Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai tenaga kesehatan kita dituntutuntuk memberikan pelayanan terbaik pada


masyarakat serta dapat memberikaninformasi yang dibutuhkan oleh masyarakaT. Untuk
mewujudkan itu semua tenaga kesehatan membutuhkan suatu kerjasama antara nakes dan
toma. Dimana tugas kita dan toma tersebut untuk mengumpulkan dan membina para kader
kesehatan masyarakat (♀ / ♂ yang dipilih oleh masyrakat dan dilatih untuk menangani
masalah-masalah kesehatan perseorangan / pun masyarakat untuk bekerja dalam
hubungannya amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayana kesehatan.
Sebagai tenaga kesehatan (bidan siaga) kita perlu memberikan informasi tentang
kelebihan dan keuntungan antara pusat kesehatan masyarakat dengan tenaga yang tidak
terlatih (dukun) untuk melakukan pemeriksaan dan proses persalinan.
Dimana hanya di pusat kesehatan masyarakat / RS (bidan) dia dapat memperoleh ini
yang dapat mencegah bayi pasien dari tetanus. Petugas kesehatan masyarakat akan
melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap kesehatan ibu dan bayi yang belum lahir
(yang tidak dilakukan oleh tengaa yang tidak terlatih). Petugas kesehatan membantu keluarga
pasien dalam memutuskan dimana tempat yang paling aman untuk proses persalinan. Dan
bidan juga memberikan informasi tentang pentingnya melakukan deteksi dini bahaya
kehamilan agar tidak terjadi komplikasi / kegawat daruratan yang dapat merugikan.

Tingkat kesuburan masyarakat mempengaruhi kesehatan reproduksi yang merupakan


bagian penting dan merupakan paling utama dalam upaya mencapai kehidupan yang
berkualitas karena kesehatan reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan konsepsi,
kesehatan anak, remaja dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan reproduksi
menentukan kesehatan wanita dan pria serta generasi selanjutnya.
Fertilitas ialah kemampuan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan anak hidup
oleh pria yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas merupakan kemampuan fungsi satu
pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Sebelum dan
sesudahnya tidak seorangpun tahu, apakah pasangan itu fertil atau tidak. Riwayat fertilitas
sebelumnya sama sekali tidak menjamin fertilitas dikemudian hari, baik pada pasangan itu
sendiri maupun berlainan pasangan.
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan
menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57% dalam 3 bulan, 72,1%
dalam 6 bulan, 85,4% dalam12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu median yang
diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama
pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu,
kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin
punya anak, dihadapkan pada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.
Infertilitas merupakan ketidakmampuan seorang wanita untuk menjadi hamil dan
melahirkan anak, dengan melakukan hubungan seksual secara rutin dan teratur selama satu
tahun berkumpul bersama. Disebut Infertilitas primer, kalau istri belum pernah hamil selama
12 bulan walaupun bersenggama secara rutin. Dan disebut infertilitas sekunder, kalau istri
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama.

Berdasarkan catatan WHO , di dunia ada sekitar 50-80 juta pasangan suami istri
mempunyai problem infertilitas dan setiap tahunnya muncul sekitar 2 juta pasangan infertil
baru. Tidak tertutup kemungkinan jumlah itu akan terus meningkat.

1.2.Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberitahukan kepada
mahasiswa-mahasiswi tentang Tingkat Kesuburan Sebagai Salah Satu Masalah Kebidanan di
Komunitas.

1.3.Rumusa\n Masalah

1. Mengetahui pengertian fertilitas dan infertilitas


2. Mengetahui etiologi dari infertilitas dan fertilitas
3. Mengetahui factor-factor demografi yang mempengaruhinya.
4. Mengetahui peran serta bidan dalam masalah ini

1.4.Manfaat Makalah

Agar mahasiswi dapat mengetahui apa saja hal yang perlu diketahui tentang Tingkat
Kesuburan Sebagai Salah Satu Masalah Kebidanan di Komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Tingkat Kesuburan seseorang dapat dilihat dari keadaan fertil atau infertilnya.
Fertilitas: adalah kemampuan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan anak dengan
pasangan yang mampu menghamilinya.
Infertilitas : Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun
(Sarwono,497).
\Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis
apapun (Djuwantono,2008, hal: 1).
Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu
tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini
belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3
kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan
suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.


2. Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum mendapatkan
kehamilan.
3. Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.
4. Istri maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi,
baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
\
2.2 ETIOLOGI

Sebanyak 60% – 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun
pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia
pernikahannya. Sebanyak 10% - 20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih
atau tidak pernah memiliki anak.
Walaupun pasangan suami istri dianggap infertile bukan tidak mungkin kondisi
infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat
dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang
manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung
arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah:

1. Suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) kedalam organ
reproduksi istri
2. Istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovarium).

Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%,
keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas
terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :\
1. Penyebeb masalah kesuburan pada wanita
a. Sumbatan pada saluran telur
Sumbatan saluran telur disebabkan antara lain adanya perlengketan pada sekitar
saluran telur, hal ini sebagai akibat dari pernah terkena IMS dan radang panggul sehingga
menghambat pertemuan sel telur dengan sperma.

b. Endometriosis
Yaitu sel selaput lendir rahim yang tumbuh pada tempat yang tidak semestinya, yaitu
di indung telur. Hal ini dapat menimbulkan perlengketan pada sekitar saluran telur atau pada
organ reproduksi lainnya.

c. Kelainan lendir leher rahim


· terlalu pekat, yang dapat menghambat laju gerakan sperma
· terlalu asam, yang dapat mematikan sperma.

d. Berat Badan Tidak Seimbang


Berat badan yang tidak seimbang dapat mengganggu kesuburan perempuan, karena
tubuh memerlukan 17% dari lemak tubuh di awal masa siklus haid, dan 22% di sepanjang
siklus haid. Lemak tubuh mengandung enzim aromatase yang dibutuhkan untuk
memproduksi hormon estrogen. Jadi, jika persediaan lemak dalam tubuh tidak memadai, akan
memberikan andil besar terhadap ketidaksuburan.

e. Faktor Usia
Usia berpengaruh terhadap masa reproduksi, artinya selam masih haid teratur
kemungkinan ia masih bisa hamil. Penelitian menunjukkan potensi wanita untuk hamil
menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis pada usia di atas 38 tahun (Kasdu,2002).
Hal ini juga berlaku pada pria meskipun pria tetap dapat menghasilkan sel sperma sampai
usia 50 tahun. Hasil penelitian menunjukkan hanya sepertiga pria berumur di atas 40 tahun
yang mampu menghamili istrinya dalam waktu 6 bulan di banding pria yang berumur di
bawah 25 tahun. Pada wanita, begitu masuk usia 35 tahun, kesuburan akan menurun dan
semakin menurun drastis di usia 37 tahun sampai akhirnya masuk ke masa menopause di atas
40-45 tahunan. Cadangan sel telur akan terus berkurang setup kali wanita mengalami
menstruasi dan lama-kelamaan akan habis saat menopouse. Sebaliknya, usia tidak membatasi
tingkat kesuburan pria dimana “pabrik sperma” akan terus memproduksi sel-sel sperma
selama anatominya normal.

f. Gaya Hidup Yang Penuh Stres


Gaya hidup ternyata pegang peran besar dalam menyumbang angka kejadian
infertilitas, yakni sebesar 15-20%. Gaya hidup yang serbacepat dan kompetitif dewasa ini
rentan membuat seseorang terkena stres. Padahal kondisi jiwa yang penuh gejolak bisa
menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan spermatogenesis, spasme tuba fallopi, dan
menurunnya frekuensi hubungan suami istri

g. Kelainan Mulut Rahim


Normalnya, mulut rahim mengarah ke depan (antefleksi), sehingga berhadapan
langsung dengan dinding belakang vagina. Kondisi inilah yang memungkinkan spermatozoa
sampai ke dalam saluran mulut rahim yang menghubungkan antara vagina dan rongga rahim.
Penyimpangan dari posisi normalnya, seperti retrofleksi (posisi rahim menghadap ke
belakang), bisa menghambat terjadinya kehamilan.

h. Kelainan Rahim
Adanya kelainan rongga rahim karena perlengketan, mioma atau polip; peradangan
endometrium dan gangguan kontraksi rahim, dapat mengganggu transportasi spermatozoa.
Kalaupun sampai terjadi kehamilan biasanya kehamilan tersebut akan berakhir sebelum
waktunya.

2. Penyebeb masalah kesuburan pada Pria


a. Kelainan Genetik
Meskipun amat jarang, ketidaksuburan pria dapat disebabkan oleh kelainan genetik
seperti cystic fibrosis. Gangguan genetik meliputi kelainan pada kromosom seks, yang terjadi
pada sindrom Klinefelter.

b. Gangguan Hormonal
Gangguan hormonal yang terjadi dapat menghalangi produksi sperma. Untuk
merangsang testis menghasilkan sperma, dibutuhkan hormon yang dihasillkan oleh kelenjar
ptituari. Bila hormon tersebut tidak ada, atau jumlahnya menurun dalam jumlah yang
signifikan maka sudah barang tentu kinerja testis tidak akan sempurna.
c. Varikokel
Adalah terjadinya pelebaran Pembuluh Darah Vena di sekitar Buah Zakar. Hal ini
biasanya terindikasikan dengan adanya benjolan pada bagian atas buah zakar dan biasanya
terjadi pada sebelah kiri.

d. Sumbatan Saluran Sperma


Biasanya disebabkan bawaan lahir karena tidak terbentuknya sebagian saluran
sperma. Selain itu infeksi juga dapat menyebabkan terjadinya sumbatan saluran sperma.
Infeksi pada saluran reproduksi dapat disebabkan oleh bakteri melalui penyakit menular
seksual. Jika memang disebabkan karena infeksi bakteri mungkin akan terjadi sumbatan
akibat perlekatan dari saluran reproduksi pria.

e. Impotensi
Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit
pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa
terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang
menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis. Kerusakan saraf yang menuju dan
meninggalkan penis juga bisa menyebabkan impotensi.

f. Kebiasaan Merokok
Merokok dapat menambah risiko kemandulan dan disfungsi ereksi pada pria. Nikotin
membuat darah mengental sehingga tidak bisa beredar dengan lancar, termasuk di pembuluh
darah alat kelamin. Akibatnya, muncul gangguan seksual seperti ejakulasi dini, ereksi tidak
sempurna, bahkan impotensi.

g. Kebiasaan Minum Beralkohol


Alkohol dalam jumlah besar dapat menurunkan kadar hormon testoteron sehingga
mengganggu produksi sperma.

h. Pengaruh Radiasi
Radiasi akan memberikan efek negatif terhadap konsentrasi dan kualitas sperma.
Selain itu sperma yang terkena pengaruh radiasi akan memiliki gerakan berenang yang
kurang baik yang akan mengurangi kesempatan untuk pembuahan.
i. Pengaruh Obat
Beberapa jenis obat bisa mempengaruhi tingkat kesuburan. Obat-obatan seperti
antibiotika, pereda rasa sakit, obat penenang, dan obat hormonal dapat menurunkan tingkat
kesuburan pria.

2.3 FAKTOR-FAKTOR INFERTILITAS YANG SERING DITEMUKAN

Factor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan :

1. Faktor koitus pria


Riwayat dari pasangan pria harus mencakup setiap kehamilan yang sebenarnya, setiap
riwayat infeksi saluran genital, misalnya prostates, pembedahan atau cidera pada genital pria
atau daerah inguinal, dan setiap paparan terhadap timbel, cadmium,radiasi atau obat
kematerapeutik. Kelebihan konsumsi alcohol atau rokok atau paparan yang luar biasa
terhadap panas lingkungan harus dicari.

2. Faktor ovulasi
Sebagian besar wanita dengan haid teratur (setiap 22 – 35hari) mengalami ovulasi,
terutama kalau mereka mengalami miolimina prahaid (misalnya perubahan payudara,
kembung, dan perubahan suasana hati).

3. Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lender encer yang
banyak yang bereksudasi keluar dari serviks untuk berkontak dengan ejakulat semen. Untuk
menilai kualitasnya, pasien harus diperiksa selama fase menjelang pra ovulasi (hari ke-12
sampai 14 dari siklus 28 hari).
4. Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae, pertengahan segmen,
atau pada istmus kornu. Penyumbatan fimbriae sajauh ini adalah yang banyak ditemukan.
Salpingitis yang sebelumnya dan penggunaan spiral adalah penyebab yang lazim, meskipun
sekitar separohnya tidak berkaitan dengan riwayat semacam itu. Penyumbatan pertengahan
segmen hamper selalu diakibatkan oleh sterilisasi tuba. Penyumbatan semacam itu, bila tak
ada riwayat ini, menunjukan tuberculosis. Penyumbatan istmus kornu dapat bersifat bawaan
atau akibat endometriosis, adenomiosis tuba atau infeksi sebelumnya. Pada 90% kasus,
penyumbatan terletak pada istmus dekat tanduk (kornu) atau dapat melibatkan bagian
dangkal dari lumen tuba didalam dinding organ.

5. Faktor peritoneum
Laparoskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka sebelumnya pada 30
sampai 50% wanita dengan infertilitas yang tak dapat diterangkan. Endometriosis adalah
penemuan yang paling lazim. Perlekatan perianeksa dapat ditemukan, yang dapat
menjauhkan fimbriae dari permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan.

2.4 Perkembangan Masalah Infertilitas Hingga Saat Ini


Masalah kesuburan dipengaruhi oleh budaya dan dapat mempengaruhi populasi suatu
negara. Selain itu tingkat kesuburan masyarakat juga mempengaruhi kesehatan reproduksi
yang merupakan bagian penting dan merupakan upaya paling utama dalam mencapai
kehidupan yang berkualitas karena kesehatan reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan
konsepsi, kesehatan anak, remaja dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan reproduksi
menentukan kesehatan wanita dan pria serta generasi selanjutnya.
Infertilitas merupakan suatu krisis dalam kehidupan yang akan berpengaruh terhadap
berbagai aspek kehidupan seseorang. Sangat menusiawi dan normal apabila pasangan
infertilitas mempunyai perasaan yang berpengaruh tehadap kepercayaan diri dan citra diri.
Lebih parah lagi menurut the national infertility asosiation menyebutkan beberapa gejala
yang dapat terjadi antara lain, timbul perasaan sedih, depresi atau putus asa lebih dari 2
minggu. Ada perubahan segnifikan dalam selera makan, sulit tidur atau lebih banyak dari
biasanya dan ketika bangun badan tetap merasa lelah. Merasa khawatir dan curiga sepanjang
waktu, kehilangan ketertarikan dalam hoby. Mengalami masalah den gan konsentrasi, merasa
mudah marah atau sulit mengambil keputusan. Merasa tidak berguna, frustasi dan berfikir
lebih baik mati, kehilangan nafsu seksual dan lebih senang menyendiri daripada bersama
dengan temen-temen dan keluarga.
Masalah ketidaksuburan atau infertilitas merupakan masalah yang cukup sensitif bagi
pasangan suami istri. Bahkan beberapa kasus berujung pada perceraian. Sepertinya sudah
terbiasa , bila suatu pasangan infertil maka perempuanlah yang paling di curigai, bahkan di
vonis sebagai penyebabnya. Namun hal ini merupakan anggapan yang keliru, karena
kemungkinan ketidaksuburan bisa datang suami, istri atau kedua belah pihak secara
bersamaan. Infertilitas yang disebabkan oleh istri sebesar 35%, faktor suami 35%. Faktor
keduanya 20% dan penyebab lainnya 10% (Mustar,2006).
Di Indonesia kejadian wanita infertil 15 % pada usia 30-34 tahun, meningkat 30%
pada usia 35-39 tahun dan 55 % pada usia 40-44 tahun. Hasil survei gagalnya kehamilan pada
pasangan yang sudah menikah selama 12 tahun, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40 %
karena infertilitas pada wanita, dan 10 % dari pria dan wanita, 10 % tidak diketahui
penyebabnya. Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas 524 (5,1%) PUS dari
10205 PUS.
Dari sekian banyak kasus infertilitas hanya 50% saja yang berhasil di tangani baik
secara program bayi tabung dan sebagainya( Sarwono, 1999).

2.5 Upaya-upaya bidan dalam menangani masalah Infertil


a. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kesuburan dan akibatnya bagi diri sendiri,
keluarga dan masyarakat.
b. Mengajak ibu-ibu dan remaja untuk mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan reproduksi dengan benar.
c. Memberitahu teknik hubungan seks yang benar, contohnya: posisi wanita dibawah
dengan bokong diganjal bantal agar sperma lebih mudah sampai di uterus.
d. Menganjurkan untuk melakukan hubungan seksual saat masa subur.
e. Menganjurkan memilih makanan yang dapat meningkatkan kesuburan, misal : terong dan
kecambah.
f. Menyarankan melakukan hubungan seksual secara teratur, misalnya 3 kali dalam
seminggu.
g. Menganjurkan untuk periksa ke dr.SpOG guna mengetahui lebih lanjut penyebab pasti
infertilnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tingkat Kesuburan seseorang dapat dilihat dari keadaan fertil atau infertilnya.
Fertilitas ialah kemampuan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan anak hidup oleh pria
yang mampu menghamilinya. Jadi, fertilitas merupakan kemampuan fungsi satu pasangan
yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Sebelum dan sesudahnya
tidak seorangpun tahu, apakah pasangan itu fertile atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya
sama sekali tidak menjamin fertilitas dikemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri maupun
berlainan pasangan.
Infertilitas merupakan ketidakmampuan seorang wanita untuk menjadi hamil dan
melahirkan anak, dengan melakukan hubungan seksual secara rutin dan teratur selama satu
tahun berkumpul bersama. Disebut Infertilitas primer, kalau istri belum pernah hamil selama
12 bulan walaupun bersenggama secara rutin. Dan disebut infertilitas sekunder, kalau istri
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama.

3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi para pembaca
dan dapat menambah pengetahuan tentang Tingkat Kesuburan sebagai Salah satu masalah
dalam Kebidanan di komunitas. Untuk itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
lebih jauh memahami makalah ini dan dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

- http://putriutakatikotak.blogspot.com/2011/03/masalah-kebidanan-di-
komunitas.html

- http://berawaldarimimpikeciliqaa.blogspot.com/2011/08/makalah-konsep-dasar-
kebidanan.html

Anda mungkin juga menyukai