Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan


untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien yang merupakan
komunikasi profesional bagi perawat. Dimana perawat harus mampu
berkomunikasi secara terapeutik terhadap seluruh pasiennya mulai dari anak-anak
sampai lansia (lanjut usia)

Lansia memiliki keterbatasan fungsi organ dan indera sehingga perawat harus
bisa mengerti tentang kondisi dan perasaan pasien lansia. Lansia yang sering
dijumpai misalnya kurang pengelihatan dan pendengarannya berkurang. Sebagai
seorang perawat, komunikasi terapeutik harus diaplikasikan kedalam asuhan
keperawatan lansia. Oleh sebab itu, kami akan membahas tentang komunikasi
pada lanjut usia (lansia)

B. Tujuan

1. Dapat mengetahui klasifikasi umur lansia.

2. Mengetahui dan mampu menjelaskan perubahan fisik dan mental pada


lansia.

3. Mampu mengetahui dan menjelaskan prinsip komunikasi pada lansia.

4. Mampu mengetahui dan menjelaskan komunikasi verbal dan nonverbal


pada lansia.

5. Mampu mengetahui dan menjelaskan komunikasi terapeutik pada lansia.

6. Mampu mengetahui hambatan komunikasi pada lansia.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia

a. Klasifikasi Umur Lansia

Menurut WHO, batasan umur seseorang yang tergolong lanjut usia (lansia)
adalah sebagai berikut :

a. Middle Age : 45-59 tahun

b. Elderly (lansia) : 60-70 tahun

c. Old (lansia tua) : 75-90 tahun

d. Veri Old (lansia sangat tua) : >90 tahun

b. Perubahan Fisik dan Mental pada Lansia

1. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan yang terjadi adalah penurunan curah jantung, penurunan


kemampuan merespon stres, frekuensi jantung dan volume sekuncup tidak
meningkat dengan kebutuhan maksimal, kecepatan pemulihan jantung lebih
lambat, peningkatan darah. Biasanya lansia akan mengeluh keletihan dengan
peningkatan aktifitas, temuan objektif untuk tekanan darah normal d 149/90
mmHg.

2. Sistem Pernapasan

Perubahan yang terjadi adalah peningkatan volume residual paru, penurunan


kapasitas vital, penurunan pertukaran gas dan kapasitas difusi dan penurunan
efisiensi batuk. Biasanya lansia akan mengalami keletihan dan sesak napas setelah
beraktivitas, gangguan penyembuhan jaringan akibat penurunan oksigensi serta
kesulitan membatukkan sekresi.

2
3. Sistem Integumen

Perubahan yang terjadi adalah penurunan perlindungan terhadap trauma dan


pajanan matahari, penurunan perlindungan terhadap suhu yang ekstrim,
berkurangnya sekresi minyak alami dan keringat. Terlihat pada lansia kulit
nampak tipis dan keriput, keluhan yang sering muncul tidak tahan panas dan
mudah cedera.

4. Sistem Reproduksi

Pada wanita perubahan yang terjadi adalah penyempitan dan penurunan


elastisitas vagina serta penurunan sekresi vagina sehingga menyebabkan nyeri saat
berhubungan kelamin bahkan bisa terjadi pendarahan vagina. Pada pria perubahan
yang terjadi adalah penurunan ukuran penis dan testis. Ereksi dan pencapaian
orgasme terlambat. Sedangkan pada pria dan wanita perubahan yang sama terjadi
adalah respon seksual yang melambat.

5. Sistem Muskuloskletal

Perubahan yang terjadi adalah kehilangan kepadatan tulangukuran dan


kekuatan otot serta degenerasi tulang rawan sendi. Terjadi penurunan pada tinggi
badan, rentan terhadap fraktur, kifosis, keluhan nyeri punggung bahkan sampai
kehilangan kekuatan, fleksibilitas dan ketahanan. Keluhan yang paling sering
muncul adalah nyeri sendi.

6. Sistem Genitourinarius

Pada pria dan wanita perubahan yang terjadi adalah kapasitas kandung kemih
menurun dan keterlambatan rasa ingin berkemih. Biasanya tterjadi retensi urin,
kesulitan berkemih, urgensi, frekuensi dan inkotinesia urin.

7. Sistem Gastrointestinal

Terjadinya penurunan salivasi, kesulitan menelan makanan, perlambatan


pengosongan esofagus dan lambung serta penurunan motilitas gastrointestinal.
Keluhan biasanya muncul adalah mulut kering, sesak, nyeri ulu hati dan gangguan

3
pencernaan. Tidak sedikit pula menge luh konstipasi, flatulens dan
ketidaknyamanan abdomen.

8. Sistem saraf

Perubahan yang terjadi adalah penurunan kecepatan konduksi saraf, cepat bingung
saat fisik dan kehilangan orientasi lingkungan (bingung saat dimasukkan ke
rumah sakit), penurunan sirkulasi serebral (pingsan, kehilangan keseimbangan).
Respon dan reaksi melambat.

9. Sistem indera khusus

a. Pengelihatan

Perubahan yang terjadi adalah berkurangnya kemampuan memusatkan pada


benda dekat, ketidakmampuan menerima cahaya yang menyilaukan, kesulitan
meyesuaikan terhadap perubahan intensitas cahaya dan terjadi penurunan
kemampuan membedakan warna.

b. Pendengaran

Terjadi penurunan kemampuan untuk mendengar suara dengan frekuensi


tinggi biasanya lansia meminta individu untuk mengulang kata-kata sebagai
perkuat untuk dapat mendengar.

c. Kecap dan penciuman

Terjadi penurunan kemampuan terhadap pengecapan dan penciuman biasanya


menggunakan guls dan garam yang berlebihan.

10. Kehilangan

Kehilangan merupakan situasi yang aktual dan potensial dimana dimana


seseorang atau obyek yang dihargai tidak dapat dicapai atau diganti sehingga
dirasakan tidak berharga seperti semula. Banyaknya masalah-masalah kesehatan
yang meningkat, kematian pasangan atau orang-orang yang dicintai bisa membuat
lansia mengalami depresi.

4
B. Konsep Komunikasi

1. Prinsip Komunikasi untuk Lansia

Prinsip komunikasi untuk lansia ( Ebersole dan Hess dalam Brunner dan
Siddarth, 1996) adalah :

1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum

2. Menjadi pendengar setia, sediakan waktu untuk mengobrol.

3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai)

4. Yakinka bahwa kacamata bersih dan pas.

5. Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan


telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri didepan klien.

6. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana

7. Beri kesempatan bagi klien untuk mengenang

8. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan


orang tua, kegiatan rohani

9. Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan

10. Berbicara pada tingkat pemahaman klien

11. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian.

2. Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan untuk berkomunikasi


dengan lansia antara lain antara lain :

1. Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan
hormat dan nama panggilan lengkap

5
2. Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasi
nonverbal

3. Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik

4. Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan digunakan bahasa yang


sering digunakan klien secara singkat dan terstruktur

5. Gunakan pertanyaan terbuka-tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman

6. Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti


dengan maksud perawat

7. Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian dan mendorong untuk


memberi informasi yang jelas

8. Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien

9. Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan


kemampuan kognitif yang lain

10. Tuliskan perintah atau hal-hal penting untuk diingat

3. Komunikasi Terapeutik pada Lansia

1. Lansia dengan gangguan pendengaran

a. Berdiri dekat menghadap klien

b. Bertanya diarahkan pada telinga yang lebih baik

c. Berikan perhatian dan tunjukan wajah saudara

d. Tegurlah nama sebelum pembicaraan dimulai

e. Gunakan pembicaraan yang jelas, keras, pelan dan diarahkan langsung


pada klien

f. Hindari pergerakan bibir yang berlebihan

6
g. Hindari memalingkan kepala, tidak berbalik atau berjalan saat bicara

h. Jika klien belum memahami, ulangi dengan menggunakan kata-kata


yang berbeda

i. Membatasi kegaduhan lingkungan

j. Gunakan tekanan suara yang sesuai

k. Berilah instruksi sederhana untuk mengevaluasi pembicaraan

l. Hindari pertanyaan tertutup, gunakan kalimat pendek saat bertanya

m. Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan isi komunikasi

2. Lansia dengan tidak dapat mendengar (deaf)

Hampir sama dengan klien yang mengalami gangguan pendengaran, tetapi


ditambah dengan beberapa tekhnik, yaitu :

a. Menulis pesan jika klien bisa membaca

b. Gunakan media (gambar) untuk membantu komunikasi

c. Pernyataan dan pertanyaan yang singkat

d. Gunakan berbagai macam metode untuk menyampaikan pesan, seperti


bahasa tubuh

e. Sempatkanlah waktu bersama klien

3. Lansia dengan gangguan pengelihatan

a. Perkenalkan diri, dekati klien dari depan

b. Jelaskan kondisi tempat dan orang yang ada

c. Bicaralah pada saat saudara mau meninggalkan tempat

d. Pada saat saudara berbicara pastikan klien tahu tempat saudara

e. Katakan pada klien apa yang dapat membantunya

7
f. Biarkan klien memegang tangan saudara sebagai petunjuk dan jelaskan
apa yang sedang saudara kerjakan

g. Jelaskan jalan-jalan yang biasa dilalui oleh klien

h. Sanjunglah kemampuan beradaptasi dan kemandirian klien

4. Lansia dengan afasia

Afasia merupakan gangguan fungsi bahasa yang disebabkan cidera atau


penyakit pusat otak. Ini termasuk gangguan kemampuan membaca dan
menulis dengan baik, demikian juga bercakap-cakap, mendengar,
berhitung, menyimpulkan dan pemahaman terhadap sikap tubuh. Dimana
penyebab utama afasia adalah stroke, cidera kepala dan tumor otak
(Brunner dan Siddarth, 2001). Tekhnik yang digunakan adalah :

a. Menghadap ke pasien dan membuat kontak mata

b. Sabar dan meluangkan waktu

c. Harus jujur, termasuk ketika kita belum memahami perkataannya

d. Tanyakan tekhnik dan alat yang terbaik untuk komunikasi, gunakan


sikap tubuh, gambar dan obyek atau media lain yang dapat membantu
untuk menjawab keinginannya

e. Dipersilahkan lansia menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya

f. Dorong lansia untuk menulis dan mengekpresikannya dan berikan


kesempatan untuk membaca dengan keras

g. Gunakan gerakan isyarat terhadap obyek pembicaraan jika mampu


meningkatkan pemahaman

h. Gunakan sentuhan untuk memfokuskan pembicaraan, meningkatkan


rasa aman.

5. Lansia dengan Penyakit Alzheimer

8
Penyakit Alzheimer (AD) kadang disebut sebagai demensia degeneratif
primer atau demensia senil jenis Alzheimer (SDAT) merupakan penyakit
neurologis degeneratif, progresif, ireversibel yang muncul tiba-tiba dan
ditandai dengan penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan perilaku
dan efek (Brunner dan Siddarth, 2001).

Keadaan yang terjadi pada pasien yang menderita Alzheimer diantaranya


terjadi keadaan mudah lupa dan kehilangan ingatan bahkan klien dapat
kehilangan kemampuannya mengenali wajah, tempat, dan obyek yang
sudah dikenalnya serta kehilangan suasana kekeluargaannya. Perubahan
kepribadian biasanya negatif. Pasien dapat menjadi depresif, curiga,
paranoid, kasar, dan bahkan kejam. Kemampuan berbicara memburuk
sampai pembentukan suku kata yang tidak masuk akal. Perawatan diri
memerlukan bantuan, termasuk makan dan toileting. Tekhnik komunikasi
yang digunakan adalah :

a. Selalu berkomunikasi dari depan lansia

b. Bicaralah dengan cara dan nada yang normal

c. Bertatap muka

d. Minimalkan gerakan tangan

e. Menghargai dan pertahankan jarak

f. Cegah setting ruangan yang memberikan stimulasi yang banyak

g. Pertahankan kontak mata dan senyum

h. Ikuti langkah klien dan bicaralah padanya

i. Bertanyalah hanya dengan satu pertanyaan

j. Mengangguklah dan tersenyum bila memahami perkataannya

6. Lansia yang menunjukan kemarahan

9
a. Klarifikasi penyebab marah yang terjadi

b. Bantu dan dorong klien mengungkapkan marah dengan konstruktif

c. Gunakan pertanyaan terbuka

d. Luangkan waktu setiap hari bersama klien

e. Puji dan dukung setiap usaha dari klien

7. Lansia yang mengalami kecemasan

a. Dengarkan apa yang dibicarakan klien

b. Berikan penjelasan secara ringkas dan jelas apa yang terjadi

c. Identifikasi bersama klien sumber-sumber yang menyebabkan


ketegangan/kecemasan

d. Libatkan staf dan anggota keluarga

8. Lansia yang menunjukan penolakan

a. Kemukakan kenyataan perlahan-lahan

b. Jangan menyokong penolakan klien

c. Bantu klien mengungkapkan keresahan/perasaan sedihnya

d. Libatkan keluarga

9. Lansia yang mengalami depresi

a. Lakukan kontak sesering mungkin

b. Beri perhatian terus menerus

c. Libatkan klien dalam menolong dirinya sendiri

d. Gunakan pertanyaan terbuka

e. Libatkan staf dan anggota dalam memberikan perhatian

10
4. Hambatan Komunikasi dengan Lansia

Saat perawat berkomunikasi dengan lansia, tidak sedikit hambatan yang terjadi
saat melakukan komunikasi. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus akan
menghambat kemajuan komunikasi. Hambatan tersebut antara lain :

1. Internal distraksi

Gangguan yang terjadi pada lansia saat melakukan komunikasi misalnya


lansia mengantuk, menguap dan mengatakan lapar saat melakukan
komunikasi dengan perawat

2. Sensori overload

3. Gangguan neurologi

4. Defisit pengetahuan

5. Hambatan verbal

6. Setting yang tidak tepat

7. Perbedaan budaya

11
BAB III

APLIKASI TEORI

Disebuah panti jompo “ISLAM”, terdapat 3 orang lansia yang mengalami


katarak dengan kondisi lumpuh pada bagian kaki, tuli, dan bisu. Di panti jompo
tersebut telah disediakan 3 orang dokter dan 3 orang perawat yang telah
ditugaskan untuk merawat ketiga lansia tersebut. Para perawat dan dokter disana
sangat memperhatikan para lansia.

Setiap hari, para dokter dan perawat tersebut selalu memeriksa kondisi
para lansia. Pemeriksaan yang mereka lakukan pada segi fisik, psikis, dan
spiritual. Dengan keadaan mereka yang mengalami katarak dengan kondisi
lumpuh pada bagian kaki, tuli dan bisu, para perawat selalu melakukan
komunikasi terapeutik dengan lansia.

Dengan kedekatan mereka, para lansia lebih merasa nyaman dan


diperhatikan dengan baik yang akhirnya membuat kondisi mereka menjadi lebih
baik.

Pelaksanaan Kegiatan :

1.     Topik : Pemeriksaan pada lansia yang mengalami katarak dengan lumpuh,
tuli dan bisu.
2.     Sasaran  : Lansia di Panti Jompo.
3.     Metode
 Tanya Jawab
 Pemeriksaan
4.     Media dan Alat
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Senter

12
a) Waktu dan Tempat
Hari/tanggal                           : Sabtu, 11 Januari 2014
Waktu                                    : 08.00-09.00 WIB
Tempat                                   : Panti Jompo Islam.

b) Pengorganisasian
 Aisa - Dokter spesialis mata.
 Rochmatul Ummah - Dokter spesialis telinga,
 Gendy Yogo N. - Dokter spesialis bisu
 Heny Ermawati - Perawat 1
 Tiara Fatma P. - Perawat 2
 Indra h. - Perawat 3
 Sonya Dewi F. - Pasien katarak
 Choirul Umam R. - Pasien tuli
 Lutfiyah - Pasien bisu

13
BAB 1V

PEMBAHASAN

Pada pagi hari yang cerah, disebuah panti jompo terdapat 3 lansia
yang bernama ibu Sonya yang mengalami katarak dengan
kelumpuhan pada kaki, ibu Lutfiyah yang mengalami kebisuan dan
bapak Choirul yang mengalami ketulian.

(Dokter Ummah dan perawat Tiara menuju ke ruangan


bapak Choirul (65) yang mengalami ketulian)

Dr. Ummah : (Senyum) Assalamualaikum, kakek Choirul.


(Dengan menyentuh pundak kakek choirul)

B. Choirul : (Menoleh lalu senyum)

Dr. Ummah : (Senyum) Bagaimana kabarnya? (Menggunakan


bahasa isyarat)

B. Choirul : (Berpikir, lalu teriak) Baik bu dokter. (Tertawa)

Dr. Ummah : Kakek, pagi ini saya akan memeriksa keadaan


bapak. (Menyuruh suster Tiara untuk menyiapkan
bahan dan alat untuk pemeriksaa).

B. Choirul : (Raut wajahnya agak takut dan gemetar) Kalian


mau periksa saya? (Takut)

(Kakek Choirul pernah mengalami trauma yang disebabkan oleh


dokter dan perawatnya yang kasar saat ingin memeriksa kek
Choirul. Semenjak itu, kek Choirul takut untuk diperiksa)

Sr. Tiara : (Senyum sambil bicara menggunakan bahasa


isyarat) kakek, tidak perlu takut, kami disini hanya
ingin memeriksa keadaan bapak.

14
B. Choirul : (Mundur dan jongkok) Tidak bu dokter, tidak.
(Teriak). Saya tidak mau diperiksa, saya sehat..

Sr. Tiara : (Mendekat) Kakek jangan lari, kakek tidak perlu


takut dan khawatir (menggunakan bahasa isyarat)

Dr. Ummah : (Tersenyum sambil bicara menggunakan kakek.


Isyarat) kakek, tidak boleh takut, disini saya hanya
memeriksa kakek. Nanti setelah diperiksa, saya
akan mengetahui kondisi kakek bagaimana.

Sr. Tiara : (Membujuk pak Choirul dengan lembut).

B. Choirul : (Gemetar) Saya gak mau. Saya takut.(berdiri lalau


mengusir) Pergi kalian.

Sr. Tiara : (Mendekat kepada kakek Choirul) Ayo pak.. Biar


saya bantu.

B. Choirul : (Teriak) Tidak mbak perawat, saya gak mau..

Sr. Tiara : (Mendekat lalu berbicara menggunakan bahasa


isyarat) Kakek, kami tidak akan menyakiti kakek,
kami hanya ingin memeriksa buat mengetahui
kondisi kakek.

B. Choirul : (Marah) TIdaaaak…

Dr. Ummah : (Senyum) Suster Tiara, biarkan kekek Choirul


merasakan tenang dulu. Beliau masih trauma
terhadap dokter dan perawat yang pernah menjaga
beliau dipanti jompo sebelumnya.

Sr. Tiara : (Senyum) Baik bu dokter.

(Dr. Ummah meninggalkan sr. Tiara dan kakek. Choirul di


kamarnya. Sr. Tiara membujuk, mendekat dan memapah kakek
Choirul untuk kembali ke tempat tidurnya)

15
(Setelah agak tenang, Sr. Tiara mengajak kakek Choirul untuk
berbicara agar pak Choirul bisa lebih tenang)

Sr. Tiara : (Duduk disamping kakek Choirul) (Mendekat)


kakek Choirul...

B. Choirul : (Bicara dengan suara keras) Dik perawat, saya itu takut kalau mau
diperiksa, soalnya dulu itu saya pernah dimasukkan ke dalam panti
jompo, tapi, para perawat dan dokternya itu kasar. Mereka mau
periksa para lansia itu dengan B. Choirul dengan kasar. Pernah dik,
saya mau diperiksa sama dokter dan perawatnya, saat diperiksa,
mereka membentak bapak agar tidak banyak gerak. Padahal, saya
kan sudah tua, seharusnya mereka itu menghormati saya. ( Dengan
nada kesal)

Sr. Tiara : (Berfikir lalu tersenyum) (Bahasa isyarat) Begitu ya pak, baiklah,
untuk di sini, bapak tidak perlu takut, kami tidak akan melakukan
seperti itu.bapak sudah seperti keluarga kami di sini.

B. Choirul : (Menunduk lalu melirik sr. Tiara) hmmm…

Sr. Tiara : (Memegang punggung tangan pak Choirul) Jangan takut ya pak.
Tidak perlu khawatir akan pemeriksaan disini. kami akan
memeriksa bapak dengan baik.

B. Choirul : (Tersenyum, lalu berkata dengan lantang) Saya masih khawatir


dik. Mungkin ntar kalau saya agak tenang, boleh periksa saya.
Tapi, pelan-pelan ya..

Sr. Tiara : (Tersenyum) Baiklah, pak.. Tapi, bapak harus tenang ya, biar gak
takut lagi ya..

(Saat itu juga, pak Choirul merasa agak tenang dan mulai tersenyum. Setelah itu,
sr. Tiara, memanggil dr. Ummah untuk melanjutkan pemeriksaannya terhadap
pak Choirul)

(Sr. Tiara menuju ke ruangan dr. Ummah)

16
Sr. Tiara : (Mengetuk pintu) Dokter, assalamualaikum. Apakah saya
mengganggu?

Dr. Ummah : Waalaikumsalam, sr. Tiara, ada apa?

Sr. Tiara : (Menghampiri meja Dr. Tiara) Dok, pak Choirul sudah siap untuk
diperiksa.

Dr. Ummah : (Berdiri) Baiklah, apakah kamu sudah menyiapkan bahan dan
alatnya?

Sr. Tiara : Sudah bu..

(Dr. Ummah dan sr. Tiara menuju ruangan pak Choirul)

B. Choirul : (Tersenyum) Dokter, saya mau diperiksa. Tapi, pelan-pelan ya..

Dr. Tiara : (Tersenyum lalu menggangguk) Ia, pak Choirul.

(Setelah diperiksa, ternyata keadaan kakek Choirul dalam keadaan baik-


baik saja. Semuanya dalam keadaan normal. Dan mulai saat itu, kakek Choirul
tidak mengalami ketakutan kembali saat diperiksa.)

(Di lain tempat, Dokter Aisa di dampingi dengan suster Erma, melakukan
perawatan pada nenek Sonya dengan gangguan katarak pada mata dengan
lumpuh pada bagian kaki.)

Dr. Aisa : (memberikan tanda akan kehadirannya dengan menyentuh lansia


mengusahakan posisi tubuh tidak jauh dengan pasien)
Assalamualaikum nenek, selamat pagi.

Ibu Sonya : Waalaikumsalam dok.

Dr. Aisa : Bagaimana keadaannya nenek?

Ibu Sonya : Alhamdulillah dokter saya merasa baik hari ini.

Dr. Aisa : alhamdulillah kalau begitu nenek, hari ini saya tidak sendiri
nenek saya di temani dengan suster Erma (suster Erma

17
memberitahu akan kehadirannya dengan menyentuh nenek Sonya).
Suster Erma silahkan perkenalkan diri anda pada nenek Sonya.

Suster Erma : Selamat pagi nekek Sonya perkenalkan saya suster Erma yang
akan memberi perawatan pada nenek hari dan untuk kedepannya,
jika ada yang nenek butuhka ibu dapat meminta saya.

Ibu Sonya : iya suster terima kasih.

Suster Erma : sudah kewajiban saya nenek (seraya tersenyum).

Dr. Aisa : Baiklah nek sonya saya akan melihat perkembangan mata dan
kaki nenek.

Ibu sonya : Baik dokter

(Dokter Aisa memulai memeriksa keadaan nenek sonya mulai dari bagian mata
sampai bagian kaki yang mengalami kelumpuhan.)

Dr. Aisa : Alhamdulillah nenek Sonya kondisi nenek saat ini bertambah
lebih baik. Saya harap ibu dapat mempertahankan kondisi ini nek
dengan istirahat yang cukup, makan yang cukup dan semua itu
nantinya dibimbing langsung dengan suster Erma.

Ibu Sonya : Baik dokter terima kasih.

Dr. Aisa : Sama-sama nek, saya tinggal dulu ya nek.

Ibu Sonya : Iya dokter terima kasih sekali lagi dok.

(Setelah dokter Aisa pergi perawatan psikis, psiko, spiritual nenek Sonya pun di
lakukan oleh suster Erma sebagai perawat nenek Sonya.)

(Diruangan samping nek Sonya, Pasien Lutfiyah didampingi perawat Indra


menemui Dokter Gendy untuk memeriksa kondisi nenek Lutfiyah)

Indra : Assalamualikum dokter, ini saya mengantarkan pasien yang ingin


memeriksakan kondisi tubuhnya.

18
Dr.Gendy : Waalaikumsalam, baik suster. Silakan bawa pasien ke tempat
pemeriksaan.

( Pasien sudah berbaring di tempat pemeriksaan )

Dr.Gendy : Nama nenek siapa ?

Lutfiyah : ( karena pasien bisu ), maka pasien menunjukkan KTP-nya.

Dr.Gendy : Baiklah nek, apa yang dikeluhkan nenek ?

Lutfiyah : Nenek memegang perutnya sambil memperagakan muntah-


muntah.

( Dr.Gendy memeriksa kondisi nenek )

Dr. Gendy : ( Sambil memeriksa ). Nenek, sebelumnya makan atau minum


apa ?

Lutfiyah : ( Kebetulan di ruang dokter ada segelas susu ). Nenek menunjuk-


nunjuk ke arah minuman tersebut.

Dr.Gendy : Habis minum susu ya nek ?

Lutfiyah : Mengangguk.

Dr.Gendy : Baiklah, kondisi nenek sudah saya periksa. Tunggu sebentar ya


nek.

Dokter menghampiri perawat dan kembali ke tempat duduk.

Dr.Gendy : Sus, saya sudah memeriksa kondisi pasien, bawa pasien kembali
ke sini ya sus.

Indra : Baik Dokter.

(Pasien sudah duduk didepan dokter sambil didampingi perawat Indra.)

Dr.Gendy : Begini nek, hasil diagnose saya, nenek hanya keracunan minuman
yang nenek minum. Lain kali jangan minum susu sembarangan ya
nek

19
Lutfiyah : Mengangguk sambil tersenyum.

Dr.Gendy : Sus, ini saya kasih resep obat untuk nenek, beri penjelasan
kepada keluarga pasien ya sus.

Indra : Baik dokter.

(Perawat akan mengantarkan pasien ke keluarganya kembali)

Indra : Mari nek saya antar, permisi dokter. Assalamualaikum

Dr. Gendy : Waalaikumsalam

20
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Kemampuan komunikasi pada lansia (lanjut usia) dapat mengalami penurunan


akibat penurunan fungsi berbagai sistem organ, seperti pengelihatan, pendengaran,
wicara dan persepsi. Semua ini menyebabkan penurunan kemampuan lansia
menangkap pesan atau informasi dan melakukan transfer informasi. Penurunan
kemampuan melakukan komunikasi berlangsung bertahap dan bergantung
seberapa jauh gangguan indera dan gangguan otak yang dialami lansia.
Diperlukan adanya komunikasi terapeutik untuk berkomunikasi dengan lansia
agar komunikasi dapat berjalan.

B. Saran

Perawat diharapkan mampu untuk menggunakan komunikasi terapeutik untuk


menghadapi pasien lansia ataupun dengan kondisi pasien yang lain. Perawat harus
mampu memahami kondisi klien yang mempunyai keterbatasan sehingga
komunikasi dengan klien yang memiliki gangguan atau berkurangnya fungsi
indera dapat berjalan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas.(2004). Buku Saku Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Damaiyanti, Mukhripah.(2010). Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan.

Bandung : PT Refika Aditama.

Tasyuti, Siti &Yuni&Sri.(2009).Komunikasi & konseling Dalam Pelayanan

Kebidanan. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya.

22

Anda mungkin juga menyukai