Anda di halaman 1dari 8

Apa Itu Infertilitas?

10.25 cara cepat hamil 0 comments

Infertilitas atau infertility (ketidaksuburan) merupakan kondisi ketidakmampuan pasangan


untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa
menggunakan kontrasepsi selama 1 tahun atau lebih, atau jika pada wanita berusia ≥ 35 tahun
selama 6 bulan atau lebih.

Infertilitas dapat dikategorikan menjadi 2.Yaitu :

 Infertile primer

Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu
tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.

 Infertile sekunder

Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum
mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi
syarat-syarat berikut:
a. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
b. Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum mendapatkan kehamilan.
c. Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.
d. Istri maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi, baik
kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah kasus infertilitas merupakan kondisi yang
di alami perempuan, sedangkan sisanya disebabkan oleh salah satu gangguan sperma dan
faktor lain yang tidak dikenal. Menurut The Mayo Clinic, Amerika Serikat:

 Sekitar 20% dari kasus infertilitas disebabkan pada manusia.


 Sekitar 40% sampai 50% dari kasus infertilitas disebabkan oleh wanita.
 Sekitar 30% sampai 40% dari kasus infertilitas disebabkan oleh kedua pasangan (pria
dan wanita).

Dari survei diketahui bahwa 60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak
pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2
dari usia pernikahan. sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau
lebih atau tidak akan pernah memiliki anak.

Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin kondisi infertil
sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri saja. Hal tersebut dapat dipahami
karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia harus
merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa ada dua faktor yang harus dipenuhi yaitu:

1. Suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (Spermatozoa) ke dalam organ
reproduksi istri, dan
2. Istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan
sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan
memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi
berusia cukup bulan dan dilahirkan.

Apabila salah satu dari dua faktor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan
suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.Jadi infertilitas bukan
semata-mata kesalahan si wanita

Waspada Infertilitas sekunder


Image by : Dokumentasi Ayahbunda

Susah hamil lagi? Waspada Infertilitas sekunder. Ibu yang sudah pernah memiliki anak –
entah baru satu atau lebih– berisiko mengalami infertilitas sekunder. Bahkan, pada pasangan
yang sehat dan tidak mengalami gangguan pada organ reproduksi, risiko infertilitas sekunder
ini mungkin saja terjadi.

Menurut Dr. Anthony Luciano, ahli kandungan dari Center for Fertility and Reproductive
Endocrinology, New Britain General Hospital, Connecticut, AS, 60% ibu yang sudah pernah
memiliki anak –entah baru satu atau lebih– berisiko mengalami infertilitas sekunder. Bahkan,
pada pasangan yang sehat dan tidak mengalami gangguan pada organ reproduksi, risiko
infertilitas sekunder ini mungkin saja terjadi.

Infertilitas sekunder. Sulit hamil anak kedua atau ketiga dan selanjutnya dapat terjadi pada
pasangan usia reproduktif (20-34 tahun) maupun yang sudah melewati usia reproduktif (di
atas 35 tahun). Penyebab infertilitas sekunder ini sebenarnya hampir sama dengan infertilitas
primer atau infertilitas yang terjadi pada pasangan yang sulit punya anak pertama.

Dalam rentang waktu sejak Anda melahirkan anak pertama sampai berencana untuk hamil
lagi, banyak hal dan perubahan dapat terjadi pada organ reproduksi Anda maupun pasangan.
Perubahan ini bukan tidak mungkin menyebabkan proses kehamilan menjadi terganggu atau
sulit terjadi. Itu sebabnya, sejak awal sebaiknya Anda berdua membuat perencanaan jumlah
anak serta jarak kelahiran antara anak pertama dan kedua. Jaraknya, usahakan antara 18-48
bulan agar pemilihan cara Anda melakukan KB lebih mudah dilakukan.

Anda dan pasangan sebaiknya waspada dan segera berkonsultasi ke dokter kandungan
apabila mengalami hal-hal berikut.

 Anda dan pasangan masih dalam usia reproduktif, aktif secara seksual –rutin
berhubungan seks 2-3 kali seminggu– dan tidak menggunakan alat kontrasepsi, tapi
tidak juga hamil dalam waktu 2 tahun.
 Anda dan pasangan berusia 35 tahun atau lebih, aktif secara seksual dan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tapi tidak juga hamil dalam waktu 6 bulan.
 Anda memiliki riwayat haid tidak teratur, sempat berhenti haid beberapa bulan, atau
bahkan berhenti haid sama sekali.
 Anda pernah mengalami keguguran 2 kali atau lebih.
 Anda menderita penyakit peradangan pada rongga panggul, atau merasakan panas
membakar di daerah sekitar vagina dan keluar lendir berbau dari vagina.
 Anda atau pasangan pernah terkena penyakit infeksi seksual menular.
 Anda atau pasangan pernah menjalani pengobatan dan terapi penyakit kanker.
 Pasangan Anda mengalami penurunan gairah seksual, kesakitan saat ejakulasi, atau
impoten.

Penyebabnya:
32% Jumlah sperma rendah atau gangguan reproduksi pada pria.
17% Kombinasi masalah sistem reproduksi pasangan tersebut.
16,7% Kerusakan saluran telur (tuba Falopii).
4,9% Gangguan fungsi indung telur.
3,3% Endometriosis atau ada gangguan fungsi rahim.
(Sumber: Human Fertilisation and Embriology Authority, 2009, AS)

Infertilitas

Infertilitas
Pengertian
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa menghamili.
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi
belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama satu
tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas primer
bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil. (Siswandi,
2006).
Faktor Penyebab
Infertilitas Disengaja
Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat kontrasepsi
baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap.

Infertilitas Tidak Disengaja

1. Pihak Suami, disebabkan oleh: a) Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel


testis), misal: aspermia, hypospermia, necrospermia. b) Kelainan mekanis, misal:
impotensi, ejakulatio precox, penutupan ductus deferens, hypospadia, phymosis.
Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar 35-40 %.
2. Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar sampai
dengan indung telur. a) Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium, gangguan
hormonal. b) Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor
pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak.
Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak (hipotalamus dan
hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan LH. c)
Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba,
endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan rahim. d)
Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan
pada saluran tuba. e) Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya
yang tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 % pasien dengan
endometriosis adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan
pada tuba, ovarium dan peritoneum. Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri
sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.

Pemeriksaan Infertilitas
Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan
pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:

1. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak
selama 12 bulan.
2. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.
3. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum
mendapat anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.

Langkah Pemeriksaan
Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya.
Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Umum

 Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan
khusus.

Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan seks,
penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah
dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid, apakah
pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah
pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus,
infeksi genitalia).
Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual,
apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil.

 Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu dan pernafasan).
 Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin
meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.
 Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan roentgen
ataupun USG.

Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Ovulasi
Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan diantaranya : a)
Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh
hormon progesteron. b) Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan
sitologi pada sel-sel superfisial. c) Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron
menyebabkan perubahan lendir serviks menjadi kental. d) Pemeriksaan endometrium. e)
Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.
Gangguan ovulasi disebabkan : a) Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi,
hypothalamus, psikogen. b) Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit
metabolis. c) Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan
memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron, substitusi terapi
(pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise membuat
FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita
anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal
Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak mampu
menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.
Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma
yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak
melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.

 Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc,
pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal
25 %.
 Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc, steril :
20 juta per cc atau kurang.

Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan,
disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).
Pemeriksaan Lendir Serviks
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah : a) Kentalnya
lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir yang cair. b) pH
lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis. c) Enzim proteolitik. d) Kuman-
kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :

 Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini
menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen ovarial cukup
ataupun sperma cukup baik.
 Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test kurang
baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.

Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun antibiotika bila terdapat
infeksi.
Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan : a) Pertubasi (insuflasi = rubin test);
pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri. b)
Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri, bentuk liang
tuba bila terdapat sumbatan. c) Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan
tuba dan ovarium. e) Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya.
Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap
progesteron, produksi progesterone kurang.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi
infeksi.
Nasehat Untuk Pasangan Infertil
Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :

 Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual dengan


memperhatikan masa subur.
 Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.
 Menghitung minggu masa subur.
 Membiasakan pola hidup sehat.

Referensi
Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981.
Ginekologi. Elstar Offset, Bandung.
Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.
Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana
Untuk Bidan. EGC. Jakarta.
Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.
www/portalkalbe/files/cdk/files/13obatovulasiO81/13obatovulasiO81. Setiabudy, R.
Tinjauan Farmakologik Beberapa Obat Yang Menginduksi Ovulasi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Medical Faculty Of Hasanudin University, 2005. Hubungan Endometriosis Dengan
Infertilitas, Makasar.
Wardoyo, Hasto, 2002. Infertilitas. Makalah Seminar Bayi Tabung. RSUP dr. Sardjito,
Yogyakarta.

Tes Mengetahui Infertilitas sekunder


Anda tak selamanya selalu subur. Segala sesuatu dapat berubah setiap saat, termasuk fungsi
organ reproduksi dan kesuburan Anda. Untuk mengetahui penyebab pasti infertilitas
sekunder yang Anda dan pasangan alami, dokter kandungan akan meminta sejumlah tes yang
harus Anda berdua jalani.

Untuk istri:

 Tes darah, untuk mengukur kadar sejumlah senyawa tertentu di dalam darah.
Contohnya, serum progesteron yang diambil pada pertengahan siklus haid, serum
gonadotropin untuk mengetahui adanya gangguan pada fungsi indung telur (ovarium)
yang mengganggu produksi sel telur, dan prolaktin untuk mengetahi adanya gangguan
atau tumor pada kelenjar pituitari (pengontrol produksi air susu ibu).
 Pemeriksaan medis, untuk mengetahui adanya gangguan, kelainan, sumbatan,
kerusakan serta ketidaknormalan yang terjadi pada berbagai organ reproduksi.
Misalnya, sumbatan pada saluran indung telur yang menyebabkan sel telur matang
tidak dapat dibuahi sel sperma. Ini dilakukan antara lain dengan USG pada daerah
vagina serta pemeriksaan rongga panggul.
 Pemeriksaan tambahan, untuk menunjang hasil tes darah serta pemeriksaan medis,
sehingga penyebab yang lebih spesifik dapat diketahui.

Untuk suami:

 Pemeriksaan semen, untuk menganalisa kualitas cairan semen serta sperma, termasuk
mengetahui bentuk, ukuran, kemampuan gerak sperma untuk berenang dan mencapai
sel telur serta membuahinya.
 Pemeriksaan organ reproduksi, untuk mengetahui kemampuan testis menghasilkan
sperma berkualitas baik, kemampuan penis berejakulasi, dan ada atau tidaknya
sumbatan pada saluran sperma. Pemeriksaan ini dapat dilakukan beberapa kali sejalan
dengan terapi yang dijalani.

Agar masalah infertilitas sekunder dapat diatasi dengan baik, Anda dan pasangan perlu
membuka diri serta menjalin komunikasi yang baik. Kalau pun pada akhirnya Anda berdua
tidak berhasil mendapatkan anak lagi seperti yang diharapkan, cobalah untuk menyukuri si
buah hati yang sudah hadir di tengah Anda berdua.

Anda mungkin juga menyukai