Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

METODE PENGHALANG (SPERMISIDA)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata kuliah : Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampuh : Ika Muzdalia S.Kep., Ns

Kelompok 8
 Muhammad Amar Naufal (B0219355)
 Dian Octavia (B0219307)
 Riska Amalia Bahar (B0219511)

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Univesitas Sulawesi Barat
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya kita masih
diberi kesehatan sehingga makaah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul " Metode Penghalang (Spermisida)” disusun untuk mengetahui
pengetahuan pembaca. Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat
memberikan manfaaat bagi kita semua dalam hal ini dapat menambah wawasan kita.
Dalam penulisan makalah ini telah banyak persoalan dan halang yang dihadapi
penulis, tetapi dapat diselesaikan penulis tepat waktu. Adapun dalam penulisan makalah
ini masih banayak kekurangan baik dalam penulisan ataupun dalam penyusunan kalimat
sehiungga masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, kami dengan senang hati
menerima saran dan kritikan yang diberikan untuk penyusunan selanjutnya. Demikian
makalah ini kami susun, semoga berguna bagi kita semua.

Majene, 20 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
A. Pengertian Spermisida...............................................................................................
B. Sejarah Spermisida.....................................................................................................
C. Jenis dan Efektivitas..................................................................................................
D. Penggunaan dengan Kondom....................................................................................
E. Pilihan dalam Memilih Spermisida............................................................................
F. Manfaat Spermisida...................................................................................................
G. Efek Samping Atau Masalah Penanganan.................................................................
H. Asuhan Keperawatan.................................................................................................
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk yang
tinggi. Menurut Bappenas (2018) jumlah penduduk di indonesia menurut umur dan
jenis kelamin tahun 2019 mencapai 267 juta jiwa. Indonesia merupakan negara
dengan populasi penduduk terbesar ke-4 setelah cina, india, dan Amerika Serikat
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% setiap tahunnya. Dengan
tingginya laju pertumbuhan penduduk tersebut maka akan berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan dan kehidupan penduduk (BKKBN,2015). Dalam hal ini pemerintah
melakukan upaya untuk menekan dan mengendalikan jumlah penduduk dengan
program Keluarga Berencana (KB). Salah satu metode kontrasepsi adalah dengan
penggunaan Spermisida.
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di indonesia saat ini masih perlu
ditingkatkan guna menurunkan anggka kelahiran atau fertilitas yang dalam beberapa
tahun terakhir tidak mengalami penurunan. Maka sudah sepantasnya jika kontrasepsi
ditempatkan sebagai suatu kebutuhan krusial bagi pasangan suami istri sekaligus
dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi, dan anak serta memberikan
kontribusi terhadap penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sehingga membantu terwujudnya keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.
Saat ini, masih sering dijumpai pasangan suami istri (pasutri) yang bingung
dalam menentukan metode kontrasepsi apa yang sebaiknya mereka gunakan. Hal ini
biasa dialami oleh pasangan suami istri yang belum mempunyai pengalaman dalam
hal keluarga berencana (KB). Sebenarnya ketidaktahuan ini dapat dihindari, bila para
pasangan suami istri mau berusaha mencari informasi ketempat - tempat pelayanan
kesehatan, temapt pelayanan KB, petugas kesehatan atau kader - kader KB setempat
(BKKBN, 2006). Namun pencarian informasi tersebut sering terkendala oleh waktu,
mungkin karena ksebukan masing - masing pasangan suami istri dalam berkarier.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem untuk membantu mempermudah pemilihan
kontrasepsi salah satunya adalah penggunaan Spermisida.
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Spermisida
2. Untuk Mengetahui Sejarah Spermisida
3. Untuk Mengetahui Jenis dan Efektivitas Spermisida
4. Untuk Mengetahui Manfaat Spermisida
5. Untuk Mengetahui Efek Samping Spermisida
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Spermisida
Spermisida adalah zat kontrasepsi yang menghancurkan sperma., dimasukkan
kedalam vagina sebelum berhubungan untuk mencegah kehamilan. Sebagai
kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun, tingkat kehamilan yang
dialami pasangan yang hanya menggunakan spermisida lebih tinggi dibandingkan
pasangan yang menggunakan metode lain. Biasanya spermisida dikombinasikan
dengan metode penghalang kontrasepsi seperti diafragma, kondom, penutup serviks,
dan spons. Metode gabungan diyakini menghasilkan tingkat kehamilan yang lebih
rendah dari pada metode manapun.
Spermisida merupakan bahan yang dapat melumpuhkan dan mematikan
spermatozoa. Spermisida dikatakan ideal yaitu dapat dengan cepat menghambat
mobilisasi spermatozoa, bebas dari efek pemakaian jangka panjang, serta tidak
mengakibatkan iritasi pada mukosa vagina maupun penis, dan tidak beracun (Shah et
al, 2008).
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut :
 Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
 Memperlambat motilitas sperma
 Menurunkan Kemampuan Pembuahan Sel Telur

B. Sejarah Spermisida
Tulisan Soranus, seorang dokter Yunani abad ke-2, berisi formulasi untuk
sejumlah ramuan asam yang diklaim sebagai Spermisida. Intruksinya adalah
merendam wol di salah satu campuran, lalu meletakkannya di dekat leher rahim.
Pengujian laboratorium terhadap zat untuk melihat apakah zat tersebut menghambat
motilitas sperma dimulai pada tahun 1800-an. Spermisida modern nonoxynol-9 dan
menfegol dikembangkan dari lini penelitian ini. Namun, banyak zat lain dengan nilai
kontrasepsi yang meragukan juga dipromosikan. Terutama setelah pelarangan
kontrasepsi di AS oleh Comstock Act 1873, spermisida - yang paling populer adalah
Lysol dipasarkan hanya sebagai produk "kebersihan wanita" dan tidak memiliki
standar keefektifan apapun. Lebih buruk lagi, banyak produsen merekomendasikan
menggunakan produk sebagai douche setelah hubungan badan, terlambat
mempengaruhi semua sperma. Perkiraan medis selama tahun 1930-an menempatkan
tingkat kehamilan wanita yang menggunakan banyak spermisida yang dijual bebas
pada tujuh puluh persen per tahun.
Spermisida sudah ada sejak lama. Orang Mesir kuno biasa menggunakannya
untuk mengatur ukuran keluarga dan kehamilan. Obat spermisida, bahan obat seperti
getah akasia, susu asam, kotoran buaya, dan mineral natron yang dicampur serat
tumbuhan dan madu lalu dibentuk menjadi pessarium. Peneliti Modern A Pakrashi et
al. telah menemukan akasia sebagai spermisida. Saponin triterpen dari Acacia
auriculiformis ditemukan memiliki efek melumpuhkan sperma secara in vitro.
Turunan akasia ini berhasil mencegah sperma masuk kedalam lendir serviks,
mengganggu membran plasma spermatozoa dan menghancurkan tutup akrosom. Saat
ini dipahami bahwa semakin asam vagina, kematian sperma meningkat karena
lingkungan yang tidak bersahabat.

C. Jenis dan Efektivitas


Bahan aktif spermisida yang paling umum adalah nonoxynol-9. Spermisida
yang mengandung nonoxynol-9 tersedia dalam berbagai bentuk, seperti jelly(gel),
film, dan busa. Jika digunakan sendiri, spermisida memiliki tingkat kegagalan
penggunaan yang sempurna sebesar 6% per tahun jika digunakan dengan benar dan
konsisten, dan 28% tingkat kegagalan pertahun pada penggunaan biasa.
Merek Spermisida
Daftar contoh ini disediakan oleh Mayo Clinic :
 Film Kontrasepsi Vagina VCF
 VCF Vaginal Vontraceptive Gel
 Busa kontrasepsi VCF
 Conceptrol
 Crinone
 Encare
 Endometrin
 VGS Progesteron Pertama
 Gynol II
 Buktikan
 Hari ini Sponge
 Vagi-Gard Douche Tanpa Penawaran
Nonoxynol-9 adalah bahan kimia utama dalam spermisida untuk menghambat
mobilitas sperma. Bahan spermisida sekunder aktif dapat mencakup octoxynol-9,
benzalkonium chloride, dan menfegol. Bahan - bahan sekunder aktif ini tidak umum
di Amerika Serikat, dimana nonoxynol-9 saja sufah umum. Mencegah motilitas
sperma akan menghambat perjalanan sperma menuju sel telur yang bergerak ke
saluran tuba menuju rahim. Penyisipan spermisida yang dalam dan tepat seharusnya
secara efektif memblokir serviks sehingga sperma tidak dapat melewati serviks
menuju rahim atau saluran tuba. Sebuah studi yang mengamati distribusi spermisida
yang mengandung nonoxynol-9 di saluran vagina menunjukkan " Setelah 10 menit
gel menyebar di dalam saluran vagina memberikan penutup yang berdekatan dari
epitel dengan ketebalan yang bervariasi. Satu - satunya tujuan spermisida adalah
mencegah pembuahan.
Menfegol adalah spermisida yang diproduksi sebagai tablet berbusa. Ini hanya
tersedia di Eropa. Oxtoxynol-9 sebelumnya merupakan spermisida umum, tetapi
dikeluarkan dari pasar AS pada tahun 2002 setelah produsen gagal melakukan studi
baru yang diminta oleh FDA. Spermisida benzalkonium klorida dan natrium kolat
digunakan dalam beberapa spons kontrasepsi.

D. Gunakan dengan Kondom


Spermisida dipercaya dapat meningkatkan efektivitas kontrasepsi kondom.
Namun, kondom yang dilumasi secara spermisida oleh produsen memiliki umur
simpan yang lebih pendek dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih pada
wanita. Organisasi kesehatan dunia mengatakan bahwa kondom spermicidally
dilumasi seharusnya tidak lagi dipromosikan. Namun, mereka merekomendasikan
penggunaan kondom berpelumas nonoxynol-9 dari pada kondom sama
sekali.Spermisida yang digunakan sendiri hanya efektif sekitar 91 persen. Ketika
spermisida digunakan bersama dengan kondom dan metode penghalang lainnya, ada
tingkat efektif 97 persen untuk pencegahan kehamilan.

E. Pilihan dalam Memilih Spermisida


1. Aerosol ((busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi)
2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau
metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10--15 menit setelah dimasukkan
(insersi) sebelum hubungan seksual
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma

F. Manfaat Spermisida
Alat kontrasepsi Spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi
maupun non kontrasepsi
1. Manfaat Kontrasepsi
 Efektif Seketika (busa dan krim)
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Sebagai pendukung metode lain
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Mudah digunakan
 Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
 Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik
2. Manfaat Non Kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV
dan HIV/AIDS.

G. Efek Samping Atau Masalah Penanganan


1. Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyaman, periksa adanya vaginitas dan
p[enyakit menular seksual. Bila penyebabnya spermisida, sarankan memakai
spermisida dengan bahan kimia lain atau bantu memilih metode kontrasepsi
lain
2. Gangguan rasa panas di vagina periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan
bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak ada perubahan, sarankan
menggunakan spermisida jenis lain atau bantu memilih metode kontrasepsi
lain
3. Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik pilih spermisida lain dengan
komposisi bahan kimia berbeda atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.

H. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dibuat jika terjadi masalah dalam pemberian spermisida :
Diagnosa Luaran Intervensi
Risiko kehamilan tidak Setelah dilakukan Edukasi keluarga
dikehandaki d.d intervensi selama 2 hari berencana
kegagalan penggunaan maka penerimaan Observasi
alat kontrasepsi kehamilan meningkat - Identifikasi kesiapan
dengan kriteria hasil : dan kemampuan
1. Verbalisasi menerima informasi
penerimaan - Identifikasi
kehamilan pengetahuan tentang
meningkat alat kontrasepsi
2. Verbalisasi perasaan Terapeutik
yang dialami - Sediakan materi dan
meningkat media pendidikan
3. Perilaku mencari kesehatan
perawatan kehamilan - Jadwalkan
meningkat pendidikan
4. Menyusun kesehatan sesuai
perencanaan kesepakatan
kehamilan - Berikan kesempatan
meningkat untuk bertanya
5. Kemampuan - Lakukan penapisan
menghargai diri pada ibu dan
sendiri meningkat pasangan untuk
6. Kemampuan penggunaan alat
menyesuaikan diri kontrasepsi
dengan kehamilan - Lakukan
7. Upaya mencari pemeriksaan fisik
informasi kehamilan - Fasilitasi ibu dan
meningkat pasangan dalam
mengambil
keputusan
menggunakan alat
kontrasepsi
- Diskusikan
pertimbangan
agama, budaya,
perkembangan,
sosial ekonomi
terhadap pemilihan
kontrasepsi
Edukasi
- Jelaskan sistem
reproduksi
- Jelaskan metode
metode alat
kontrasepsi
- Jelaskan aktivitas
seksualitas setelah
mengikuti program
KB
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Spermisida adalah zat kontrasepsi yang menghancurkan sperma., dimasukkan
kedalam vagina sebelum berhubungan untuk mencegah kehamilan. Sebagai
kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun, tingkat kehamilan yang
dialami pasangan yang hanya menggunakan spermisida lebih tinggi dibandingkan
pasangan yang menggunakan metode lain. Biasanya spermisida dikombinasikan
dengan metode penghalang kontrasepsi seperti diafragma, kondom, penutup
serviks, dan spons. Metode gabungan diyakini menghasilkan tingkat kehamilan
yang lebih rendah dari pada metode manapun. Asuhan keperawatan diterapkan
ketika terjadi masalah saat penggunaan metode penghalang spermisida
DAFTAR PUSTAKA

Buku Standar Diganosa Keperawatan Indonesia


Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai