PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang berbahagia sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk, dan membantu usaha
peningkatan perpanjangan harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi serta
menurunnya kematian ibu karena kehamilan dan persalinan (Hartanto,2002). Keluarga
Berencana Nasional mempunyai arti penting dalam pelaksanaan pembangunan dibidang
kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sehingga harus dilaksanakan secara
berkesinambungan (BKCS-KB Kota Metro,2006).
Di Indonesia terdapat 66% PUS yang mengikuti Keluarga Berencana, hal ini
berarti ada sekitar 34% PUS di Indonesia yang tidak mengikuti Keluarga Berencana.
Kondisi tersebut bila tidak diintervensi, dikhawatirkan dalam beberapa tahun kedepan
Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk. Saat ini baru 66% pasangan usia
subur (PUS) di Indonesia yang mengikuti program keluarga berencana (KB).
Pemerintah telah menetapkan tiga skenario untuk menekan pertambahan jumlah
penduduk hingga 2015. Pertama, jika peserta KB meningkat 1% setiap tahun, penduduk
Indonesia hanya akan menjadi 237,8 juta jiwa. Kedua, bila peserta KB tetap konstan
60%, penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 255,5 juta jiwa. Ketiga, jika peserta
KB menurun menjadi 0,5% per tahun, jumlah penduduk Indonesia akan membengkak
menjadi
264,4
juta
jiwa
(http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional).
Data Pasangan Usia Subur untuk Kabupaten .......... ....... pada tahun 2006 sebanyak
194.379 pasangan sedangkan yang mengikuti program KB sebagai peserta baru dan
peserta
aktif
sebanyak
150.230
pasangan
atau
mencapai
81,84%
(www.depkes.co.id/profil-lampung.pdf, 2006).
Wanita saat akan menentukan kapan dan metode kontrasepsi apa yang akan
digunakan harus mempertimbangkan pengaruh metode kontrasepsi terhadap fungsi
reproduksi, salah satu alasan yang paling banyak disebutkan dalam penghentian
kontrasepsi adalah efek samping yang dirasakan. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh WHO pada 5332 wanita yang telah mempunyai anak di 14 negara berkembang
menunjukkan bahwa banyak wanita berhenti menggunakan kontrasepsi IUD, oral dan
Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur
1.1.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pasangan usia subur
2. Mengetahui cakupan pasangan usia subur
3. Mengetahui rumus perhitungan pasangan usia subur
4. Mengetahui masalah yang di hadapi pasangan usia subur
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur
BABII
KONSEP TEORI
1. Definisi
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya.
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan
kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga
berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk
meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya di bawah usia 20 tahun adalah suatu
keadaan pasangan suami istri yang isterinya masih di bawah usia 20 tahun yang dapat
menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan.
2.
PUS
yang
usia
isterinya
<
100%
20
tahun
..%
g. Tidak
memerlukan
control
yang
ketat
selama
pemakaian.(Sumber
(Hatanto,2007)
Menunda kehamilan
Di tunjukkan untuk PUS yang berusia <20tahun
c. Saat istri berusia >30tahun, terutama >35 tahun ,sebagai mengakhiri kesuburan
setelah mempunyai2 orang anak (Hartanto,2007:30)
2. Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal
Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum
berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk
mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual
tanpa perlindungan (Bobak, 2006).
Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun
koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
berturut-turut.
Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah
hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
3. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran)
yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat
berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal
penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi
mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang
paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan
rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas,
infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya
hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
3. Peran Perawat
a. Memberi penyuluhan pada pasangan usia subur mengenai pemilihan KB
b. Memberi HE mengenai pentingnya mengatur jarak kehamilan
c. Menyarankan pasangan usia subur untuk menyelesaikan masalah dengan
mengkonsultasikan pada petugas kesehatan
BABIII
ASUHAN KEPERAWATAN
Analisa kasus
Di sebuah desa Sukamaju terdapat 50 KK dengan jumlah warga 200. Dimana terdapat
30 KK dengan pasangan usia subur. Dengan usia diatas 50 tahun adalah 20 orang, usia 3650 adalah 30 orang, usia 35 tahun adalah 30 orang, usia 20 tahun 45orang, usia 10-19 tahun
50 orang, usia 1-9 15 orang, usia 0-1 10 orang. Masyarakat mayoritas bekerja sebagai
petani dengan rata-rata penghasilan setiap bulan adalah sekitar kurang dari 500 ribu.
Komunikasi antar warga berjalan dengan baik karean jarak rumah satu dengan yang lain
juga dekat. Warga sukamaju mayoritas beragam islam, pendidikan pasangan usia subur
mayoritas SMP.
Fasilitas kesehan yang ada di Desa sukomaju adalah 1 bidan praktek swasta, 1
puskesmas, 1 praktek dokter umum. Kebiasaan warga sukomaju bila sakit adalah
mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas ditoko sealin itu masih banyak warga yang
minum jamu buatan sendiri karena mereka beranggapan ini terbebas dari bahan kimia dan
lebih aman dan bila mereka sudah merasa sakitnya parah mereka baru pergi ke puskesmas
dan bidan. 30 KK dengan pasangan usia subur disini terdapat 10 KK yang mengerti
penggunaan alat kontrasepsi dan alat kontrasepsi yang mereka gunakan antara lain KB pil
dan KB suntik. Untuk 20 KK yang tidak menggunakan alat kontrasepsi berdasarkan hasil
pengkajian kami menemukan banyak sekali alasan seperti mereka beranggapan banyak
anank banyak rejeki, mereka beranggapan bahwa KB itu dilarang oleh agama, ada juga yang
mangatakan bahwa salah satu dari pasangan mereka mengalami infertile( mandul),mereka
juga mengatakan tidak adanya dana untuk melakukan kontrasepsi. Ada warga yang
mengeluh mengalami nyeri saat menstruasi dan mengalami siklus yang tidak teratur.
1. Pengkajian
Umur pasangan usia subur : usia 35 tahun adalah 30 orang, usia 20 tahun 45orang,
usia 10-19 tahun 50 orang
a. Sistem komunikasi : sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
dusun Sukamaju meningkatkan pengetahuan terkait dengan kesehatan
reproduksi seperti alat kontrasepsi, penyakit yang berhubungan dengan
kehamilan misalnya televisi, radio, Koran.
b. . Ekonomi : tingkat sosial ekonomi secara keseluruhan apakah sesuai dengan
UMR
etiologi
Kebudayaan
Warga
bahwa
Masalah
dan Kurangya
minat
dalam
menggunakan kontrasepsi
anak
banyak rejeki
Adanya
warga
yang
berpendapat bahwa KB
dilarang agama
DO: 20 KK pasangan usia
subur tidak menggunakan
kontrasepsi
BPS di Sukamaju 1
Agama: islam 100%
DS:
tidak
warga
mengetahui
jenis
Kurangnya
pengetahuan
tentang kontrasepsi
yankes
melakukan
yang
penyuluhan
kesehatan
DO: 10 kk menggunakan
kotrasepsi
20 kk tidak menggunakan
kontrasepsi
Bidan praktek swasta 1
orang
Pendidikan pasangan usia
subur mayoritas SMP.
DS:
warga
sering
mengatakan Gangguan
mengalami mentruasi
3. Intervensi keperawatan
motivasi
warga
untuk
Rasional
1. Menambah minat warga dalam
menggunakan kontrasepsi
berKB
tentang
macam-macam
kontrasepsi
kontrasepsi
tentang kontrasepsi
misalnya
informasi
dengan
lebih
lanjut
tentang
kontrasepsi
puskesmas
Diagnose 3 : resiko terjadinya kista b.d gangguan dalam menstruasi
Intervensi
1. Indentifikasi
warga
yang
Rasional
1. Mengetahui jumlah warga yang
menderita kista
2. Anjurkan
menderita kista
warga
untuk
dengan
tim
kesehatan lain(dokter)
adanya
dalam tubuh.
3. Menambah
pengetahuan
warga
tentang kista
4. Mempercepat
penyembuhan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
kista
dan
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (lakilaki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya.
Masalah yang dialami pasangan usia subur antara lain pemilihan kontrasepsi,
penyakit kista, infertilitas dan lain-lain
4.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya melakukan penyuluhan tentang kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga,
Edisi 18. Jakarta: EGC
Bobak.
2004.
Buku
ajar
keperawatan
maternitas
edisi
4.
Jakarta
EGC