan kadar luteinizing hormone (LH) dan follices stimulating hormone

(FSH) dilakukan pada fase proliferasi awal (hari 3 – 5 ) terutama jika

dipertimbangkan terdapat peningkatan nisbah LH/FSH pada kasus sindrom

ovarium polikistik (SOPK). Jika dijumpai adanya tanda klinis hiperandroganisme,

seperti hirsutisme atau akne yang banyak, maka perlu dilakukan pemeriksaan

kadar testosteron atau pemeriksaan free androgen index (FAI), yaitu dengan

melakukan kajian terhadap kadar testosteron yang terikat dengan sex hormone

binding (SHBG) dengan formula FAI=100 x testosteron total/SHBG. Pada

perempuan kadar FAI normal jika dijumpai lebih rendah dari 7.

13
d. Pemeriksaan Analisis Sperma

Pemeriksaan analisis sperma sangat penting dilakukan pada awal kunjungan

pasutri dengan masalah infertilitas, karena dari berbagai penelitian menunjukan

bahwa faktor laki-laki turut memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap

kejadian infertilitas.

Beberapa syarat yang harus diperhatikan agar menjamin hasil analisis sperma

yang baik adalah sebagai berikut:

a) Lakukan abstinessia (pantang senggama) selama 2-3 hari.

b) Keluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari dengan cara

senggama.

c) Hindari pengguanaan pelumas pada saan masturbasi.

d) Hindari penggunaan kondom untuk menampung sperma.

e) Gunakan tabung dengan mulut yang lebar sebagai tempat penampung

sperma.

f) Tabung sperma harus dilengkapi dengan nama jelas, tanggal, dan waktu

pengumpula sperma, metode pengeluaran sperma yang dilakukan

(maasturbasi atau senggama terputus).

g) Kirimkan sampel secepat mungkin ke laboraturium sperma.

h) Hindari paparan temperatur yang terlampau tinggi (> 380C) atau terlalu

rendah (<150C) atau menempelkannya ke tubuh sehingga sesuai dengan suhu

tubuh.

14
Tabel 2.2

Nilai normal analisis sperma berdasarkan kriteria WHO

Kriterian Nilai rujukan normal


Volume 2ml atau lebih
Waktu likuefaksi Dalam 60 menit
Ph 7,2 atau lebih
Konsentrasi sperma 20 juta/ml atau lebih
Jumlah sperma total 40 juta/ejakulat atau lebih
Lurus cepat (gerakan yang progesif dalam 60 25% atau lebih
menit setelah ejakulasi (1) )
Jumlah antara lurus lambat (2) dan lurus cepat (1) 50% atau lebih
Morfologi normal 30% atau lebih
Vitalitas 75% atau lebih yang hidup
Lekosit Kurang dari 1 juta/ml

Keterangan:

Derajat 1: gerak sperma cepat dengan arah yang lurus

Derajat 2: gerak sperma lambat atau berputar-putar

Tabel 2.3

Terminologi dan Definisi Analisis Sperma Berdasarkan Kualitas Sperma

15
Terminologi Definisi
Normozoospermia Ejakulasi normal sesuai dengan rujukan WHO
Oligozoosperma Konsentrasi sperma lebih rendah daripada nilai rujukan WHO
Astenospermia Konsentrasi sel sperma dengan motilitas lebih rendah daripada
nilai rujukan WHO
Teratozospermia Konsentrasi sel sperma denan morfologi lebih rendah daripada
nilai rujukan WHO
Azospermia Tidak didapatkan sel sperma di dalam ejakulat
Aspermia Tidak terdapat ejakulat
Kristospermia Jumlah sperma sangat sedikit yang dijumpai setelah
sentrifugasi

Dua atau tiga nilai analisis sperma diperlakukan untuk menegakan diagnosis adanya

analisis sperma yang abnormal. Cukup malakukan analisis spermatunggal jika pada

pemeriksaan telah dijumpai hasil analisis sperma normal, karena pemeriksaan telah

dijumpai hasil analisis sperma yang ada merupakan metode pemeriksaan yang sangat

sensitif.

Tabel 2.4

Pemeriksaan Infertilitas Dasar di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer

Jenis kelamin Jenis pemeriksaan Waktu pemeriksaan

16
LH
Perempuan FSH Fase folikularis awal (H3-4)
TSH
Prolaktin Pagi hari sebelum pukul 9
Testosteron Kecurigaan
SHBG hiperandroggenisme
Serologi rubela Walaupun sudah imunisasi
Pap smear
laki – laki Analisis sperma Setelah abstinensi 2 – 3 hari

Pemeriksaan pelengkap yang dapat dilakukan pada pusat layanan kesehatan primer

dengan menggunakan fasilitas kesehatan sekunder atau tersier adalah pemeriksaan

pelengkap untuk menilai kondisi potensi kedua tuba fallopi yang dikenal sebagai

histerosalpingografi (HSG) merupakan pemeriksaan radiologis dengan menggunakan

sinar-X dan zat kontras.

4. PENCEGAHAN

Menurut Permadi (2008) pencegahan infertilisasi antara lain :

a. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi

prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah

tersebut harus ditangani serius.

b. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh

buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma.

c. Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone

testosterone yang tentunya akan mengganggu pertumbuhan sperma.

5. PATOFISIOLOGI

Menurut Djuwantono (2008)

a. Wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan

stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH

17
tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.

Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada

ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari

infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak

dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk

uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun

sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi

pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan

sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang

menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak

berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan

melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga

sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut

perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang

berujung pada abortus.

b. Pria

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan

hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup

memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya

merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada

abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi

masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu

disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.

18
Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga

menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi

sperma terganggu

6. SISTEM RUJUKAN

Menurut Wiknjosastro (2008), Dalam melakukan tata laksana terhadap pasutri dengan

masalah infertilitas, diperlukan sitem rujukan yang baik untuk menghindari

keterlibatan dalam menegakan diagosis.

Tabel 2.5

Indikator rujukan ke Pusat Layanan Infetilitas Sekunder dan Tersier

Jenis kelamin Indikator rujukan


Usia lebih dari 35 tahun
Perempuan Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Riwayat kelainan tuba seperti hidrosalping, abses
tuba, penyakit radang panggul, atau penyakit
menular seksual
Riwayat pembedahan tuba, uterus, dan daerah
panggul lainnya
Menderita endomettriosis
Gangguan haid seperti amenorea atau oligomenorea
Hirsutisme atau galaktore
Kemoterapi
Laki – laki Testis adesensus, orkidopeksi
Kemoterapi atau radioterapi
Riwayat pembedahan urogenital
Varikokel
Riwat penyakit menular seksual (PMS)

19
BAB III

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, pendidikan,

pekerjaan dan alamat.

2. Riwayat kesehatan

1) Wanita

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien atau istri sering merokok.

20
b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Merasa cemas tidak bisa hamil.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kebanyakan keluarga bekerja di radiologi dengan pola hidup yang tidak sehat

seperti olahraga.

d. Riwayat Obstetri

• Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

• Mengalami aborsi berulang

2) Pria

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien atau istri sering meroko dan meminum alcohol.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Merasa cemas tidak bisa hamil

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kebanyakan keluarga bekerja di radiologi dengan pola hidup yang tidak sehat

seperti olahraga.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasangan suami istri dengan masalah

infertilitas adalah pengukuran tinggi badan, penilaian berat badan, lingkar pinggang,

penentuan indeks massa tubuh

1) Wanita

a. Deteksi Ovulasi

21
b. Analisa hormon

c. Sitologi vagina

d. Uji pasca senggama

e. Biopsy endometrium terjadwal

f. Laparoskopi

g. Pemeriksaan pelvis ultrasound

2) Pria

a. Analisa Semen

 Warna Putih keruh

 PH 7,2 - 7,8

 Volume 2 - 5 ml

 Viskositas 1,6 – 6,6 centipose

 Jumlah sperma 20 juta / ml

 Sperma motil > 50%

 Bentuk normal > 60%

 Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik

 Persentase gerak sperma motil > 60%

 Aglutasi tidak ada

 Sel – sel sedikit,tidak ada

 Uji fruktosa 150-650mg/dl

22
b. Pemeriksaan endokrin

c. USG

d. Biopsi testis

e. Uji penetrasi sperma

f. Uji hemizona

B. Pengetahuan dan psikologi

a. Tingkat pengetahuan pasangan mengenai proses reproduksi


b. Tingkat pengetahuan pasangan dan teknik mengenal perilaku seksual

c. Perasaan tentang harga diri

d. Tingkat kecemasan atau rasa takut mengenal kondisi dan pilihan terapi

C. Asukan keperawatan pada pasien yang mengalami infertilitas

Diagnosa Intervensi Evaluasi


keperawatan
Defisit pengetahuan - Kaji riwayat secara Pasangan
berhubungan dengan lengkap dalam area menunjukan
anatomi atau ini untuk data dasar. bahwa mereka
fisiologi seksual. - Berikan informasi memiliki
akurat sesuai dengan informasi yang
kebutuhan untuk akurat
meningkatkan
pemahaman klien.
Defisit pengetahuan - Kaji riwayat secara Pasangan
berhubungan dengan lengkap dalam area menunjukan
teknik koitus. ini untuk data dasar. bahwa mereka
- Berikan informasi memiliki
akurat sesuai dengan informasi yang
kebutuhan untuk akurat
meningkatkan

23
pemahaman klien.

Harga diri rendah - Klarifikasi kesalahan Pasangan


berhubungan dengan informasi untuk menunjukan
ketidakmampuan meningkatkan perilaku yang
untuk hamil. pemahaman klien. lebih positif
- Beri penguatan pada
perasaan dan sikap
yang positif untuk
memperkuat harga
diri klien.
Ansietas - Beri waktu yang Pasangan
berhubungan dengan adekuat untuk klien menunjukan
ketidaktahuan dan mengajukan bahwa rasa takut
prosedur serta hasil pertanyaan untuk dan
terapi. meningkatkan kecemasannya
pemahaman klien. telah berkurang.
- Beri informasi yang
akurat dan klarifikasi
prosedur terapi
sesuai indikasi untuk
meningkatkan
pengetahuan klien.
- Beri rujukan sesuai
kebutuhan untuk
memberi asuhan
yang komprehensif.
- Jadwalkan
pemeriksaan dan
prosedur secara
cermat dengan
memikirkan
kepentingan
kenyamanan klien.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri

yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan senggama teratur,

tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan.

B. Saran

25
Kepada para pasangan usia subur hendaknya memeriksakan secara rutin

alat reproduksinya agar jika terjadi masalah dapat dideteksi dengan cepat.

Kepada tenaga kesehatan hendaknya mampu memberikan konselin tentang

kesehatan reproduksi kepada pasanagan usia subur.

Daftar Pustaka

Wiknjosastro, Hanifa. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Reeder martin koniak griffin. (2011). Keperawatan maternitas kesehatan wanita,

bayi, keluarga edisi 18. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

Permadi, (2008). Mengatasi infertilitas. Bandung : PT Grafindo

26

Anda mungkin juga menyukai