Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI

TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN TINDAKAN

PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

OLEH :

PUTU INDAH SASMITHA


NIM : 17.321.2708

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa, dengan

berbagai perubahan yang terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologi maupun

sosial. Perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelainan maupun penyakit tertentu

apabila tidak diperhatikan dengan seksama (Batubara, 2016). Remaja putri berpotensi

untuk mengalami kelainan pada payudara karena aktivitas hormon estrogen yang belum

stabil remaja putri yang mendapat menstruasi pertama mempunyai paparan hormon

estrogen sehingga potensi terjadinya kelainan pada payudara cukup besar (Manuaba,

2015). Kelainan pada payudara yang sering terjadi pada remaja putri adalah

fibroadenoma mammae. Fibroadenoma mammae merupakan tumor jinak yang

dipengaruhi oleh adanya perubahan hormone pada masa reproduksi yang umumnya

terjadi pada wanita dengan usia 15-25 tahun. Wanita yang menderita atau pernah

menderita fibroadenoma mammae berpotensi mengalami peningkatan risiko menderita

kanker payudara (Bustan, 2017).

Kanker payudara dapat disembuhkan apabila kanker terdeteksi sejak dini dan

ditangani dengan segera, hal ini disebabkan perjalanan penyakit kanker payudara

membutuhkan waktu sekitar 3-17 tahun karena payudara pada stadium dini tidak

menunjukan gejala (Diananda, 2017). Pasien dengan kanker payudara datang ke

pelayanan kesehatan dalam stadium inoperable atau stadium lanjut yang sukar

disembuhkan, pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya gejala kanker payudara ini


dapat dilakukan secara dini terutama saat remaja dan dapat dilakukan oleh diri sendiri

sewaktu-waktu dan tanpa mengeluarkan biaya (Hastutik, 2017).

Deteksi dini merupakan langkah penting sebagai upaya untuk mengurangi tingkat

kematian karena kanker payudara. Kanker payudara terjadi akibat adanya keganasan di

dalam jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.

Kanker payudara memiliki gejala-gejala seperti adanya benjolan yang terdapat pada satu

atau kedua buah payudara. Benjolan ini merupakan tumor ganas, biasanya memiliki

tekstur atau bentuk yang keras dan bentuknya tidak teratur. Selain itu benjolan ini sulit

untuk digerakkan. Adanya kerusakan gen yang mengatur mengenai perkembangan,

pertumbuhan serta diferensiasi dari sel payudara yang mengakibatkan terjadinya kelainan

pada sel-sel payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang tidak dapat

dikendalikan (Olfah dkk, 2013). Deteksi dini dapat dilakukan dengan cara rutin

melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Kanker payudara umumnya

terdeteksi pertama kali oleh penderitanya, sehingga pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) perlu dilakukan secara rutin setiap bulan, selain mudah untuk dilakukan

pemeriksaan ini membuat para wanita merasa nyaman karena dilakukan sendiri tanpa

bantuan orang lain (Hastutik, 2017). Risiko perempuan yang tidak melakukan SADARI

secara rutin akan lebih tinggi dari perempuan yang rutin melakukannya. 7,122 kali

memiliki risiko untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang

melakukan SADARI sebagai upaya deteksi dini. Tindakan ini penting karena hampir

85% kelainan di payudara justru ditemukan pertama kali oleh penderita melalui

pemeriksaan payudara sendiri dengan benar (Angrainy, 2017). Oleh karena itu perlu

pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun


paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan

secara optimal (Anggaraini, 2013).

Upaya mendeteksi kanker payudara sedini mungkin berupa SADARI sudah harus

mulai dilakukan oleh para remaja putri Indonesia. Namun, remaja putri saat ini masih

kurang peka terhadap perawatan payudara mereka sendiri. Mereka lebih peka dan aktif

untuk melakukan perawatan pada wajah. Karena menganggap memiliki wajah yang tidak

jerawat dan kulit wajah yang tidak kusam sangatlah penting. Hal tersebut juga dilatar

belakangi karena kurangnya pengetahuan remaja mengenai kanker payudara dan

pentingnya melakukan SADARI. Mereka tidak memiliki pengetahuan dan sikap

kesadaran yang baik bahwa SADARI merupakan salah satu upaya pencegahan kematian

akibat kanker payudara yang mungkindapat terjadi pada mereka (Wulandari, 2020).

Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136,2/100.000 penduduk) berada

pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian untuk

perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000

penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan

data dari World Health Organization (WHO) tahun 2019 menunjukkan kasus kanker

yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau

16,7% dari total 348.809 kasus kanker. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan,

angka kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100 ribu penduduk. Rata-

rata kematian akibat kanker ini mencapai 17 orang per 100 ribu penduduk. Upaya

pencegahan dan pengendalian kanker tersebut dilakukan dengan cara deteksi dini pada

perempuan usia 30-50 tahun. Metode yang digunakan adalah Periksaan payudara sendiri

(SADARI).
Data profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukan kasus kanker payudara

di Indonesia sebesar 2,89% atau diperkirakan sekitar 15.102 orang, tahun 2018

mengalami peningkatan sebesar 16,7% atau diperkirakan sekitar 58.265 orang. Jumlah

kanker payudara tertinggi ada di daerah Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 4.86 per 1000

penduduk, diusul dengan Kalimantan Utara dengan jumlah 2,47 pr 1000 penduduk

(Kementrian Kesehatan RI, 2018). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun

2018, data prevalensi kanker payudara di Bali pada tahun 2018 sebanyak 20 orang (Dinas

Kesehatan Provinsi Bali, 2018).

Remaja harus memiliki pengetahuan yang baik tentang perubahan dan kelainan

yang terjadi dalam dirinya sendiri terutama pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Remaja membutuhkan sumber informasi yang tepat dan dapat dipercaya agar remaja

mendapatkan informasi yang benar mengenai proses reproduksi dan faktor yang

mempengaruhi kesehatan reproduksi. Pengetahuan kesehatan reproduksi yang harus

diketahui oleh remaja putri adalah pendeteksian secara dini kanker payudara dengan

melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pengetahuan tersebut diperlukan

karena payudara merupakan salah satu organ reproduksi memiliki fungsi cukup penting

dan perubahannya dapat dilihat dengan jelas (Angrainy, 2017).

Pengetahuan tentang SADARI merupakan pengetahuan yang sangat penting

dalam membentuk sikap remaja putri terhadap SADARI. Sikap remaja tentang SADARI

merupakan suatu penghayatan dari pemahaman atau pengetahuan yang dimiliki remaja

putri tentang SADARI, sehingga remaja putri mampu menelaah dan mempraktekan apa

yang telah diketahui tentang SADARI (Diananda, 2017).

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yaitu “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara

dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri”

1. 3 Tujuan Penelitian

1. 3. 1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hubungan tingkat pengetahuan

remaja putri tentang kanker payudara dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri.

1. 3. 2 Tujuan Khusus

1. 3. 2. 1 Mengidentifikasi pengetahuan tentang kanker payudara pada remaja putri.

1. 3. 2. 2 Mengidentifikasi tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja

putri.

1. 4 Manfaat Penelitian

1. 4. 1 Manfaat Teoritis

Hasil dari pembahasan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian

selanjutnya dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Pendidikan

keperawatan khususnya yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan remaja putri

tentang kanker payudara dengan tindakan pemeriksaan payudara sendiri.

1. 4. 2 Manfaat Praktis

1. 4. 2. 1 Bagi Remaja

Hasil dari pembahasan ini dapat digunakan sebagai media informasi tentang

hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan tindakan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), serta dapat menambah pengetahuan


tentang kanker payudara sehingga diketahui lebih dini dengan melakukan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

1. 4. 2. 2 Bagi Institusi

Hasil dari pembahasan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara dengan tindakan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI).


DAFTAR PUSTAKA

Anggaraini, S. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemeriksaan Payudara


Sendiri (SADARI) Pada Mahasiswa Non Kesehatan UIN Antasari Banjarmasin, 66(1997),
37–39.

Angrainy, R. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap Tentang Sadari Dalam Mendeteksi Dini
Kanker Payudara Pada Remaja. Jurnal Endurance, 2(2), 232.
https://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1766.

Batubara, J. R. (2016). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri, 12(1),


21. https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9.

Bustan, M.N. 2017. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Diananda R. 2017. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahati.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2018. Laporan Tahunan Data Kesehatan Provinsi Bali.
Denpasar : Sub. Bagian Pencatatan dan Pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Hastutik. 2017. Deteksi Dini Dapat Cegah Kanker. Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Manuaba, IB. G. 2015. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta: Arcan.

Olfah, et. al. (2013). Kanker payudara & SADARI. Yogyakarta: Nuha Medika.

World Health Organization. 2018. Breast Cancer Prevention and Control. Available from :
http://www.who.Int/cancer/detection/breastcancer/en/indexl. (03 Desember 2020).

Wulandari, A. (2020). Penyuluhan Kesehatan Mengenai Pentingnya Pemeriksaan Payudara


Sendiri (Sadari) Di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung 39. 2, 39–44.

Anda mungkin juga menyukai