Anda di halaman 1dari 19

APLIKASI PROSES

KEPERAWATAN
DALAM
KEPERAWATAN
KOMPLEMENTER
OLEH
KELOMPOK I
BAB I
PENDAHULUAN
 Definisi CAM (Complementary and Alternative Madacine) suatu
bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system,
modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan
kepercayaan (Hamijoyo, 2003)
 Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini
sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai
terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan
konvensional.
BAB II
PEMBAHASAN
 PENGERTIAN
 Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik
keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama melaksanakan
proses keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif
untuk mengkaji status kesehatan klien, membuat penilaian yang bijaksana dan
mendiagnosa, mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien dan merencanakan,
menerapkan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang tepat guna mencapai
hasil akhir tersebut (Dermawan, 2012).
 Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Zulfa dkk, 2018)
 Pada prinsipnya, dokumentasi keperawatan komplementer tidak jauh berbeda
dengan dokumentasi asuhan keperawatan pada umumnya, yang meliputi: proses
pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. PENGKAJIAN
 Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012).
 Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
b. DIAGNOSA
 Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensia. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilhan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan
tanggung jawab perawat menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) (1990, dalam Allen, 1998).
 Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun
potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk
mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ).
 Kriteria diagnosa keperawatan antara lain sebagai berikut ( Nursalam, 2015 ) :
1. Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk menentukan
kesenjangan.
2. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
3. Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang.
4. Komponen diagnosa terdiri atas PE/PES.
5. Pengkajian ulang dan revisi terhadap diagnosis berdasarkan data terbaru.
 Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi sebagai berikut:
1. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau
penyakit.
2. Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
3. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
4. Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.
5. Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam indentifikasi masalah klien.
6. Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi keperawatan.
 Di dalam diagnose NANDA, terdapat 3 tipe diagnose yaitu:
1. Diagnosa actual
Dengan format penulisan: PES (P berhubungan dengan E ditandai dengan S)
2. Diagnosa risiko
Dengan format penulisan: P dengan adanya faktor risiko
3. Promosi Kesehatan
Dengan format penulisan: P ditandai dengan defining karakteristik (batasan
karakteristik)
Untuk diagnosa keperawatan komplementer disesuaikan dengan diagnosa
pada NANDA
d. INTERVENSI DAN IMPLEMETASI
 Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah
yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
 Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis
yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik
(Manurung, 2011).
 Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah
atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).
 Langkah – langkah perencanaan keperawatan menurut Manurung (2011)
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan prioritas masalah.
 Prioritas keperawatan adalah penyusunan diagnose keperawatan atau
masalah pasien dengan menggunakan tingkat kedaruratan atau kepentingan
untuk memperoleh tahapan intervensi keperawatan yang dibutuhkan. Saat
menentukan prioritas diagnosa keperawatan digunakan standar prioritas
kebutuhan dari Maslow, sebagai berikut :
 Prioritas 1 : masalah yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologis seperti
respirasi, sirkulasi, nutrisi, hidrasi, eliminasi, suhu dan kesenjangan fisik.
 Prioritas 2 : masalah yang berpengaruh pada keselamatan dan keamanan.
 Prioritas 3 : masalah yang berpengaruh terhadap cinta dan rasa memiliki.
Prioritas 4 : masalah yang berpengaruh pada rasa harga diri.
 Prioritas 5 : masalah yang berpengaruh pada kemampuan mencapai sasaran
pribadi atau aktualisasi diri. Pengurutan prioritas akan dipengaruhi oleh
faktorfaktor persepsi pasien terhadap prioritas, untuk itu menanyakan kepada
pasien tentang apa yang dirasakannya merupakan hal yang penting.
2. Menuliskan tujuan dan kriteria hasil.
 Saat merumuskan tujuan, ada beberapa petunjuk umum yang perlu
diperhatikan menurut Manurung (2011), yaitu :
1. Tujuan dinyatakan dengan istilah hasil yang ingin dicapai, bukan tindakan
keperawatannya.
2. Tujuan keperawatan harus menggambarkan perilaku pasien yang dapat diamati
dan diukur.
3. Tujuan harus realistis, mencerminkan kemampuan dan keterlibatan pasien.
4. Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan.

 kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik, kriteria harus sekonkrit
mungkin untuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat
diukur, kriteria menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata
negatif. Pedoman penulisan kriteria hasil menurut Setiadi (2012) adalah berfokus
pada pasien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan dapat diukur, ada batas
waktu, ditentukan oleh perawat dan pasien.
3. Memilih rencana tindakan atau intervensi keperawatan.
1. Tindakan keperawatan harus aman bagi pasien.
2. Tindakan keperawatan harus sejalan dengan tindakan pengobatan.
3. Tindakan keperawatan harus didasari prinsip dan pengetahuan yang
digabungkan dari pendidikan dan pengalaman sebelumnya.
4. Tulis sekumpulan tindakan keperawatan untuk mencapai setiap tujuan.
5. Pilih satu kumpulan tindakan keperawatan yang kiranya cocok dengan sikap
yang disebutkan dalam pernyataan tujuan.
6. Tindakan keperawatan harus realistis.
7. Tindakan keperawatan harus penting bagi peningkatan kesehatan pasien dan
sejalan dengan tujuan serta nilai perseorangan pasien.
8. Gunakan pasien sebagai sumber-sumber dalam memilih tindakan
keperawatan.
9. Tulis tindakan keperawatn secara berurutan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Nyeri akut b/d dengan agens NOC : NIC :


cidera biologis d/d dengan Comfort Status : Accupresure
Physical Perhatikan kontraindikasi Mencegah hal-hal yg tidak
pasien mengatakan nyeri Setelah tindakan acupressure diinginkan
pada kepala bagian samping, dilakukan terhadap pasien
dirasakan seperti di tusuk – tindakan Putuskan aplikasi Membantu mempercepat
keperawatan akupresure untk proses penyembuhan
tusuk sejak bangun tidur, selama 1 x 30 pengobatan
nyeri timbul setiap saat menit, Memberikan kenyamanan
dengan skala nyeri 4 ( 0-10 ) diharapkan Tentukan kenyamanan untuk pasien
nyeri akut pasien secara psikologis
terdapat nyeri tekan pada pasien dengan sentuhan Mengetahui letak
titik DU20 / GV20, EX HN berkurang Tentukan accupoint yang accupoint yg bermasalah
3, EX HN 5, dan GB 43 dengan kriteria akan distimulasi
hasil : Membantu mempercepat
Pasien tidak lagi Lakukan stimulasi di titik- proses penyembuhan
mengeluh nyeri/ titik accupoint
nyeri yg ada
sudah Agar pasien merasa
berkurang Anjurkan pasien untuk nyaman
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
 Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai
berikut:
1. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah
memvalidasi rencana.
2. Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten
dan efisien di lingkungan yang sesuai.
3. Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi.
4. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan
perawatan kesehatan dan rencana asuhan.
E. EVALUASI
 Menurut (Nursalam, 2001), Evaluasi adalah langkah akhir dari proses perawatan.
Tugas selama tahap ini termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi
rencana tindakan keperawatan dan intervensi jika perlu. Lebih lanjut,
pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh
intervensi yang direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Evaluasi
merupakan fase pengkajian proses keperawatan, menilai keefektifan tindakan
keperawatan dan mengindikasi kemajuan klien terhadap tujuan pencapaian.
 Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya tindakan
keperawatan itu untuk mencegah atau mengobati respon manusia terhadap
prosedur, kesehatan.
 Sedangkan komponen evaluasi dicatat untuk (Nursalam, 2001) :
1. Mengkomunikasikan status klien dan hasilnya berhubungan dengan semua arti
umum untuk semua perawat.
2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk memutuskan apakah
mengawali, melanjutkan, memodifikasi atau menghentikan tindakan
keperawatan.
3. Memberikan bukti revisi untuk perencanaan perawatan yang berdasarkan
pada catatan penilaian ulang atau reformulasi diagnosa perawatan.
4. Standar dokumentasi untuk terus mencatat pernyataan evaluasi perawatan
yang merefleksikan keefektifan asuhan keperawatan, respon klien untuk
intervensi perawatan, dan revisi rencana keperawatan.
Tipe-tipe Pernyataan Evaluasi
1. Pernyataan evaluasi formatif
 Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada
saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada catatan
perawatan.
 Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30
menit tanpa pusing.
2. Pernyataan evaluasi sumatif
 Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.
 Pada format Evaluasi juga terdapat identitas yang juga harus diisi oleh perawat
nama , nomor kamar ,nomor register, umur, kelas,Identitas yang terdapat diatas
berguna agar mempermudah perawat dalam mencari data pasien dan jelas,serta
agar tidak tertukar dengan pasien lain. Ditable Evaluasi juga terdapat:
1. Tanggal dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan tindakan
keperwatan terhadap pasien. Berfungsi agar jelas dalam pendokumentasiannya serta
terperinci.
2. Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap pasien. Pada
tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu SOAP atau SOAPIER:
 S: Subyektif: Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien biasanya data
ini berhubungan dengan criteria hasil
 O: Obyektif: Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini
juga berhubungan dengan criteria hasil.
 A: Analisa: Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah
terpenuhi atau tidak
 P: Plan of Care: Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap
pasien.
 Paraf harus disertai nama jelas, tujuannya untuk pembuktian dan pertanggung
gugat bagi perawat jika suatu saat kondisi pasien memburuk atau sampai berada
ditangan hukum.
III PENUTUP
 KESIMPULAN
 Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk
didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena
banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat
dalam terapi komplementer.

 SARAN
 Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penulis berharap agar para pembaca
dapat lebih memahami mengenai aplikasi proses keperawatan dalam
keperawatan komplementer sehingga ilmu yang didapatkan bermanfaat di
masa yang akan datang dan dapat diterapkan dalam memberikan asuhan
keperawatan komplementer yang efektif dan efesien.

Anda mungkin juga menyukai