Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan


untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien yang merupakan
komunikasi profesional bagi perawat. Dimana perawat harus mampu
berkomunikasi secara terapeutik terhadap seluruh pasiennya mulai dari anak-anak
sampai lansia (lanjut usia)

Lansia memiliki keterbatasan fungsi organ dan indera sehingga perawat harus
bisa mengerti tentang kondisi dan perasaan pasien lansia. Lansia yang sering
dijumpai misalnya kurang pengelihatan dan pendengarannya berkurang. Sebagai
seorang perawat, komunikasi terapeutik harus diaplikasikan kedalam asuhan
keperawatan lansia. Oleh sebab itu, kami akan membahas tentang komunikasi
pada lanjut usia (lansia)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana klasifikasi umur lansia ?

2. Bagaimana perubahan fisik dan mental pada lansia ?

3. Apa saja prinsip komunikasi pada lansia ?

4. Bagaimanakah komunikasi verbal dan nonverbal pada lansia ?

5. Bagaimanakah komunikasi terapeutik pada lansia ?

6. Apa saja hambatan komunikasi pada lansia ?

1
1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui klasifikasi umur lansia.

2. Mengetahui dan mampu menjelaskan perubahan fisik dan mental pada


lansia.

3. Mampu mengetahui dan menjelaskan prinsip komunikasi pada lansia.

4. Mampu mengetahui dan menjelaskan komunikasi verbal dan nonverbal


pada lansia.

5. Mampu mengetahui dan menjelaskan komunikasi terapeutik pada lansia.

6. Mampu mengetahui hambatan komunikasi pada lansia.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia

2.1 Klasifikasi Umur Lansia

Menurut WHO, batasan umur seseorang yang tergolong lanjut usia (lansia)
adalah sebagai berikut :

a. Middle Age : 45-59 tahun

b. Elderly (lansia) : 60-70 tahun

c. Old (lansia tua) : 75-90 tahun

d. Veri Old (lansia sangat tua) : >90 tahun

2.2 Perubahan Fisik dan Mental pada Lansia

1. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan yang terjadi adalah penurunan curah jantung, penurunan


kemampuan merespon stres, frekuensi jantung dan volume sekuncup tidak
meningkat dengan kebutuhan maksimal, kecepatan pemulihan jantung lebih
lambat, peningkatan darah. Biasanya lansia akan mengeluh keletihan dengan
peningkatan aktifitas, temuan objektif untuk tekanan darah normal d 149/90
mmHg.

2. Sistem Pernapasan

Perubahan yang terjadi adalah peningkatan volume residual paru, penurunan


kapasitas vital, penurunan pertukaran gas dan kapasitas difusi dan penurunan
efisiensi batuk. Biasanya lansia akan mengalami keletihan dan sesak napas setelah
beraktivitas, gangguan penyembuhan jaringan akibat penurunan oksigensi serta
kesulitan membatukkan sekresi.

3
3. Sistem Integumen

Perubahan yang terjadi adalah penurunan perlindungan terhadap trauma dan


pajanan matahari, penurunan perlindungan terhadap suhu yang ekstrim,
berkurangnya sekresi minyak alami dan keringat. Terlihat pada lansia kulit
nampak tipis dan keriput, keluhan yang sering muncul tidak tahan panas dan
mudah cedera.

4. Sistem Reproduksi

Pada wanita perubahan yang terjadi adalah penyempitan dan penurunan


elastisitas vagina serta penurunan sekresi vagina sehingga menyebabkan nyeri saat
berhubungan kelamin bahkan bisa terjadi pendarahan vagina. Pada pria perubahan
yang terjadi adalah penurunan ukuran penis dan testis. Ereksi dan pencapaian
orgasme terlambat. Sedangkan pada pria dan wanita perubahan yang sama terjadi
adalah respon seksual yang melambat.

5. Sistem Muskuloskletal

Perubahan yang terjadi adalah kehilangan kepadatan tulangukuran dan


kekuatan otot serta degenerasi tulang rawan sendi. Terjadi penurunan pada tinggi
badan, rentan terhadap fraktur, kifosis, keluhan nyeri punggung bahkan sampai
kehilangan kekuatan, fleksibilitas dan ketahanan. Keluhan yang paling sering
muncul adalah nyeri sendi.

6. Sistem Genitourinarius

Pada pria dan wanita perubahan yang terjadi adalah kapasitas kandung kemih
menurun dan keterlambatan rasa ingin berkemih. Biasanya tterjadi retensi urin,
kesulitan berkemih, urgensi, frekuensi dan inkotinesia urin.

7. Sistem Gastrointestinal

Terjadinya penurunan salivasi, kesulitan menelan makanan, perlambatan


pengosongan esofagus dan lambung serta penurunan motilitas gastrointestinal.
Keluhan biasanya muncul adalah mulut kering, sesak, nyeri ulu hati dan gangguan

4
pencernaan. Tidak sedikit pula menge luh konstipasi, flatulens dan
ketidaknyamanan abdomen.

8. Sistem saraf

Perubahan yang terjadi adalah penurunan kecepatan konduksi saraf, cepat bingung
saat fisik dan kehilangan orientasi lingkungan (bingung saat dimasukkan ke
rumah sakit), penurunan sirkulasi serebral (pingsan, kehilangan keseimbangan).
Respon dan reaksi melambat.

9. Sistem indera khusus

a. Pengelihatan

Perubahan yang terjadi adalah berkurangnya kemampuan memusatkan pada


benda dekat, ketidakmampuan menerima cahaya yang menyilaukan, kesulitan
meyesuaikan terhadap perubahan intensitas cahaya dan terjadi penurunan
kemampuan membedakan warna.

b. Pendengaran

Terjadi penurunan kemampuan untuk mendengar suara dengan frekuensi


tinggi biasanya lansia meminta individu untuk mengulang kata-kata sebagai
perkuat untuk dapat mendengar.

c. Kecap dan penciuman

Terjadi penurunan kemampuan terhadap pengecapan dan penciuman biasanya


menggunakan guls dan garam yang berlebihan.

10. Kehilangan

Kehilangan merupakan situasi yang aktual dan potensial dimana dimana


seseorang atau obyek yang dihargai tidak dapat dicapai atau diganti sehingga
dirasakan tidak berharga seperti semula. Banyaknya masalah-masalah kesehatan
yang meningkat, kematian pasangan atau orang-orang yang dicintai bisa membuat
lansia mengalami depresi.

5
B. Konsep Komunikasi

2.3 Prinsip Komunikasi untuk Lansia

Prinsip komunikasi untuk lansia ( Ebersole dan Hess dalam Brunner dan
Siddarth, 1996) adalah :

1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum

2. Menjadi pendengar setia, sediakan waktu untuk mengobrol.

3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai)

4. Yakinka bahwa kacamata bersih dan pas.

5. Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan


telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri didepan klien.

6. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana

7. Beri kesempatan bagi klien untuk mengenang

8. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan


orang tua, kegiatan rohani

9. Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan

10. Berbicara pada tingkat pemahaman klien

11. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian.

2.4 Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan untuk berkomunikasi


dengan lansia antara lain antara lain :

1. Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan
hormat dan nama panggilan lengkap

6
2. Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasi
nonverbal

3. Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik

4. Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan digunakan bahasa yang


sering digunakan klien secara singkat dan terstruktur

5. Gunakan pertanyaan terbuka-tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman

6. Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti


dengan maksud perawat

7. Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian dan mendorong untuk


memberi informasi yang jelas

8. Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien

9. Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan


kemampuan kognitif yang lain

10. Tuliskan perintah atau hal-hal penting untuk diingat

2.5 Komunikasi Terapeutik pada Lansia

1. Lansia dengan gangguan pendengaran

a. Berdiri dekat menghadap klien

b. Bertanya diarahkan pada telinga yang lebih baik

c. Berikan perhatian dan tunjukan wajah saudara

d. Tegurlah nama sebelum pembicaraan dimulai

e. Gunakan pembicaraan yang jelas, keras, pelan dan diarahkan langsung


pada klien

f. Hindari pergerakan bibir yang berlebihan

7
g. Hindari memalingkan kepala, tidak berbalik atau berjalan saat bicara

h. Jika klien belum memahami, ulangi dengan menggunakan kata-kata


yang berbeda

i. Membatasi kegaduhan lingkungan

j. Gunakan tekanan suara yang sesuai

k. Berilah instruksi sederhana untuk mengevaluasi pembicaraan

l. Hindari pertanyaan tertutup, gunakan kalimat pendek saat bertanya

m. Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan isi komunikasi

2. Lansia dengan tidak dapat mendengar (deaf)

Hampir sama dengan klien yang mengalami gangguan pendengaran, tetapi


ditambah dengan beberapa tekhnik, yaitu :

a. Menulis pesan jika klien bisa membaca

b. Gunakan media (gambar) untuk membantu komunikasi

c. Pernyataan dan pertanyaan yang singkat

d. Gunakan berbagai macam metode untuk menyampaikan pesan, seperti


bahasa tubuh

e. Sempatkanlah waktu bersama klien

3. Lansia dengan gangguan pengelihatan

a. Perkenalkan diri, dekati klien dari depan

b. Jelaskan kondisi tempat dan orang yang ada

c. Bicaralah pada saat saudara mau meninggalkan tempat

d. Pada saat saudara berbicara pastikan klien tahu tempat saudara

e. Katakan pada klien apa yang dapat membantunya

8
f. Biarkan klien memegang tangan saudara sebagai petunjuk dan jelaskan
apa yang sedang saudara kerjakan

g. Jelaskan jalan-jalan yang biasa dilalui oleh klien

h. Sanjunglah kemampuan beradaptasi dan kemandirian klien

4. Lansia dengan afasia

Afasia merupakan gangguan fungsi bahasa yang disebabkan cidera atau


penyakit pusat otak. Ini termasuk gangguan kemampuan membaca dan
menulis dengan baik, demikian juga bercakap-cakap, mendengar,
berhitung, menyimpulkan dan pemahaman terhadap sikap tubuh. Dimana
penyebab utama afasia adalah stroke, cidera kepala dan tumor otak
(Brunner dan Siddarth, 2001). Tekhnik yang digunakan adalah :

a. Menghadap ke pasien dan membuat kontak mata

b. Sabar dan meluangkan waktu

c. Harus jujur, termasuk ketika kita belum memahami perkataannya

d. Tanyakan tekhnik dan alat yang terbaik untuk komunikasi, gunakan


sikap tubuh, gambar dan obyek atau media lain yang dapat membantu
untuk menjawab keinginannya

e. Dipersilahkan lansia menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya

f. Dorong lansia untuk menulis dan mengekpresikannya dan berikan


kesempatan untuk membaca dengan keras

g. Gunakan gerakan isyarat terhadap obyek pembicaraan jika mampu


meningkatkan pemahaman

h. Gunakan sentuhan untuk memfokuskan pembicaraan, meningkatkan


rasa aman.

9
5. Lansia dengan Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer (AD) kadang disebut sebagai demensia degeneratif


primer atau demensia senil jenis Alzheimer (SDAT) merupakan penyakit
neurologis degeneratif, progresif, ireversibel yang muncul tiba-tiba dan
ditandai dengan penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan perilaku
dan efek (Brunner dan Siddarth, 2001).

Keadaan yang terjadi pada pasien yang menderita Alzheimer diantaranya


terjadi keadaan mudah lupa dan kehilangan ingatan bahkan klien dapat
kehilangan kemampuannya mengenali wajah, tempat, dan obyek yang
sudah dikenalnya serta kehilangan suasana kekeluargaannya. Perubahan
kepribadian biasanya negatif. Pasien dapat menjadi depresif, curiga,
paranoid, kasar, dan bahkan kejam. Kemampuan berbicara memburuk
sampai pembentukan suku kata yang tidak masuk akal. Perawatan diri
memerlukan bantuan, termasuk makan dan toileting. Tekhnik komunikasi
yang digunakan adalah :

a. Selalu berkomunikasi dari depan lansia

b. Bicaralah dengan cara dan nada yang normal

c. Bertatap muka

d. Minimalkan gerakan tangan

e. Menghargai dan pertahankan jarak

f. Cegah setting ruangan yang memberikan stimulasi yang banyak

g. Pertahankan kontak mata dan senyum

h. Ikuti langkah klien dan bicaralah padanya

i. Bertanyalah hanya dengan satu pertanyaan

j. Mengangguklah dan tersenyum bila memahami perkataannya

10
6. Lansia yang menunjukan kemarahan

a. Klarifikasi penyebab marah yang terjadi

b. Bantu dan dorong klien mengungkapkan marah dengan konstruktif

c. Gunakan pertanyaan terbuka

d. Luangkan waktu setiap hari bersama klien

e. Puji dan dukung setiap usaha dari klien

7. Lansia yang mengalami kecemasan

a. Dengarkan apa yang dibicarakan klien

b. Berikan penjelasan secara ringkas dan jelas apa yang terjadi

c. Identifikasi bersama klien sumber-sumber yang menyebabkan


ketegangan/kecemasan

d. Libatkan staf dan anggota keluarga

8. Lansia yang menunjukan penolakan

a. Kemukakan kenyataan perlahan-lahan

b. Jangan menyokong penolakan klien

c. Bantu klien mengungkapkan keresahan/perasaan sedihnya

d. Libatkan keluarga

9. Lansia yang mengalami depresi

a. Lakukan kontak sesering mungkin

b. Beri perhatian terus menerus

c. Libatkan klien dalam menolong dirinya sendiri

d. Gunakan pertanyaan terbuka

11
e. Libatkan staf dan anggota dalam memberikan perhatian

2.6 Hambatan Komunikasi dengan Lansia

Saat perawat berkomunikasi dengan lansia, tidak sedikit hambatan yang terjadi
saat melakukan komunikasi. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus akan
menghambat kemajuan komunikasi. Hambatan tersebut antara lain :

1. Internal distraksi

Gangguan yang terjadi pada lansia saat melakukan komunikasi misalnya


lansia mengantuk, menguap dan mengatakan lapar saat melakukan
komunikasi dengan perawat

2. Sensori overload

3. Gangguan neurologi

4. Defisit pengetahuan

5. Hambatan verbal

6. Setting yang tidak tepat

7. Perbedaan budaya

12
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kemampuan komunikasi pada lansia (lanjut usia) dapat mengalami penurunan


akibat penurunan fungsi berbagai sistem organ, seperti pengelihatan, pendengaran,
wicara dan persepsi. Semua ini menyebabkan penurunan kemampuan lansia
menangkap pesan atau informasi dan melakukan transfer informasi. Penurunan
kemampuan melakukan komunikasi berlangsung bertahap dan bergantung
seberapa jauh gangguan indera dan gangguan otak yang dialami lansia.
Diperlukan adanya komunikasi terapeutik untuk berkomunikasi dengan lansia
agar komunikasi dapat berjalan.

1.2 Saran

Perawat diharapkan mampu untuk menggunakan komunikasi terapeutik untuk


menghadapi pasien lansia ataupun dengan kondisi pasien yang lain. Perawat harus
mampu memahami kondisi klien yang mempunyai keterbatasan sehingga
komunikasi dengan klien yang memiliki gangguan atau berkurangnya fungsi
indera dapat berjalan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas.(2004). Buku Saku Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Damaiyanti, Mukhripah.(2010). Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan.


Bandung: PT Refika Aditama.

Tasyuti, Siti &Yuni&Sri.(2009).Komunikasi & konseling Dalam Pelayanan


Kebidanan.Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.

14

Anda mungkin juga menyukai