Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEPERAWATAN GAYA KEPEMIMPINAN

(PERBEDAAN DAN CIRI – CIRI GAYA KEPEMIMPINAN)

Oleh Kelompok 6

A11-A

DEWA AYU PUTU SANTRIANI DEWI (17.321.2660)

GDE DIPTA DHIATMIKA (17.321.2663)

I KETUT RAJENDRA PATMA AGET W (17.321.2670)

LUH PUTU NANIK WIDIANTARI (17.321.2679)

NI KADEK CANDRA AYU SETYAWATI (17.321.2682)

NI KADEK KRISTIANI (17.321.2684)

NI LUH GEDE DEVI YULISTIA DEWI (17.321.2690)

PUTU INDAH SASMITHA (17.321.2708)

SHATNA NADILA BELLA (17.321.2709)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes WIRA MEDIKA BALI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang dengan
pertumbuhan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya pengarang yang
mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang. Kepemimpinan tidak hanya
dilihat dari baiknya saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan
dapat melatih calon-calon pemimpin.
Hal ini dapat membentuk pemimpin terbaik. Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak
nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama
dengan peradapan manusia. Kerja sama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat
dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan
menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama
antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan.
Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang
paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama
misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet,
pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain.
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi
keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi
terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja
organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan
personalnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan ?
2. Bagaimanakah wewenang kepemimpinan ?
3. Bagaimanakah perbedaan masing-masing gaya kepemimpinan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk
pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manaj erial pada
suatu organisasi. Karena posisi manajemn terdiri atas tingkatan yang biasanya menggambarkan
otoritas, seorang individu bisa mengasumsikan suatu peran kepemimpinan sebagai akibat dari
posisi yang ia pegang pada organisasi tersebut.
Kepemimpinan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, yang mempunyai peran
penting dal am rangka proses administrasi. Hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa peran
seorang pemimpin merupakan implementasi atau penjabaran dari fungsi kepemimpinan. Fungsi
kepemimpinan merupakan salah satu di antara peran administrator dalam rangka mempengaruhi
orang lain atau para bawahan agar mau dengan senang hati untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya
Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang di gunakan oleh seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat. Dengan kata lain
usaha untuk menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan
orang yang perilakunya akan di pengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.

2.2 Wewenang Kepemimpinan


Wewenang Kepemimpinan yaitu hak untuk bertindak atau mempengaruhi tingkah laku
orang yang dipimpinnya. Wewenang kepemimpinan didapat dari luar diri pemimpin itu. Secara
umum, ada dua konsep pemberian wewenang kepemimpinan dilihat dari arahnya, yaitu dari atas
dan dari bawah. Wewenang dari atas umumnya berasal dari atasan, misalnya seorang direktur
rumah sakit menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu untuk menjadi kepala bagian
perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk memerintah. Cara demikian ini disebut “top-
down authority”, atau kewenangan dari atas ke bawah. Konsep yang kedua adalah “bottom-up
authority”, atau kewenangan dari bawah ke atas, yang berdasarkan pada teori penerimaan
(receptance theory). Pada konsep ini, pemimpin dipilih oleh mereka yang akan menjadi

3
bawahannya. Apabila seseorang diterima sebagai pimpinan dan diberi wewenang untuk
memimpin, maka para bawahan akan menghargai wewenang tersebut. Pemimpin tersebut bisa
juga merupakan seorang wakil yang mewakili nilai-nilai yang mereka anggap penting. Sesuai
dengan teori pembinaan, para staf/bawahan mengakui bahwa bimbingan dan dorongan dapat
diperoleh dari kepemimpinan atau kewenangan berkonsep bottom-up authority.
2.3 Perbedaan Masing – Masing Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan.
Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan
semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan
hanya pada kepentingan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment. Bawahan
hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri dan
inisiatif yang datang dari bawahan tidak peranh diperhatikan. Kelebihan kepemimpinan
otoriter ini ada di pencapaian prestasinya dan tidak ada satupun tembok yang mampu
mengalangi langkah pemimpin ini. Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Wewenang mutlak berada pada pimpinan
b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara ketat
f. Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
g. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat
h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
i. Lebih banyak kritik daripada pujian
j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
k. Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat

4
l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
m. Kasar dalam bersikap
n. Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
o. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis
2. Gaya Kepemimpinan Demokrasi
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf.
Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi
kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam
penerapannya. Informasi diberikan seluas - luasnya dan terbuka. Kepemimpinan gaya
demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya kepemimpinan demokrasi ini juga
sering disebut gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan
kesederajatan, kepemimpinan konsultatif/partisipatif. Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri
- ciri sebagai berikut:
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak
b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d. Komunikasi berlangsung timbal balik
e. Pengawasan dilakukan secara wajar
f. Prakarsa datang dari bawahan
g. Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif
i. Pujian dan kritik seimbang
j. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing
k. Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
l. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
m. Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai

5
n. Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama

3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif


Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan
hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya.
Staf dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya,
dan keputusan akhir ada pada kelompok. Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk
mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan. Pemimpin
mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif ekonomi
untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja. Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tinggi hubungan rendah tugas
b. Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan
4. Gaya Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin karismatik mempunyai pengaruh terhadap pengikut pada tingkat yang tinggi
secara luar biasa, bukan karena tradisi atau otoritas tapi karena persepsi pengikut.
Pemimpin dipandang tidak hanya sekedar bos, tetapi sebagai model peran dan panutan
hidup. Karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga
mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Banyak
memberikan inspirasi, keberanian dan keyakinan teguh pada pendirian sendiri. Kelebihan
gaya kepemimpinan karismatik ini adalah mampu menarik dan membuat orang terpesona
dengan cara berbicaranya membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin ini memiliki
kepribadian visionaris dan mereka sangat menyukai perubahan serta tantangan. Kelemahan
tipe kepemimpinan ini bias di analogikan dengan peribahasa tong kosong nyaring
bunyinya, karena mereka mampu menarik orang untuk datang namun setelah beberapa
lama orang-orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak konsistenan dengan apa
yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggung jawaban si

6
pemimpin ini akan memberi alasan, permintaan maaf, dan janji. Gaya kepemimpinan
karismatik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Percaya diri yang luar biasa
b. Mempunyai visi dan mampu mengungkapkan visi secara jelas
c. Perilaku yang diluar aturan/tidak konvensional
d. Mempunyai keterampilan komunikasi yang hebat
e. Bersedia membuat pengorbanan diri, mengambil resiko pribadi
5. Gaya Kepemimpinan Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Gaya ini mendorong
kemampuan bawahan untuk mengambil inisiatif. Kurangnya interaksi dan control yang
dilakukan pemimpin menyebabkan gaya ini hanya bias berjalan apabila bawahan
memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran
cukup tinggi. Pemimpin ini sedikit sekali menggunakan kekuasaannya dan sama sekali
membiarkan anak buahnya berbuat sesuka hati. Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai
berikut:
a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
e. Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
f. Prakarsa selalu berasal dari bawahan
g. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
h. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
i. Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
6. Gaya Kepemimpinan Transformasional

7
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-
studi kepemimpinan. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan
karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional mengintegrasikan ide-ide
yang dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi. Burns (1978 dalam
Usman, 2010) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan
kepemimpinan transformasional. Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan
transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para
bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.
Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan
dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya. Pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang
karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi
mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan
untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan
bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Gaya
kepemimpinan transformational memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Idealized influence (Pengaruh Ideal)
Idealized Influence (pengaruh Ideal) adalah perilaku pemimpin yang memberikan visi
dan misi, memunculkan rasa bangga, serta mendapatkan respek dan kepercayaan
bawahan. Idealized influence disebut juga sebagai pemimpin yang kharismatik, dimana
pengikut memiliki keyakinan yang mendalam pada pemimpinnya, merasa bangga bisa
bekerja dengan pemimpinnya, dan memercayai kapasitas pemimpinnya dalam
mengatasi setiap permasalahan
b. Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasional)
Inspirational Motivation adalah perilaku pemimpin yang mampu mengkomunikasikan
harapan yang tinggi, menyampaikan visi bersama secara menarik dengan menggunakan
simbol-simbol untuk memfokuskan upaya bawahan dan mengispirasi bawahan untuk
mencapai tujuan yang menghasilkan kemajuan penting bagi organisasi
c. Intellectual Simulation (Stimulasi Intelektual)

8
Intellectual Stimulation adalah perilaku pemimpin yang mampu meningkatkan
kecerdasan bawahan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi mereka,
meningkatkan rasionalitas, dan pemecahan masalah secara cermat.
d. Individualized Consideration (Pertimbangan Individual)
Individualized Consideration adalah perilaku pemimpin yang memberikan perhatian
pribadi, memperlakukan masing-masing bawahan secara individual sebagai seorang
individu dengan kebutuhan, kemampuan, dan aspirasi yang berbeda, serta melatih dan
memberikan saran. Individualized consideration dari Kepemimpinan transformasional
memperlakukan masing-masing bawahan sebagai individu serta mendampingi mereka,
memonitor dan menumbuhkan peluang.
e. Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan
f. Mendorong pengikut untuk mendahulukan kepentingan organisasi
g. Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi
7. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional, hubungan antara pemimpin dengan bawahan didasarkan
pada serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya. Karakteristik kepemimpinan
transaksional adalah contingent reward dan management by-exception dan laissez faire.
Pada contingent reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah
dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun pujian untuk bawahan terhadap upaya-
upayanya. Selain itu, pemimpin betransaksi dengan bawahan, dengan memfokuskan pada
aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda keputusan atau menghindari hal-hal
yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya kesalahan. Management by-exception
menekankan fungsi managemen sebagai kontrol. Pimpinan hanya melihat dan
mengevaluasi apakah terjadi kesalahan untuk diadakan koreksi, pimpinan memberikan
intervensi pada bawahan apabila standar tidak dipenuhi oleh bawahan. Sedangkan laisssez-
faire. tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpiann otoriter, jika
dilihat dari segi perilaku ternyata tipe kepemimpinan ini cenderung didominasi oleh
perilaku kepemimpinan kompromi dan perilaku kepemimpinan pembelot.

9
Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam
organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang
pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai
tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri
pada penyelesaian tugas- tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan
tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem
pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Gaya Kepemimpinan
Transaksional memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sangat memperhatikan nilai moral seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan dan tanggung
jawab
b. Memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan orang lain
c. Kepemimpinan transaksional mengandaikan adanya tawar menawar antara berbagai
kepentingan individual
d. Pimpinan akan terus mengupayakan perbaikan-perbaikan evaluasi program, jalinan
komunikasi, koordinasi, strategi mengatur target khusus dan kegiatan tugas-tugas
untuk pemecahan masalah
e. Mempertahankan keyakinan atas nilai-nilai mereka.
f. Memotivasi bawahannya dalam arah dan tujuan yang ditetapkan
8. Gaya Kepemimpinan Caring Leadership
Caring Leadership adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur
untuk mencapai tujuan bersama dengan menerapkan perilaku caring. Caring adalah
kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau membolehkan individu atau
kelompok melalui antisipasi bantuan untuk meningkatkan kondisi individu atau kehidupan.
Caring adalah sebagai cara memelihara untuk berhubungan dengan orang lain, terhadap
tanggung jawab pada suatu pekerjaan yang akan dinilai oleh orang lain. Caring Leadership
yang ditunjukkan oleh kepala ruangan merupakan role model dan motivasi bagi perawat
pelaksana dalam melaksanakan tugasnya. Gaya kepemimpina Caring Leadership
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Perilaku mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.

10
b. Perilaku kepala ruangan dal am menerapkan humanisic-altruistic adalah memanggil
nama staf perawat dengan hormat dengan nama panggilan sehari-hari yang disenangi,
merespon panggilan staf perawat dengan cepat walaupun sedang sibuk, mendengarkan
dan memperhatikan keluhan dan kebutuhan staf perawat, bersikap hormat dan sabar
menghadapi perawat
c. Menghargai dan menghormati pendapat bawahan dan membimbing staf selama
supervise.
9. Gaya Kepemimpinan Servant Leadership (Kepemimpinan Pelayan)
Servant leadership atau kepemimpinan pelayan adalah konsep kepemimpinan etis.
pemimpin yang melayani adalah seorang pemimpin yang mengutamakan pelayanan,
dimulai dengan perasaan alami seseorang yang ingin melayani dan untuk mendahulukan
pelayanan. Selanjutanya secara sadar, pilihan ini membawa aspirasi dan dorongan dalam
memimpin orang lain. Pemimpin yang melayani pada akhirnya akan mengembangkan
sikap indivudu disekitarnya dengan harapan memiliki sikap yang sama untuk melayani
dengan baik. Model kepemimpinan pelayanan memprioritaskan pengembangan karyawan
sebagai hal yang utama dan pertama, secara tidak langsung pemimpin diharapkan
mengarahkan perusahaan menuju keberhasilan jangka panjang dan berkelanjutan. Hal ini
merupakan dampak dari perubahan perilaku yang melayani bawahan yang terjadi dalam
fase yang berurutan dan berlangsung secara terus menerus. Jadi jelaslah bahwa
kepemimpinan bukanlah suatu popularitas, bukan kekuasaan, bukan keahlian melakukan
pertunjukkan, dan bukan kebijaksanaan dalam perencanaan jangka panjang. Dalam bentuk
yang paling sederhana kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan Servant Leadership memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mendengarkan (Listening receptively to what others have to say)
Pemimpin pelayan harus memperkuat keahlian yang penting ini dengan menunjukkan
komitmen yang mendalam dalam mendengarkan secara intensif ide-ide atau kata-kata
orang lain.
b. Menerima orang lain dan Empati (Acceptance of others and having empathy for them)
Pemimpin pelayan berusaha keras memahami dan memberikan empati kepada orang

11
lain. Orang perlu diterima dan diakui sebagai suatu individu yang istimewa dan unik.
Setiap individu tidak ingin kehadirannya dalam suatu organisasi/perusahaan ditolak
oleh orang lain yang berada di sekitar dirinya.
c. Kemampuan meramalkan (foresight and intuition)
Kemampuan meramalkan adalah ciri khas yang memungkinkan pemimpin pelayan
bisa memahami pelajaran dari masa lalu, realita masa sekarang dan kemungkinan
konsekuensi sebuah keputusan untuk masa depan. Hal ini menanamkan inti
permasalahan sampai jauh ke dalam pikiran intuitif
d. Membangun kekuatan Persuasif (Having highly develoved power of persuasion)
Ciri khas kepemimpinan pelayan lainnya adalah mengandalkan kemampuan
meyakinkan orang lain, bukannya wewenang karena kedudukan, dalam membuat
keputusan di dalam organisasi. Pemimpin pelayan berusaha meyakinkan orang lain,
bukannya memaksakan kepatuhan
e. Konseptualisasi (An ability to conceptualize and to communicate concepts)
Pemimpin pelayan berusaha memelihara kemampuan mereka untuk “memiliki impian
besar”.Kemampuan untuk melihat kepada suatu masalah (atau sebuah organisasi) dari
persfektif konseptualisasi berarti bahwa orang harus berpikir melampaui realita dari
hari ke hari.
f. Kemampuan Menyembuhkan (ability to exert a healing influence upon individual and
institutions)
Salah satu kekuatan besar kepemimpinan pelayan adalah kemampuan untuk
menyembuhkan diri sendiri dan orang lain. Banyak orang yang patah semangat dan
menderita karena berbagai masalah emosional.
g. Kemampuan Melayani
Kepemimpinan pelayan, seperti kemampuan melayani, yang pertama dan terutama
adalah memiliki komitmen untuk melayani kebutuhan orang lain. Hal ini tentunya
menekankan adanya keterbukaan dan kejujuran, bukan pengendalian atau pengawasan.
h. Memiliki Komitmen pada Pertumbuhan Manusia
Dalam sifatnya yang seperti ini, pemimpin pelayan sangat berkomitmen terhadap

12
pertumbuhan pribadi, profesional dan spiritual setiap individu di dalam organisasi.
i. Membangun komunitas/masyarakat di tempat kerja (Building community in the
workplace)
Membangun komunitas ini mencakup membangun komunitas yang baik antar
karyawan, antar pimpinan dan bawahan dan membangun komunitas masyarakat dan
pelanggan

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk
pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manaj erial
pada suatu organisasi. Karena posisi manajemn terdiri atas tingkatan yang biasanya
menggambarkan otoritas, seorang individu bisa mengasumsikan suatu peran kepemimpinan
sebagai akibat dari posisi yang ia pegang pada organisasi tersebut.
Fungsi kepemimpinan merupakan salah satu di antara peran administrator dalam rangka
mempengaruhi orang lain atau para bawahan agar mau dengan senang hati untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Gaya kepemimpinan, mengandung
pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau
bentuk tertentu. Ada berbagai macam gaya kepemimpinan seperti otoriter, demokrasi,
partisipatif, laissez faire, karismatik, transformasional, transaksional, caring leadership dan
servant leadership.
3.2 Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak
mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin
kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Burn, Alvin C. dans Bush, Ronald F. 2010. Marketing Research, Sixth Edition. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
UMY, Repository. 2017. Servant Leadership. Tersedia pada https://repository.umy.ac.id.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2020.
Mubakkirah. 2010. Kepemimpinan Transaksional dan Transformational. Tersedia pada
https://academia.edu. Diakses pada tanggal 20 Maret 2020.
M.Meo. 2015. Caring Leadership dengan Kinerja Perawat. Tersedia pada
https://academia.edu. Diakses pada tanggal 20 Maret 2020.
Fiera. 2015. Manajemen Gaya Kepemimpinan. Tersedia pada https://scribd.com. Diakses pada
tanggal 20 Maret 2020.

15
Ilustrasi Soal Kasus Gaya Kepemimpinan Karismatik

Seorang perawat K telah menjabat sebagai seorang kepala ruangan di ruang Abimanyu selama 5
tahun. Semua perawat di ruangan tersebut kagum dengan cara bicara perawat K yang sering
memberi inspirasi, motivasi dan memberi semangat dalam bekerja. Perawat di ruangan tersebut
menganggap perawat K sebagai role model mereka. Namun, beberapa minggu ini seluruh perawat
diruangan Abimanyu merasa sangat kecewa karena ketidak konsistenan perkataan mengenai
tugas – tugas perawat K sebagai kepala ruangan tetapi sama sekali tidak ada tugas yang dia
laksanakan. Akhirnya perawat K meminta maaf dan berjanji kepada seluruh perawat ruang
Abimanyu tidak akan mengulanginya kembali. Berdasarkan kasus diatas, apakah gaya
kepemimpinan yang ditunjukan oleh perawat K selaku kepala ruangan di ruang Abimanyu ?
a. Gaya kepemimpinan otoriter
b. Gaya kepemimpinan caring leadership
c. Gaya kepemimpinan laissez faire
d. Gaya kepemimpinan karismatik
e. Gaya kepemimpinan transfromasional

16

Anda mungkin juga menyukai