OLEH :
KELOMPOK 4 (A11-A)
A. Definisi
Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A. Prince). Dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis (NANDA
NIC-NOC, 2015).
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia nosokomial
yang terjadi setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik baik melalui
pipa endotrakeal maupun pipa trakeostomi (Wiryana, 2007). Menurut Smelter & Bare
(2001), VAP adalah peradangan pada paru (pneumonia) yang disebabkan oleh pemakaian
ventilator dalam jangka waktu yang lama pada pasien.
B. Etiologi
VAP diduga disebabkan oleh beberapa jenis kuman dan berdasarkan hasil isolasi
kuman pada pasien VAP, bakteri gram negatif lah yang paling sering ditemukan. Bakteri
penyebab VAP dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan onset atau lamanya pola
kuman. Kelompok I adalah kuman gram negatif (Enterobacter spp, Escherichia coli,
Klebsiella spp, Proteus spp, Serratai marcescens), Haemophilus influenza, Streptococcus
pneumonia dan Methicillin Sensitive Staphylococcus Aureus (MSSA). Bakteri kelompok
II adalah bakteri kelompok I ditambah kuman anaerob, Legionella pneumophilia dan
Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). Bakteri kelompok III terdiri dari
Pseudomonas aeruginosa, Acetinobacter spp dan MRSA (Wiryana, 2007).
C. Patofisiologi
Patofisiologi VAP melibatkan dua proses utama yaitu kolonisasi pada saluran
pernapasan dan pencernaan dan aspirasi sekret dari jalan napas atas dan bawah. Kolonisasi
bakteri pada paru-paru dapat disebabkan oleh penyebaran organisme dari berbagai sumber
seperti orofaring, rongga sinus, nares, plak gigi, saluran pencernaan, kontak pasien dan
sirkuit ventilator. Inhalasi bakteri dari salah satu sumber ini dapat menyebabkan timbulnya
gejala dan akhirnya terjadi VAP.
Selang endotrakeal menyebabkan gangguan abnormal antara saluran napas bagian atas
dan trakea, melewati struktur dalam saluran napas bagian atas dan memberikan akses
langsung ke saluran napas bawah. Selang endotrakeal menyebabkan saluran napas bagian
atas kehilangan fungsi sehingga kemampuan tubuh untuk menyaring dan melembabkan
udara mengalami penurunan. Selain itu, refleks batuk juga sering menurun bahkan hilang
dan kebersihan mukosasilier bisa terganggu akibat cidera mukosa selama intubasi. Selang
endotrakeal menjadi tempat bagi bakteri untuk melekat di trakea sehingga dapat
meningkatkan produksi dan sekresi lendir. Penurunan mekanisme pertahanan diri alami
tersebut meningkatkan kemungkinan kolonisasi bakteri dan aspirasi (Wiryana, 2007;
Niederman dkk, 2005).
D. Manifestasi Klinis
1) Demam
2) Leukositosis
3) Sekret purulen
4) Kavitasi pada foto thoraks
5) Nilai oksigenasi PaO2 / FiO2 mmHg < 240 dan tidak ada ARDS.
E. Diagnosa
Diagnosa VAP ditegakkan setelah menyingkirkan adanya pneumonia sebelumnya
terutama pneumonia komunitas. Bila dari awal pasien masuk ICU sudah menunjukkan
gejala klinis pneumonia maka diagnosa VAP disingkirkan, namun jika gejala klinis dan
biakan kuman didapat setelah 48 jam dengan ventilasi mekanik serta nilai total CPIS ≥ 6
maka diagnosa VAP dapat ditegakkan. Tetapi apabila nilai total CPIS < 6 maka diagnosa
VAP disingkirkan (Luna dkk, 2003). Berikut ini tabel CPIS (Clinical Pulmonary Infection
Score):
Tabel CPIS
Komponen Nilai Skor
≥ 36,5 dan ≤ 38,4 0
Suhu (0C) ≥ 38,5 dan ≤ 38,9 1
≥ 39,0 dan ≤ 36,0 2
≥ 4000 dan ≤ 11000 0
Leukosit per mm3 < 4000 dan > 11000 1
Sedikit 0
Sedang 1
Sekret trakea Banyak 2
Purulen +1
> 240 atau terdapat ARDS 0
Oksigenasi PaO2 / FiO2 ≤ 240 dan tidak terdapat ARDS 2
mmHg
Tidak ada infiltrat 0
Foto thoraks Bercak / infiltrat difus 1
Infiltrat terlokalisir 2
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi paru-paru : volume makin menurun (kongesti dan kolaps alveolar)
: tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun,
hipoksemia.
2. Analisa gas darah dan pulse oximetry : abnormalitas mungkin timbul tergantung dari
luasnya kerusakan paru-paru.
3. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural (dapat juga menyatakan abses luas /
infiltrat, empiema (Staphylococcus)), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial),
penyebaran / perluasan infiltrat nodul (virus).
4. Pemeriksaan gram atau kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab).
5. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mengetahui kadar leukosit dalam tubuh.
G. Pentalaksanaan Medis
Penatalaksanaan optimal pada pasien yang dicurigai VAP membutuhkan tindakan yang
cepat dan tepat dengan pemberian anti mikroba atau anti biotik dan perawatan menyeluruh.
Pengambilan sampel mikrobiologi harus dilakukan sebelum memulai terapi tetapi
pemberian anti biotik tidak boleh ditunda. Pemberian anti biotik harus disesuaikan dengan
epidemiologi dan pola kuman. Pasien dengan early onset VAP yang sebelumnya belum
pernah mendapat terapi anti biotik dapat diberikan monoterapi dengan generasi ketiga
sefalosporin, sedangkan pasien yang terkena VAP setelah pengguanan ventilator mekanik
jangka lama dan telah mendapatkan terapi anti biotik sebelumnya perlu antibiotik
kombinasi agar dapat mengatasi patogen yang potensial (Hunter, 2006).
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Intervensi dengan tujuan mencegah kolonisasi saluran cerna:
a. Mencegah penggunaan anti biotik yang tidak perlu
b. Membatasi profilaksis stress ulcer pada penderita risiko tinggi
c. Menggunakan sukralfat sebagai profilaksis stress ulcer
d. Menggunakan antibiotik untuk dekontaminasi
e. Dekontaminasi dan selalu menjaga kebersihan mulut
f. Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien
g. Mengisolasi penderita risiko tinggi dengan kasus MDR
2) Intervensi dengan tujuan mencegah aspirasi
a. Menghentikan pengguanaan pipa nasogastrik atau pipa endotrakeal
sesegera mungkin.
b. Posisi pasien semi recumbent atau setengah duduk
c. Menghindari distensi lambung berlebihan
d. Intubasi oral atau non nasal
e. Pengaliran subglotik
f. Pengaliran sirkuit ventilator
g. Menghindari reintubasi dan pemindahan penderita jika tidak diperlukan
h. Ventilasi masker non invasif untuk mencegah intubasi trakea
i. Menghindari penggunaan sedasi jika tidak diperlukan
I. Komplikasi
Keputusan pemasangan ventilator harus dipertimbangkan secara matang. Sebanyak
75% pasien yang dipasang ventilator umumnya memerlukan alat tersebut lebih dari 48 jam.
Bila seseorang terpasang ventilator lebih dari 48 jam maka kemungkinannya tetap hidup
keluar dari rumah sakit (bukan saja lepas dari ventilator) akan lebih kecil. Akibat merugikan
dari pemasangan ventilator mekanik adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh pada Paru-Paru
Barotrauma mengakibatkan emfisema, pneumomediastinum, pneumoperitoneum,
pneumothoraks dan tension pneumothoraks.
2) Pengaruh pada Kardiovaskuler
Pemberian tekanan positif atau volume saat ventilasi mekanik untuk membuka alveoli
sebagai terapi gagal napas mengakibatkan peningkatan tekanan intratorakal yang dapat
mengganggu kerja jantung. Hasilnya berupa penurunan curah jantung sehingga aliran
balik vena ke jantung kanan menurun, disfungsi ventrikel kanan dan pembesaran jantung
kiri.
3) Pengaruh pada Ginjal, Hati dan Saluran Cerna
Tekanan ventilasi positif bertanggung jawab pada keseluruhan penurunan fungsi
ginjaldengan penurunan volume urin dan ekskresi natrium. Fungsi hati mendapat
pengaruh buruk dari penurunan curah jantung, meningkatnya resistensi pembuluh darah
dan peningkatan tekanan saluran empedu. Iskemia mukosa lambung dan perdarahan
sekunder mungkin terjadi akibat penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan vena
lambung (Sudoyo dkk, 2010).
J. Prognosis
VAP diklasifikasikan menjadi dua yaitu awitan dini (early onset) yang terjadi pada
empat hari pertama pemberian ventilasi mekanis dan awitan lambat (late onset) yang
terjadi lima hari atau lebih setelah pemberian ventilasi mekanis. Pasien VAP awitan dini
lebih baik prognosisnya karena biasanya kumannya masih sensitif terhadap antibiotik,
sedangkan VAP awitan lambat prognosisnya lebih buruk karena adanya kuman patogen
multidrug-resistant (MDR) (Kollef, 2005).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah:
1) Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt, dll.
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang status
sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien, sehingga
mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan tindakan keperawatan
yang sesuai.
2) Riwayat penyakit/riwayat keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang
dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) karena kondisi
pasien yang dapat bentuan ventilator tidak mungkin untuk memberikan data
secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan
penyebab atau faktor pencetus terjadinya gagal nafas/dipasangnya
ventilator.
3) Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa dilakukan
dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan keluhannya.
Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat,
kelelahan dan ketidaknyamanan.
2. Sistem pernafasan
a) Setting ventilator meliputi:
1) Mode ventilator
CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
CPAP (Continous Possitive Air Presure)
2) FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
3) PEEP: Positive End Expiratory Pressure
4) Frekwensi nafas
b) Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
c) Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
d) Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
e) Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
f) Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
g) Humidifier: kehangatan dan batas aqua
h) Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
i) Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
j) Hasil foto thorax terakhir
3. Sistem kardiovaskuler
Pengkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanmya gangguan
hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi) atau
disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi, irama
jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan keringat.
4. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental.
5. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine menunjukkan
adanya gangguan perfusi ginjal)
6. Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status nutrisi
dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan dan
albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
7. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami depresi
mental yang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi, merasa
terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.
B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
a Bersihan jalan nafas tidak efektik b.d sekresi yang tertahan d.d dispnea,
batuk tidak efektif, sputum berlebih, ronchi, sianosis.
b Pola nafas tidak efektif b.d. hambatan upaya nafas d.d dispnea, penggunaan
otot bantu nafas, pola nafas abnormal (kussmaul).
c Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d
dispnea, sianosis, diaphoresis, gelisah, kesadaran menurun.
d Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d mengeluh nyeri,
tampak meringis, gelisah, diaphoresis, pola nafas berubah.
e Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas 36,50 C - 37,50 C, kulit
merah, kejang, kulit terasa hangat.
f Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d dispnea, lemah, sianosis.
C. Intervensi
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dibuat sesuai dengan hasil yang didapatkan setelah perawat
selesai melakukan implementasi keperawatan. Evaluasi keperawatan ditulis
menggunakan format SOAP yang berisi tanggal/ waktu, diagnosa serta evaluasi
hasil sesuai dengan kriteria penulisan evaluasi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Feri. 2017. Ventilator Associated Pneumonia. Tersedia pada https://scribd.com. Diakses pada
tanggal 4 Oktiber 2020
Hunter, J.D. 2006. Ventilator Associated Pneumonia. Postgrad Med J 82: 172-8 diperoleh dari
http://pmj.bmj.com/content/82/965/172.full diakses pada 4 Oktober 2020.
Kollef, M.H. 2005. The Prevention of Ventilator Associated Pneumonia. N Engl J Med: 340:
627-34.
Luna, C.M., Blanzaco, D., Niederman, M.S., Matarucco, W., Baredes, N.C. & Desemery, P.
2003. Resolution of Ventilator-Associated Pneumonia: Prospective Evaluation of the
Clinical Pulmonary Infection Score as an Early Clinical Predictor of Outcome. Crit Care
Med; 31: 676-82.
Niederman, M.S. & Craven, D.E. 2005. Guidelines for the Management of Adult with Hospital-
Acquired, Ventilator Associated and Healthcare-Associated Pneumonia. Am J Respi Crit
Care Med; 171:388-416.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Hal : 45-47
Sudoyo, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K & Setiati, S. 2010. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Wiryana, M. 2007. Ventilator Associated Pneumonia. Jurnal Penyakit Dalam; 8 (3): 254-65.
Pathway :
vv
Kelompok I adalah kuman gram Bakteri kelompok II adalah Bakteri kelompok III terdiri
negatif (Streptococcus pneumonia) bakteri Legionella pneumophilia dari Pseudomonas aeruginosa
Sinar X
Analisa gas darah, kultur sputum dan darah
Bakteri mencapai bronkioli Terbentuknya trombus Bakteri masuk dan Infeksi pada alveoli
terminalis merusak sel epitel melepaskan pirogen ke
dan sel goblet Pleura tertutup eksudat aliran darah
Alveoli berisi
Suplai O2
thrombus di vena pulmonalis cairan atau nanah
Terdapat cairan dan Tubuh melepaskan pyrogen
edema pada alveoli Dispnea, sianosis, Nekrosis Hemoragik untuk mengaktifkan system
Efusi pleura
gelisah, diaforesis pertahanan tubuh
Konsolidasi paru
Abses pneumotocale Pleura membengkak
MK : Gangguan Hipotalamus meningkatkan
dan cairan menjadi
Kapasitas vital Pertukaran Gas suhu tubuh
Produksi sputum lengket
compliance paru
MK : Hipertermi Nyeri dada setiap
Dispnea, sianosis, Dispnea, adanya otot Akumulasi sputum
menarik nafas
lemah, bantu nafas, kussmaul dijalan nafas
Sinar X
Analisa gas darah, kultur sputum dan darah
Bakteri mencapai bronkioli Terbentuknya trombus Bakteri masuk dan Infeksi pada alveoli
terminalis merusak sel epitel melepaskan pirogen ke
dan sel goblet aliran darah
Pleura tertutup eksudat Alveoli berisi
Suplai O2
thrombus di vena pulmonalis cairan atau nanah
Terdapat cairan dan Tubuh melepaskan pyrogen
edema pada alveoli Dispnea, sianosis, Nekrosis Hemoragik untuk mengaktifkan system
Efusi pleura
gelisah, diaforesis pertahanan tubuh
Konsolidasi paru
Abses pneumotocale Pleura membengkak
MK : Gangguan Hipotalamus meningkatkan dan cairan menjadi
Pertukaran Gas suhu tubuh lengket
Kapasitas vital
Produksi sputum
compliance paru
OLEH :
KELOMPOK 4 (A11-A)
1
YAYASAN SAMODRA ILMU CENDEKIA
Jl. Kecak No. 9A Gatot Subroto Timur, Denpasar – Bali 80239, Telp./Fax. (0361) 427699
Website: www.stikeswiramedika.ac.id e-mail: stikes_wikabali@yahoo.co.id
Nama Mahasiswa :
NIM :
1
Mei 2017, dan dilakukan pemasangan intubasi dan ventilator kembali.
Riwayat Allergi :
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki alergi makanan yaitu ikan
Riwayat Pengobatan :
Keluarga pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumya
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat hipertensi dari keluarga ibu pasien
Jenis
Pernafasan Cuping hidung Ada Tidak Ada
Tidak
Emfisema S/C : Ada Tidak Ada
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor Tidak ada
Vesikuler Wheezing Ronchi
2
Alat bantu nafas: OTT ETT Trakeostomi
Ventilator, Keterangan: ... ... ...
Masalah Keperawatan:
Sianosis : Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
BLOOD
3
Suara jantung: Vesikuler
IVFD : Ya Tidak, Jenis cairan: … …
keterangan: … …
Masalah Keperawatan:
keterangan: … …
Masalah Keperawatan:
4
Kateter : Ada Tidak ada, Urine output: 1200 ml
keterangan: … …
Masalah Keperawatan:
Frekuensi BAB : 2x/hr Konsistensi: lembek Warna: kuning kecoklatan darah (-)/lendir(-)
Stoma: tidak ada
keterangan: … …
5
Masalah Keperawatan:
(Muskuloskletal & Integumen)
BONE
6
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka : ... ...
Keterangan:
Warna dasar luka: ... ...
0; Mandiri
Kedalaman : ... ...
1; Alat bantu
Masalah Keperawatan:
- Intoleransi aktivitas
7
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Kepala dan wajah :
Inspeksi : bentuk kepala normosefali, rambut tidak beruban, kepala simetris, kepala pasien
terlihat bersih, wajah tidak terdapat lesi, simetris, sklera ikterik
Palpasi : tidak terdapat benjolan dan lesi
Leher :
Inspeksi : leher simetris kanan dan kiri, tidaka terlihat pembengkakan vena jugularis,
Palpasi : tidak adanya benjolan,
Dada :
Jantung
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : terdengar bunyi jantung S1 & S2 tunggal
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavikula
HEAD TO TOE
Paru-paru
Inspeksi : dada simetris kanan dan kiri, tidak adanya lesi
Palpasi : gerakan dinding thoraks anterior normal dan seimbang antara kanan dan kiri,
taktil fremitus fokal pada pasien normal
Perkusi : terdapat bunyi sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : bunyi nafas ronkhi
:
PsikoSosialKultural
9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
10
…………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………… ....................................................................................
………………………………………………………..............................................................................
......
…………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………… ....................................................................................
TERAPI
11
ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITIS
Data Diagnosa
No Interpretasi
Subyektif & Obyektif Keperawatan
Nekrosis Hemoragik
12
Abses pneumotocale
Produksi sputum
meningkat
Akumulasi sputum
dijalan nafas
Kebersihan mukosasilier
2 Ds : - Pola nafas tidak
efektif berhubungan
Do : Selang endotrakeal dengan keletihan otot
menjadi tempat bakteri pernapasan ditandai
Pola napas abnormal /
melekat dengan pernapasan
pernapasan kussmaul
kussmaul, nafas tidak
Bakteri masuk kedalam
Nafas tidak adekuat adekuat
parenkim paru
Tanda –tanda vial, TD Peradangan pada paru-
140/90mmhg, N paru
60x/menit, RR
30x/menit Terbentuknya trombus
Nekrosis Hemoragik
Abses pneumotocale
13
3 Ds : - Kebersihan mukosasilier Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
Do : ketidakseimbangan
Selang endotrakeal antara suplai dan
Pasien sianosis menjadi tempat bakteri kebutuhan o2
Pasien terbaring lemah melekat ditandai dengan
di tempat tidur Bakteri masuk kedalam pasien sianosis,
parenkim paru terbaring lemah, dan
GCS pasien E1, M4, V1 GCS 6
Peradangan pada
Bakteri mencapai
bronkioli terminalis
merusak sel epitel dan sel
goblet
Konsolidasi paru
Kapasitas vital
compliance paru
menurun
Intoleransi Aktivitas
14
RENCANA KEPERAWATAN KRITIS
5. Dokumentasikan respon
terhadap ventilator 5. Untuk menggambarkan
respon pasien terhadap
pemakaian ventilator
6. Kolaborasi penggunaan PS
atau PEEP untuk 6. Untuk meningkatkan volume
meminimalkan hipoventilasi alveolus dan oksigen pada
alveolus paru
15
kembali efektif dengan (kedalaman, usaha nafas) pasien
kriteria hasil :
16
TINDAKAN KEPERAWATAN KRITIS
No. Paraf
Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
Dx.
31 Mei 1 Melakukan Ds : -
2017 pemeriksaan indikasi
ventilator mekanik Do :
Pukul 08:00
WITA - Adanya otot bantu
nafas
Ds : -
Pukul 08:15 2 Memonitor bunyi
WITA nafas tambahan Do :
- Adanya suara
ronchi
2 Memberikan oksigen
Non RBT mask Ds :
Pukul 08:15 sebanyak 10 lt/mnt
WITA Do :
- Pasien tampak
sesak
1 Mengganti sirkuit
Pukul 09:00 ventilator setiap 24 Ds : -
WITA jam atau sesuai Do :
protokol
- Tidak adanya
kebocoran pada
sirkuit ventilator
Melakukan Ds :
Pukul 10:15 1
WITA penghisapan lendir Do :
(suction) kurang dari
15 detik - Terdapat sputum
dengan konsistensi
17
kental, berwarna
kuning
Ds : -
Pukul 11:00 Menjelaskan kepada
WITA keluarga tentang Do :
3 perawatan dan
pengobatan yang - Keluarga pasien
dijalani pasien tampak kooperatif
- Keluarga pasien
tampak memahami
edukasi yang
diberikan perawat
Ds : -
Pukul 14:00 Memonitor efek
1 samping negative Do :
WITA
ventilator
- Adanya deviasi
trakea
Ds :
Pukul 16:00
WITA Memfasilitasi Do :
3
program perawatan
dan pengobatan yang - Keluarga pasien
dijalani anggota mau mengikuti
keluarga program
perawatan dan
pengobatan untuk
pasien
Ds : -
Mengkolaborasikan
Pukul 18:00 penggunaan PEEP Do :
1
WITA untuk meminimalkan
hipoventilasi - Hasil PaO2 60
alveolus mmHg
- Adanya suara
18
ronchi
- Adanya nafas
dalam
01 Juni
2017
Mengidentifikasi Ds : Keluarga pasien
Pukul 07:00 3 kebutuhan dan mengatakan berarap
WITA harapan anggota masa koma pasien
keluarga berakhir
Do :
- Keluarga pasien
tampak kooperatif
- Keluarga pasien
tampak berarap
banyak pada
kesembuhan
pasien
Melakukan Ds : -
Pukul 08:00 1 pemeriksaan indikasi
WITA ventilator mekanik Do :
- Adanya suara
ronchi
2 Ds :
Pukul 08:15
Memberikan oksigen
WITA Do :
Non RBT mask
sebanyak 10 lt/mnt
- Pasien tampak
19
sesak
Ds : -
Pukul 09:00 1 Mengganti sirkuit
WITA ventilator setiap 24 Do :
jam atau sesuai
protokol - Tidak adanya
kebocoran pada
sirkuit ventilator
Ds :
Pukul 10:15 Melakukan
1 Do :
WITA penghisapan lendir
(suction) kurang dari - Terdapat sputum
15 detik dengan konsistensi
kental, berwarna
kuning
Ds : -
Pukul 11:00
WITA Menjelaskan kepada Do :
3
keluarga tentang
perawatan dan - Keluarga pasien
pengobatan yang tampak kooperatif
dijalani pasien - Keluarga pasien
tampak memahami
edukasi yang
diberikan perawat
- Adanya deviasi
trakea
20
Pukul 16:00 3 Memfasilitasi Ds :
WITA program perawatan
Do :
dan pengobatan yang
dijalani anggota - Keluarga pasien
keluarga mau mengikuti
program
perawatan dan
pengobatan untuk
pasien
Ds : -
Pukul 18:00 Mengkolaborasikan
WITA 1 penggunaan PEEP Do :
untuk meminimalkan
hipoventilasi - Hasil PaO2 60
alveolus mmHg
Pukul 20:00
WITA Memonitor bunyi Ds : -
2
nafas tambahan Do :
- Adanya suara
ronchi
Pukul 23:00
WITA Memonitor pola Ds : -
2 nafas Do :
- Adanya nafas
dalam
Do :
- Keluarga pasien
tampak kooperatif
21
- Keluarga pasien
tampak berarap
banyak pada
kesembuhan
pasien
Pukul 08:00
WITA Ds : -
1 Melakukan
pemeriksaan indikasi Do :
ventilator mekanik
- Adanya otot bantu
nafas
Ds : -
Pukul 08:15
2 Do :
WITA Memonitor bunyi
nafas tambahan
- Adanya suara
ronchi
Ds :
Pukul 08:15
WITA Memberikan oksigen Do :
2
Non RBT mask
- Pasien tampak
sebanyak 10 lt/mnt
sesak
Pukul 09:00 1 Ds : -
Mengganti sirkuit
WITA ventilator setiap 24
Do :
jam atau sesuai
protokol - Tidak adanya
kebocoran pada
sirkuit ventilator
22
Pukul 10:15 Ds :
WITA
1 Melakukan Do :
penghisapan lendir
(suction) kurang dari - Terdapat sputum
15 detik dengan konsistensi
kental, berwarna
kuning
Pukul 11:00
3 Menjelaskan kepada Ds : -
WITA keluarga tentang
perawatan dan Do :
pengobatan yang - Keluarga pasien
dijalani pasien tampak kooperatif
- Keluarga pasien
tampak memahami
edukasi yang
diberikan perawat
Pukul 14:00
WITA 1
Memonitor efek Ds : -
samping negative
ventilator Do :
- Adanya deviasi
trakea
Pukul 16:00 Ds :
WITA Memfasilitasi
3 program perawatan Do :
dan pengobatan yang - Keluarga pasien
dijalani anggota mau mengikuti
keluarga program
perawatan dan
pengobatan untuk
pasien
Pukul 18:00
WITA 1 Mengkolaborasikan Ds : -
penggunaan PEEP
23
untuk meminimalkan Do :
hipoventilasi
alveolus - Hasil PaO2 60
mmHg
Pukul 20:00
WITA
2 Memonitor bunyi
nafas tambahan Ds : -
Do :
- Adanya suara
ronchi
Do :
- Adanya nafas
dalam
Do :
- Keluarga pasien
tampak kooperatif
- Keluarga pasien
tampak berarap
banyak pada
kesembuhan
pasien
24
EVALUASI KEPERAWATAN KRITIS
25
3 Intoleransi aktivitas S:-
berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara O:
suplai dan kebutuhan o2 - Pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan
ditandai dengan pasien latihan secara mandiri
sianosis, terbaring lemah,
dan GCS 6 - Makan dan minum pasien dibantu dengan
alat
26
27
28